Anda di halaman 1dari 2

REFLEKSI MATERI

MATA KULIAH PSIKOLOGI TIMUR

Pertemuan : 07

Pokok Bahasan : Konsep-Konsep Penting dalam Ajaran Konfusius dan Tao

Tanggal Pertemuan : 5 Oktober 2022

Nama Lengkap : Ning Gendis Hanum Gumintang

NIM : 15000120140154

Pengampu : Dr. Hastaning Sakti, M.Kes, Psikolog

Isi refleksi:

Pada pertemuan ketujuh, pokok bahasannya adalah mengenai ajaran Tao. Dalam pertemuan ini, Pak Hans
menjabarkan beberapa bab (1, 25, 42, 48, dan 63) dalam kitab Tao yang disampaikan Lao-Tzu kepada
seorang penjaga perbatasan. Kitab bab 1 membahas tentang Tao yang tanpa nama dan misteri. Tanpa
keinginan, kita dapat melihat sesuatu yang inti. Dengan keinginan, yang bisa kita lihat hanya tampilan
luarnya. Meskipun demikian, tampilan luar sama dengan yang inti, hanya saja mungkin terhalang adanya
keinginan tadi sehingga tidak langsung terlihat. Tampilan luar juga menjadi kesatuan dengan yang inti.
Namun, kesatuan tersebut masih misteri. Misteri tersebut adalah awal dari sesuatu yang dapat disebut
juga dengan Tao. Tao di sini mengatur keseimbangan, maksudnya adalah ketika manusia merasakan
kesenangan dan kesedihan, keduanya sama-sama tidak ada yang abadi dan manusia tidak bisa terus
condong pada salah satu sisi saja. Kesusahan yang kita rasakan pasti akan ada saatnya menjadi
kebahagiaan dengan melihat Tao, tetapi kebahagiaan tersebut juga tidak selamanya kita rasakan atau
dengan kata lain kita juga akan merasa kesedihan.

Kemudian pada bab 42, berisi tentang Tao yang menjadi 1, 2, 3, dan menjadi sesuatu. Segala sesuatu itu
adalah yin-yang, semuanya menyatu menjadi harmoni. Harmoni yang menjadi keseimbangan ini terjadi
ketika kita dapat melepaskan keinginan. Pada kenyataannya, memang tidak ada yang benar-benar tanpa
keinginan, tetapi jangan sampai mengganggu keseimbangan tadi. Dalam yin-yang juga ditekankan untuk
lebih berhati-hati dalam kehidupan sehari-hari. Kita tidak boleh semena-mena pada hal lain, karena di
antara dua hal, ketiadaan salah satu sama dengan menghilangkan keduanya. Ketika kita berbuat baik atau
menyakiti orang lain, hal itu sama saja dengan kita berbuat baik atau menyakiti diri sendiri.
Hal yang dapat saya refleksikan dari materi di pertemuan ini adalah mengenai pentingnya menjaga
keseimbangan dengan cara menerima segala hal dengan sepenuh hati, mengikuti jalan takdir yang
dipilihkan oleh Tuhan, entah kita mengetahui atau tidak mengetahuinya. Dalam ajaran Islam, sejauh
pengetahuan saya hal ini disebut juga dengan tawakal, yakni sikap membebaskan diri dari segala
ketergantungan pada selain Allah SWT (melepaskan keinginan) dan menyerahkan keputusan mengenai
segala sesuatu kepada Allah SWT (menyatu). Sampai saat ini banyak masa sulit dalam hidup saya yang
dapat terlewati ketika saya menyerahkan semuanya kepada Tuhan dan tidak memaksakan keinginan diri
sendiri. Justru hasilnya lebih baik dari apa yang bisa saya pikirkan sehingga mulai dari sana saya belajar
untuk lebih bertawakal.

Anda mungkin juga menyukai