Anda di halaman 1dari 27

SISTEM SENSORIMOTOR

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Biopsikologi Kelas 3


Dosen Pengampu: Annastasia Ediati, S.Psi., M.Sc., Ph.D., Psikolog

Disusun oleh:

1. Hesa Azka Basyara 15000120140113


2. Najmi Nurfaza Anindita 15000120140147
3. Ning Gendis Hanum Gumintang 15000120140154
4. Aulia Luthfitarini 15000120140171
5. Lulu Maulida Amry 15000120140210
6. Kiara Candra Puspita 15000120140212
7. Wibawa Yesaya Badia Brahmana 15000120140243
8. Hetty Indria Aulia 15000120140144

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

Oktober, 2020

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................... i

BAB I: PENDAHULUAN.............................................................................. 1

1. Latar Belakang ................................................................................... 1


2. Tujuan ................................................................................................. 2
3. Manfaat ............................................................................................... 2

BAB II: PEMBAHASAN .............................................................................. 3

1. Prinsip Fungsi Sensorimotor ............................................................ 3


2. Bagian Otak yang Terkait dengan Sensorimotor ........................... 5
3. Sumsum Tulang Belakang Sensori Motor dan Gerak Refleks ...... 11
4. Pengendalian Gerak oleh Otak ......................................................... 13

BAB III: KESIMPULAN .............................................................................. 15

SOAL PILIHAN GANDA.............................................................................. ii

SOAL URAIAN .............................................................................................. iii

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... iv

SENARAI ........................................................................................................ v

i
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Kebanyakan manusia pasti menggunakan tubuhnya untuk bergerak setiap


hari. Baik untuk makan, berjalan, bekerja, belajar, bahkan di saat tidur, manusia
akan tetap bergerak. Gerakan ini ada yang sifatnya sadar dan tidak sadar. Gerak
sadar seperti menutup pintu, menulis, menggunakan telepon genggam, memasak,
diatur oleh sistem saraf somatik. Sedangkan gerak tidak sadar diatur oleh sistem
saraf otonom, misalnya bernapas, kedipan mata, detak jantung, serta sistem
pencernaan. Kedua sistem saraf ini merupakan bagian dari sistem saraf pusat yang
berada di otak dan sumsum tulang belakang.

Otak manusia berfungsi untuk menjadi pusat pengaturan serta koordinasi


dari emosi, gerakan, ingatan, fungsi organ tubuh, keseimbangan tubuh, aktivitas
motorik, dan sebagainya . Organ ini terbentuk dari 100-200 milyar sel aktif yang
saling berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual kita
serta 90 persen sel glia dari tubuh kita. Setiap bagian otak memiliki fungsinya
masing-masing agar tubuh dapat bekerja secara optimal.

Tanpa adanya sistem yang mengatur, proses munculnya gerakan akan


kacau dan membingungkan. Bayangkan jika kita harus berjalan tanpa arah atau
memakan batu karena alat indra, otak, dan saraf tidak bekerja secara terorganisir
untuk sehingga gerakan tidak terkontrol. Oleh karena itu, sistem sensori dan
motorik sangat penting pada tubuh kita.

Terdapat mekanisme koordinasi dan pengendalian sistem saraf


sensorimotor yang bagian serta proses kerjanya akan dijelaskan lebih lanjut pada
makalah ini. Termasuk gerak refleks yang merupakan bagian dari gerak tak sadar
manusia.

1
2. Tujuan
Tujuan dari makalah ini, yaitu:
2.1 Mengetahui tiga prinsip fungsi sensorimotor
2.2 Mengetahui bagian-bagian otak yang terkait dengan sensorimotor
2.3 Mengetahui bagian-bagian sumsum tulang belakang serta kaitannya
dengan gerak refleks
2.4 Mengetahui sistem pengendalian gerak olaeh otak

3. Manfaat

Melalui pembahasan dalam makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu


memahami proses sensorimotor dalam tubuh manusia melalui bagian, fungsi,
serta cara kerjanya yang berguna sebagai dasar untuk mempelajari ilmu-ilmu
dalam program studi Psikologi selanjutnya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Sistem saraf berfungsi untuk menerima rangsangan, mengantarkannya ke


otak untuk dipersepsikan, lalu dikeluarkan menjadi reaksi atau respons. Sistem
sensorislah yang memiliki tugas untuk merasakan rangsang dari alat indra
manusia (mata, hidung, lidah, telinga, dan kulit) jika terjadi perubahan dari luar,
terutama untuk memproteksi tubuh, lalu mengirimkan sinyalnya ke otak melalui
saraf sensoris. Setelah diproses oleh otak, saraf motorik akan memberikan output
berupa reaksi atau bisa juga berupa gerakan. Proses ini disebut dengan sistem
motorik, yakni sistem yang mengatur segala gerakan pada manusia. Pusatnya
gerakan tersebut berada di otak, yaitu area motorik di korteks, ganglia, basalis,
dan cerebellum.

1. Prinsip Fungsi Sensorimotor

Sensorimotor memiliki tiga prinsip yang menjadi fondasi sensorimotor.


Tiga prinsip ini merupakan sistem pengontrolan output yang telah berevolusi di
lingkungannya.

1.1 Sistem Sensorimotor Terorganisasi secara Hierarkis

Menurut Graziano (2009), operasi sistem sensorimotor dan sebuah


perusahaan besar yang efisien dikendalikan oleh perintah-perintah yang turun
ke bawah melalui tingkat-tingkat hierarki, dari korteks asosiasi (tingkat
tertinggi) ke otot-otot (tingkat terendah). Keunggulan organisasi hierarkis ini
adalah tingkat-tingkat yang lebih tinggi dalam hierarki dibiarkan bebas
melakukan fungsi yang lebih kompleks.

Menurut Cisek dan Kalaska (2010) sistem sensorimotor memiliki


sistem hierarkis paralel. Di mana sinyal-sinyal mengalir di antara berbagai

3
tingkat melalui banyak jalur. Struktur ini memungkinkan korteks asosiasi
menerapkan kontrol tingkatan hierarki yang lebih rendah. Contohnya, korteks
asosiasi dapat menghambat secara langsung refleks kedipan mata untuk
memungkinkan masuknya lensa kontak.

Hierarkis sensorimotor juga ditandai oleh segregasi fungsional.


Artinya, setiap tingkat hierarkis sensorimotor cenderung terdiri atas unit-unit
(struktur-struktur neural) yang berbeda dan menjalankan fungsi masing-
masing.

1.2 Output Motorik Dipandu oleh Input Sensori

Sistem sensorimotor melakukan pemantauan efek aktivitas-


aktivitasnya dan menggunakan informasi tersebut untuk menyempurnakan
aktivitasnya (Azim, Fink & Jessell, 2014; Danna & Velay, 2015). Mata,
organ-organ keseimbangan, dan reseptor-reseptor di kulit, otot, dan persendian
memantau respons tubuh dan memberi feedback ke sirkuit sensorimotor.

Sensory feedback ini berperan penting dalam mengarahkan


kesinambungan berbagai respons yang dihasilkannya. Satu-satunya yang tidak
dipengaruhi oleh feedback sensori adalah ballistic movements (gerakan
balistik)—gerakan-gerakan pendek, all-or-none, dan berkecepatan tinggi—
seperti menepuk lalat.

1.3 Belajar Mengubah Sifat dan Lokus Kontrol Sensorimotor

Perubahan-perubahan terjadi selama proses belajar sensorimotor


(Basset et al., 2015). Selama tahap-tahap awal belajar motorik, setiap respons
individual dikerjakan di bawah kontrol yang disadari, kemudian setelah
banyak latihan, respons individual terorganisasi menjadi sekuensi-sekuensi
yang terintegrasi secara berkesinambungan. Tindakan ini disesuaikan oleh
feedback sensori tanpa regulasi sadar. Kebanyakan pembelajaran sensorimotor
memiliki ciri organisasi respons-respons individual menjadi program-program
motorik berkesinambungan dan transfer pengontrolan mereka ke tingkat-
tingkat sistem saraf yang lebih rendah.

4
2. Bagian Otak yang Terkait dengan Fungsi Gerak
2.1 Korteks Asosiasi Sensorimotor

Korteks asosiasi berada di puncak urutan sensorimotor, korteks asosiasi


sensorimotor terbagi menjadi dua dan masing-masing memiliki fungsi yang
berbeda, yaitu:

2.1.1 Korteks asosiasi parietal posterior

Korteks asosiasi
parietal posterior
(neokorteks parietal
letaknya posterior
terhadap korteks
somatosensorik primer)
berperan dalam
mengintegrasikan kedua
macam informasi dan
dalam mengarahkan
perhatian. Pada bagiannya, banyak output korteks parietal posterior
menyebar ke daerah korteks motorik, yang berlokasi di korteks frontal.

Kerusakan pada korteks parietal posterior dapat mengakibatkan


berbagai defisit sensorimotor, seperti defisit dalam persepsi dan ingatan,
defisit dalam meraih atau memegang secara akurat, dan defisit dalam
mengatur gerakan mata serta defisit dalam pemusatan perhatian. Apraxia
(apraksia) dan collateral neglect adalah akibat paling fatal dari kerusakan
korteks parietal posterior.

Apraxia (apraksia) adalah gangguan gerakan disengaja yang tidak


dapat didistribusikan pada sebuah defisit motorik sederhana, (contoh: pada
kelumpuhan atau kelemahan) atau pada defisit apa pun dalam
komprehensi atau motivasi.

5
Contralateral neglect adalah gangguan pada kemampuan pasien
untuk merespon stimulus pada sisi tubuh yang berlawanan (kontralateral)
dengan sisi lesi otak, tanpa disertai adanya defisit sensorik atau defisit
motorik sederhana. Pasien Dengan contralateral neglect sering berperilaku
seakan sisi kiri dunianya tidak ada, dan mereka tidak tahu bahwa mereka
memiliki masalah. Kebanyakan pasien dengan contralateral neglect
mengalami kesulitan dalam merespon hal-hal yang berada di sebelah kiri.

2.1.2 Korteks Asosiasi Prefrontal Dorsolateral

Korteks Asosiasi Prefrontal Dorsolateral berfungsi menerima


proyeksi-proyeksi dari korteks parietal posterior dan mengirimkan
proyeksi tersebut ke daerah korteks motorik sekunder, korteks motorik
primer, dan ke medan mata frontal. Respons neuron prefrontal dorsolateral
dapat menunjukkan bahwa keputusan untuk menjadikan gerakan yang
disengaja dapat diambil di daerah korteks ini, tetapi keputusan ini
bergantung pada interaksi kritis dengan korteks parietal posterior.
Aktivitas sebagian neuron bergantung pada:

a. Karakteristik objeknya
b. Lokasi objek
c. Kombinasi antara keduanya (karakteristik objek & lokasi objek)

Aktivitas neuron-neuron prefrontal dorsolateral lainnya


berhubungan dengan responnya, bukan terhadap objeknya.

2.2 Korteks Motorik Sekunder


2.2.1 Area

Korteks motorik sekunder adalah daerah yang menerima banyak


input dari korteks asosiasi dan mengirimkan banyak output ke korteks
primer. Ada dua daerah korteks sekunder yang diketahui. Kedua daerah
ini terlihat jelas di permukaan lobus lateral frontal. Pertama Daerah
motorik suplementer, Daerah ini menutupi bagian puncak lobus frontal
dan memanjang menurun permukaan medialnya ke dalam fisura

6
longitudinal. Korteks premotorik, ini mengalir dalam bentuk strip dari
daerah motorik suplementer ke fisura lateral.

Dari penelitian neuroanatomi dan neurofisiologi pada kera


ditemukan paling tidak ada delapan korteks motorik sekunder di masing-
masing hemisfer, dengan subdivisinya masing-masing (Nachev, Kennard,
& Husain, 2008), yaitu tiga daerah motorik suplementer yang berbeda
(SMA, preSMA, dan Medan mata suplementer), dua daerah premotorik
(dorsal dan ventral), serta tiga daerah kecil di korteks girus singulat. Agar
disebut sebagai daerah motorik sekunder, sebuah daerah harus
dihubungkan dengan tepat ke daerah sensoris lainnya. Menurut Pearce
dan Moran (2012), umumnya, daerah korteks motorik sekunder terlibat di
dalam pemrograman pola-pola gerakan tertentu setelah menerima
instruksi dari korteks prefrontal dorsolateran. Bukti-bukti tentang fungsi
seperti itu berasal dari studi-studi penciptaan otak. Di mana pola aktivitas
di otak diukur sementara relawan membayangkan performanya sendiri di
sejumlah gerakan tertentu atau merancang performa gerakan yang sama
(Olshansky et al., 2015; Park et al., 2015)

2.2.2 Mirror Neurons

Mirror Neurons adalah neuron-neuron yang menembak ketika


individu melakukan gerakan tangan tertentu yang mengarah ke tujuan

7
atau melihat gerakan yang mengarah ke tujuan yang sama yang dilakukan
orang lain. Mirror Neurons ini ditemukan awal tahun 1990-an di
Laboratorium Giacorno Rizzolatti (Ferrari & Rizzolatti, 2014). Rizzolatti
dan rekan-rekannya mempelajari sekelompok neuron premotorik ventral
kera makaka yang terlihat mengode objek-objek tujuan tertentu. Yang
artinya neuron-neuron ini menembak ketika kera meraih sebuah objek,
tetapi tidak menebak ketika kera meraih objek lain. Lalu, para peneliti
melihat sesuatu yang aneh. Sebagian neuron-neuron ini menembak kuat
ketika kera mengamati eksperimenter mengambil objek yang sama. Mirror
Neurons di dalam korteks premotorik ventral memberikan kemungkinan
mekanisme untuk pengetahuan tentang persepsi, ide, dan intensif orang
lain. Menetapkan tindakan orang lain ke dalam repetoar tindakan sendiri
yang akan memfasilitasi pemahaman sosial, kerja sama, dan imitasi
(Bernhardt & Singer, 2012; Cook et al., 2014; Heyes, 2010; Ocampo &
Kritikos, 2011; Rizzolatti & Sinigaglia, 2010).
Meskipun lebih dari 300 studi yang telah dipublikasikan tentang
mirror system pada manusia, deskripsi tentang mirror neurons pada
manusia masih jarang (Molenberghs, Cunnington, & Mattingly, 2012).
Kebanyakan penelitian mekanisme mirror neuron manusia berupa studi-
studi MRI. Banyak diantara studi ini telah menemukan daerah-daerah
korteks motorik manusia yang aktif ketika melakukan sesuatu, mengamati,
atau membayangkan tindakan tertentu. (misal, Rizzolatti, Fabri-Destro,
2008; Rodriguez et al., 2008). Tidak ada bukti langsung bahwa Mirror
neuron bertanggung jawab untuk temuan-temuan ini. Ada kemungkinan
bahwa neuron-neuron yang berbeda di daerah-daerah kortikal yang sama
berkontribusi di aktivitas MRI fungsional dalam kondisi-kondisi yang
berbeda. Akan tetapi Mirror mechanisms yang teridentifikasi oleh MRI
fungsional manusia cenderung cenderung berada di daerah-daerah korteks
yang sama seperti yang teridentifikasi pada makaka (Molenberghs et al.,
2012)

8
2.3 Korteks Motor Primer

Korteks motorik merupakan


titik konvergensi utama dari sinyal-
sinyal sensorimotor kortikal, dan
bukan satu-satunya dari sinyal-sinyal
sensorimotor dari korteks serebral.
Korteks ini terletak di prefrontal
gyrus lobus frontal. Susunan
somatopik korteks motorik primer
manusia disebut sebagai homonculus
motoric.

Hampir sebagian besar korteks


motori primer digunakan untuk
mengontrol bagian-bagian tubuh yang
mampu melakukan gerakan-gerakan
rumit, contohnya seperti tangan dan
mulut, Setiap lokasi dalam korteks
motoris primer menerima umpan
balik sensoris dari reseptor-reseptor
dalam otot dan persendian yang
dipengaruhi lokasi tersebut.

Setiap lokasi di korteks motori


primer mengontrol sebuah otot di
bagian kontralateral tubuh dan bahwa setiap neuron akan menghasilkan
gerakan dengan arah tertentu, contohnya adalah stimulasi terhadap lokasi
secara reliabel akan menghasilkan respons menyuap makanan dengan tangan
akan terulur ke depan, lalu telapak tangan tertutup memegang makanan dan

9
membawanya ke mulut, lalu akhirnya mulut terbuka. Penelitian telah
mengungkapkan sebuah organisasi somatotopik kasar yang artinya itu adalah
stimulasi di daerah wajah cenderung membangkitkan gerakan-gerakan di
wajah.

Bukti bahwa banyak neuron korteks motorik primer disesuaikan dengan


gerakan ke arah tertentu telah banyak menerima tantangan, contohnya adalah
bila stimulasi terhadap sebuah lokasi kortikal tertentu menyebabkan siku kiri
menekuk membentuk 90 derajat, respons sebaliknya akan dihasilkan apabila
lengan itu awalnya posisi lurus 180 derajat dan bila ia ditekuk setengahnya
menjadi posisi 45 derajat tetapi titik terakhirnya akan selalu sama, hal ini
berarti bahwa sinyal sinyal dari setiap lokasi di korteks motori primer sangat
divergen sehingga setiap titik tertentu memiliki kemampuan untuk membawa
sebuah bagian tubuh, contohnya lengan ke lokasi target, lalu terlepas dari
posisi awalnya. Hal itu berarti bahwa sistem sensorimotor memang bersifat
plastis.

Lesi besar pada korteks primer dapat mendisrupsi kemampuan pasien


untuk menggerakkan salah satu bagian tubuh, contohnya adalah salah satu jari,
secara independen yang dapat menghasilkan astereognasia yang berarti defisit
dalam stereognosis dan dapat mengurangi kecepatan, keakuratan dan kekuatan
pasien.

2.4 Cerebellum dan Ganglia Basalis

2.4.1 Cerebellum

Cerebellum ditunjukan oleh strukturnya. Meskipun ia hanya


mencakup 10 persen massa otak, berisi lebih dari setengah neuronnya,
cerebellum menerima informasi dari korteks primer dan sekunder. Korteks
primer area yang akan menghasilkan dan mengirim urutan gerakan ke
semua otot sukarela tubuh, ini adalah bagian untuk memerintahkan otot
untuk berkontraksi atau mengencang. Sedangkan sekunder memiliki
peranan pentin juga dalam pemrograman dan perencanaan gerakan dan

10
urutan yang harus diikuti agar dapat melakukan secara tepat dan
terkoordinasi.

2.4.2 Ganglia Basalis

Basal ganglia (ganglia basalis) tidak mengandung neuron sebanyak


serebelum, tetapi dalam arti tertentu mereka lebih kompleks. Ganglia
basalis merupakan sekumpulan nuklei heterogen yang saling terhubung
secara kompleks. Anatomi ganglia basalis menunjukan bahwa seperti
halnya cerebrum, mereka menjalankan fungsi modulatorik. Mereka tidak
mengkontribusi fibra I serabut pada jalur – jalur motorik descending,
tetapi merupakan bagian loops neural yang menerima input kortikal dari
berbagai daerah kortikal dan mentransmisikan kembali melalui talamus ke
berbagai daerah korteks motorik.

3. Sirkuit-Sirkuit Sumsum Tulang Belakang Sensorimotor

Sirkuit-sirkuit motorik sumsum tulang belakang menunjukkan


kompleksitas yang cukup tinggi dalam fungsinya, terlepas dari sinyal-sinyal yang
datang dari otak.

3.1.1 Otot-Otot

Unit-unit motorik adalah unit-unit terkecil aktivitas motorik. Ketika


neuron motorik menembak, semua serabut otot unitnya berkontraksi bersama-
sama. Unit motorik jari dan wajah memungkinkan kontrol motorik
dengan derajat paling tinggi.

a. Setiap unit motorik terdiri atas sebuah neuron motorik tunggal dan semua
serabut otot skeletal individual yang terdapat di inervasinya.

11
b. Sebuah otot skeletal terdiri atas ratusan ribu serabut otot seperti benang
yang dipersatukan dalam sebuah selaput kuat dan diletakkan pada tulang
oleh sebuah tendon.

c. Banyak otot skeletal yang tidak jelas menjadi bagian dari mana fleksor
atau ekstensor.

d. Fleksor bekerja untuk membengkokkan atau melenturkan sendi, dan


ekstensor bekerja untuk meluruskan atau mengulurkannya.

e. Otot bisep dan trisep masing-masing adalah fleksor dan ekstensor sendi
siku.

f. Untuk memahami cara kerja otot, penting disadari bahwa otot memiliki
properti-properti mirip kabel yang elastis dan fleksibel.

3.1.2 Organ-Organ Reseptor Tendon dan Otot

Aktivitas otot skeletal dipantau oleh dua jenis reseptor, yaitu organ-
organ tendon golgi dan gelendong otot. Berikut perbedaannya:

Aspek Organ Tendon Golgi Gelendong Otot/


Pembeda muscle spindles
Perlekatan Melekat pada tendon yang Melekat pada jaringan
menghubungkan setiap otot otot itu sendiri.
skeletal ke tulang.
Kontraksi otot Merespon peningkatan Tidak merespon
ketegangan otot yaitu ketegangan otot.
penarikan otot ditendon yang
bersangkutan.
Perubahan Tidak sensitif terhadap Merespon ketegangan
panjang otot perubahan panjang otot. otot.
Fungsi Memberikan informasi kepada Merespon perubahan-
sistem saraf pusat tentang perubahan kecil pada
ketegangan otot dan panjang otot

12
menjalankan fungsi protektif. ekstrafusalnya.

3.1.3 Refleks Pertentangan

Mekanisme yang dipakai refleks perentangan untuk mempertahankan


stabilitas anggota badan. Contohnya dokter yang mengetukkan palu berkepala
karet ke lutut pasiennya, ekstensi tungkai yang disebabkan oleh ketukan
disebut patellar tendon reflex, sedangkan refleks yang dibangkitkan oleh
kekuatan perentangan disebut stretch reflex.

3.1.4 Refleks Menarik Diri

Withdrawel reflex: bila tangan kita terkena wajan yang sangat panas,
maka otomatis kita akan menarik tangan kita. Sistematika: Refleks menarik
diri (withdrawal reflex) → sebuah stimulus menyakitkan mengenai tangan →
direkam di neuron-neuron motorik otot-otot fleksor lengan selama sekitar 1,6
milisekon.

3.1.5 Intervasi Resiprokal

Reciprocal Innervation adalah salah satu prinsip penting sirkuit


sumsum tulang belakang yang mengacu pada fakta bahwa otot-otot
antagonistik diinervasikan dengan cara reflek menarik diri.

3.1.6 Kolateral Rekuren

Recurrent collateral inhibition adalah inhibisi yang dihasilkan oleh


sirkuit-sirkuit umpan balik lokal. Lalu terdapat interneuron-interneuron
inhibitorik kecil yang memediasi recurrent collateral yang biasa disebut
dengan sel-sel renshaw.

4. Pengendalian Gerak oleh Otak

13
Semua gerakan yang ada pada manusia diatur oleh suatu sistem yang
disebut sistem motorik. Gerakan tersebut diatur oleh pusat gerakan yang ada di
otak, yaitu motorik di korteks, ganglia basalis, dan serebelum.

Pada korteks, dalam hal ini merupakan korteks motorik primer. Korteks
motorik primer menerima banyak output dari korteks motorik sekunder. Korteks
motorik primer ini terletak di girus prefrontal lobus frontal. Fungsi dari korteks ini
banyak digunakan untuk mengontrol atau mengendalikan bagian-bagian tubuh
yang dapat melakukan gerakan-gerakan sulit atau rumit, diantaranya tangan dan
mulut. Korteks ini memiliki tiap-tiap lokasi yang mana sinyal-sinyal dari tiap
lokasi korteks motorik primer ini sangat bercabang-cabang. Oleh karena itu, tiap
titik atau lokasi tertentu mempunyai kemampuan untuk membawa atau
menggerakkan salah satu bagian tubuh, contohnya tangan yang semula lurus
menjadi dapat ditekuk.

Basal ganglia (ganglia basalis) adalah sekumpulan nuklei heterogen yang


saling bergantungan secara kompleks. Ganglia basalis berfungsi dalam proses
pengendalian gerakan kasar dan tidak terampil, seperti mengendalikan gerakan
tangan pada saat berjalan, mengendalikan posisi saat ingin berdiri, dan
sebagainya. Oleh karena itu, ganglia basalis memiliki peran dalam berlatih atau
belajar melakukan respon kebiasaan secara benar atau tepat dan nantinya akan
dapat melakukan gerakan-gerakan tersebut.

Cerebellum (serebelum) mendapatkan informasi dari korteks motorik


primer dan sekunder, sinyal-sinyal motorik dari nuklei motorik batang otak, dan
tanggapan dari respon motorik. Serebelum memiliki peran yang sangat penting
dalam mengatur ketepatan dan kelancaran untuk mengatur aktivitas motorik yang
ada.

14
BAB III

KESIMPULAN

Fungsi sensorimotor pada manusia memiliki struktur yang kompleks,


tetapi bukan berarti tidak dapat dipelajari. Terdapat dua pusat utama untuk
mengontrol fungsi sensorimotor, yaitu otak dan sumsum tulang belakang. Kedua
bagian tubuh ini memiliki perannya masing-masing sebagai sistem saraf pusat
tubuh.

Terdapat tiga prinsip fungsi sensorimotor. Pertama, secara hierarkis,


sinyal-sinyal sensori mengalir di berbagai tingkat melalui banyk jalur untuk
mengontrol bagian yang tingkatnya lebih rendah. Kedua, output motorik dapat
bergantung pada input sensori dalam memberi feedback. Ketiga, semakin sering
kita melakukan sesuatu, respons yang awalnya disadari, lema kelamaan bisa
terjadi secara otomatis tanpa regulasi sadar.

Pada otak, terdapat bagian korteks asosiasi sensorimotor yang terdiri atas
parietal posterior dan prefrontal dorsolateral dengan fungsi yang berbeda.
Kemudian korteks motorik sekunder yang menerima input dari korteks asosiasi
dan mengirimkan output ke korteks primer. Selanjutnya, korteks motorik primer
yang menjadi titik konvergensi utama sinyal-sinyal sensorimotor. Terakhir,
cerebellum sebagai penerima informasi dari korteks primed dan sekunder serta
ganglia basalis sebagai penerima input dari berbagai daerah kortikal yang
selanjutnya dikirimkan melalui thalamus ke daerah korteks motorik.

Selain itu, pengaturan fungsi sensorimotor juga terdapat di sumsum tulang


belakang. Letaknya di bawah medulla oblongata hingga atas perut manusia.

15
Sumsum tulang belakang lebih fokus pada gerakan refleks atau gerakan yang
tidak disadari oleh manusia sebagai hasil dari proses sistem sensoris dan otak,
seperti proses berfungsinya jantung, sistem pencernaan, sistem pernapasan
manusia atau bisa juga ketika ada perubahan keadaan secara mendadak dari luar
tubuh.

Dengan demikian, tanpa adanya salah satu bagian saja, tubuh kita mungkin
akan kesulitan untuk bekerja dengan baik. Semuanya sudah diprogram oleh
mekanisme tubuh kita dengan sedemikian rupa agar dapat beraktivitas, bekerja,
belajar, berkomunikasi, serta beristirahat secara teratur sesuai dengan waktunya.
Oleh karena itu, perlu pemeliharaan dengan cara rajin berolahraga, makan
makanan yang bergizi, banyak minu air putih, serta tidur cukup untuk membantu
fungsi tubuh tetap fit dan tidak kelelahan.

16
SOAL PILIHAN GANDA

1. Prinsip fungsi sensorimotor adalah ….


A. Belajar mengubah sifat dan lokus kontrol sensorimotor
B. Sistem sensorimotor terorganisasi secara hierarkis
C. Output motorik dipandu oleh input sensori
D. Fungsi sensorimotor bekerja secara masing-masing
E. a, b, dan c benar

2. Gangguan gerakan disengaja yang tidak dapat didistribusikan pada sebuah


defisit motorik sederhana disebut juga dengan ….
A. Contralateral neglect
B. Apraxia
C. Dementia
D. Parkinson
E. Sklerosis lateral amiotrofik

3. Gambar berikut menunjukkan bagian otak untuk menontrol bagian-bagian


tubuh yang mampu melakukan gerakan-gerakan umit. Bagian yang
dimaksud adalah ….
A. Korteks prefrontal
dorsolateral
B. Korteks parietal
posterior
C. Korteks motorik
primer
D. Korteks motorik
sekunder
E. Korteks serebral

ii
SOAL URAIAN

Jelaskan tiga aspek pembeda antara organ tendon golgi dengan gelending otot
sebagai reseptor yang memantau aktivitas otot skeletal!

a. Perlekatan pada organ tendon golgi melekat pada tendon yang


menghubungkan setiap otot skeletal ke tulang, sedangkan pada gelondong otot
melekat pada jaringan otot itu sendiri.
b. Perubahan panjang otot pada organ tendon golgi tidak sensitif terhadap
perubahan panjang otot, sedangkan pada gelondong otot merespon ketegangan
otot.
c. Fungsi organ tendon golgi adalah memberikan informasi kepada sistem saraf
pusat tentang ketegangan otot dan menjalankan fungsi protektif, sedangkan
gelondong otot berfungsi untuk merespon perubahan-perubahan kecil pada
panjang otot ekstrafusalnya.

iii
DAFTAR PUSTAKA

Kamus Biologi. Universitas Pendidikan Indonesia. Retrieved from


http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/194808181
974121-NONO_SUTARNO/KAMUS_BIOLOGI_I.pdf

Pinel, J. P. J. (2009) Biopsikologi 7th edition (terjemahan). Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Pinel, J. P. J., & Barnes, S.  (2018). Biopsychology 10th edition.

Prima, Elen. (2016). Sistem Sensorimotor: Modul Perkuliahan Biopsikologi.


Mercu Buana. Retrieved from
https://www.coursehero.com/file/66110652/Modul-Biopsikologi-Pert-2-
140914doc/

Universitas Islam Negeri Surabaya. Retrieved from


http://digilib.uinsby.ac.id/15869/6/Bab%203.pdf

Universitas Udayana. Retrieved from


https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1390361026-3-BAB%20II.pdf

Suaraya, L. M. K. S., Lestari, M. D., Tirtayasa, K., Purnawati, S., Dinata, I M. K.


(2016). Bahan Ajar Biopsikologi. Universitas Udayana
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/324fe1a8d52df97
741b9b3c55a9a51da.pdf
https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/

iv
SENARAI

Biseps : otot yang berukuran besar di depan lengan atas

Cerebellum : Otak kecil

Korteks (otak) : Lapisan luar otak besar yang disusun oleh materi kelabu.

Medulla oblongata : Bagian paling belakang dari otak yang berhubungan


dengan sumsum tulang belakang, disebut juga sumsum
lanjutan.
Saraf motorik : sel saraf yang mengirimkan pesan ke otot atau kelenjar
Saraf sensoris : sel saraf yang menerima pesan dari lingkungan atau
bagian luar dari tubuh dan embawanya ke otak atau sumsum
tulang belakang

Trisep : otot yang berukuran besar di belakang lengan atas

v
SESI TANYA JAWAB

1. Penanya : Tria Umita_15000120140168


Pertanyaan: Mengenai tingkat hierarki dan system hierarki sistem
sensorimotor pada prinsip kontrol sensorimotor boleh tolong
jelaskan kembali mengenai hal tersebut dengan disertai contoh
yang mungkin dapat memudahkan untuk dipahami. Terimakasih.
Penjawab : Najmi Nurfaza Anindita_15000120140147
Jawaban : Untuk mempermudah, contoh dari tingkatan hierarkis ini bisa
dianggap seperti sebuah perusahaan. Perintah turun melalui
tingkat-tingkat yang berbeda; dari korteks asosiasi (tingkat
tertinggi, seperti presiden perusahaan) ke otot-otot (tingkat
terendah, diumpamakan sebagai karyawan). Perintah keluar dari
tingkat teratas, di mana korteks asosiasi memerintah berupa tujuan
umum untuk tingkat bawahnya dan tidak terlibat aktif dalam
detailnya, menuju tingkatan-tingkatan di bawahnya. Urutan
tingkatan ini berdasarkan model umumnya terdapat; korteks
asosiasi, korteks motorik sekunder, korteks motorik primer, nuklei
motorik batang orang, sirkuit-sirkuit motorik tulang belakang, dan
otot-otot.
Kemudian sistem hierarkis sensorimotor berupa sinyal-sinyal yang
mengalir di antara berbagai tingkat, sehingga memungkinkan
korteks asosiasi untuk menerapkan kontrol atas tingkatan hierarki
yang lebih rendah dengan lebih dari satu cara. Contohnya korteks
aosisasi bisa menghambat langsung refleks kedipan mata untuk
memungkinkan masuknya lensa kontak atau gambaran lain seperti
direktur perusahaan bisa mengorganisasikan secara pribadi sebuah

vi
pengiriman barang ke konsumen penting. Sekian, apakah sudah
terjawab? Terima kasih

2. Penanya : Ghithrafani Hanifah Hernanda_15000120140130


Pertanyaan: Tadi dijelaskan bahwa apraxia dan contralateral neglect
merupakan kelainan fatal yang terjadi ketika korteks parietal
posterior, pertanyaannya apakah penyakit tersebut memberi
dampak psikologis? Jika dapat disembuhkan apakah
kesembuhannya dapat mencapai 100% terutama kesembuhan pada
psikologisnya?
Penjawab : Kiara Candra Puspita_15000120140212
Jawaban : Kerusakan tersebut mungkin memberi masalah psikologis karena
penderita mengalami gangguan yang menyebabkan ia menjadi
terbelakang dari orang-orang lain yang mengakibatkan turunnya
rasa percaya diri, namun kerusakan itu dapat disembuhkan atau
dikurangi dampaknya dengan mengunjungi ahli saraf kemudian
memberi pelatihan-pelatihan yang sesuai dari ahli seperti latihan
menggerakan otot rahang untuk berbicara atau mengajari bahasa
isyarat lalu untuk psikologisnya juga diperlukan konsultasi terlebih
dahulu kemudian dukungan dari lingkungan akan sangat
berpengaruh pada kesembuhan psikologisnya. Semoga terjawab
dan membantu, terima kasih

3. Penanya : Drajat Baskoro Jati_15000120140093


Pertanyaan: Di slide 5 disebutkan bahwa kerusakan pada korteks parietal
posterior dapat mengakibatkan berbagai defisit sensorimotor,
seperti defisit dalam persepsi dan ingatan. Namun apa yang
menjadi faktor/penyebab rusaknya korteks parietal posterior? Lalu

vii
apakah kerusakan ini dapat terjadi di semua kalangan usia? Terima
kasih.
Penjawab : Kiara Candra Puspita_15000120140212
Jawaban : Biasanya disebabkan oleh gangguan genetik dan metabolisme.
Selain itu, beberapa kondisi seperti kelahiran prematur dan ibu
yang mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang saat hamil,
juga bisa menjadi faktor yang memicu gangguan bicara apraksia
pada anak.Untuk penyebab contralateral neglect adalah adanya
luka pada parietal sebelah kanan dan luka dapat terjadi di semua
kalangan usia. semoga terjawab dan membantu, Terima kasih.

4. Penanya : Kamila Naila K_15000120140134


Pertanyaan: Bisa tolong jalskan secara singkat apa saja fungsi serebelum?
maaf saya masih belum paham.
Penjawab : Hetty Indria Aulia_15000120140144
Jawaban : Jadi fungsi serebelum itu dia bertanggung jawab dalam
mengendalikan gerakan, menjaga keseimbangan, dan mengatur
koordinasi gerakan tubuh. Serebelum juga memiliki fungsi yang
sangat penting dalam mengatur ketepatan dan kelancaran untuk
mengatur aktivitas motorik yang ada. Seperti itu, Kamilla, apakah
sudah terjawab? terimakasih.

5. Penanya : Ayna Zahra Darmawan_15000120140217


Pertanyaan: Apakah pertumbuhan dan perkembangan sistem sensorimotori
setiap orang sama atau berbeda? Jika berbeda, apa yang
menyebabkan perbedaan tersebut?
Penjawab : Ning Gendis Hanum Gumintang_15000120140154
Jawaban : Perkembangan motorik setiap manusia pasti berbeda. Secara
umum, perbedaan ini disebabkan oleh dua hal, yaitu faktor genetik
dan faktor lingkungan.

viii
Secara genetik, misalnya terdapat penyakit bawaan yang mungkin
dapat menghambat perkembangan motorik seseorang sehingga
tidak sesuai dengan kemampuan yang pada umumnya dimiliki
pada usia tertentu.
Lalu secara lingkungan, perlakuan orang tua atau orang-orang di
sekitar kita dapat mempengaruhi perkembangan motorik. Hal ini
diebabkan kita juga mampu mempelajari banyak hal dengan
bantuan dari orang lain. Kurang lebih seperti itu, apakah sudah
terjawab pertanyaannya? Terima kasih

6. Penanya : Shafa Mutiara Zahirah_15000120140219


Pertanyaan: Apakah ada penyakit mental yang bisa disebabkan oleh rusaknya
sistem sensorimotorik? jika ada apa saja ya? Terima kasih.
Penjawab : Wibawa Yesaya Badia Brahmana_15000120140243
Jawaban : Penyakit mental yang bisa disebabkan oleh rusaknya sistem
sensorimotorik yaitu ada Penyakit Alzheimer, Penyakit
Huntington, Penyakit Lewy Body, Penyakit Multiple Sclerosis, dan
Penyakit Demensia. Sekian, semoga terjawab jelas dan membantu.

7. Penanya : Beatrice Nadia Minerva Marbun_15000120140122


Pertanyaan: Tadi disebutkan kalau Serebelum dan Ganglia basalis berinteraksi
dengan tingkat tingkat yang berbeda dalam hierarki sensorimotor.
Tingkat-tingkat yang berbeda itu yang bagaimana? Terima kasih.
Penjawab : Hesa Azka Basyara_15000120140113
Jawaban : Jadi yang dimaksud dengan tingkatan- tingkatan yang berbeda itu
adalah kayak proses untuk mencapai gerakan sensori tersebut ini
contohnya Berfungsi untuk mengatur kerja sama antara otot,
mengendalikan keseimbangan dan menjaga postur tubuh. semoga
bisa menjawab jika kurang jelas bisa pc aku. terima kasih.

8. Penanya : Fiorenza J Norman_15000120140173

ix
Pertanyaan: Apa yang dimaksud dari Lesi besar? dan bagaimana dampak
umum yang bisa diketahui orang banyak? Terima kasih ya.
Penjawab : Wibawa Yesaya Badia Brahmana_15000120140243
Jawaban : Jadi Lesi besar adalah area abnormal pada jaringan di dalam atau
di luar tubuh yang memungkinkan menjadi lebih besar dan dapat
mengubah penampilan, bisa memungkinkan bersifat kanker dan
bisa juga tidak bersifat kanker, untuk dampaknya sendiri itu
banyak kemiripan dengan cacar air atau campak, tanda lahir dan
gigitan serangga, tergantung jenis lesi yang diderita. Sekian,
semoga terjawab dan membantu.

Anda mungkin juga menyukai