10 - DK 8 - Doni Rizki Saragih
10 - DK 8 - Doni Rizki Saragih
NIM : 2250141166
Kelompok : 11
SKENARIO:
Seorang wanita berusia 25 tahun bermaksud untuk melamar suatu pekerjaan. Wanita tersebut melakukan
pemeriksaan kesehatan guna mendapatkan surat keterangan sehat sebagai salah satu syarat dalam proses
lamarannya. Untuk keperluan tersebut, dia mendatangi Rumah Sakit terdekat. Dokter kemudian melakukan
pemeriksaan fisik termasuk tes buta warna dan pemeriksaan laboratorium, yaitu pemeriksaan urine rutin,
pemeriksaan hematologi lengkap, dan golongan darah.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data sebagai berikut: B 68 kg, TB 160 cm, keadaan umum baik,
kesadaran komposmentis, tanda vital (tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82X/menit, respirasi 18X/menit,
o
suhu 36,2 C), conjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, jantung dan paru tidak ada kelainan, abdomen
normal (supel, hepar dan lien tidak teraba, bising usus normal), ekstremitas tidak ada kelainan, dan hasil tes
buta warna didapatkan tidak buta warna. Untuk pemeriksaan laboratorium (hematologi dan urine rutin)
diberikan surat rujukan atau surat pengantar ke Laboratorium RS yang bersangkutan.
Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin:
3 3
Hemoglobin 12,4 g/dL; hematokrit 37,2 %; leukosit 7.200 sel/mm ; trombosit 290 ribu sel/mm ;
MCV 86,4 fL; MCH 28,8 pg; MCHC 33,3 g/dL; HJL 0/0/2/63/30/5; dan LED 3 mm/jam, serta
golongan darah O dan rhesus positif.
Catatan:
● Penulisan hasil hitung jenis leukosit 0/0/2/63/30/5 menunjukkan urutan basofil 0%, eosinofil 0%,
batang neutrofil 2%, segmen neutrofil 63%, limfosit 30%, dan monosit 5%.
● Hasil pemeriksaan laboratorium urine dalam batas normal.
TUGAS:
1. Jelaskan istilah-istilah yang belum anda pahami dari skenario tersebut.
● Komposmentis: kondisi di mana seseorang memiliki kesadaran yang jernih, wajar, dan
tidak terganggu.
● Anemis: kondisi medis di mana tubuh memiliki jumlah sel darah merah yang kurang
dari normal atau kualitas sel darah merah yang buruk. Ini dapat menyebabkan
penurunan pasokan oksigen ke jaringan tubuh
● Ikterik: kondisi medis di mana tubuh memiliki jumlah sel darah merah yang kurang
dari normal atau kualitas sel darah merah yang buruk. Ini dapat menyebabkan
penurunan pasokan oksigen ke jaringan tubuh
● Supel: keadaan di mana abdomen (bagian perut) terasa lembut atau tidak tegang saat
diperiksa secara fisik. Keadaan ini dapat diamati oleh dokter saat melakukan
pemeriksaan abdomen dengan perabaan atau palpasi.
● Hematologi: serangkaian tes laboratorium yang dilakukan untuk mengevaluasi
komponen darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
2. Jelaskan nilai normal hasil pemeriksaan fisik pada skenario, termasuk penilaian status gizi dan
tanda vital, serta interpretasikan hasil pemeriksaan fisik dan status gizi pada pasien tersebut.
Pemeriksaan tanda vital
klasifikasi Tekanan Darah
klasifikasi Nadi
Takikardia Lebih Dari 100x/Menit
Normal 60-100x/Menit
Catatan :
● Dispnea : Pernapasan yang sulit
● Tadipnea : Pernapasan lebih dari normal ( lebih dari 20 x/menit)
● Bradipnea : Pernapasan kurang dari normal (kurang dari 20 x/menit)
● Apnea : Pernapasan terhenti
● Ipnea : Pernapasan normal
Interpretasi
Berat Badan : 68
Tinggi bedan : 160
Umur 25 Thn
IMT
Berat badan/ Tinggi badan x Tinggi badan (m)
68/1,6x1,6
26,5625 masuk dalam kategori pra gemuk ( kegemukan)
● Tanda Vital
1. Tekanan darah → 120/80 mmHg (NORMAL)
2. Nadi → 82X/menit (NORMAL)
3. Respirasi 18X/menit (NORMAL)
4. Suhu → 36,2 0C (HIPOTERMIA)
● Conjunctiva tidak anemis → Normal, tidak terjadi anemia Normalnya konjungtiva itu
berwarna kemerahan, pada keadaan tertentu (misal pada anemia) konjungtiva akan
berwarna pucat yang disebut dengan nama konjungtiva anemis. Karena pada anemia
terjadi kekurangan eritrosit (sel darah merah) sehingga darah yang harusnya dialirkan ke
seluruh tubuh dengan cukup jadi tidak merata.
● Sklera tidak ikterik → Normal Ikterus atau jaundice adalah suatu keadaan yang ditandai
dengan kulit dan sklera berwarna kuning, yang disebabkan oleh akumulasi bilirubin pada
kulit dan membrana mukosa, karena kadar bilirubin pada tubuh tinggi atau disebut juga
hiperbilirubinemia
● Jantung dan paru tidak ada kelainan
● Abdomen normal (supel, hepar dan lien tidak teraba, bising usus normal)
● Ekstremitas tidak ada kelainan
● Hasil tes buta warna didapatkan → tidak buta warna
Sumber : Buku Ajar Penilaian Status Gizi.Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana:2015
Sarotama Afrias.Implementasi Peringatan Abnormalitas Tanda-Tanda Vital pada
Telemedicine Workstation.Universitas Muhammadiyah.Jakarta: 2019
3. Sebutkan parameter dari masing-masing pemeriksaan hematologi dan golongan darah termasuk
nilai normalnya yang dilakukan pada pasien tersebut.
parameter hematologi
1. Hemoglobin(Hb)
Nilai normal : Pria : 13 - 18 g/dL SI unit : 8,1 - 11,2 mmol/L
Wanita: 12 - 16 g/dL SI unit : 7,4 – 9,9 mmol/L
2. Hematokrit(Hct)
Nilai normal: Pria : 40% - 50 % SI unit : 0,4 - 0,5
Wanita : 35% - 45% SI unit : 0.35 - 0,45
Deskripsi: Hematokrit menunjukan persentase sel darah merah tehadap volume darah total.
3. Eritrosit (sel darah merah)
Nilai normal:
Pria: 4,4 - 5,6 x 106 sel/mm3 SI unit: 4,4 - 5,6 x 1012 sel/L
Wanita: 3,8-5,0 x 106 sel/mm3 SI unit: 3,5 - 5,0 x 1012 sel/L
Deskripsi:
Fungsi utama eritrosit adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh
dan mengangkut CO2 dari jaringan tubuh ke paru-paru oleh Hb.
Susunan Sel Darah Merah
1). Mean Corpuscular Volume (MCV) (Volume korpuskuler rata – rata) Perhitungan : MCV
(femtoliter) = 10 x Hct (%) : Eritrosit (106 sel/µL) Nilai normal : 80 – 100 (fL)
Deskripsi :
MCV adalah indeks untuk menentukan ukuran sel darah merah.
2). Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) (Hemoglobin Korpuskuler rata – rata)
Perhitungan : MCH (picogram/sel) = hemoglobin/sel darah merah Nilai normal : 28– 34 pg/
sel
Deskripsi: Indeks MCH adalah nilai yang mengindikasikan berat Hb rata-rata di dalam sel
darah merah, dan oleh karenanya menentukan kuantitas warna (normokromik, hipokromik,
hiperkromik) sel darah merah
3).Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) (Konsentrasi Hemoglobin
Korpuskuler rata – rata)
Perhitungan : MCHC = hemoglobin/hematokrit Nilai normal : 32 – 36 g/dL
Deskripsi:
Indeks MCHC mengukur konsentrasi Hb rata-rata dalam sel darah merah; semakin kecil sel,
semakin tinggi konsentrasinya.
4). Retikulosit
Perhitungan : Retikulosit (%) = [Jumlah retikulosit / Jumlah eritrosit] X 100
Nilai normal : 0,5-2%
Deskripsi: Retikulosit adalah sel darah yang muda, tidak berinti merupakan bagian dari
rangkaian pembentukan eritrosit di sumsum tulang.
4. Leukosit (sel darah putih)
Nilai normal : 3200 – 10.000/mm3 SI : 3,2 – 10,0 x 109/L
Deskripsi:
Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh dengan memfagosit
organisme asing dan memproduksi atau mengangkut/ mendistribusikan antibodi. Ada dua
tipe utama sel darah putih:
• Granulosit: neutrofil, eosinofil dan basofil
• Agranulosit: limfosit dan monosit
5. Trombosit(platelet)
Nilai normal : 170 – 380. 103/mm3 SI : 170 – 380. 109/L
Deskripsi : Trombosit adalah elemen terkecil dalam pembuluh darah.
Hitung jenis leukosit
Jika golongan darah memiliki rhesus positif jika diberi anti-D seperti gambar diatas akan
terjadi penggumpalan dan jika rhesus negative tidak akan terjadi Penggumpalan.
Sumber:
- Laboratorium Klinik Fortuna Lab. Info Pemeriksaan.
https://www.fortunalab.com/infopemeriksaan.php. [accessed July 14th 2021]
- Martini, Nath. Fundamental of Anatomy & Physiology. 9th Ed. p. 651 – 652
- Bagian Patologi Klinik FK Unissula. Pemeriksaan Darah Lengkap.
- sosialine engko. Pedoman Intepretasi Data Klinik.Jakarta : 2011
4) pemeriksaan labaratorium
Pemeriksaan Radiologi
6. Jelaskan persiapan pasien pada kasus di atas sebelum dilakukan pemeriksaan dan sampel darah
yang digunakan untuk pemeriksaan laboratorium terutama hematologi.
Dalam proses pemeriksaan laboratorium ada 3 tahapan penting, yaitu:
• Pra analitik, tahap-tahap pemeriksaan pra analitik meliputi :
1. Persiapan pasien
2. Pemberian identitas spesimen
3. Pengambilan spesimen
4. Pengolahan spesimen
5. Penyimpanan spesimen
6. Pengiriman spesimen ke laboratorium
• Analitik, tahap-tahap pemeriksaan analitik meliputi: kegiatan pemeliharaan/kalibrasi alat,
pelaksanaan pemeriksaan, pengawasan ketelitian dan ketepatan.
• Pasca Analitik, tahap-tahap pemeriksaan pasca analitik meliputi: kegiatan pencatatan hasil
pemeriksaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan.
Persiapan pasien.
Beritahukan kepada pasien tentang hal-hal apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan
oleh pasien sebelum dilakukan pengambilan spesimen.
Persiapan secara umum, seperti : puasa selama 8-10 jam sebelum pengambilan spesimen (untuk
pemeriksaan glukosa darah puasa, profil lipid, profil besi), tidak melakukan aktifitas fisik yang
berat, tidak merokok, tidak minum alkohol, dsb.
Jika pasien harus melakukan pengambilan spesimen sendiri (urin, dahak, faeses), jelaskan tata
cara pengambilannya. Misalnya kapan harus diambil, bagaimana menampung spesimen dalam
wadah yang disediakan, mencuci tangan sebelum dan setelah mengambil spesimen,
membersihkan daerah genital untuk pengambilan sampel urin, dsb.
Jika pengambilan spesimen bersifat invasif (misalnya pengambilan sampel darah, cairan pleura,
ascites, sumsum tulang, dsb), jelaskan macam tindakan yang akan dilakukan
4. Prosedur Percobaan :
● Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
● Tempatkan pasien pada posisi yang senyaman mungkin agar merasa nyaman saat dilakukan
sampling.
● Alkohol 70 % dituangkanke wadah bertutup secukupnya dan memasukkan bulatan kapas
kedalamnya.
● Siapkan autoclick holder yang sudah diisi lancet.
● Pilih daerah tusukan
● Pijat jari dari pangkalnya kemudian berhenti ± 1 cm dari daerah yang akan ditusuk (hampir
ke ujung jari tetapi tidak pada ujung jari), lalu ditekan dengan jepitan ibu jari dan jari
telunjuk sehingga permukaan jari menegang.
● Usapkan kapas yang telah dibasahi alkohol 70 % pada daerah tusukan dengan gerakan
searah.Tunggu hingga kering (tidak boleh ditiup).
● Tempatkan lancet (lubang autoclick) ditengah ujung jari sambil ditekan sedikit lalu tekan
tombol yang ada pada autoclick.
● Usap darah yang pertama kali keluar dengan kapas kering (dikhawatirkan terjadi
penggerombolan trombosit).
● Letakkan tetesan darah berikutnya pada obyek glass untuk dibuat hapusan darah atau
pemeriksaan lainnya.
● Tutup luka tusukan dengan menekan menggunakan kapas kering agar perdarahan berhenti.
Gambar 1. Pengambilan darah kapiler menggunakan lancet (WHO, 2011)
5. Catatan :
1) Lancet hanya dapat digunakan satu kali.
2) Cara penusukan harus memotong guratan sidik jari.
3) Pada saat penusukan posisi lancet harus tegak lurus dengan garis – garis jari (sidik jari).
4) Jangan menekan jari pasien terlalu kuat karena dapat menyebabkan plasma / cairan
jaringan ikut keluar dan bercampur / mengencerkan darah.
5) Jumlah eritrosit, hematokrit, hemoglobin dan trombosit dari darah tepi lebih rendah
daripada darah vena.
4. Prosedur Percobaan :
● Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
● Masukkan EDTA 10 % sebanyak 20 µl dengan pipet Sahli ke dalam botol sampel yang
sudah diberi label (identitas pasien).
● Tuangkan alkohol 70 % ke wadah bertutup dan masukkan bulatan kapas.
● Tempatkan pasien pada posisi yang senyaman mungkin agar merasa nyaman saat dilakukan
sampling.
● Buka bungkus spuit, keluarkan udara pada tabung spuit, ujung jarum dibuat searah dengan
skala spuit, longgarkan tutup jarum.
● Pasang tourniquet 5 – 7 cm diatas lipatan lengan untuk membendung darah, kemudian jari
– jari pasien menggenggam. Pemasangan tourniquet harus kuat (agar vena terlihat
menonjol) tetapi jangan sampai pasien merasa sakit.
● Pilih vena yang letaknya jelas dan mudah teraba.
● Bersihkan daerah yang akan ditusuk menggunakan kapas beralkohol dengan gerakan
memutar ke luar, tunggu hingga kering. Jangan menyentuh lagi daerah ini dengan jari
atau benda – benda lain yang tidak steril atau meniupnya dengan mulut.
● Lengan pasien dibawah daerah vena yang akan ditusuk ditekan dengan ibu jari tangan kiri
sampai kulit penderita menjadi tegang, agar letak vena menjadi fix dan tidak mudah
bergerak.
● Tusukkan jarum tepat pada vena dengan lubang jarum menghadap ke atas vena. Sudut
antara kulit pasien dengan jarum ± 15o, jangan ragu-ragu.
● Bila tusukan berhasil akan segera terlihat darah masuk pada ujung spuit, tarik toraknya
pelan – pelan.
● Genggaman jari pasien didibuka saat darah masuk ke dalam spuit. 14)
● Hisapan darah dilanjutkan sampai didapatkan volume yang diinginkan (disesuaikan dengan
jumlah antikoagulan yang ditambahkan, dalam hal ini darah diambil 2cc). Tusukan yang
mencapai vena dengan arah dan kedalaman yang tepat akan menyebabkan tarikan
hisapan terasa ringan.
● Tourniquet di lepas, ambil kapas kering lalu letakkan di lokasi tusukan, keluarkan jarumnya
pelan – pelan.
● Pasien diminta menekan luka tusukan dengan bulatan kapas kering sampai perdarahan
berhenti (bila perlu dilekatkan dengan plester).
● Tutup spuit, lepaskan jarumnya, lalu darah dimasukkan ke botol sampel pelan – pelan
melalui dinding botol.
● Homogenkan agar darah tercampur rata dengan antikoagulannya.
Myeloid stem cell Myeloid stem cells akan berdiferensiasi lebih lanjut dan membentuk sel
eritrosit, trombosit, granulosit dan monosit. Sementara Lymphoid stem cells akan berdiferensiasi
dan membentuk limfosit B, limfosit T serta sel NK (Natural Killer)
Lymphoid stem cell (atau biasa disebut sebagai Common Myeloid Progenitor dan Common
Lymphoid Progenitor) (Mescher, 2015). . Lymphoid stem cell yang merupakan sel progenitor
limfosit akan bermigrasi dari sumsum tulang merah ke timus, limpa dan nodus limfatikus sebagai
organ limfoid tempat terjadinya diferensiasi dan maturasi limfosit (Mescher, 2015).
Myeloid stem cell selanjutnya berdiferensiasi menjadi sel-sel progenitor untuk masing-masing
calon sel darah (selain limfosit). Sel-sel progenitor untuk pembentukan sel-sel darah yang matur
disebut colony forming unit (CFU) karena sel-sel tersebut mampu membentuk satu tipe koloni sel
saatdikultur secara in vitro (Mescher, 2015). CFU dinamakan berdasarkan calon sel matur yang
akan dibentuknya yaitu CFU-E untuk sel-sel progenitor eritrosit, CFU-Meg untuk sel-sel
progenitor Megakariosit yang menjadi calon trombosit, CFU-GM untuk sel-sel progenitor
leukosit granuler dan makrofag (Tortora & Derrickson, 2012)
eritropoiesis
● Sel punca Myeloid tersebut kemudian berdiferensiasi lebih lanjut menjadi Megakaryocyte-
Erythroid Progenitor (MEP) dan karena adanya faktor-faktor pertumbuhan kemudian
berdiferensiasi lebih lanjut menjadi BFU-E (Burst forming unit-erythrocyte).
● Sebagian dari koloni sel yang dihasilkan oleh BFU-E mengalami maturasi lebih awal
dibanding yang lain, disebut sebagai CFU-E (Colony forming unit-erythroid)
● sel-sel progenitor pada CFU mengalami diferensiasi lebih lanjut membentuk sel prekursor
yaitu pro-erythroblast dengan ciri-ciri berukuran besar, memiliki nukleus yang hampir
memenuhi sitoplasma, kromatin longgar dan sitoplasma bersifat basofilik.
● Pro-erythroblast selanjutnya mengalami diferensiasi menjadi early basophilic erythroblast
dengan nukleus yang lebih terkondensasi dan aktivitas sintesis hemoglobin pada
poliribosom (polisom) bebas serta sitoplasmanya basofilik.
● Pada tahap ini terbentuk sel polychromatophilic erythroblast
● volume sel terus menurun dan nukleus semakin terkondensasi, materi basofilik pada
sitoplasma juga semakin berkurang sehingga pada akhir tahap ini sel sepenuhnya
menjadi asidofilik, disebut sebagai orthochromatophilic erythroblast (atau Normoblast)
● Fase selanjutnya adalah proses pengeluaran nukleus dari dalam sel dan segera difagosit
oleh makrofag. Sel pada fase ini masih memiliki beberapa polisom yang dapat
memunculkan warna Hematopoiesis biru karena bersifat basofilik, sudah tidak memiliki
nukleus dan disebut sebagai Reticulocyte (Retikulosit).
● Selama berada di sirkulasi, retikulosit kehilangan seluruh polisom secara cepat dan
mengalami maturasi menjadi eritrosit
Granulasitopoeisis
● Sel punca myeloid berdiferensiasi dengan pengaruh sitokin seperti Interleukin-3 (IL-3)
menjadi CFU-GM (Colony Forming Unit- Granulocyte-Monocyte)
● CFU-GM mengalami diferensiasi lebih lanjut menjadi Myeloblast
● Granulositopoiesis melibatkan proses perubahan sutoplasma pada sel-sel prekursor
● Myeloblast dengan adanya sintesis protein yang menghasilkan granula azurophilic dan
granula spesifik. Sel dengan banyak granula azurophilic dan sitoplasma basofilik disebut
dengan promyelocyte.
● Produksi granula spesifik dalam jumlah besar mendominasi sitoplasma dibandingkan
granula azurophilic. Fase ini merupakan awal munculnya perbedaan antara ketiga jenis
leukosit granuler dan sel pada fase ini disebut dengan myelocyte
● Tahap akhir proses granulositopoiesis ditandai dengan semakin banyaknya granula spesifik
yang memenuhi sitoplasma. Sel-sel tersebut pada tahap ini disebut dengan
metamyelocyte
● Maturasi metamyelocyte menjadi neutrofil, basofil dan eosinofil berjalan seiring dengan
proses kondensasi nukleus pada setiap sel
Monositopoeisis
● Sel punca myeloid tersebut berdiferensiasi dengan pengaruh sitokin seperti IL-3
(Interleukin-3) menjadi koloni sel progenitor yang disebut CFU-GM (Colony Forming
Unit-Granulocyte-Monocyte)
● Selanjutnya CFU-GM berdiferensiasi menjadi CFU-M (Colony Forming Unit-
Macrophage) dengan pengaruh sitokin seperti SCF, IL-3, IL-6, GM-CSF dan G-CSF
● fase berikutnya terjadi diferensiasi pada sel-sel progenitor membentuk sel-sel prekursor
yang disebut Monoblast.
● Monoblast selanjutnya berdifrensiasi membentuk promonocyte yang ditandai dengan
morfologi sel yang besar dengan diameter sel berukuran hingga 18µm, memiliki
sitoplasma basofilik dan nukleus yang sedikit berlekuk.
● promonocyte mengalami dua kali pembelahan disertai dengan diferensiasi hingga menjadi
monosit (Mescher, 2015). Diferensiasi terjadi dengan waktu maturasi antara 50 hingga
60 jam dan terjadi maturasi morfologis yang ditandai dengan adanya pembentukan
lobulus nukleus secara progresif
● Pelepasan monosit yang dipicu oleh stres terjadi terutama melalui pelepasan monosit
prematur dari populai sel promonosit yang masih mengalami proliferasi. Kelangsungan
hidup monosit dalam darah terhitung pendek, berkisar antara 8 hingga 72 jam. Monosit
kemudian memasuki jaringan, kemudian berkembang menjadi makrofag yang dapat
bertahan 2 hingga 3 bulan di jaringan