Defenisi Dan Klasifikasi Neoplasma
Defenisi Dan Klasifikasi Neoplasma
(Referensi : Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal dan Ilmu bedah Ortopedi , WHO 2020)
Klasifikasi Tumor tulang dibedakan berdasarkan asal sel yaitu bersifat Osteogenik (sel
tulang) , Kondrogenik (Jaringan tulang rawan) atau Mielogenik. Kemudian juga terdapat
kelompok yang tidak termasuk kelompok tumor yaitu kelainan reaktif yang bisa berpotensi
menjadi ganas.
Berdasarkan Sifat Biologinya, Tumor dibedakan menjadi jinak, ganas dan intermediate.
Jinak Ganas
Sifat Pertumbuhan Lambat dan memiliki kapsul Sangat Cepat
Infiltrative Tidak Infiltrative Sangat Infitrative
Menyebar dan merusak Menyebar dan merusak jaringan
jaringan sekitarnya sekitarnya
Berakibat Bisa disembuhkan Biasanya bersifat Fatal
Tumor Jinak dan ganas pada tulang dan jaringan lunak dikasifikasikan menjadi
Astrositoma
Neoplasma otak dan sumsum tulang belakang berasal dari sel glial yang bervariasi dari bentuk
jinak secara histologis hingga tumor yang sangat anaplastik dan ganas. Dapat terjadi disemua
usia.
Klasifikasi Astrositoma berdasarkan derajat anaplasia, mitosis, dan area nekrosis
- Pylotic Astrocytoma (Petumbuhan lambat, batas tegas dan gambaran tumor kistik) sering
terjadi pada decade pertama
- Difusse astrosytoma ( Astrositoma yang secara difuse menginfiltrasi parenkim otak ) usia 30-
40 tahun, lokasi di temporal dan frontal
- Anapastic Astrosytoma (Astrositoma ganas , banyak mitosis, usia 45 tahun dan lokasi
cerebral hemisfer)
- Glioblastoma (Arisitoma paling ganas ,usia 50-70 tahun , lokasi cerebral hemisfer , ada
nekrosis dan proliferasi mikrovaskular)
Dalam dua dekade pertama kehidupan, astrositoma cenderung berasal dari belahan otak kecil;
pada orang dewasa, mereka paling sering muncul di otak besar dan sering mengalami
transformasi ganas
Etiologi
Osteosarkoma
Penyebab Osteosarkoma masih belum jelas diketahui. Adanya hubungan kekeluargaan menjadi
suatu prediposisi , begitu pula adanya hereditary retinoblastoma. Kemudian dikatakan bahwa
Radiasi ion 3% penyebab langsung osteosarcoma. Dua tumor supresor gene yang berperan
secara signifikan terhadap tumorigenesis osteosarcoma yaitu Protein P53 (Kromosom 17) dan
Rb (Kromosom 13).
Leimiosarkoma
- Tidak ada faktor yang dapat diidentifikasi secara pasti sebagai faktor penyebab LMS. Riwayat
radioterapi (RT) sebelumnya, yang merupakan salah satu faktor risiko paling signifikan untuk
mengembangkan STS, juga dapat mengarah pada perkembangan LMS.
- Pasien dengan sindrom genetik seperti retinoblastoma herediter (penghapusan gen RB1)
dan sindrom Li-Fraumeni (mutasi pada gen TP53) dapat mengembangkan LMS di antara STS
(Soft Tisuue Sarkoma ) lainnya
Astrositoma
1.) Faktor Risiko Lingkungan Para peneliti menduga bahwa paparan bahan kimia tertentu dapat
meningkatkan risiko astrositoma pada bayi yang sedang berkembang selama kehamilan atau
masa bayi. Bahan kimia tersebut termasuk pestisida, formaldehida, vinil klorida, fenol,
akrilonitril, senyawa N-nitrosos, hidrokarbon aromatik polisiklik, cairan pelumas, dan pelarut
organik. Orang mungkin terpapar bahan kimia ini pada pekerjaan tertentu
Patofisiologi
Osteosarkoma
Leimiosarkoma
LMS termasuk dalam kelompok STS dengan kariotipe yang kompleks dan tidak seimbang, yang
mengakibatkan ketidakstabilan genom yang parah. Perubahan sitogenetik dan molekuler pada
LMS tidak konsisten, yang membuatnya menjadi penyakit yang sangat heterogen. Beberapa
perubahan paling umum pada LMS terjadi dalam bentuk hilangnya kromosom 10q(PTEN) dan
13q (RB1) dan penguatan pada 17p (TP53). Beberapa hal penting yang perlu dicatat di sini
adalah sebagai berikut.
- Kehilangan 13q menyebabkan mutasi pada gen RB1 (gen retinoblastoma), yang merupakan
gen penekan tumor yang diidentifikasi pada 90% pasien dengan LMS.
- Tingkat p53 yang lebih rendah dapat diamati di LMS dibandingkan dengan STS lainnya.
- Tingkat amplifikasi MDM2 yang lebih tinggi hadir pada pasien dengan LMS.
- Penghapusan kromosom 10q menyebabkan mutasi pada gen penekan tumor PTEN, yang
mengarah pada aktivasi jalur AKT phosphatidylinositol 3-kinase (PI3K) / (protein kinase B).
- Studi profiling telah mengidentifikasi target baru, seperti Aurora-A dan Aurora-B kinases,
yang secara konsisten diekspresikan secara berlebihan dalam LMS uterus dan dapat menjadi
target terapi di masa depan.
Astrositoma
Astrocytoma difus (grade II) adalah tahap paling awal dari infiltrasi tumor astrositik. Tidak ada
stadium premaligna dari tumor ini yang telah dikenali. Persentase tinggi astrositoma difus dan
astrositoma anaplastik menunjukkan mutasi karakteristik pada kodon 132 dari satu salinan gen
IDH, dengan mutasi yang paling umum menghasilkan substitusi histidin untuk arginin, [8] dan
kemampuan yang diperoleh dari enzim untuk mengkatalisasi pengurangan alfa-ketoglutarat
yang bergantung pada nikotinamid adenin dinukleotida fosfat (NADPH) menjadi R(-)-2-
hidroksiglutarat (2HG). Akumulasi 2HG telah dibuktikan pada individu dengan kesalahan warisan
dalam metabolisme 2HG, penyakit yang juga terkait dengan peningkatan glioma.
Manifestasi Klinis
Osteosarkoma
- Osteogenik Sarkoma terutama ditemukan pada umur 10-20 tahun dan lebih sering pada pria
daripada wanita
- Nyeri , sebagai gejala utama yang pertama muncul, bersifat konstan dan bertambah hebat
pada malam hari
- Penderita biasanya datang dengan tumor yang besar atau karena terdapat fraktur patologis.
- Anemia, Penurunan berat badan serta nafsu makan yang berkurang
- Tumor sering ditemukan didaerah metafisis tulang panjang terutama pada femur distal dan
tibia proksimal dan dapat pula ditemukan pada radius distal dan humerus proksimal.
Leimiosarkoma
- Presentasi klinis leiomyosarcoma tidak spesifik, dan sering muncul sebagai massa yang
menyebabkan kompresi atau perpindahan organ yang berdekatan.
- Pasien dengan LMS uterus dapat mengalami perdarahan uterus abnormal atau
pertumbuhan uterus abnormal, dan diagnosis sering mengikuti pemeriksaan patologis
spesimen histerektomi.
Astrositoma
Gejala klinis astrositoma difus adalah akibat iritasi otak (misalnya kejang), peningkatan massa
intrakranial (misalnya sakit kepala), atau invasi otak (misalnya hemiparesis, disfasia).
Perkembangan tumor dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi dikaitkan
dengan insiden kejang yang lebih rendah secara bersamaan dan insiden defisit neurologis fokal
yang lebih tinggi. Tumor yang berasal dari area otak yang diam secara klinis mungkin cukup luas
saat didiagnosis tetapi hanya muncul dengan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial,
termasuk sakit kepala, mual, diplopia, perubahan kepribadian, dan kelesuan [10]. Sindrom
tumor otak yang diwariskan yang memiliki hubungan dengan kecenderungan untuk membentuk
astrositoma termasuk Sindrom Li-Fraumeni (sindrom mutasi TP53), sindrom Turcot-Lynch
(kehilangan perbaikan ketidakcocokan DNA), dan neurofibromatosis tipe 1. Gugus astrositoma
familial yang langka juga telah dideskripsikan
Diagnosis
Osteosarkoma
Anamnesis
- Penderita biasanya datang dengan tumor yang besar atau karena terdapat fraktur patologis.
- Osteogenik Sarkoma terutama ditemukan pada umur 10-20 tahun dan lebih sering pada pria
daripada wanita
- Nyeri , sebagai gejala utama yang pertama muncul, bersifat konstan dan bertambah hebat
pada malam hari
- Tumor sering ditemukan didaerah metafisis tulang panjang terutama pada femur distal dan
tibia proksimal dan dapat pula ditemukan pada radius distal dan humerus proksimal.
- Keluhan nyeri semakin lama semakin berat sampai bisa terbangun saat tidur
- Keluhan biasanya sudah ada 3 bulan sebelumnya dan biasanya memiliki riwayat trauma
Pemeriksaan Fisik
Look : Terlihat adanya nyeri(kesakitan), Pembesaran jaringan dan tanda tanda peradangan
(kemerahan pada lesi, pembengkakan, benjolan dengan sisi lesi yang tidak jelas dan
tidak mudah bergerak, palpasi hangat pada pusat lesi lokal, dan pembentukan
Neurovaskularisasi pada kulit atas lesi tumor ) . Kemudian pembesaran yang ada perlu
diperiksa letak pembesarannya, jumlah benjolan atau pembesaran jaringan dan
seberapa diameter ukuran dari benjolan/pembesaran jaringan tersebut.
Feel : Keluhan nyeri tekan , jaringan tumor mudah bergerak atau masih bisa digerakkan dan
tumor ganas jaringan biasanya tidak mudah digerakan atau bersifat kaku dan tidak
bergerak.
Move : Keterbatasan pergerakan dan kelemahan fisik. Keterbatasan pergerakkan berhubungan
dengan penurunan rentang gerak. Gangguan ini biasanya semakin bertamabh berat
dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri dan makin besarnya
benjolan/pembengkakan pada klien
Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium, Ditemukan peningkatan alkalin fosfatase dan laktik dehydrogenase
- Radiodiagnosis, adanya Lesi yang agresif pada daerah metafise tulang panjang. Rusaknya
gambaran trabekule tulang dengan batas yang tidak tegas tanpa reaksi endoosteal. Tampak
juga campuran area radioopak dan radiolusen , Karena adanya proses destruksi tulang dan
proses pembentukan tulang.
-
- CT Scan dan MRI dilakukan untuk mendeteksi adanya ekstensi dari tumor ke jaringan
sekitar , termasuk juga pada jaringan neurovascular atau invasinya pada jaringan otot.
- Pemeriksaan Biopsi , dengan menggunakan jarum halus/ FNA
Leimiosarkoma
- Tidak ada tes laboratorium atau radiografi khusus yang dapat membantu dalam diagnosis
leiomyosarcoma.
- Tes pencitraan, termasuk CT scan atau MRI, diperlukan untuk menentukan stadium
penyakit. Sedangkan CT lebih baik pada lesi retroperitoneal dan visceral, MRI lebih baik
dalam mengevaluasi tumor yang timbul pada ekstremitas dan kepala dan leher.
- Karena penyakit menyebar terutama melalui rute hematogen, penting untuk menyingkirkan
metastasis paru atau hati. Dalam kasus LMS uterus, biopsi endometrium dapat
menghasilkan diagnosis; namun, biopsi negatif tidak mengesampingkan LMS.
- Setiap leiomioma yang terus tumbuh setelah menopause harus menjalani evaluasi untuk
menyingkirkan LMS.
- Biopsi lesi yang dicurigai diperlukan untuk membuat diagnosis pasti. Biopsi jarum inti atau
biopsi insisi terbuka (harus dilakukan oleh ahli bedah berpengalaman) diperlukan untuk
mendapatkan jaringan yang memadai guna mengidentifikasi subtipe histologis dan tingkatan
untuk membedakannya dari sarkoma lainnya. Aspirasi jarum halus tidak cukup untuk
menegakkan diagnosis
astrositoma
Tatalaksana
Osteosarkoma
Pengobatan terbaik adalah dengan amputasi tulang diatas tumor atau persendian diatas
tumor dan dilakukan disartikukasi. Sebelum dilakukan amputasi atau pembedahan maka bisa
diberikan kombinasi kemoterapi dimulai sebelum dan dilanjutkan setelah pembedahan sebagai
usaha mengeradikasi lesi mikrometastasis.
Pengobatan tambahan yang dapat diberikan berupa kemoterapi (Metotreksat,
adriamisin, siklofosfamid , vinkristin dan sisplatinum biasanya diberikan pre atau pasca operasi)
atau radioterapi atau kombinasi keduanya. Prognosis tumor ini sangat jelek, dimana 90%
penderita meninggal sebelum tiga tahun dengan cara pengobatan apapun yang dilakukan,
Biasanya terjadi metastasis melalui sirkulasi darah.
Leimiosarkoma
astrositoma