Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEKNIK PENJELAJAHAN MASALAH DALAM KONSELING ( D-F )

Disajikan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah : Mikro Konseling

Dosen Pengampu :

Fakhruddin Mutakin, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 05

Muhammad Jaenuri (2003402021047)

Rofiqotus soleha (2003402021012)

Ela Adelia (2003402021015)


Mulyadi (2003402021022)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM JEMBER

2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah S.W.T. yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Serta mari kita sama-sama panjatkan puji syukur kehadiratnya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, inayahnya kepada kita semua, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada Allah S.W.T. yang telah memberi kemudahan
untuk menyelesaikan makalah dengan tepat waktu. Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca. Terima kasih.

Jember , 01 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i

BAB 1.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. Latar belakang.................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

C. Tujuan.............................................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

PEMBAHSAN...........................................................................................................................3

A. Pengertian Tekni Refleksi...............................................................................................3

B. Pengertian Teknik Silent.................................................................................................5

C. Pengertian Teknik Empati...............................................................................................8

BAB III.....................................................................................................................................10

PENUTUP................................................................................................................................10

KESIMPULAN....................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Teknik penelusuran atau eksplorasi adalah salah satu teknik yang penting dalam
konseling. Tujuannya adalah untuk membantu konseli memperoleh pemahaman yang lebih
baik tentang masalah mereka dan mengidentifikasi sumber-sumber yang
mendasarinyaRichard Sharf, dalam bukunya "Teori Psikoterapi dan Konseling: Konsep dan
Kasus" menyatakan bahwa teknik penyelesaian masalah adalah teknik konseling yang efektif
dalam membantu konseli mengidentifikasi masalah, menghasilkan solusi alternatif, memilih
solusi terbaik, dan menerapkan rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Teknik Penyelesaian Masalah adalah salah satu teknik yang umum digunakan dalam
konseling untuk membantu konseli dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Teknik ini
melibatkan serangkaian langkah sistematis yang membantu konseli mengidentifikasi
masalah, memperoleh informasi yang relevan, menghasilkan solusi alternatif, memilih solusi
terbaik, dan menerapkan rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Gerald
Corey, dalam bukunya “Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy” mengatakan
bahwa teknik penyelesaian masalah adalah salah satu teknik konseling yang berguna untuk
membantu konseli mengatasi masalah yang dihadapi. Menurut Corey, teknik ini dapat
membantu konseli untuk memperoleh keterampilan pemecahan masalah yang efektif dan
mandiri sehingga mereka dapat mengatasi masalah secara mandiri setelah sesi konseling
selesai.

Latar belakang penggunaan teknik dalam konseling berasal dari teori-teori psikologi yang
mengemukakan bahwa individu memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi. Namun, dalam beberapa kasus, individu mungkin memerlukan bantuan untuk
mengembangkan kemampuan ini, terutama ketika mereka mengalami kesulitan dalam
mengatasi masalah secara efektif. Beberapa Teknik juga didasarkan pada prinsip-prinsip
pemecahan masalah yang terbukti efektif dalam berbagai bidang, termasuk bisnis,
manajemen, dan ilmu komputer. telah terbukti efektif dalam membantu konseli dalam
mengatasi masalah yang berhubungan dengan kesehatan mental, kecemasan, depresi, konflik
interpersonal, dan masalah pribadi lainnya.

1
Melalui teknik, konselor dapat membantu konseli untuk memperoleh keterampilan yang
diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Konselor juga dapat membantu
konseli dalam membangun keyakinan dan motivasi untuk menerapkan solusi yang telah
dihasilkan. Dalam konseling, beberapa teknik digunakan untuk membantu konseli
memperoleh keterampilan pemecahan masalah yang efektif dan mandiri sehingga mereka
dapat mengatasi masalah secara mandiri setelah sesi konseling selesai. Dengan demikian,
teknik dapat membantu meningkatkan kemandirian dan kualitas hidup konseli, serta
memberikan kontribusi positif pada pengembangan pribadi dan sosial mereka.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari teknik Refleksi ?


2. Apa pengertian Silent ?
3. Apa yang dinamakn Empati

C. Tujuan

1. Menjelaskan apa pengertian dari teknik Refleksi


2. Menjelaskan pengertian silent
3. Mengetahui apa yang di maksud dari Empati

2
BAB II

PEMBAHSAN
A. Pengertian Tekni Refleksi
Teknik refleksi dalam konseling merupakan teknik yang digunakan konselor untuk
mengulang kembali apa yang telah dikatakan atau dirasakan oleh konseli dalam bentuk
yang berbeda. Para ahli dalam bidang konseling dan psikoterapi secara umum sepakat
bahwa teknik refleksi merupakan salah satu teknik yang sangat penting dalam
konseling.Carl Rogers, salah satu tokoh terkemuka dalam konseling humanistik,
menganggap teknik refleksi sebagai salah satu keterampilan terpenting bagi seorang
konselor.
Menurut Rogers, teknik refleksi dapat membantu konselor untuk memahami perasaan
yang lebih baik dan pengalaman konseli, serta untuk membangun hubungan kepercayaan
dengan konseli. Eugene Gendlin, seorang psikolog dan filsuf, mengembangkan teknik yang
dikenal sebagai Pemfokusan, yang menggunakan teknik refleksi untuk membantu klien
dalam mengeksplorasi dan mengembangkan perasaan mereka.
Gendlin menyatakan bahwa teknik refleksi dapat membantu klien dalam memahami
perasaan mereka dengan lebih jelas, dan untuk menemukan solusi atas masalah yang
mereka hadapi. Erving Polster, seorang psikoterapis, mengemukakan bahwa teknik refleksi
dapat membantu konselor untuk menanggapi perasaan konseli secara efektif, serta untuk
memperjelas dan memvalidasi pengalaman konseli. Menurut Polster, teknik refleksi juga
dapat membantu konselor untuk menyelidiki perasaan mereka sendiri terkait dengan
pengalaman konseli.
1. Macam- macam Refleksi Secara umum, teknik refleksi dapat dibagi menjadi empat
jenis, yaitu refleksi sederhana, refleksi intensif, refleksi ganda, dan refleksi perasaan.
Setiap jenis teknik refleksi memiliki karakteristik dan kegunaan yang berbeda
 Refleksi sederhana
Teknik refleksi sederhana adalah teknik di mana konselor mengulang kembali apa yang
dikatakan klien dalam bentuk yang hampir sama. Misalnya, konselor mengulang
kembali pernyataan klien seperti "Saya merasa sangat kesepian". Teknik ini dapat
membantu konseli merasa didengar dan dipahami oleh konselor, sehingga dapat
memperkuat hubungan kepercayaan antara konselor dan klien.

3
 Refleksi bengkok
Teknik refleksi terfokus adalah teknik di mana konselor mengulang kembali apa yang
dikatakan klien dengan lebih fokus pada pengalaman atau perasaan yang spesifik.
Misalnya, konselor mengulang kembali pernyataan klien seperti "Saya merasa sangat
kecewa dengan bagaimana rekan kerja saya memperlakukan saya". Teknik ini dapat
membantu konseli untuk mengidentifikasi dan memahami perasaan mereka secara lebih
jelas.
 Refleksi ganda
Teknik refleksi ganda adalah teknik di mana konselor mengulangi kembali apa yang
dikatakan klien dan menambahkan interpretasi atau perangkap mereka. Misalnya,
konselor mengulang kembali pernyataan klien seperti "Saya merasa kesepian" dan
menambahkan interpretasi seperti "Saya berpikir bahwa ini mungkin karena Anda
merasa tidak dihargai oleh orang lain". Teknik ini dapat membantu konseli dalam
mengidentifikasi pola pikir yang mendasari perasaan mereka.
 Refleksi perasaan
Teknik refleksi perasaan adalah teknik di mana konselor mengulang kembali perasaan
yang dikomunikasikan oleh klien. Misalnya, konselor mengulang kembali pernyataan
klien seperti "Saya merasa sangat sedih". Teknik ini dapat membantu konseli untuk
merasa didengar dan dipahami oleh konselor, serta memperkuat hubungan kepercayaan
antara konselor dan klien.
2. Tujuan penggunaan teknik refleksi, yaitu :
 Tujuan dari teknik refleksi adalah untuk membantu konselor dalam memperjelas dan
memvalidasi pemahaman konselor terhadap perasaan, pengalaman, atau pandangan
klien. Dalam hal ini, teknik refleksi digunakan untuk mengulang kembali apa yang
dikatakan klien dengan tujuan untuk memperjelas pengalaman atau perasaan yang
sedang dirasakan klien. Dengan teknik ini, konselor dapat memperkuat hubungan
kepercayaan antara konselor dan klien, sehingga klien merasa didengarkan dan
dipahami oleh konselor.
 Agar klien memahami, bahwa konselor mengerti dan mengikuti pembicaraannya.
 Menimbulkan kesadaran yang lebih mendalam pada klien tentang apa yang sedang
dialami dan dirasakannya.
 Memudahkan klien memperoleh pemahaman diri yang lebih menyeluruh.

4
B. Pengertian Teknik Silent
Teknik Silent atau teknik ketenangan adalah salah satu teknik konseling yang sering
digunakan oleh konselor untuk memberikan waktu dan ruang bagi konseli untuk
merenungkan, memproses, dan mengatur pikiran mereka sendiri. Beberapa ahli konseling
juga memberikan pandangan mereka tentang teknik Silent. Berikut adalah beberapa
pandangan dari para ahli tentang teknik Silent: Carl Rogers, seorang ahli psikologi
humanistik, menyatakan bahwa kesunyian atau kesunyian sangat penting dalam konseling,
karena memberikan kesempatan bagi konseli untuk mengeksplorasi diri mereka sendiri tanpa
tekanan atau gangguan dari konselor.

Richard Nelson-Jones, seorang ahli konseling dan psikoterapi, menyatakan bahwa teknik
Silent dapat membantu konselor untuk mengamati bahasa konseli tubuh dan memahami
perasaan mereka dengan lebih baik. Clara E. Hill, seorang ahli konseling dan psikoterapi,
menyatakan bahwa teknik Silent dapat membantu konselor untuk memberikan waktu dan
ruang bagi konseli untuk merenungkan, memproses, dan mengorganisir pikiran mereka
sendiri, sehingga dapat membantu konseli untuk menjelajahi perasaan mereka secara lebih
mendalam.

Dari pandangan para ahli tersebut, dapat diartikan bahwa teknik Silent memiliki peran
penting dalam konseling, karena dapat membantu konseli untuk merenung, mengorganisir
pikiran mereka, dan menjelajahi perasaan mereka secara lebih mendalam. Teknik ini juga
dapat membantu konselor untuk memahami perasaan dan pengalaman konseli dengan lebih
baik, sehingga dapat membantu konselor untuk memberikan dukungan yang lebih efektif.

Teknik Silent juga dapat digunakan pada saat konselor ingin membantu konseli untuk
menyelidiki masalah yang lebih dalam atau pada saat konseli kesulitan untuk
mengungkapkan perasaan mereka dengan kata-kata. Pada saat seperti ini, konselor dapat
menggunakan teknik Silent untuk memberikan waktu bagi konseli untuk merenungkan dan
menganalisis perasaan mereka secara mandiri.Selain memberikan waktu dan ruang untuk
konseli merenung, teknik Silent juga dapat membantu konselor untuk mengamati dan
memahami konseli dengan lebih baik. Dalam keheningan, konselor dapat mengamati bahasa
tubuh, ekspresi wajah, dan gerakan konseli, sehingga dapat membantu konselor untuk
memahami perasaan dan pengalaman konseli dengan lebih baik.

5
1. Teknik silent terbagi dalam 2 macam, yaitu keheningan dari konselor dan keheningan dari
klien.
 Keheningan dari konselor

Jenis keheningan ini terjadi pada saut komunikasi berada pada konselor. Keheningan
digunakan ketika konselor merasa terlalu aktif dalam menanggapi klien sehingga pada
waktu-waktu tertentu konselor berdiam sejenak untuk memberikan kesempatan kepada
klien agar lebih banyak berbicara. Merespon klien dengan keheningan juga merupakan
proses refleksi perasaan, yaitu kemampuan konselor menangkap perasaan klien sebagai
hasil pengalaman terhadap perilaku verbal dan non verbal klien kemudian memantulkan
perasaan tersebut kepada klien

 Keheningan dari klien

Keheningan jenis ini terjadi pada saat komunikasi konseling berada pada kiten, yaitu
setelah klien bercakap-cakap klien dapat berhenti berbicara beberapa saat beristirahat
sejenak Setelah mengungkapkan perasaan-perasaan dan konfliknya. Keheningan dari
klien juga sebagai proses refleksi pikiran, yaitu klien menganggap ide, pikiran, dan
mendapat dari konselor sebagai pengalaman, lalu kemudian memantulkannya pada diri
sendiri agar menjadi proses berpikir pada saat konseling

Cara kerja dari teknik Silent adalah konselor memberikan waktu dan ruang kepada
konseli untuk berpikir sendiri. Konselor dapat menggunakan teknik ini pada saat konseli
mengalami kesulitan dalam mengungkapkan perasaan mereka, atau pada saat konselor ingin
memberikan kesempatan pada konseli untuk menyelami dan mengorganisir pikiran mereka
sendiri.

Contoh penerapan teknik Silent dalam sesi konseling adalah sebagai berikut:

Konselor : “Bagaimana perasaanmu saat ini?”

Konseli: "Saya merasa sedih dan kecewa."

Konselor: (mengangguk dan menunggu beberapa saat tanpa memberikan respon)

Konseli: (setelah beberapa saat) "Saya merasa kesal karena tidak bisa mengatasi masalah
ini sendiri."

6
Konselor: "Bagaimana cara Anda biasanya menyelesaikan masalah?"

Konseli: "Saya cenderung menarik diri dan menahan perasaan saya sendiri."

Konselor: (mengangguk dan memberikan keheningan beberapa saat)

Konseli: (setelah beberapa saat) "Mungkin saya perlu mencari bantuan untuk
menyelesaikan masalah ini."

Dalam contoh di atas, konselor menggunakan teknik Silent untuk memberikan waktu dan
ruang bagi konseli untuk merenung dan mengatur pikiran mereka sendiri. Konselor tidak
memberikan respon atau tanggapan apapun, dan memberikan ketenangan selama beberapa
saat, sehingga konseli dapat merenung dan mengungkapkan pikiran dan perasaannya dengan
lebih jelas. Teknik Silent ini dapat membantu konseli untuk menemukan solusi atas masalah
yang mereka hadapi, serta meningkatkan kesadaran diri dan pemahaman tentang perasaan
dan pengalaman mereka sendiri.

2. Tujuan teknik silent


 Tujuan dari teknik silent dalam konseling adalah untuk membantu konselor dalam
memperkuat hubungan kepercayaan antara konselor dan klien, memfasilitasi refleksi
diri klien, dan memberikan kesempatan bagi klien untuk mengungkapkan diri tanpa
gangguan atau penilaian dari konselor.
 Dalam praktiknya, teknik silent digunakan dengan tujuan untuk memberikan ruang
bagi klien untuk berpikir, merenung, atau mengumpulkan pikiran sebelum
memberikan jawaban atau melanjutkan percakapan. Teknik ini juga digunakan untuk
memperkuat kehadiran dan perhatian konselor terhadap klien, sehingga klien merasa
didengarkan dan dipahami oleh konselor.
 Dalam beberapa kasus, teknik silent juga digunakan sebagai strategi untuk membantu
klien dalam mengatasi ketidaknyamanan atau kesulitan dalam berbicara tentang
perasaan atau pengalaman yang sulit. Dalam hal ini, konselor dapat menggunakan
teknik diam untuk memberikan ruang dan kesempatan bagi klien untuk
mempertimbangkan perasaan atau pengalaman mereka tanpa merasa terpaksa untuk
berbicara tentang hal tersebut.
 Secara keseluruhan, tujuan dari teknik silent adalah untuk membantu konselor dalam
memperkuat hubungan kepercayaan antara konselor dan klien, memfasilitasi refleksi
diri klien, memberikan ruang bagi klien untuk berpikir, merenung, atau

7
mengumpulkan pikiran sebelum memberikan jawaban atau melanjutkan percakapan,
dan membantu klien dalam mengatasi ketidaknyamanan atau kesulitan dalam berbicara
tentang perasaan atau pengalaman yang sulit.

C. Pengertian Teknik Empati


Empati merupakan keterampilan konseling yang menuntut kemampuan konselor
untuk memahami perasaan klien secara cepatdan mendalam. Berbeda dengan simpati karena
simpati dikatakan sebagai perasaan peduli terhadap perasaan orang lain sedangkan empati
lebih dalam dari simpati. (Booysen & Staniforth, 2017).

Stein & Book, 1997 dalam (Muditheswari, 2013, 9) juga menyebutkan bahwa empati
adalah kemampuan untuk memahami, menyadari, dan menghargai perasaan serta pikiran
orang lain.. Empati bisa disebutkan sebagai sikap "menyelaraskan diri" (peka) terhadap latar
belakang perasaan dan pikiran orang lain sebagaimana orang tersebut merasakan dan
memikirkannya. Bersikap empati artinya mampu membaca orang lain dari sudut pandang
emosi yang sedang dirasakan. Dalam aspek empati terdapat tiga sub aspek, (Carltledge dan
Milburn, 1995) dalam (Nurcahyati, 2014, 9) menyebutkan tiga sub aspek dari empati, yaitu:

1.) Pengenalan perasaan klien, yaitu kemampuan konselor Menggunakan yang


informasi relevan mengidentifikasikan emosi. Carl rogers dalam (Muditheswari, 2013)
menjelaskan ada dua konsepsi untuk mengenali perasaan klien: pertama, melihat kerangka
berfikir internal klien secara akurat. Kedua, seorang konselor seolah- olah masuk dalam diri
orang lain sehingga bisa merasakan dan mengalami sebagaimana yang dirasakan dan dialami
oleh orang lain tanpa kehilangan identitas diri sendiri.

2) Pengambilan perspektif dan pengambilan peran, yaitu kemampuan memahami


bahwa individu lain melihat dan mengintepretasikan situasi dengan cara yang berbeda.
Pengambilan persepktif dan peran juga bisa disebut sebagai kemampuan konselor untuk
berpikir tentang sesuatu yang dipikirkan orang lain dan menyimpulkan perasaan orang
tersebut. (Departemen Agama RI 2004) menyebutkan bahwa seseorang yang memiliki empati
yang tinggi mempunyai beberapa karakteristik yaitu: Mampu mengidentifikasi perasaan
orang lain, terbuka kepada emosi diri sendiri atau mengetahui emosi diri sendiri, dan mampu
menerima perspektif orang lain (Muditheswari, 2013, 16). (Shapiro, 2001) dalam
(Muditheswari, 2013, 21) menambahkan bahwa reaksi kognitif merupakan komponen dari
empati, komponen ini yang menentukan sampai sejauhmana seorang konselor mampu
melihat sudut pandang atau perspektif orang lain.

8
3) Responsifitas emosional, Menurut Eisenberg dan Strayer dalam (Muditheswari, 2013,
22) respon emotional adalah respon yang seolah-olah terjadi pada diri sendiri dan ada dua
komponen afektif yang diperlukan untuk terjadinya respon emotional, yaitu: Kemampuan
untuk mengalami secara emosional dan Tingkat reaktivitas emosional yang memadai untuk
bereaksi secara emosional terhadap situasi- situasi yang sedang dihadapi klien. Akurasi dari
komponen afektif ini berbeda-beda, ada yang akurasinya lebih baik dan ada yang kurang
baik. Akurasi yang baik itu individu merasakan kondisinya menjadi lebih tenang dan merasa
ada yang mengerti kondisinnya. Sebaliknya, akurasi yang rendah terjadi ketika yang
dirasakan konselor berbeda denga apa yang dirasakan individu yang menjalani konseling.

Mahsudi, 2013 dalam (Amalia, 2019, 2) menyatakan ada beberapa cara agar konselor
mampu menghadirkan empati terhadap orang lain, yaitu:

a) Menuliskan perasaan positif atau negatif


Apabila kita mengalami perasaan positif atau negatif, segera rekam dan menulisnya
agar dapat membuka kembali tulisan tersebut ketika seseorang mengalami hal yang
sama, sehingga bisa sedikit membantu mereka.
b) Mendengarkan curahan hati
Mendengarkan curahan hati klien sampai selesai dengan penuh perhatian maka
perasaan kita akan semakin dalam sehingga kita semakin mengetahui bagaimana cara
memahami masalah dan perasaan klien.
c) Membayangkan kejadian pada diri sendiri
Membayangkan kondisi klien terjadi pada diri konselor sendiri. Sehingga dapat
memunculkan emosi yang sama dengan klien baik itu emosi positif maupun emosi
negatif. Itulah cara memposisikan diri konselor kedalam posisi klien.

9
BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN
Kesimpulan dari semua pembahasan di atas yaitu Teknik refleksi digunakan
untuk membantu konselor dalam memperjelas dan memvalidasi pemahaman konselor
terhadap perasaan, pengalaman, atau pandangan klien. Tujuan dari teknik ini adalah
untuk memperkuat hubungan kepercayaan antara konselor dan klien, membangun
pemahaman yang lebih dalam tentang perasaan klien, dan membantu konselor dalam
mengidentifikasi pola pikir yang menata perasaan klien.
Teknik silent digunakan dengan tujuan untuk memberikan ruang bagi klien
untuk berpikir, merenung, atau mengumpulkan pikiran sebelum memberikan jawaban
atau melanjutkan percakapan. Tujuan dari teknik ini adalah untuk membantu konselor
dalam memperkuat hubungan kepercayaan antara konselor dan klien, memfasilitasi
refleksi diri klien, dan memberikan kesempatan bagi klien untuk mengungkapkan diri
tanpa gangguan atau penilaian dari konselor.
Teknik empati digunakan untuk membantu konselor dalam memahami dan
memvalidasi perasaan klien. Tujuan dari teknik ini adalah untuk memperkuat
hubungan kepercayaan antara konselor dan klien, membantu konselor dalam
membangun pemahaman yang lebih dalam tentang perasaan klien, dan memberikan
dukungan yang lebih efektif bagi klien dalam mengatasi masalah yang sedang
dihadapi.
Teknik ketiga ini dapat saling melengkapi dan digunakan bersama-sama untuk
mencapai tujuan konseling yang lebih efektif. Dengan menggunakan teknik refleksi,
silent, dan empati secara tepat, konselor dapat membantu klien dalam memperoleh
pemahaman yang lebih baik tentang diri mereka sendiri, mengatasi masalah yang
sedang dihadapi, dan perubahan mencapai positif dalam kehidupan mereka.

10
DAFTAR PUSTAKA
BUDIONO, SUKO. "Konseling Kreatif dan Inovasi Dalam Penelitian Tindakan Bidang
Bimbingan dan Konseling." ACTION: Jurnal Inovasi Penelitian Tindakan Kelas Dan
Sekolah 1.1 (2021): 62-68.
HARAHAP, Ade Chita Putri; SIMARMATA, Sari Wardani. Studi Kasus Konseling (Teori Dan
Praktis Di Institusi Pendidikan). 2022.
Suwandi, A., Folastri, S., Rangka, I. B., Dachmiati, S., Setyohutomo, G., Sofyan, A., ... &
Utami, S. (2021). Teknik dan Praktik Laboratorium Konseling (Vol. 1). Afriyadi
Sofyan, Dkk.
Ratnawati, V. (2017). Penerapan Person Centered Therapy Di Sekolah (Empathy,
Congruence, Unconditional Positive Regard) Dalam Manajemen Kelas. Journal of
Education Technology, 252.
ofiq, A. A. (2018). Teori dan Praktik Konseling. In Journal of Chemical Information and
Modeling, (Vol. 53, Issue 9) Sarfaraz, S. F. (2019). Introduction to Counseling: An
emerging concept in Clinical Social Work Practice. Journal of Economics and
Sustainable Development.
Wahid, L. A. (2016). Pendekatan Analisis Transaksional Dalam Konseling, AL-TAZKIAH:
Journal of Islamic Guidance and

11

Anda mungkin juga menyukai