Anda di halaman 1dari 39

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PENYAKIT HIPERTENSI

PADA PASIEN PROLANIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


AJIBARANG II

DISUSUN OLEH :

dr. Deby Wicaksono Septyandaru

PEMBIMBING :

dr. Citta Adwitiya Arifiani

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS AJIBARANG II
PROVINSI JAWA TENGAH
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunianya sehingga laporan mini project dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.

Laporan mini project yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan


Penyakit Hipertensi Pada Pasien Prolanis Di Wilayah Kerja Puskesmas Ajibarang
II” berguna untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang
penyakit hipertensi. Sehingga dari hasil yang diperoleh upaya untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya pasien prolanis tentang
penyakit hipertensi dapat ditingkatkan kembali.

Kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada dr. Citta Adwitiya


Arifiani selaku pembimbing di Puskesmas Ajibarang II yang telah meluangkan
waktunya untuk membantu menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Purwokerto, Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di seluruh dunia jumlah usia lanjut (lansia) diperkirakan mencapai
angka 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun
2025 akan mencapai 1,2 milyar (Stanley,2007). Pertambahan jumlah
lansia di Indonesia dalam kurun waktu tahun 1990 sampai 2025, tergolong
tercepat didunia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa
penduduk lansia pada tahun 2000 berjumlah 14,4 juta jiwa (7,18%). Pada
tahun 2010 diperkirakan menjadi 23,9 juta jiwa (9,77%) dan pada tahun
2020 akan berjumlah 28,8 juta jiwa (11,34%) (BPS, 2010).
Karakter pasien lansia adalah multipatologi, menurunnya daya
cadangan biologis, berubahnya gejala dan tanda dari penyakit klasik,
terganggunya status fungsional pasien lansia, dan sering terdapat
gangguan nutrisi, gizi kurang atau buruk (Soejono,2006). Salah satu
bentuk terganggunya status fungsional yang paling menonjol dari pasien
pralansia dan lansia adalah penurunan fungsi kognitif. Kognitif adalah
suatu konsep yang komplek yang melibatkan sekurang-kurangnya aspek
memori, perhatian, fungsi eksekutif, persepsi, bahasa, dan fungsi motorik
(Nehlig, 2010). Penurunan fungsi kognitif dapat meliputi berbagai
aspek yaitu orientasi, atensi, kalkulasi, memori, dan bahasa. Penurunan
ini dapat mengakibatkan masalah antara lain memori panjang dan
informasi, dalam memori panjang mereka akan kesulitan dalam
mengungkapkan kembali cerita atau kejadian yang tidak begitu menarik
perhatiannya dan informasi baru atau informasi tentang orang
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) mencatat penurunan
fungsi kognitif lansia diperkirakan 121 juta manusia, dari jumlah itu 5,8 %
laki-laki dan 9,5 % perempuan (Djojosugito, 2002). Perhatian dan
pengetahuan masyarakat terhadap gangguan kognitif saat ini masih sangat
kurang. Masyarakat cenderung menganggap hal tersebut sebagai bagian
dari proses menua yang wajar. Pada umumnya masyarakat baru akan
mencari pengobatan setelah terjadi gangguan kognitif yang berat dan
gangguan perilaku atau demensia, sehingga penatalaksanaanya tidak akan
memberikan hasil yang memuaskan. Penatalaksanaan gangguan kognitif
pada stadium dini baik secara farmakologis maupun non farmakologis
dapat menyembuhkan atau memperlambat progresifitas penyakitnya,
sehingga individu yang bersangkutan tetap mempunyai kualitas hidup
yang baik.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mempengaruhi
penurunan fungsi kognitif pada lansia. Peningkatan tekanan darah kronis
dapat meningkatkan efek penuaan pada struktur otak, meliputi reduksi
substansia putih dan abu-abu di lobus prefrontal, penurunan hipokampus,
meningkatkan hiperintensitas substansia putih di lobus frontalis.
Berdasarkan data WHO, Indonesia merupakan negara yang prevalensi
hipertensinya lebih besar jika dibandingkan dengan negara Asia lain
seperti Bangladesh, Korea, Nepal dan Thailand (WHO South East Asia
Region,2011). Prevalensi hipertensi pada pralansia dan lansia di Indonesia
lebih besar dibandingkan kelompok umur lain. Data Survey Kesehatan
Rumah Tangga (2004), prevalensi hipertensi pada kelompok umur 45-54
tahun 22,5% pada kelompok umur 55- 64 tahun 27,9% dan pada kelompok
umur 65 tahun keatas ada 29,3% yang menderita hipertensi. Berdasarkan
data Puskesmas Ajibarang II, tahun 2021 hipertensi merupakan urutan ke
2 dari 15 penyakit terbanyak yang melakukan kunjungan ke Puskesmas
Ajibarang II.
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang
tingkat pengetahuan penyakit hipertensi pada pasien prolanis di wilayah
kerja Puskesmas Ajibarang II.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan penyakit hipertensi pada
pasien prolanis di wilayah kerja Puskesmas Ajibarang II?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat
pengetahuan penyakit hipertensi pada pasien prolanis di wilayah kerja
Puskesmas Ajibarang II.
2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik pasien meliputi usia, pendidikan, dan


pekerjaan di wilayah kerja Puskesmas Ajibarang II.

b. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan penyakit hipertensi


pada pasien prolanis di wilayah kerja Puskesmas Ajibarang II.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan
mengenai tingkat pengetahuan tentang penyakit hipertensi pada pasien
prolanis di wilayah kerja Puskesmas Ajibarang II.
2. Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai bahan evaluasi
bagi Puskesmas Ajibarang II dan Dinas Kesehatan setempat untuk
meningkatkan pendidikan kesehatan masyarakat terkait penyakit
hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Hipertensi
a. Definisi
Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat
abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda.
Seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya
lebih tinggi dari 140/90 mmHg (Elizabeth dalam Ardiansyah M.,
2012).
Menurut Price (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016),
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung,
tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar
resikonya.
Sedangkan menurut Hananta I.P.Y., & Freitag H. (2011),
Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam
pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode.
Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat
endogen seperti usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan, maupun
yang bersifat eksogen seperti obesitas, konsumsi garam, rokok dan
kopi.
Menurut American Heart Association atau AHA dalam
Kemenkes (2018), hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya
sangat bermacam-macam pada setiap individu dan hampir sama
dengan penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau
rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah,
penglihatan kabur, telinga berdenging atau tinnitus dan mimisan.
b. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan
(Ardiansyah M., 2012) :
1) Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang
90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga
berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :
a) Genetik Individu dengan keluarga hipertensi memiliki
potensi lebih tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.
b) Jenis kelamin dan usia Lelaki berusia 35-50 tahun dan
wanita yang telah menopause berisiko tinggi mengalami
penyakit hipertensi.
c) Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak.
Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan
dengan kandungan lemak yang tinggi secara langsung
berkaitan dengan berkembangnya penyakit hipertensi.
d) Berat badan obesitas Berat badan yang 25% melebihi berat
badan ideal sering dikaitkan dengan berkembangnya
hipertensi.
e) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol Merokok dan
konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan berkembangnya
hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang terkandung
dalam keduanya.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa
penyakit, yaitu :
a) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang
dapat menghambat aliran darah sehingga terjadi peningkatan
tekanan darah diatas area kontriksi.
b) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini
merupakan penyakit utama penyebab hipertensi sekunder.
Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan penyempitan

c) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen) dapat


menyebabkan terjadinya hipertensi melalui mekanisme
renin-aldosteron-mediate volume expantion. Pada hipertensi
ini, tekanan darah akan kembali normal setelah beberapa
bulan penghentian oral kontrasepsi.
d) Gangguan endokrin disfungsi medulla adrenal atau korteks
adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder.
Adrenalmediate hypertension disebabkan kelebihan primer
aldosteron, kortisol, dan katekolamin.
e) Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.
f) Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan
darah untuk sementara waktu.
g) Kehamilan
h) Luka bakar
i) Peningkatan tekanan vaskuler

c. Klasifikasi Hipertensi
Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. 2016),
klasifikasi hipertensi klinis berdasarkan tekanan darah sistolik dan
diastolik yaitu :
Menurut World Health Organization (dalam Noorhidayah, S.A. 2016)
klasifikasi hipertensi adalah :
1) Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
2) Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149
mmHg da n diastolik 91-94 mmHg.
Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.
d. Manifestasi Klinis Hipertensi
Menurut Kemenkes RI, 2018 tidak semua penderita hipertensi
memiliki gejala secara tampak, mayoritas dari penderitanya
mengetahui menderita hipertensi setelah melakukan pemeriksaan pada
fasilitas kesehatan baik primer maupun sekunder. Hal ini pula yang
mengakibatkan hipertensi dikenal dengan sebutan the silent killer.
Tetapi pada beberapa penderita memiliki gejala seperti :
1) Sakit Kepala
2) Gelisah
3) Jantung berdebar-debar
4) Pusing
5) Penglihatan kabur
6) Rasa sesak di dada
7) Mudah lelah
e. Faktor Risiko Hipertensi
Menurut Aulia, R. (2017), faktor risiko hipertensi dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu :
1) Faktor yang tidak dapat diubah
a) Riwayat Keluarga
Seseorang yang memiliki keluarga seperti, ayah, ibu, kakak
kandung/saudara kandung, kakek dan nenek dengan
hipertensi lebih berisiko untuk terkena hipertensi.
b) Usia
Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya
usia. Pada laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun
sedangkan pada wanita meningkat pada usia lebih dari 55
tahun.
c) Ras/etnik
Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar
negeri hipertensi banyak ditemukan pada ras Afrika
Amerika daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.
2) Faktor yang dapat diubah
Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi
antara lain yaitu :
a) Merokok
b) Kurang aktifitas fisik
c) Konsumsi alkohol
d) Konsumsi kopi berlebih
e) Konsumsi garam berlebih
f) Konsumsi makanan berlemak
f. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan melalui dua metode
yaitu farmakologi dan nonfarmakologi. Metode farmakologi
merupakan sebuah metode yang menggunakan obat-obatan medis.
Dalam hal ini pemilihan obat yang akan diberikan pada penderita
hipertensi tidak bisa sama. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut
adalah tabel tentang pemberian obat-obatan medis bagi penderita
hipertensi berdasarkan target tekanan darah.
Penatalaksanaan hipertensi pada dasarnya memiliki prinsip
dasar dimana penurunan tekanan darah berperan sangat penting dalam
menurunkan risiko mayor kejadian kardiovaskuler pada pasien
hipertensi. Dengan begitu focus utama dalam penanganan hipertensi
yaitu mengontrol tekanan darah pada penderita hipertensi. Selain
penatalaksanaan dengan obat-obat medis, modifikasi gaya hidup turut
berperan penting dalam mengurangi risiko hipertensi semakin kronik.
(Kandarini, 2018)
Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi
konsumsi garam menjadi 6gr / hari, menurunkan berat badan,
menghindari minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol.
Olahraga secara rutin dan tidur yang berkualitas dengan 6-8 jam tidur
per hari dapat membantu mengurangi stress.
g. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi merupakan factor utama dalam terjadinya penyakit
gagal ginjal, otak, gagal jantung, dan penglihatan. Peningkatan
tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan risiko terjadinya
komplikasi tersebut. Pada sebagian besar penderita hipertensi yang
gejalanya tidak tampak, langkah pengobatan pun juga terkendala
untuk dilakukan sehingga mengakibatkan perluasan penyakit termasuk
pada organ tubuh lainnya. Dimana hal tersebut meningkatkan angka
mortilitas akibat penyakit hipertensi ini.
1) Gangguan penglihatan
Tekanan darah yang meningkat secara terus menerus dapat
mengakibatkan pada kerusakan pembuluh darah pada retina.
Semakin lama seseorang mengidap hipertensi dimana tekanan
darah yang terjadi meningkat maka kerusakan yang terjadi pada
retina juga semakin berat. Selain itu, gangguan yang bisa terjadi
akibat hipertensi ini juga dikenal dengan iskemik optic neuropati
atau kerusakan saraf mata. Kerusakan parah dapat terjadi pada
penderita hipertensi maligna, dimana tekanan darah meningkat
secara tiba-tiba.
2) Gagal ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif
akibat tekanan darah tinggi pada kapiler-kapiler ginjal dan
glomerulus. Kerusakan glomerulus ini berakibat pada darah
yang mengalir ke unit fungsional ginjal terganggu. Kerusakan
pada membrane glomerulus juga berakibat pada keluarnya
protein secara menyeluruh melalui urine sehingga sering
dijumpai edea sebagai akibat dari tekanan osmotic koloid
plasma yang berkurang. Gangguan pada ginjal umumnya
dijumpai pada penderita hipertensi kronik.
3) Stroke
Stroke terjadi ketika otak mengalami kerusakan yang
ditimbulkan dari perdarahan, tekanan intra karnial yang
meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh
darah non otak yang terpajan pada hipertensi kronik apabila
arteri-arteri yang mengalirkan suplai darah ke otak mengalami
hipertropi atau penebalan.
4) Gangguan jantung
Gangguan jantung atau yang dikenal dengan infark miokard
terjadi ketika arteri koroner mengalami arteriosklerosis. Akibat
dari ini adalah suplay oksigen ke jantung terhambat sehingga
kebutuhan oksigen tidak terpenuhi dengan baik sehingga
menyebabkan terjadinya iskemia jantung (Nuraini, 2015).

2. Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan manusia
atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui panca indra
yang dimilikinya. Panca indra manusia guna penginderaan terhadap
objek yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan.
Pengetahuan seseorang sebagian besar diperoleh melalui indra
pendengaran dan indra penglihatan (Notoatmodjo, 2014).
b. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan orang terhadap sesuatu pasti memiliki tingkatan
yang berbeda-beda. Secara garis besar pengetahuan dibagi dalam 6
tingkat pengetahuan, yaitu:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Tingkatan pengetahuan pada tahap ini
merupakan tingkatan yang paling rendah. Kemampuan
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima (Notoatmodjo, 2014).
2) Memahami (comprehension)
Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan bukan
sekadar tahu terhadap objek tersebut, namun juga dapat
menjelaskan, menyimpulkan, dan menginterpretasi materi
tersebut secara benar (Notoatmodjo, 2014).
3) Aplikasi (application)
Pengetahuan pada tahap ini diartikan apabila orang yang telah
memahami objek yang dimaksud maka seseorang tersebut dapat
menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui
tersebut pada situasi yang lain atau yang sebenarnya
(Notoatmodjo, 2014).
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan
dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara
komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau
objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu
sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut
telah dapat menggambarkan (membuat bagan), memisahkan dan
mengelompokkan, serta membedakan atau membandingkan
pengetahuan atas objek tersebut (Notoatmodjo, 2014).
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan berbagai elemen atau unsur pengetahuan yang ada
menjadi suatu pola baru yang lebih menyeluruh. Dengan kata
lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang telah ada (Notoatmodjo,
2014).
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada (Notoatmodjo, 2014).

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Menurut Budiman dan Riyanto (2013) terdapat beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang secara umum,
yaitu:
1) Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang,
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Semakin
banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan
yang didapat.
2) Informasi / media massa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek
(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau
peningkatan pengetahuan. Berkembangnya teknologi akan
menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat
memengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
3) Sosial, budaya, dan ekonomi
Sosial dan budaya merupakan kebiasaan dan tradisi yang
dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang
dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status
ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status
sosial ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan seseorang.
4) Lingkungan
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan
ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini
terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang
akan direspons sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah
yang dihadapi masa lalu.
6) Usia
Usia dapat mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik. Semakin tua semakin bijaksana,
semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal
yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. Namun,
tidak dapat mengajarkan hal baru kepada orang yang sudah tua
karena dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan
dengan bertambahnya usia.
d. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan membagikan
kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita
ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan
pengetahuan (Harahap, 2021).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang berisi pertanyaan tentang isi materi yang ingin
diukur dari subyek penelitian atau disesuaikan dengan tingkat
pengetahuan yang diukur (Notoatmodjo, 2014).
Adapun pertanyaan yang dapat digunakan pengukuran
pengetahuan secara umum, yaitu :
1) Pertanyaan Subyektif digunakan untuk penilaian yang melibatkan
faktor subyektif dari penilai.
2) Pertanyaan Obyektif digunakan untuk penilaian yang melibatkan
faktor obyektif dari penilai.
e. Kriteria Tingkat Pengetahuan
Penilaian-penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Menurut Nursalam (2008), kriteria untuk menilai tingkat pengetahuan
dibagi menjadi tiga kategori.
1) Tingkat pengetahuan baik : (76-100)%
2) Tingkat pengetahuan cukup : (56-75)%
3) Tingkat pengetahuan kurang : (≤56%)

B. Kerangka Teori

Pasien Penderita
Hipertensi

Prolanis Baik

Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Cukup


Hipertensi Kurang

Definisi Faktor Penatalaksanaan


Risiko

C. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Usia

Pendidikan Tingkat Pengetahuan


Terhadap Penyakit Hipertensi

Pekerjaan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

D. Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara usia pasien dengan tingkat pengetahuan


mengenai penyakit hipertensi di Puskesmas Ajibarang II.
2. Terdapat hubungan antara pendidikan pasien dengan tingkat
pengetahuan mengenai penyakit hipertensi di Puskesmas Ajibarang
II.
3. Terdapat hubungan antara pekerjaan pasien dengan tingkat
pengetahuan mengenai penyakit hipertensi di Puskesmas Ajibarang
II.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik deskriptif dengan
rancangan penelitian cross-sectional (potong lintang). Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan Ibu PUS terhadap penggunaan
alat kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Ajibarang II.
B. Lokasi dan Waktu
1. Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Ajibarang II, Banyumas, Jawa
Tengah
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2022
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi target penelitian ini adalah seluruh ibu yang bertempat
tinggal di wilayah cakupan Puskesmas Ajibarang II yang sudah terdaftar
pada program KB.
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu PUS yang bertempat tinggal
di wilayah cakupan Puskesmas Ajibarang II serta memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi.
Perkiraan besar sampel pada penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan rumus Slovin:

Keterangan:
n = Besar sampel
N = Besar populasi
d = Presisi (ditetapkan 10%, dengan tingkat kepercayaan 90% )
Sehingga besar sampel pada penelitian ini adalah :
N
n=
1+ N . d 2

66
n= 2
1+66.(0,1)

¿ 39,61(dibulatkan menjadi 40 orang )

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


1. Kriteria Inklusi
a. Ibu yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Ajibarang II yang
mengikuti program KB
b. Usia 15-49 tahun
c. Bersedia menjadi responden
2. Kriteria Eksklusi
Tidak mengisi kuesioner dengan lengkap
E. Metode Pengumpulan Data
1. Jenis Pengumpulan Data
Jenis pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan memakai data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari
sampel penelitian dengan mengisi beberapa kuesioner.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara dengan
kuesioner pada ibu pasangan usia subur yang berdomisili di wilayah kerja
Puskesmas Ajibarang II. Kuesioner pengetahuan ibu digunakan untuk
menilai tingkat pengetahuan ibu mengenai pemakaian alat kontrasepsi.
Kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner yang diadaptasi dari
kuesioner Utami (2016) yang sudah tervalidasi. Data yang dikumpulkan
diolah dan dijabarkan dalam bentuk tabel.
F. Pengolahan Data dan Analisis Data
Sampel adalah ibu PUS yang bertempat tinggal di wilayah kerja
Puskesmas Ajibarang II serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data
diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner. Data disimpan dalam media
elektronik berupa Microsoft Excel 2019. Analisa data terdiri dari analisis
univariat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan pada 23 Maret 2022 bertempat di Puskesmas


Ajibarang II, Banyumas, Jawa Tengah. Jumlah subjek yang mengikuti penelitian
ini sebanyak 40 orang. Pengambilan data tentang tingkat pengetahuan terhadap
penggunaan alat kontrasepsi dilakukan melalui pengisian kuesioner.

A. Hasil
1. Wilayah Kerja Puskesmas Ajibarang II
a. Letak Geografis
Puskesmas Ajibarang II merupakan salah satu bagian dari 39
Puskesmas yang ada di Kabupaten Banyumas, dan merupakan unit 2
dari Kecamatan Ajibarang. Dengan luas wilayah mencapai 22.966
km2 , mempunyai 7 desa wilayah kerja yang meliputi Desa Pancasan,
Lesmana , Pancurendang , Kalibenda , Banjarsari , Sawangan dan
Jingkang ,sedangkan wilayah desa yang terluas desa Jingkang tersempit
desa Kalibenda.

Tabel 4.1 : Luas wilayah kerja Puskesmas Ajibarang II

Gambar 4.1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Ajibarang II


b. Data Demografis
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ajibarang II Tahun
2021 sebesar 46.244 jiwa, dengan angka kepadatan penduduk rata-rata
9,4/km2 . Jumlah penduduk tertinggi terdapat di Desa Pancasan dengan
jumlah penduduk sebesar 8.073 jiwa. Desa pancasan juga merupakan
desa dengan kepadatan penduduk tertinggi dengan tingkat kepadatan
sebesar 41/km2 . Jumlah penduduk terendah di wilayah kerja
Puskesmas Ajibarang II dimiliki oleh Desa Kalibenda sebesar 2.471
jiwa. Adapun distribusi penduduk per-desa dapat ditinjau pada grafik
4.1
Grafik 4.1 Distribusi Jumlah Penduduk Per Desa 2021

Grafik 4.2 Distribusi Jumlah Penduduk Perempuan Berdasarkan Usia Tahun


2021

c. Pelayanan Keluarga Berencana


Persentase peserta KB aktif di wilayah Puskesmas Ajibarang II
kecamatan Ajibarang tahun 2021 adalah sebanyak 6.898 pasangan atau
80,2 % dari total 8.604 jumlah Pasangan Usia Subur (PUS).
Grafik 4.3 Pelayanan Keluarga Berencana Puskesmas Ajibarang II 2021
2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Pendidikan,
Pekerjaan, dan Paritas
Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Pendidikan,
Pekerjaan, dan Paritas

Karakteristik Responden
Keterangan Jumlah (n) Persen (%)
Usia (tahun)
<20 0 0
20-35 16 40
>35 24 60
Pendidikan
SD 14 35
SMP 14 35
SMA 10 25
Perguruan Tinggi 2 5
Pekerjaan
IRT 28 70
Petani 3 7,5
PNS 1 2,5
Wiraswasta 8 20
Paritas
0-2 26 65
>2 14 35
Total 40 100

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa kelompok usia


responden terbanyak pada usia lebih dari 35 tahun yaitu sebanyak 24
responden (60%). Karakteristik responden penelitian ini memiliki usia
termuda 23 tahun dan usia tertua adalah 48 tahun, pendidikan terakhir
terbanyak responden adalah tamat SD dan SMP sebanyak 14 responden
(35%), pekerjaan responden rata-rata adalah ibu rumah tangga sebanyak
28 responden (70%), dan paritas atau jumlah anak yang hidup responden
terbanyak adalah 0-2 anak (65%).

3. Kategori Tingkat Pengetahuan tentang Kontrasepsi


Tabel 4.3 Kategori Tingkat Pengetahuan tentang Kontrasepsi

Kategori Tingkat Frekuensi (n) Persen (%)


Pengetahuan
Baik 20 50
Cukup 15 37,5
Kurang 5 12,5
Total 40 100

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa mayoritas responden


memiliki kategori tingkat pengetahuan baik tentang kontrasepsi yaitu
terdapat 20 responden (50%).

4. Skor Pengetahuan Responden Terhadap Kontrasepsi


Tabel 4.4 Skor Pengetahuan Responden Terhadap Kontrasepsi

No Pengetahuan Responden Tentang Kontrasepsi N %


1 Keluarga berencana (KB) adalah cara untuk menghindari kelahiran yang tidak 40 100
diinginkan, mengatur interval (jarak) diantara kehamilan dan menentukan jumlah
anak dalam keluarga.
2 Metode kontrasepsi sederhana adalah suatu cara yang dapat dikerjakan sendiri 24 60
oleh ibu tanpa memerlukan bantuan dari tenaga medis (Bidan/Dokter).
3 Senggama terputus adalah metode kontrasepsi sederhana yang dapat dilakukan 24 60
sendiri.
4 Kondom tidak dapat dipakai sendiri, perlu bantuan tenaga medis untuk 36 90
memasangnya (Bidan/Dokter)
5 Metode kontrasepsi sederhana mengeluarkan biaya banyak. 30 75
6 Metode kontrasepsi modern adalah suatu cara yang tidak dapat dikerjakan sendiri 36 90
oleh ibu, perlu bantuan tenaga medis (Bidan/Dokter).
7 Steril adalah metode kontrasepsi permanen. 32 80
8 Implan dapat digunakan selama maksimal 3 tahun. 39 97,5
9 IUD/AKDR dapat dipasang sendiri tanpa memerlukan bantuan tenaga medis 35 87,5
(Bidan/dokter).
10 Tujuan dari Keluarga Berencana (KB) adalah meningkatkan derajat kesehatan ibu, 33 82,5
anak serta keluarga.
11 Keluarga Berencana (KB) dapat meningkatkan kelahiran dan meningkatkan 31 77,5
jumlah penduduk

Dari penelitian ini bahwa kebanyakan pengetahuan responden


tentang kontrasepsi yang benar adalah mengenai definisi yaitu terdapat 40
responden (100%). Sedangkan pengetahuan responden tentang kontrasepsi
yang banyak salah adalah mengenai kontrasepsi sederhana dan senggama
terputus (60%). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuan adalah pendidikan, umur, pekerjaan, dan lingkungan (Wawan
dan Dewi, 2016).

4. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dengan


Pengetahuan

Tabel 4.5 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dengan


Pengetahuan

Usia Pengetahuan
(tahun) Baik Cukup Kurang Total
n % n % n % n %
<20 0 0 0 0 0 0 0 0
20-35 12 75 4 25 0 0 16 100
>35 8 33, 11 45,8 5 20,8 24 100
4
Total 20 15 5 40

Berdasarkan tabel 4.5 dilihat bahwa responden dengan usia <20


tahun sebanyak 0 responden, usia 20-35 tahun sebanyak 16 responden, dan
usia >35 tahun 24 responden. Pengetahuan responden berdasarkan kategori
usia 20-35 tahun mayoritas berpengetahuan baik dan cukup sebanyak 4
responden (25%), usia >35 tahun mayoritas berpengetahuan cukup
sebanyak 11 responden (45,8%).
5. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan dengan
pengetahuan

Tabel 4.6 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan dengan


Pengetahuan

Pengetahuan
Pendidikan
Baik Cukup Kurang Total
n % n % n % n %
SD 5 35,7 5 35,7 4 28,6 14 100
SMP 4 28,6 9 64,3 1 7,1 14 100
SMA 9 90 1 10 0 0 10 100
Perguruan Tinggi 2 100 0 0 0 0 2 100
Total 20 15 5 40

Berdasarkan tabel 4.6 dilihat bahwa responden dengan


pendidikan SD sebanyak 14 responden, pendidikan SMP sebanyak 14
responden, pendidikan SMA sebanyak 10 responden, pendidikan
perguruan tinggi sebanyak 2 responden. Pengetahuan responden
berdasarkan pendidikan SD yaitu baik dan cukup, masing-masing sama
banyak yaitu 5 responden (35,7%), pendidikan SMP mayoritas
berpengetahuan cukup sebanyak 9 responden (64,3%), pendidikan
SMA mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 9 responden (90%), dan
pendidikan perguruan tinggi mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 2
responden (100%).
6. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan dengan
pengetahuan

Tabel 4.7 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan dengan


pengetahuan

Pengetahuan
Pekerjaan
Baik Cukup Kurang Total
n % n % n % n %
IRT 11 39,3 13 46,4 4 14,3 28 100
Petani 0 0 2 66,7 1 33,3 3 100
PNS 1 100 0 0 0 0 1 100
Wiraswasta 8 100 0 0 0 0 8 100
Total 20 15 5 40

Berdasarkan tabel 4.7 dilihat bahwa responden yang bekerja


sebagai IRT sebanyak 28 responden, bekerja sebagai petani sebanyak 3
responden, bekerja sebagai PNS sebanyak 1 responden, dan bekerja
sebagai wiraswasta sebanyak 8 responden. Pengetahuan responden
berdasarkan pekerjaan sebagai IRT yaitu cukup sebanyak 13 responden
(46,4%), sebagai petani mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 2
responden (66,7%), sebagai PNS mayoritas berpengetahuan baik
sebanyak 1 responden (100%), dan sebagai wiraswasta mayoritas
berpengetahuan baik sebanyak 8 responden (100%).

7. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas dengan


pengetahuan

Tabel 4.8 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas dengan


pengetahuan
Pengetahuan
Paritas
Baik Cukup Kurang Total
n % N % n % n %
0-2 16 61,5 8 30,8 2 7,7 26 100
>2 4 28,6 7 50 3 21,4 14 100
Total 20 15 5 40

Berdasarkan tabel 4.8 dilihat bahwa responden dengan jumlah


anak hidup 0-2 sebanyak 26 responden, dan dengan jumlah anak hidup
>2 sebanyak 14 responden. Pengetahuan responden berdasarkan paritas
0-2 yaitu baik sebanyak 16 responden (61,5%), dan paritas >2
mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 7 responden (50%).

B. Pembahasan
Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan manusia
atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui panca indra yang
dimilikinya. Pengetahuan seseorang sebagian besar diperoleh melalui
indra pendengaran dan indra penglihatan. Sedangkan, kontrasepsi adalah
pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau
pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding Rahim
(Notoatmodjo, 2014; Nugroho & Utama, 2014).
Pada penelitian ini, didapatkan mayoritas tingkat pengetahuan ibu
PUS terhadap penggunaan alat kontrasepsi adalah baik yaitu sebanyak 20
responden (50%). Tingkat pengetahuan cukup didapatkan pada 15
responden (37,5%) dan kurang pada 5 responden (12,5%). Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Tanto (2021) dimana sebanyak
63% responden memiliki tingkat pengetahuan baik terhadap KB dan alat
kontrasepsi.
Hal tersebut menunjukkan ibu PUS di wilayah Puskesmas
Ajibarang II sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang alat
kontrasepsi. Pengetahuan adalah salah satu hal yang penting diperhatikan
dalam rangka keberhasilan program KB. Pengetahuan masyarakat
khususnya dalam program KB dan alat kontrasepsi sangat berguna dalam
meningkatkan kesadaran Ibu untuk menggunakan kontrasepsi sehingga
dapat menurunkan Angka Kematian Ibu melalui upaya pencegahan
kehamilan, penundaan usia kehamilan, dan menjarangkan kehamilan.
Dengan memiliki pengetahuan yang baik terhadap suatu hal, seseorang
akan memiliki kemampuan untuk menentukan dan mengambil suatu
keputusan (Harahap, 2021).
Hasil analisis data untuk tingkat pengetahuan terhadap penggunaan
alat kontrasepsi berdasarkan usia didapatkan mayoritas tingkat
pengetahuan baik pada usia 20-35 tahun yaitu pada 12 responden (75%),
hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian Tanto
(2021). Berdasarkan pendidikan didapatkan paling banyak dengan
tingkat pengetahuan baik adalah perguruan tinggi (S1) yaitu 2 responden
(100%). Pendidikan seseorang mempengaruhi proses belajar, semakin
tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi sehingga pengetahuan yang didapat akan semakin
banyak (Budiman dan Riyanto, 2013).
Berdasarkan pekerjaan didapatkan pekerjaan terbanyak yang
memiliki tingkat pengetahuan baik adalah PNS dan wiraswasta masing-
masing 1 dan 8 responden (100% dan 100%), sedangkan berdasarkan
paritas didapatkan mayoritas tingkat pengetahuan baik pada responden
dengan paritas 0-2 yaitu 16 responden (61,5%), dimana berdasarkan
NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) jumlah anak
yang sebaiknya dimiliki adalah 2 anak.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang
secara umum, yaitu:
1) Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seseorang, makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat.
2) Sosial, budaya, dan ekonomi
Sosial dan budaya merupakan kebiasaan dan tradisi yang dilakukan
orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau
buruk. Dengan demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya
walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan memengaruhi
pengetahuan seseorang.
5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi masa lalu.
6) Usia
Usia dapat mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap
dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik. Namun, sulit untuk dapat mengajarkan hal baru kepada
orang yang sudah tua karena dapat diperkirakan bahwa IQ akan
menurun sejalan dengan bertambahnya usia.
(Budiman dan Riyanto, 2013).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner responden pada
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Karakteristik ibu PUS di wilayah kerja Puskesmas Ajibarang II yang
mengikuti program KB sebagian besar terdiri dari usia lebih dari 35
tahun yaitu sebanyak 24 responden (60%), pendidikan SD sebanyak 14
responden, pendidikan SMP sebanyak 14 responden, pekerjaan adalah
IRT sebanyak 28 responden (70%), dan paritas 0-2 sebanyak 26
responden (65%).
2. Tingkat pengetahuan penggunaan alat kontrasepsi pada ibu pasangan usia
subur dalam program keluarga berencana di wilayah kerja Puskesmas
Ajibarang II adalah baik dengan persentase 50%.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyadari bahwa
masih terdapat banyak kekurangan pada penelitian ini. Terlepas dari
keterbatasan yang dimiliki, peneliti memiliki beberapa saran yang mungkin
bermanfaat, yaitu:
1. Masyarakat diharapkan dapat berperan aktif mencari informasi mengenai
pentingnya penggunaan alat kontrasepsi melalui berbagai media
komunikasi dalam upaya meningkatkan pengetahuan
2. Bagi petugas kesehatan, terutama di wilayah Puskesmas Ajibarang II
hendaknya lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
kontrasepsi terutama pada pemilihan kontrasepsi serta keuntungan
kontrasepsi, sehingga masyakat mudah dalam memilih kontrasepsi apa
yang akan digunakan nanti. Metode yang dapat digunakan yaitu dengan
cara penyuluhan, pemasangan poster, dan lain-lain sesuai dengan
karakteristik masyarakat dengan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami oleh masyarakat.
3. Bagi peneliti selanjutnya, perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan ibu PUS mengenai
penggunaan alat kontrasepsi, serta faktor lainnya selain pengetahuan ibu
yang dapat mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi dengan cakupan
yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2011,


Kumpulan Materi Dasar Promosi: “Menyiapkan Ibu Sehat, Melahirkan Bayi
Sehat”, Direktorat Advokasi dan KIE, Direktorat Kesehatan Reproduksi.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2013,


Kumpulan Materi Dasar Promosi: “Menyiapkan Ibu Sehat, Melahirkan Bayi
Sehat”, Direktorat Advokasi dan KIE, Direktorat Kesehatan Reproduksi,
Jakarta.

BKKBN. 2018. Pelayanan Kontrasepsi. BKKBN. Jakarta.

Budiman & Riyanto, A. 2013, Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap
dalam Penelitian Kesehatan, Salemba Medika, Jakarta.
Dewi, M.U.K. 2013, Buku Ajar Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana,
Trans Info Media, Jakarta

Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:


Pustaka Rihama

Harahap, Rizky. 2021. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil terhadap Alat


Kontrasepsi di Rumah Sakit Umum Daerah Kotapinang Labuhanbatu
Selatan. Medan: USU

Hartanto, H. 2002. Keluarga Berencana Dan Alat Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka


Sinar Harapan

Hayati S, Komar SN. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Metode Kontrasepsi


Dengan Pemilihan Kontrasepsi (Studi Kasus : Puskesmas Majalaya).
2017;V(2):155-163.

Huda AN, Widagdo L, Widjanarko B, et al. Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Perilaku Penggunan Alat Kontrasepsi Pada Wanita Usia Subur Di
Puskesmas Jombang-Kota. J Kesehat Masy. 2016;4:461-469.

Irianto, K. 2014, Pelayanan Keluarga Berencana, Pustaka Rihanna, Yogyakarta.


Irianto, K. 2014, Pelayanan Keluarga Berencana, Pustaka Rihanna, Yogyakarta.

Manuaba, Ida Bagus Manuaba .2008. Ilmu. Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
KB.Jakarta:EGC

Notoatmodjo, Soekidjo. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nugroho, T dan Utama I.B. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Prawirohardjo, S. 2005, Ilmu Kandungan, Edisi Kedua, Cetakan Kelima, Yayasan


Bina Pustaka, Jakarta

Sherwood, L. 2014, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Edisi ke-8, EGC,
Jakarta.

Sulistyawati, Ari. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba


Medika. 2013

Tanto, Zen, 2021. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Pasangan Usia
Subur (Pus) Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi Di Kelurahan
Pangkalan Masyhur Kecamatan Medan Johor. Medan: USU.

Utami, Delly. 2016. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Keluarga Berencana


Dan Perilaku Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Di
Puskesmas Kalitanjung Kota Cirebon Tahun 2014. Undergraduate Theses of
Public Health

Wayanti S, Rahardjo S, Choirin M. Dukungan Suami Dalam Pemilihan Metode


Kontrasepsi Implant Pada Ibu Post Partum (Studi di Kelurahan Kemayoran
Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bangkalan). 2018;11(1):83-91

World Health Organization (WHO) 2018, Family Planning/Contraception,


accessed 20 April 2022, available at: https://www.who.int/newsroom/fact-
sheets/detail/family-planning-contraception
Lampiran 1

Identitas Responden
1. Nama :
2. Pendidikan :
 SD
 SMP
 SMA
 Diploma/Sarjana

3. Umur :
 20-30 Tahun
 > 30 Tahun

4. Jumlah Anak Yang Pernah Dilahirkan :


5. Pekerjaan :
6. Kontrasepsi Yang Digunakan :
 Pil
 Suntik
 Susuk
 IUD/Spiral
Lampiran 2

Kuesioner Pengetahuan Ibu


Isilah Pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda checklist (√) disetiap
jawaban yang menurut anda tepat
No Pertanyaan Benar Salah
1 Keluarga berencana (KB) adalah cara untuk menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval (jarak)
diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam
keluarga.
2 Metode kontrasepsi sederhana adalah suatu cara yang dapat
dikerjakan sendiri oleh ibu tanpa memerlukan bantuan dari
tenaga medis (Bidan/Dokter).
3 Senggama terputus adalah metode kontrasepsi sederhana yang
dapat dilakukan sendiri.
4 Kondom tidak dapat dipakai sendiri, perlu bantuan tenaga
medis untuk memasangnya (Bidan/Dokter)
5 Metode kontrasepsi sederhana mengeluarkan biaya banyak.
6 Metode kontrasepsi modern adalah suatu cara yang tidak
dapat dikerjakan sendiri oleh ibu, perlu bantuan tenaga medis
(Bidan/Dokter).
7 Steril adalah metode kontrasepsi permanen.
8 Implan dapat digunakan selama maksimal 3 tahun.
9 IUD/AKDR dapat dipasang sendiri tanpa memerlukan
bantuan tenaga medis (Bidan/dokter).
10 Tujuan dari Keluarga Berencana (KB) adalah meningkatkan
derajat kesehatan ibu, anak serta keluarga.
11 Keluarga Berencana (KB) dapat meningkatkan kelahiran dan
meningkatkan jumlah penduduk
Kunci Jawaban

No Jawaban
1 Benar
2 Benar
3 Benar
4 Salah
5 Salah
6 Benar
7 Benar
8 Benar
9 Salah
10 Benar
11 Salah

Anda mungkin juga menyukai