Sekitar 1200 ml darah melewati glomerulus tiap menit, 650 ml-nya plasma
dan 150 ml dari plasma ini disaring masuk ke tubulus renalis. Kerja ini sebanding
dengan memfiltrasi seluruh volume plasma 60x/hari. Kerja ginjal ini
menyebabkan ginjal mengonsumsi 20-25% oksigen yang dibutuhkan seluruh
tubuh. Filtrat dan urin cukup berbeda. Filtrat mengandung semua yang dibutuhkan
dalam plasma darah, kecuali protein, tapi saat mencapai duktus koligentes filtrate
sudah kehilangan sebagian besar air, nutrient, dan ion menyisakan apa yang
disebut urin. Urin terutama mengandung sisa metabolic dan bahan yang tidak
dibutuhkan tubuh.
1. Filtrasi Glomerulus
Molekul yang lebih kecil dari 3 nm (air, glukosa, asam amino, dan sampah
nitrogen) lewat dengan bebas melalui membrane glomerulus. Molekul yang lebih
besar lebih sulit lewat. Karena protein plasna tidak dapat melewati membran
glomerulus, maka tekanan osmotic dalam glomerulus terjaga dan mencegah
keluarnya semua air ke tubulus renalis. Adanya protein atau sel darah dalam urin
menunjukkan masalah pada membrane filtrasi.
Glomerular Filtration Rate (GFR) adalah volume filtrat yang terbentuk tiap
menit. Faktor yang mempengaruhi volume filtrasi glomerulus adalah permukaan
total glomerulus yang mampu memfiltrasi, permeabilitas membra filtrasi, dan
tekanan filtrasi glomerulus.
GFR diatur oleh kontrol intrinsik dan ekstrinsik. Kedua jenis kontrol ini
bekerja pada situasi yang berbeda. Ginjal membutuhkan GFR yang konstan untuk
dapat bekerja dan menjaga homeostasis. Sedangkan tubuh membutuhkan tekanan
darah dan volume darah yang konstan. Kontrol intrinsik (autoregulasi) bekerja
lokal pada ginjal untuk menjaga GFR, sedangkan kontrol ekstrinsik bekerja pada
sistem endokrin dan syaraf untuk mengatur tekanan darah.
b. Adenosin dilepaskan sebagai ATP oleh sel macula densa, atau diproduksi
ekstraseluler. Walaupun secara sistemik berfungsi sebagai vasodilator
tetapi adenosine menyebabkan konstriksi vaskuler renal.
2. Reabsorbsi Tubular
Volume total plasma difiltrasi melalui tubulus renalis setiap 22 menit, sehingga
plasma akan habis menjadi urin dalam 30 menit kecuali sebagian besar isi tubules
diserap kembali ke darah. Proses ini disebut reabsorbsi tubular, yaitu proses
selektif trans epithelial yang dimulai segera setelah filtrate memasuki tubulus
proksimal. Untuk mencapai aliran darah, substansi yang diserap harus bergerak
melewati tiga membran luminal dan membran basolateral dari tubulus
renalis,barier serta endotel dari kapiler peritubuler. Karena sel tubulus
dihubungkan oleh tight junction, pergerakan substansi antar sel terbatas, walaupun
beberapa ion penting (Ca2+, Mg2+, K+, dan sejumlah Na+) bergerak melalui jalur
paraseluler.
Air dan solute bergerak dari dalam lumen tubular ke kapiler peritubular
melalui transelular atau paraselular. Rute transelular terdiri dari :
a. Reabsorbsi sodium
Ion sodium adalah kation yang dominan di filtrate, dan 80% energy untuk
aktif transport digunakan untuk reabsorbsi sodium. Reabsorbsinya hampir selalu
aktif dan melalui rute transeluler (transepitelial). Secara umum, dua proses dasar
yang mendorong transport aktif Na+ terjadi pada tiap segmen tubulus: (1) Na+ dari
filtrate memasuki sel tubulus melalui membrane luminal, lalu (2) ditransport aktif
keluar sel tubulus dengan Na+-K+ ATPase pump yang terdapat pada membrane
basolateral. Dari sini, Na+ dibawa oleh aliran air ke kapiler peritubuler dengan
cepat karena rendahnya tekanan hidrostatik kapiler dan tingginya tekanan
osmotik.
Pergerakan Na+ juga menghasilkan gradient osmotic yang kuat, dan air
bergerak secara osmosis ke kapiler peritubuler, melalui kanal air aquaporin. Pada
region tubulus yang permeabel terhadap air (misal PCT), aquaporin merupakan
komponen yang selalu ada pada membrane sel tubulus. Karena kanal ini selalu
ada, pada tubulus proksimal selalu terjadi absorbs air tidak peduli kondisi tubuh
saat itu (overhidrasi atau dehidrasi). Aquaporin tidak terdapat di membrane
luminal duktus koligentes, kecuali bila ada ADH.
Beberapa substansi tidak atau hanya sebagain direabsorbsi, karena (1) tidak
punyai karier atau kanal, (2) tidak larut lipid, atau (3) terlalu besar untuk melewati
tight junction di antara sel tubular. Yang paling penting adalah produk akhir
metabolism nitrogen dan asam nukleat: urea, kreatinin, dan asam urat. Pengaturan
urea pada nephron agak rumit, tapi hasil akhirnya 50-60% urea pada filtrate
direabsorbsi. Kreatinin, molekul tidak larut lemak dan berukuran besar, tidak
direabsorbsi sama sekali. Konsentrasi plasmanya stabil selama massa otot stabil,
sehingga menjadi penanda yang baik dalam mengukut GFR dan fungsi
glomerular.
Apabila tidak ada hormon regulator maka TCD dan duktus koligentes
tidak permeabel terhadap air. Reabsorbsi air tergantung pada adanya ADH yang
membuat duktus koligentes lebih permeabel terhadap air dengan penyisipan
aquaporin ke membrane lumen duktus koligentes.
Aldosteron mengatur reabsorbsi sisa Na+ di filtrate. Penurunan volume
darah atau tekanan darah, konsentrasi Na+ ekstraseluler yang rendah
(hiponatremia), atau konsentrasi K+ (hiperkalemia) merangsang korteks adrenal
melepaskan aldosteron. Kecuali hiperkalemia yang secara langsung merangsang
adrenal, kondisi lainnya akan mengaktifkan mekanisme renin-angiotensin-
aldosteron. Aldosteron merangsang sel pada duktus koligentes dan di distal TCD
untuk membuka atau menyintesa lebih banyak kanal Na+ dan K+ di membran
luminal, dan lebih banyak kanan Na+-K+ ATPases di membran basolateral).
Sebagai hasilnya, sedikit atau tidak ada Na+ yang keluar bersama urin. Tanpa
adanya aldosteron, hanya sedikit Na+ yang direabsorbsi pada TCD dan DK.
1. Membuang substansi, seperti obat dan metabolit yang terikat pada plasma
protein (yang tidak dapat lewat saat filtrasi glomerulus)
2. Mengeliminasi substansi atau produk sisa yang tidak diinginkan, yang
direabsorbsi secara pasif (urea dan asam urat)
3. Membuang kelebihan K+. Seluruh K+ pada filtrate direabsorbsi di TCP dan
LOH ascenden, yang berarti bahwa semua K+ pada urin berasal dari
aktivitas aldosteron yang memicu sekresi K+ di TCD dan duktus
koligentes.
4. Mengontrol pH darah. Saat pH darah turun, sel tubulus renalis mensekresi
lebih banyak H+ ke filtrate dan menyimpan lebih banyak HCO 3–..
Hasilnya, pH darah meningkat dan urin membuang kelebihan H +.
Sebaliknya bila pH darah alkali, Cl– direabsorbsi sedangkan HCO3–
dibuang bersama urin.
Ekskresi urin dari ginjal menuju ke Vesica Urinaria: Urin melewati pelvis
renalis menuju ureter, dengan dibantu kontraksi otot polos pelvis renalis.
Kontraksi otot polos ureter mengawali rangkaian peristaltik yang mendorong
urin menuju vesica urinaria. Saat tekanan dalan vesica urinaria meningkat,
refluks urine ke dalam ureter dicegah oleh otot polos vesica urinaria yang
menjepit ureter (saat ureter memasuki VU).
Refleks Miksi
Impuls afferent akan mengaktivasi pusat miksi yang terdapat pada pons
dorsolateral. Pusat miksi ini bekerja seperti sakelar on/off untuk mikturisi.
Pusat miksi member sinyal kepada neuron parasimpatik untuk
menstimulasi kontraksi otot detrusor, sehingga membuka otot sphincter
interna. Pusat miksi juga menghambat syaraf efferent somatik sehingga
menyebabkan relaksasi otot sphincter eksterna, dan urin bias mengalir ke
urethra untuk kemudian dikeluarkan.
Bila seseorang memutuskan untuk tidak miksi, maka refleks kontraksi otot
detrusor vesica urinaria akan menghilang dan urin tetap terakumulasi.
Karena otot sphincter externa dapat dikontrol secara volunteer (sadar) maka
kita dapat memutuskan untuk tetap membuatnya tertutup dan menunda
pengosongan vesica urinaria, Sesudah isi urin yang tersimpan dalam
vesica urinaria mencapai 200-300 ml atau lebih, refleks miksi akan terjadi
lagi, dan bila miksi ingin ditunda maka refleks ini akan menghilang lagi.
Keinginan untuk miksi tidak dapat ditahan pada saat volume urin melebihi
500-600 ml, sehingga urin akan memaksa untuk keluar baik kita ingin atau
tidak. Setelah miksi umumnya hanya sekitar 10 ml urin tertinggal dalam
vesica urinaria
1. Sherwood L., Human Physiology : from cells to system, 5th ed.; Thomson
Brooks Co. 2004
2. Guyton A.C., Hall J.E.; Textbook of Medical Physiology; 10th ed.; WB
Saunders & Co; 2000