Anda di halaman 1dari 7

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

MATA KULIAH HUKUM ACARA PIDANA


PRODI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH) IV
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
Soal Pertama :

a) Mengapa dalam proses penegakan hukum pidana masih memerlukan


Hukum Acara Pidana?
b) Bagaimana Keterikatan Hukum Pidana dengan Hukum Acara Pidana?
c) Apa tujuan dan Fungsi Hukum Acara Pidana?
d) Apa yang menjadi perbedaan mendasar antara Hukum Acara Pidana
berdasarkan HIR dan KUHAP?

Soal Kedua :

a) Mengapa Pelaksanaan Hukum Acara Pidana Harus memperhatikan


Asas-asas dan Prinsip-prinsip Hukum Acara Pidana?
b) Jelaskan Tahapan dalam Hukum Acara Pidana?

Soal Ketiga :

a) Apa perbedaan Penyelidik dan Penyidik? Jelaskan


b) Apakah pada saat Proses penyelidikan penyelidik dapat melakukan
tindakan Penggeledahan?

Petunjuk Teknis :

1. Soal UTS di atas di kerjakan oleh masing-masing mahasiswa dalam bentuk 3 (Tiga)
bagian soal, jangan ada copy paste jawaban di antara mahasiswa;
2. Jawaban dari setiap mahasiswa di kumpulkan di koordinir oleh kosma, dikirim
dalam satu file melalui email : ridwan.eko.prasetyo@gmail.com yang isinya berupa
jawaban dari setiap mahasiswa yang mengambil dan Mengikuti mata kuliah
Hukum Acara Pidana, Jawaban di ketik dengan mengunakan huruf Times New Roman
besar 12;
3. Jawaban dikumpulkan paling lambat hari senin 25 April 2022 pukul 24.00 WIB.
Nama : Zalfa Violina A.

NIM : 1203030134

Kelas : HTN 4C

Mata Kuliah : Hukum Acara Pidana

Dosen Pengampu : Ridwan Eko Prasetyo, S.H., M.H.

Soal Pertama :

a) Mengapa dalam proses penegakan hukum pidana masih memerlukan Hukum Acara Pidana?
Jawab : Tujuan daripada hukum acara pidana itu sendiri pada hakikatnya memang mencari
kebenaran. Para penegak hukum mulai dari polisi, jaksa sampai kepada hakim dalam
menyidik, menuntut dan mengadili perkara senantiasa harus berdasar kebenaran dan hal-hal
yang sungguh terjadi. Penegakan hukum secara umum dapat diartikan sebagai penerapan
hukum di berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara demi mewujudkan ketertiban
dan kepastian hukum yang berorientasi kepada keadilan. Dalam menegakkan dan
mewujudkan kepastian hukum, tindakan aparatur penegak hukum secara formal harus ada
pengaturannya, agar tindakannya tidak kontradiktif dengan undang-undang.
Artinya, tidak hanya mengacu kepada ketentuan hukum pidana materiil, tetapi juga
mengacu kepada hukum pidana formal, yang lazim disebut Hukum Acara Pidana. Hukum
Acara Pidana merupakan hukum formal yang di dalamnya memuat ketentuan-ketentuan
tentang bagaimana suatu proses beracara dalam rangka penegakan hukum pidana (hukum
materiil). Dalam ketentuan Hukum Acara Pidana dijabarkan bagaimana proses
penangkapan suatu kasus pidana mulai dari penyelidikan, penyidikan, penuntutan hingga
proses pengadilannya. Setelah putusan pengadilan dijatuhkan dan segala upaya hukum telah
dilakukan dan putusan telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, maka hukum acara
pidana yang mengatur pula pokok-pokok cara pelaksanaan dan pengawasan dari putusan
tersebut. Jadi, apa yang diatur di dalam hukum acara pidana adalah cara-cara yang harus
ditempuh dalam menegakkan ketertiban hukum dalam masyarakat, namun sekaligus juga
bertujuan melindungi hak-hak asasi tiap-tiap individu baik yang menjadi korban maupun si
pelanggar hukum dengan tindakan mencari keadilan. Karena itu hukum acara pidana ini
masih memerlukan sebuah hukum acara pidana.
b) Bagaimana Keterikatan Hukum Pidana dengan Hukum Acara Pidana?
Jawab : Tindak pidana adalah suatu perbuatan manusia yang memenuhi perumusan delik,
melawan hukum, dan perbuatan bersalah melakukan perbuatan itu. Orang yang melakukan
perbuatan pidana akan mempertanggung jawabkan perbuatan dengan pidana apabila ia
mempunyai kesalahan, Maka dari itu, secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa hukum
selalu berada ditengah masyarakat untuk memandu perilaku segenap warganya yang
dinamis. Hubungan hukum acara pidana dan hukum pidana merupakan pasangan yang
tidak dapat dipisahkan dan mempunyai hubungan yang erat. Keduanya saling melengkapi
sehingga jika salah satu tidak ada, lainnya tidak akan berarti.
Apabila hukum acara pidana tidak ada, hukum pidana tidak dapat dilaksanakan dan
akan menjadi hukum yang mati karena tidak ada pedoman dan perangkat lainnya yang
dapat melaksanakannya. Jika tidak ada hukum pidana, berarti tidak ada orang yang
melakukan perbuatan pidana, berarti tidak ada orang yang diproses oleh hukum acara
pidana. Hukum pidana merupakan berisi tentang perbuatan yang dilarang serta
hukumannya, sebaliknya hukum acara pidana merupakan hukum yang mengendalikan
tentang metode bagaimana ataupun menyelenggarakan Hukum Pidana, sehingga
mendapatkan keputusan Hakim serta metode bagaimana isi keputusan itu yang wajib
dilaksanakan.

c) Apa tujuan dan Fungsi Hukum Acara Pidana?


Jawab : Dalam Pedoman Pelaksanaan KUHAP telah dirumuskan mengenai tujuan Hukum Acara
Pidana yakni “Untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran
materiil, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan
menerapkan ketentuan Hukum Acara Pidana secara jujur dan tepat, dengan tujuan untuk mencari
siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya
meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menentukan apakah terbukti bahwa
suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan.”
Menurut Andi Hamzah, bahwa tujuan daripada hukum acara pidana adalah mencari dan
menemukan kebenaran material itu hanya merupakan tujuan antara, artinya ada tujuan akhir
yaitu yang menjadi tujuan seluruh tertib hukum Indonesia, dalam hal ini mencapai suatu
masyarakat yang tertib, tenteram, damai, adil, dan sejahtera.
Sedangkan fungsinya hukum acara pidana, yaitu:

1. Mencari dan menemukan kebenaran.


2. Pengambilan putusan oleh hakim.
3. Pelaksanaan daripada putusan yang telah diambil.
Menurut Bambang Poernomo bahwa tugas dan fungsi hukum acara pidana melalui alat
perlengkapannya, ialah:

1. Untuk mencari dan menemukan fakta menurut kebenaran.


2. Menerapkan hukum dengan keputusan berdasarkan keadilan.
3. Melaksanakan keputusan secara adil.

d). Apa yang menjadi perbedaan mendasar antara Hukum Acara Pidana berdasarkan HIR dan
KUHAP?
Jawab : Letak perbedaan KUHAP dan HIR :

 Dalam sistem tindakan, HIR menonjolkan kekuasaan dari pejabat pelaksana Hukum,
sedangkan KUHAP mengutamakan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia.
 Dalam sistem pemeriksaan, HIR memberi perhatian lebih diutamakan pada
fungsionalisasi pejabat yang diserahkan kekuasaan dan menempatkan terdakwa sebagai
obyek, sedangkan KUHAP memberi perhatian yang lebih besar ditujukan kepada
pembinaan sikap petugas pelaksana hukum dengan pembagian wewenang dan tanggung
jawab secara tegas dan tersangka/terdakwa dilindungi oleh asas-asas “praduga tak
bersalah” serta perangkat hak-hak tertentu.
 Dalam sistem pengawasan, HIR memiliki pengawasan secara vertikal (dari atasan
pejabat yang baru), sedangkan KUHAP memiliki pengawasan secara vertikal sekaligus
horizontal (dari sesama instansi dan atau unsur-unsur penegak hukum lainnya, misalnya
penasihat hukum melalui lembaga pra peradilan).
 Dalam tahap pemeriksaan, HIR memiliki proses pidana terdiri atas pemeriksaan
pendahuluan, pemeriksaan sidang pengadilan (dan upaya hukum), lalu pelaksanaan
putusan Hakim, sedangkan KUHAP memiliki proses pidana terdiri dari penyelidikan
dan penyidikan, penuntutan, kemudian pemeriksaan pengadilan (dan upaya hukum).
Harus diakui, bahwa kehadiran KUHAP dimaksudkan oleh pembuat undang-undang
untuk "mengoreksi" pengalaman praktik peradilan masa lalu yang tidak sejalan dengan
penegakan hak asasi manusia di bawah aturan Het Herziene Inlandsch Reglement (HIR),
sekaligus memberi legalisasi hak asasi kepada tersangka atau terdakwa untuk membela
kepentingannya di dalam proses hukum.

Soal Kedua :

a) Mengapa Pelaksanaan Hukum Acara Pidana Harus memperhatikan Asas-asas dan


Prinsip-prinsip Hukum Acara Pidana?
Jawab : Dikarenakan memperlihatkan apakah hukum acara pidana yang dilaksanakan tersebut
memberikan perlindungan terhadap hak-hak tersangka dan terdakwa dalam proses
peradilan (criminal justice system) dan juga dijadikan dasar untuk mengukur apakah tindakan
penegak hukum dalam melaksakan hukum acara pidana telah sesuai atau tidak. Salah satu tugas
Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah melakukan penyidikan. Dalam proses
penyidikan di antara kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah bahwa pejabat
tersebut memiliki wewenang yang telah diatur dalam hukum pidana sehingga berwenang
melakukan tindakan-tindakan paksa kepada siapa saja. Dalam proses penyidikan yang
dilakukan oleh Penyidik Polri, sesuai dengan fungsi penyidik Polri yaitu penyidikan, maka
dalam pelaksanaan fungsinya harus selalu memperhatikan asas-asas yang terdapat dalam
hukum acara pidana yang menyangkut hak-hak asasi manusia.
Jadi dalam hukum acara pidana itu selain berpatokan pada undang-undang atau KUHAP
itu memang harus memperhatikan asas-asas dan prisnip-prinsip KUHAP. Agar dalam proses
penyelesaian perkara pidana dilaksanakan sesuai berdasarkan hukun acara yang telah
ditentukan. Misalnya, salah satu asas dalam hukum acara pidana yaitu asas praduga tidak
bersalah dimana seseorang tidak dapat dikatakan bersalah apabila belum ada putusan
pengadilan. Sehingga dalam proses penyelesaian perkara seseorang yang diduga melakukan
tindak pidana tidak boleh dihakimi atau tidak bisa dikatakan bersalah sebelum adanya sebuah
keputusan, hal ini berkaitan dengan hak-hak yang dimiliki tersangka.

b) Jelaskan Tahapan dalam Hukum Acara Pidana?


Jawab : Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) secara garis besar
mengenal 3 (tiga) tahapan pemeriksaan perkara pidana yaitu, Tahap Penyidikan, Tahap
Penuntutan dan Pemeriksaan di Pengadilan yang dikenal dengan Sistem Peradilan Pidana
Terpadu (Integrated Criminal Justice System). Sistem terpadu maksudnya kewenangan
penyidikan, penuntutan dan peradilan.
A. Penyelidikan, penyelidikan bertujuan untuk menyatakan apakah suatu perbuatan itu
digolongkan ke dalam suatu tindak pidana atau bukan.
B. Penyidikan, Kegiatan penyidikan yang dilakukan oleh penyidik, wajib diberitahukan
kepada Penuntut Umum dalam bentuk Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan
(SPDP).
C. Penuntutan, tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan
negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini
dengan permintaan supaya diperiksa.
D. Putusan Hakim, suatu bentuk keadilan tertinggi yang diberikan kepada terdakwa dan
putusan tersebut dianggap benar serta memiliki kekuatan yang mengikat sepanjang tidak
ada upaya hukum yang dilakukan oleh terdakwa terhadap putusan tersebut.
E. Upaya Hukum, dilakukan oleh Terdakwa ataupun Penuntut Umum apabila merasa
keberatan dengan putusan hakim pengadilan tingkat I. Upaya hukum adalah hak terdakwa
atau penuntut umum untuk tidak menerima putusan pengadilan yang berupa perlawanan
atau banding atau kasasi atau hak terpidana untuk mengajukan permohonan peninjauan
kembali

Soal Ketiga :

a) Apa perbedaan Penyelidik dan Penyidik? Jelaskan

Jawab : Penyelidikan dan penyidikan menjadi salah satu unsur yang penting dalam
penegakan hukum. Menurut KUHAP, penyelidik hanya dijabat oleh pejabat polisi negara
Republik Indonesia, sementara penyidik, selain dijabat oleh pejabat polisi negara
Republik Indonesia, dapat juga dijabat oleh pejabat pegawai negeri sipil tertentu.
Penyelidik bertindak untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai
tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan. Sementara
penyidik bertindak setelah jelas tindak pidananya, yaitu untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang
terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

Dari penjelasan diatas maka bisa kita simpulkan bahwa penyelidikan arahnya
untuk menentukan ada atau tidaknya peristiwa yang diduga merupakan perbuatan pidana.
Sedangkan dalam penyidikan arahnya untuk menentukan siapa tersangka yang dapat
diduga melakukan perbuatan pidana tersebut.
b) Apakah pada saat Proses penyelidikan penyelidik dapat melakukan tindakan
Penggeledahan?
Jawab : Tindakan penggeledahan pada dasarnya merupakan tindakan penyidik dalam
proses penyidikan, bukan tindakan penyelidik. Namun, dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana diatur bahwa
penyelidik dapat melakukan tindakan penggeledahan atas perintah penyidik. Dalam
melaksanakan penggeledahan, penyidik tidak sepenuhnya melakukan sendiri. Penyidik
juga diawasi dan dikaitkan dengan Ketua Pengadilan Negeri dalam melakukan
penggeledahan. Tindakan penyidik tidak hanya terbatas pada melakukan pemeriksaan
akan tetapi bisa sekaligus melakukan penangkapan dan penyitaan sepanjang telah
memenuhi ketentuan hukum acara yang mengatur.

Anda mungkin juga menyukai