Anda di halaman 1dari 12

J. Tek. Ling Vol. 12 No. 3 Hal.

309 - 318 Jakarta, September 2011 ISSN 1441-318X

ANALISA KEBIJAKAN PENATAAN RUANG UNTUK


KAWASAN RAWAN TSUNAMI DI WILAYAH
PESISIR
CB Herman Edyanto

Peneliti di Pusat Teknologi


Pengelolaan Sumberdaya Lahan Wilayah dan Mitigasi Bencana
Deputi Bidang Pengembangan Kekayaan Alam

Abstrak

Penanganan pengaruh bahaya tsunami bagi masyarakat pedesaan pesisir sangat penting,
dengan bertujuan untuk mengurangi atau meminimalkan dampak kerugian atau kerusakan
yang disebabkan oleh musbah tsunami tersebut. Namun, efek bencana alam tersebut mungkin
tidak terlalu sering dianalisis dan dipertimbangkan dalam beberapa proyek perencanaan tata
ruang di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi dan data mengenai lokasi
tersebut. Wilayah pesisir perlu dilindungi dari dampak tsunami dengan mempertimbangkan
sejumlah besar orang tinggal di sana dan kegiatan mereka. Adanya pembangunan dari program
hutan mangrove oleh pemerintah yang lokal dan peningkatan perencanaan pesisir spasial akan
membantu untuk meminimalkan bahaya seperti di pantai.

kata kunci: hutan mangrove, perencanaan tata ruang, mitigasi bencana, tsunami.

Abstract

Handling for the affects of tsunami hazard for the coastal rural people is very important
to be taken into action, which aim to reduce or minimize the impact of loss or damage
that could be caused by it. However, natural disaster effects might not be too often
analized and considered in some spatial planning projects in Indonesia. It is caused
by the lack of information and data concerning with the location of study. Coastal
areas need to be protected from the tsunami’s impact by considering the large
number of people who live there and their activities. Thank to the growing of
mangrove forest programme by the local governement and the improvement of its
coastal spatial planning which help to minimize such hazard in the coast.

keywords: Mangrove forest, spatial planning, hazard mitigation, tsunami.

1. PENDAHULUAN belum mempertimbangan aspek

1.1. Latar Belakang

Proses perencanaan fisik perkotaan dan


wilayah di Indonesia, belum sepenuhnya bertitik
tolak dari kerawanan bencana alam. Hampir
seluruh perencanaan fisik perkotaan dan
wilayah di Indonesia sebelum tahun 2000
Analisa Kebijakan Penataan Ruang,... J.Tek. Ling. 12 (3): 309 - 318 1
kebencanaan dan lingkungan sebagai unsur yang
penting untuk diikutsertakan dalam
perencanaan fisik tersebut. Hal ini bukan
menjadi kelalaian pada perencana, namun lebih
ditekankan pada fakta bahwa informasi yang
selayaknya diberikan oleh disiplin lain yaitu
geologi dan lingkungan belum tersedia ataupun
belum lengkap, sehingga sisi ini menjadi bagian
kelemahan dari sebuah perencanaan fisik.
Pengidentifikasian

2 Edyanto. CB. H.,


masalah kebencanaan dan lingkungan kini usaha untuk memperkecil, dan mengurangi
menjadi hal sangat penting dan keharusan dampak yang di akibatkan oleh bencana dan
dalam kegiatan perencanaan. Tsunami pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala
merupakan salah satu bencana alam yang dapat jenis bencana, baik yang termasuk ke dalam
terjadi dimana saja disepanjang daerah pantai. bencana alam (natural disaster) maupun
Dalam makalah ini tidak ditinjau secara bencana sebagai akibat dari perbuatan
spesifik lokasi sebagai kasus, namun lebih manusia(man-made disaster).
bersifat umum oleh karena keluaran dari Kejadian alam dan bencana yang terjadi
kegiatan ini merupakan konsep dalam penataan banyak yang disebabkan oleh kesalahan
ruang kawasan pemukiman di wilayah pesisir . manusia dalam penggunaan sumber daya dan
Pembahasan mengenai gambaran dan sifat dari tindakan yang tidak memadai serta kurangnya
bencana tsunami, merupakan hal yang pandangan jauh ke depan. Oleh karena itu
penting untuk diketahui, sehingga upaya untuk perlu pertimbangan yang bijaksana di dalam
pengurangan (mitigasi) kebencanaan dapat pengambilan keputusan yang akan dibuat.
dilakukan Mengingat bahwa mitigasi ditujukan untuk
Indonesia merupakan salah satu mengurangi atau menghilangkan resiko akibat
negara yang sangat rawan bencana di dunia. bencana terhadap manusia dan harta bendanya,
Kejadian berbagai bencana yang melanda di maka prioritas perlu diberikan untuk kawasan-
wilayah nusantara ini berlangsung secara terus kawasan strategis yang berpotensi memiliki
menerus, baik yang disebabkan oleh faktor resiko yang tinggi jika terjadi bencana sebagai
alam (gempa bumi, tsunami, banjir, letusan akibat akumulasi dari tingkat kerentanan
gunung api, tanah longsor, angin ribut, (vulnerability level), yang biasanya memiliki
kekeringan), maupun oleh faktor non alam bahaya yang relatif lebih tinggi bila
seperti berbagai akibat kegagalan teknologi dan dibandingkan dengan wilayah yang secara
ulah manusia. Pada umumnya bencana yang umum kurang terbangun, dengan potensi
terjadi tersebut mengakibatkan penderitaan bahaya (hazard potency) yang dimilikinya.
bagi masyarakat, baik berupa korban jiwa Masalah kerentanan terhadap bencana ini
manusia, kerugian harta benda, maupun haruslah menjadi fokus utama pemerintah, untuk
kerusakan lingkungan serta musnahnya hasil- mengubah keadaan bencana gempa dan tsunami
hasil pembangunan yang telah dicapai1). dari situasi kerentanan tinggi ke kapasitas
Terdapat dua kelompok utama potensi bahaya, rendah. Penting kita melakukan penilaian dan
yaitu potensi bahaya utama (main hazard) dan mengolaborasi kemampuan lokal sebagai dasar
potensi bahaya ikutan (collateral hazard). utama dari aktivitas pengelolaan bencana.
Potensi bahaya utama (main hazard potency) Selama ini, masalah bencana belum
ini diperlihatkan antara lain dengan peta yang ditangani secara menyeluruh. Hal ini
menunjukkan bahwa Indonesia merupakan disebabkan beberapa hal, di antaranya tidak
bagian wilayah yang memiliki zona-zona rawan adanya kebijakan pemerintah yang integral
gempa, peta potensi bencana tanah longsor, peta sehingga bencana ditangani secara parsial,
potensi bencana letusan gunung api, peta bahkan antar departemen sering tidak terjalin
potensi bencana tsunami, peta potensi bencana koordinasi. Lebih parah lagi, bencana hanya
banjir, peta kekeringan. Dari indikator- ditangani dengan pendekatan tanggap darurat.
indikator diatas dapat disimpulkan bahwa Pasca bencana, rakyat dibiarkan dengan
Indonesia memiliki potensi bahaya utama yang penderitaan yang menimpanya2) . Sebagai
tinggi. bagian dari tindakan aksi, maka pengertian
Upaya mitigasi dilakukan sebagai mitigasi dapat dikelompokkan ke

Analisa Kebijakan Penataan Ruang,... J.Tek. Ling. 12 (3): 309 - 318 3


dalam mitigasi struktural dan mitigasi non masih sebatas pada tahapan pencegahan
struktural2). Mitigasi struktural berhubungan (prevention), yaitu dengan menghindari
dengan usaha-usaha pembangunan pemanfaatan kawasan yang kritis atau rawan
konstruksi fisik, sementara mitigasi non bencana untuk dikembangkan sebagai kawasan
struktural diantaranya mencakup penyusunan budidaya. Kebiijaksanaan dalam bentuk
rencana tata ruang yang perwujudannya akan penataan ruang kota yang ada juga belum
membentuk pola tata guna lahan yang memadukan berbagai program pembangunan
disesuaikan dengan kerentanan wilayahnya perkotaan yang berwawasan keamanan dan
dan memberlakukan peraturan pembangunan. keselamatan warga kota dari bencana yang
Dalam kaitan itu pula, kebijakan nasional mungkin terjadi. Selain itu juga disadari bahwa
harus lebih memberikan keleluasaan secara kebijakan nasional penanggulangan
substansial kepada daerah daerah untuk bencana yang ada masih mengandung
mengembangkan sistem mitigasi bencana beberapa kelemahan yang cukup esensial,
yang dianggap paling tepat dan sesuai untuk selain dalam hal substansinya yang masih
daerahnya. Mitigasi non struktural merupakan sangat umum, dan belum mengarah kepada
upaya untuk melindungi bagian dari fakta bahwa lingkungan perkotaan memilki
lingkungan fisik lingkungan perkotaan terhadap kondisi yang jauh lebih rentan.
bencana yang mungkin disebabkan oleh Bila ditilik dari tingkat kemungkinan
terjadinya tsunami diwilayah pesisir. pelaksanaan dari kebijaksanaan tersebut di
dalam tataran praktek sesuai dengan kondisi dan
1.2. Maksud dan Tujuan situasi yang ada. Oleh karenanya, sejak
diterapkannya UU No. 22 tahun 1999
Maksud dan tujuan dari kegiatan ini mengenai otonomi daerah, peran pemerintah
adalah mengidentifikasikan permasalahan yang pusat di era desentralisasi baru yang lebih
menyangkut bencana tsunami diwilayah pesisir terbatas pada penyusunan norma. pedoman,
serta menyusun analisa kebijakan dan standard, atau aturan kebijakan pokok. Hal
perencanaannya serta upaya untuk mengurangi tersebut berimplikasi pada tuntutan
bahaya yang ditimbulkannya serta langkah penyusunan kebijakan nasional mitigasi
yang perlu diambil dalam penanganannya. bencana yang lebih baik, dalam arti kebijakan
nasional yang lebih layak secara teknik,
2. METODA PENDEKATAN ekonomis, secara politis dapat diterima oleh
masyarakat, dan secara administratif dapat
Metoda pendekatan dalam kegiatan ini dilaksanakan dengan mempertimbangkan
merupakan metoda analisis kualitatif dan berbagai aspek seperti otoritas, komitmen,
bersifat library research. Dasar kapasitas, dan prasarana serta sarana
pemikiran secara kualitatif dalam kegiatan ini pendukung
merupakan langkah-langkah untuk
mengembangkan “lingkungan perkotaan yang 3. PEMBAHASAN
aman” (Safer City Process)3) seperti
memperkirakan kemungkinan yang harus 3.1. Efek Alam Terhadap Terjadinya
dibangun / dikembangkan untuk “keselamat an Bencana Tsunami
perkotaan”
Di dalam realita, penanggulangan bencana Posisi Indonesia yang terletak pada
masih ditekankan pada saat kejadian serta pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik di dunia
setelah (pasca) kejadian bencana. Sedangkan yaitu: Lempeng Australia di selatan, Lempeng
tahap sebelum (pra) bencana Euro-Asia di bagian barat dan Lempeng
Samudra Pasifik di bagian timur,

4 Edyanto. CB. H.,


yang dapat menunjang terjadinya sejumlah Juni 1949 skala 7 Richer di dekat Krakatau, 9
bencana. Indonesia merupakan salah satu Juli 1957 skala 6,2 Richer di sebelah barat Selat
negara yang memiliki tingkat kegempaan yang Sunda serta 16 Desember 1963 skala V MMI di
tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat Labuhan.
kegempaan di Amerika Serikat 4). Pada tahun 1883 terjadi letusan sangat
Berdasarkan posisinya tersebut, maka dahsyat dari Gunung Krakatau yang terletak di
hampir di seluruh Indonesia kecuali daerah kawasan Selat Sunda terjadi letusan sangat
Kalimantan yang relatif stabil, kejadian besar dan menyebabkan gelombang tsunami
bencana gempa tektonik akan sangat sangat dahsyat yang dalam sejarah merupakan
mungkin terjadi setiap saat dan sangat sukar bencana tsunami terbesar yang pernah
diperkirakan kapan dan dimana persisnya terjadi di Indonesia. Dampak kerusakan yang
bencana tersebut akan terjadi. paling besar terjadi di pantai Jawa dan Sumatra
Gempa-gempa tersebut sebagian yang terletak di kawasan Selat Sunda. Beberapa
berpusat di dasar Samudra Hindia, dan pusat permukiman seperti perkampungan
beberapa dapat memicu terjadinya gelombang penduduk di Teluk Betung hancur dilanda
laut yang besar yang disebut tsunami. tsunami dengan tinggi gelombang pasang 20
Gangguan implusif yang bersifat transien meter dan menghancur kawasan pantai dan
(gelombangnya bersifat sesar) sebagai Kota Merak dengan tinggi gelombang lebih
pembangkit tsunami setidaknya bersumber dari dari 30 meter. Lebih dari 36.000 orang
gempa di dasar laut, letusan gunung api di dasar meninggal dunia akibat peristiwa
laut, dan longsoran yang terjadi di dasar laut. tersebut.Gelombang pasang ini juga menyapu
Teluk Semangko. Gelombang pasang setinggi
3.2. Kasus Kebencanaan di Kabupaten 13,6 m juga melanda mercusuar Bengkulen.
Banten Letusan
a) Tsunami Di Kawasan Selat Sunda
Sejak bencana tsunami akibat letusan
Gunung Krakatau 1883, telah puluhan tsunami
merusak terjadi di Kepulauan Indonesia. SKEN AR IO SU M BER T SU N AM I
Kegempaan di Selat Sunda dengan skala di atas
2,5 skala Richer pada tahun 1985 terjadi
sebanyak 29 kali, tahun 1986 14 kali, tahun
1987 8 kali, tahun 1988
13 kali, tahun 1989 12 kali dan tahun 1990
sebanyak 6 kali. Berdasarkan pencatatan
telemetri didapatkan angka sebanyak 2456 kali
gempa pada tahun 1994, dan paling kecil
sebanyak 1692 kali tahun 1993. Rata-rata
kejadian gempa adalah sekitar 2000 kali setiap
tahunnya. Dari catatan kejadian gempa bumi Gambar 1. Peta hasil overlay peta gempa bumi
yang terjadi dari tahun 1900 sampai tahun dan peta tsunami di Kabupaten
1993, sebagian besar mempunyai magnitude Serang
(M) sebesar 4,1 sampai 6,0. Gempa besar lain
yang terjadi di kawasan Selat Sunda adalah besar pada Gunungapi tersebut membentuk
pada tanggal 27 Pebruari 1903 dengan skala VI kaldera serta menyisakan tiga (3) pulau
MMI di Banten, 12 Mei 1923 dengan skala VII (Rakata, Sertung dan Panjang) yang
MMI di Banten yang dirasakan di seluruh Jawa, terletak di pematang kaldera. Sejak tahun 1927
24 di tengah-tengah kaldera muncul titik letusan
baru yang lama-kelamaan menjadi

Analisa Kebijakan Penataan Ruang,... J.Tek. Ling. 12 (3): 309 - 318 5


kerucut Gunungapi dan dinamakan Gunung b. Gempabumi
Anak Krakatau. Ketiga pulau tersebut Berdasarkan kondisi geologis, wilayah
adalah sisa pembentukan kaldera, sedang Anak Selat Sunda berpotensi dilanda gempabumi,
Krakatau tumbuh mulai 20 Januari 1930.. Dari baik gempabumi tektonik, vulkanik maupun
tahun 1930 sampai 1995, Anak Krakatau telah longsoran. Akan tetapi bencana gempabumi
mengerupsi sebanyak 74 kali, baik erupsi yang mungkin bersifat merusak dan dominan
eksplosif maupun efusif. Dari sejumlah adalah gempabumi tektonik. Gempa ini dapat
letusan tersebut, pada umumnya titik letusan terjadi pada bagian lempeng kontinen maupun
selalu berpindah- pindah di sekitar tubuh pada lempeng samudra yang menyusup.
kerucutnya. Erupsi ini merupakan kegiatan Direktorat Geologi Dan Lingkungan
rutin Anak Krakatau yang terjadi setiap satu mengidentifikasikan bahwa pada bagian
sampai delapan tahun sekali, dan umumnya Lempeng Benua Eurasia (overriding plate),
terjadi empat tahun sekali yang berupa letusan khususnya Pulau Sumatera berkembang sesar
abu atau lelehan lava. Gelombang tsunami aktif Semangko yang membujur dari ujung
akibat letusan Gunung Krakatau 1883 juga pulau bagian utara ke ujung selatan bahkan
mencapai di pantai Jakarta. Gelombang pasang menerus ke selatan ujung barat Jawa. Sesar
naik sampai 3 meter dalam beberapa menit, dan aktif inilah yang berpotensi menjadi sumber
menyebabkan banjir dibeberapa tempat di gempa dan bila sumber gempanya terjadi pada
pantai utara Jakarta. bagian sesar aktif yang terdapat didaerah
Kemungkinan terjadinya tsunami perairan (laut) maka akan berpotensi menjadi
diperkirakan akan muncul pada kasus erupsi pemicu terjadinya tsunami. Dilain pihak,
gunung berapi yang berada disekitar kabupaten pada lempeng samudera Hindia-Australia
Serang serta proses dislokasi atau pergerakan (subducting plate) disepanjang jalur subduksi
lapisan tanah dalam skala yang luas yang yang terdapat dibagian baratnya, mulai dari
mengakibatkan terjadinya tsunami. Para ahli sekitar palung terus mengikuti kedalaman Zona
telah mencoba untuk memberikan skenario Benioff juga menjadi tempat sumber gempa
kemungkinan terjadinya tsunami di wilayah dan berpotensi menimbulkan tsunami.
kabupaten Serang sebagaimana diilustrasikan Berbicara tentang bahaya tsunami erat sekali dan
dalam gambar berikut ini5) : tidak lepas dari peristiwa gempabumi.
Berdasarkan sejarah kejadian gempa
disekitar Selat Sunda, telah terjadi beberapa kali
gempa besar .Berdasarkan histori kegempaan
tersebut, diketahui bahwa telah terjadi tiga
kali gempa kuat (strong /
± 7 Skala Richter), tepatnya dua kali terjadi
disekitar Kota Agung dan sekali di utara Ujung
Kulon. Bahkan berdasarkan data dari
International Seismological Centre6), gempa
tersebut terjadi dalam kurun waktu 1961
sampai 1981. Hal ini menunjukkan bahwa
masa perulangan gempa-gempa tersebut tidak
begitu lama, khususnya untuk Kota Agung,
dimana dalam kurun 20 tahun telah terjadi dua
kali gempa besar. Dengan demikian adalah
Gambar 2.Peta rendaman Cilegon untuk sangat mungkin peristiwa ini akan terjadi lagi
skenario Mw=8.0 di Sekitar Selat Sunda.

6 Edyanto. CB. H.,


Mengingat hal tersebut, alangkah bijaknya, bila Ancaman tsunami ini akan muncul dalam tiga
kita melakukan tindakan antisipatif untuk bentuk sumber, yaitu tsunami yang ditimbulkan
memperkecil terjadinya kerugian, baik harta oleh longsoran material bawah laut (mengingat
benda lebih-lebih nyawa bila gempa tersebut di Selat Sunda berkembang struktur graben /
terjadi. bertebing curam), letusan gunungapi (Anak
Telah dilakukan berbagai penelitian Krakatau) dan deformasi pada zona subduksi di
kebumian di Selat Sunda, seperti pengukuran barat dan baratdaya Sumatera Selatan.
gaya berat, paleomagnetik dan geokimia. Dari
penelitan tersebut diketahui bahwa di daerah 3.3. Bahaya Bencana Tsunami
Selat Sunda terdapat dua struktur graben dan Pengkajian bahaya tsunami dilakukan
suatu busur seismik dangkal yang berarah utara dengan pemodelan tsunami. Dalam
selatan. Berdasarkan studi paleomagnetik pemodelan numerik tsunami, data-data yang
diperkirakan Pulau Sumatera talah mengalami diperlukan adalah data parameter gempa, data
pergeseran memutar searah jarum jam relatif batimetri (kedalaman air) dan data topografi.
terhadap Pulau Jawa sejak 2 juta tahun yang Data parameter gempa seperti kedalaman
lalu dengan kecepatan 5-10º / juta tahun dan gempa, panjang dan lebar gempa, sudut-sudut
telah berputar lebih dari 20°. Dengan adanya strike, dip, slip dan dislokasi dapat diperoleh
proses perputaran ini Wilayah Selat Sunda ini dari USGS dan BMG, sedangkan data batimetri
telah mengalami pembukaan sejak 2 juta dan topografi diperoleh dari Gebco, SRTM
tahun lalu atau sebelumnya (ibid). Dan proses yang telah diverifikasi dengan hasil ground
inilah yang mungkin membuka peluang check di lapangan.
terbentuknya gunungapi (Kompleks Krakatau) Data-data yang diperlukan dalam
yang mampu menghasilkan material pemodelan numerik ini adalah data parameter
piroklastik asam dalam jumlah yang sangat gempa, data batimetri (kedalaman air) dan data
besar. Terdapat beberapa hal penting yang topografi. Data parameter gempa seperti
berkaitan dengan potensi terjadinya kedalaman gempa, panjang dan lebar gempa,
gempabumi dan intensitasnya, yaitu tingkat sudut-sudut strike, dip, slip dan dislokasi dapat
keaktifan sesar yang ada, kompleksitas struktur diperoleh dari USGS dan BMG, sedangkan
sesar yang ada dan tipe batuan yang akan data batimetri dan topografi diperoleh dari
mempengaruhi lama tidaknya pengumpulan Gebco, SRTM yang telah diverifikasi dengan
energi dalam tubuh batuannya. hasil ground check di lapangan.
Daerah Selat Sunda disusun oleh
batuan-batuan berumur Miosen (sedimen dan 3.4 Upaya Mitigasi Bencana Tsunami
volkanik), Pliosen (sedimen dan volkanik), Langkah untuk mengurangi dampak dari
volkanik Pleistosen, Kuarter (tuf dan batuan tsunami dapat dilakukan dalam dalam bentuk7)
volkanik lainnya) dan alluvial. Jenis batuan dan mitigasi struktur dengan memperkuat bangunan
soil sangat penting untuk dipetakan secara dan infrastruktur yang berpotensi terkena
detail, khususnya tempat dimana bangunan- bencana, seperti membuat kode bangunan,
bangunan berada, karena sifat fisik tanah dan desain rekayasa, dan konstruksi untuk menahan
batuan inilah yang berperan dalam menghadapi serta memperkokoh struktur ataupun
gangguan baik goncangan gempanya maupun membangun struktur bangunan penahan
arus gelombang tsunaminya. longsor, penahan dinding pantai, dan lain-lain.
Daerah Kota Agung bila dilihat dari Selain itu upaya mitigasi juga dapat dilakukan
kondisi geologisnya sangat berpotensi untuk dalam bentuk non struktural, diantaranya
dilanda bencana gempa bumi dan tsunami. seperti menghindari wilayah

Analisa Kebijakan Penataan Ruang,... J.Tek. Ling. 12 (3): 309 - 318 7


bencana dan konstruksi untuk menahan serta dan upaya penjinakan kekuatan arus yang akan
memperkokoh struktur ataupun masuk kedalam kawasan perkotaan.
membangun struktur bangunan penahan Perlindungan terhadap kawasan terbangun
longsor, penahan dinding pantai, dan lain- lain. (built up area) lingkungan fisik perkotaan
Selain itu upaya mitigasi juga dapat perlu memanfaatkan kedua pendekatan mitigasi
dilakukan dalam bentuk non struktural, struktural maupun non struktural. Perlindungan
diantaranya seperti menghindari wilayah dalam kawasan pembatas kota dan garis pantai
bencana dengan cara membangun menjauhi akan mempertahankan perlindungan alam
lokasi bencana yang dapat diketahui melalui dalam bentuk hutan bakau sebagai sabuk hijau
perencanaan tata ruang dan wilayah serta alam (green belt) yang akan melindungi
dengan memberdayakan masyarakat dan hantaman gelombang tsunami ketika mencapai
pemerintah daerah. daratan sehingga gerakan air dapat
Kerusakan lingkungan pesisir akibat diperlambat karena adanya hutan bakau.
bencana dapat diminimalisasi dengan Pratikto8), melalui studinya pada 2002,
berbagai cara. Salah satunya dengan mengatakan, ekosistem mangrove juga dapat
melakukan upaya pengelolaan sumberdaya menjadi pelindung secara alami dari bahaya
(ekosistem) yang ada dikawasan pesisir secara tsunami. Hasil penelitian yang dilakukan di
baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan Teluk Grajagan, Banyuwangi, Jawa Timur,
langkah-langkah yang sistematis dan menunjukkan, dengan adanya ekosistem
menyeluruh sebelum dilakukan mangrove telah terjadi reduksi tinggi
pengembangan dan pemanfaatannya dalam gelombang sebesar 0,7340, dan perubahan
skala yang lebih luas lagi. Disamping, perlu energi gelombang sebesar (E) = 19635,26
juga konsep atau model mitigasi lingkungan joule).
pesisir yang dapat dijadikan bahan acuan untuk Perlindungan lain di garis pantai adalah
mengatasi degradasi lingkungan pesisir yang pembangunan penahan dinding pantai penahan
terus berlangsung tersebut. secara horizontal maupun vertikal yang akan
berfungsi sebagai penahan gelombang dan
3.5. Konsep Penataan Ruang Kota memperlemah daya desak air kearah daratan.
Pantai Dengan demikian mitigasi struktur dapat pula
dilakukan dengan mempertahankan struktur
Peristiwa bencana tsunami yang alami seperti tegakan hutan mangrove yang
dahsyat di Propinsi Aceh khususnya kota biasanya terdapat dipinggir pantai, yang
Banda Aceh memberikan gambaran akan arti selanjutnya dilakukan perlakuan khusus pada
pentingnya penataan ruang kota yang kawasan yang masuk dalam kategori stabil,
harus mempertimbangkan dampak dari aspek yakni pada kawasan yang berada pada stadia 5
kebencanaan serta posisi geografis dari ataupun stadia 6 (lihat Gb. 3).
lempeng bumi, sumber sumber kebencanaan P e m b an gu na n fi si k p er ko t a an
dan keterkaitannya dengan pergerakannya serta perlu untuk ditata kembali dengan
kemungkinan dampak yang ditimbulkannya. mempertimbangkan struktur bangunan, tata
Dari peristiwa tersebut dapat diukur hingga letak dan perlindungan terhadap desakan air
seberapa jauh aliran air laut masuk kedaratan, yang masuk ke dalam kota serta mengurangi
ketinggian air, waktu, kecepatan arus dan sebanyak mungkin jalur jalan yang vertikal
perilaku air, sehingga dapat diperhitungkan terhadap garis pantai serta membangun
lokasi permukiman yang baru, sistem preventif bangunan secara linier pada jalan yang sejajar
terhadap besarnya dan kecepatan arus yang dengan garis pantai (lihat Gb 4). Kerusakan
menuju kedaratan yang selanjutnya dapat akibat tsunami yang dahsyat yang dialami oleh
dibangun tanggul penahan gelombang kota Banda Aceh

8 Edyanto. CB. H.,


pada tahun 2004 adalah kecilnya halangan dari mitigasi yang berimplikasi pada
terobosan air laut yang masuk kedalam kota upaya untuk melindungi agar tidak ada
karena struktur jalan yang vertikal terhadap sumberdaya yang hilang. Seperti
garis pantai, bahkan sebuah kapal yang perlindungan waduk.
beratnya ratusan ton mampu ‘mendarat’ 4. Replacement sebagai sebuah bentuk
kedalam kota hingga sejauh 5 km dari tempat melindungi sumberdaya dengan
asalnya ditepi laut. memanfaatkan ruang yang ada
Secara konsepsional penataan ruang kota kemudian melakukan relokasi keruang
pantai perlu untuk mempertahankan lainnya.
perlindungan garis pantai dengan bangunan
penahan dan pemecah kekuatan gelombang dan 3.5.1 Penataan Ruang Pantai
kearah darat dibutuhkan zona Sewajarnya bila semua tata ruang kota di
perlindungan alam dalam bentuk tegakan Indonesia juga harus memperhitungkan aspek
hutan bakau. Pembatas antara hutan mitigasi bencana alam gempa dan tsunami
bakau dan lingkungan fisik perkotaan dapat kedalam setiap perencanaan fisik
dibangun tembok pembatas baik yang terbuat perkotaan terutama di kawasan pesisir,
dari tembok maupun batu batuan ataupun sehingga bisa meminimalisasi korban jiwa
gundukan tanah dengan ketinggian tertentu jika terjadi bencana.Kurangnya informasi,
yang dibangun memanjang sejajar dengan garis petunjuk (guidance) dalam perencanaan
pantai. Di dalam kota perencanaan tata letak seperti aspek geologi (seperti peta terperinci
diarahkan untuk penataan bangunan dan jalan mengenai patahan, banjir, longsor dsb)
yang sejajar pula dengan garis pantai dan mengakibatkan masyarakat telah membangun
menyarankan untuk dapat mengembangkan kembali kotanya tanpa memperhatikan kaidah
bentuk bangunan dalam bentuk rumah keamanan dan bencana. Dalam setiap langkah
panggung yang memiliki tiang penyangga yang untuk penataan ruang wilayah pantai
kuat. Satu satunya bangunan yang berdiri yaitu dalam perencanaan, pemanfaatan dan
ditengah bencana tsunami di Banda Aceh pengendalian ruang aspek kemitigasian
adalah bangunan mesjid yang memiliki tiang bencana perlu untuk dipertimbangkan. Dalam
penyangga dan dinding yang tidak menutup perencanaan kawasan pantai pertimbangan
seluruh bangunan. untuk perlindungan terhadap sempadan pantai
Prinsip mitigasi bencana di suatu telah ditetapkan melalui penetapan garis
wilayah mencakup9): sempadan pantai, namun perlindungan terhadap
1. Peningkatan antisipasi kerusakan hutan bakau misalnya belum mendapat
adalah sebuah bentuk mitigasi yang perhatian terutama ditinjau dari sisi
menunjukkan‘ peningkatan implementasi kegiatan proyek
penanganan’ kerusakan sederhana dari (implementation action) seperti penimbunan
sebuah ekosistem. Misalnya, pemugaran pantai (land reclamation) dan pengelolaan
sirkulasi air. Lalu, diperbaiki ulang. untuk perikanan tambak (fishpond culture) .
2. Meminimumkan (reduksi) dampak Hal ini sangat berkaitan dengan perlindungan
adalah sebuah model dari mitigasi untuk terhadap lingkungan fisik dan kelangsungan
mengurangi dampak kegiatan pengerukan kehidupan mahluk air, sehingga dibutuhkan
dan penambangan pasir demi melindungi penilaian ilmiah berdasarkan riset untuk
habitat pemijahan dan menghindari penetapan besaran ruang bagi setiap
gangguan terhadap benih dan sumberdaya perencanaan di kawasan pantai.
3. Kompensasi juga salah satu bentuk Pemanfaatan ruang pantai dari
daratan hingga laut dalam penting untuk
dipertimbangkan terutama bila menyangkut

Analisa Kebijakan Penataan Ruang,... J.Tek. Ling. 12 (3): 309 - 318 9


kepentingan kehidupan perekonomian 3.5.2. Perlindungan Terhadap Kawasan
masyarakat dan transportasi laut. Pantai
Manusia merupakan objek bagi
perlindungan dikawasan pantai. Dalam
G aris pantai dan struktur penahan gelom bang
banyak kasus perlindungan terhadap
keselamatan manusia sering terlupakan

Pesisir pantai
H utan bakau (jalur hijau

Lahan kosong pembatas Tanggul Pelindung

K aw asan Terbangun (built up

Gambar 3. Konsep Perlindungan Tsunami di


Kawasan Pantai

Pembangunan fisik pelabuhan,


pembuatan pertambakan, pembangunan bunker
perminyakan, jalur transportasi laut, sistem
pertahanan militer, aspek kepariwisataan
bahari, dsb membutuhkan keterpaduan yang
berpijak pada aspek perlindungan lingkungan
sehingga perlu untuk ditata dalam koridor
penataan ruang. Pengendalian ruang pantai
dibutuhkan untuk memberikan batasan
sejauhmana pengelolaan pantai telah
melampaui batas kemampuannya untuk
diberikan beban yang lebih dalam
pembangunan fisiknya, sehingga kedepan tidak
terjadi pemanfaatan ruang yang tidak terkendali.

10 Edyanto. CB. H.,


dalam perencanaan penataan ruang
wilayah, sehingga kejadian tsunami selalu
membawa korban jiwa. Wilayah pantai yang
memiliki kawasan dataran tinggi, dapat
memanfaatkannya sebagai area evakuasi, namun
kawasan kepulauan kecil sering tidak
memilikinya, sehingga dibutuhkan bangunan
buatan manusia (artificial building) untuk
perlindungannya. Beberapa bangunan pantai
seperti pelabuhan, shelter dsb dapat digunakan
untuk tujuan tersebut. Di Jepang di kota Aonae
atap pelabuhan perikanannya dibeton dan
terbuka serta diberikan tangga sehingga dapat
digunakan untuk lokasi evakuasi. Demikian
juga bangunan shelter yang ada dibuat
bertingkat untuk wadah evakuasi. Namun bila
tidak terjadi tsunami, lokasi inti dapat digunakan
untuk sekolah dan keperluan warga lokal. Untuk
kondisi yang terpencil seperti pulau pulau kecil,
bangunan perlindungan tersebut dapat dibuat
dari bahan lokal seperti pohon kelapa sebagai
pilarnya dengan ketinggian tertentu dengan luas
bangunan disesuaikan dengan areal yang
tersedia dan berada ditengah tengah atau dekat
dengan lingkungan permukiman. Bangunan lain
yang dapat didirikan adalah tembok laut dan
tanggul pantai. Kota Padang menggunakan
tembok pantai sejajar dengan garis pantai dan
susunan batuan yang menjorok kelaut sebagai
penahan gelombang. Selain itu dapat dilakukan
dengan memanfaatkan tripod sebagai
pemecah gelombang laut (break water) serta
mengurangi tekanan terhadap kawasan pantai
serta pintu penahan tsunami dimulut muara
sungai. Disamping itu terdapat usaha lain yang
bersifat preventif dan non fisik yakni dengan
menerapkan zonasi penataan kawasan pantai
dan penataan ruang kota/ wilayah yang ramah
terhadap bencana tsunami, melakukan relokasi
pemukiman dan penanaman bakau serta
perlindungan terhadap hutan bakau.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

• Kota kota pantai membutuhkan

Analisa Kebijakan Penataan Ruang,... J.Tek. Ling. 12 (3): 309 - 318 11


perlindungan terhadap kemungkinan DAFTAR PUSTAKA
terjadinya bencana tsunami. Aspek
kemitigasian tsunami khususnya perlu 1. Bakornas PBP, 2002,Arahan Kebijakan
untuk dirangkum secara terpadu Mitigasi Bencana Perkotaan di
dalam penyusunan rencana induk Indonesia” S e k r e t a r i a t B adan
kotanya, yang terkait baik dalam Koordinasi Nasional Penanggulangan
proses perencanaan, pemanfaatan dan Bencana Dan Penanganan Pengungsi
pengendalian ruangnya, dan , Jakarta,
disosialisasikan sekaligus menjadi 2. Mahfud, 2009.’ Harian Pikiran Rakyat,
pedoman dal am pelaksanaan Bandung, Senin 07 September 2009
pembangunan kotanya. 3. World Habitat Day 2009, Planning Our
• Diperlukan perlindungan secara fisik Urban Future. UN-Habitat
dapat dilakukan dengan merealisasikan 4. Diposaptono, Subandono dan Budiman,
bangunan pantai seperti tembok 2008.Hidup Akrab Dengan Gempa
pantai dalam bentuk bentangan tripod dan dan Tsunami, Bogor, Penerbit Buku
pemecah gelombang, serta Ilmiah Populer.
mewujudkan hutan bakau sepanjang 5. Hamzah Latief DR Meng.’ Model Run-
pantai. Up Tsunami Cilegon-Anyer, Banten
• Disarankan untuk dapat 6. Rahmat Kurnia, Yonvitner, Seo IL Gyo,
mengembangkan bentuk bangunan dalam Mujijat Kawaroe, Budi Sugianti, Efi
bentuk rumah panggung yang memiliki Toding Tondok, 2005, Pengelolaan
tiang penyangga yang kuat dipemukiman Ekosistem Dan Mitigasi Bencana
pantai untuk arena evakuasi Di Wilayah Pesisir’, Sekolah Pasca
• Membentuk kerjasama antara berbagai Sarjana IPB.
pihak, baik dari pemerintah, swasta 7. Rachmat Agus Dr.Ir. 2005, Manajemen
maupun masyarakat dalam proses Dan Mitigasi Bencana’ Kepala Badan
penyiapan dan pelaksanaan kegiatan Pengendalian Lingkungan Hidup
mitigasi bencana tsunami Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat.
• Memformulasikan dan mengimplemen 8. Pratikto, W, A. 2004. Mitigasi Bencana
tasikan rencana tindak (action plan) Tsunami, Artikel Republika, 31
kolaborasi antara berbagai pihak. Desember 2004
Rencana ini harus disusun berdasarkan 9. Clarks, J. R. 1996. Coastal Zone
prioritas, tujuan, indikator, kerangka Management Handbook. Lewis
waktu dan sistem pemantauan. Publisher. 693 p.

12 Edyanto. CB. H.,

Anda mungkin juga menyukai