Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Sejarah Indonesia yang membahas tentang
Kerajaan Kediri ini. Kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan
dapat menjadi sumber referensi siswa maupun guru sehingga pembaca memiliki
ilmu pengetahuan yang lebih luas mengenai sejarah Kerajaan Kediri.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini. Tanpa kerja keras dan bantuan pihak lain, pastilah
penyusun tidak dapat membuat makalah ini dengan baik.

Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit hambatan yang telah penyusun lalui.
Hal itu tentu mempengaruhi isi daripada makalah yang telah disusun ini. Berkenaan
dengan hal tersebut, kesalahan dalam makalah pastilah ada. Oleh karena itu, kami
penulis sangat berharap agar pembaca dapat memberi kritik dan saran demi
tercapainya kesempurnaan makalah yang ini.

Kebasen, September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................


i.....................................................................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................
1
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................
2
2.1 Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri2......................................................................
2
2.2 Perkembangan Kerajaan Kediri3...........................................................................
2
2.3 Aspek Kehidupan Kerajaan Kediri3.......................................................................
3
2.4 Raja-raja yang Pernah Memerintah Kerajaan Kediri3...........................................
5
BAB III PENUTUP........................................................................................................
8
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................................
8
3.2 Saran .....................................................................................................................
8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah lahir atau berdirinya Kerajaan Kediri dilatarbelakangi dengan perintah Raja
Airlangga yang membagi kerajaan menjadi dua bagian saat itu, yakni Jenggala
(Nama lainnya Kahuripan) dan Panjalu (nama lainnya Kediri) yang saat itu dibatasi
dengan Gunung Kawi dan Sungai Brantas. Tujuannya adalah supaya tidak ada
pertikaian antara keduanya. 

Kerajaan Janggala atau Kahuripan terdiri atas Malang dan Delta Sungai Brantas
dengan pelabuhan Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, dengan pusat kerajaan
Kahuripan. Sedangkan Kerajaan Panjalu (Kediri) meliputi, Kediri, Madiun, dan
dengan pusat kerajaan Daha.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah berdirinya kerajaan Kediri?


2. Bagaimana perkembangan Kerajaan Kediri?
3. Bagaimana aspek kehidupan Kerajaan Kediri?
4. Siapa saja Raja yang pernah memerintah di Kerajaan Kediri?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah :

1. Mengetahui tentang berdiri Kerajaan Kediri


2. Mengetahui perkembangan Kerajaan Kediri
3. Mengetahui aspek kehidupan Kerajaan Kediri
4. Mengetahui Raja-raja yang memerintah Kerajaan Kediri

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah berdirinya Kerajaan Kediri

Sejarah berdirinya Kerajaan Kediri diawali dengan Penemuan sejarah Situs


Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan
Kadiri diharapkan mampu memberikan lebih banyak informasi tentang kerajaan
tersebut. Beberapa penemuan seperti arca kuno peninggalan Kerajaan Kediri. Arca
yang didapat di daerah desa Gayam, Kediri itu tergolong sangat langka karena
untuk pertama kalinya ditemukan patung Dewa Syiwa Catur Muka atau bermuka
empat.

Pada tahun 1041 atau 963 M Raja Airlangga memerintahkan membagi kerajaan
menjadi dua bagian. Pembagian kerajaan tersebut dilakukan oleh seorang
Brahmana yang terkenal akan kesaktiannya yaitu Mpu Bharada. Kedua kerajaan
tersebut dikenal dengan Kahuripan menjadi Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu
(Kediri) yang dibatasi oleh gunung Kawi dan sungai Brantas dikisahkan dalam
prasasti Mahaksubya (1289 M), kitab Negarakertagama (1365 M), dan kitab Calon
Arang (1540 M). Tujuan pembagian kerajaan menjadi dua agar tidak terjadi
pertikaian.

Kerajaan Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas dengan
pelabuhannya Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, ibu kotanya Kahuripan,
sedangkan Panjalu kemudian dikenal dengan nama Kediri meliputi Kediri, Madiun,
dan ibu kotanya Daha. Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan masing-
masing kerajaan saling merasa berhak atas seluruh tahta Airlangga sehingga
terjadilah peperangan. Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah
wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. 

Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama


Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang bernama
Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat
di kota lama, yaitu Kahuripan. Panjalu dapat dikuasai Jenggala dan diabadikanlah
nama Raja Mapanji Garasakan (1042 – 1052 M) dalam prasasti Malenga. Ia tetap
memakai lambang Kerajaan Airlangga, yaitu Garuda Mukha.

2.2 Perkembangan Kerajaan Kediri

Dalam perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukota Daha tumbuh menjadi


besar, sedangkan Kerajaan Jenggala semakin tenggelam. Diduga Kerajaan
Jenggala ditaklukkan oleh Kediri. Akan tetapi hilangnya jejak Jenggala mungkin
juga disebabkan oleh tidak adanya prasasti yang ditinggalkan atau belum
ditemukannya prasasti yang ditinggalkan Kerajaan Jenggala. Kejayaan Kerajaan
Kediri sempat jatuh ketika Raja Kertajaya (1185-1222) berselisih dengan golongan
pendeta. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Akuwu Tumapel Tunggul Ametung.

2
Namun kemudian kedudukannya direbut oleh Ken Arok. Diatas bekas Kerajaan
Kediri inilah Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan Singasari, dan Kediri berada
di bawah kekuasaan Singasari. Ketika Singasari berada di bawah pemerintahan
Kertanegara (1268 1292), terjadilah pergolakan di dalam kerajaan. Jayakatwang,
raja Kediri yang selama ini tunduk kepada Singasari bergabung dengan Bupati
Sumenep (Madura) untuk menjatuhkan Kertanegara. Akhirnya pada tahun 1292
Jayakatwang berhasil mengalahkan Kertanegara dan membangun kembali
kejayaan Kerajaan Kediri.

2.3 Aspek Kehidupan Kerajaan Kediri

Adapun kehidupan politik, agama, ekonomi, sosial dan budaya pada masa
Kerajaan Kediri adalah sebagai berikut :

a. Kehidupan Politik

Raja pertama Kediri adalah Samarawijaya. Selama menjadi Raja Kediri,


Samarawijaya selalu berrselisih paham dengan saudaranya, Mapanji Garasakan
yag berkuasa di Jenggala. Keduanya merasa berhak atas seluruh takhta Raja
Airlangga (Kerajaan Medang Kamulan) yang meliputi hampir seluruh wilayah Jawa
Timur dan sebagian Jawa Tengah. Akhirnya perselisihan tersebut menimbulkan
perang saudara yang berlangsung hingga tahun 1052. Peperangan tersebut
dimenangkan oleh Samarawijaya dan berhasil menaklukan Jenggala.

Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan


Jayabaya. Saat itu wilayah kekuasaan Kediri meliputi seluruh bekas wilayah
Kerajaan Medang Kamulan. Selama menjadi Raja

Kediri, Jayabaya berhasil kembali menaklukan Jenggala yanga sempat


memberontak ingin memisahkan diri dari Kediri. Keberhasilannya tersebut
diberitakan dalam prasasti Hantang yang beraangka tahun 1135.

Prasasti ini memuat tulisan yang berbunyi Panjalu jayati yang artinya Panjalu
menang. Prasasti tersebut dikeluarkan sebagai piagam pengesahan anugerah dari
Jayabaya untuk penduduk Desa Hantang yang setia pada Kediri selam perang
melawan Jenggala.

Sebagai kemenangan atas Jenggala, nama Jayabaya diabadikan dalam kitab


Bharatayuda. Kitab ini merupakn kitab yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu
Panuluh. Bharatayuda memuat kisah perang perbutan takhta Hastinapura antara
keluarga Pandhawa daan Kurawa. Sejarah pertikaian anatar Panjalu dan Jenggala
mirip dengan kisah tersebut sehingga kitab Bharatayuda dianggap sebagai
legitimasi (klaim) Jayabaya untuk memperkuat kekuasaannya atas seluruh wilayah
bekas Kerajaan Medang Kamulan.

Selain itu, untuk menunjukkan kebesaran dan kewibawaan sebagai Raja Kediri,
Jayabaya menyatakan dirinya sebagai keturunan Airlangga dan titisan Dewa
3
Wisnu. Selanjutnya ia mengenakan lencana narasinga sebagai lambang Kerajaan
Kediri.

Pada masa pemerintahan Ketajaya Kerajaan Kediri mulai mengalami kemunduran.


Raja Kertajaya membuat kebijakan yang tidak populer dengan mengurangi hak-hak
brahmana. Kondisi ini menyebabkan banyak brahmana yang mengungsi ke wilayah
Tumapel yang dkuasai oleh Ken Arok. Melihat kejadian ini Kertajaya memutuskan
untuk menyerang Tumapel. Akan tetapi pertempuran di Desa Ganter, pasukan
Kediri mengalami kekalahan dan Kertajaya terbunuh. Sejak saat itu Kerajaan Kediri
berakhir dan kedudukannya digantikan oleh Singasari.

b. Kehidupan Agama

Masyarakat Kediri memiliki kehidupan agama yang sangat religius. Mereka


menganut ajaran agama Hindu Syiwa. Hal ini terlihat dari berbagai peninggalan
arkeolog yang ditemukan di wilayah Kediri yakni berupa arca-arca di candi Gurah
dan Candi Tondowongso. Arca-arca tersebut menunjukkan latar belakang agama
Hindu Syiwa. Para penganut agama Hindu Syiwa menyembah Dewa Syiwa, karena
merekaa mempercayai bahwa Dewa Syiwa dapat menjelma menjadi Syiwa Maha
Dewa (Maheswara), Dewa Maha Guru, dan Makala. Salah satu pemujaan yang
dilakukan pendeta adalah dengan mengucapkan mantra yang disebut Mantra Catur
Dasa Syiwa atau empat belas wujud Syiwa.

c. Kehidupan Ekonomi
Perekonomian di Kediri bertumpu pada sektor pertanian dan perdagangan.
Sebagai kerajaan agraris, Kediri memiliki lahan pertanian yang baik di sekitar
Sungai Brantas. Pertanian menghasilkan banyak beras dan menjadikannya
komoditas utama perdagangan. Sektor perdagangan Kediri dikembangkan melalui
jalur pelayaran Sungai Brantas. Selain beras, barang-barang yang diperdagangkan
di Kediri antara lian emas, perak, kayu cendana, rempah-rempah, dan pinang.

Pedagang Kediri memiliki peran penting dalam perdagangan di wilyah Asia.


Mereka memperkenalkan rempah-rempah diperdagangan dunia. Mereka
membawa rempah-rempah ke sejumlah Bandar di Indonesia bagian barat, yaitu
Sriwijay daan Ligor. Selanjutnya rempah-rempah dibawa ke India, Teluk Persia,
Luat Merah. Komoditas ini kemudian diangkut oleh kapal-kapal Venesia menuju
Eropa. Dengan demikian, melalui Kediri wilayah Maluku mulai dikenal dalam lalu
lintas perdagangan dunia.

d. Kehidupan Sosial Budaya

Pada masa pemerintahan Raja Jayabaya, struktur pemerintahan Kerajaan Kediri


sudah teratur. Berdasarkan kedudukannya dalam pemerintahan, masyarakat Kedri
dibedakan menjadi tiga golongan sebagai berikut :

1. Golongan masyarakat pusat (kerajaan), yaitu masyarakat yang terdapat


dalam lingkungan raja dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok
pelayannya.
4
2. Golongan masyarakat thani (daerah), yaitu golongan masyarakat yang terdiri
atas para pejabat atau petugas pemerintahan di wilyah thani (daerah).
3. Golongan masyarakat nonpemerintah, yaitu golongan masyarakat yang tidak
mempunyai kedudukan dan hubungan dengan pemerintah secara resmi.

Kehidupan budaya Kerajaan Kediri terutama dalam bidang sastra berkembang


pesat. Pada masa pemerintahan Jayabaya kitab Bharatayuda berhasil digubah
oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Selain itu Mpu Panuluh menulis kitab
Hariwangsa dan Gatotkacasrayaa. Selanjutnya pada masa pemerintahan
Kameswara muncul kitab Smaradhahana yang ditulis oleh Mpu Dharmaja serta
kirab Lubdaka dan Wertasancaya yang ditulis oleh Mpu Tanakung. Pada masa
pemerintahan Kertajaya terdapat Pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis
kitab Sumansantaka dan Mpu Triguna yang menulis kitab Kresnayana.

2.4 Raja-Raja yang Pernah Memerintah

Kerajaan Kediri yang termasyhur pernah diperintah 8 raja dari awal berdirinya
sampai masa keruntuhan kerajaan ini. Dari kedelapan raja yang pernah
memerintah kerajaan ini yang sanggup membawa Kerajaan Kediri kepada masa
keemasan adalah Prabu Jayabaya, yang sangat terkenal hingga saat ini.

Adapun 8 raja Kediri tersebut urutannya sebagai berikut :

1. Sri Jayawarsa

Sejarah tentang raja Sri Jayawarsa ini hanya dapat diketahui dari prasasti Sirah
Keting (1104 M). Pada masa pemerintahannya Jayawarsa memberikan hadiah
kepada rakyat desa sebagai tanda penghargaan, karena rakyat telah berjasa
kepada raja. Dari prasasti itu diketahui bahwa Raja Jayawarsa sangat besar
perhatiannya terhadap masyarakat dan berupaya meningkatkan kesejahteraan
rakyatnya.

2. Sri Bameswara

Raja Bameswara banyak meninggalkan prasasti seperti yang ditemukan di daerah


Tulung Agung dan Kertosono. Prasasti seperti yang ditemukan itu lebih banyak
memuat masalah-masalah keagamaan, sehingga sangat baik diketahui keadaan
pemerintahannya.

3. Prabu Jayabaya

Kerajaan Kediri mengalami masa keemasan ketika diperintah oleh Prabu


Jayabaya. Strategi kepemimpinan Prabu Jayabaya dalam memakmurkan

5
rakyatnya memang sangat mengagumkan. Kerajaan yang beribu kota di Dahono
Puro, bawah kaki Gunung Kelud, ini tanahnya amat subur, sehingga segala macam
tanaman tumbuh menghijau.

Hasil pertanian dan perkebunan berlimpah ruah. Di tengah kota membelah aliran
sungai Brantas. Airnya bening dan banyak hidup aneka ragam ikan, sehingga
makanan berprotein dan bergizi selalu tercukupi.

Hasil bumi itu kemudian diangkut ke kota Jenggala, dekat Surabaya, dengan naik
perahu menelusuri sungai. Roda perekonomian berjalan lancar, sehingga Kerajaan
Kediri benar-benar dapat disebut sebagai negara yang “Gemah Ripah Loh Jinawi
Tata Tentrem Karta Raharja”.

Prabu Jayabaya memerintah antara tahun 1130 sampai 1157 Masehi. Dukungan
spiritual dan material dari Prabu Jayabaya dalam hal hukum dan pemerintahan
tidak tanggung-tanggung. Sikap merakyat dan visinya yang jauh ke depan
menjadikan Prabu Jayabaya layak dikenang sepanjang masa.

Jika rakyat kecil hingga saat ini ingat kepada beliau, hal itu menunjukkan bahwa
pada masanya berkuasa tindakan beliau yang selalu bijaksana dan adil terhadap
rakyat.

4. Sri Sarwaswera

Sejarah tentang raja ini didasarkan pada prasasti Padelegan II (1159) dan prasasti
Kahyunan (1161). Sebagai raja yang taat beragama dan berbudaya, Sri
Sarwaswera memegang teguh prinsip “tat wam asi”, yang berarti “dikaulah itu,
dikaulah (semua) itu, semua makhluk adalah engkau”.

Menurut Prabu Sri Sarwaswera, tujuan hidup manusia yang terakhir adalah moksa,
yaitu pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Jalan yang benar adalah
sesuatu yang menuju arah kesatuan, sehingga segala sesuatu yang menghalangi
kesatuan adalah tidak benar.

5. Sri Aryeswara

Berdasarkan prasasti Angin (1171), Sri Aryeswara adalah raja Kediri yang
memerintah sekitar tahun 1171. Nama gelar abhisekanya ialah Sri Maharaja Rake
Hino Sri Aryeswara Madhusudanawatara Arijamuka.

Tidak diketahui dengan pasti kapan Sri Aryeswara naik tahta. peninggalan
sejarahnya berupa prasasti Angin, 23 Maret 1171. Lambang Kerajaan Kediri pada
saat itu Ganesha. Tidak diketahui pula kapan pemerintahannya berakhir. Raja
Kediri selanjutnya berdasarkan prasasti Jaring adalah Sri Gandra.

6. Sri Gandra

Masa pemerintahan Raja Sri Gandra (1181 M) dapat diketahui dari prasasti Jaring,
yaitu tentang penggunaan nama hewan dalam kepangkatan seperti seperti nama
6
gajah, kebo, dan tikus. Nama-nama tersebut menunjukkan tinggi rendahnya
pangkat seseorang dalam istana.

7. Sri Kameswara

Masa pemerintahan Raja Sri Gandra dapat diketahui dari Prasasti Ceker (1182)
dan Kakawin Smaradhana. Pada masa pemerintahannya dari tahun 1182 sampai
1185 Masehi, seni sastra mengalami perkembangan sangat pesat, diantaranya
Empu Dharmaja mengarang kitab Smaradhana. Bahkan pada masa
pemerintahannya juga dikeal cerita-cerita panji seperti cerita Panji Semirang.

8. Sri Kertajaya

Berdasarkan prasasti Galunggung (1194), prasasti Kamulan (1194), prasasti Palah


(1197), prasasti Wates Kulon (1205), Nagarakretagama, dan Pararaton,
pemerintahan Sri Kertajaya berlangsung pada tahun 1190 hingga 1222 Masehi.

Raja Kertajaya juga dikenal dengan sebutan “Dandang Gendis”. Selama masa
pemerintahannya, kestabilan kerajaan menurun. Hal ini disebabkan Kertajaya ingin
mengurangi hak-hak kaum Brahmana.

Keadaan ini ditentang oleh kaum Brahmana. Kedudukan kaum Brahmana di


Kerajaan Kediri waktu itu semakin tidak aman. Kaum Brahmana banyak yang lari
dan minta bantuan ke Tumapel yang saat itu diperintah oleh Ken Arok.

Mengetahui hal ini Raja Kertajaya kemudian mempersiapkan pasukan untuk


menyerang Tumapel. Sementara itu Ken Arok dengan dukungan kaum Brahmana
melakukan serangan ke Kerajaan Kediri. Kedua pasukan itu bertemu di dekat
Ganter (1222 M)

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut sumber yang kami peroleh tentang Kerajaan Kediri maka dapat kami ambil
simpulan bahwa Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan Hindu yang
terletak di tepi Sungai Brantas, Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12
ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Raja pertamanya bernama
Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu yang menamakan dirinya sebagai titisan
Wisnu.

Kertajaya adalah raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana Garuda Mukha
seperti Ria Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana, sehingga tidak disukai oleh
rakyat terutama kaum Brahmana. Dalam masa pemerintahannya, terjadi
pertentangan antara dirinya dan para Brahmana hal inilah akhirnya menjadi
penyebab berakhirnya Kerajaan Kediri.

3.2 Saran

Dengan adanya tugas Sejarah Indonesia membuat makalah mengenai Kerajaan


Hindu-Budha di Indonesia, maka kita diharapkan lebih mengetahui tentang sejarah
kerajaan-kerajaan di Indonesia salah satunya Kerajaan Kediri.

Menurut Ir. Soekarno beliau berkata “JASMERAH” Jangan Lupakan Sejarah, maka
kita penerima warisan (sejarah) hendaknya lebih giat lagi mencari pengetahuan
mengenai sejarah-sejarah masa lampau. Contoh kecil adalah mencari peristiwa
apa saja yang terjadi sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dengan
demikian kita akan menambah rasa patriotisme (cinta tanah air) yang sebagai
pemuda-pemudi bangsa sangat penting memiliki jiwa tanah air, guna membangun
bangsa yang lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai