Jurnal Mochamad Hasnurachman Ichwanto - CAKABA
Jurnal Mochamad Hasnurachman Ichwanto - CAKABA
Oleh:
ABSTRAK
Kajian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa mahasiswa dapat memiliki upaya untuk
mewujudkan konsolidasi demokrasi melalui pemilihan umum. Mengingat Indonesia yang sebentar
lagi akan dihadapkan dengan pemilihan umum tahun 2024. Sebagaimana yang kita ketahui
sebelumnya setiap akan dilaksanakan pemilihan umum sering beredarnya isu-isu politik seperti:
black campaign, politik SARA, dan lain lain. Keadaan ini diperburuk dengan adanya media sosial,
sehingga isu-isu itu berkembang dengan lebih cepat dan luas. Dampak terburuk dari isu politik sara
bagi masyarakat Indonesia yakni konflik sosial sehingga ketahanan nasional pun menurun. Oleh
karena itu mahasiswa selaku generasi bangsa menjadi pihak yang seharusnya berada di garis
terdepan. Adapun hal yang dapat dilakukan mahasiswa untuk meminimalisir kejadian tersebut ialah
dengan cara mengampanyekan Anti hoax dan mensosialisasikan dampak negative dari black
campaign.
Kata Kunci: Mahasiswa, SARA, Politik, Sosial, Negara, Pemilu, Medsos.
PENDAHULUAN
Pemilihan Umum atau yang bisa kita sebut dengan pesta rakyat adalah salah
satu hal yang menarik daripada demokrasi. Pesta rakyat yang dimaksud adalah
pemilihan umum para penjabat negara yang senantiasa kita jadikan sebagai
pemimpin dalam bentuk negara. Pemilihan Umum merupakan salah satu bukti yang
menunjukan bahwa bentuk pemerintahan suatu negara itu demokrasi, salah satunya
adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bentuk pemerintahannya
demokrasi, untuk mewujudkan demokrasi yang matang, Indonesia harus berhasil
melaksanakan 4 tahapan demokratisasi dalam 7 pemilihan umum demokratis secara
beruntun tanpa putus.1
Ada yang dikhawatirkan oleh penulis menjelang Pemilu serentak ditahun
2024 yang akan datang, dimana isu-isu SARA muncul kembali kepermukaan dan
menjadi konsumsi masyarakat yang mengakibatkan kurang produktif, yang
seharusnya masyarakat disuguhkan dengan berbagai program unggul bukan dengan
isu-isu yang bisa memecah belah persatuan bangsa. Seharusnya pemilu dijadikan
sebagai suatu kesempatan untuk memperbaiki tatanan negara melalui
pemerintahannya ini malah ternodai dengan adanya isu isu SARA yang bertebaran,
dengan berkedok kampanye yang niatnya untuk menarik hati rakyat disitulah isu-
isu itu dimasukan kedalam elemen-elemen masyarakat. Menyoal isu SARA yang
biasa muncul menjelang pemilu, sebenarnya sudah ada hukum yang mengatur
1
Andi Widjajanto,Transformasi LEMHANNAS RI:Ketahanan Nasional Era Geopolitik 5.0, Mei
2022,hal.17
1
perihal itu, yakni dalam Pasal 69 Undang-Undang Nomor.10 Tahun 2016 tentang
Pilkada sebagai lex spesialis. Pasal tersebut menyatakan bahwa kampanye dilarang
mempersoalkan Dasar Negara, Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, menghina
seseorang, agama, suku, rasa, golongan cagub-cawagub/cabup-cawabup/wakot-
cawakot dan/atau partai politik dan menghasut, memfitnah, mengadu domba
parpol, perseorangan dan/atau kelompok. Mereka diharamkan pula menghasut dan
mengadu domba. UU Pilkada juga menyatakan ancaman pidananya dalam Pasal
187 yang menyebutkan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling
lama 18 bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 600.000 atau paling banyak Rp 6
juta. Para Ahli pun mengatakan “potensi yang bisa menghambat penyelenggaraan
pemilu yang tertinggi adalah politasasi SARA dan identitas mencapai 23,6
persen”.2
Politik SARA sangat berbahaya apabila terus menerus mendapat tempat di
Indonesia. Keadaan ini diperburuk lagi dengan adanya media sosial, di era
digitalisasi ini perkembangan teknologi informasi berkembang sangat pesat
seseorang tidak perlu keluar rumah untuk mendapat berita termasuk berita-berita
tentang perpolitikan. Mengingat ditahun 2022 terakhir ada sekitar 210 juta orang
yang menggunakan internet, dari total penduduk Indonesia yang totalnya 275 juta
orang. Tetapi dikarenakan setiap orang itu berbeda dalam menanggapi berita yang
mereka peroleh dari media sosial ada yang langsung menerima mentah-mentah dan
ada juga yang mencari kebenaran dari informasi itu terlebih dahulu, seringkali
informasi hoax terkait SARA diyakini oleh penerima informasi, namun tidak sedikit
pula yang dengan cermat melihat informasi tersebut untuk mempropaganda pihak-
pihak tertentu. 3Oleh sebab itu, sebagai generasi millennial terkhusus mahasiswa
harus berperan aktif dalam memerangi politik SARA yang marak terjadi dengan
cara mengampanyekan Anti Hoax, utamanya yang marak beredar di media sosial
guna meminimalisir terhasutnya masyarakat dalam isu tersebut. Diharapakan
mahasiswa sebagai social control dan agen of change, dimana mahasiswa bisa
memberikan pengaruh kepada masyarakat yang berkaitan dengan hal-hal yang
dapat memecah belah persatuan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, penulis tertarik
untuk membahas topik tersebut dalam karya tulis ilmiah yang berjudul: “Upaya
Mahasiswa Dalam Pemilihan Umum Demokratis Guna Terwujudnya
Konsolidasi Demokrasi”
Dengan demikian, terdapat beberapa fokus dan tujuan pembahasan jurnal
ini, yakni:1). Pengaruh sosial media terhadap perkembangan SARA di Indonesia,
2). Pengaruh politik SARA terhadap ketahanan nasional, 3). Upaya mahasiswa
dalam meminimalisir SARA di Indonesia.
Antropologi Mahasiswa
Antropologi secara Bahasa berasal dari anthros dan logos yang bermakna
ilmu tentang mempelajari manusia. Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai
individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri
2
Lidya Wati Evelina, Analisis Isu S(Suku) A (Agama) R (Ras) A (Antargolongan) Di Media Social
Indonesia, Volume 3 No. 1, Juni 2015 hal. 112
3
Rahadi, Dedi Rianto. 2017. Perilaku Pengguna dan Informasi Hoax di Media Sosial. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan, Vol 5. No 1, 2017. Universitas Merdeka Malang.
2
maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi.
4
Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam
berpikir dan kerencanaan dalam bertindak. Berpikir dan bertindak dengan cepat dan
tepat merupakan prinsip yang saling melengkapi. Karena hal tersebut, maka
mahasiswa memiliki fungsi, peran dan tanggung jawab.
4
Siswoyo (2007:121)
3
yang pertama adalah demokrasi langsung, yaitu semua warga negara berpartisipasi
langsung dan aktif dalam pengambilan keputusan pemerintahan. Di kebanyakan
negara demokrasi modern, seluruh rakyat masih merupakan satu kekuasaan
berdaulat namun kekuasaan politiknya dijalankan secara tidak langsung melalui
perwakilan; hal ini disebut dengan demokrasi perwakilan. Konsolidasi demokrasi
perwakilan muncul dari ide-ide dan institusi yang berkembang pada abad
pertengahan eropa, era pencerahan dan revolusi Amerika Serikat dan Perancis.
Pemilihan Umum (Pemilu)
Pemilihan Umum (Pemilu) atau dalam Bahasa inggris disebut election
adalah cara yang digunakan pemerintah untuk mewujudkan partisipasi rakyat dalam
pemerintahan, sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Pemilihan umum sudah
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari suatu negara demokrasi, hampir semua
negara demokrasi melaksanakan pemilihan umum. Pemilihan umum adalah proses
pemilihan wakil rakyat di parlemen dan kepala pemerintahan berdasarkan suara
terbanyak UN (United Nations) pernah mengatakan bahwa pemilihan umum
merupakan elemen utama dari demokrasi sebagai sebuah cara masyarakat untuk
mengambil keputusan.
Syarat pemilih dalam pemilu:
1. Terdaftar sebagai WNI.
2. Terdaftar sebagai anggota pemilih pada suatu daerah.
3. Berumur diatas 17 tahun atau sudah menikah
4. Tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya.
5. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang
telah memiliki hukum tetap.
6. Seorang pemilih hanya dapat daftar satu kali.
SARA
Sara adalah akronim dari Suku Agama Ras dan Antar Golongan. SARA
berkaitan dengan tindakan yang didasari oleh pemahaman sentimen mengenai suatu
identitas yang menyangkut keturunan, suku, agama, tradisi dan lain sebagainya.
SARA di Indonesia itu menunjukan bahwa Indonesia negara yang kaya. Secara
teori, adanya keanekaragaman SARA bisa menjadi potensi yang dapat
mencerminkan jati diri bangsa. Multi budaya dapat menjadi unsur dalam
pembentukan negara, dimana hal tersebut dapat menjadi modal budaya (Capital
Cultural) dan kekuatan budaya (Cultural Power) yang dapat menggerakan
dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara5. Namun disisi lain, banyaknya
keanekaragaman tersebut dapat juga berpotensi menimbulkan konflik yang dapat
mengancam integritas bangsa dan negara.
5
Johni Najwan (2009:196)
4
diskriminatif antar golongan. 3) Kultural, tindakan yang menyebarkan tradisi atau
ide-ide antar golongan yang bersifat diskriminatif.
METODE PENELITIAN
Pendekatan
Pendekatan kualitatif bedasarkan penomenologis menuntut pendekatan
yang holistic, artinya menyeluruh, menundukan suatu kajian dalam suatu kontruksi
ganda. Melihat objek dalam suatu kondisi dalam suatu konteks ‘natural’ alamiah
apa adanya bukan parsial. 6
Metode
Penelitian Pustaka (library research) merupakan penelitian yang objeknya
dicari dengan berbagai informasi pustaka seperti; buku, jurnal ilmiah, majalah,
koran dan dokumen.7
Sumber Data
1. Sumber data primer dan sekunder
Untuk mencari data-data dari penelitian ini, penulis menggunakan sumber
data-data primer yaitu data sumber utama dari penelitian pustaa dengan mencari
berbagi literatur-literatur yang berkaitan dengan judul jurnal ini, dapun data yang
diperoleh dari sumber data primer sebagai berikut:
a. Junal Transformasi LEMHANNAS RI:Ketahanan Nasional Era
Geopolitik 5.0, oleh Andi Widjajanto Mei 2022.
b. Politik Identitas dan Masa Depan Pluralisme Kita. Oleh Maarif dan
Ahmad Syafii. Jakarta : Yayasan Abad Demokrasi Mei 2022
2. Sumber data sekunder
Yaitu data penunjang setelah sumber utama yang memuat berbagai
informasi yang berkaitan dengan judul.
Adapun data sekunder dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Jurnal-jurnal ilmiah
b. Pengumpulan data
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
sebagai model kajian Pustaka (library research)
PEMBAHASAN
A. Isu SARA Media Sosial di Indonesia
Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan atau akronimnya sara merupakan
realitas sosial yang tidak dapat dielakan oleh siapapun di dalam masyarakat, baik
dalam masyarakat pada jenjang tradisional maupun modern. Realita yang
berpengaruh SARA telah menjadi nasib bagi setiap masyarakat dimana pun
masyarakat itu berada. Kenyataan sosial menegaskan bahwa masyarakat yang ada
6
Danial dan Nanan (2009:60)
7
Sari, 2020
5
di dunia ini terdiri dari berbagai macam etnis, agama, dan golongan. Kenyataan
seperti ini tidak jarang menciptakan problem sosial seperti konflik dan disintegrasi,
tetapi dari sudut lain (berdasarkan temuan-temuan historis) SARA justru dijadikan
pemberdayaan dan demokrasi. Indonesia penduduknya saat ini kurang lebih 200
juta orang dan terdiri dari multi etnis (Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, dan lain-lain) dimana masing-masing dibagi lagi kedalam sub-sub etnis
seperti Sunda, Padang, Amungme dan lainnya. Di tanah air, agama juga terdiri dari
bermacam-macam mulai dari Islam, Katholik, Protestan, Hindu, Budha, agama
local, dan aliran-aliran kepercayaan.8
Isu SARA ini diperburuk oleh adanya media sosial. Media sosial yang
seharusnya menyediakan berita berita aktual dan berbobot serta menjadi wadah
untuk semua orang mendapat informasi, kenyataannya jauh dari ekspektasi.
Penggunaan media sosial yang sangat beragam tergantung pemilik dan pengguna
bisa dijadikan sebagai kampanye politik bahkan penyebaran isu-isu SARA(Suku,
Agama, Ras antargolongan) sangat erat keterkaitannya dengan kepentingan
politik,sebagaimana yang marak terjadi di Indonesia. Berikut contoh kasus Sara
yang terjadi di Indonesia:
a. Isu Agama di Media sosial Facebook
Dinilai kerap menghina Al-Qur’an dan Nabi Muhammad SAW. Tuah Aulia
Fuadi, mahasiswa semester V jurusan Ahwal Al Syakhshiyah Fakultas Syari’ah
Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara dipecat di kampusnya. Pemecetan
tersebut disebabkan munculnya status Tuah Aulia Fuadi pada akun Facebooknya
yang dinilai menghina Islam da Al-Quran. Dalam postingan pada akun Facebook
miliknya yang sudah dihapus itu, Tuah menuliskan kalimat seperti berikut:
“Dahulu dizaman rasul, al QURAN itu hadir dalam wajah jelek (tampil di kulit
kambing) udah mah kepalanya botak (tak berbaris) beraroma busuk pula lg itu (yg
pastinya bau bangkailah). Dahulu Alquran itu memang parah, kehadirannya
primitif, beda dengan sekarang. Alquran yg sekarang sudah maju secara profresif.
Ia tampil dlm wajah tampan. (di buku…”
8
Sunyoto Usman, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 1, Nomor 2, November 1997, h-6-7
6
d. Kasus Ki Akun Muslim_Cyber1
Dalam akun @muslim_cyber1 memuat unggahan berbau SARA, fitnah,
serta ujaran kebencian. Dalam sehari, akun tersebut bisa mengunggah tiga hingga
lima gambar provokatif yang seluruhnya menyinggung ras dan suku tertentu. Atas
perbuatannya, admin akun ini dikenai Pasal 28 ayat (2) juncto Pasal 45 A UU ITE
dan atau Pasal 4 D 1 juncto Pasal 16 UU Nomor 40 Tahun 2008 tentang
Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis.
Disini saya berfokus kepada pemilihan Gubernur dengan urut 2 yakni Ahok-
Djarot. Mereka didukung partai PDIP, Hanura, Nasdem dan Golkar. Ahok adalah
Gubernur pertama keturunan Tionghoa yang lahir di Manggar, Belitung Timur pada
29 Juni 1966 dengan nama Tionghoa Zhong Wanxue. Ahok menjadi Gubernur DKI
Jakarta pada November 2014 menggantukan Gubernur Joko Wirdodo yang terpilih
menjadi Presiden pada Pilpers 2014. Persoalan yang paling tersorot yaitu kasus
Ahok yang berawal dari pidatonya di Pulau Seribu. Ia membahas ayat Surat Al-
Maidah ayat 51.10 Didalam pidatonya disinilah masyarakat menyangka bahwa
Ahok telah menistakan suatu agama yaitu agama Islam dan juga ia berseteru dengan
kelompok islam FPI. Menurut survei penistaan agama yang dilakukan tahun lalu
merusak elektabilitas Ahok ,57% responden berpendapat Ahok menghujat agama,
27% setuju dengan tuduhan itu, 16-16% tidak tahu. Selain itu ada dampak yang
diakibatkan yakni kemarahan umat islam yang direalisasikan melalui demonstrasi
pada tanggal 14 Oktober 201611. Lalu terjadi lagi demonstrasi yang lebih besar
9
Christine Purnamasari Andu. Efek Postingan SARA Di Media Sosial Terhadap Pertemanan, Vol.4
No. 1 KRITIS:Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Juni 2018 hal.2
10
Lestari, D. (2019). Pilkada DKI Jakarta 2017: Dinamika Politik Identitas di Indonesia. Simulacra:
Jurnal Sosiologi, 2(1), 31. https://doi.org/10.21107/sml.v2i1.5519
11
https://metro.tempo.co/read/812293/jika-polisi-tak-tangkap-ahok-ini-ancaman-rizieq-fpi
7
dihadiri oleh umat islam kurang lebih satu juta orang kemudian terjadi kembali pada
tanggal 4 November 2016.
8
Dalam konteks posisinya sebagai elite dikalangan kaum muda inilah terletak
tanggungjawab mahasiswa untuk memberikan contoh kepada masyarakat tentang
partisipasi politik yang berkualitas pada pemilu 2024, ini harus dilakukan dari mulai
pra hingga pelaksanaan.Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh mahasiswa guna
meminimalisir dampak dari politik SARA ini:
1. Mengampanyekan anti hoax dan SARA
Mahasiswa mengkampanyekan anti hoax dan sara ini melalui media sosial,
media cetak ataupun langsung terjun ke masyarakat, sebuah perwujudan dari
kampanye ini diantaranya: mahasiswa dapat menggunakan akun media sosialnya
untuk memposting artikel-artikel atau pamflet yang membantah hoax ataupun
pelanggaran SARA yang beredar dimasyarakat, bisa juga dengan mengenalkan
bagaimana cara kita merespon berita berita yang belum tentu kebenarannya dan
bagaimana cara menanggapi berita yang seperti itu.
2. Mensosialisasikan dampak dari politik SARA
Dengan di sosialisasikannya dampak dari politik SARA ini diharapkan dapat
menyadarkan masyarakat tentang bahaya dari politik SARA, karena beberapa hal
mungkin saja terjadi jika politik SARA terus menerus terjadi, mulainya dari konflik
sosial yang berdampak pada ketahanan nasional dan berkurangnya kredibilitas dari
diadakannya pemilu itu sendiri. Upaya upaya tersebut diharapkan menjadi solusi
untuk mengatasi dampak buruk yang terjadi diakibatkan pemilu yang tidak
berkualitas.
Karena jika pemilu ini berhasil maka tingkat kematangan politik di Indonesia
akan semakin baik dan ini berdampak pada konsolidasi demokrasi di Indonesia
yakni menyamakan cara pandang seluruh elemen bangsa, baik pemerintah maupun
masyarakat, untuk menjalankan agenda agenda demokrasi secara bersama sama.
Poin yang menjadi perhatiannya adalah mewujudkan kebebasan berpendapat dan
menghilangkan perilaku koruptif di pemerintahan sehingga terwujudnya
konsolidasi demokratis yang tentunya mempengaruhi ketahanan Negara Republik
Indonesia.
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam menghadapi Pemilu 2024 yang sebentar lagi akan dilaksanakan terdapat
banyak sekali hal-hal yang dapat mengurangi kredibilitas dan esensi dari pemilu itu
sendiri, mulai dari black campaign yang dicontohkan salah satunya ialah dengan
adanya politik SARA. Kehadiran media sosial membuat politik sara semakin
berkembang, karena sifat dari media sosial itu sendiri yang interaktif dan praktis
menjadikan isu-isu sara mudah tersebar. Jika politik sara itu terus berkembang di
Indoneisa, maka itu akan mempengaruhi ketahanan nasional dengan
bermunculannya konflik-konflik sosial dan dampak buruk yang lainnya. Tentunya
menjadi tugas dan tanggung jawab seluruh masyarakat terkhusus mahasiswa yang
menjadi role model perubahan kearah yang lebih baik didorong oleh intelektual
yang diharapkan mampu melahirkan sikap objektif, kritis, dan futuristik.
9
Upaya yang dapat dilakukan mahasiswa pra pemilu bisa berbentuk kampanye
anti hoax atau sosialisasi tentang dampak negatif black campaign mengingat marak
sekali terjadinya kampanye-kampanye yang membawa SARA demi menarik
perhatian masyarakat, ini bisa diminimalisir caranya dengan menanamkan
pemahaman kepada masyarakat tentang cara menanggapi berita berita yang belum
bisa dipastikan kebenarannya terhadap para calon kepala daerah maupun presiden,
serta mengingatkan tentang dampak negatif yang terjadi dari black campaign akan
potensi konflik atau gangguan keamanan yang sewaktu waktu bisa terpancing oleh
black campaign ini. Upaya kampanye ataupun sosialisasi ini disebarkan melalui
media cetak, media sosial bahkan sampai terjun secara langsung kepada
masyarakat. Ini menjadi salah satu bentuk realisasi atas tuntutan masyarakat kepada
mahasiswa sebagai cermin dan penyuara hati Nurani rakyat yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdilah, Ubed S, 2001, Politik Identitas Etnis: Pergulatan Tanda Tanpa Identitas,
Jakarta: Yayasan Indonesia.
Maarif, Ahmad Syafii. 2010. Politik Identitas dan Masa Depan Pluralisme Kita.
Jakarta : Yayasan Abad Demokrasi.
Muhtar Haboddin, 2012, Menguatnya Politik Identitas di Ranah Lokal, Jurnal Studi
Pemerintahan Volume 3 Nomor 1 Februari.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 Tentang Penghapusan Diskriminasi Ras
Dan Etnis
UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE.
Andi Widjajanto,Transformasi LEMHANNAS RI:Ketahanan Nasional Era
Geopolitik 5.0, Mei 2022,hal.17
Lidya Wati Evelina, Analisis Isu S(Suku) A (Agama) R (Ras) A (Antargolongan) Di
Media Social Indonesia, Volume 3 No. 1, Juni 2015 hal. 112
Sunyoto Usman, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 1, Nomor 2,
November 1997, h-6-7
Lestari, D. (2019). Pilkada DKI Jakarta 2017: Dinamika Politik Identitas di
Indonesia. Simulacra: Jurnal Sosiologi, 2(1), 31.
https://doi.org/10.21107/sml.v2i1.5519
https://metro.tempo.co/read/812293/jika-polisi-tak-tangkap-ahok-ini-ancaman-
rizieq-fpi
Andriadi, Fayakhun. 2016. Demokrasi di Tangan Netizen: Tantangan dan Prospek
Demokrasi Digital. Cetakan Ke-1. Jakarta: RMBOOKS.
10
Christine Purnamasari Andu. Efek Postingan SARA Di Media Sosial Terhadap
Pertemanan, Vol.4 No. 1 KRITIS:Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Juni
2018 hal.2
Rahadi, Dedi Rianto. 2017. Perilaku Pengguna dan Informasi Hoax di Media Sosial.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol 5. No 1, 2017. Universitas
Merdeka Malang.
11
FORMULIR PENDAFTARAN CALON PESERTA TRAINING RAYA
HMI CABANG BANDUNG
FORMULIR PENDAFTARAN CALON PESERTA
A. BIODATA
1. Nama Lengkap : Mochamad Hasnurachman Ichwanto
2. Nama Panggilan
:Hasnur
3. Tempat Tanggal Lahir
4. Alamat Asal :Bandung, 27 Desember 2001
5. Alamat Tinggal Sekarang :Perum Griya Sampurna blok.F12
6. No. Whatsapp :Pondok Pesantren Nurul Iman Bunter
7. Akun Instagram :087735263935
8. E-mail :hasnur_279
:mhasnur279@gmail.com
Intermediate Training -
LKK -
D. PENGALAMAN ORGANISASI
13. Internal HMI
Jenjang Struktur Amanah Periode
12
Komisariat - 20.. s.d. 20..
Korkom
Cabang
Himpunan...
E. INFORMASI MINAT/BAKAT
15. Hobi : Futsal, membaca, mengaji
16. Keahlian atau bakat dalam bidang
a. Seni : c. Agama :
b. Olahraga :Futsal d. Lainnya : Public speaking
F. KESEHATAN
17. Penyakit/Gangguan kesehatan yang di alami : tidak ada
13