Anda di halaman 1dari 2

Gilang Tresna Putra Anugrah (I3503221008)

Hamzah, A., Pandjaitan, N. K., & Prasodjo, N. W. (2008). Respon Komunitas Nelayan terhadap

Modernisasi Perikanan (Studi Kasus Nelayan Suku Bajo di Desa Lagasa Kabupaten

Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara). Sodality, 2(2).

Masyarakat Suku Bajo ini telah turun temurun tinggal menetap dan bermata pencaharian
menjadi nelayan sehingga struktur sosial budaya Suku Bajo ini adalah struktur masyarakat
pesisir. Prof Sajogyo memiliki teori bahwa jika kita ingin mengetahui bagaimana struktur
ekonominya maka kita harus melihat struktur sosialnya, dan begitu juga sebaliknya jika kita
hendak mengetahui struktur sosialnya maka kita harus melihat struktur ekonominya. Kondisi
geografis ekologis di desa pesisir memengaruhi aktivitas ekonomi masyarakatnya sehingga
mayoritas masyarakatnya adalah nelayan.
Masuknya modernisasi teknologi perikanan atau revolusi biru memengaruhi bagaimana
struktur ekonomi di masyarakat pesisir khususnya nelayan. Pengadopsian teknologi yang ada di
masyarakat Suku Bajo tentu berbeda-beda, ada yang pengadopsiannya cepat, sedang, dan lambat.
Interval pengadopsian cepat yaitu antara 5-11 tahun, pengadopsian sedang antara11-19 tahun,
dan pengadopsian lambat antara 20-23 tahun. Pengadopsi cepat memiliki karakteristik umur
lebih muda, pengalaman lebih banyak, pendapatan lebih tinggi, pendidikan lebih lama dibanding
adopter lainnya. Pada kelompok nelayan, keputusan adopsi menjadi otoritas pemilik sarana
produksi (ponggawa) sehingga sawi atau pekerja hanya mematuhi ponggawa karena tidak
memiliki modal untuk mengadopsi teknologi yang ada. Bukan hanya faktor kepemilikan modal
yang memengaruhi pengadopsian tetapi faktor budaya dan ekonomi. Jika semakin positif makna
budaya maka adopsi akan cenderung semakin lambat. Sebaliknya, jika semakin positif makna
ekonomis maka adopsi inovasi juga semakin cepat.
Modernisasi pada pihak nelayan dilakukan sebagai upaya untuk menaikkan taraf kehidupan
dan menurunkan kemiskinan khususnya pada nelayan. Nelayan adalah lapisan termiskin
dibandingkan komunitas lainnya di luar pesisir jika dilihat berdasarkan ukuran dari rumah tempat
tinggal, pakaian, pemenuhan gizi, gaya hidup, status sosial, nelayan termasuk golongan tidak
sejahtera. Pemerintah dan pihak swasta pun berupaya melakukan modernisasi perikanan dengan
mengirimkan bantuan yaitu modifikasi sarana penangkapan, pemberian kredit bergulir, dan
penyuluhan lingkungan pesisir dan lautan.
Tabel perubahan Pola kerja penggunaan jenis sarana tangkap

Sumber: (Hamzah et al., 2008)


Adanya modernisasi memberikan perubahan-perubahan dalam struktur masyarakt nelayan
seperti pola kerja, sifat, metode perekrutan, dan pembagian kerjanya. Hal ini tentu akan
menyebabkan perubahan sosial budaya pada masyarakat akibat masuknya teknologi baru
sehingga mengubah struktur ekonominya. Nelayan di Desa Lagasa ada yang menggunakan
perahu tradisional dengan penggerak dayung (boseh) atau koli-koli dalam istilah setempat, serta
alat tengkap pancing atau jaring tassi. Ada juga yang menggunakan perahu layar motor (ngkuru-
ngkuru) dengan alat tangkap pancing dan jaring tassi (pukat tassi), serta sarana modernisasi
teknologi berupa kapal mini pursein 5-10 GT dengan alat tangkap pukat cincin (gae). Meskipun
terjadinya modernisasi pada teknologi perikanan namun dalam struktur masyarakat nelayan tidak
adanya hubungan eksploitatif. Dampak teknologi gae juga menghasilkan peningkatan
pemenuhan kebutuhan dasar, gizi anggota keluarga serta kesadaran pendidikan bagi anggota
keluarga.

Anda mungkin juga menyukai