Full Text
Full Text
SAMPUL DALAM
Skripsi
Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai
Pemenuhan Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana Kedokteran
Oleh:
BEBY RAHIM
NIM : 1810312090
Pembimbing:
Dra. Elmatris SY, MS
Dr. dr. Hendriati, Sp.M(K)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2022
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
No.BP/NIM/NIDN : 1810312090
Fakultas : Kedokteran
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Universitas Andalas juga berhak untuk
menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola, merawat, dan mempublikasikan karya
saya tersebut di atas selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buatdengan sebenarnya.
Dibuat di Padang,
Pada tanggal 15 Agustus 2022
Yang menyatakan,
( Beby Rahim )
KATA PENGANTAR
Penulis
vi
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
ABSTRACT
ANALYSIS OF FORMALIN CONTENT ON VARIOUS TYPES OF WET
SEA FISH IN SOME FISH MARKETS IN PADANG CITY
By
Beby Rahim, Elmatris, Hendriati, Endrinaldi, Nur Afrainin Syah, Syandrez
Prima Putra
Fish is a superior food ingredient because of its content which is good for
health. The protein and water content makes the fish spoil quickly. Various efforts
were made by traders to prevent spoilage, to prohibited methods such as giving
formalin. This is prohibited in BPOM Regulation number 7 of 2018 because it can
have an impact on health. The purpose of the study was to identify the formalin
content qualitatively and quantitatively in wet sea fish in several fish markets in
Padang City.
This type of research is a descriptive cross sectional with a population of
all wet sea fish in five fish markets in Padang City (Pasar Raya, Pasar Pantai
Padang, Pasar Gaung, Pasar Pasir Jambak, dan Pasar Tanah Kongsi). A total of 75
samples were divided into small, medium, and large fish which were taken by
multi-stage and simple random sampling. The samples were tested at the West
Sumatra Provincial Health Center Laboratory from February to August 2022. The
samples were tested qualitatively by the spot test method using formalin main
reagent (FMR). Positive samples were followed by quantitative examination using
UV-Vis spectrophotometry.
The results showed that there were 31 positive samples containing
formalin with the highest number of positives found at the Padang Beach Market.
The highest level of formalin was found in one of the 4 positive samples at Pasar
Gaung, which reached 15,530 ppm.
It can be concluded that almost half of the total samples were proven to
contain formalin with levels exceeding the threshold set by WHO and prohibited
by BPOM.
Keywords: wet sea fish, formalin, spot test method, UV-Vis spectrophotometry
vii
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
ABSTRAK
ANALISIS KANDUNGAN FORMALIN PADA BERBAGAI JENIS IKAN
LAUT BASAH DI BEBERAPA PASAR IKAN DI KOTA PADANG
Oleh
Beby Rahim, Elmatris, Hendriati, Endrinaldi, Nur Afrainin Syah, Syandrez
Prima Putra
Kata kunci: ikan laut basah, formalin, metode uji titik, spektrofotometri UV-Vis
viii
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
DAFTAR ISI
Halaman
ix
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2.2.6 Efek Formalin terhadap Kesehatan ........................................................18
2.2.7 Uji Kandungan Formalin .......................................................................20
2.3 Kerangka Teori ........................................................................................23
BAB 3 ....................................................................................................................24
METODE PENELITIAN.......................................................................................24
3.1 Jenis Penelitian .............................................................................................24
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................24
3.3 Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ...........24
3.3.1 Populasi .................................................................................................24
3.3.2 Sampel ...................................................................................................24
3.3.3 Besar Sampel .........................................................................................25
3.3.4 Teknik Pengambilan Sampel .................................................................25
3.4 Definisi Operasional .....................................................................................26
3.4.1 Uji Kualitatif Kandungan Formalin .......................................................26
3.4.2 Uji Kuantitatif Kandungan Formalin .....................................................26
3.5 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................................26
3.5.1 Alat ........................................................................................................26
3.5.2 Bahan .....................................................................................................27
3.6 Instrumen Penelitian .....................................................................................27
3.7 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data...........................................27
3.7.1 Alur Penelitian .......................................................................................28
3.7.2 Prosedur Penelitian ................................................................................28
3.8 Cara Pengolahan dan Analisis Data .............................................................30
BAB 4 ....................................................................................................................31
HASIL PENELITIAN ...........................................................................................31
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................31
4.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................................32
BAB 5 ....................................................................................................................33
PEMBAHASAN ....................................................................................................33
BAB 6 ....................................................................................................................36
PENUTUP..............................................................................................................36
6.1 Kesimpulan...................................................................................................36
6.2 Saran .............................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................37
x
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
DAFTAR TABEL
Halaman
xi
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xii
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
DAFTAR SINGKATAN
xiii
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xiv
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan yang memanfaatkan laut sebagai salah
satu sumber utama dalam kehidupannya terutama di sektor perikanan yang
memegang peranan penting dalam perekonomian nasional Indonesia.1 Peranan
penting ini terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan bagi
nelayan, sumber protein hewani, dan sumber devisa. Perikanan Indonesia
memiliki potensi sebesar 8,02 juta ton/tahun. Produksi perikanan nasional pada
tahun 2014 mencapai 20,95 juta ton. Produksi tersebut meningkat 17,78% dari
tahun 2013 (17,49 jutan ton).(Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2014).
Produksi perikanan Sumatra Barat pada tahun 2020 mencapai total sebanyak 439
ton.3 Sejalan dengan produksi perikanan yang terus meningkat diharapkan angka
konsumsi ikan juga terus meningkat setiap tahunnya.
Kementrian Kelautan dan Perikanan merencanakan peningkatan angka
konsumsi ikan sebesar 6,11 kg/kapita/tahun dengan menargetkan peningkatan
angka konsumsi ikan nasional dari 56,39 kg/kapita/tahun di tahun 2020 menjadi
62,50 kg/kapita/tahun di tahun 2024.2 Survei penghitungan sementara pada tahun
2019 menunjukkan angka konsumsi ikan nasional di 34 provinsi mencapai sebesar
55,95 kg/kapita/tahun.2 Sedangkan angka konsumsi ikan provinsi Sumatra Barat
pada tahun 2019 tercatat sebanyak 42,97 ton.4 Berdasarkan survei yang dilakukan
BPS didapatkan angka konsumsi ikan di Kota Padang meningkat dari tahun 2020
yaitu 37kg/kapita/tahun menjadi 41,23kg/kapita/tahun di tahun 2021.
Ikan merupakan semua makhluk hidup yang hidup di dalam air dalam
seluruh siklus hidupnya atau makhluk hidup yang sebagian siklus hidupnya
dihabiskan di laut.5 Ikan adalah hewan berdarah dingin yang mempunyai tulang
belakang, insang, dan sirip, serta sangat bergantung atas air sebagai medium
tempat tinggal.6 Ikan merupakan bahan pangan yang unggul karena kandungan
proteinnya yang tinggi dan bermutu tinggi serta lemak yang bermutu tinggi dan
baik untuk kesehatan.7
1
pangan yang diawetkan.8 Pengawetan ikan dapat dilakukan dengan cara alami
salah satunya adalah dengan menurunkan suhu ikan. Penurunan suhu ikan dapat
dilakukan dengan menempatkan ikan pada air atau air laut yang didinginkan dan
kemudian di-es-kan. Pengawetan ikan bisa juga dengan peng-es-an secara lansung
atau penggunaan air laut yang direfrigerasi dengan penjagaan suhu antara -0,5
hingga -1˚C. Cara-cara ini dapat mengawetkan ikan sampai dua minggu.
2
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
dapat mengakibatkan iritasi berat yang menimbulkan gejala sesak nafas dan nyeri
dada.17
Paparan formalin pada kulit dapat menyebabkan rasa perih, mati rasa, kulit
menjadi keras, perubahan warna kulit atau bahkan dapat menyebabkan luka bakar
tingkat satu.18,19 Formalin juga dapat menyebabkan terjadinya kanker karena
formalin adalah zat yang bersifat karsinogenik. Misalnya pada saluran pernafasan
dapat terjadi kanker sinus paranarsal atau kanker nasofaring.19 Paparan formalin
pada saluran pencernaan dapat menyebabkan kerusakan apabila tertelan dalam
jumlah besar. Kerusakan yang terjadi pada saluran pencernaan akan menimbulkan
gejala mual, muntah, muntah darah, atau diare yang diikuti dengan darah.
Kerusakan tersebut juga dapat menyebabkan kematian sel yang berakibat
terjadinya kanker.20
Penelitian yang dilakukan di Kota Padang oleh Mutiara pada tahun 2019
tentang identifikasi kandungan formalin pada ikan segar juga menunjukkan hasil
3
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
yang positif. Penelitian tersebut dilakukan pada ikan yang dijual di pasar gaung
dan pantai padang. Hasil penelitian menunjukkan dari 24 ekor ikan yang
dijadikan sampel terdapat 12 ikan positif formalin. Ikan yang terbanyak
mengandung formalin adalah ikan ukuran kecil.24
4
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui secara kualitatif kandungan formalin pada berbagai
ikan basah di beberapa pasar ikan di Kota Padang.
2. Untuk mengetahui secara kuantitatif kadar formalin yang terkandung pada
berbagai ikan basah yang terbukti mengandung formalin di beberapa pasar
ikan di Kota Padang.
5
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
1.4.4 Bagi Masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat
tentang ciri-ciri ikan basah yang mengandung formalin dan apa dampaknya bagi
kesehatan tubuh sehingga lebih berhati-hati dalam memilih dan membeli ikan.
6
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan
2.1.1 Pengertian
Ikan merupakan semua jenis organisme yang seluruh atau sebagian siklus
hidupnya dihabiskan di dalam air.5 Ikan adalah hewan berdarah dingin yang
mempunyai tulang belakang, insang, dan sirip, serta sangat bergantung atas air
sebagai medium tempat tinggal. Ikan adalah binatang yang biasanya tubuhnya
bersisik, bergerak dan menjaga keseimbangan badannya dengan menggunakan
sirip.5,6 Ikan merupakan bahan pangan yang unggul karena kandungan proteinnya
yang tinggi dan bermutu tinggi, serta lemak yang bermutu tinggi dan baik untuk
kesehatan.7
Ikan basah adalah ikan yang tidak diberi garam dan tidak dikeringkan.
Ikan basah bisa dikatakan sebagai ikan segar yang belum mengalami perubahan
baik secara fisik maupun kimiawi serta masih sama bentuk, rasa, tekstur, dan
baunya dengan ikan hidup, karena belum mengalami pengolahan maupun proses
pengawetan.26
7
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
laut karena adanya omega 3 yang dihasilkan pada ikan yang telah melalui proses
metabolisme tubuh manusia. Omega 3 merupakan asam lemak tak jenuh ganda
yang mempunyai banyak manfaat dintaranya dapat mencegah CVD
(Cardiovascular Disease) dan untuk optimal tumbuh-kembang anak.27,28
2.1.3.1 Cairan
2.1.3.2 Protein
Asupan protein yang dibutuhkan manusia setiap harinya adalah 0,8 g/Kg
berat badan. Ikan menyediakan 14% dari kebutuhan akan protein dari hewan, dan
4-5% dari kebutuhan total protein dunia. Protein dan asam amino yang dihasilkan
oleh ikan juga sangat mudah dicerna oleh tubuh manusia hingga 85-95%. Sebab
itulah ikan menjadi sumber protein tingkat tinggi. Protein berfungsi untuk
memperbaiki jaringan yang telah rusak serta juga penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan.27,29
2.1.3.3 Lemak
8
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
rentang kandungan 0,2% - 25%. Dibandingkan daging merah, kandungan lemak
pada ikan lebih sedikit. Lemak pada ikan sangat penting untuk manusia karena
dalam ikan terdapat vitamin yang larut lemak yaitu vitamin A dan D serta asam
lemak esensial yang dapat membantu dalam menghindari penyakit
kardiovaskular.29
Ikan secara umum mengandung asam lemak tak jenuh jamak yang baik
terutama ikan yang berasal dari laut. Asam lemak yang dimaksud ialah very long
chain polyunsaturated fatty acids (VLC-PUFA) yaitu eicosapentaenoic acid
(EPA, C20:5) dan docosahexaenoic acid (DHA, C22:6).Kandungan asam lemak
suatu ikan cenderung mencerminkan konsumsi asupan ikan tersebut. DHA sangat
berhubungan dengan fungsi kognitif manusia sementara EPA dan stearidonic acid
efektif dalam mengatasi kondisi pembengkakan tertentu. Asam lemak EPA dan
DHA sangat penting bagi manusia sebagai pencegah penyakit jantung koroner.
DHA merupakan komponen utama dari otak, retina mata dan otot jantung. Oleh
karena itu DHA merupakan komponen yang penting bagi perkembangan otak,
mata dan juga kesehatan jantung. EPA diketahui bermanfaat dalam penanganan
gangguan otak dan penanganan penyakit kanker.31
2.1.3.4 Mineral
9
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
udang. Zat besi berfungsi dalam pembentukan sel darah merah dan kandungan
besi terbanyak bisa kita temukan pada ikan yang memiliki cangkang.27
2.1.3.5 Vitamin
Di dalam ikan terdapat vitamin yang memiliki fungsi yang sangat penting
bagi manusia. Vitamin A dan D yang baik untuk pertumbuhan anak ditemukan
pada ikan yang berlemak. Selain berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan
tulang, vitamin A juga berfungsi untuk perbaikan dalam penglihatan. Vitamin D
juga berfungsi untuk pembentukan tulang dengan berikatan dengan kalsium. Rata-
rata jumlah kandungan vitamin A pada ikan terdapat sebanyak 125 μg/100g dan
vitamin D sebanyak 0,5 – 30 μg/100g. Jumlah vitamin D pada ikan setara dengan
jumlah vitamin D yang didapatkan ketika seseorang terpapar dengan ultraviolet
pada kulit.27,29,32
10
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Teri 74 10,3 1,4 4,1
Patin 132 17,0 6,6 1,1
Ikan Kering
Gabus 268 58,8 4,0 0,0
Peda Banjar 156 28,0 4,0 2,0
Pindang Banjar 157 28,0 4,2 1,8
Pindang Layang 153 30,0 2,8 0,0
Cakalang Asap 204 34,2 5,6 1,9
Sepat 289 38,0 14,0 0,0
Teri 170 33,4 3,0 0,0
Sumber : Tabel Komposisi Pangan Indonesia, 2017
11
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Pengawetan ikan dengan air laut yang direfrigerasi (ALREF) adalah
menggunakan campuran antara air tawar (80–90%) dan air laut (10–20%). Suhu
ALREF harus dijaga antara –0,5 hingga –1˚C; oleh karena itu, suhu harus
dikontrol beberapa kali dalam sehari. Ikan harus dilindungi dengan menggunakan
kain berbentuk selongsong atau dalam kantong plastik yang berlubang-lubang.
Penempatan ikan di dalam ALREF juga harus dilakukan secara hati-hati sehingga
ikan tersebut tidak lecet atau mengalami kerusakan yang lebih parah. Begitu ikan
ditempatkan dalam ALREF, tidak diperlukan adanya perlakuan lebih lanjut
sampai ikan dibongkar.9
12
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
mortis, rigor mortis, perubahan karena aktivitas enzim, dan perubahan akibat
aktivitas mikrobiologi.33
Fase prerigor mortis merupakan fase setelah ikan mati, di mana aliran
oksigen dalam jaringan terhenti karena kontrol otak dan aktivitas jantung terhenti
sehingga lendir dari kelenjar di bawah kulit ikan terlepas. Pada fase ini ikan masih
terlihat seperti ikan yang masih hidup atau masih terlihat segar dengan bola mata
yang menonjol dengan warna cerah dan bening, insang yang berwarna merah
cemerlang, tekstur daging yang elastis, sedikit lendir pada tubuh ikan, serta bau
ikan yang spesifik.33
Fase rigor mortis adalah akibat dari adanya perubahan kimia yang terjadi
di dalam otot ikan setelah terjadinya kematian. Terjadi perubahan glikogen
menjadi asam laktat sehingga pH menurun yang diikuti dengan menurunnya
adenosintriphospat (ATP) serta menurunnya kemampuan otot untuk
mempertahankan kekenyalannya yang merupakan akibat dari terhentinya aliran
oksigen ke jaringan ikan. Dalam fase ini, ikan yang utuh mulai menjadi lunak,
serta bau ikan menjadi bau amonia dan matanya yang cembung menjadi cekung.33
13
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2.2 Formalin
2.2.1 Pengertian
Formalin adalah senyawa formaldehid dalam air dengan konsentrasi rata-
rata 37% dan metanol 15% dan sisanya adalah air.10 Formaldehid adalah gas
beracun tidak berwarna yang disintesis melalui oksidasi metanol, mudah terbakar,
dan memiliki bau menyengat yang khas.11 Formalin merupakan salah satu bahan
tambahan pangan yang dilarang oleh pemerintah karena dapat merusak jantung,
menimbulkan kelainan pada ginjal, serta bersifat karsinogenik yang dapat memicu
pertumbuhan sel kanker di dalam tubuh.34
14
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Formaldehid adalah larutan yang menghasilkan gas dengan titik didih
21ºC sehingga tidak dapat disimpan dalam keadaan cair ataupun gas. Formaldehid
murni tidaklah tersedia secara komersial, tetapi dijual dalam 30-50% (b/b) larutan
mengandung air. Formalin (37% CH2O) adalah larutan yang paling umum.37
15
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Tabel 2.2 : Kegunaan Formalin dalam Berbagai Sektor13,14
Sektor Kegunaan
Deterjen dan pembersih Pengawet pada sabun, deterjen,
dan pembersih
Industri kosmetik Pengawet pada sabun, deodoran,
sampo, dll; bahan tambahan pada
pengeras kuku dan produk
kebersihan mulut
Industri minyak bumi Biosida dalam sumur pengeberon
minyak
Industri karet Biosida untuk lateks; bahan
tambahan perekat; bahan
tambahan antioksidan untuk karet
sintetis
Industri logam Agen anti korosif; media dalam
proses penyemprotan uap dan
elektroplating
Industri kulit Bahan tambahan agen
penyamakan kulit
Industri kayu Pengawet
Industri fotografi Pengeras lapisan gelatin;
pengembangan accelerator
Pertanian Pelestarian gabah, pembalut biji,
desinfeksi tanah, proteksi
pembusukan pakan, pupuk
nitrogen di tanah, proteksi
protein makanan dalam
ruminansia
16
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2.2.4 Metabolisme Formalin dalam Tubuh
Ada 4 jalur masuknya formalin ke dalam tubuh, yaitu dengan tertelan,
terhirup, kontak dengan kulit,dan melalui darah atau melalui blood exchange.38
Formaldehid memiliki waktu paruh yang cepat di plasma darah yaitu T1/2 sekitar
1-1,5 menit. Formaldehid di jaringan lansung dimetabolisme oleh sistem enzim,
yaitu enzim Glutathione-dependent Formaldehyde Dehydrogenase (FDH) atau
dengan nama lain Alcohol Dehydrogenase 5 (ADH5) bersama dengan enzim S-
Formyl-Glutathione-Hidrolase, serta dibantu oleh sistem katalase (hidrogen
perokidase) menjadi asam format. Asam format dioksidasi menjadi format dan ion
hidrogen yang kemudian masuk dalam siklus karbon melalui tetrahidrofolat.
Setelah itu asam format masuk ke jalur asam sitrat dimana format dapat
digunakan untuk kebutuhan energi, yang akhirnya melepaskan karbon dioksida
dan air. Sedangkan kelebihan asam format dalam tubuh akan diekskresikan
melalui urin.Asam format yang berlebih dapat merusak keseimbangan asam basa
dalam tubuh.39,40
17
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Keberadaan formalin pada makanan atau bahan pangan tidak bisa
dihilangkan seluruhnya, tetapi bisa dikurangi kadarnya. Formalin larut baik dalam
air sehingga mencuci bahan makanan sebelum diolah dapat mengurangi kadar
formalinnya. Cara pengolahan seperti perebusan dan penggorengan juga dapat
membantu pengurangan kadar formalin.21
Formalin memiliki sifat yang sangat iritatif pada jaringan mukosa, seperti
pada saluran pernafasan, mata, dan mulut. Interaksi lansung formalin dengan
mukosa atau interaksi sistemik dari formalin mengakibatkan adanya efek iritasi
tersebut. Formalin sangat mudah diabsorpsi tubuh melalui saluran pencernaan
atau saluran pernafasan yang merupakan organ yang paling sering terpapar secara
lansung dengan formalin. Metabolisme formalin dalam tubuh akan menyebabkan
adanya efek di seluruh tubuh dan penyebaran metabolisme tersebut akan
dieliminasi melalui darah, serta sebagian lainnya akan bergabung menjadi
makromolekul melalui jalur folate-dependent atau melalui interaksi antara asam
amino dengan formaldehyde. Secara primer, toksisitas sistemik disebabkan oleh
terkumpulnya metabolik asidosis.16 Berikut ini beberapa efek formalin pada
sistem dalam tubuh manusia :
Uap dari formalin pada kandungan formalin minimal sebanyak 0,3 BPJ di
udara dapat mengakibatkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokkan. Iritasi
yang terjadi dapat menyebabkan mata merah, lakrimasi, mata terasa panas, bersin,
serta dapat menyebabkan batuk dan nyeri tenggorokan. Efek yang terjadi
tergantung pada masing-masing individu, ada individu yang tahan terhadap
jumlah formalin yang minimal dan ada juga individu yang tidak mengalami efek
samping bahkan dengan jumlah paparan yang lebih besar.17,18
18
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2.2.6.2 Paru-paru
2.2.6.3 Kulit
Larutan atau uap formalin dapat menyebabkan rasa perih, mati rasa, kulit
menjadi keras, perubahan warna kulit menjadi putih atau bahkan dapat
menyebabkan luka bakar tingkat satu. Dermatitis juga dapat terjadi, ditandai
dengan adanya erupsi dan eksim pada mata, wajah, leher, dan pundak. Reaksi
alergi atau hipersensitivitas juga dapat terjadi pada paparan kronis formalin yang
disebabkan oleh sistem imun dan ditandai dengan terjadinya peningkatan
imunoglobulin G (ig G) dan ig E autoantibodi serum. Peningkatan T-Cell juga
dapat terjadi yang merupakan tanda bahwa adanya perubahan pada sistem
imunitas.15,18,19
2.2.6.4 Kanker
19
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2.2.6.5 Sistem Reproduksi
Formalin adalah zat kimia yang memiliki sifat iritatif dan korosif yang
akan lansung menyebabkan kerusakan pada saluran pencernaan bagian atas
apabila tertelan dalam jumlah besar. Kerusakan tersebut dapat berupa iritasi
ataupun terjadi kematian sel. Kerusakan yang terjadi pada saluran pencernaan
dapat menimbulkan gejala mual, muntah, muntah darah, atau diare yang diikuti
dengan darah.20
20
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Berikut ini beberapa metode yang dapat dilakukan untuk pengujian formalin pada
sebuah bahan uji:
Metode spot test ini dapat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
kandungan formalin, boraks, dan zat pewarna berbahaya. Keuntungan pengujian
dengan metode ini adalah cepat, murah, dan dapat dilakukan kapanpun. Reagen
FMR sangat sensitif dalam pengujian kandungan formalin di dalam makanan
karena dapat mendeteksi formalin dengan kadar terkecil yaitu 2 BPJ. 23,43
21
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
akan berubah warna menjadi merah keunguan jika sampel tersebut mengandung
formalin.44
22
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2.3 Kerangka Teori
Formalin masuk ke
dalam tubuh manusia
Sel kanker
Diekskresikan menjadi Merusak
CO2 dan urin keseimbangan
asam basa
23
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk menganalisis
kandungan formalin secara kualitatif dan kuantitatif pada berbagai ikan laut basah
di beberapa pasar ikan yang ada di Kota Padang.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah berbagai jenis ikan laut basah pada beberapa
pasar ikan di Kota Padang. Sampel dibagi dalam tiga kelompok yaitu ikan besar,
ikan sedang, dan ikan kecil, tanpa memperhatikan jenis ikan, serta memenuhi
kriteria inklusi dan tidak termasuk dalam kriteria eksklusi.
1. Kriteria Inklusi
Berbagai jenis ikan laut basah pada beberapa pasar ikan di Kota
Padang yang dibeli dengan berat tidak lebih dari 250 gram
2. Kriteria Eksklusi
- Bagian kepala ikan
- Ikan dengan ciri-ciri adanya pembusukan
24
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
3.3.3 Besar Sampel
Besar sampel penelitian ini adalah berbagai jenis ikan basah laut di
beberapa pasar ikan di Kota Padang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi,
dengan batas minimum sampel berdasarkan rumus :
𝑍2 𝛼 𝑥 𝑝 𝑥 𝑞
𝑛 =
𝑑2
Keterangan :
25
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
3.4 Definisi Operasional
3.4.1 Uji Kualitatif Kandungan Formalin
Definisi : Suatu pemeriksaan yang memliki tujuan untuk menyelidiki dan
mengetahui apakah terdapat kandungan formalin di dalam sampel
uji
Alat Ukur : Metode Spot Test menggunakan reagen FMR (Formalin Main
Reagent)
Cara Ukur : Melihat perubahan warna pada sampel yang dicampur dengan
reagen FMR
Hasil Ukur :
Positif Formalin : warna dari sampel yang dicampur dengan reagen FMR
berubah menjadi merah muda, merah, ungu, atau biru
Negatif formalin : warna dari sampel yang dicampur dengan reagen FMR
tidak berubah
26
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
- Kantong plastik
- Kertas label dan spidol
- Beaker glass
- Timbangan analitik
- Gelas ukur
- Batang pengaduk
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Pipet ukur
- Pipet filler
- Kertas saring
- Corong
- Tisu
- Spektrofotometri UV-Vis
3.5.2 Bahan
- Sampel ikan
- Aquades
- Reagen FMR
27
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
3.7.1 Alur Penelitian
Pengambilan Sampel
5 5 5 5 5
Pedagang Pedagang Pedagang Pedagang Pedagang
Ikan Basah
Laboratorium Balai
Kesehatan Provinsi
Pemeriksaan Kualitatif
Pemeriksaan
Kuantitatif
Analisis Data
Pengambilan sampel :
28
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
- Sampel dibeli di pasar-pasar dengan hasil produksi ikan yang banyak yaitu Pasar
Raya, Pasar Pantai Padang, Pasar Gaung, Pasar Pasir Jambak, dan Pasar Tanah
Kongsi.
- Sampel dibeli pada beberapa pedagang dengan jumlah total sebanyak 75 sampel.
- Pada pedagang akan dibeli 1 ekor ikan kecil, 1 ekor ikan sedang, dan 250 gram
ikan besar.
- Sampel yang dibeli akan lansung dimasukkan ke dalam plastik yang sudah diberi
label dan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengujian pada hari yang sama.
Pengujian sampel :
29
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
- Catat hasil konsentrasi yang didapatkan
Hasil
Pengujian dengan
Spektrofotometri UV-Vis
30
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian telah dilakukan dengan sampel berjumlah 75 ikan basah dari
lima pasar ikan di Kota Padang. Ikan basah yang dibeli sesuai dengan kriteria dan
dipilih secara acak tanpa memperhatikan jenis ikan. Sampel dibeli dari beberapa
pedagang ikan dengan jumlah 5 sampel ikan kecil, 5 sampel ikan sedang, dan 5
sampel ikan besar dari masing-masing pasar. Sampel yang sudah dibeli kemudian
dihaluskan, diberi label, lalu dibawa ke Laboratorium Balai Kesehatan Provinsi
untuk dilakukan pemeriksaan kandungan dan kadar formalin. Pengujian yang
pertama kali dilakukan adalah pengujian kualitatif dengan menggunakan reagen
FMR dan dilanjutkan dengan pengujian kuantitatif dengan metode
spektrofotometri UV-Vis. Hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.1. Hasil Uji Kualitatif Kandungan Formalin Pada Berbagai Jenis Ikan
Laut Basah di Beberapa Pasar Ikan di Kota Padang
No. Nama Pasar Kelompok Uji Kualitatif Formalin
Ikan Positif Negatif
(f) (f)
1. Pasar Raya Kecil 4 1
Sedang 2 3
Besar 2 3
2. Pasar Pantai Padang Kecil 2 3
Sedang 4 1
Besar 4 1
3. Pasar Gaung Kecil 0 5
Sedang 4 1
Besar 3 2
4. Pasar Pasir Jambak Kecil 1 4
Sedang 2 3
Besar 1 4
5. Pasar Tanah Kongsi Kecil 0 5
Sedang 1 4
Besar 1 4
Total 31 44
Keterangan : f = Frekuensi
Berdasarkan tabel 4.1. menunjukkan bahwa dari 75 sampel ikan laut basah
yang dilakukan uji formalin secara kualitatif terdapat kurang dari separuh
31
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
(41,33%) positif mengandung formalin.
Tabel 4.2. Hasil Uji Kuantitatif Kadar Formalin yang Terkandung Pada Berbagai
Jenis Ikan Laut Basah yang Terbukti Mengandung Formalin
No. Nama Pasar Kelompok Ikan Rata-rata Kadar
Formalin (mg/kg)
1. Pasar Raya Kecil 402,06
Sedang 100,25
Besar 895,24
2. Pasar Pantai Padang Kecil 840,21
Sedang 1.875,91
Besar 871,59
3. Pasar Gaung Kecil 0
Sedang 4.366,46
Besar 1.993,03
4. Pasar Pasir Jambak Kecil 1.001,11
Sedang 1.895,69
Besar 5.652,51
5. Pasar Tanah Kongsi Kecil 0
Sedang 386,71
Besar 414.05
32
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
BAB 5
PEMBAHASAN
33
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
yang ditimbulkannya berupa tenggorokan dan perut terasa terbakar, tenggorokan
sakit untuk menelan, mual, muntah dan diare, bisa terjadi perdarahan dan sakit
perut hebat, sakit kepala, hipotensi, kejang hingga koma, serta merusak hepar,
jantung, otak, limpa, pankreas, ginjal dan sistem saraf pusat. Sedangkan efek
kronis akibat masuknya formalin adalah iritasi saluran respirasi, rasa terbakar
pada tenggorokan, dan jika dikonsumsi menahun dapat mengakibatkan kanker.47
Keracunan formalin yang terdapat pada makanan dapat menyebabkan
gangguan sistemik pada tubuh seperti asidosis metabolik, distres pernafasan,
gagal ginjal, depresi sistem syaraf pusat dan koma. Anak-anak lebih sensitif
terhadap keracunan formalin daripada orang dewasa. Konsumsi makanan
berformalin dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan jumlah formaldehid di
tubuh, fraksi formaldehid berlebih yang tidak mengalami metabolisme akan
terikat secara stabil dengan makromolekul seluler protein DNA yang dapat berupa
ikatan silang. Ikatan silang formaldehid dengan DNA dan protein ini diduga
bertanggungjawab atas terjadinya kekacauan informasi genetik dan konsekuensi
lebih lanjut seperti terjadi mutasi genetik dan sel kanker.39
Hasil penelitian ini sejalan dengan survei yang dilakukan oleh Anda, dkk.
tentang keberadaan formalin pada produk perikanan laut segar di pasar tradisional
Kota Semarang yang menunjukkan dari 31 ikan belanak yang diperiksa, 8
diantaranya positif mengandung formalin. Pada 8 sampel yang positif didapatkan
kadar tertinggi 7,02 ppm dan terendah 1,53 ppm.22 Penelitian yang dilakukan oleh
dosen Universitas Brawijaya juga menunjukkan adanya kandungan formalin pada
6 ikan asin kering dan 1 ikan segar dengan kadar formalin berkisar 5 hingga 10
ppm.23 Penelitian yang dilakukan di Kota Padang oleh Mutiara pada tahun 2019
tentang identifikasi kandungan formalin pada ikan segar juga menunjukkan hasil
yang positif. Penelitian tersebut dilakukan pada ikan yang dijual di pasar gaung
dan pantai padang. Hasil penelitian menunjukkan dari 24 ekor ikan yang
dijadikan sampel terdapat 12 ikan positif formalin.24 Penelitian Badan Pengawas
Obat dan Makanan Indonesia pada tahun 2010 juga menunjukkan penggunaan
formalin pada ikan dan hasil laut menempati peringkat teratas, yaitu 66% dari
total 786 sampel.48
34
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan di
Kabupaten Aceh Timur tentang identifikasi formalin pada ikan segar di Pelabuhan
Pendaratan Ikan Idi Rayeuk yang menunjukkan hasil negatif atau ikan tersebut
tidak mengandung formalin. Hal tersebut menunjukkan bahwa kesadaran
masyarakat dan nelayan akan bahaya formalin sudah sangat baik.10
Perbedaan hasil penelitian ini menurut peneliti dapat disebabkan oleh
adanya perbedaan tingkat pengetahuan pedagang dan masyarakat terhadap
larangan penggunaan formalin sebagai bahan tambahan pangan serta kurangnya
kesadaran akan bahaya formalin terhadap tubuh. Kemungkinan faktor lain adalah
karena perbedaan jumlah tangkapan ikan oleh nelayan disetiap daerah.
Penggunaan formalin dapat terjadi pada daerah dengan jumlah tangkapan ikan
yang banyak yang tidak seimbang dengan kebutuhan masyarakat akan konsumsi
ikan. Keadaan ini mengakibatkan banyaknya ikan yang tidak terjual ataupun
terkonsumsi oleh masyarakat sehingga ikan menjadi tersimpan lebih lama oleh
produsen atau penjual. Dengan adanya penggunaan formalin inilah nantinya dapat
memperlama masa simpan dari ikan tersebut.
35
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan Penelitian, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Hampir separuh dari ikan laut basah pada beberapa pasar di Kota Padang
positif mengandung formalin
2. Pada 31 sampel yang positif formalin didapatkan rata-rata kandungan yang
cukup tinggi
6.2 Saran
1. Kepada Dinas Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) Kota Padang untuk memberikan penyuluhan dan penyebaran
informasi mengenai formalin dan bahayanya kepada produsen, pedagang,
dan masyarakat
2. Kepada Pemerintah perlu adanya perhatian untuk menghimbau produsen
yang berlaku curang dengan memberikan sanksi atau ganjaran khususnya
bagi produsen yang menggunakan formalin pada ikan yang dijualnya
sehingga diharapkan dapat memberikan perlindungan konsumen
3. Perlu dilakukan penelitian kembali di Kota Padang mengenai kandungan
formalin pada ikan laut basah di waktu yang berbeda
4. Perlu dilakukan penelitian terkait kandungan formalin pada ikan laut basah
di lokasi lain
5. Perlu dilakukan penelitian terhadap ikan yang sudah mengalami proses
pengolahan
6. Perlu dilakukan penelitian dengan sampel makanan lain terkait kandungan
formalin pada makanan
36
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
DAFTAR PUSTAKA
1. Wahyono S. Indonesia negara maritim. 2nd ed. Jakarta Selatan: Teragu; 2009.
2. Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2020, KKP targetkan konsumsi ikan 56,39
kg. 2020. https://kkp.go.id/artikel/16451-2020-kkp- Diakses Januari 2021.
3. Kementrian Kelautan dan Perikanan. Produksi perikanan Sumbar.
https://statistik.kkp.go.id/home.php?m=total&i=2#panel-footer - Diakses Januari
2021.
4. Kementrian Kelautan dan Perikanan. Angka konsumsi ikan Sumbar.
https://statistik.kkp.go.id/home.php?m=aki&i=209 - Diakses Maret 2021.
5. Republik Indonesia. Undang-undang nomor 45 tahun 2009 tentang perikanan.
Lembaran Negara Republik Indonesia. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Jakarta; 2009.
6. KBBI. Arti kata “ikan” menurut KBBI. http:kbbi.co.id/arti-kata/ikan - Diakses
Januari 2021.
7. Kusumastanto T., Damayanthi E., editors. Pengembangan perikanan, kelautan,
dan maritim untuk kesejahteraan rakyat volume 2. Bogor : PT Penerbit IPB Press;
2016.
8. Dasir dan Suryatno. Teknologi pengolahan dan pengawetan ikan. Palembang:
NoerFikri Offset; 2019;53.
9. Irianto HE. Teknologi penanganan dan penyimpanan ikan tuna segar di atas kapal.
Squalen Bull Mar Fish Postharvest Biotechnol. 2008;3(2):41.
doi:10.15578/squalen.v3i2.140
10. Mardiana R, Lidyawati, Zulfikri M. Identifikasi formalin pada ikan segar di
pelabuhan pendaratan ikan di Rayeuk Kabupaten Aceh Timur. J Pharm.
2020;1(3):77-82.
11. NCBI. Formaldehyde. Pubchem Compound Database.
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/712 - Diakses Maret 2021.
12. Yusra Y. Analisis kandungan formalin ikan asin kering di Gasan Gadang,
Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. J Katalisator. 2017;2(1):20.
doi:10.22216/jk.v2i1.1878
13. Budianto A. Formalin dalam kajian Undang-Undang Kesehatan; Undang-Undang
Pangan dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen. J Legis Indones.
2011;8(1):151-172.
14. Mahdi C. Mengenal bahaya formalin, boraks, dan pewarna berbahaya dalam
makanan. Malang: Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA Universitas
Brawijaya;2012.
15. Norliana S, Abdulamir AS, Abu Bakar F, Salleh AB. The health risk of
formaldehyde to human beings. Am J Pharmacol Toxicol. 2009;4(3):98-106.
doi:10.3844/ajptsp.2009.98.106
16. Hovda KE, Mcmartin K, Jacobsen D. Metanhol and formaldehyde poisoning. In:
Critical Care Toxicology. 2017.
37
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
17. California Department of Public Health. Hazard evaluation system & information
service; Formaldehyde. 2011. www.cdph.ca.gov/programs/ohb - Diakses Maret
2021.
18. BPOM RI. Informasi penggunaan bahan berbahaya (FORMALIN). Jakarta;
2008:1-29.
19. IARC Working Group. Chemical agents and related occupations. IARC Monogr
Eval Carcinog Risks Hum. France; 2012;100(Pt F):9-562.
20. Kamruzzaman M. Formalin crime in Bangladesh: A case study. Eur J Clin
Biomed Sci. 2016;2(5):39-44.
21. BPOM RI. Formaldehida dalam pangan olahan yang terbentuk karena proses.
Direktorat Standarisasi Pangan Olahan. Jakarta; 2019.
22. Putri Anda, Yuliawati Sri, Hestiningsih Retno. Survei keberadaan formalin pada
produk perikanan laut segar yang dijual di Pasar Tradisional Kota Semarang. J
Kesehat Masy. 2016;3(3):109-119.
23. Mahdi C. Alat pendeteksi cepat kandungan formalin, boraks, dan rodhamin pada
makanan (hasil penemuan dosen UB yang diproduksi oleh laboratorium
BioChem). VOK@SINDO. 2013; 1(1)
24. Insani M. Identifikasi kandungan formalin pada ikan segar yang dijual di Pasar
Gaung dan Pasar Pantai Padang. Padang : Universitas Andalas; 2019.
25. Badan Pusat Statistik. Data konsumsi pangan. 2019. https://www.bps.go.id/
26. KBBI. Pengertian ikan basah. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/ikan%basah -
Diakses Januari 2021.
27. Susanto E, Fahmi AS. Senyawa fungsional dari ikan : aplikasinya dalam pangan. J
Apl Teknol Pangan. 2012;1(4):95-102.
28. Diana FM. Omega. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2012;6(2):113-117.
29. Kumar Maurya A, Hari Om Verma I, Jag Pal, BN Shukla, Gayatri Pandey, dan
Amitha. A review on role of fish in human nutrition with special emphasis to
essential fatty acid. Ijfas. 2018;6(2):427-430.
30. Larsen R, Eilertsen KE, Elvevoll EO. Health benefits of marine foods and
ingredients. Biotechnol Adv. 2011;29(5):508-518.
doi:10.1016/j.biotechadv.2011.05.017
31. Pratama RI, Rostini I, Rochima E. Profil asam amino, asam lemak dan komponen
volatil ikan gurame segar (osphronemus gouramy) dan kukus. J Pengolah Has
Perikan Indones. 2018;21(2):219.
32. Khalili Tilami S, Sampels S. Nutritional value of fish: lipids, proteins, vitamins,
and minerals. Rev Fish Sci Aquac. 2018;26(2):243-253.
33. Riyantono, Abida IW, Farid A. Tingkat ketahanan kesegaran ikan mas (cyprinus
carpio) menggunakan asap cair. J Oseanologi dan Limnol di Indones.
2019;2(1):66-72.
34. Sari SA, Asterina A, Adrial A. Perbedaan kadar formalin pada tahu yang dijual di
pasar pusat kota dengan pinggiran Kota Padang. J Kesehat Andalas.
38
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2014;3(3):466-470.
35. Gustiani M. Uji kandungan formalin pada ikan laut yang di jual di pasar
tradisional Kota Jambi. Jambi: UIN Sultan Thaha Saifuddin; 2019.
36. Purawisastra S. Penyerapan formalin oleh beberapa jenis bahan makanan serta
penghilangannya melalui perendaman dalam air panas. Jurnal Peneliti Pusat
Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik. 2011;34(1):63-74.
37. Saragih Muhammad RA. Analisis kandungan formalin pada jenis ikan laut di
pasar tradisional Kota Medan tahun 2019. Medan: Universitas Sumatera Utara;
2019.
38. Athanassiadis BA, George GA, Abbott P V., Wash LJ. A review of the effects of
formaldehyde release from endodontic materials. Int Endod J. 2015;48(9):829-
838.
39. WHO. Chapter 5.8 Formaldehyde. Air Quality Guidelines – Second Edition.
http://www.euro.who.int/__data/assets/pdf_file/0014/123062/AQG2ndEd_5_8For
maldehyde.pdf - Diakses Oktober 2017
40. Laymena EH. Pengaruh formalin peroral dosis bertingkat selama 12 minggu
terhadap gambaran histopatologi ginjal tikus wistar. Semarang: Universitas
Diponegoro;2012.
41. Duong A, Steinmaus C, McHale CM, Vaughan CP, Zhang L. Reproductive and
developmental toxicity of formaldehyde: A systematic review. In: Mutation
Research. 2011;728(3):118-138.
42. Dhalila H, Zulfitri, Sofia. Efek formalin terhadap jumlah sel spermatogenik. J Fak
Kesehat Masy Univ Ahmad Dahlan. 2017; 11(1):72-77.
43. Singgih H. Uji kandungan formalin pada ikan asin menggunakan sensor warna
dengan bantuan FMR (Formalin Main Reagent). Jurnal ELTEK. 2013;11(1):55-
70.
44. Male YT, Letsoin LI, Siahaya NA. Analisis kandungan formalin pada mie basah
pada beberapa lokasi di Kota Ambon. Maj BIAM. 2017;13(2):5.
45. Tatuh HA, Rorong J, Sudewi S. Analisis kandungan formalin pada berbagai jenis
ikan di Kota Manado. Pharmacon. 2016;5(4):162-167.
46. Riana. Kandungan formalin dan kadar garam pada ikan sunu asin dari Pasar
Tradisional Makassar, Sulawesi Selatan. Makassar: Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin; 2015.
47. Saparinto, Cahyo dan Diana Hidayati. Bahan tambahan pangan. 5th ed.
Yogyakarta: Kanisius; 2010:62-65.
48. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). Informasi
makanan yang mengandung zat berbahaya. Jakarta: BPOM RI, KOPER POM dan
CV SagungSeto; 2010.
39
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Lampiran 1. Prosedur dan Hasil Penelitian
Prosedur Penelitian
1.
40
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2.
3.
41
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
4.
5.
42
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
6.
7.
43
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
8.
44
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian
45
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas