BLOK 11
TUTORIAL H
disusun oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
SKENARIO 2: NYERI PINGGANG
LEARNING OBJEKTIF
B. UROLITHIASIS
Definisi
Insidensi
1. Prevalensi 2-3%
Faktor resiko
a. Herediter
b. Diet : vitamin c, oxalat, purin, calcium
c. Dehidrasi
d. Sedentary life
e. Konsumsi obat thiazide (merangsang pengeluaran natrium dan kalsium)
Etiologi
a. Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
dikonsumsi
b. Diet banyak purin, oksalat, kalsium
c. Kurang aktifitas / sedentary life
Gejala Klinis
a. Obstruksi saluran kemih (ureter) menyebabkan distensi pada saluran sampai
pelvic sehingga bermanifestasi sebagai Nyeri.
-non colic pain: nyeri pinggang sebagai akibat dari distensi kapsul renal.
-colic pain: nyeri yang berat, tiba-tiba, menjalar dari pinggang sampai testis
karena distensi dari ureter.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Radiologis
Tatalaksana
C. KOLIK RENAL
Definisi
Renal Kolik merupakan nyeri yang terjadi akibat spasmus otot polos ureter
atau sistem kalises ginjal. Nyeri dirasakan sangat sakit, hilang timbul sesuai
dengan gerakan otot polos. Nyeri dirasakan di daerah sudut kostovetebra yang
menjalar kedinding depan abdomen, ke regio inguinal, hingga daerah pubis.
Bisa disertai keluhan pada GIT.
Etiologi
Disebabkan karena gangguan persitaltik karena obstruksi benda asing
disaluran kemih sehingga otot polos perlu tenaga ekstra untuk menyalurkan
urine. Obtruksi sering disebabkan oleh batu ureter.
Manifestasi Klinis
a. Nyeri akut
b. Nyeri menyebar dari groin sampai testikel
c. Nausea dan vomiting
Diagnostik
a. Pemeriksaan Urinalisis mengetahui jenis batu yang mungkin terbentuk
b. IVP mengetahui letak obstruksi batu yang terjadi
c. USG renal
d. Tanda kardinal : jika sakit menetap saat istirahat kemungkinan pembentukan
batu. Jika sakit menurun saat istirahat dan diam maka kemungkinan sakit
pada sistem GIT
Terapi
Terapi yang digunakan berupa peningkatan asupan minum dan pemberian
diuretik dengan target diuresus 2liter/hari; pemberian nifedipin atau agen alfa-
blocker; analgesik jenis opioid kerja singkat diberikan secara IM atau
pemberian OAINS supositoria untuk onset cepat dan efek samping lebih
rendah; terapi berdasarkan etiologi dan observasi.
Edukasi
Erat kasusnya dengan pembentukan batu ureter sehingga menghindari
makanan tinggi oksalat. Makanan yang perlu dihindari (bayam, coklat, kacang-
kacangan, teh, daun parsley, buah berry. Kurangi konsumsi natrium untuk
menghindari hiperkalsuri yang dapat meningkatkan resiko pembentukan batu.
Gambar : Letak nyeri kolik
Etiologi
Kuman yang menyebabkan infeksi ini berasal dari saluran kemih bagian
bawah yang naik ke ginjal melalui ureter. Kuman-kuman tersebut adalah
Escherica coli, Proteus, Klebsiella sp., dan kokus gram positif (Streptokokus
faecalis dan enterokokus). Kuman stafilokokus aureus menyebabkan
pielonefritis melalui penularan secara hematogen.
Gambaran klinis
a. Demam tinggi disertai menggigil,
b. Nyeri di daerah perut dan pinggang,
c. Mual dan muntah.
d. Gejala iritasi pada buli-buli yaitu berupa disuri, frekuensi, dan urgensi.
Diagnosis
a. Pemeriksaan fisik nyeri pinggang dan perut, suara usus melemah.
b. Pemeriksaan darah adanya leukositosis disertai peningkatan laju endap
darah.
c. Urinalisis piuria, bakteriuria, dan hematuria.
d. Pemeriksaan foto polos perut kekaburan dari bayangan otot psoas dan
mungkin terdapat bayangan radio-opak dari batu saluran kemih.
e. PIV terdapat bayangan ginjal membesar dan terdapat keterlambatan pada
fase nefrogram.
Terapi
Ditujukan untuk mencegah terjadinya kerusakan ginjalyang lebih parah
dan memperbaiki kondisi pasien yaitu berupa terapi suportif dan pemberian
antibiotika. Antibiotika yang digunakan yaitu yang bersifat bakterisidal dan
berspektrum luas, yang secara farmakologis mampu mengadakan penetrasi ke
jaringan ginjal dan kadarnya di dalam urine cukup tinggi. Golongan obat-
obatan tersebut yaitu aminoglikosida (ampisilin atau amoksisilin),
aminopenisilin dikombinasi dengan asam klavulanat atau sulbaktam,
karboksipenisilin, sefalosporin, atau fluoroquinolone.
INFEKSI SALURAN KEMIH BAWAH
a. SISTITIS
Definisi
Sistitis akut adalah inflamasi akut pada mukosa buli-buli yang sering
disebabkan infeksi bacteria. Mikroorganisme penyebab infeksi ini terutama
adalah E coli, Enterococci, Proteus, dan Stafilokokus aureus yang masuk
buli-buli terutama melalui uretra. Sistitis akut mudah terjadi jika pertahanan
local tubuh menurun, yaitu pada diabetes mellitus atau trauma lokal minor
seperti pada saat senggama.
Epidemiologi
Wanita lebih sering mengalami serangan sistitis daripada pria Karena
uretra wanita lebih pendek daripada pria. Di samping itu, getah cairan
prostat pada pria mempunyai sifat bakterisidal sehingga relatif tahan
terhadap infeksi saluran kemih. Inflamasi pada buli-buli juga dapat
disebabkan oleh bahan kimia, seperti pada detergen yang dicampurkan ke
dalam air untuk rendam duduk, deidiran yang disemprotkan pada vulva,
atau obat-obatan yang dimasukkan intravesika untuk terapi kanker buli-buli.
Gambaran Klinis
a. Mukosa buli-buli menjadi kemerahan (eritema) mudah berdarah
menyebabkan hematuria
b. Edema
c. Hipersensitif sehingga jika buli-buli terisi urin, akan mudah terangsang
untuk segera berkontraksi, hal ini menimbulkan gejala frekuensi.
d. Kontraksi buli-buli akan menyebabkan rasa sakit/nyeri di daerah
suprapubik.
e. Tidak seperti gejala pada infeksi saluran kemih sebelah atas, sistitis
jarang disertai dengan demam, mual, muntah, badan lemah, dan kondisi
umum yang menurun. Jika disertai demam dan nyeri pinggang, perlu
difikirkan adanya penjalaran infeksi ke saluran kemih atas.
Diagnosis
a. Pemeriksaan urin berwarna keruh, berbau
b. Urinalisis piuria, hematuria, dan bacteriuria.
c. Kultur urin mengetahui jenis kuman penyebab infeksi.
d. Jika sistitis sering mengalami kekambuhan, perlu dipikirkan adanya
kemungkinan kelainan lain pada abuli-buli (keganasan, urolitiasis)
sehingga diperlukan pemeriksaan (PIV, USG) atau sistokopi.
Terapi
Pada uncomplicated sistitis cukup diberikan terapi dengan antimikroba
dosis tunggal atau jangka pendek (1-3 hari). Tetapi jika hal ini tidak
memungkinkan dipilih antimikroba yang masih cukup sensitif terhadap
kuman E coli, antara lain nitrofurantoin, trimethoprim-sulfametoksazol, atau
ampisilin. Kadang-kadang diperlukan obat-obatan golongan antikolinergik
(propantheline bromide) untuk mencegah hiperiritabilitas buli-buli dan
fenazopitidin hidroklorida sebagai antiseptik pada saluran kemih.
b. PROSTATITIS
Definisi
Prostatitis adalah reaksi inflamasi pada kelenjar prostat yang dapat
disebabkan oleh bakteri maupun non bakteri. Kuman penyebab infeksi yang
paling sering adalah kuman E. coli, Proteus spp., Klebsiella spp.,
Pseudomonas spp., Enterobacter spp., dan Serratiaspp.
Klasifikasi
National Institute of Health memperkenalkan klasifikasi prostitis dalam 4
kategori, yaitu :
3. Kategori III prostatitis non bacterial kronis atau sindroma pelvik kronis.
Kategori ini dibedakan dalam 2 subkategori, yaitu subkategori IIIA
adalah sindroma pelvik kronis dengan inflamasi, dan kategori IIIB adalah
sindroma pelvik non inflamasi.
Gambaran Klinis
a. Tampak sakit
b. Demam
c. Menggigil
d. Sakit daerah perineal
e. Adanya gangguan miksi
Pemeriksaan Fisik
Pada colok dubur prostat teraba bengkak, hangat, dan nyeri.
Terapi
Antibiotik yang sensitive terhadap kuman penyebab infeksi seperti dari
golongan fluoroquinolone, trimethoprim-sulfametoksazol, dan golongan
aminoglikosida secara parenteral. Setelah membaik diberi antibiotic per oral
selama 30 hari.
Gejala Klinis
a. Dysuria
b. Urgensi
c. Frekuensi
d. Nyeri perineal
e. Kadang nyeri saat ejakulasi
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan colok dubur mungkin teraba krepitasi yang
merupakan tanda dari suatu kalkulosa prostat. Uji 4 tabung tampak pada
EPS dan VB3 didapatkan kuman yang lebih banyak daripada VB1 dan VB2,
disamping itu pada pemeriksaan mikroskopik pada EPS tampak oval fat
body.
Terapi
Antibiotik yang digunakan adalah trimethoprim-sulfametoksazol,
doksisiklin, minosiklin, karbenisilin, dan fluoroquinolone.
c. EPIDIDIMITIS
Definisi
Epididimitis adalah reaksi inflamasi yang terjadi pada pada
epididimis. Reaksi inflamasi ini dapat terjadi secara akut atau kronis.
Dengan pengobatan yang tepat penyakit ini dapat sembuh sempurna tetapi
jika tidak ditangani dengan baik dapat menular ke testis sehingga
menimbulkan orkitis, abses pada testis, nyeri kronis pada skrotum yang
berkepanjangan, dan infertilitas.
Patogenesis
Diduga reaksi inflamasi ini berasal dari bakteri yang berada di dalam
buli-buli, prostat, atau uretra yang secara ascending menjalar ke epididimis.
Dapat pula terjadi refluks urin melaluin duktus ejakulatorius atau
penyebaran bakteri secara hematogen / langsung ke epididimis seperti pada
penyebaran kuman tuberkulosis.
Mikroba penyebab infeksi pada pria dewasa muda (<35 tahun) yang
tersering adalah Chlamidia trachomatis atau Neisseria gonorhoika,
sedangkan pada anak-anak dan orang tua yang tersering adalah E.coli atau
Ureoplasma ureolitikum.
Gambaran Klinis
a. Nyeri mendadak pada daerah skrotum, diikuti dengan bengkak pada
kauda hingga kaput epididimis.
b. Demam, malaise.
c. Nyeri dirasakan hingga ke pinggang.
d. Pembengkakan pada hemiskrotum
e. Pada palpasi sulit untuk memisahkan antara epididimis dengan testis.
Mungkin disertai dengan hidrokel sekunder akibat reaksi inflamasi pada
epididimis. Reaksi inflamasi dan pembengkakan dapat menjalar ke
funikulus spermatikus pada daerah inguinal.
Gejala klinis epididimitis dan tosio testis sulit dibedakan, sehingga
untuk memastikannya bisa dengan melakukan Phrenn test yaitu mengangkat
skrotum (testis) ke atas. Jika nyeri berkurang saat skrotum (testis) diangkat
itu menunjukkan epididimitis. Sedangkan sebaliknya pada torsio testis.
Diagnosis
Tata Laksana
Pemilihan antibiotik tergantung pada kuman penyebab infeksi,. Pada
pasien yang berusia dibawah 35 tahun dengan perkiraan kuman
penyebabnya adalah Chlamidia trachomatis atau Neisseria gonorhoica,
antibiotik yang dipilih adalah amoksisilin dengan disertai probenesid atau
ceftriakson yang diberikan secara intravena. Selanjutnya diteruskan dengan
pemberian doksisiklin atau eritromisin per oral selama 10 hari. Tidak kalah
pentingnya adalah pengobatan terhadap pasangannya. Sebagai terapi
simptomatis untuk menghilangkan nyeri dianjurkan memakai celana ketat
agar testis terangkat, mengurangi aktivitas, atau pemberian anestesi
lokal/topikal. Untuk mengurangi pembengkakan dapat dikompres dengan
es. Pemberian terapi diatas akan menghilangkan keluhan nyeri dalam
beberapa hari, akan tetapi pembengkakan baru sembuh setelah 4-6 minggu
dan indurasi pada epididimis akan bertahan sampai beberapa bulan.
Komplikasi
Komplikasi yang terkait dengan epididimitis akut dan orchitis bakteri
termasuk berikut:
Berkenaan dengan item terakhir di atas, nyeri lokal yang asli dapat
dibedakan dari rasa sakit dengan suntikan korda spermatika dengan 1%
lidokain. Nyeri refrakter yang tidak diperbaiki dengan analgesik juga telah
dikelola oleh denervasi dari korda spermatika.
Prognosis
E. GONORHAE
Definisi
Gonore adalah penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan
oleh infeksi bakteri diplokokus gram negatif, Neisseria gonorrhoeae. Bakteri
ini sering menyerang membran mukosa uretra pada pria dan endoservik pada
wanita. Untuk dapat menular, harus terjadi kontak langsung antar mukosa.
Gejala
Gejala Pada Pria
a. Uretritis anterior akut. Masa inkubasinya berkisar antara 1 sampai 14 hari
atau lebih lama
b. Sekret dari uretra
c. Disuria.
d. Rasa gatal, panas di bagian distal uretra di sekitar orifisium uretra
eksternum
e. Nyeri pada waktu ereksi.
f. Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum kemerahan, edema,
dan ektropion.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan
pemeriksaan pembantu yang terdiri atas beberapa tahapan.
a. Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pengecatan Gram akan ditemukan
gonokok Gram negatif, intraselular dan ekstraselular. Bahan pada pria
diambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari
uretra, muara kelenjar Bartholin dan endoserviks. Pemeriksaan Gram dari
cairan tubuh uretra pada pria memiliki sensitivitas tinggi (90-95%) dan
spesifisitas 95-99%. Sedangkan dari endoserviks, sensitivitasnya hanya
45-65%, dengan spesitifitas 90-99%. Pemeriksaan ini direkomendasikan
untuk dilakukan di klinik luar rumah sakit atau praktek pribadi, klinik
dengan fasilitas laboratorium terbatas seperti kultur, maupun untuk rumah
sakit dengan fasilitas laboratorium lengkapyang memiliki LG, tes serologi,
kultur, dan tes sensitivitas.
b. Kultur (biakan)
Untuk identifikasi perlu dilakukan kultur (pembiakan). Dua macam
media yang dapat digunakan ialah media transpor dan media pertumbuhan.
c. Tes Beta-Laktamase
Tes ini menggunakan cefinase TM disc. BBL 96192 yang
mengandung chromogenic cephalosporin. Apabila kuman mengandung
enzim beta laktamase, akan menyebabkan perubahan warna koloni dari
kuning menjadi merah.
Terapi
a. Pengobatan Spesifik Gonore
Sebagian besar gonokokus yang berhasil diisolasi telah resisten
terhadap penisilin, tetrasiklin, dan antimikroba terdahulu lainnya, sehingga
obat-obat ini tidak bisa digunakkan lagi untuk pengobatan gonore. Secara
umum dianjurkan pada semua pasien gonore juga diberikan pengobatan
bersamaan dengan obat anti klamidiosis oleh karena infeksi campuran
antara klamidiosis dan gonore sering dijumpai.
a) Regimen pengobatan yang dianjurkan
a. Sefiksim : 400 mg per oral, dosis tunggal
b. Levofloksasin : 250 mg per oral dosis tunggal
b) Pilihan pengobatan lain
a. Kanamisin : 2 gr intramuskular dosis tunggal atau,
b. Spektinomisin : 2 gr intramuskular dosis tunggal atau,
c. Tiamfenikol : 3,5 gr per oral dosis tunggal
Untuk meningitis dan endokarditis yang disebabkan oleh
gonokokus dapat diberikan dalam dosis yang sama, namun memerlukan
jangka waktu pemberian yang lebih lama, yaitu selama empat minggu
untuk endokarditis.
Gambar
F. ABSES RENAL
Definisi
Abses renal adalah abses yang terdapat pada parenkim ginjal. Abses ini
dibedakan dalam 2 macam, yaitu abses korteks ginjal & abses kortiko-meduler.
Abses korteks ginjal atau disebut karbunkel ginjal pada umumnya disebabkan
oleh penyebaran infeksi kuman Staphilococcus aureus yang menjalar secara
hematogen dari fokus infeksi di luar sistem saluran kemih. Abses kortiko-
medular merupakan penjalaran infeksi secara ascending oleh bakteri E. coli,
Proteus, atau Klebsiella spp. Abses kortiko-medular ini seringkali merupakan
penyulit dari pyelonefritis akut.
Gambaran Klinis
Nyeri pinggang
Demam menggigil
Keluhan miksi
Anoreksia
Malas dan lemah.
Gejala ini sering didiagnosis banding dengan pyelonefritis akut. Nyeri
dapat dirasakan pula di daerah pleura karena pleuritis akibat penyebaran infeksi
ke subphrenik & intrathorakal, inguinal, & abdominal akibat iritasi pada
peritoneum posterior. Nyeri pada saat hiperekstensi pada sendi panggul adalah
tanda dari penjalaran infeksi ke otot psoas.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan urinalisis pyuria & hematuria
Kultur urine menunjukkan kuman penyebab infeksi,
Pemeriksaan darah leukositosis & laju endap darah yang meningkat.
Pemeriksaan foto polos abdomen didapatkan kekaburan pada daerah
pinggang, bayangan psoas menjadi kabur, terdapat bayangan gas pada
jaringan lunak, skoliosis, atau bayangan opak dari suatu batu di saluran
kemih. Adanya proses pada subdiafragma akan tampak pada foto thoraks
sebagai atelektasis, efusi pleura, empyema, atau elevasi diafragma.
USG adanya cairan abses.
CT-Scan adanya cairan nanah di dalam intrarenal, perirenal, maupun
pararenal.
Tindakan
Pada prinsipnya jika dijumpai suatu abses harus dilakukan drainase, &
sumber infeksi diberantas dengan pemberian antibiotik yang adekuat.
Drainase abses dapat dilakukan melalui pembedahan terbuka ataupun perkutan,
melalui insisi kecil di kulit. Selanjutnya dilakukan berbagai pemeriksaan untuk
mencari penyebab terjadinya abses guna menghilangkan sumbernya