Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN POSTPARTUM

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

DISUSUN OLEH:

NADYA INTAN ZIAHARA


G3A022094

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2022
A. Definisi
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah
lahirnyaplasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono,
2016).Periode pasca partum (puerperium) ialah masa enam minggu sejak bayi
lahirsampai organ-organ reproduksi kembali kekeadaan normal sebelum
hamil(Mochtar, 2013).
Seksio cesarea atau kelahiran sesarea adalah melahirkan janin melalui
irisan pada dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi).
Definisi ini tidak termasuk melahirkan janin dari rongga perut pada kasus
rupture uteri atau kehamilan abdominal (Pritchard dkk, 1991 dalam Maryunani,
2014).
Seksio Cesarea adalah proses persalinan melalui pembedahan dimana
irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan Rahim (histerektomi) untuk
mengeluarkan bayi (Juditha dan Cynthia, 2009 dalam Maryuani, 2015).

B. Tanda dan gejala (spesifikasi)


Menurut Manuaba (2017) spesifikasi persalinan dengan sectio caesariaantara
lain :
1. Prolog labour sampai neglected labour
2. Ruptura uteri imminen
3. Fetal distress
4. Janin besar melebihi 4000 gr
5. .Perdarahan antepartum
Sedangkan spesifikasi yang menambah tingginya angka persalinandengan
sectio menurut Sastrawinata (2015) adalah :
1. Malpersentasi Janina
a. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayimerupakan
bagian rendah dengan atau tanpa kaki, keadaan dimanajanin terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokongberada di bagian
bawah kavum uteri Ada 3 tipe letak sungsang:
1) Presentasi bokong murni (frank breech) 50-7-% ,Pada
presentasibokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki
terangkat keatas sehingga ujungnya terdapatsetinggi bahu atau kepala
janin,pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.
2) Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech) 5-10 % .
Padapresentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat
dirabakaki.
3) Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi
kaki(incomplete or footling) 10-30% . Pada presentasibokong kaki
tidaksempurna hanya terdapat satu kaki disamping
bokong ,sedangkankaki yang lain terangkat keatas.
b. Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalahjalan
/cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letaklintang
yang janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua primigravidadengan
letak lintang harus ditolong dengan sectio caesarea walaupuntidak ada
perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintangdapat lebih
dulu ditolong dengan cara lain.
c. Letak belakang Sectio caesarea
Disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bilapanggul sempit,
primigravida, janin besar dan berharga, Plasenta previa sentralis dan
lateralis, Presentasi lengkap bila reposisi tidak berhasil, Gemeli menurut
Eastman, sectio cesarea dianjurkan bila janin pertamaletak lintang atau
presentasi bahu, bila terjadi interior (looking of thetwins), distosia
karena tumor, gawat janin dan sebagainya.
C. Adaptasi fisiologi dan psikologi
1. Involusio uterus
Secara berangsur – angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil, setelah plasenta lahir uterus
merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-
ototnya. Fundus uteri 3 jari dibawah pusat. Selama 2 hari berikutnya,
besarnya tidak seberapa berkurang tetapi sesudah 2 hari ini uterus
mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke-10 tidak teraba dari
luar. Setelah 6 minggu tercapainya lagi ukurannya yang normal.
Epitelerasi siap dalam 10 hari, kecuali pada tempat plasenta dimana
epitelisasi memakan waktu tiga minggu.
2. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu
seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak,
kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil setelah bayi lahir,
tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui
oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari.
3. Payudara
Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan
payudara selama wanita hamil (estrogen, progesterone, HCG,
prolaktin, kortisol dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi
lahir. Waktu yang dibutuhkan hormone- hormon ini untuk kembali
ke kadar sebelum hamil sebagian ditentukan oleh apakah ibu
menyusui atau tidak.
4. Sistem Urinary
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu,
tergantung pada Keadaan/status sebelum persalinan, lamanya partus
kala II dilalui dan besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat
persalinan.
5. Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan
pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan
dalam proses tersebut. Oksitosin diseklerasikan dari kelenjer otak
bagian belakang. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin
berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi,
sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang
produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus
kembali ke bentuk normal.
6. Sistem Gastrointestinal
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan karena
makan padat dan kurangnya berserat selama persalinan. Seorang
karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada
bayi yang dikandungnya untuk proses pertumbuhan juga pada ibu
dalam masa laktasi.
7. Sistem musculoskeletal
Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa
pasca partum antara lain:
a. Nyeri punggung bawah
b. Sakit kepala dan nyeri leher
c. Nyeri pelvis posterior
d. Disfungsi simfisis pubis
e. Diastasis rekti
f. Osteoporosis akibat kehamilan
8. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina dalam masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lochea rubra
atau lochea cruenta, terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo
dan mekonium.
a. Lochea Rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa selaput
ketuban, sel-sel dari desidua, verniks kaseosa, lanugo dan
mekonium.
b. Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah
dan lendir hari ke 3-7 pasca persalinan
b. Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluaran cairan seperti nanah
berbau busuk.
c. Lochea stasis : lochea tidak lancar keluarnya.
9. Pembuluh Darah Rahim
Dalam kehamilan uterus mempunyai banyak pembuluh-
pembuluh darah yang besar, karena setelah persalinan tidak
diperlukan lagi peredaran darah yang banyak. Bila pembuluh darah
yang besar, tersunbat karena perubahan pada dindingnya dan diganti
oleh pembuluh-pembuluh yang kiri.
10. Vagina dan perineum
Setelah persalinan dinding perut longgar biasanya akan pulih
kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis menjadi
diastasis dari otot-otot rectus abnominis sehingga sebagian dari
dinding perut di garis tengah terdiri dari perineum, fascia tipis dan
kulit. Tempat yang lemah dan menonjol kalau berdiri atau
mengejan.
11. Sistem Kardiovaskuler
a. Volume Darah
Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah
total yang cepat tetapi terbatas. Pada minggu ketiga dan keempat
setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai
mencapai volume sebelum hamil. Hipervolemia yang diakibatkan
kehamilan menyebabkan kebanyakan ibu bisa mentoleransi
kehilangan darah saat melahirkan.
b. Curah Jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat
selama masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan
ini akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit
karena darah yang biasanya melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-
tiba kembali ke sirkulasi umum.
12. Tanda-tanda Vital
` Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38ºC,
sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan
hormonal, maka perlu dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis
puerperalis (infeksi selama post partum), infeksi saluran kemih,
endometritis (peradangan endometrium), pembengkakan payudara,
13. Endometrium
Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis, di tempat implantasi
plasenta. Pada hari-hari pertama, endometrium setebal 12,5 mm
akibat pelepasan desidua dan selaput janin.
Menurut: Manuaba, 2017

D. Patofisiologidan pathway
Seksio cesarea adalah suatu proses persalinan melalui pembedahan
pada bagian perut dan rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin diatas 500 gram. Selain berasal dari faktor ibu seperti panggul
sempit absolut, kegagalan melahirkan secara normal karena kurang
adekuatnya stimulasi, tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi,
stenosis serviks/vagina, plasenta previa, disproporsi sefalopelvik, ruptura uteri
membakat, indikasi dilakukannya sectio caesarea dapat berasal dari janin
seperti kelainan letak, gawat janin, prolapsus plasenta, perkembangan bayi
yang terlambat, mencegah hipoksia janin, misalnya karena preeklamsia.
Setiap operasi sectio caesarea anestesi spinal lebih banyak dipakai
dikarenakan lebih aman untuk janin. Tindakan anestesi yang diberikan dapat
mempengaruhi tonus otot pada kandung kemih sehingga mengalami
penurunan yang menyebabkan gangguan eliminasi urin.
Sayatan pada perut dan rahim akan menimbulkan trauma jaringan dan
terputusnya inkontinensia jaringan, pembuluh darah, dan saraf disekitar
daerah insisi. Hal tersebut merangsang keluarnya histamin dan prostaglandin.
histamin dan prostaglandin ini akan
menyebabkan nyeri pada daerah insisi. Rangsangan nyeri yang dirasakan
dapat menyebabkan munculnya masalah keperawatan hambatan mobilitas
fisik. Selanjutnya hambatan mobilisasi fisik yang dialami oleh ibu nifas dapat
menimbulkan masalah keperawatan defisit perawatan diri.
Adanya jaringan terbuka juga akan menimbulkan munculnya risiko
tinggi terhadap masuknya bakteri dan virus yang akan menyebabkan infeksi
apabila tidak dilakukan perawatan luka yang baik. Menurut: Rasjidi 2009,
Vierge 2008
Pathway
Menurut Rasjidi 2019, Vierge 20218 sebagai berikut:
Indikasi ibu: Indikasi bayi:

1. Indikasi fetal 3. Indikasi


2. Indikasi fetal
maternal Sectio Caesarea 4. Indikasi
maternal

Luka Sectio Caesarea Pengaruh anestesi Adaptasi post


spinal partum

Trauma jaringan

Jaringan
Jaringan Tonus otot kandung
kemih menurun

Histamin dan
Jaringan Proteksi kurang
prostaglandin keluar
Distensi kandung
kemih
Merangsang area Invasi bakteri
sensorik
Perubahan eliminasi
Resiko infeksi urin
Nyeri akut

Gangguan mobilitas fisik Gangguan


eliminasi urin

Defisit perawatan diri


E. Patalaksanaan medis dan keperawatan
1. Penatalaksanaan Medis
Pada penderita yang sudah masuk ke rumah sakit dengan tanda-
tanda dan gejala-gejala preeklamsi berat segera harus di beri sedativa
yang kuat untuk mencegah timbulnya kejang-kejang. Sebagai
tindakan pengobatan untuk mencegah kejang-kejang yang dapat di
berikan:
a. Larutan magnesium sulfat 40% sebanyak 10 ml (4 gr) disuntikan
intramuskulus bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan dan
dapat di ulang 4 gr tiap 6 jam menurut keadaan. Tambahan
magnesium sulfat hanya diberikan bila diuresis baik, reflek
patella positif, dan kecepatan pernafasan lebih dari 16 per menit.
Obat tersebut selain menenangkan, juga menurunkan tekanan
darah dan meningkatkan diuresis. Jika terjadi toksisitas, segera
berikan antidot kalsium glukonas 10% secara intravena selama 3
menit.
b. Klopromazin 50 mg intramuskulus.
c. Diazepam 20 mg intramuskulus, Digunakan bila MgSO4 tidak
tersedia, atau syarat pemberian MgSO4 tidak dipenuhi. Cara
pemberian: Drip 10 mg dalam 500 ml, max. 120 mg/24 jam. Jika
dalam dosis 100 mg/24 jam tidak ada perbaikan, rawat di ruang
ICU.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Tirah baring miring ke satu sisi (kiri).
b. Pengelolaan cairan, monitoring input dan output cairan.
c. Pemberian obat anti kejang.
d. Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema
paru- paru, payah jantung. Diuretikum yang dipakai adalah
furosemid.
e. Pemberian antihipertensi
Menurut: Gondo, 2014

F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada paien dengan preeklamsia
tergantung pada derajat preeklamsia yang dialami. Komplikasi yang terberat
dari preeklampsia adalah kematian ibu danjanin, namun beberapa komplikasi
yang dapat terjadi baik pada ibu maupun janin adalah sebagai berikut
(Marianti, 2017) :
1. Komplikasi pada Ibu
a. Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet
count), adalah sindrom rusaknya sel darah merah, meningkatnya enzim
liver, dan rendahnya jumlah trombosit.
b. Eklamsia, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang
ditandai dengan kejang-kejang.
c. Penyakit kardiovaskular, risiko terkena penyakit yang berhubungan
dengan fungsi jantung dan pembuluh darah akan meningkat jika
mempunyai riwayat preeklamsia.
d. Kegagalan organ, preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa
organ seperti, paru, ginjal, dan hati.
e. Gangguan pembekuan darah, komplikasi yang timbul dapat berupa
perdarahan karena kurangnya protein yang diperlukan untuk
pembekuan darah, atau sebaliknya, terjadi penggumpalan darah yang
menyebar karena protein tersebut terlalu aktif.
f. Solusio plasenta, lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum
kelahiran dapat mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan
plasenta, yang akan membahayakan keselamatan wanita hamil dan
janin.
g. Stroke hemoragik, kondisi ini ditandai dengan pecahnya pembuluh
darah otak akibat tingginya tekanan di dalam pembuluh tersebut. Ketika
seseorang mengalami perdarahan di otak, sel-sel otak akan mengalami
kerusakan karena adanya penekanan dari gumpalan darah, dan juga
karena tidak mendapatkan pasokan oksigen akibat terputusnya aliran
darah, kondisi inilah yang menyebabkan kerusakan otak atau bahkan
kematian.
2. Komplikasi pada Janin
a. Prematuritas.
b. Kematian Janin.
c. Terhambatnya pertumbuhan janin.
d. Asfiksia Neonatorum.
e. Hipoksia karena solustio plasenta
f. Lahir prematur

G. Asuhan keperawatan pada ibu post partum


1. Pengkajian ibu post partum
a. Pengkajian
1) Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur ibu yang berusia dibawah 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan,
agama, alamat, status perkawinan, ruang rawat, nomor
medical record, diagnosa medik, yang mengirim, cara masuk,
alasan masuk, keadaan umum, tanda vital dengan tekanan
darah diatas 160/100.
2) Keluhan utama
Nyeri kepala, pusing, penglihatan kabur, bengkak pada
ekstremitas atau tubuh, sering buang air kecil.
3) Data Riwayat penyakit
a) Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan
gangguan atau penyakit dirasakan saat ini dan keluhan
yang dirasakan pasien. Pada PEB meliputi: pusing,
nyeri kepala, nyeri epigastrium, bengkak dan sering
buang air kecil.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit lain yang dapat mempengaruhi
penyakit sekarang, misalnya gizi kurang pada ibu, DM,
jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary,
penyakit endokrin, HIV/AIDS, dll
c) Riwayat kehamilan
Riwayat kehamilan meliputi pada saat kehamilan,
persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara.
Jumlah kehamilan (GPA) jumlah anak hidup, jumlah
kelahiran premature, jumlah kegugura, jumlah
persalinan dengan tindakan, riwayat pedarahan, riwayat
kehamilan dengan hypertensi, berat badan bayi lahir
d) Riwayat pembedahan: Kaji adanya pembedahan yang
pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan,
oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi : Hal yang diinspeksi antara lain mengobservasi
kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi
terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman
dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur,
penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan
seterusnya.
b) Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar
tubuh dengan jari.
c) Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak
langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk
memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang
ada dibawahnya.
d) Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh
dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan
menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar:
mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah,
dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising
usus atau denyut jantung janin.
5) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah (albumin yang menurun) dan urin
(protein dalam urin +3 atau +4 serta pemeriksaan penunjang.
6) Data lain-lain :
a. Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah
diberikan selama dirawat di RS.
b. Data psikososial. Kaji orang terdekat dengan klien,
bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang
menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang
digunakan.
c. Status sosio-ekonomi: Kaji masalah finansial klien
d. Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah
klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan
menggunakan KB jenis apa.
e. Kaji kondisi bayi
f. Payudara
g. pemeriksaan genetalia
h. VT
i. Vagina
j. Lochea

2. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
c. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan kapasitas
kandung kemih
d. Resiko infeksi
e. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidak adekuatan suplai
asi
f. Resiko perdarahan
3. Intervensi keperawatan
No. Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Keperawatan
Dx
1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238)
keperawatan selama ...x24 jam, 1. Identifikasi lokasi,karakteristik, durasi,
tingkat nyeri (D.0077) frekuensi,kualitas, danintensitas nyeri
menurun dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi skalanyeri
1. Keluhan nyeri cukup 3. Identifikasi respons nyerinonverbal
menurun 4. Kontrol lingkungan yang memperberat
2. Meringis cukup menurun rasa nyeri
3. Sikap protektif cukup 5. Fasilitasi istirahatdan tidur
menurun 6. Jelaskan penyebab, periode, pemicu
4. Kesulitan tidur cukup nyeri
menurun 7. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
menguranginyeri
8. Kolaborasi pemberian analgetik
2. Setelah dilakukan tindakan Dukungan mobilisasi (I.05173)
keperawatan selama ...x24 jam, 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
gangguan mobilitas fisik fisik lainnya
(D.0054) meningkat dengan 2. Libatkan keluarga untuk membantu
kriteria hasil : pasien dalam meningkatkan pergerakan
1. Pergerakan ekstremitas 3. Jelaskan tujuanndan prosedur
cukup meningkat mobilisasi
2. Kekuatan otot meningkat 4. Ajarkan mobilisasi sederhana yang
3. Rentang gerak rom harus dilakukan
meningkat
3. Setelah dilakukan tindakan Manajemen eliminasi urine (I.04152)
keperawatan selama ...x24 jam, 1. Identifikasitanda dan gejalaretensi atau
Eliminasi Urine (D.0040) inkontensia urine
menurun dapat teratasi dengan 2. Monitor eliminasi urine
kriteria hasil: 3. Catat waktu-waktu dan haluaran
1. Desakan berkemih menurun berkemih
2. Distensi kandung kemih 4. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran
menurun kemih
3. Sensasi berkemih meningkat
4. Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi (I.14539)
keperawatan selama … x 24 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
jam diharapkan tingkat infeksi dan sistemik
(D.0142) menurun dapat 2. Berikan perawatan kulit
teratasi dengan kriteria hasil: 3. Cuci tangan sebelum dan setelah kontak
1. Demam menurun dengan pasien
2. Kemerahan menurun 4. Pertahankan teknik aseptic
3. Nyeri menurun 5. Ajarkan tanda dan gejala infeksi
6. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
7. Ajarkan etika batuk
8. Ajarkan memeriksa kondisi luka operasi
9. Anjuran meningkatkan asupan nutrisi
10. Anjurkan meningkatkan asupan cairan

5. Setelah dilakukan tindakan Edukasi menyusui (I.12393)


keperawatan selama ...x24 jam, Observasi
stdefisit pengetahuan tentang 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
manajemen laktasi (D.0111) menerima informasi
membaik dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi tujuan dan atau keinginan
1. Perlekatan bayi pada menyusui
payudara ibu cukup Terapeotik
meningkat 3. Sediakan materi dari media
2. Kemampuan Ibu pendidikan kesehatan
memposisikan bayi dengan 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan
benar cukup meningkat sesuai kesepakatan
3. Tetesan atau pancaran ASI 5. Berikan kesempatan untuk bertanya
meningkat 6. Dukung Ibu meningkatkan
4. Suplai ASI adekuat cukup kepercayaan diri dalam menyusui
meningkat Edukasi
5. Kepercayaan diri Ibu 7. Berikan konseling menyusui
meningkat 8. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu
6. Kelelahan maternal cukup dan bayi
menurun 9. Ajarkan 4 posisi menyusui dan
7. Kecemasan maternal cukup perlekatan dengan benar
menurun 10. Ajarkan perawatan payudara post
partum misal memeras asi pijat
payudara dan pencet oksitosin
6. Setelah dilakukan tindakan Pencegahan perdarahan (I.02067)
keperawatan selama … x 24 Observasi
jam diharapkan tingkat 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
perdarahan (D.0012) menurun 2. Monitor nilai hematokrit hemoglobin
dapat teratasi dengan kriteria sebelum dan setelah kehilangan darah
hasil: 3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
1. Kelembaban membran Terapeutik
mukosa cukup meningkat 4. Batasi tindakan invasif jika perlu
2. Kelembaban kulit cukup 5. Gunakan kasur pencegahan dekubitus
meningkat Edukasi
3. Hemoglobin cukup 6. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
membaik 7. Anjurkan menggunakan kaos kaki saat
ambulasi
8. Anjurkan menghindari aspirin atau
antikoagulan
9. Anjurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan
11. Kolaborasi pemberian produk darah
5. Evaluasi
a. Evaluasi formatif (proses) adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil
kualitas peayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan
segera setelah perencanaan keperawatan diimplementasikan untuk membantu
menilai efektivitas intervensi tersebut.
b. evaluasi hasil (sumatif) adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien
pada akhir asuhan keperawatan. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir
asuhan keperawatan secara paripurna.
DAFTAR PUSTAKA

Gondo, H.K. (2011). Pendekatan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri saat


persalinan. Jurnal CDK 185 38 (4)

Hadijono, 2010. Obstetric Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta :


Nuha Medika.

Mochtar, 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP.

Manuaba, I. B. G., 2017. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.


Jakarta: EGC.

Maryuani, A. (2014). Perawatan Luka Seksio Caesarea (SC) dan Luka Kebidanan
Terkini. Bogor : IN Media

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPD PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Sastrawinata & Soliigter. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.


Jakarta : EGC

Rasjidi, Imam. (2018). Manual Seksio Sesarea & Laparatomi Kelainan Adneksa.
Jakarta : C.V Sugeng Seto

Anda mungkin juga menyukai