Full Text Skripsi - Ahmad Reynaldi - b11.2019.06193
Full Text Skripsi - Ahmad Reynaldi - b11.2019.06193
Full Text Skripsi - Ahmad Reynaldi - b11.2019.06193
SKIRPSI
Disusun oleh:
AHMAD REYNALDI
B11.2019.06193
PENDAHULUAN
Persaingan pada periode industri yang canggih ini terasa lebih sulit, maka
persaingan yang sehat dan mampu bertahan dalam keadaan apapun. Seperti
perusahaan air Minum dalam kemasan yang semakin banyak serta semakin gencar
pemasarannya. Ada beberapa merek Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang
beredar di Indonesia seperti Aqua, Le Minerale, Ades, Club, dan Cleo. Kerana air
minum dalam kemasan sudah menjadi keperluan sehari – hari guna memenuhi gaya
akan air minum dalam kemasan belakangan ini menjadi tinggi. Sehingga Air Minum
Dalam Kemasan (AMDK) menjadi penopang kegiatan sehari – hari dan sebagai
produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang beragam juga. (Indah pujianti,
2013).
Seperti yang telah diketahui air sudah menjadi kebutuhan pokok yang penting
untuk penunjang tubuh manusia. Maka dari itu terjadilah persaingan antar
perusahaan yang semakin gencar untuk mendapatkan pangsa pasar, agar diminati
yang akan dikonsumsi, persaingan di masa industri saat ini menjadi semakin sulit.
tahun 2019, dengan total realisasi investasi sebesar 1,43 triliun yang didistribusikan
sebagai Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDM). Oleh karena itu dengan barang-
keamanan air minum sangat penting untuk menjaga kesehatan manusia. Kebutuhan
akan air minum yang lebih banyak menciptakan peluang bagi pelaku usaha guna
semakin meningkat dan tumbuh dengan cepat. Asosiasi Perusahaan Air Minum
Dalam Kemasan (Aspadin) memperkirakan sudah ada sekitar 700 pelaku usaha
AMDK, 90% di antranya adalah pemilik usaha kecil dan menengah, berdasarkan
data kementerian. Akibatnya, bisnis amdk berada dalam persaingan ketat satu sama
AMDK salah satunya Le Minerale yang merupakan produk buatan anak dari
perusahaan PT Mayora Indah yang bernama PT Tirta Fresindo Jaya bergarak dalam
bidang beverages. Le Minerale mulai dikenal masyarakat Indonesia pada tahun 2015
yang memiliki Tagline menarik yaitu “Kaya Ada Manis – manisnya” sehingga
membuat konsumen di Indonesia terngiang - ngiang akan kalimat itu. Oleh sebab itu
Le Minerale dapat menyanding dan berjajar diberagam merek air minum dalam
Tabel 1.1
(AMDK) merek Le Minerale pada tahun 2020-2021 bearada di posisi ke 4 dan tidak
memiliki pangsa pasar sebanyak 6.1%, akan tetapi terjadi penurunan 5 % pada tahun
2021 dengan pangsa pasar sebanyak 4.6%, beda dengan merek Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) lainnya yang mendapati peningkatan per tahunnya. Akan tetapi
signifikan, dari data Top Brand Index mengalami kenaikan 8% dengan pangsa pasar
12.5% sehingga tanpa dipungkiri peringkat Le Minerale pada tahun ini menduduki
ranking 2 dibawahnya aqua dan sudah mendapat kategori TOP di Top Brand Index
Fase 2 ditahun 2022. Jadi konsumen saat ini sudah percaya bahwa Le Minerale
merupakan minuman yang kualiatasnya hampir sama dengan Aqua, karena dilihat di
Top Brand Index Le minerale bakal bisa bersaing dengan air minum dalam kemasan
merek Aqua, dimana Le minerale dipasarkan melui banyak strategi sehingga dengan
berperan langsung dan ikut serta dalam pemasaran suatu produk yang melakukan
dijalani.
Word of Mouth adalah faktor yang memiliki informasi real dari mulut ke
mulut serta berpengaruh atas pembelian produk yang mana itu merupakan sebuah
saran atau rekomendasi suatu produk, ulasan, dan pujian berdasarkan pengalaman
para konsumen (Hasan, 2010). Word of Mouth dapat memiliki pengaruh yang nyata
kepada orang yang mendengar, sebab kata atau informasi yang disampaikan adalah
kenyataan yang nyata dan kejujuran dari sebuah pengalaman dalam membahas
sebuah informasi yang biasanya diyakini dari cerita yang disampaikan oleh teman,
pembelian terhadap sebuah produk dibading melihat dari situs iklan. (Hasan, 2013).
Berikut adalah data mengenai ulasan produk yang saya teliti dengan produk yang
Tabel 1.2
merupakan merek Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang pertama kali berdiri
sedangkan Le Minerale baru berdiri pada tahun 2015 yang diproduksi oleh PT Tirta
Fresindo Jaya dan memiliki target pasar disegmen menegah serta menengah atas, Le
pasar dalam awal produksinya karena tak luput dari tagline “iya segarnya beda, kaya
ada manis – manisnya”. Bahkan hal ini diapresiasi oleh salah satu team manajemen
Danone Grup yang merupakan produsen dari Aqua, menurutnya ini merukapan ide
yang sangat out of the box dan cemerlang, bahkan sampai saat ini telah menjadi
power dari Le Minerale. Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) merek Le
Minerale terus berinovasi dan bersaing secara sehat demi melebarkan sayapnya di
kalangan perindustrian yagn bergerak dibidang baverages, hal ini sudah terbukti
dengan inovasi terbarunya yaitu Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) bentuk galon
perusaaan yang ketat maka perusahan dituntut untuk bisa membuat strategi yang
lebih kreatif dan inovatif agar bisa mempertahankan yang telah dicapainya. Dalam
hal ini perusahaan diharapkan melakukan segmentasi pasar agar bisa mengetahui apa
merek supaya menjadi suatu rangsangan bagi para konsumen dalam sebuah
persepsinya. Menurut Janita Dewi (2005:26). Citra Merek adalah suatu perspsi atas
sebuah pikiran atau memori konsumen, agar tetap diingat ketika mendengarkan
pertama kali suatu selogan dan akan terus teringingat didalam benak konsumen itu.
(Kotler and Ketler, 2013). Kotler (2015) menyatakan citra merek adalah komitmen
dan pelayanan dengan baik dan memuaskan, tidak hanya sekadar tanda atau logo
yang mebuat beda antar perusahaan pesaing, akan tetapi citra merek sebuah produk
adalah cita merek dengan nilai positif, oleh karena itu citra merek yang bernilai
positif dapat menentukan keputusan pembelian yang tinggi. Adapun hal dimana
perusahaan bisa meciptakan sebuah strategi yang lebih atau bahkan bisa menarik
kulaitas produk yang lebih bermutu dimata konsumen. Sehingga tidak terfokus pada
satu strategi dan akan terus berinovasi dalam persaingan yang sehat.
of operation and overall product repair, and other valuable attribute” artinya suatu
kemampuan atau kesanggupan dalam menerapkan fungsinya, hak ini masuk dalam
reparasi suatu produk dan atribut lainnya. Kato & Suda (2018) “States that we can
quality of consumer” artinya, menyatakan bahwa kualitas produk bisa kita ukur
melalui dimensi seperti kinerja, fitur, kesesuaian, keandalan, daya tahan, serta
minat beli ulang. Menurut Murwati dan Pratiwi (2017), adanya minat beli ulang
dikarenakan adanya pandangan positif dan kepuasan terhadap produk yang dibeli,
maka dari itu konsumen tanpa dipungkiri akan melakukan pembelian ulang produk
tersebut. Nilai suatu produk berhubungan dengan niat pembelian ulang konsumen
sebelumnya, karena adanya suatu penawaran yang lebih bagus dan lebih bisa
memenuhi apa yang diinginkan konsumen, sehingga konsumen akan lebih merasa
puas dan seneng karena produk yang dibeli sesui dengan keinginannya (Retnowati et
al., 2021). Menurut Kotler dan Keller (2013), banyak faktor yang dapat
Menurut penellitian terdahulu ada beberapa hasil riset, yang akan ditunjukan
Pada tabel 1.3 berdasarkan Research Gap, Kita dapat mengamati apakah
penelitia menghasilkan hasil yang berbeda. Bisa dilihat dari penelitian berpengaruh
dan tidak berpengaruh sehingga penelitian ini bisa diterapkan dalam menganalisis
Citra merek, Kualitas Produk, dan Word of Mouth terhadap minat beli ulang.
Citra merek memiliki pengaruh positif terhadap minat beli ulang (Paramitha
et al., 2019), yang memilikki argument bahwa citra merek bisa memberikan
dorongan minat beli terhadap produk, dan berpengaruh signifikan pada kepuasan
konsumen dan minat beli ulang. Adanya perbedaan antara penelitin yang dilakukan
oleh (Tangguh W, Pangestuti, & Nursalam, 2018) menunjukkan bahwa citra merek
adanya citra merek and word of mouth (Zulkarnain, 2021). Adapun pendapat dari
Darma (2019), mengatakan jika kualitas produk berpengaruh terhadap minat beli
temuan penelitian Prasetya dan Yulius (2018) mengatakan jika kualitas produk tidak
karena hal itu berkaitan dengan infomasi yang disampaikan seseorang dan ada faktor
lain yaitu iklan, store atmosphere yang mengatakan word of mouth berpengaruh
pofitif dan signifikan terhadap minat beli ulang (Hanisa dan Hardani, 2020), Akan
tetapi adanya perbedaan pendapat dari Adiran et al., (2018), yang berkata bahwa
variabel persepsi harga, kualitas produk dan Word of Mouth karena masih terdapat
pembelian ulang.
pada Le Minerale yang dipengaruhi dari berbagai faktor. Yaitu seperti faktor Citra
Merek, kualitas produk, dan word of mouth yang terjadi pada faktor penentu dalam
mempengaruhi minat beli ulang. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Citra Merek, Kualitas PRoduk dan Word of
Mouth terhadap minat beli ulang Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) merek
1. Apakah Citra Merek berpengaruh terhadap minat beli ulang konsumen Air
3. Apakah Word of Mouth berpengaruh terhadap minat beli ulang konsumen Air
Rembang.
Rembang.
3. Untuk menganalisis pengaruh word of mouth terhadap minat beli ulang
Rembang.
Selain itu, beberapa hasil studi diperkirakan akan bermanfaat dari sudut pandang
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
Dimana pandangan itu muncul secara otomatis dari ingatan diri konsumen, melalui
rangkain seleksi ingatan, terhadap semua merek yang pernah diingat. Sebab itu citra
merek merupakan komponen penting yang perlu menjadi focus seorang pemasar
(Geraldine, 2021). Menurut Sangadji dan Sopiah (2013) berpendapat jika citra merek
merupakan sekelompok asosiasi manarik yang akan dibangun serta dirawat oleh
pemasar. Menurut Kotler dan Lane (2016) Citra merek ialah visi dan keyakinan
konsumen.
Menurut Lin et al., (2021) merek yang kuat itu sangat penting, karena dapat
nama, simbol, logo, desain, kualitas layanan atau produk, visi dan misi, budaya
Para ahli telah menentukan jika citra merek adalah pendapat pelanggan
kepercayaan tentang merek tersebut. Jika konsumen memliki citra yang positif atas
suatu merek, maka berkemungkinan akan membeli lebih dari satu barang yang
diinginkan.
Menurut Kotler & Keller (2012) mengatakan jika citra merek merupakan sifat
ekstrinsik pada sebuah perusahaan yang bisa memenuhi kebutuhan psikologis atau
sosial dari konsumen (Putra, 2021). Dimana sifat ekstrinsik itu dapat membentuk
sebuah dimensi – dimensi utama, berikut dimensi utama citra merek menurut Keller
(2013):
David Aaekar pun berpendapat hal sama tentang dimensi citra merek pada
1. Brand Identity
Merujuk pada identitas yang melekat secara fisik, seperti: logo, nama,
2. Brand Personality
Menggambarkan sebuah karakter yang melekat pada diri suatu
3. Brand Assosiation
Suatu hal yang spesifik yang tergambar dibenak para konsumen, asosiasi
merek yang mereka miliki, seperti: turut serta dalam aksi sosial, ataupun
dengan beriklan.
4. Brand Attitude
dan calon konsumennya. Hal ini bisa merubah persepi konsumen terhadap
merek.
pelanggan.
1. Pengenalan (Recognation)
Menjelaskan mengenai produk atau perusahan yang bagaimana bisa
2. Reputasi (Reputation)
reputasi merupakan yang biasa dicari oleh sebuah merek kerana lebih
mempunyai value history yang kuat sebab dengan reputasi yang baik
bersangkutan.
4. Kesetiaan (Loyality)
Pada penjelasan diatas bisa disimpulkan, apabila sebuah merek telah dikenal
oleh banyak masyarakat dan didukung juga dengan track record yang pisitif maka
secara berulang.
4. Dalam upaya mendominasi dan menguasai pasar. Ini berarti bahwa bisnis
Banyak teori – toeri mengenai faktor pembentuk brand image (citra merek)
1. Salah satu elemen yang menciptakan citra merek yang membedakan suatu
produk yang luar biasa (model dan kenyamanan) dan kualitas yang
Menurut Bowo, Hoyyi, dan Mukid (2013) Kualitas produk adalah indikator
komparatif dari sejauh mana barang atau layanan dapat memenuhi kebutuhan
sejalan dengan dimensi yang mencerminkan kualitas produk itu sendiri merupakan
dari pengertian kualitas produk. Kualitas produk dikatakan baik jika dapat
carry out its functions consists of the durability of the entire product, reliability,
precision, ease of operation and repair, and other valuable attributes” merupakan
acuan pada kapasitas suatu produk untuk menjalankan fungsi yang dimaksudkan. Ini
2015).
Menurut Dewi & Warmika (2017), Bisnis ini menggunakan sejumlah teknik
Salah satunya adalah dengan menjamin bahwa produk tersebut memenuhi ekspektasi
konsumen dari segi kualitas, dapat dinyatakan bahwa konsumen menilai suatu
perbaikan kemasan produk, dan kualitas lainnya, dapat dipahami sebagai kualitas
menurut Luthfia dalam (Putra 2021). Schiffman dan Kanuk berpendapat jika kualitas
produk merupakan kapasitas badan perusahaan guna memberi setiap produk identitas
dan fungsi yang unik sehingga pelanggan dapat mengidentifikasi produk tersebut.
Menurut pemaparan teori diatas menurut para ahli bisa diambil kesimpulan
jika kualitas produk merupakan salah satu hal yang telah memiliki keunggulan serta
layak untuk di jual sehingga dapat memenuhi harapan serta keinginan dari
konsumen.
Dimensi kualitas produk menurut Mullins et al., dalam (Saidani & Arifin,
2012) terdapat:
1. Performance (Kinerja)
tersebut.
4. Features (Fitur)
5. Reliabilty (Reliabilitas)
layak jika suatu produk dapat berubah dalam jangka waktu tertentu serta
6. Aesthetics (Estetika)
Adalah reaksi dalam penilaian pemakaian yang dibuat tanpa sadar sebab
produk itu.
dan kelebihan dari barang maupun jasa secara menyeluruh karena mempunyai
maksud dan tujuan dalam memenuhi yang diinginkan oleh konsumen, terdapat lima
dengan seni rupa, music, dan drama sehingga dalam pendekatan tersebut
digunakan.
pendekatan tersebut menilai suatu kualitas sebagai ciri khas atau atribut.
jumlah unsur dan atribut yang ada di dalam suatu produk. Sehingga,
tinggi serta bagaimana konsumen melihat dan puas terhadap produk yang
biaya.
Kualitas dinilai secara relatif, maka produk dengan kualitas tinggi yang
Tetapi, bagi konsumen produk yang memiliki nilai ialah dari produk yang
biasanya dipandang memiliki kualitas dan rasa yang lebih tinggi daripada
2. Fitur produk
Daya tahan adalah ukuran berapa lama suatu produk dapat digunakan
tertulis, serta elektronik tentang seberapa baik suatu produk atau jasa dan
2018). Word of mouth adalah pemasaran dari mulut ke mulut, yang sering dilakukan
pelanggan serta klien merekomendasikan layanan, merek, atau produk tertentu yang
2017). Menurut Priansa (2017), word of mouth adalah pesan mengenai produk atau
jasa dari peusahaan, dalam bentuk komentar dari kinerja produk, informasi mengenai
pengalaman seseorang untuk disampaikan kepada orang lain. Proses word of mouth
dapat terjadi secara baik ketika konsumen puas dengan pengalaman yang mereka
rasakan melalui produk ataupun jasa yang telah diterima, sehingga dapat
konsumen lain tentang merek atau produk. Menurut definisi yang diberikan diatas,
memastikan produk dan merek mereka sudah kualitas yang khas dan inovatif yang
membuatnya layak menjadi conversation product (Masturi & Hardini, 2017).
Menurut Bickart dan Schindler dalam (Sari, 2014) Perbincangan dari mulut ke mulut
(Word of Mouth) terdiri dari tanggapan lisan dan yang terjadi dalam interaksi tatap
muka. Karena adanya hubungan antara perusahaan dan pelanggan dalam prosedur
tersebut, itu dianggap lebih dapat dipercaya dan jujur (Hasan, 2010:25).
membeli suatu produk maupun jasa serta brand, yang selanjutnya akan
diinformasikan kepada pihak lain dan akan berpengaruh terhadap informasi positif,
gift.
2. Metode promosi dilakukan pelanggan untuk pelanggan dan pelanggan
produk.
Hellier et al., (2003), Han & Ryu (2012), dan Wahyuningsih (2021)
menafsirkan minat beli ulang adalah moral serta pandangan yang berkembang
sebagai akibat dari reaksi pelanggan pada suatu produk yang telah memperlihatkan
minat mereka guna dapat melakukan pembelian lagi. Minat pembelian kembali,
Tindakan pelanggan yang akan melakukan pembelian kedua sebagai hasil dari
evaluasi barang dan jasa yang telah digunakan. (Nurcholis & Ferdianto, 2021).
Menurut Wang et al., (2019), minat pembelian ulang adalah probabilitas subjektif
bahwa pelanggan yaitu pelanggan yang berpengalaman akan membeli ulang produk
Minat beli ulang adalah niat untuk membeli lagi barang serta jasa yang sudah
dibeli konsumen pada masa lalu (Hasan, 2013; Su et al., 2016; Wang et al., 2018).
Definisi ini menunjukkan bahwa minat beli ulang yang tinggi merupakan
loyal terhadap produknya. Minat beli ulang adalah hal penting bagi
bahwa konsumen memiliki minat beli jika kualitas produk telah mempengaruhi
mereka, informasi tentang produk, harga, dan kekuatan serta kekurangan produk
dibandingkan dengan merek lain, maka ambisi akan mempunyai produk dan minat
beli bakal berkembang. Menurut Fitria (2018), minat beli ulang adalah
dilakukan. Jika suatu produk telah dibeli kembali oleh konsumen maka produk
ulang ialah bentuk dari evaluasi konsumen mengenai pembelian suatu produk yang
telah dikonsumsi sebelumnya dan puas terhadap produk yang dipilih sehingga
Juliana et al., (2021) mengatakan jika ada 4 dimensi pada variabel minat beli
1. Minat transaksional
Dalam hal ini, adalah umum bagi konsumen untuk memiliki
2. Minat referensial
3. Minat preferensial
4. Minat eksploratif
gambaran barang yang akan ia minati dan beli, sesuai dengan perilaku
1. Faktor Kultur
dan tindakan sejak kecil. Nasionalisme, agama, ras, dan letak demografi
2. Faktor Psikologis
termasuk pengalaman orang tersebut belajar dari peristiwa sebelumnya
serta dampak dari sikap dan keyakinan pribadi. Perubahan perilaku yang
pembelian berulang.
3. Faktor Pribadi
termasuk dalam aspek pribadi ini. Cara kita memandang diri kita sendiri
disebut konsep diri kita, dan akhirnya dapat berfungsi sebagai contoh dari
4. Faktor Sosial
inisiatif, influencer pilihan pembelian, penentu apa yang harus dibeli, siapa yang
membeli dan siapa yang menjadi pemakai dalam analisis minat pembelian kembali.
Memilih produk dan merek yang konsisten dengan ambisi kelompok mereka adalah
salah satu cara kelompok referensi dapat berdampak pada minat pembelian kembali.
Kualitas manufaktur serta informasi yang dapat diakses pelanggan memainkan peran
penting dalam efektivitas pengaruh kelompok anutan atas niat pembelian kembali.
indikator yaitu:
1. Minat Transaksional
2. Minat Referensial
3. Minat Preferensial
Minat yang menjadi ciri tindakan seseorang yang memiliki bias kuat
terhadap produk. Opsi ini hanya bisa diubah jika produk mengalami
kerusakan.
4. Minat eksploratif
beberapa penelitian seperti (Rafikasari & Fauzy, 2021), (Bagus et al., 2021),
(Fandiyanto & Endriyasari, 2019), (Harfaina, 2018), (Zainur Rohman et al., 2022),
(Nilawati, 2019), (Saputra et al., 2016), (Soesanto, 2016), (Prahiawan et al., 2021),
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
Ulang Produk Sepatu” X₄: Citra Merek beli ulang pada produk
sepatu.
Variabel Terikat:
Ulang “Kopi Toraja” Di Y₁: Minat Beli Ulang kopi toraja di coffe josh
Yogyakarta)”
mouth terhadap minat X₃: Citra Merek terhadap minat beli ulang.
Variabel Terikat:
“Pengaruh Brand Image X₁: Brand Image image dan word of mouth
Pembelian Ulang (Studi Variabel Terikat: beli ulang kopi abc di desa
Bondowoso)”
“Pengaruh kualitas jasa, X₁: Kualitas Harga harga dan word of mouth
lokasi dan word of mouth X₂: Word of Mouth berpengaruh positif dan
pada bengkel fery motor Variabel Terikat: beli ulang bengkel fery di
pada produk kerupuk Y₁: Minat Beli Ulang cikaria pati, jawa tengah.
tengah)”
intention memiliki
pengaruh yang
positif dan
signifikan.
3. Variabel e-word of
moith terhadap
repurchase intention
memiliki pengaruh
intention
Minat pembelian ulang dalah suatu kegiatan dalam diri pelanggan guna
melakukan aktivitas pembelian produk ulang atau barang yang mirip, karena didapat
memalui kepuasan sutau produk yang telah dikonsumsi, sehingga konsumen akan
membeli kembali produk yang memiliki kualitas atau sesuai harapan, apabila
harapan itu sudah terwujud maka tanpa dipungkiri adanya minat beli ulang dari
konsumen. Berikut beberapa hal yang dapat memenuhi minat konsumen untuk
melakukan minat beli ulang, yaitu seperti citra merek, kualitas produk, dan word of
maouth.
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
Citra Merek
X₁
H₁
Kualitas Produk H₂ Minat Beli Ulang
X₂ Y₁
H₃
Word of Mouth
X₃
2.4 Hipotesis
Adalah satu faktor yang dapat mempengaruh minat pembelian ulang ialah Citra
Merek karena Citra Merek merupakan persepsi atau penafsiran pelanggan ketika
membeli dan menerima suatu produk yang dibutuhkan atau diinginkan, sehingga
dengan adanya Citra Merek akan membuat konsumen lebih yakin dengan persepsi
Merek saat ini lebih dari sekadar nama atau simbol; Ini berfungsi sebagai
salah satu cara untuk membedakan suatu produk dari barang-barang lainnya. Brand
image yang ada dalam sebuah produk menjadi salah satu kekhawatiran dan
pembelian. Adriani & Sembiring (2013). Menurut (Tjiptono, 2008), citra merek
adalah deskripsi asosiasi dan pendapat pelanggan atas suatu merek tertentu.
Preferensi pelanggan dari salah satu merek produk terkait pada citra yang melekat
dalam sebuah produk. Ramadhan et al. (2017), menjelaskan bahwa dengan citra
merek yang kuat, pelanggan akan mempunyai harapan yang baik terhadap produk
pelanggan. Jadi perusahaan dituntut untuk bisa menciptakan merek jauh berkualitas
daripada para pesaingnya untuk menghadapi masalah bagaimana pelanggan itu dapat
harga yang tepat dalam pandangan konsumen ialah tidak ragu dalam mengkonsumsi
produk tersebut, menurut Wildan Arifin (2016), (Annafik & Rahardjo, 2012; Semuel
& Lianto, 2014) menemukan jika Citra Merek berpengaruh positif dan signifikan
terhadap minat beli ulang. Pada pernyataan diatas untuk hipotesis pada penelitian
pertama ialah:
𝐇𝟏: Citra Merek Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Minat Beli
Ulang
Pada suatu bisnis yang menghasilkan produk, Kualitas produk atau kualitas
adalah elemen yang paling penting untuk dijaga karena banyaknya persaingan pada
pelanggan serta menjaga image perusahaan. Ketika kualitas produk telah dinilai baik
dan layak sehingga dapat memenuhi harapan konsumen tentunya hal itu bakal
terhadap pengalaman positif pelanggan dengan barang atau jasa merupakan kualitas
produk. Agar produk mereka menjadi luar biasa dan menonjol dari pesaing,
perusahaan harus dapat menyediakan produk dengan kualitas dan nilai yang tinggi.
Sedangkan terdapat pendapat lain menurut Darma (2019), seorang konsumen akan
fungsi yang maksimal karena akan lebih dapat diandalkan. Sehingga apabila
perusahaan dapat memberikan kualitas produk terbaik minat pembelian ulang akan
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Rafikasari & Fauzi (2021), Bagus
et al., (2021), Zainur Rohman et al., (2022), Soesanto, (2016) menemukaan jika
kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat pembelian ulang.
Sehingga dari pemaparan diatas untuk hipotesis kedua pada penelitian ini ialah:
𝐇𝟐: Kualitas Produk Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Minat Beli
Ulang
dengan menyampaikan pengalaman pada salah satu produk atau jasa guna
minat pembelian dan konsumen yang telah menyampaikan informasi kepada pihak
lain pun akan turut melakukan pembelian ulang apabila produk yang dibeli telah
Menurut Hasan (2010), dalam word of mouth pihak konsumen yang akan
perusahaan harus dapat memposisikan produknya dengan baik agar produk tersebut
berharga untuk dibicarakan serta akan dijadikan rekomendasi untuk orang lain
melalui Pengalaman yang sudah terjadi. Adapun word of mouth menurut Priansa
(2017), merupakan informasi terkait dengan produk atau jasa dari peusahaan, yang
dirancang dalam bentuk komentar dari kinerja produk, informasi mengenai harga
pengalaman seseorang untuk disampaikan kepada orang lain Hasil penelitian yang
telah dilakukan Rafikasari & Fauzi (2021), Zainur Rohman et al., (2022), Nilawati,
(2019), Saputra et al., (2016), menemukan bahwa word of mouth berpengaruh positif
dan signifikan terhadap minat pembelian ulang. Dari pemaparan diatas hipotesis
𝐇𝟑: Word of Mouth Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Minat Beli
Ulang
BAB III
METODE PENELITIAN
Semua hal yang menyeleksi dan mengusung variasi dalam nilai merupakan
1. Variabel Independen
Variabel yang dapat berfungsi secara independen satu sama lain atau
2. Variabel dependen
variabel yang bergantung pada variable lain atau dipengaruhi oleh
Tabel 3.1
3.2.1 Populasi
luas yang memiliki objek dan subjek sesuai dengan kualitas dan kuantitas tertentu
untuk ukuran dan komposisi yang telah ditetapkan peneliti untuk mempelajari dan
meyelidiki dari mana mereka dapat menarik kesimpulan. Dalam hal ini konsumen
merek air minum dalam kemasan Le Minerale dari Kota Rembang menjadi target
3.2.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2017:81), Sampel merupakan bagian dari ukuran
populasi dan terdiri dari sifat-sifatnya. Beberapa pelanggan yang secara konsisten
sampel untuk penelitian ini., purposive sampling dilakukan dalam penelitian ini
karena banyak sekali populasi yang komposisinya tidak diketahui dengan pasti.
Rumus unknow population berikut digunakan dalam skenario populasi yang tidak
diketahui penelitian ini, ketika jumlah populasi yang tepat tidak diketahui. (Ridania,
2019).
2
z
n= 2
4μ
Keterangan.
n = jumlah sampel
n=96,04
responden tetapi dalam penelitian ini akan dibulatkan menjadi 100 responden
sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling,
adalah metode pengambilan sampel yang akan memberi setiap anggota populasi
kesempatan guna menjadi bagian dari sampel. Teknik pengambilan non probability
sampling ini Purposive Sampling akan digunakan dalam penelitian ini. Menurut
pengambilan sampel, mereka mengambil sampel atau memilih sampel untuk alasan
responden yaitu:
Data kuantitatif merupakan jenis data yang dipakai untuk penyelidikan ini.
Menurut Sugiyono, (2015) data kuantitatif merupakan system yang dapat diukur dan
diukur dengan cepat, dimana data serta penjelasannya berupa bilangan atau angka.
Sedangkan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer, data ini
didapatkan dari penyebaran kuisioner atau angket pada sampel yang telah ditetapkan.
penelitian untuk diuji, jadi penulis harus mengumpulkan serta informasi yang akan
bahan kajian adalah yang satu ini. Cara yang dipakai dalam pembagian kuisioner
penelitian kepada pembeli air kemasan merek Le Mineral yang telah melakukan
pembelian secara berulang. Penyebaran kuisioner akan dilakukan dalam dua tahap.
Dimana tahap kedua berguna sebagai langkah cadangan apabila dalam proses
penyebaran kuisioner ditahap pertama belum mencapai angka responden yang telah
ditentukan.
Pada penelitian ini peneliti memilih untuk memakai skala likert. Skala ini
dianggap cocok guna mendapatkan data responden dimana tujuan dari penelitian ini
adalah menguji atau melihat fenomena sosial yang terjadi didalam populasi
penelitian. Menurut Sugiyono, (2015) Sikap, pandangan, dan persepsi seseorang atau
kelompok mengenai fenomena sosial diukur merupakan pengertian dari skala Likert.
Pada pertanyaan ataupun pernyataan yang dikur dengan skala likert memiliki
memiliki skor atau bobot yang telah ditentukan, seperti rincian pada tabel berikut:
2 Tidak Setuju 2
3 Ragu 3
4 Setuju 4
5 Sangat Setuju 5
Keterangan:
Menurut Sugiharto dan Sitinjak (2006), mengenai pengukuran apa yang harus
diukur terkait merupakan validitas. Tingkat akurasi alat ukur penelitian terhadap
bahan aktual yang diuji disebut sebagai validitas dalam penelitian. Uji validitas
merupakan prosedur yang dipakai untuk mengetahui seberapa baik alat ukur sesuai
dengan objek yang diukur. Sebuah pertanyaan dianggap valid jika r hitung > r table
(Ghozali, 2009).
variabel. Uji statistik alpha Cronbach’s akan digunakan untuk melakukan uji
keandalan. (𝛼) dengan ketentuan bahwa variabel yang diteliti dinyatakan reliabel
apabila nilai cronbach’s alpha adalah di atas 0,6 (Ghozali, 2009, p.133).
adalah untuk menentukan apakah setiap variabel didistribusikan secara teratur atau
tidak. Untuk menjalankan tes variabel lebih lanjut dengan anggapan bahwa nilai
normalitas jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arahnya, atau
tipikal, model regresi gagal jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak
mengikuti arah garis diagonal, atau jika grafik histogram tidak mencerminkan pola
menguji normalitas. Jika angka signifikansi (Sig) kurang dari 0,05, data tidak
model regresi menemukan keterkaitan antara variabel bebas atau tidak. Seharusnya
tidak ada korelasi antara variabel independen dalam model regresi yang layak. Jika
variabel independen berkorelasi satu sama lain, mereka tidak orthogonal. Istilah
mereka sama dengan nol. Mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam
cukup kuat antara variabel (biasanya lebih besar dari 0, 90), ini
dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cut off yang
Toleranssce ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Setiap peneliti
belum tahu variabel independen mana yang berkorelasi satu sama lain.
perbedaan varians antara residu dari satu pengamatan dengan yang lain dalam model
regresi. Jika varians dari residu satu pengamatan ke yang lain tetap konstan, kondisi
Menurut Ghozali (2011:139) Model dengan homoskedastisitas dan tidak ada terjadi
heteroskedastisitas merupakan model regresi yang layak. Model regresi lulus uji
heteroskedastisitas jika nilai p lebih dari 0,05, tidak signifikan berarti tidak terjadi
lain, ini dapat diterapkan untuk menentukan prediktabilitas individu dari variabel
yaitu Citra Merek (X₁) dan Kualitas Produk (X₂) dan Word of Mouth (X₃) terhadap
Keterangan:
a : Konstanta
1
b −b ₂ : Koefisien regresi
e : error
dengan mengalihkan nilai R-Square dengan 100%, jika nilai lebih dari 67% maka
menggambarkan koefisiensi yang baik, apabila kurang dari 67% namun lebih dari
33% menggambarkan koefisien determinasi yang moderat, dan jika kurang dari 33%
sebagai berikut:
2
R /K
Fh=
( 1−R ) /(n−k−1)
2
Keterangan:
Ho: bi = 0, artinya variabel bebas (Citra Merek, Kualitas Produk dan Word of
Ha: bi ≠ 0, artinya variabel bebas (Citra Merek, Kualitas Produk dan Word of
beli ulang).
a. Jika Fhitung ≥ Ftabel dan nilai Sig < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha
b. Jika Fhitung < Ftabel dan nilai Sig > 0,05, maka Ho di terima dan Ha
c. Mancari F tabel:
df1 = K – 1
df2 = N – k
Dimana:
Df : degree of freedom
N : jumlah sampel
ditentukan memiliki pengaruh atau tidak untuk melihat secara parsial bagaimana
pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) (2013:184) menjelaskan
sebagai berikut:
r √n−2
t=
√1−r 2
Keterangan:
t : Nilai Uji t
n : Jumlah Sampel
Ho: bi = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
dari variabel bebas (Citra Merek X₁, Kualitas Produk X₂ dan Word of Mouth X₃)
Ha: bi ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari
variabel bebas (Citra Merek X₁, Kualitas Produk X₂ dan Word of Mouth X₃)
dan Ha diterima hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel
b. Jika thitung < ttabel atau -thitung > -ttabel dan nilai Sig > 0,05, maka Ho diterima dan
Ha ditolak hal ini berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel
df = n – k pada α = 0,05
Keterangan:
df : degree of freedom
n : Jumlah sampel