PTS PM Marwi
PTS PM Marwi
LAPORAN HASIL
(PTS)
Oleh:
Marwi,S.Pd.I
Pengawas Madrasah Kota
Jakarta Timur
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Penulis/Peneliti
Marwi,S.Pd.I.
NIP. 196809271996031001
Mengetahui/Mengesahkan:
Pertama-tama penulis mempersembahkan puji syukur kepada Allah swt, karena atas
melalui teknik pelatihan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat
1. Ibu Nurhadiko S.Ag , M.Pd selaku kepala Madrasah Tsanawiyah AL-Falah Jakarta
Timur yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian
ini.
2. Bapak/Ibu guru yang telah menunjukkan sikap kerjasama yang baik dengan penulis
dalam proses penelitian ini dari mulai tahap perencanaan sampai dengan tahap
pelaporan.
3. Bapak H.Zulkarnaian S.Ag, M.Hum sebagai Kepala Kantor Departemen Agama Kota
Jakarta Timur dan Bapak H.A.Taufiq S.Ag,MM selaku Ketua Kelompok Kerja
Pengawas Wilayah Jakarta Timur yang telah meneliti dan mengesahkan laporan
Akhir kata penulis berharap Allah Swt membalas segala bentuk perhatian dan bantuan
Marwi,S.Pd.I
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I : Pendahuluan
A. Kompetensi Guru………………………………………………………………… 5
B. Dimensi-Dimensi Kompetensi Guru ………………………………… 9
C. Kriteria ketuntasan Minimal …………………………………………… 20
D. Pelatihan Guru ………………………………………………………………… 27
E. Hipotesis Penelitian ……………………………………………………… 30
ii
Bab V : Simpulan Dan Saran
A. Simpulan …………………………………………………………………………… 39
B. Saran …………………………………………………………………………… 40
Daftar Pustaka
Lampiran
iii
BAB I
PENDAHULUAN
puluh dua bab, tujuh puluh pasal, dan penjelasannya. Undang-undang Sistem
bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan
1
Jika mencermati visi pendidikan tersebut, semuanya mengarah pada mutu
pendidikan yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Mutu
(2006:66), ada tiga komponen utama yang saling berkaitan dan memiliki
adalah kurikulum, guru, dan pembelajar (siswa). Ketiga komponen itu, gurulah yang
pembelajaran sekarang sudah tidak teacher center lagi, seorang guru harus tetap
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
hal itu, seorang guru harus mempunyai pengetahuan yang memadai baik di bidang
2
kompetensi, diantaranya: (1) kompetensi pengelolaan pembelajaran dan wawasan
(3) pengembangan profesi. Ketiga komptensi tersebut bertujuan agar guru bermutu
pendidikan Indonesia.
terhadap guru baik melalui pelatihan, workshop, PKG, diskusi, dan supervisi baik
yang dilakukan oleh kepala sekolah atau pengawas. Hal itu harus dilakukan secara
periodik agar kompetensi dan wawasan guru, khususnya guru MTs di wilayah
Jakarta Timur meningkat setiap saat sesuai dengan perkembangan ilmu dan
kompetensi dan wawasan guru saat ini, yaitu: (1) rendahnya kesadaran guru untuk
belajar, (2) kurangnya kesempatan guru mengikuti pelatihan, baik secara regional
Jakarta Timur
3
B. Rumusan Masalah
sekolah ini, yaitu: “Apakah melalui kegiatan pelatihan, guru dapat meningkatkan
pelajarannya masing-masing?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah melalui kegiatan pelatihan, guru
minimal sesuai mata pelajarannya masing-masing. Hal tersebut dapat diketahui dari
(observing), dan refleksi (reflecting). Hasil penelitian siklus pertama menjadi acuan
dalam melaksanakan tindakan siklus kedua, sedangkan hasil penelitian siklus kedua
D. Manfaat Penelitian
dapat memberikan manfaat sebagai bahan masukan kepada para guru, kepala
4
Departemen Agama Kota, Kantor Wilayah Departemen Agama DKI Jakarta dan
ketuntasan minimal, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja dan mutu
tugas pokok dan fungsi masing-masing. Di samping itu hasil penelitian ini
diharapkan juga dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk penelitian lebih lanjut
5
BAB II
A. Kompetensi Guru
jika menguasai kecakapan bekerja pada satu bidang tertentu. Menurut Nana
sosial, dan professional. Guru dalam proses belajar mengajar harus memiliki
khususnya. Untuk memiliki kompetensi tersebut guru perlu membina diri secara
6
baik karena fungsi guru itu sendiri adalah membina dan mengembangkan
Majid (2005:6) menjelaskan kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan
oleh seseorang tersebut dapat diperoleh baik melalui pendidikan formal maupun
pengalaman.
or capabilities that a person achieves, which become part of his or her being to the
keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi
Sejalan dengan itu Finch & Crunkilton (1979:222), sebagaimana dikutip oleh
7
keberhasilan. Sofo (1999:123) mengemukakan “A competency is composed of skill,
knowledge, and attitude, but in particular the consistent applications of those skill,
dan sikap, namun yang penting adalah penerapan dari pengetahuan, keterampilan,
dikatakan bahwa kemampuan individu dibentuk oleh dua faktor, yaitu faktor
kinerja berkriteria efektif dan atau unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi
tertentu.
pada kepribadian seseorang dan dapat memprediksi berbagai situasi dan jenis
8
pekerjaan. Dikatakan causally related, karena kompetensi menyebabkan atau
kompetensi itu benar-benar memprediksi siapa-siapa saja yang kinerjanya baik atau
intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
Sifat tanggung jawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baik dipandang
atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. Selanjutnya masih menurut Syah,
9
B. Dimensi-dimensi Kompetensi Guru
Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat
profesi.
1. Kompetensi Pedagogik
dan sumber pengajaran; dan (5) merencanakan penilaian prestasi siswa untuk
tujuan, (2) mampu memilih materi, (3) mampu mengorganisir materi, (4)
perangkat penilaian, (7) mampu menentukan teknik penilaian, dan (8) mampu
mengalokasikan waktu.
penguasaan tujuan.
program yang telah disusun. Dalam kegiatan ini kemampuan yang di tuntut
sesuai dengan rencana yang telah disusun. Guru harus dapat mengambil
keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan belajar mengajar
11
Pada tahap ini disamping pengetahuan teori belajar mengajar, pengetahuan
yang tidak terpisahkan dari setiap upaya manusia, evaluasi yang baik akan
tindak lanjut hasil belajar akan dapat diupayakan dan dilaksanakan. Dengan
belajar siswa.
memperbaiki soal yang tidak valid, (4) mampu memeriksa jawab, (5) mampu
14
penilaian, (8) mampu menentukan korelasi soal berdasarkan hasil penilaian,
menyimpulkan dari hasil penilaian secara jelas dan logis, (11) mampu
mengevaluasi hasil tindak lanjut, dan (16) mampu menganalisis hasil evaluasi
2. Kompetensi Kepribadian
seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun
masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu”
belajar anak didik. Dalam kaitan ini, Zakiah Darajat dalam Syah (2000:225-226)
15
menegaskan bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi
pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi
perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak
didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami
kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai
dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan
atau daya tahan terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam
mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta
didik”.
personal, yaitu kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan agar dapat
menjadi guru yang baik. Kompetensi personal ini mencakup kemampuan pribadi
yang berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan
perwujudan diri. Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian
16
Institut for Teacher Education, mengemukakan kompetensi pribadi meliputi (1)
pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama, (2) pengetahuan
tentang budaya dan tradisi, (3) pengetahuan tentang inti demokrasi, (4)
pengetahuan tentang estetika, (5) memiliki apresiasi dan kesadaran sosial, (6)
memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan, (7) setia
terhadap harkat dan martabat manusia. Sedangkan kompetensi guru secara lebih
khusus lagi adalah bersikap empati, terbuka, berwibawa, bertanggung jawab dan
nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang guru, (3) kepribadian, nilai, sikap
hidup ditampilkan dalam upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan
menjadi sumber inspirasi bagi subyek didik, dan patut diteladani oleh
3. Kompetensi Profesional
17
Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan
Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for
kemampuan dalam hal (1) mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan
baik filosofis, psikologis, dan sebagainya, (2) mengerti dan menerapkan teori
belajar sesuai dengan tingkat perkembangan perilaku peserta didik, (3) mampu
menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan kepadanya, (4)
mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai, (5) mampu
menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta fasilitas belajar lain, (6)
didik.
18
bahan yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan bahan yang
diajarkan tersebut, (2) penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan
dalam tentang subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta
metode yang tepat dan mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar.
diktat pelajaran, (6) menulis buku pelajaran, (7) menulis modul, (8) menulis
karya ilmiah, (9) melakukan penelitian ilmiah (action research), (10) menemukan
teknologi tepat guna, (11) membuat alat peraga/media, (12) menciptakan karya
wawasan meliputi (1) memahami visi dan misi, (2) memahami hubungan
4. Kompetensi Sosial
Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya dengan berhasil
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
diperlukan oleh seseorang agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain.
Dalam kompetensi sosial ini termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan
20
pada pendapat Asian Institut for Teacher Education, menjelaskan kompetensi
sosial guru adalah salah satu daya atau kemampuan guru untuk mempersiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk
menjadi guru yang baik tidak cukup digantungkan kepada bakat, kecerdasan, dan
kecakapan saja, tetapi juga harus beritikad baik sehingga hal ini bertautan
pertimbangan sebelum memilih jabatan guru, dan (3) mempunyai program yang
memiliki kemampuan komunikasi sosial baik dengan peserta didik, sesama guru,
(1) interaksi guru dengan siswa, (2) interaksi guru dengan kepala sekolah, (3)
interaksi guru dengan rekan kerja, (4) interaksi guru dengan orang tua siswa, dan
21
C. Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM).
tidak mengubah keputusan pendidik dalam menyatakan lulus dan tidak lulus
pembelajaran. Acuan kriteria tidak diubah secara serta merta karena hasil
empirik penilaian. Pada acuan norma, kurva normal sering digunakan untuk
kurang memuaskan. Nilai akhir sering dikonversi dari kurva normal untuk
mendapatkan sejumlah peserta didik yang melebihi nilai 6,0 sesuai proporsi
tepat terhadap hasil penilaian, yaitu memberikan layanan remedial bagi yang
belum tuntas dan atau layanan pengayaan bagi yang sudah melampaui criteria
ketuntasan minimal.
22
Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi
secara bertahap.
dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan
perlu melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan mudah oleh
peserta didik dan atau orang tuanya. Kriteria ketuntasan minimal harus
a. sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai
pengayaan;
23
b. sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian
mata pelajaran. Setiap kompetensi dasar (KD) dan indikator ditetapkan KKM
yang harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan
melebihi KKM. Apabila hal tersebut tidak bisa dicapai, peserta didik harus
pencapaian KKM sebagai tolok ukur. Oleh karena itu hasil pencapaian KD
informasi tentang peta KD-KD tiap mata pelajaran yang mudah atau sulit, dan
24
dan dukungan penuh bagi putra-putrinya dalam mengikuti pembelajaran.
25
b. Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis
rata dari indikator yang terdapat dalam Kompetensi Dasar tersebut. Peserta
KKM-SK yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran,
ulangan, baik Ulangan Harian (UH), Ulangan Tengah Semester (UTS) maupun
26
4. Langkah-Langkah Penetapan KKM
Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran.
intake peserta didik dengan skema sebagai berikut: Hasil penetapan KKM
b. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran disahkan
oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam melakukan penilaian;
d. KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan kepada
adalah:
dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. Suatu
27
1) guru yang memahami dengan benar kompetensi yang harus dibelajarkan
bervariasi;
diajarkan;
tugas/pekerjaan;
memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi, sehingga dalam proses
sekolah.
28
Daya dukung untuk Indikator ini tinggi apabila sekolah mempunyai sarana
bersangkutan.
Penetapan intake di kelas X dapat didasarkan pada hasil seleksi pada saat
penerimaan peserta didik baru, Nilai Ujian Nasional/Sekolah, rapor SMP, tes
seleksi masuk atau psikotes; sedangkan penetapan intake di kelas XI dan XII
D. Pelatihan Guru
1. Pengertian Pelatihan
keterampilan tertentu serta sikap agar peserta semakin terampil dan mampu
29
keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu relatif
pada pencapaian tujuan pendidikan dan pelatihan yang telah ditentukan terlebih
dahulu.
2. Tujuan Pelatihan
(Tafal, 1989).
30
mengelola dan menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa-siswinya.
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan hasil kajian teori di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini,
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan (Action Research). Carr dan Kemmis dalam
McNiff (1992) mengemukakan bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk refleksi
alamiah yang dilakukan oleh para partisipan, guru, dan peserta didik untuk meningkatkan
aspek-aspek praktis. Gay (1996) mengemukakan bahwa tujuan penelitian tindakan adalah
32
untuk memecahkan masalah praktis melalui aplikasi metode ilmiah (the purpose of action
research is to solve practical problems through the application of scientific method). Hall &
Hall (1996) mengemukakan bahwa salah satu ciri penelitian tindakan adalah peneliti itu
B. Desain Penelitian
Desain penelitian mengacu pada model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin
Refleksi I Pengamatan/
Pengumpulan Data I
Refleksi II Pengamatan/
Siklus II Pengumpulan Data II
33
Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan
baru hasil Tindakan III Tindakan III
refleksi II
Subjek penelitian adalah guru MTs Assa”adah wilayah Jakarta Timur. Jumlah guru yang
mengikuti kegiatan ini adalah 14 orang. Kegiatan dilaksanakan di MTs Al-Falah, Jalan
Raya Bekasi Ujung Menenteng Jakarta Timur. Penelitian berlangsung selama 3 hari, dari
D. Tindakan Penelitian
Karena penelitian ini merupakan penelitian tindakan, pelaksanaan ini dilakukan secara
rangkaian yang saling berkelanjutan, yaitu setelah siklus pertama dilakukan akan
dilanjutkan oleh siklus kedua. Setiap siklus selalu terdapat langkah-langkah persiapan
yang ditetapkan sebagai subjek penelitian, (2) mengadakan pertemuan dengan guru-
masalah pembelajaran dari aspek guru dan pengawas, (3) melaksanakan proses
34
percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru, (4) menyusun langkah-langkah
sementara yang dilakukan oleh pengawas sebagai titik awal mengukur ada tidaknya
merefleksikan atau mengkaji beberapa hal, yaitu: (1) apa yang telah dilakukan, (2)
bagaimana hasil yang dicapai, (3) apa kekuatan dan kelemahan yang ditemui, dan (4)
tindakan/perubahan apa yang akan dilakukan memasuki siklus berikutnya. Pada sesi
Tindakan siklus kedua dapat ditentukan berdasarkan hasil refleksi siklus pertama. Hal
ini tidak berbeda dengan siklus pertama, tetapi tindakan yang diberikan sebagai respon
siklus ketiga dan seterusnya, merupakan daur ulang dari serangkaian kegiatan yang
35
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
bagian dari kegiatan observasi dimana peserta dan peneliti ikut berpartisipasi
menangkap gejala alamiah yang terjadi. Observasi dilakukan baik secara sistematis
(systematic observation) yang sudah dirancang sejak awal penelitian maupun secara
supervisi. Instrumen terdiri dari kolom aspek yang dinilai, indikator operasional dan
penilaian.
penilaian kinerja guru sesuai dengan Bab VII pasal 15 ayat 2 permenpan nomor 16
tentang jabatan fungsional guru dan angka kredit, sebagaimana berikut : nilai 91 sampai
dengan 100 disebut amat baik; nilai 76 sampai dengan 90 disebut baik; nilai 61 sampai
dengan 75 disebut cukup; nilai 51 sampai dengan 60 disebut sedang; dan nilai sampai
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Awal
pengumpulan data dengan cara observasi dari kondisi awal kelas yang akan diberi
tindakan.
37
Pengetahuan awal ini perlu diketahui agar kiranya penelitian ini sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh peneliti, apakah benar kelas ini perlu diberi tindakan yang sesuai
1 Perencanaan.
yang dilakukan untuk mengetahui strategi pelatihan yang peneliti gunakan dalam
2 Pelaksanaan.
Kamis tanggal 3 Oktober 2013. Pada tahap pelaksanaan ini, peneliti mengawasi
kerja guru dalam menyusun Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diberikan,
3 Pengamatan.
Minimal (KKM). Pada kegiatan tersebut, terlihat masih ada guru yang bertanya ke
yang kurang memuaskan. Dari hasil koreksi awal, masih banyak guru yang belum
4 Refleksi.
Dari kondisi awal yang ada tersebut maka perlu diadakan suatu tindakan
B. Deskripsi Siklus I.
1. Perencanaan.
Untuk melakukan penelitian pada siklus I ini peneliti beserta guru pengajar
39
b. Membuat rancangan program pengajaran. Rancangan program yang dibuat
(2) Kegiatan inti berisi pengerjaan lembar kerja dan mengaktifkan siswa dengan
metode tanyajawab selama 50 menit (3) Penutup 5 menit (4) evaluasi 20 menit.
c. Membuat lembar kerja guru yang digunakan untuk mengaktifkan guru dalam
tahap yang membawa guru dalam penemuan masalah atau penyelesaian suatu
masalah.
e. Membuat solusi dan langkah untuk disampaikan pada guru berkaitan kelemahan
2. Pelaksanaan Tindakan.
5 Oktober 2021, peneliti melakukan kegiatan sesuai dengan apa yang telah
Minimal (KKM).
untuk mengamati cara kerja guru serta membantu guru yang mengalami
lembar kerja tersebut. Selain itu peneliti juga mencatat guru-guru yang aktif dan
yang masih menjadi masalah pada sebagian besar guru , untuk dijelaskan pada
3. Hasil Pengamatan.
yang melihat ke kiri atau ke kanan ataupun aktivitas lainnya, semuanya asyik
Dari hasil evaluasi yang diberikan setelah dikoreksi oleh peneliti didapatkan
Dari 14 guru yang ada , 6 guru mendapatkan nilai kurang dari 50 , sedang 8 guru
telah mendapatkan nilai diatas batas tuntas, hal ini berarti 57,14 % guru telah
4. Refleksi.
42
Selanjutnya, peneliti mendata guru yang punya kemampuan lebih dan mampu
berkolaborasi dalam belajar dan dipimpin oleh guru yang punya kemampuan
a. Perencanaan.
1) Membuat kelompok kecil yang terdiri dari 4 guru dan masing – masing
kelompok dipimpin oleh guru yang dipilih dari guru yang punya kemampuan
guru.
b. Pelaksanaan Tindakan.
II pada hari Sabtu tanggal 5 Oktober 2021. Tindakan di siklus II ini diawali
43
penjelasan kepada guru tentang prosedur yang akan dilaksanakan pada
Peneliti membagi kelompok yang terdiri dari 4 guru dan menentukan ketua
kelompok, pada saat guru mulai berdiskusi peneliti berkeliling untuk mencatat
Setelah waktu yang ditentukan pada lembar kerja habis maka peneliti
kesempatan ini peneliti memandu jalannya diskusi dan bersama – sama guru
merumuskan jawaban.
Pada hari Sabtu tanggal 5 Oktober 2021 pada guru diberikan evaluasi tentang
c. Hasil Pengamatan
44
Pada pelaksanaan siklus II ini tampak sekali bahwa guru sangat antusias
Pada saat diskusi pembahasan materi yang diberikan satu kelompok untuk
ditanggapi oleh kelompok lain, kadang terlihat perbedaan pola berfikir dari masing
yang sesuai dengan kriteria pencapaian hasil yang diharapkan karena dari 14 guru
yang ada semuanya mendapatkan nilai di atas batas ketuntasan minimal, sehingga
d. Refleksi
Dari hasil evaluasi yang diberikan selama 1 jam pelajaran atau 40 menit
tenyata 14 orang guru telah mampu mendapatkan nilai di atas batas kriteria namun
masih terlihat kesalahan yang dibuat oleh guru dikarenakan faktor kekurangtelitian
guru dalam bekerja. Akan tetapi, keaktifan dari guru secara keseluruhan telah sesuai
yang diharapkan oleh peneliti dibuktikan dalam mengerjakan lembar kerja secara
kelompok ini 100% telah aktif melakukan pembahasan lembar kerja yang diberikan.
1 Kemampuan dalam
10 % 57,14 % 100 %
menyusun KKM
2 Kemampuan
mengerjakan lembar 57,14 % 100 %
kerja
3 Keaktifan dalam
100 %
pembahasan lembar kerja
E. Pembahasan
Dari tabel antar siklus di atas tampak adanya hasil dari masing – masing indikator
yang harus dikuasai guru setelah diberi tindakan mengalami peningkatan yang sangat
luar biasa.
Pada siklus I peneliti cenderung membantu dalam bentuk teoretis, guru pengamat
pasif, karena hampir semua guru belum menetapkan kriteria ketuntasan minimal, bagi
guru yang telah membuat kriteria ketuntasan minimal cenderung dibuat apa adanya
yang terkadang mencontoh dari guru di sekolah lain. Sedangkan pada siklus II peneliti
dan guru benar-benar ikut bersama berlatih menetapkan kriteria ketuntasan minimal.
Guru diminta untuk lebih aktif dan serius (bukan asal jadi). Setiap selesai proses
kelompok guru yang lain mengkritisi serta memberi masukan terhadap hasil kerja guru
tersebut.
46
Setelah melalui proses refleksi, sebagian besar guru telah berhasil meningkatkan
pelajaran yang diampu. Guru dengan teliti dan cekatan memilih memilih cara
dengan menetap kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran. Secara umum, pencapaian
keberhasilan guru pada siklus keduanya telah mencapai nilai 85 atau baik.
BAB V
A. Simpulan
47
Penelitian tindakan ini dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari
dan refleksi (reflecting). Pada siklus pertama, kegiatan pelatihan diberikan dalam bentuk
Hasil dari kegiatan siklus pertama masih belum dapat dikatakan berhasil, hal ini
disebabkan peroleh rata-rata sekor para guru masih di bawah 50 atau kurang. Pada
minimal. Pada siklus kedua, hasil menetapkan kriteria ketuntasan minimal mata
pelajaran yang disusun oleh guru meningkat tajam, hal ini dibuktikan dengan peroleh
rata-rata sekor para guru sebesar 85 atau baik. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
minimal. Pada siklus pertama sekor rata-rata kompetensi guru adalah 25 atau kurang,
ketuntasan minimal.
B. Saran
Saran penelitian antara lain: (1) dalam menetapkan kriteria ketuntasan minimal, guru
ketuntasan minimal yang dikeluarkan oleh pihak berwenang; (2) diharapkan guru
48
mendiskusikan hal-hal yang masih dirasakan menjadi ganjalan kepada berbagai pihak,
misalnya kepala sekolah dan teman sejawat; (3) guru hendaknya mempersiapkan dan
memperbaiki kriteria ketuntasan minimal sebelum awal tahun pelajaran baru di mulai
setiap tahunnya, (4) pembuat kebijakan (decision makers), seperti kepala sekolah dan
luasnya kepada guru mata pelajaran untuk mengembangkan kemampuan guru dalam
pelajaran masing-masing.
49
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Moch. Idochi. 2004. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan.
Bandung: Alfabeta
BSNP. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta : BSNP.
Depdiknas. 2003. Revitalisasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Jakarta : Program
Pendidikan Menengah Umum.
Djamarah, SB. Zain, A. 1996. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Kirk Patrick, DL. 1994. Evaluating Training Program, San Fransisco: Barret-Publishers, Inc.
Lockwood, D. 1994. Desain Pelatihan Efektif Bagi Supervisor dan Manajemen Madya,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Panitia Pelaksana Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Rayon 10 Jawa Barat. (2009).
Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG), Pengawas. Bandung :
Universitas Pendidikan Indonesia.
Sahertian, Piet A. 2000. Konsep-Konsep dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, H. Nana. 2009. Penelitian Tindakan Kepengawasan, Konsep dan Aplikasinya bagi
Pengawas Sekolah. Jakarta : Binamitra Publishing.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Usman, Moh. Uzer. 1994. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
51
52