10 - T1B - Doni Rizki Saragih
10 - T1B - Doni Rizki Saragih
Sistem Gastrointestinal
a. Dispepsia like-ulcer
Rasa nyeri terutama dirasakan pada abdomen atas
b. Dispepsia like-dysmotility
Rasa tidak nyaman terutama dirasakan pada abdomen atas berupa rasa penuh, lekas
kenyang, sebah dan mual
Roma III
Dispepsia Fungsional
Kriteria diagnosis* Harus termasuk didalamnya:
Satu atau lebih gejala dibawah ini:
a. Rasa tidak nyaman setelah makan
b. Cepat merasa kenyang
c. Nyeri epigastrium
d. Rasa terbakar didaerah epigastrium
Dan
Tidak ada bukti penyakit struktural (berdasarkan endoskopi) yang menyebabkan
gejala-gejala tesebut diatas.
*Kriteria terpenuhi selama 3 bulan dengan onset gejala sekurang-kurangnya 6 bulan
setelah terdiagnosis
Kriteria supportif
1. Nyeri dapat terasa seperti terbakar tetapi tanpa nyeri retrosternal
2. Nyeri biasanya dipicu atau dihilangkan dengan makanan tetapi timbul saat puasa
3. Kadang-kadang bersamaan dengan sindroma post prandial.
Sumber :
Appendix B: Rome III Diagnostic Criteria for Functional Gastrointestinal Disorders.
American Journal of Gastroenterology 105(4):p 798-801, April 2010. | DOI:
10.1038/ajg.2010.73
Dyspepsia gastritis. Kolegium Dokter Indonesia
Pencegahan Primordial
Pada tahap ini dilakukan pencegahan pada orang-orang yang belum memiliki faktor
risiko penyakit dispepsia. Usaha yang dapat dilakukan antara lain dengan
memberikan penyuluhan mengenai kebiasaan dan faktor risiko yang dapat
menimbulkan penyakit dispepsia agar dihindari (Alexander D, et al, 2010. Desai
Pencegahan Primer Tahap pencegahan primer diberikan kepada orang-orang yang
memiliki faktor risiko penyakit dispepsia dengan cara membatasi dan menghilangkan
kebiasaan tidak sehat yang dapat memicu kerusakan pada saluran pencernaan,
seperti makanan tidak sehat. Selain itu, penggunaan obat penghilang nyeri seperti
NSAIDs juga harus diperhatikan, jika memungkinkan diganti (Kusumanto R, et al,
2011. Baker G, et al, 2006)
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder diberikan kepada para penderita dispepsia. Usaha yang
dapat dilakukan antara lain dengan mengatur pola makan, makanan harus mudah
dicerna, tidak merangsang peningkatan asam lambung dan menetralisasi asam HCL.
Selain itu, obat-obatan seperti antasida, antagonis reseptor H2 PPI (proton pump
inhibitor), sitoprotektif, dan prokinetik perlu diberikan pada penderita untuk mengatasi
dispepsia (Sulistia G, et al, 2009. Alexander D, et al, 2010).
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier umumnya dilakukan oleh para tenaga medis untuk menelusuri
kejadian yang diderita pasien dengan mencari dan menemukan sistem terapi
terpadu, misalnya dengan rehabilitasi mental sehingga diharapkan terjadi kemajuan
dalam kesembuhan setelah faktor stres ditangani (CHDF, 2015. Desai, HG, 2012).
Sumber :
EFERONI GULO. GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG
PENYAKIT DISPEPSIA DI PUSKESMAS MORO’O KECAMATAN MORO’O
KABUPATEN NIAS BARAT POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
PRODI D-III KEPERAWATAN GUNUNGSITOLI :2019
Dyspepsia gastritis. Kolegium Dokter Indonesia
3. Hal yang dapat memperberat dan memperingan dispepsia fungsional?
Pola makan yang tidak teratur , jenis makanan pedas, dan porsi makan yang besar
Sering minum kopi dan teh
Infeksi bakteri atau parasit
Penggunaan obat analgetik, steroid dan antikoagulan
Usia 20-40 tahun, sering juga pada usia lanjut
Alkoholisme
Stres
Pasien kritis
Penyakit lainnya, seperti: penyakit refluk sempedu, penyakit autoimun, HIV/AIDS,
Crohn’s disease
Sumber :
EFERONI GULO. GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG
PENYAKIT DISPEPSIA DI PUSKESMAS MORO’O KECAMATAN MORO’O
KABUPATEN NIAS BARAT POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
PRODI D-III KEPERAWATAN GUNUNGSITOLI :2019
Dyspepsia gastritis
4. Bagaimana anatomi, fisiologi dan histologi organ lambung atau gaster?
Ventriculus(Gaster/Stomach/Lambung)
Anatomi
Ventriculus merupakan organ tractus gastrointestinalis yang paling berdilatasi dan berbentuk
seperti huruf J. ventriculus terletak di regio epigastrica, regio umbilicalis, dan regio
hypochondriaca sinistra.
memiliki 4 regiones utama, yaitu cardia, fundus, corpus, dan pars pylorica.
Vaskularisasi
Arteri : (suplai dari a. coeliaca)
- pars superior oleh a. gastroduodenale
- pars descendens, transversa, dan ascenden oleh a. pancreaticaduodenale
superior
- bagian distal : a. mesenterica superior
Vena :
- Bag. proximal bermuara kevena porta via v.gastrica dekstra
- Bag.distal bermuara ke v mesenterica superior via v.pancreoticoduodenale
inferior
- Transperitoneal anastomose denganvena cava inferior melalui vena Retzius
(vena retroperitoneal) → vena porta cava
Limpatik:
Paralel dengan vena, bermuara ke nodus limpatikus coleacus, mesenterica superior
dan cisterna chylii.
Inervasi :
Parasimpatis : n.vagus via plexus coleacus
Simpatis : n.splanchnicus mayor → ggl coleacu →plexus coleacus
Histologi
Dinding lambung memiliki empat lapisan: mukosa, submukosa, muskularis propria, dan
subserosa. Selain mukosa, lapisan-lapisan ini secara struktural mirip dengan dinding usus
pada tempat lain di saluran pencernaan. Bila dilihat dari dekat, permukaan mukosa dibagi
oleh lekukan tipis disebut areae gastricae, yang secara struktural menetap dan tidak mendatar
ketika lambung mengembang. Dapat dilihat dengan baik ketika mukosa dilihat menghadap
kedepan dengan lensa tangan. Areae gastricae bisa ditunjukkan secara radiologis melalui
pemeriksaan barium kontras ganda tetapi juga dapat dikenali pada pemeriksaan histologi
terutama dari spesimen gastrektomi, yang tampak sebagai sedikit depresi pada permukaan
yang halus (Gambar 23.3)
Gambar 23.2 Zona mukosa lambung. Mukosa kardia (C) berada distal pada batas distal
esofagus (E). Mukosa pilorik (P) menempati zona segitiga proksimal dari duodenum (D). Di
tempat lain, mukosa fundus (F) menunjukkan lipatan rugal yang menonjol.
Histologi Lambung Manusia Pada pengamatan histologi, dinding lambung terdiri dari tunika
mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis eksterna, dan lapisan serosa. Di dalam lapisan-
lapisan ini terdapat kelenjar-kelenjar lambung yang membantu dalam proses pencernaan yaitu
kelenjar kardia, kelenjar korpus dan fundus, serta kelenjar pilorus (Geneser, 1994:121).
Gambar 2.2 Histologi lambung manusia
(Sumber:http://www.siumed.edu/~dking2/erg/GI10b.htm).
a. Tunika Mukosa Mukosa lambung terdiri atas epitel permukaan, parietal cell, kelenjar
lambung, chiefcell, lamina propria, dan muskularis mukosa.
Membran mukosa
o sangat tebal
o mempunyai permukaan seperti beludru.
o warna merah apabila dalam keadaan hidup
o warnanya menjadi lebih merah muda apabila dekat dengan pilorus dan kardia.
Sumber :
(Tortora dan Nielsen, 2017; Drake et al., 2018; Wineski, 2019; Barr dan Almond,
2016).
Juncquiera
dr. I Gusti Ayu STOMACH.Histology for Pathologists, third edition, Lippincott
Williams & Wilkins, 2007, PP 589-602
Sumber :
https://youtu.be/JdqnUm-2UnU?si=YIaSFTb0N0KJQKS6
https://youtu.be/gvEa4k5YQnA?si=6Pr9yGTpGWtY0_jo
6. Bagaimana mekanisme atau fisiologi tubuh dalam peranan mual dan muntah?
11. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada kasus ini jika tidak ditangani dengan
baik?
Perdarahan saluran cerna bagian atas
Ulkus peptikum
Perforasi lambung
Anemia
Ca Lambung
Defiseinsi vitamin B12
Anemia
Sumber :
Purnamasari Lina Faktor Risiko, Klasifikasi, dan Terapi Sindrom Dispepsia. RS St. Elisabeth
Semarang vol. 44 no. 12 th. 2017