Anda di halaman 1dari 11

MANAJEMEN RISIKO TSUNAMI UNTUK PENATAAN RUANG

DI PESISIR PERKOTAAN PACITAN JAWA TIMUR


Mohammad Rizal Dwi Saputra
Email:rizalmuhammad7654@gmail.com
ITL TRISAKTI

ABSTRACT
The process of managing tsunami risk using information from a disaster is an important thing for
local governments to do. Tsunami risk assessment starting from hazard monitoring, vulnerability
and capacity can provide appropriate information and support in the policy formulation process in
order to reduce risks and losses that might arise if this disaster does occur. Tsunami risk reduction
policies can be implemented through spatial planning policies to regulate spatial use in the city of
Pacitan. This paper explains how the tsunami risk management for spatial planning is carried out by
the local government of Pacitan.

ABSTRAK
Proses pengelolaan risiko tsunami menggunakan informasi suatu bencana adalah
hal yang penting dilakukan oleh pemerintah daerah. Penilaian risiko tsunami mulai
dari pengawasan bahaya, kerentanan dan kapasitas dapat memberikan informasi yang
tepat dan mendukung dalam proses perumusan kebijakan dalam rangka
pengurangan risiko dan kerugian yang mungkin saja muncul bila bencana ini benar-
benar terjadi. Kebijakan pengurangan risiko tsunami bisa dilakukan melalui
kebijakan penataan ruang untuk mengatur pemanfaatan ruang di kota Pacitan.
Tulisan ini menjelaskan bagaimana manajemen risiko tsunami untuk penataan
ruang yang dilakukan oleh pemerintah daerah Pacitan
Pengantar kegiatan ekonomi di wilayah tersebut.
Indonesia berada di zona “Ring Of Jumlah masyarakat atau kelompok
Fire” atau cincin api yang merupakan rentan dan kelompok miskin di suatu
wilayah rentan berpotensi untuk wilayah akan mempengaruhi
terjadinya tsunami. Kota pacitan kemampuan dan kapasitas wilayah
merupakan salah satu wilayah yang tersebut dalam penanganan risiko
geografisnya langsung berbatasan bencana tsunami.
dengan pantai selatan Jawa yang cukup
rentan berpotensi mengalami tsunami. Kesadaran dan pengetahuan
Kota Pacitan berada di celah ketiga dari penduduk dalam informasi tentang
delapan celah seismik yang ada di bencana serta upaya kesiagaan
seluruh indonesia, dan juga sejajar penduduk sangat berpengaruh dalam
dengan kota Cilacap dan Yogyakarta penilaian risiko. Penggunaan lahan
yang semakin meningkatkan terjadina berkaitan dengan kegiatan
bahaya tsunami di daerah ini(Edyanto, perekonomian penduduk sudah diatur
2016). Pantai di pesisir kota Pacitan dalam sistem penataan ruang wilayah.
memiliki bentuk yang dapat berpotensi Manajamen Risiko sangat penting
risiko dan kerugian jika wilayah ini dilakukan untuk penataan ruang yang
terhantam gelombang tsunami berfungsi sebagai salah satu upaya
(Mardiatno, 2008). Gambar 1 kesiagaan dan mitigasi yang bisa
menunjukan lokasi kota Pacitan ; dilakukan oleh pemerintah daerah.
Tujuannya ialah untuk menganalisis dan
mengetahui upaya atau tindakan
pemerintah dalam mengelola serta
menggunakan informasi risiko tsunami
di pesisir kota Pacitan, kemudian
dimaksukkan dalam kebijakan penataan
ruang wilayah.

Untuk mencapai tujuan tersebut,


Gambar 1 Wilayah Perkotaan Pacitan
maka diperlukan cara seperti
(Sumber : eastjava.com) menganalisis tingkat kerentanan sosial
ekonomi, tingkat potensi risiko tsunami,
Tsunami adalah salah satu bencana tingkat kapasitas kesiagaan masyarakat
alam yang sulit untuk di prediksi kapan dan pemerintah dalam menghadapi
terjadi, tidak hanya merusak, bencana bencana tsunami di kota Pacitan. Studi
ini mampu menghancurkan dan kasus ini dilakukan secara deskriptif
meratakan apapun yang dilaluinya dan evaluatif, yaitu dengan cara
(Ilyas, 2006). Secara umum, tsunami menganalisis kebijakan penataan ruang
dapat diartikan dengan gelombang di kabupaten Pacitan dan berpusat di
besar yang menerjang daerah pesisir wilayah pesisir perkotaan. Teknik
pantai. Tsunami dapat disebabkan oleh pengambilan sampel dilakukan secara
gempa yang terjadi di dasar bawah laut, purposif dengan pembatasan kuota
Bahaya bencana tsunami dapat sampel yang ditunjukan untuk
memberikan kerugian yang cukup memperoleh data dan informasi yang
berdampak bagi masyarakat. Selain tepat.
berdampak bagi penduduk, tsunami
juga berdampak pada lahan yang Penelitian dilakukan dengan tiga
digunakan, lingkungan sekitar, dan tahap yaitu, tahap persiapan, tahap
survei lapangan, tahap pengolahan dan
analisis. Kajian ini dilakukan dengan Tingkat Kerentanan Sosial-
membatasi kegiatan pada lima desa Ekonomi
yang berpotensi merasakan dampak Tingkat kerentanan sosial ekonomi
bencana tsunami dengan tingkat potensi dinilai dengan parameter jumlah
yang “sangat tinggi”, sesuai dengan kelompok yang rentan (balita, anak-
penilitian yang telah dilakukan oleh anak, ibu hamil, lansia, penyandang
Mardiatno tentang analisis zona yang cacat) serta jumlah kelompok yang
berpotensi terkena dampak tsunami miskin. Jumlah tiap parameter akan
melalui skenario gempa 8,5 Mw. Dengan dikelaskan berdasarkan kurva normal.
pembatasan yang dilakukan, diperoleh Peta kerentanan sosial ekonomi adalah
lokasi penilitian yaitu Kelurahan Ploso, hasil overlay dari kedua parameter.
Kelurahan Baleharjo, Kelurahan Diagram penilaian kerentanan sosial
Sidoharjo, dan Desa Kembang. ekonomi bisa dilihat pada gambar
berikut.
Pengumpulan data yang dilakukan
dimulai dari data sekunde melalui
pencarian di situs internet. Dokumen
penelitian, berita terkait manajemen
risiko tsunami di analisis terlebih
dahulu. Pengumpulan data primer
dilakukan melalui penyebaran
kuesioner,survei instasi, wawancara,
dan pelaksanaan FGD (focus group
discussion). Kuesioner disebar kepada
masyarakat pada lima desa tadi
sebanyak 150 kuesioner, masing-masing
desa sebanyak 30 kuesioner. Di dinas-
dinas diwawancara terkait manajamen
risiko tsunami dan penataan ruang. FGD Tingkat Kapasitas
dilakukan agar dapat mengetahui Tingkat kapasitas di kota Pacitan
proses manajemen risiko tsunami di dinilai dengan indeks kesiagapan
seluruh aspek pemerintahan. individu dan rumah tangga kota Pacitan
(IRT) dan indeks kesiagapan
Data yang telah dikumpulkan pemerintah kabupaten. Nilai indeks
kemudian direkapitulasi berdasarkan dihitung dengan beberapa parameter
tujuan dan jenis, lalu di analisis dan penilaian yaitu , pengetahuan dan sikap
diolah. Teknik yang digunakan dibagi (knowledge), peringatan bencana
menjadi 2 yaitu teknik analisis (warning), mobilisasi sumber daya
deskriptif dan teknik sistem informasi (resource mobilization), rencana
geografi. Teknik sistem informasi tanggap darurat (planning), kebijakan
geografi dilakukan untuk pemetaan dan panduan (policy and spatial
tingkat, kapasitas, risiko, dan penataan planning). Pengkelasan pada tingkat
ruang. Teknik ini dilakukan melalui kapasitas dilakukan dengan metode
pembobotan danor verlay data, hasil sturges :
pemetaan selanjutnya akan dikaji secara Rentang kelas : Nilai Tertinggi dikurang
deskriptif dan evaluatif. Nilai Terendah dibagi Jumlah Kelas.
Yang ketiga, jika rancangan
pemanfaatan lahan tidak sama atau
tidak sesuai dengan tingkat risiko yang
Tingkat Risiko Tsunami ada, maka secara ekologis pemanfaatan
Penilaian risiko tsunami dilakukan lahan ii masih dapat dipertahankan.
dengan cara memperhatikan aspek Yang keempat, jika rencana tidak sesuai
kapasitas selain kerentanan dan bahaya dengan tingkat risiko tsunami dan
sehingga ada rumus yang dipakai dinilai agak kurang mampu dalam
sebagai berikut : Risiko = (Bahaya x mencerminkan proses pembangunan
Kerentanan) dibagi (Kapasitas). yang terus berlanjut.
Penilaian tingkat risiko tsunami
dilakukan sesuai gambar 3. Peta kesesuaian rencana tata ruang
dan risiko tsunami didapatkan dengan
cara overlay perta risiko tsunami dan
peta perencanaan pemanfaatan ruang
ditunjukan pada gambar 4 berikut :

Pembahasan Kerentangan
Manajemen Risiko Tsunami Sosial Ekonomi Di Kota Pacitan
Untuk Penataan Ruang Bagian Pesisir
Analisis ini dilakukan secara
dekriptifndan evaluatif agar dapat Jurnal Kelompok Rentan
mengetahui kesesuaian antara Kelompok yang ada dinilai lebih
perencanaan pemanfaatan ruang rentan dan mudah daripada kelompok
wilayah kota Pacitan dengan informasi masyarakat lainnya dengan asumsi bila
risiko tsunami. Kesesuaian perencanaan ada bahaya, kelompok ini akan lebih
pemanfaatan ruang dengan risiko mudah terkena dampak dikarenakan
bencana tsunami dibagi jadi empat kemampuan menyelamatkan hidup agak
criteria. Yang pertama, sama atau sesuai terbatas. Data diperoleh dengan cara
dengan rencana pemanfaatan lahan monografi dan profil kelurahan atau
telah sesuai dengan tingkat risiko desa, data menunjukkan bahwa dari
tsunami. Yang dimaksud diatas adalah lima desa tersebut, kelurahan sidoharjo
kawasan-kawasan strategis dengan mempunyai jumlah kelompok rentan
pelibatan penduduk yang cukup tinggi paling banyak yaitu 2567 jiwa.
tidak akan sesuai bila dilokasikan di Selanjutnya disusul oleh kelurahan
wilayah yang memiliki risiko tinggi. 2053 jiwa yang memiliki kerentanan
Yang kedua, belum optimal jika tinggi, dan selanjutnya ada Desa
rancangan pemanfaatan lahan secara Sirnoboyo dengan jiwa sebanyak 1528.
umum telah sama atau sesuai dengan Kelurahan Baleharjo dan Desa Kembang
risiko tsunami, tetapi penggunaanya memiliki 1143 jiwa dan 874 jiwa.
yang masih dinilai belom optimal.
Jumlah Kelompok Miskin
Kelompok miskin sering dianggap yang “tinggi”, terdapat pada Kelurahan
rentan bila terdampak bahaya, dengan Sidoharjo. Dan nilai kerentanan kategori
asumsi tersebut kelompok ini “sedang”, terdapat pada Kelurahan
dibicarakan akan kesulitan untuk Ploso dan Desa Sirnoboyo.
bangkin dan kembali lagi dalam
kehidupan yang baik atau seperti Kapasitas Pesisir Pada Kota
semula. Hal ini disebabkan keterbatasan Pacitan
sumber daya dan keterbatasan akses Faktor yang dapat dijadikan
yang dimiliki. Menurut Bappenas, parameter kajian kesiagaan masyarakat
kemiskinan adalah kondisi dimana pada bencana menurut (Hidayati, 2008)
seseorang atau bisa juga sekelompok ada lima faktor yaitu, pengetahuan dan
orang yang tidak mampu memenuhi sikap terhadap bencana, sistem
hak-hak dasarnya dalam peringatan bencana, kemampuan
mengembangkan dan mempertahankan mobilisasi sumber daya, kebijakan dan
kehidupan yang bermatabat. Jumlah panduan, dan yang terakhir yaitu
kelompok miskin dapat diketahui rencana tanggap darurat.
melalui data penerima BLT pada tahun
2009. Kesiagaan Rumah Tangga dan
Individu
Kategori pada kerentanan
Indeks kesiagaan pada desa lokasi
didasarkan oleh jumlah kelompok
tempat penelitian memiliki kategori
miskin yang menunjukkan tingkatan
yang tinggi kecuali pada Kelurahan
kerentanan yang “tinggi”, untuk
Sidoharjo dengan kategori yang sedang.
Kelurahan Sidoharjo sendiri jumlah
Ini menunjukkan bahwa pada
kelompok miskin disana berjumlah 328
masyarakat pesisir kota Pacitan sudah
kk, kerentanan “sedang”. Untuk
memiliki kesadaran dalam
Kelurahan Ploso sebanyak 212 kk dan
memperhatikan informasi kebencanaan
Desa Sirnoboyo sebanyak 159 kk, dan
terutama pada bencana tsunami di
kerentanan “rendah”. Selanjutnya untuk
daerah tempat mereka tinggal. Tingkat
Desa Kembang memiliki 107 kk dan
perilaku dan pengetahuan sudah mulai
Kelurahan Baleharjo sebanyak 57 kk.
membaik dan cukup tinggi yang
ditunjukkan pada masyarakat,
Analisis Kerentanan Sosial meskipun terkadang ma sih terdapat
Ekonomi kekurangan pada kemampuan dalam
Analisis dilakukan dengan overlay mobilisasi sumber daya.
atau data kerentanan menurut jumlah
kelompok miskin dan kelompok rentan.
Kesiapsiagaan Pemerintah
Hasil analisis yang telah dilakukan,
hasilnya diketahui bahwa lima wilayah Pacitan
tempat penelitian tingkat kerentanan Indeks kesiagaan pemerintah
sosial-ekonomi menunjukan hasil yang dihitung dengan parameter panduan
cukup signifikan. Hasil dari lima wilayah dan kebijakan, penataan ruang, sistem
tersebut menunjukan kategori antara peringatan dini, dan mobilisasi sumber
rendah sampai tinggi. Tidak ada nilai daya. Data indeks kesiagaan pemerintah
yang ekstrim (sangat rendah atau kota Pacitan per parameter bisa dilihat
sangat tinggi) pada tingkat kerentanan. pada Tabel 4.
Nilai kerentanan yang “rendah” terdapat
pada Desa Kembang dan Kelurahan
Baleharjo. Sedangkat nilai kerentanan
Tingkat Risiko Pada Bencana
Tsunami
Penilaian pada tingkat risiko
dilakukan dengan overlay data
kerawanan, kapasitas masyarakat, dan
kerentanan. Penilaian pada kerentanan
dilakukan di lima desa lokasi penelitian
Di tabel 4, disitu menunjukkan bahwa karena tingkat bahaya yang tidak
indeks kesiagaan pemerintah dibatasi tingkat kerawanannya di unit
memperlihatkan kategori sedang desa atau kelurahan. Maka dari itu, ada
dengan parameter kebijakan yang bagian di desa atau kelurahan yang
cukup tinggi. Hal tersebut menunjukkan “tanpa risiko” tusnami. Hasil analisis
bahwa pemerintah Kota Pacitan telah yang telah dilakukan di lima desa atau
memiliki kesadaran dalam kelurahan pada lokasi penelitian
mempersiapkan diri dalam menghadapi menunjukkan sebagian besar Kelurahan
bencana tsunami, tetapi masih harus Ploso memiliki risiko yang “sangat
ditingkatkan dalam hal mobilisasi tinggi” terhadap bencana tsunami.
sumber daya. Sebagian wilayah Kelurahan Ploso
memiliki tingkat risiko yang “tinggi” dan
Kesiagaan Kota Pacitan Di “sedang”. Wilayah di Kelurahan
Daerah Pesisir Sidoharjo menunjukkan tingkat risiko
Tingkat kesiagaan di bagian Kota yang “sedang” dan sebagian lagi
Pacitan adalah indeks gabungan dari menunjukkan “tanpa risiko”, wilayah
indeks kesiagaan rumah tangga dan yang menunjukkan “tanpa risiko”
indeks kesiagaan individu. Dari lima merupakan daerah perbukitan yang
daerah lokasi tempat penelitian, Desa mengelilingi teluk.
Kembang menunjukkan nilai kesiagaan
yang cukup “tinggi”, berbeda dengan 4 Daerah Kelurahan Baleharjo
daerah lainnya yang menunjukkan menunjukkan tingkat risiko yang cukup
kategori “sedang”. Desa Kembang bervariasi, tetapi sebagian besar berada
adalah desa yang menggambarkan desa pada tingkat risiko yang “sedang”.
yang tanggap terhadap sosialiasi Sedangkan wilayah yang lain
bencana tsunami. Selain itu banyak menunjukkan tingkat risiko yang
lokasi yang dijadikan tempat penelitian “rendah” dan “tanpa risiko”. Walaupun
terhadap bencana seperti tsunami, wilayah Kelurahan Baleharjo
banjir, dan gempa. Hal tersebut telah merupakan wilayah yang cukup padat
membuat nilai kesiagaan masyarakat penduduknya, tetapi jarak wilayah dari
menjadi “tinggi”, bisa dilihat pada tabel pantai yang relatif jauh, sehingga
5. membuat wilayah ini relatif lebih aman
dengan tingkat risiko yang “sedang”.

Desa Sirnoboyo berada di posisi


yang mempunyai tingkat risiko “sedang”
dan sisanya berada pada risiko yang
“rendah”. Terdapat juga beberapa
wilayah yang mempunya tingkat “tanpa
risiko” yang merupakan wilayah
perbukitan dan menjadi lokasi evakuasi
bencana tsunami. Dari lima daerah
tersebut, Desa Kembang berada di Di Wilayah Kota Pacitan, mayoritas
tingkat risiko yang paling rendah. seluruh wilayahnya adalah wilayah yang
rawan bencana tsunami dengan tingkat
Penataan Ruang Di Kota Pacitan kerawanan yang bervariasi antara
Rencana penggunaan lahan di Kota kerawanan “sangat rendah” sampai
Pacitan, tentu saja tidak boleh dominasi yang memiliki tingkat
bertentangan dengan strategi dan kerawanan yang “sangat tinggi”. Sistem
pedoman pengelolaan kawasan lindung tata kelola pemerintahan yang sedang
dan budidaya. Hal tersebut terkati dikembangkan pemerintah Kota Pacitan
dengan bencana ataupun aspek dalam pengelolaan risiko bencana, serta
ekonomi, kelangsungan kehidupan mempunyai hubungan dengan dimensi
masyarakat, serta kelestarian politis dan administratif. Dimensi yang
lingkungan tetap harus diperhatikan. ada pada politis (georgenance)
Secara umum pemanfaatan ruang di mempunyai hubungan dengan proses
Kota Pacitan masih dapat dibilang pembuatan keputusan di dalam
rendah, hal tersebut dapat dilihat masih formulasi kebijakan yang termasuk
cukup banyak lahan yang kosong. Pada perencanaan pengurangan bencana.
perencanaan penggunaan lahan atau Dimensi politis tersebut mempunyai
pemanfaatan ruangnya, masih hubungan dengan pemerintah yang
didominasi penggunaan lahan sebagai menjalin kerjasama dengan sektor
kawasan budidaya dan lahan cadangan swasta atau non-pemerintah yang
(non lindung). berfungsi untuk meningkatkan kualitas
kebijakan yang dihasilkan. Sedangkan
Hal tersebut perlu mendapatkan dengan dimensi administratif
perhatian khusus agar tidak terjadi mempunyai berhubungan dengan
penetrasi lingkungan kepada kawasan proses implementasi kinerja dan
lindung dengan pertimbangan bahwa kebijakan organisasi yang baik di
kawasan lindung yang merupakan tingkat daerah maupun pusat.
perlindungan bagi kawasan sumber
mata air di daerah sekitar. Pelaksanaan Kesesuian penataan ruang dengan
penata ruang pada Kota Pacitan telah tingkat risiko bencana tsunami dinilai
menerapkan kegiatan pengendalian dan sangan penting untuk dilakukan
pengawasan pemanfaatan ruang. mengingat wilayah Kota Pacitan
Pemerintah Kota Pacitan menertibkan merupakan wilayah yang rawan terjadi
tata ruang dengan cara penentuan tsunami. Intensitas penggunaan lahan
zonasi, insentif-disinsentif, kegiatan yang berfokus pada pusat kota dengan
penertiban, ketentuan perizinan, dan dominasi pemukiman padat penduduk
arahan sanksi. Kegiatan penertibab yang membuat wilayah tersebut berbahaya
dilakukan oleh pemerintah Kota Pacitan akan bencana tsunami. Kebutuhan lahan
terhadap masyarakat yang tinggal yang terus meningkat faktanya tidak
disekitar Sungai Grindulu. Relokasi telah berbanding lurus dengan luas dan
dilakukan untuk memindahkan potensi yang ada.
penduduk yang sebelumnya berada
cukup dekat dengan sungai, upaya Berdasarkan hasil analisis yang telah
tersebut dilakukan agar mengurangi dilakukan, ternyata ada beberapa
risiko banjir disekitar Sungai Grindulu. penggunaan lahan berfungsi untuk
pemukiman padat penduduk yang
ditempatkan pada wilayah dengan
Manajemen Risiko Bencana
tingkat risiko yang “sangat tinggi”.
Tsunami Bagi Penataan Ruang
Wilayah di perumahan ASABRI cadangan tersebut. Dalam kasus ini
Kelurahan Ploso dan wilayah diperlukan tindakan yang tegas dari
pemukiman Dusun Barehan Kelurahan pihak pemerintah untuk mengelola
Sidoharjo adalah contoh penggunaan risiko pemanfataan ruangnya.
lahan pemukiman yang berada di
wilayah rawan tsunami sekaligus Menurut Doley dan Asian Intitute of
mempunyai risiko yang tinggi. Hal Technolgy pada tahun 2008, pengertian
tersebut tidak sesuai dengan prinsip manajemen risiko tsunami secara umum
pengelolaan risiko bencana tsunami. bisa dilakukan dengan beberapa cara
Evaluasi kesesuian rencana yaitu sistem informasi dan keteknikan,
pemanfaatan lahan menggunakan pendidikan dan pemberdayaan
tingkat risiko bencana tsunami di masyarakat, kelembagaan, dan
wilayah tersebut. pengaturan ruang. Pemberlakuannya di
Kota Pacitan sepeti berikut :

1. Pemanfaatan Ruang Lingkup


(spasial)
Pemanfaatan ruang yang telah
dilakukan oleh pemerintah
kabupaten Kota Pacitan dengan cara
menyediakan zona buffer yang
berfungsi mengurangi gelombang
Hasil dari analisis yang telah bencana tsunami serta mengurangi
dilakukan bahwa perencanaan daya rusaknya. Zona buffering yang
pemanfaatan ruang di Kota Pacitan sudah dilakukan oleh pemerintah
dinilai kurang memperhatikan aspek adalah dengan cara menanam
risiko kebencanaan serta berfokus pada cemara laut sebagai pengganti
pemanfaatan kawasan pemukiman mangrove. Akan tetapi, di belakang
padat penduduk. Dari luas area yang layar buffer zone digunakai untuk
telah diukur, mempunyai luas 292,80 Ha lahan kosong dan diikuti dengan
dan area yang tidak sesuai mempunyai pemukiman penduduk yang
luas 239.96 Ha merupakan area mempunyai jarak kurang lebih 600
pemukiman yang mempunyai luas area m dari buffer zone.
lebih dari 90% dari keseluruhan luas
area yang tidak sesuai. Kawasan di pesisir Pantai Teleng
digunakan untuk sabuk hijau
Jika diperhatikan kembali, Kota Perkotaan Pacitan yang dimulai
Pacitan merupakan wiayah yang sejak tahun 2008 dengan luas 9000
mempunyai lahan cadangan dengan m, dan setiap tahun luasnya
cukup tinggi. Lahan cadangan ini pada meingkat. Selain itu di sepanjang
faktanya digunakan untuk lahan sempandan Sungai Grindulu telah
pertanian berupa sawah irigasi bagi dibangun tanggul alami dan buatan
penduduk Kota Pacitan. Hingga saat ini yang tingginya kurang lebih dari 2
telah menunjukkan gejala penetrasi m. Tanggul tersebut berfungsi
kawasan yang pemukimannya ada lahan sebagai penahan banjir yang
cadangan, hal ini tentu tidak sesuai mungkis saja dapat terjadi akibat
dengan perencanaan pemanfaatan lahan aliran gelombang tsunami karena
sekaligus tidak sesuai dengan tingkat keberadaan sungai menjadi saluran
risiko yang telah ada di wilayah lahan yang cukup baik untuk menyalurkan
gelombang tsunami.

4. Suatu Lembaga
Pada kelembagaan, pemerintah
Kota Pacitan sudah memiliki
BPBD (Badan Penanggulangan
Bencana Daerah) yang berfungsi
sebagai organisasi yang bertugas
ketika terjadi bencana di daerah
Pacitan. BPBD ini telah memiliki
Gambar di atas : Sosialiasi pemerintah
kepada warga tentang bencana tsunami. struktur dan fungsi yang sudah
jelas, tetapi cukup belum lama
2. Sistem Keteknikan berdiri dan masih banyak
Di Kota Pacitan sudah dibangun keterbatasan di SDM,
rumah yang berfungsi sebagai perlengkapan dan pembiayaan.
percontohan untuk tahan gempa Bentuk kelembagaan di
bumi dan tsunami oleh Dinas manajemen risiko yaitu dengan
Kelautan dan Perikanan pada munculnya rencana kontijesi
tahun 2008. Sebelumnya, rumah yang harus dilakukan
tersebut merupakan rumah dua pemerintah Kota Pacitan dalam
lantai dan membiarkan lantai merumuskan
satu kosong untuk saluran aliran kegiatankesiapgaarn bencana
air apabila terjadi bencana yang sudah diikuti oleh dinas
tsunami, tetapi seiring pemerintah terkait.
perkembangannya, lantai satu
ditutup dengan tembok dan Mitigasi Risiko Bencana
difunsingkan sebagai ruang Tsunami di Pesisir Kota Pacitan
tersendiri. Selain itu, telah Tindakan mitigasi yang telah
dilakukan juga pengembangan dilakukan dengan nama vegetasi,
melalui sistem peringatan dini berfungsi untuk penyerap energi
yang merupakan suatu proyek gelombang tsunami. Upaya yang
kerjasama dengan BMKG dan dilakukan di Kota Pacitan, berada di
juga dipasangkannya alat pantai sebelah timur teluk Pacitan.
pendeteksi pasang surut air di Vegetasi ditanam yang berupa cemara
laut. udang, pohon waru dan ketapang.
Kegiatan penanaman vegetasi ini sudah
3. Peningkatan Sistem berlangsung dari tahun 2008, dan terus
Pendidikan dan berlanjut sampai sekarang dengan terus
Pemberdayaan Masyarakat memperluas area penanaman. Selain
Pemerintah Kota Pacitan penanaman berfungsi sebagai barrier
melakukan suatu kegiatan untuk alami, dibangun juga sistem evakuasi
peningkatan pendidikan dan yang baik meliputi jalur evakuasi,
pemberdayaan masyarakat kondisi jalan dan sistem transportasi
melalui kegiatan sosialisasi, gladi evakuasi, pembangunan sistem
lapang dan gladi posko, evakuasi, dan pembanginan shelter
penyiapan desa tangguh, rencana pengungsian bagi penduduk yang
kontijensi, dan masyarakat mudah dijangkau sehingga upaya
penduli bencana. mitigasi yang dilakukan dinilai sangat
penting dilakukan. Lokasi evakuasi perencanaan pengembangan
dilakukan dapat diarahkan ke bukit pemukiman di lokasi ini.
terdekat atau bisa melalui
pembangunan sistem evakuasi vertikal Arahan pada pengembangan
seperti sekolah, masjid, dan pemukiman dapat dilakukan di
perkantoran yang berada di wilayah beberapa wilayah seperti wilayah
yang dinilai kerawanan bahaya tsunami sedeng, Sumberharjo, Widoro,
nya sedang atau rendah. Selain itu juga, Nanggungan, Bangunsari, dan
masih perlu pula dikembangkan titik- Pucangsewu yang masih memiliki
titik perkumpulan evakuasi sementara banyak lahan kosong. Jika secara
dan selanjutnya diangkut menuju lokasi geografis, wilayah ini berada cukup jauh
evakuasi yang lain melalui sistem dari pantai dan memiliki topografi yang
angkutan massal agar dapat lebih tinggi sehingga dapat disimpulkan
menghindari kemacetan jika ada relatif lebih aman dari bahaya tsunami.
penduduk yang menggunakan Perencanaan tata ruang bukan hanya
kendaraan pribadi. dilakukan dengan cara pengaturan
pemukiman, tetapi pengaturan fasilitas
Perencanaan pemanfaatan ruang vital yang lain seperti pelayanan
yang dilakukan dinilai sebagai upaya komersial, listrik, air, sistem gas alam,
mitigasi yang dapat dilakukan dengan komunikasi, dan pelayanan darurat.
beberapa skenario misalnya
memindahkan arahan fungsi tata ruang Kesimpulan
dari budidaya permukiman ke area Kebijakan pada rencana
dengan tingkat risiko yang rendah dan pemanfaatan ruang di Kota Pacitan
sedang. Skenario lain yang bisa berkaitan dengan tingkat risiko bencana
dilakukan adalah dengan adanya tsunami, sehingga pemerintah belum
perencanaan pengembangan terlalu memperhatikan aspek pada
konsentrasi pemukiman ke area dengan risiko kebencanaan. Dapat dilhat dengan
tingkat risiko yang dinilai cukup rendah adanya beberapa penggunaan lahan
bahkan sedang. Pengaturan pada sebagai pemukiman untuk penduduk
pemukiman dan fasilitas vital di yang telah ditempatkan pada wilayah
kawasan yang memiliki risiko rendah yang memiliki tingkat risiko yang
dan sedang dinilai lebih masuk akal “sangat tinggi”. Informasi risiko bencana
untuk dilakukan dalam jangka panjang. tsunami hingga sekarang belum
digunakan dalam penataan ruang
Proyeksi penambahan pemukiman dengan adanya kategori yang “tidak
di beberapa titik lokasi risiko rendah sesuai” terutama pada penggunaan
dan sedang juga bisa dilakukan karena lahan pemukiman.
melihat potensi di Kota Pacitan yang
dinilai masih cukup mampu untuk Dalam pengelolaan risiko bencana
dikembangkan lagi. Jumlah lahan tsunami adalah tanggung jawab bagi
cadangan yang banyak bisa semua pihak, baik itu pemerintah, pihak
dioptimalkan sebagai pengembangan swasta, dan masyarakat. Pemahaman
pemukiman baru dan fasilitas vital dalam tanggung jawab masing-masing
dengan tetap memperhatikan aspek serta kesediaan dalam kelibatan dan
risiko pada bencana. Dengan kerjasama semua aktor telah menjadi
menggunakan proyeksi jumlah hal yang sangat penting untuk dilakukan
pertambahan penduduk tiap tahun, yaitu: pertama, diperlukannya
pemerintah bisa melakukan peningkatan kapasitas masyarakat dan
pemerintah untuk mengurangi risiko information system: a case study in
bencana tsunami yang berfungsi sebagai south coastal areas of Java Island-
tindakan preparedness berdasarkan Indonesia. na.
kemungkinan bencana dan peningkatan
kerjasama antara pihak swasta,
pemerintah, dan masyarakat.
Yang kedua, diperlukannya review
dalam perencanaan pemanfaatan ruang
yang ada di beberapa lokasi yang tidak
sesuai dengan risiko bencana tsunami
dan aspek-aspek lainnya.
Pengembangan berfokus di titik
pemukiman yang baru di lokasi berisiko
sedang atau bisa juga rendah dapat
dilakukan untuk mengurangi risiko
bencana tsunami. Kegiatan pemanfaatan
lahan cadangan berfungsi untuk
kawasan pemukiman, selain itu
pembangunan pada titik evakuasi
horizontal dan vertikal serta
pembangunan sistem jaringan
transportasi yang bisa memperlancar
dalam proses evakuasi.

Daftar Pustaka

Reff
Edyanto, C. H. (2016). Analisa Kebijakan
Penataan Ruang Untuk Kawasan
Rawan Tsunami Di Wilayah Pesisir.
Jurnal Teknologi Lingkungan, 12(3),
319.
https://doi.org/10.29122/jtl.v12i3.
1240
Hidayati, D. (2008). Kesiapsiagaan
masyarakat: Paradigma baru
pengelolaan bencana alam. Jurnal
Kependudukan Indonesia, 3(1), 69–
84.
Ilyas, T. (2006). Mitigasi gempa dan
tsunami di daerah perkotaan.
Jakarta: Guru Besar Geotechnik
Fakultas Teknik Universitas
Indonesia.
Mardiatno, D. (2008). Tsunami risk
assessment using scenario-based
approach, geomorphological
analysis, and geographic

Anda mungkin juga menyukai