Anda di halaman 1dari 12

Nama : Doni Rizki Saragih

NIM : 2250141166
Kelompok : 11

BLOK 6 BIOMEDIK DASAR KE-4


DISKUSI KELOMPOK KE-8

Hari dan tanggal : Senin, 12 Juni 2023


Waktu : 09.00-11.50
Bahan Kajian : Pemeriksaan Laboratorium Sederhana
Sub Bahan Kajian : Pemeriksaan Hematologi
Level kompetensi : 3A
Narasumber : Susanti Ratunanda, dr., Sp.PK, M.Kes
Kontributor terkait : Apen Afgani, dr, SpPD
Iis Inayati, dr., M.Kes

SKENARIO:
Seorang wanita berusia 25 tahun bermaksud untuk melamar suatu pekerjaan. Wanita tersebut melakukan
pemeriksaan kesehatan guna mendapatkan surat keterangan sehat sebagai salah satu syarat dalam proses
lamarannya. Untuk keperluan tersebut, dia mendatangi Rumah Sakit terdekat. Dokter kemudian melakukan
pemeriksaan fisik termasuk tes buta warna dan pemeriksaan laboratorium, yaitu pemeriksaan urine rutin,
pemeriksaan hematologi lengkap, dan golongan darah.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data sebagai berikut: B 68 kg, TB 160 cm, keadaan umum baik,
kesadaran komposmentis, tanda vital (tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82X/menit, respirasi 18X/menit,
o
suhu 36,2 C), conjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, jantung dan paru tidak ada kelainan, abdomen
normal (supel, hepar dan lien tidak teraba, bising usus normal), ekstremitas tidak ada kelainan, dan hasil tes
buta warna didapatkan tidak buta warna. Untuk pemeriksaan laboratorium (hematologi dan urine rutin)
diberikan surat rujukan atau surat pengantar ke Laboratorium RS yang bersangkutan.
Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin:
3 3
Hemoglobin 12,4 g/dL; hematokrit 37,2 %; leukosit 7.200 sel/mm ; trombosit 290 ribu sel/mm ;
MCV 86,4 fL; MCH 28,8 pg; MCHC 33,3 g/dL; HJL 0/0/2/63/30/5; dan LED 3 mm/jam, serta
golongan darah O dan rhesus positif.
Catatan:
● Penulisan hasil hitung jenis leukosit 0/0/2/63/30/5 menunjukkan urutan basofil 0%, eosinofil 0%,
batang neutrofil 2%, segmen neutrofil 63%, limfosit 30%, dan monosit 5%.
● Hasil pemeriksaan laboratorium urine dalam batas normal.

TUGAS:
1. Jelaskan istilah-istilah yang belum anda pahami dari skenario tersebut.
● Komposmentis: kondisi di mana seseorang memiliki kesadaran yang jernih, wajar, dan
tidak terganggu.
● Anemis: kondisi medis di mana tubuh memiliki jumlah sel darah merah yang kurang
dari normal atau kualitas sel darah merah yang buruk. Ini dapat menyebabkan
penurunan pasokan oksigen ke jaringan tubuh
● Ikterik: kondisi medis di mana tubuh memiliki jumlah sel darah merah yang kurang
dari normal atau kualitas sel darah merah yang buruk. Ini dapat menyebabkan
penurunan pasokan oksigen ke jaringan tubuh
● Supel: keadaan di mana abdomen (bagian perut) terasa lembut atau tidak tegang saat
diperiksa secara fisik. Keadaan ini dapat diamati oleh dokter saat melakukan
pemeriksaan abdomen dengan perabaan atau palpasi.
● Hematologi: serangkaian tes laboratorium yang dilakukan untuk mengevaluasi
komponen darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
2. Jelaskan nilai normal hasil pemeriksaan fisik pada skenario, termasuk penilaian status gizi dan
tanda vital, serta interpretasikan hasil pemeriksaan fisik dan status gizi pada pasien tersebut.
Pemeriksaan tanda vital
klasifikasi Tekanan Darah

klasifikasi Nadi
Takikardia Lebih Dari 100x/Menit

Normal 60-100x/Menit

Bradikardia Kurang Dari 60x/Menit

Bayi : 120-130 x/mnt


Anak : 80-90 x/mnt
Dewasa : 70-80 x/mnt
Lansia : 60-70 x/mnt

Klasifikasi Suhu Tubuh


● Normal : 36,6oC - 37,2 oC
● Sub Febris : 37oC - 38o
● Febris : 38oC - 40oC
● Hiperpireksis :40oC-42oC
● Hipotermi : Kurang dari 36 oC
● Hipertermi : Lebih dari 40 oC
Catatan :
Oral: 0,2 oC – 0,5 oC lebih rendah dari suhu rektal
Axilla: 0,5 oC lebih rendah dari suhu oral

Klasifikasi Pernapasan / Respirasi


● Bayi 30-40 x/mnt
● Anak : 20-30 x/mnt
● Dewasa : 16-20 x/mnt
● Lansia : 14-16 x/mnt

Catatan :
● Dispnea : Pernapasan yang sulit
● Tadipnea : Pernapasan lebih dari normal ( lebih dari 20 x/menit)
● Bradipnea : Pernapasan kurang dari normal (kurang dari 20 x/menit)
● Apnea : Pernapasan terhenti
● Ipnea : Pernapasan normal

Pemeriksaan Penilaian Status Gizi

Interpretasi
Berat Badan : 68
Tinggi bedan : 160
Umur 25 Thn
IMT
Berat badan/ Tinggi badan x Tinggi badan (m)
68/1,6x1,6
26,5625 masuk dalam kategori pra gemuk ( kegemukan)
● Tanda Vital
1. Tekanan darah → 120/80 mmHg (NORMAL)
2. Nadi → 82X/menit (NORMAL)
3. Respirasi 18X/menit (NORMAL)
4. Suhu → 36,2 0C (HIPOTERMIA)
● Conjunctiva tidak anemis → Normal, tidak terjadi anemia Normalnya konjungtiva itu
berwarna kemerahan, pada keadaan tertentu (misal pada anemia) konjungtiva akan
berwarna pucat yang disebut dengan nama konjungtiva anemis. Karena pada anemia
terjadi kekurangan eritrosit (sel darah merah) sehingga darah yang harusnya dialirkan ke
seluruh tubuh dengan cukup jadi tidak merata.

● Sklera tidak ikterik → Normal Ikterus atau jaundice adalah suatu keadaan yang ditandai
dengan kulit dan sklera berwarna kuning, yang disebabkan oleh akumulasi bilirubin pada
kulit dan membrana mukosa, karena kadar bilirubin pada tubuh tinggi atau disebut juga
hiperbilirubinemia
● Jantung dan paru tidak ada kelainan
● Abdomen normal (supel, hepar dan lien tidak teraba, bising usus normal)
● Ekstremitas tidak ada kelainan
● Hasil tes buta warna didapatkan → tidak buta warna
Sumber : Buku Ajar Penilaian Status Gizi.Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana:2015
Sarotama Afrias.Implementasi Peringatan Abnormalitas Tanda-Tanda Vital pada
Telemedicine Workstation.Universitas Muhammadiyah.Jakarta: 2019

3. Sebutkan parameter dari masing-masing pemeriksaan hematologi dan golongan darah termasuk
nilai normalnya yang dilakukan pada pasien tersebut.
parameter hematologi
1. Hemoglobin(Hb)
Nilai normal : Pria : 13 - 18 g/dL SI unit : 8,1 - 11,2 mmol/L
Wanita: 12 - 16 g/dL SI unit : 7,4 – 9,9 mmol/L
2. Hematokrit(Hct)
Nilai normal: Pria : 40% - 50 % SI unit : 0,4 - 0,5
Wanita : 35% - 45% SI unit : 0.35 - 0,45
Deskripsi: Hematokrit menunjukan persentase sel darah merah tehadap volume darah total.
3. Eritrosit (sel darah merah)
Nilai normal:
Pria: 4,4 - 5,6 x 106 sel/mm3 SI unit: 4,4 - 5,6 x 1012 sel/L
Wanita: 3,8-5,0 x 106 sel/mm3 SI unit: 3,5 - 5,0 x 1012 sel/L
Deskripsi:
Fungsi utama eritrosit adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh
dan mengangkut CO2 dari jaringan tubuh ke paru-paru oleh Hb.
Susunan Sel Darah Merah
1). Mean Corpuscular Volume (MCV) (Volume korpuskuler rata – rata) Perhitungan : MCV
(femtoliter) = 10 x Hct (%) : Eritrosit (106 sel/µL) Nilai normal : 80 – 100 (fL)
Deskripsi :
MCV adalah indeks untuk menentukan ukuran sel darah merah.
2). Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) (Hemoglobin Korpuskuler rata – rata)
Perhitungan : MCH (picogram/sel) = hemoglobin/sel darah merah Nilai normal : 28– 34 pg/
sel
Deskripsi: Indeks MCH adalah nilai yang mengindikasikan berat Hb rata-rata di dalam sel
darah merah, dan oleh karenanya menentukan kuantitas warna (normokromik, hipokromik,
hiperkromik) sel darah merah
3).Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) (Konsentrasi Hemoglobin
Korpuskuler rata – rata)
Perhitungan : MCHC = hemoglobin/hematokrit Nilai normal : 32 – 36 g/dL
Deskripsi:
Indeks MCHC mengukur konsentrasi Hb rata-rata dalam sel darah merah; semakin kecil sel,
semakin tinggi konsentrasinya.
4). Retikulosit
Perhitungan : Retikulosit (%) = [Jumlah retikulosit / Jumlah eritrosit] X 100
Nilai normal : 0,5-2%
Deskripsi: Retikulosit adalah sel darah yang muda, tidak berinti merupakan bagian dari
rangkaian pembentukan eritrosit di sumsum tulang.
4. Leukosit (sel darah putih)
Nilai normal : 3200 – 10.000/mm3 SI : 3,2 – 10,0 x 109/L
Deskripsi:
Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh dengan memfagosit
organisme asing dan memproduksi atau mengangkut/ mendistribusikan antibodi. Ada dua
tipe utama sel darah putih:
• Granulosit: neutrofil, eosinofil dan basofil
• Agranulosit: limfosit dan monosit
5. Trombosit(platelet)
Nilai normal : 170 – 380. 103/mm3 SI : 170 – 380. 109/L
Deskripsi : Trombosit adalah elemen terkecil dalam pembuluh darah.
Hitung jenis leukosit

6. Laju Endap Darah (LED)


Nilai normal:
Pria <15mm/1 jam Wanita <20mm/1 jam
Deskripsi:LED atau juga biasa disebut Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) adalah ukuran
kecepatan endap eritrosit, menggambarkan komposisi plasma serta perbandingan eritrosit dan
plasma.
Goldar : O , Rhesus +
o Metode pemeriksaan : Aglutinasi
o A : memiliki antigen A, anti B diplasma nya o B : memiliki antigen B, anti A diplasma nya
o AB : memiliki antigen AB
o O : memiliki anti a dan b di plasma nya

Jika golongan darah memiliki rhesus positif jika diberi anti-D seperti gambar diatas akan
terjadi penggumpalan dan jika rhesus negative tidak akan terjadi Penggumpalan.
Sumber:
- Laboratorium Klinik Fortuna Lab. Info Pemeriksaan.
https://www.fortunalab.com/infopemeriksaan.php. [accessed July 14th 2021]
- Martini, Nath. Fundamental of Anatomy & Physiology. 9th Ed. p. 651 – 652
- Bagian Patologi Klinik FK Unissula. Pemeriksaan Darah Lengkap.
- sosialine engko. Pedoman Intepretasi Data Klinik.Jakarta : 2011

4. Interpretasi hasil pemeriksaan hematologi pasien tersebut.


● Hemoglobin 12,4 g/dL normal Nilai normal : Pria : 13 - 18 g/dL Wanita: 12 - 16 g/dL
● hematokrit 37,2 % normal . 40% - 50 % Wanita : 35% - 45%
3
● leukosit 7.200 sel/mm (normal) Nilai normal : 3200 – 10.000/mm3
3(
● trombosit 290 ribu sel/mm normal) : Nilai normal : 170 – 380. 103/mm3
● MCV 86,4 fL (normal) Nilai normal : 80 – 100 (fL)
● MCH 28,8 pg; (normal) Nilai normal : 28– 34 pg/ sel
● MCHC 33,3 g/dL ( normal) Nilai normal : 32 – 36 g/dL
● HJL 0/0/2/63/30/5;
Basofil : 0
Eosinofil :0
Netrofil batang : 2
Netrofil segmen: 63
Limfosit: 30
Monosit : 5
● LED 3 mm/jam Nilai normal: Pria <15mm/1 jam Wanita <20mm/1 jam
● golongan darah O dan rhesus positif. Individu darah O memiliki sel darah tanpa antigen,
tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Rhesus positif adalah yang
memiliki faktor rhesus ( antigen D) di permukaan sel darah tersebut
sumber : sosialine engko. Pedoman Intepretasi Data Klinik.Jakarta : 2011
5. Jelaskan pemeriksaan penunjang dasar yang dibutuhkan dalam medical check up pada pasien.
pemeriksaan penunjang dasar yang dibutuhkan dalam medical check up
a. Pemeriksaan fisik menurut Darmanto (2003), meliputi :
1) Pengukuran tinggi badan diukur jarak antara tumit dengan puncak kepala dengan posisi badan
berdiri tegak.
2) Pengukuran berat badan dilakukan sebelum makan, tanpa mengenakan alas kaki dan
berpakaian seminimal mungkin.
3) pemeriksaan tanda vital

4) pemeriksaan labaratorium
Pemeriksaan Radiologi

Sumber : Kementrian Kesehatan (Kemkes). Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 29 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Pemeriksaan
Kesehatan Calon Tenaga Kerja Indonesia. Kemenkes. Jakarta. 18 – 19

6. Jelaskan persiapan pasien pada kasus di atas sebelum dilakukan pemeriksaan dan sampel darah
yang digunakan untuk pemeriksaan laboratorium terutama hematologi.
Dalam proses pemeriksaan laboratorium ada 3 tahapan penting, yaitu:
• Pra analitik, tahap-tahap pemeriksaan pra analitik meliputi :
1. Persiapan pasien
2. Pemberian identitas spesimen
3. Pengambilan spesimen
4. Pengolahan spesimen
5. Penyimpanan spesimen
6. Pengiriman spesimen ke laboratorium
• Analitik, tahap-tahap pemeriksaan analitik meliputi: kegiatan pemeliharaan/kalibrasi alat,
pelaksanaan pemeriksaan, pengawasan ketelitian dan ketepatan.
• Pasca Analitik, tahap-tahap pemeriksaan pasca analitik meliputi: kegiatan pencatatan hasil
pemeriksaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan.
Persiapan pasien.
Beritahukan kepada pasien tentang hal-hal apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan
oleh pasien sebelum dilakukan pengambilan spesimen.
Persiapan secara umum, seperti : puasa selama 8-10 jam sebelum pengambilan spesimen (untuk
pemeriksaan glukosa darah puasa, profil lipid, profil besi), tidak melakukan aktifitas fisik yang
berat, tidak merokok, tidak minum alkohol, dsb.
Jika pasien harus melakukan pengambilan spesimen sendiri (urin, dahak, faeses), jelaskan tata
cara pengambilannya. Misalnya kapan harus diambil, bagaimana menampung spesimen dalam
wadah yang disediakan, mencuci tangan sebelum dan setelah mengambil spesimen,
membersihkan daerah genital untuk pengambilan sampel urin, dsb.
Jika pengambilan spesimen bersifat invasif (misalnya pengambilan sampel darah, cairan pleura,
ascites, sumsum tulang, dsb), jelaskan macam tindakan yang akan dilakukan

1. pengambilan darah kapiler


Tujuan:
Mengetahui cara mengambil darah kapiler dalam skala kecil (volume kurang dari 1ml).
2. Dasar Teori:
Pada pemeriksaan hematologi biasanya digunakan darah kapiler ataupun darah vena.
Pengambilan darah kapiler pada orang dewasa yaitu pada bagian ujung jari atau anak daun
telinga. Pada bayi dan anak kecil dapat juga diambil pada bagian tumit atau ibu jari kaki.
Bagian tubuh yang akan diambil darahnya tidak boleh memperlihatkan adanya gangguan
peredaran darah seperti vasokonstriksi atau pucat, vasodilatasi yang disebabkan oleh radang
atau trauma, cyanosis setempat (Gandasoebrata, 2010). Bagian jari tangan yang akan diambil
darahnya adalah jari tengah atau jari manis. Hindari pengambilan darah pada jari telunjuk
atau ibu jari, jari tangan yang terinfeksi misalnya paronikhia (WHO, 2011).
Penusukan yang kurang dalam dapat menyebabkan kesalahan karena darah harus ditekan
kuat untuk mengeluarkannya.kesalahan lain yang biasa dilakukan saat pengambilan darah
kapiler yaitu penusukan pada saat kulit masih basah dengan alkohol. Penusukan pada kulit
yang masih basah dengan alkohol dapat menyebabkan darah menjadi encer dan juga darah
dapat melebar diatas permukaan kulit sehingga sulit untuk dihisap ke dalam pipet untuk
dilakukan pemeriksaan selanjutnya (Gandasoebrata, 2010).

3. Alat dan Bahan :


1) Lancet
2) Autoclick holder
3) Kapas kering
4) Alkohol 70 %
5) Obyek glass

4. Prosedur Percobaan :
● Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
● Tempatkan pasien pada posisi yang senyaman mungkin agar merasa nyaman saat dilakukan
sampling.
● Alkohol 70 % dituangkanke wadah bertutup secukupnya dan memasukkan bulatan kapas
kedalamnya.
● Siapkan autoclick holder yang sudah diisi lancet.
● Pilih daerah tusukan
● Pijat jari dari pangkalnya kemudian berhenti ± 1 cm dari daerah yang akan ditusuk (hampir
ke ujung jari tetapi tidak pada ujung jari), lalu ditekan dengan jepitan ibu jari dan jari
telunjuk sehingga permukaan jari menegang.
● Usapkan kapas yang telah dibasahi alkohol 70 % pada daerah tusukan dengan gerakan
searah.Tunggu hingga kering (tidak boleh ditiup).
● Tempatkan lancet (lubang autoclick) ditengah ujung jari sambil ditekan sedikit lalu tekan
tombol yang ada pada autoclick.
● Usap darah yang pertama kali keluar dengan kapas kering (dikhawatirkan terjadi
penggerombolan trombosit).
● Letakkan tetesan darah berikutnya pada obyek glass untuk dibuat hapusan darah atau
pemeriksaan lainnya.
● Tutup luka tusukan dengan menekan menggunakan kapas kering agar perdarahan berhenti.
Gambar 1. Pengambilan darah kapiler menggunakan lancet (WHO, 2011)
5. Catatan :
1) Lancet hanya dapat digunakan satu kali.
2) Cara penusukan harus memotong guratan sidik jari.
3) Pada saat penusukan posisi lancet harus tegak lurus dengan garis – garis jari (sidik jari).
4) Jangan menekan jari pasien terlalu kuat karena dapat menyebabkan plasma / cairan
jaringan ikut keluar dan bercampur / mengencerkan darah.
5) Jumlah eritrosit, hematokrit, hemoglobin dan trombosit dari darah tepi lebih rendah
daripada darah vena.

2. Pengambilan darah vena


1. Tujuan :
MAKROSAMPLING
Mengetahui cara pengambilan darah secara makrosampling (pengambilan darah vena)
dengan volume lebih dari 1 ml.
2. Dasar Teori :
Makrosampling adalah pengambilan darah pada pembuluh vena. Pengambilan darah vena
pada orang dewasa yaitu salah satu vena dalam fossa cubiti, sedangkan pada bayi yaitu vena
jugularis superficialis atau darah dari sinus sagittalis superior (Gandosoebrata, 2010).
Pengambilan darah vena menggunakan alat yang bernama spuit dan jarum. Ukuran jarum
beragam diantaranya 20 gauge, 19 gauge, 18 gauge. Pada anak dibawah 5 tahun,
pengambilan sampel darah menggunakan jarum 23 gauge atau 25 gauge (WHO, 2011).
Penekukan siku untuk menjepit kapassetelah pengambilan darah merupakan hal yang tidak
dianjurkan karena dapat menyebabkan hematoma. Penggunaan jarum harus sekali pakai dan
tidak boleh digunakan bergantian dengan pasien yang lainnya (WHO, 2011).
Alkohol 70 % merupakan desinfektan karena pada alkohol 70 % mengandung 30 % air. Air
tersebut akan masuk ke dalam dinding semipermeable kuman kemudian diikuti masuknya
alkohol yang akan mendestruksi kuman sehingga kuman akan mati.
Beberapa jenis pemeriksaan hematologi memerlukan waktu pengerjaan yang lebih panjang
daripada waktu bekuan darah.Agar kita dapat mengerjakan dengan lebih leluasa, maka ketika
darah berada di luar vena harus segera dicegah pembekuannya dengan mencampurkan bahan
kimia tertentu ke dalam darah tersebut.Menurut Gandosoebrata (2010) antikoagulan
diperlukan untuk mencegah terjadinya pembekuan darah. Tidak semua antikoagulan dapat
dipakai karena ada yang dapat mempengaruhi morfologi eritrosit dan leukosit. beberapa
antikoagulan yang dapat dipakai untuk pemeriksaan hematologi antara lain :
a. Campuran ammonium oxalat dan kalium oxalat, biasa disebut double oxalat.
b. Heparin
c. EDTA (Etylene Diamine Tetra Acetic acid)
d. Natrium citrat
e. Natrium oxalate
Antikoagulan yang paling luas pemakaiannya dalam pemeriksaan hematologi adalah EDTA
(Na2EDTA maupun K2EDTA) karena tidak merubah morfologi sel sampai jangka waktu dua
jam dari saat pengambilan darah sehingga layak dipakai untuk membuat hapusan darah.
Ukuran pemakaian yang tepat adalah 1 mgr untuk setiap 1 ml darah. Karena dalam
penimbangan kristal 1 miligram EDTA sangat sulit maka digunakan EDTA 10 %, maksudnya
10 gram EDTA dalam 100 ml aquadest. Contoh : kebutuhan darah 2 ml, maka EDTA 10 %
yang dibutuhkan :

3. Alat dan Bahan :


1) Spuit 3 ml
2) Tourniquet 3) Kapas
4) Botol sampel 5) Plester

4. Prosedur Percobaan :
● Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
● Masukkan EDTA 10 % sebanyak 20 µl dengan pipet Sahli ke dalam botol sampel yang
sudah diberi label (identitas pasien).
● Tuangkan alkohol 70 % ke wadah bertutup dan masukkan bulatan kapas.
● Tempatkan pasien pada posisi yang senyaman mungkin agar merasa nyaman saat dilakukan
sampling.
● Buka bungkus spuit, keluarkan udara pada tabung spuit, ujung jarum dibuat searah dengan
skala spuit, longgarkan tutup jarum.
● Pasang tourniquet 5 – 7 cm diatas lipatan lengan untuk membendung darah, kemudian jari
– jari pasien menggenggam. Pemasangan tourniquet harus kuat (agar vena terlihat
menonjol) tetapi jangan sampai pasien merasa sakit.
● Pilih vena yang letaknya jelas dan mudah teraba.
● Bersihkan daerah yang akan ditusuk menggunakan kapas beralkohol dengan gerakan
memutar ke luar, tunggu hingga kering. Jangan menyentuh lagi daerah ini dengan jari
atau benda – benda lain yang tidak steril atau meniupnya dengan mulut.
● Lengan pasien dibawah daerah vena yang akan ditusuk ditekan dengan ibu jari tangan kiri
sampai kulit penderita menjadi tegang, agar letak vena menjadi fix dan tidak mudah
bergerak.
● Tusukkan jarum tepat pada vena dengan lubang jarum menghadap ke atas vena. Sudut
antara kulit pasien dengan jarum ± 15o, jangan ragu-ragu.
● Bila tusukan berhasil akan segera terlihat darah masuk pada ujung spuit, tarik toraknya
pelan – pelan.
● Genggaman jari pasien didibuka saat darah masuk ke dalam spuit. 14)
● Hisapan darah dilanjutkan sampai didapatkan volume yang diinginkan (disesuaikan dengan
jumlah antikoagulan yang ditambahkan, dalam hal ini darah diambil 2cc). Tusukan yang
mencapai vena dengan arah dan kedalaman yang tepat akan menyebabkan tarikan
hisapan terasa ringan.
● Tourniquet di lepas, ambil kapas kering lalu letakkan di lokasi tusukan, keluarkan jarumnya
pelan – pelan.
● Pasien diminta menekan luka tusukan dengan bulatan kapas kering sampai perdarahan
berhenti (bila perlu dilekatkan dengan plester).
● Tutup spuit, lepaskan jarumnya, lalu darah dimasukkan ke botol sampel pelan – pelan
melalui dinding botol.
● Homogenkan agar darah tercampur rata dengan antikoagulannya.

Sumber : Puspitasari.MODUL PRAKTIKUM HEMATOLOGI 1.Universitas Muhammadiyah


Sidoarjo.sidoarjo :2018

7. Bagaimanakah proses pembentukan komponen darah sehingga komponen tersebut dapat


ditemukan pada hasil pemeriksaan hematologi dengan karakteristik masing-masing seperti
pada pasien di atas?
Seluruh sel-sel darah berasal dari sel punca hematopoietik (Hematopoietic stem cell) yang bersifat
pluripoten. berdiferensiasi menghasilkan dua jenis sel induk progenitor yang memiliki potensi
terbatas (hanya akan berdiferensiasi menjadi sel tertentu) yaitu
Hematopoiesis

Myeloid stem cell Myeloid stem cells akan berdiferensiasi lebih lanjut dan membentuk sel
eritrosit, trombosit, granulosit dan monosit. Sementara Lymphoid stem cells akan berdiferensiasi
dan membentuk limfosit B, limfosit T serta sel NK (Natural Killer)
Lymphoid stem cell (atau biasa disebut sebagai Common Myeloid Progenitor dan Common
Lymphoid Progenitor) (Mescher, 2015). . Lymphoid stem cell yang merupakan sel progenitor
limfosit akan bermigrasi dari sumsum tulang merah ke timus, limpa dan nodus limfatikus sebagai
organ limfoid tempat terjadinya diferensiasi dan maturasi limfosit (Mescher, 2015).
Myeloid stem cell selanjutnya berdiferensiasi menjadi sel-sel progenitor untuk masing-masing
calon sel darah (selain limfosit). Sel-sel progenitor untuk pembentukan sel-sel darah yang matur
disebut colony forming unit (CFU) karena sel-sel tersebut mampu membentuk satu tipe koloni sel
saatdikultur secara in vitro (Mescher, 2015). CFU dinamakan berdasarkan calon sel matur yang
akan dibentuknya yaitu CFU-E untuk sel-sel progenitor eritrosit, CFU-Meg untuk sel-sel
progenitor Megakariosit yang menjadi calon trombosit, CFU-GM untuk sel-sel progenitor
leukosit granuler dan makrofag (Tortora & Derrickson, 2012)

eritropoiesis

● Sel punca Myeloid tersebut kemudian berdiferensiasi lebih lanjut menjadi Megakaryocyte-
Erythroid Progenitor (MEP) dan karena adanya faktor-faktor pertumbuhan kemudian
berdiferensiasi lebih lanjut menjadi BFU-E (Burst forming unit-erythrocyte).
● Sebagian dari koloni sel yang dihasilkan oleh BFU-E mengalami maturasi lebih awal
dibanding yang lain, disebut sebagai CFU-E (Colony forming unit-erythroid)
● sel-sel progenitor pada CFU mengalami diferensiasi lebih lanjut membentuk sel prekursor
yaitu pro-erythroblast dengan ciri-ciri berukuran besar, memiliki nukleus yang hampir
memenuhi sitoplasma, kromatin longgar dan sitoplasma bersifat basofilik.
● Pro-erythroblast selanjutnya mengalami diferensiasi menjadi early basophilic erythroblast
dengan nukleus yang lebih terkondensasi dan aktivitas sintesis hemoglobin pada
poliribosom (polisom) bebas serta sitoplasmanya basofilik.
● Pada tahap ini terbentuk sel polychromatophilic erythroblast
● volume sel terus menurun dan nukleus semakin terkondensasi, materi basofilik pada
sitoplasma juga semakin berkurang sehingga pada akhir tahap ini sel sepenuhnya
menjadi asidofilik, disebut sebagai orthochromatophilic erythroblast (atau Normoblast)
● Fase selanjutnya adalah proses pengeluaran nukleus dari dalam sel dan segera difagosit
oleh makrofag. Sel pada fase ini masih memiliki beberapa polisom yang dapat
memunculkan warna Hematopoiesis biru karena bersifat basofilik, sudah tidak memiliki
nukleus dan disebut sebagai Reticulocyte (Retikulosit).
● Selama berada di sirkulasi, retikulosit kehilangan seluruh polisom secara cepat dan
mengalami maturasi menjadi eritrosit

Granulasitopoeisis

● Sel punca myeloid berdiferensiasi dengan pengaruh sitokin seperti Interleukin-3 (IL-3)
menjadi CFU-GM (Colony Forming Unit- Granulocyte-Monocyte)
● CFU-GM mengalami diferensiasi lebih lanjut menjadi Myeloblast
● Granulositopoiesis melibatkan proses perubahan sutoplasma pada sel-sel prekursor
● Myeloblast dengan adanya sintesis protein yang menghasilkan granula azurophilic dan
granula spesifik. Sel dengan banyak granula azurophilic dan sitoplasma basofilik disebut
dengan promyelocyte.
● Produksi granula spesifik dalam jumlah besar mendominasi sitoplasma dibandingkan
granula azurophilic. Fase ini merupakan awal munculnya perbedaan antara ketiga jenis
leukosit granuler dan sel pada fase ini disebut dengan myelocyte
● Tahap akhir proses granulositopoiesis ditandai dengan semakin banyaknya granula spesifik
yang memenuhi sitoplasma. Sel-sel tersebut pada tahap ini disebut dengan
metamyelocyte
● Maturasi metamyelocyte menjadi neutrofil, basofil dan eosinofil berjalan seiring dengan
proses kondensasi nukleus pada setiap sel

Monositopoeisis

● Sel punca myeloid tersebut berdiferensiasi dengan pengaruh sitokin seperti IL-3
(Interleukin-3) menjadi koloni sel progenitor yang disebut CFU-GM (Colony Forming
Unit-Granulocyte-Monocyte)
● Selanjutnya CFU-GM berdiferensiasi menjadi CFU-M (Colony Forming Unit-
Macrophage) dengan pengaruh sitokin seperti SCF, IL-3, IL-6, GM-CSF dan G-CSF
● fase berikutnya terjadi diferensiasi pada sel-sel progenitor membentuk sel-sel prekursor
yang disebut Monoblast.
● Monoblast selanjutnya berdifrensiasi membentuk promonocyte yang ditandai dengan
morfologi sel yang besar dengan diameter sel berukuran hingga 18µm, memiliki
sitoplasma basofilik dan nukleus yang sedikit berlekuk.
● promonocyte mengalami dua kali pembelahan disertai dengan diferensiasi hingga menjadi
monosit (Mescher, 2015). Diferensiasi terjadi dengan waktu maturasi antara 50 hingga
60 jam dan terjadi maturasi morfologis yang ditandai dengan adanya pembentukan
lobulus nukleus secara progresif
● Pelepasan monosit yang dipicu oleh stres terjadi terutama melalui pelepasan monosit
prematur dari populai sel promonosit yang masih mengalami proliferasi. Kelangsungan
hidup monosit dalam darah terhitung pendek, berkisar antara 8 hingga 72 jam. Monosit
kemudian memasuki jaringan, kemudian berkembang menjadi makrofag yang dapat
bertahan 2 hingga 3 bulan di jaringan

Anda mungkin juga menyukai