Anda di halaman 1dari 5

1.

Mekanisme Pembentukan Urine ( Sherwood , Guyton )


Terdapat tiga proses utama dalam pembentukan urine yaitu,
a. Filtrasi Glomerodlus
Ketika darah memasuki glomerulus, maka plasma bebas protein akan tersaring
melalui kapiler glomerulus dan masuk ke dalam kapsula bowman. Pada keadaan
normalnya, 20 % plasma yang masuk akan tersaring sehingga proses ini dikenal
dengan nama filtrasi glomerulus. Seperti kebanyakan kapiler, kapiler glomerulus juga
relatif impermeabel ( membran yang bersifat tidak mungkin melewatinya ) terhadap
protein , sehingga cairan hasil filtrasi ( filtrat glomerulus ) pada dasarnya bersifat
bebas protein dan tidak mengandung elemen selular, termasuk sel darah merah. Pada
kalsium dan asam lemak , tidak dapat di filtrasi secara bebas karena zat tersebut
sebagian terikat pada protein plasma, dan bagian yang terikat ini tidak difiltrasi dari
kapiler glomerulus.
b. Reabsopsi tubulus
Sewaktu filtrat glomerulus memasuki tubulus, bahan-bahan yang bermanfaat bagi
tubuh dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus. Perpindahan selektif bahan-bahan
dari bagian dalam tubulus (lumen tubulus) ke dalam darah ini disebut reabsorpsi
tubulus. Bahan-bahan yang direabsorpsi tidak keluar dari tubuh melalui urine tetapi
dibawa oleh kapiler peritubulus ke sistem vena dan kemudian ke jantung untuk
diresirkulasi. Pada reabsorpsi setiap zat memiliki kecepatan reabsorpsi yang berbeda
beda , contohnya pada glukosa dan asam amino akan di reabsorpsi secara sempurna
sedangkan pada ureum dan kreatinin , akan sulit di reabsorpsi dari tubulus.
Dari 180 liter plasma yang disaring per hari, 178,5 liter, secara rerata, direabsorpsi.
Sisa 1,5 liter di tubulus mengalir ke dalam pelvis ginjal untuk dikeluarkan sebagai
urine. Secara umum, bahan-bahan yang perlu dikonservasi oleh tubuh secara selektif
direabsorpsi, sementara bahan-bahan yang tidak dibutuhkan yang harus dikeluarkan
tetap berada di urine. karenanya dipertahankan di dalam tubuh dan tidak
diekskresikan di urine, meskipun mengalir melewati ginjal.
c. Sekresi Tubulus
Sekresi tubulus adalah pemindahan selektif bahan bahan dari kapiler peritubulus ke
dalam lumen tubulus. Proses ini adalah rute kedua bagi bagi masuknya bahan ke
dalam tubulus ginjal dari darah, dengan yang pertama adalah melalui filtrasi
glomerulus. Hanya sekitar 20% plasma yang mengalir melalui kapiler glomerulus
difiltrasi ke dalam kapsul Bowman; sisa 80% mengalir melalui arteriol eferen ke
dalam kapiler peritubulus. Sekresi tubulus merupakan mekanisme untuk
mengeluarkan bahan dari plasma secara cepat dengan mengekstraksi sejumlah
tertentu bahan dari 80% plasma yang tidak terfiltrasi di kapiler peritubulus dan
memindahkannya ke bahan yang sudah ada di tubulus sebagai hasil filtrasi.
d. Ekskresi urine
Adalah pengeluaran bahan bahan tubuh dalam urine. Semua konstituen plasma yang
terfiltrasi atau di sekresikan, tetapi yang tidak di rebasorpsi akan tetap berada di
tubulus dan mengalir ke pelvis ginjal untuk di ekresikan sebagai urine dan di
keluarkan dari tubuh. Lalu untuk semua yang di filtrasi dan kemudian di reabsorpsi
atau bahkan tidak di filtrasi sama sekali, akan masuk ke darah vena dari kapiler
peritubulus sehingga akan di pertahankan di dalam tubuh.

2. Faktor faktor yang mempengaruhi Produksi Urine (INSTITUTIONAL


REPOSITORY of IAIN Tulungagung (IRIT)

a. Zat-zat diuretic
misalnya kopi, teh dan alkohol akan menghambat reabsorpsi ion Na+. Akibatnya,
konsentrasi ADH berkurang sehingga rebasorpsi air terhambat dan volume urin
meningkat Pembentukan urin dipengaruhi oleh hormon antidiuretika (ADH) yang
bersifat menyerap air. Nah, hormon inilah yang menentukan banyak atau sedikitnya
urine.
b. Konsentrasi darah
Konsentrasi air dan larutan dalam darah berpengaruh terhadap produksi urin. Kalau
kita tidak minum air seharian, konsentrasi air di darah jadi rendah. Hal ini
merangsang hipofisis mengeluarkan ADH. Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air
di ginjal sehingga volume urin turun.
c.  Emosi
Emosi bisa merangsang peningkatan dan penurunan volume urin. Contohnya, kalau
kita stres atau gugup, kita akan sering buang air kecil. Hal ini terjadi karena hormon
adrenalin meningkat di dalam darah. Hormon ini akan meningkatkan kinerja ginjal
sehingga urin yang dihasilkan meningkat.
d. Suhu
peningkatan suhu merangsang pembuluh abdominal mengkerut sehingga aliran darah
di glomerulus dan filtrasi menurun. Ini dapat menurunkan volume urin.
(INSTITUTIONAL REPOSITORY of IAIN Tulungagung (IRIT))
3. Regulasi Pembentukan Urine ( Guyton )
Pada LFG atau laju filtrasi glomerulus yang menjadi kontrol fisiologis adalah
1.) Sistem saraf simpatis
Pada aktivitas saraf simpatis ginjal yang kuat dapat mengakibatkan
kontriksi( pembengkakan atau pembekuan darah ) arteriol ginjal dan menurunkan
darah serta LFG. Rangsangan simpatis yang ringan atau sedang akan memberikan
pengaruh yang kecil pada aliran darah ginjal atau GFR.
2.) Hormon atau Autakoid

 Bisa kita liat pada tabel bahwa hormon norepinefrin dan epinefrin yang di
lepaskan dari medula adrenal akan menyebabkan penurunan LFG dan aliran
darah ginjal. Jadi dia menyebabkan kontriksi pembuluh darah ( arteriol aferen
dan eferen ) ginjal sehingga menurunkan LFG
 endotelin adalah suatu peptida yang dapat dilepaskan oleh sel endotel vaskular
ginjal atau jaringan lain yang rusak nah, jika pembuluh darah terpotong,
sehingga endotel rusak dan melepaskan endotelin, maka vasokonstriktor kuat
ini dapat membantu hemostasis (mengurangi kehilangan darah). Pada keadaan
patofisiologis seperti gagal ginjal akut, cedera vaskular endotelin dapat
menurunkan LFG.
 Angiotensin II , hormon ini dibentuk didalam ginjal dan sirkulasi. Reseptor
untuk angiotensin II ada di hampir semua pembuluh darah ginjal. Pada arteriol
eferen sangat peka terhadap angiotensin II. karena angiotensin II secara khusus
menyebabkan konstriksi arteriol eferen, sehingga peningkatan kadar angiotensin II
akan meningkatkan tekanan hidrostatik glomerulus dan menurunkan aliran darah
ginjal. Berarti dapat di tarik kesimpulan bahwa kenaikan pembentukan angiotensin
II biasanya terjadi pada keadaan yang disertai dengan penurunan tekanan arteri
atau kehilangan volume, yang cenderung menurunkan LFG. pada waktu yang
bersamaan, konstriksi arteriol eferen yang dipicu oleh angiotensin II dapat
menyebabkan kenaikan reabsorpsi natrium dan air di dalam tubulus, yang
membantu memulihkan volume darah dan tekanan darah.
 Endothelial derived nitric oxide
Adalah suatu jenis autakoid ( subtansi kimia yang memiliki peran dalam tubuh ) yang
menurunkan tahanan vaskular ginjal dan di lepaskan oleh endotel vaskular ke
seluruh tubuh. Produksi nitric oxide ( oksida nitrat ) ini akan memungkinkan ginjal
untuk mengekresikan natrium dan air dalam jumlah yang normal sehingga akan
meningkatkan LFG.
 Prostagladin
Adalah hormon yang menyebabkan vasodilatasi ( pelebaran pembuluh darah ) serta
meningkatkan aliran darah ginjal dan juga LFG. Walapun prostagladin bukan
merupakan faktor utama yang mengatur aliran darah ginjal atau LFG dalam keadaan
normal , tetapi ia dapat mengurangi efek vasokontriksi ginjal akibat aktivitasi saraf
simpatis daj angiotensin II yang terutama berpengaruh terhadap kontriksi arteriol
aferen.
3.) Kontrol umpan balik atau autoregulasi LFG
Kontrol umpan balik atau autoregulasi terhadap ginjal akan dapat mempertahankan
aliran darah pada ginjal dan LFG untuk tetap relaitf konstan, walaupun terjadi
tekanan darah arteri. Fungsi utama dari autoregulasi aliran darah pada banyak jaringan
lain selain ginjal adalah untuk mempertahankan oksigen dan bahan nutrisi lain dalam kadar
normal, dan membuang produk sisa metabolisme. Fungsi utama autoregulasi ginjal yaitu
mempertahankan LFG agar relatif konstan dan merupakan kontrol yang tepat terhadap
ekskresi air dan zat terlarut oleh ginjal. LFG biasanya tetap diautoregulasi (agar tetap relatif
konstan), walaupun terjadi fluktuasi tekanan arteri selama aktivitas yang biasa dilakukan
oleh seseorang.
Dalam keadaan normal, nilai LFG kira-kira 180 L/ hari dan reabsorpsi tubulus 178,5 L/hari,
menyisakan cairan 1,5 L/hari untuk diekskresikan ke dalam urine. Bila tidak ada autoregulasi,
maka sedikit kenaikan tekanan darah (dari 100 menjadi 125 mm Hg) akan menyebabkan
kenaikan LFG sebanyak 25 persen (dan kira-kira 180 menjadi 225 L/hari). Jika reabsorpsi
tubulus tetap konstan sebesar 178,5 L/hari, kenaikan LFG akan meningkatkan aliran urine
menjadi 46,5 L/hari (selisih antara LFG dan reabsorpsi tubulus), mengakibatkan peningkatan
urine total lebih dari 30 kali. Oleh karena volume plasma total hanya kirakira 3 liter,
perubahan seperti itu akan menurunkan volume darah dengan cepat.

4. Mekanisme Miksi
Terlihat pada gambar kandung kemih dibagi menjadi 2 bagian yaitu korpus yang berbentuk
bulat, berfungsi tempat pengumpulan urine dan juga uretra posterior yang merupakan leher
kandung kemih nya. Pada kandung kemih terdapat otot otot polos yang di sebut dengan otot
detrusor yang ketika berkontraksi dapat meningkatkan tekanan di dalam kandung kemih hingga
40-60 mmHg. Jadi dapat dikatakan kontraksi dari otot detrusor merupakn tahap utama
pengosongan kandung kemih.
Panjang leher kandung kemih (uretra posterior) adalah 2 sampai 3 cm, dan dindingnya tersusun
atas otot detrusor dijalin dengan sejumlah besar jaringan elastis. Otot di daerah ini disebut
sfingter interna. Tonus normalnya menyebabkan leher kandung kemih dan uretra posterior
tidak mengandung urine dan, dengan demikian, mencegah pengosongan kandung kemih hingga
tekanan pada bagian utama kandung kemih meningkat melampaui nilai ambang. Setelah
melewati uretra posterior, uretra berjalan melalui diafragma urogenital, yang mengandung
suatu lapisan otot yang disebut sfingter eksterna kandung kemih. Otot ini merupakan otot
rangka volunter, berbeda dengan otot pada bagian korpus dan leher kandung kemih, yang
seluruhnya merupakan otot polos. Otot sfingter eksterna berada di bawah kendali volunter
sistem saraf dan dapat digunakan untuk mencegah miksi secara sadar bahkan ketika kendali
involunter berusaha untuk mengosongkan kandung kemih.
Kandung kemih mendapat persarafan utama dari nervus pelvikus, yang berhubungan dengan
medula spinalis melalui pleksus sakralis, terutama dengan segmen S-2 dan S-3 (Gambar 26-7)
medula spinalis. Dalam nervus pelvikus terdapat dua jenis saraf yaitu serat saraf sensorik dan
serat saraf motorik.
Serat sensorik mendeteksi derajat regangan dalam dinding kandung kemih. Sinyal-sinyal
regangan khususnya dari uretra posterior merupakan sinyal yang kuat dan terutama berperan
untuk memicu refleks pengosongan kandung kemih. Persarafan motorik yang dibawa dalam
nervus pelvikus merupakan serat parasimpatis. Saraf ini berakhir di sel ganglion yang terletak di
dalam dinding kandung kemih. Kemudian sarafsaraf postganglionik yang pendek akan
mempersarafi otot detrusor. Selain saraf pelvis, terdapat dua jenis persarafan lain yang penting
untuk mengatur fungsi kandung kemih. Saraf yang paling penting adalah serat motorik skeletal
yang dibawa melalui nervus pudendus ke sfingter eksterna kandung kemih. Saraf ini merupakan
serat saraf somatik yang mempersarafi dan mengatur otot rangka volunter sfingter tersebut.
Kandung kemih juga mendapatkan persarafan simpatis dari rangkaian simpatis melalui nervus
hipogastrik, yang terutama berhubungan dengan segmen L-2 medula spinalis. Serat simpatis ini
terutama merangsang pembuluh darah dan memberi sedikit efek terhadap proses kontraksi
kandung kemih. Beberapa serat saraf sensorik juga berjalan melalui persarafan simpatis dan
mungkin penting untuk sensasi rasa penuh dan nyeri, pada beberapa kasus.

Anda mungkin juga menyukai