Anda di halaman 1dari 11

Gambar 2.

3 Konvergensi berbagai jalur motorik pada anterior motor neuron


(Guyton and Hall, 2000).

2.5 Peran Cortex Cerebri dalam Pergerakan (Lari)

Impuls sensoris dapat berasal dari panca indra, misalnya kulit (untuk rasa

raba), penglihatan, pendengaran, pembau dan pengecap. Dalam perlombaan lari,

impuls sensoris berasal dari pendengaran dan penglihatan. Impuls pendengaran

akan diterima pada area Broadmann 41 dan 42 lalu diasosiasikan pada area

Broadmann 22. Setelah mengalami asosiasi, suara barulah dapat dipahami

maknanya. Sementara impuls penglihatan akan diterima pada area Broadmann 17

dan diasosiasikan pada area Broadmann 18 serta 19 setelah itu barulah impuls

dapat dikenali dan dipahami. Semua impuls baik dari cortex asosiasi penglihatan

maupun pendengaran akan menuju area Broadmann 39 yang dikenal sebagai


18
daerah integrasi umum. Selanjutnya, area ini akan mengirimkan serat-serat

asosiasi ke berbagai daerah cortex, termasuk gyrus supramarginalis (area

Broadmann 40) yang disebut pula area ideomotor. Setelah tindakan yang

diperlukan sebagai reaksi terhadap informasi yang telah terintegrasi ditentukan,

maka area ini akan mengirimkan impuls menuju area Broadmann 4 (cortex area

motorik) (Sukardi, 1985). Dalam keadaan berlari tanpa adanya perintah, maka

untuk terjadinya gerakan pertama-tama berasal dari cortex area ideomotor.

Setelah timbul ide untuk berlari, maka area ini mengirimkan impuls menuju area

Broadmann 4 (Sukardi, 1985).

Gambar 2.4 Daerah sitoarsitektural Broadmann cortex cerebri sinistrum: A.


aspectus lateralis; B. aspectus medialis (Sukardi, 1985).

Fasciculus pyramidalis (fibrae corticonucleares dan corticospinalis) berasal

dari cortex area 4 Broadmann dan membawa impuls motorik yang berhubungan
19
dengan pergerakan disadari, terutama pergerakan jari tangan dan tangan yang

memerlukan ketrampilan yang tinggi. Dari cortex area 4, impuls akan dibawa

menuju ke neuron-neuron motorik dalam cornu ventralis medulla spinalis dan

selanjutnya akan menuju otot ekstrafusal melalui serat-serat eferen A α (α motor

neuron) (Sukardi, 1985).

2.6 Peran Cerebellum dalam Pergerakan (Lari)

Ketika cortex cerebri area Broadmann 4 mulai mengirimkan impuls menuju

medulla spinalis, daerah tersebut juga mengirimkan impuls menuju cerebellum.

Selanjutnya cerebellum mengadakan feed back sehingga dapat mengendalikan

gerakan-gerakan dari sistem pyramidal maupun extrapyramidal. Setelah otot

berkontraksi, maka tractus spinocerebellaris dan fibrae arcuate externae akan

mengantarkan impuls proprioseptif dari reseptor-reseptor regang menuju

cerebellum melalui pedunculus cerebellaris caudalis. Semua impuls-impuls

aferen yang mencapai cerebellum bersifat eksitasi terhadap neuron-neuron dalam

cortex dan nuclei cerebelli. Sebelum mencapai cortex cerebelli, baik serat lumut

maupun memanjat mengirimkan cabang kolateral ke nuclei cerebelli (Sukardi,

1985).

Impuls-impuls eferen dari serat-serat dentatorubrothalamicae yang keluar

melalui pedunculus cerebellaris cranialis akan mencapai: nucleus ruber dan

thalamus (nuclei ventralis lateralis). Dari nucleus ruber, impuls eferen diantarkan

menuju medulla spinalis melalui tractus rubrospinalis dan reticulospinalis.

Sementara dari thalamus, akan dilanjutkan oleh fibrae thalamocorticalis, menuju

20
cortex motorik (area Broadmann 4). Adanya hubungan-hubungan tersebut

mengakibatkan cerebellum dapat mengkoordinasi pergerakan baik yang terjadi

secara refleks, disadari maupun tidak disadari (Sukardi, 1985).

Jadi cerebellum memiliki pengaruh pengaturan dan pengendalian terhadap

perubahan-perubahan ketegangan dalam otot untuk mempertahankan

keseimbangan serta sikap tubuh. Selain itu juga sebagai jaminan terjadinya

kontraksi yang lancar dan teratur pada kelompok-kelompok otot yang

berhubungan dengan pergerakan-pergerakan yang disadari dan memiliki

ketrampilan (Sukardi, 1985).

Gambar 2.5 Hubungan cerebellum dengan cortex cerebri, batang otak dan
medulla spinalis (Sukardi, 1985).

21
2.7 Peran Basal ganglia dalam Pergerakan (Lari)

Selain mengirimkan impuls ke cerebellum, cortex area 4 Broadmann juga

mengantarkan impuls menuju basal ganglia, terutama corpus striatum. Basal

ganglia terdiri dari corpus amygdaloideum, nucleus caudatus, globus pallidus dan

putamen. Nucleus caudatus dan putamen bersama-sama disebut sebagai striatum.

Sumber utama serat aferen striatum, yaitu dari cortex cerebri (fibrae

corticostriatae) dan thalamus (fibrae thalamostriatae) serta substantia nigra

(fibraenigrostriatae). Serat-serat dari thalamus dan substantia nigra akan

disebarkan ke putamen. Setelah itu akan menuju globus pallidus dan substantia

nigra (Sukardi, 1985).

Pada globus pallidus, serat-serat aferen berasal dari sejumlah nuclei yang

berperan penting dalam proses integrasi motorik. Nuclei ini meliputi: striatum dan

nucleus subthalamicus (corpus Luysi) serta substantia nigra. Sementara serat-

serat eferen globus pallidus yang terdiri dari fasciculus lenticularis, ansa

lenticularis, fibrae pallidotegmentales dan pallidosubthalamicae akan keluar

melalui susunan fibrae pallidofugales (Sukardi, 1985).

Fasciculus lenticularis akan bergabung dengan ansa lenticularis dan

memasuki daerah yang disebut fasciculus thalamicus. Fasciculus ini terdiri dari

fibrae pallidothalamicae, tractus rubrothalamicus dan dentatothalamicus untuk

kemudian memasuki bagian ventral thalamus. Serat-serat dari pallidum berakhir

dalam nucleus ventralis anterior thalami, serat-serat dari globus pallidus, nucleus

dentatus dan ruber berakhir dalam nucleus ventralis lateralis thalami. Sementara

22
ke dalam nucleus centromedianus akan berakhir serat-serat dari globus pallidus

(Sukardi, 1985).

Gambar 2.6 Hubungan aferen dan eferen striatum melalui corpus striatum pada
potongan coronal (Sukardi, 1985).

Serat-serat eferen dari nucleus ventralis lateralis thalami menunjukkan

proyeksi somatotopik pada cortex motorik area Broadmann 4. Bagian medial

nucleus mengirimkan serat-seratnya ke wajah (facies) sementara bagian lateral

nucleus mengirimkan serat-seratnya ke daerah tungkai dan fibrae

thalamocorticales ke daerah-daerah cortex cerebri yang sesuai dengan lengan dan

truncus (Sukardi, 1985). Basal ganglia juga mengirimkan impuls motorik ke

cortex cerebelli setelah mengalami proses integrasi dalam nucleus olivaris

caudalis.

Thalamus selain berfungsi sebagai pusat mekanisme integrasi sensorik utama,

pengaturan kesadaran dan kewaspadaan, juga sebagai pusat integratif untuk


23
fungsi-fungsi motorik karena menerima serat proyeksi eferen utama dari

cerebellum dan striatum (Sukardi, 1985).

Salah satu nuclei thalami yang terlibat dalam aktivitas motorik adalah

nucleus ventralis posterolateralis. Nucleus ini menerima dua berkas sensorik,

yaitu lemniscus medialis, yaitu suatu serat-serat sekunder yang berasal dari

nucleus gracilis dan cuneatus, serta tractus spinothalamicus. Lemniscus medialis

inilah yang berperan dalam pergerakan karena mengantarkan impuls

proprioseptif. Impuls tersebut kemudian diproyeksikan ke daerah spesifik cortex

melalui fibrae thalamocorticalis (radiations thalamicae) (Sukardi, 1985).

Gambar 2.7 Hubungan antara basal ganglia dengan cerebellum, cortex cerebri
dan otot (Guyton and Hall, 2000)

Pada berlari, gerakan spesifik dari dan ke tungkai berada dalam medulla

spinalis dan bukan dari otak. Namun otaklah (basal ganglia) yang mengontrol

24
aktivitas medulla spinalis untuk gerakan berbelok, mengarahkan tubuh ke depan

sewaktu percepatan, merubah gerakan dari berlari menjadi lompat dan mengontrol

keseimbangan (Guyton and Hall, 2000). Oleh karena itu, tampak bahwa basal

ganglia memiliki fungsi penting dalam mengendalikan gerakan-gerakan tertentu

dan terutama tonus otot. Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, corpus

striatum harus bekerja sama dengan bagian-bagian sistem extrapyramidal yang

lain. Sistem extrapyramidal berfungsi untuk menyesuaikan sikap tubuh sebagai

penyangga stabilitas gerakan yang tidak disadari melalui serat γ motor neuron.

Akibatnya dapat disimpulkan bahwa sel-sel neuron motorik dalam medulla

spinalis dan batang otak dikendalikan oleh sistem pyramidal, extrapyramidal dan

cerebellum yang juga saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya (Sukardi,

1985).

25
Gambar 2.8 Skema jalur extrapyramidal dan mekanisme feed back dari muscle
spindle (Sukardi, 1985).

2.8 Peran Feed Back dari Muscle spindle dalam Pergerakan (Lari)

Muscle spindle merupakan reseptor regang di dalam otot skelet yang

berfungsi terutama dalam pengendalian tonus otot di luar kesadaran, baik ketika

pergerakan maupun kontraksi sedang berlangsung. Serat muscle spindle terdiri

dari: tipe bursa nuclearis (nuclear bag) yang dilayani oleh serat-serat aferen Ia

yang berakhir sebagai akhiran anulospiral dan tipe vinculum nucleare (nuclear

chain) yang lebih halus dan banyak, dilayani oleh serat-serat aferen Ia dan

cabang-cabang halus serat-serat aferen II. Nuclear chain berakhir sebagai

racemosa (flower spray). Akhiran anulospiral sensitif terhadap perubahan-

26
perubahan panjang dan kecepatan regangan, sedangkan akhiran racemosa sensitif

terhadap perubahan panjang saja (Sukardi, 1985).

Serat-serat eferen γ, yaitu serat-serat motorik untuk muscle spindle (serat-

serat intrafusal) akan dieksitasi oleh impuls-impuls yang ditransmisikan pada area

bulboreticular dari cerebellum, basal ganglia (extrapyramidal) dan cortex cerebri

(sistem pyramidal) (Guyton and Hall, 2000).

Gambar 2.9 Muscle spindle dan inervasinya (Guyton and Hall, 2000).

Rangsangan serat-serat eferen motorik A α (eferen α) yang menuju serat

extrafusal otot akan disertai dengan rangsangan pada serat-serat eferen A γ

(eferen γ). Hal ini berarti ketika terjadi kontraksi otot oleh serat eferen α, akan

terjadi pula kontraksi muscle spindle. Mekanisme yang dikenal sebagai rangkaian

alpha-gamma (alpha-gamma linkage) ini, berguna untuk menyesuaikan panjang

muscle spindle dengan panjang otot (serat extrafusal) di sekitarnya sehingga

muscle spindle sensitif terhadap perubahan panjang dan ketegangan otot selama

pergerakan (Sukardi, 1985).

27
Peningkatan intensitas impuls di dalam serat eferen γ akan meningkatkan

kepekaan muscle spindle terhadap keregangan. Kontraksi muscle spindle akan

mengakibatnya terjadi feed back melalui tractus spinocerebellaris dan fibrae

arcuate externae yang akan mengantarkan impuls proprioseptif menuju

cerebellum. Selain itu, feed back terjadi pula melalui fasciculus gracilis dan

cuneatus yang mengantarkan impuls proprioseptif dan kinestetik menuju thalamus

(nucleus ventralis posterolateralis) dan akhirnya mencapai cortex cerebri (Sukardi,

1985).

28

Anda mungkin juga menyukai