Anda di halaman 1dari 9

Serambi Journal of Agricultural Technology (SJAT)

http://ojs.serambimekkah.ac.id/index.php/sjat
SJAT
Vol. 1 No. 1 Thn. 2019 E-ISSN: 2684-9879
The Effet of pH and Pasteurisation Temperature on Water Content and
Vitamin C Content From Tomato Sauce (Lycopersicum esculentum Mill)
Nurhidayati1, Ruka Yulia2*, Putri Meutia Sari1
1
Program Studi Teknik Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Serambi Mekkah
2
Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Serambi Mekkah
*email:ruka.yulia@yahoo.com

Article Info Abstract


Article history:
The purpose of this study was to determine the effect of pH control
and pasteurization temperature on making tomato sauce on the
Received
quality produced. This study uses a factorial completely randomized
05/18/2019
design (RAL) 2 which is used is the measurement of pH (R) (3, 4
Received in revised
and 5 and pasteurization temperature (T) (70˚C, 80˚C and 90˚C). ,
05/21/2019
vitamin C and organoleptic tests (color and taste) .The results of the
Accepted
research showed the best treatment on the combination of R2T2
05/24/2019
treatment with a pH regulator 4 and 800C pasteurization temperature
which produced a good quality tomato sauce with chemical
properties namely 77.24% moisture content, vitamin C 0.059%,
organoleptic taste 3.74 (likes) and color 3.87 (likes).

Keywords: Tomato, pH, Pasteurisation, Sauce

Pengaruh pH dan Suhu Pasteurisasi Terhadap Kadar Air dan Kadar


Vitamin C Saos Tomat (Lycopersicum esculentum Mill)

Abstrak

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh pengatur pH dan suhu pasteurisasi
pada pembuatan saus tomat terhadap mutu yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak lengkap (RAL) 2 faktorial yang digunakan adalah pengukuran pH (R) (3, 4 dan 5) dan Suhu
pasteurisasi (T) ( 70˚C, 80˚C dan 90˚C). Analisa dilakukan terhadap kadar air, vitamin C dan dan uji
organoleptik (warna dan rasa). Dari hasil penelitian perlakuan terbaik pada kombinasi perlakuan R 2T2
dengan pengatur pH 4 dan suhu pasteurisasi 800C yang menghasilkan saus tomat mutu yang baik
dengan sifat kimia yaitu kadar air 77,24%, vitamin C 0.059%, uji organoleptik rasa 3,74 (suka) dan
warna 3,87 (suka).

Kata kunci: Tomat, pH, Suhu pasteurisasi, Saus

PENDAHULUAN yang sangat baik bagi pencernaan manusia


Buah tomat (Lycopersicum dan juga protein dalam buah tomat
esculentum Mill) merupakan komoditi menjadikannya buah yang sangat sarat
sayuran buah yang penting di Indonesia gizi. Tomat dibutuhkan masyarakat untuk
karena selain mempunyai nilai ekonomi berbagai keperluan, baik dikonsumsi segar
yang tinggi juga kaya manfaat. Buah atau dijadikan sebagai produk olahan lain,
tomat mengandung serat makanan alami selain itu tomat juga mengandung gizi

Serambi Journal of Agricultural Technology, Vol.1 No.1 Hal. 25-33. 2019 | 25


yang lengkap dan penting bagi manusia untuk menginaktifkan enzim-enzim yang
seperti vitamin C, vitamin E, lycopen dan menyebabkan reaksi pencoklatan secara
beberapa antioksidan (Sofyan, 2012). alami pada saus sehingga aman dikonsumsi
Salah satu upaya untuk diversifikasikan dan tahan lama. Proses pasteurisasi saus
produk untuk menambah umur simpan tomat dilakukan dengan cara pemanasan,
buah tomat adalah dengan mengolah buah yang akan meningkatkan kualitas, baik
tomat menjadi saus tomat. nutrisi, rasa dan warna dari saus tomat.
Saus tomat adalah cairan kental pasta Suhu pemanasan yang terlalu tinggi dan
yang terbuat dari bubur buah berwarna waktu pemanasan yang terlalu lama dapat
menarik (biasanya merah), mempunyai mengakibatkan nutrisi dan vitamin yang
aroma dan rasa yang khas. Saus tomat terkandung dalam tomat menjadi
dibuat dari campuran buah tomat dan berkurang. Hal ini sesuai dengan
bumbu-bumbu serta pasta yang digunakan pernyataan Kusuma (2016) yang
berwarna merah muda sesuai dengan mengatakan bahwa semakin tinggi suhu
warna tomat yang digunakan (Rukmana dan lama pemanasan dapat menurunkan
dan Rahma, 2008). Walaupun nutrisi dan vitamin yang terkandung dalam
mengandung air dalam jumlah besar, saus buah tomat.
memiliki daya simpan panjang karena Disisi lain, jika suhu pemanasan
mengandung asam, gula, garam, dan terlalu rendah atau waktu pemanasan yang
seringkali diberi pengawet. terlalu singkat, dikhawatirkan jumlah
Banyak industri makanan yang mikroba yang terdapat dalam saus masih
sedang berkembang tetapi tidak semua cukup tinggi. Saus tomat mengandung air
yang berlaku jujur dalam pengolahannya, yang gampang menumbuhkan mikroba,
seperti dengan penambahan bahan sehingga jika saus tomat tidak
pengawet yang berbahaya atau pemberian dipasteurisasi dan dikemas dengan baik
bahan pengawet yang tidak sesuai dengan maka sangat mudah terkontaminasi oleh
takaran yang dianjurkan. Hal ini dapat mikroba. Saus yang banyak mengandung
menyebabkan gangguan kesehatan bagi mikroba tidak layak dikonsumsi manusia.
yang mengkonsumsinya. Pembuatan saus Pada Penelitian Kusuma (2016),
yang aman dan sehat tanpa penambahan proses pasteurisasi yang dilakukan pada jus
bahan pengawet dapat dijadikan produk jeruk selama 4,5 menit pada suhu 90°C
makanan yang baik bagi kesehatan atau diperoleh jumlah mikroba, vitamin C, total
dapat pula dilakukan daya pengaturan pH acidity dan % Brix semakin menurun.
dan suhu. Pengaturan pH dan suhu pada Sedangkan warna dan pH semakin
proses pembuatan saus dapat memperbaiki meningkat. Oleh karena itu untuk
nilai gizi, cita rasa dan daya simpan yang mencapai nilai kualitas tertentu dibutuhkan
tahan lama (Nursari, 2016). waktu pasteurisasi yang tertentu/spesifik.
Dalam penelitian ini saus tomat Kondisi optimum pasteurisasi jus jeruk
terlebih dahulu dipasteurisasi sebelum agar didapatkan jus jeruk dengan jumlah
dikemas. Hal ini bertujuan untuk mikroba sesuai SNI dengan kandungan
mematikan mikroba patogen (penyebab vitamin C yang paling tinggi adalah jus
penyakit) dan mikroba pembusuk (jamur jeruk pada pemanasan suhu 80°C selama
dan bakteri) yang terdapat pada saus. 4,5 menit.
Selain itu, pasteurisasi juga bertujuan

Serambi Journal of Agricultural Technology, Vol.1 No.1Hal.25-33. 2019 | 26


Nursari (2016) juga melakukan meter, oven, labu ukur, pipet tetes,
penelitian tentang pengaruh pH dan suhu erlenmeyer dan timbangan analitik.
pasteurisasi terhadap karakteristik sambal
cabe. Proses pasteurisasi dilakukan dengan Bahan
menggunakan autoclave dengan suhu yang Bahan yang digunakan dalam
berbeda-beda yaitu 70°C, 80°C dan 90°C penelitian ini adalah Tomat 2 ½ kg, Sari
dengan lama pemanasan 15 menit. Hasil Tomat 1000 ml, Gula 25 %, Garam 5 %,
karakteristik sambal terbaik pada pH 4 dan Bawang putih 2%, Cabe 5 %, Maizena 40
suhu pasteurisasi 80˚C dengan kadar %, Cuka 25%, maezena. Sedangkan bahan
vitamin C diperoleh paling tinggi diantara yang digunakan untuk analisis yaitu
perlakuan yang lain. pH berpengaruh aquades larutan iod 0,1N, indikator pati.
terhadap sifat kimia, organoleptik dan daya
simpan sambal. Selain itu juga pH Rancangan Percobaan
menyebabkan penurunan vitamin C akan Penelitian ini dilaksanakan dengan
tetapi kadar air sambal mengalami model Rancangan Acak Lengkap (RAL)
peningkatan selama penyimpanan. Daya Faktorial yang terdiri dari 2 (dua) faktor,
simpan sambal dapat bertahan hingga 2 pH dan suhu pasteurisasi terdiri dari 3 level
bulan penyimpanan pada suhu ruang. : Faktor A. Nilai pH (R) aitu 3, 4, 5. Faktor
Menurut Kusuma (2016) pembuatan B. Suhu pasteurisasi (T) aitu 70˚C, 80˚C,
suatu produk yang aman dan sehat dengan 90˚C. Dalam penelitian ini dilakukan
tidak menambahkan bahan pengawet dapat ulangan sebanyak 2 (dua) kali. Sehingga
dijadikan produk makanan yang baik bagi jumlah perlakuan keseluruhnya yaitu 3 x 3
kesehatan seperti dengan penambahan x 2= 18 satuan percobaan.
bahan pengawet yang diizinkan dan sesuai
standar SNI, atau dapat pula dilakukan
daya pengaturan pH dan suhu. Pengaturan Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan
pH dan suhu pada proses pembuatan saus Suhu Pasteurisasi (T)
dapat memperbaiki nilai gizi, cita rasa dan pH (R) 70˚C (T1) 80˚C (T2) 90˚C(T3)
daya simpan yang tahan lama. Namun (R1) 3 R1 T1 R1 T2 R1 T3
demikian pH dan suhu pasteurisasi yang (R2) 4 R2 T1 R2 T2 R2 T3
tepat belum diketahui. Oleh sebab itu (R3) 5 R3 T1 R3 T2 R3 T3
penulis tertarik untuk mencoba meneliti
tentang“Pengaruh pH dan Suhu Prosedur Penelitian
Pasteurisasi terhadap Daya Simpan Saus Pembuatan saus tomat dilakukan
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill)”. menurut Herlina dkk (2015):
Dipilih buah tomat yang cukup tua dan
METODE PENELITIAN berwarna merah yang merata. Dicuci dan
Alat dibersihkan tomat dari sisa tangkainya.
Alat yang digunakan dalam Dipanaskan air terlebih dahulu kemudian
penelitian ini adalah pisau stainless stell, dimasukan buah tomat ke dalam air
blender, panci, wajan, gelas ukur, spatula, hampir mendidih (80-90˚C) selama 3 menit
saringan, timbangan analitik, gas dan sampai kulitnya terkelupas. Lalu diangkat
autoclave. Sedangkan alat yang digunakan buah tomat dan ditiriskan. Dimasukan
untuk analisis adalah cawan porcelin, pH- tomat ke dalam blender untuk dihaluskan

Serambi Journal of Agricultural Technology, Vol.1 No.1Hal.25-33. 2019 | 27


hingga menjadi bubur tomat. Kemudian daya tahan suatu bahan, sebagian air dalam
dimasukkan bubur tomat dalam panci bahan harus dihilangkan dengan berbagai
sambil disaring dengan saringan. cara tergantung dari jenis bahan (Winarno,
Selanjutnya ditambahkan gula, garam, 2004).
bumbu yang telah dihaluskan dengan Dari data hasil analisis diperoleh
blender (bawang putih), merica, dan kadar air saus tomat berkisar antara 77,24
maizena sesuai dengan variabel yang telah – 81,85%, dengan rata-rata 79,03%. Kadar
ditetapkan. Dimasak saus tomat (± 10 air tertinggi diperoleh pada pH 3 dan suhu
menit) sampai menjadi setengah dari pasteurisasi 700C (R1T1) sebesar 81,85%,
volume semula. Diangkat saus tomat yang sedangkan nilai rata-rata kadar air terendah
telah masak. Dilakukan pengaturan pH diperoleh pada pH 4 dan suhu pasteurisasi
dengan cara saus tomat diambil masing- 800C (R2T2) sebesar 77,24%, Data hasil
masing sebanyak 60 gr dan ditambahkan analisa kadar air dapat dilihat pada Tabel
cuka 25% sampai mencapai pH yang 5.
ditentukan dari variabel penelitian sesuai
dengan rancangan percobaan lalu diaduk Tabel 2. Data rata rata analisa kadar air
hingga rata. Pengukuran pH dilakukan saus tomat
dengan menggunakan pH meter kemudian Suhu pasteurisasi (T)
pH (R)
saus tomat dimasukkan kedalam botol T1= 700C T2= 800C T3= 900C
yang tela disterilisasikan . Saus tomat yang R1= 3 81.85 80.50 80.67
telah diatur pHnya masing-masing R2= 4 77.94 77.24 77.63
dilakukan pasteurisasi menggunakan R3= 5 78.11 78.53
78.85
blansing dengan suhu pasteurisasi yang BNT (0,01) = 3,58
telah ditentukan dari variabel penelitian
sesuai dengan rancangan percobaan Hasil analisa sidik ragam
dengan lama 15 menit. menunjukkan bahwa pH (R) berpengaruh
sangat nyata (P ≤ 0,01) terhadap kadar air
Analisa saus tomat, sedangkan suhu pasteurisasi
Analisa kimia yang dilakukan pada (T) serta interaksi antara pH dan suhu
saus tomat adalah kadar air (SNI-01-3545- pasteurisasi (RT) berpengaruh tidak nyata
2004), vitamin C (Sudarmadji dkk., 1997). (P > 0,05) terhadap kadar air saus tomat.
Uji organoleptik yang dilakukan adalah Pengaruh pH pada pembuatan saus tomat
warna, dan rasa (Soekarto, 2012). dapat dilihat pada Gambar 1. Dari Gambar
Pengujian dilakukan pada saus tomat 1 dapat dilihat bahwa semakin tinggi pH
selama masa penimpanan satu minggu. (mendekati pH basa) pada pembuatan saus
tomat maka kadar air yang dihasilkan
HASIL DAN PEMBAHASAN semakin menurun. Fungsi pengatur
Kadar Air keasaman pada makanan adalah membuat
Kandungan air dalam bahan makanan menjadi lebih asam, lebih basa
makanan berperan dalam menentukan atau menetralkan makanan. Pengasaman
penerimaan konsumen, kesegaran dan daya digunakan untuk mengasami atau
tahan bahan. Kandungan air yang tinggi menurunkan pH saus. Pada pH rendah
dalam bahan menyebabkan daya tahan pertumbuhan bakteri asam tertahan dalam
bahan rendah. Untuk memperpanjang

Serambi Journal of Agricultural Technology, Vol.1 No.1Hal.25-33. 2019 | 28


sel generatif serta spora bakteri sangat sebesar 0,013%, Data hasil analisa kadar
sensitif terhadap panas. pH sekitar 5.5 air dapat dilihat pada Tabel 3.
adalah kondisi pH normal, sehingga pada
kondisi ini, saus memiliki daya ikat air Tabel 3. Data rata rata analisa kadar
yang sangat minim. Hal ini sesuai dengan vitamin C saus tomat
pernyataan Sugiarto (2007) bahwa tingkat Suhu pasteurisasi (T)
pH (R)
pH yang tinggi akan cendrung menurunkan T1= 700C T2= 800C T3=900C
kadar air. R1= 3 0.026 0.024 0.013
R2= 4 0.027 0.039 0.014
90
b a a R3= 5 0.046 0.046 0.014
81,01 77,60 78,49
80 BNT (0,01) = 0,010
70
Kadar air(%)

60
Hasil analisa sidik ragam
50
40 menunjukkan bahwa pH (R) dan suhu
30 pasteurisasi (T) serta interaksi antara pH
20 dan suhu pasteurisasi (RT) berpengaruh
10
sangat nyata (P ≤ 0,01) terhadap kadar
0
R1=3 R2=4 R3=5 vitamin C saus tomat. Pengaruh interaksi
pH antara pH dan suhu pasteurisasi pada
pembuatan saus tomat dapat dilihat pada
Gambar 2. Dari Gambar 2 dapat dilihat
bahwa pH dan suhu pasteurisasi
meningkatkan kadar vitamin C yang
Gambar 1. Pengaruh pH terhadap kadar dihasilkan. Suhu pasteurisasi yang semakin
air saus tomat pada BNT0,01=
1,88 dan KK = 0,73%. (Nilai tinggi menyebabkan kadar vitamin C
yang diikuti dengan huruf yang semakin rendah. Penurunan kadar vitamin
sama menunjukkan perbedaan C disebabkan karena asam askorbat
yang tidak nyata). bersifat tidak stabil dan sensitif terhadap
panas serta akan teroksidasi jika terkena
Kadar Vitamin C udara dan suhu tinggi (Volker, 2001).
Selain itu oksidasi asam askorbat juga
Dari data hasil analisis diperoleh
dipengaruhi oleh cahaya, dan kondisi
kadar vitamin C saus tomat berkisar antara
penyimpanan.
0,013% – 0,046%, dengan rata-rata 0,026.
Kadar vitamin C tertinggi diperoleh pada
pH 5 dan suhu pasteurisasi 800C (R3T2)
sebesar 0,046%, sedangkan nilai rata-rata
kadar vitamin C terendah diperoleh pada
pH 3 dan suhu pasteurisasi 900C (R1T3)

Serambi Journal of Agricultural Technology, Vol.1 No.1Hal.25-33. 2019 | 29


c c
0,050
0,046 0,046
0,045 c
0,039
0,040
Kadar Vitamin C (%)

0,035
b b Suhu
0,030
0,026 b 0,027
Pasteurisasi
0,024
0,025
0,020 T1= 70 C
a ab ab
0,013 0,014 0,014 T2= 80 C
0,015
T3= 90 C
0,010
0,005
0,000
R1=3 R2=4 R3=5
pH

Gambar 2. Pengaruh interaksi antara pH dan suhu pasteurisasi saus tomat terhadap kadar
vitamin C BNT0,01= 0,010 dan KK = 12,28%. (Nilai yang diikuti dengan huruf
yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata).

Semakin tinggi suhu pasteurisasi dan oksidase, sinar, temperatur yang tinggi.
penyimpanan, kecepatan oksidasi asam Larutan encer vitamin C pada pH kurang
askorbat akan meningkat. Oleh karena itu, dari 7,5 masih stabil apabila tidak ada
semakin tinggi suhu pasteurisasi dan katalisator seperti diatas. Oksidasi vitamin
penyimpanan, penurunan kadar vitamin C C akan terbentuk asam dehidroaskorbat
terlihat semakin besar (Hellen, 2007). (Sudarmadji, 2003). Pada pH rendah (4-6)
Vitamin C merupakan vitamin yang paling vitamin C lebih stabil daripada pada
mudah rusak disamping sangat larut dalam keadaan dengan pH tinggi (7-8). Vitamin C
air juga mudah teroksidasi selama cukup stabil pada pH 4-6 dan dapat
penyimpanan. disintesa dari D-glukosa (deMan, 1989).
Gambar 2 juga menunjukkan bahwa
semakin pH mendekati basa maka Vitamin Uji Organoleptik
C meningkat. Phillips (2010) menjelaskan Warna
bahwa salah satu faktor yang Warna saus tomat sangat
mempengaruhi kadar vitamin C didalam mempengaruhi minat konsumen dalam
bahan adalah pH basa selain O2 dan ion menentukan tingkat penerimaannya
logam (katalisator) serta suhu tinggi. Pada terhadap visual saus tomat. Suatu bahan
pH rendah (4-6) vitamin C lebih stabil yang dinilai bergizi, enak dan teksturnya
daripada pH tinggi (bersifat stabil terhadap sangat baik tidak akan dimakan apabila
asam, tidak stabil terhadap basa) Vitamin memiliki warna yang tidak sedap
C mudah teroksidasi, lebih-lebih bila dipandang atau memberi kesan telah
terdapat katalisator Fe, Cu, enzim askorbat

Serambi Journal of Agricultural Technology, Vol.1 No.1Hal.25-33. 2019 | 30


menyimpang dari warna yang seharusnya mailard browning. Perubahan warna pada
(Winarno, 2004). saus juga disebabkan oleh peningkatan pH.
Data hasil analisis yang diperoleh pH rendah (pH 3) mengakibatkan
dari uji organoleptik warna saus berkisar perubahan warna saus memudar. (Parisa
antara 3,50 (suka) – 3,87 (suka) dengan dkk, 2007). Suhu pasteurisasi yang
rata-rata 3,70 (suka). Uji organoleptik semakin tinggi menyebabkan warna saus
warna saus tertinggi diperoleh pada pH 4 tomat agak coklat.
dan suhu pasteurisasi 800C (R2T3) sebesar
3,87 (suka), sedangkan nilai rata-rata uji Rasa
organoleptik warna saus terendah Rasa suatu makanan mempunyai
diperoleh pada pH 3 dan suhu pasteurisasi peranan yang penting, sebab dengan
900C (R1T3) sebesar 3.50 (suka). Data rata indikator rasa konsumen dapat mengetahui
– rata hasil analisa uji organoleptik warna dan menilai apakah makanan itu enak atau
dapat dilihat pada Tabel 4. tidak, rasa pada suatu makanan
dipengaruhi oleh bahan dasar yang
Tabel 4. Data rata rata analisa organoleptik digunakan (Winarno, 2004).
warna saus tomat Dari data hasil analisis diperoleh
Suhu pasteurisasi (T) organoleptik rasa saus tomat berkisar
pH (R) antara 3,44 (netral) – 3,80 (suka) dengan
T1= 700C T2= 800C T3= 900C
R1= 3 3.67 3.67 3.50 rata-rata 3,63 (suka). Organoleptik rasa
R2= 4 3.80 3.87 3.57 saus tomat tertinggi diperoleh pada pH 5
R3= 5 3.80 3.70 3.70 dan suhu pasteurisasi 900C (R3T3) sebesar
3,80 (suka), sedangkan nilai rata-rata rasa
saus terendah diperoleh pada pH 5 dan
Hasil analisa sidik ragam
suhu pasteurisasi 700C (R3T1) sebesar
menunjukkan bahwa pH (R) dan suhu
3,44 (netral). Data hasil analisa rasa saus
pasteurisasi (T) serta interaksi antara pH
dapat dilihat pada Tabel 5.
dan suhu pasteurisasi (RT) berpengaruh
tidak nyata (P > 0,05) terhadap uji
Tabel 5. Data hasil analisa organoleptik
organoleptik warna saus tomat. Warna saus
rasa saus tomat
yang dihasilkan berwarna merah bata. Hal Suhu pasteurisasi (T)
tersebut dapat terjadi akibat oksidasi pada pH (R)
T1= 700C T2= 800C T3= 900C
sebagian karotenoid dalam saus tomat
R1= 3 3.74 3.60 3.53
karena lamanya waktu pemasakan selama
R2= 4 3.73 3.74 3.47
pengolahan, dan juga proses pasteurisasi
R3= 5 3.44 3.63 3.80
dapat memperbaiki penampakan produk
pangan. Tujuan pasteurisasi adalah untuk
Hasil analisa sidik ragam
memusnahkan sebagian besar mikroba
menunjukkan bahwa pH (R) dan suhu
pembusuk dan juga dapat mempertahankan
pasteurisasi (T) serta interaksi antara pH
warna saus yang dihasilkan. Warna saus
dan suhu pasteurisasi (RT) berpengaruh
yang disukai oleh panelis adalah warna
tidak nyata (P > 0,05) terhadap uji
merah bata coklat karena warnanya lebih
organoleptik rasa saus tomat. Dari hasil
menarik. Perubahan ini terjadi karena
penelitian, saus tomat yang dihasilkan
dalam proses pemanasan terjadi reaksi
berasa asam. Rasa asam yang khas pada

Serambi Journal of Agricultural Technology, Vol.1 No.1Hal.25-33. 2019 | 31


saus tomat tidak disukai oleh panelis Program Doktor Ilmu-Ilmu
diduga karena perubahan nilai pH selama pertanian Fakultas Pertanian
penyimpanan (Christine, 2017). Menurut Universitas Brawijaya. Malang.
Buckle dkk (1995), selama penyimpanan
Hellen. (2007). Kadar Vitamin C, Mutu
terjadi kenaikan pH akibat aktifitas khamir Fisik, pH Dan Mutu Organoleptik
dan kapang. Rasa saus yang dihasilkan ini Sirup Rosella (Hibiscus Sabdariffa,
berbeda dengan saus tomat komersil yang L) Berdasarkan Cara Ekstraksi.
berasa manis sedikit asam. Rasa asam ini Jurnal Pangan dan Gizi.
disebabkan oleh buah tomat dan juga
sewaktu proses pengolahan saus ada Kusuma (2016), Penggunaan Ekstrak
Kasar Polisakarida Larut Air dari
ditambahan cuka.
Biji Buah Durian (Durio zibethinus
Pengaruh pasteurisasi pada saus Murr.) pada Pembuatan Saos Tomat
tomat agar dapat menimbulkan rasa yang AGRITECH, Vol. 36, No. 3
lebih baik pada produk, pada saus tomat
dapat dapat menginaktifkan mikroba yang Nursari, (2016). Pengaruh pH dan Suhu
membuat saus tomat rusak. Selain itu, Pasteurisasi Terhadap Karakteristik
dikhawatirkan jika menggunakan suhu Kimia, Organoleptik Dan Daya
Simpan Sambal. Jurusan Ilmu
yang terlalu tinggi akan mengakibatkan
Teknologi Pangan. Fakultas dan
kerusakan mutu pada bahan pangan. Teknologi Industri dan Pertanian.
Diketahui bahwa mikroba penyebab Universitas Halu Oleo : Sulawesi
kebusukan pertama adalah mikroorganisme Tenggara.
yang sensitif terhadap panas (Christine, Parisa, Setareh, H. Reza, G. Elham and J.
2017). Rashid, (2007). Effect Of Heating,
UV Irradiation And Ph On Stability
Of The Anthocyanin Copigment
KESIMPULAN Complex. J. Biol. Sci., 10: 267-272
Perlakuan terbaik terdapat pada
pengatur pH 4 dan suhu pasteurisasi 800C Philip. (2010). Vitamin C : Its Chemistry
yang menghasilkan saus tomat mutu yang And Biochemistry. The Royal
baik dengan sifat kimia yaitu kadar air Society of Chemistr. Cambridge.
77,24%, vitamin C 0.059%, uji 245:97-100.
organoleptik rasa 3,74 (suka) dan warna
Standar Nasional Indonesia No. SNI-01-
3,87 (suka). 3545-2004. Tentang Persyaratan
Pengawet pada Saus.
DAFTAR RUJUKAN
DeMan, J.M. (1989). Principles of Food Sofyan, (2012). Teknologi Budidaya
Chemistry (Terjemahan: Kimia Tanaman Tomat (Lycopersicum
Makanan,diterjemahkan esculentum Mill.) Di Balai
Padmawinata). Penerbit Institut Penelitian Tanaman Sayuran
Teknologi Bandung. Bandung. Lembang, Bandung. Jawa Barat
Soekarto, (2012). Penilaian Organoleptik.
Herlina, dkk. (2015). Karakterisasi dan Bharatara Karya Aksara. Jakarta.
Aktivitas Hipolipidemik serta
Potensi Prebiotik Polisakarida Sugiarto, I. (2007). Pengaruh pH dan suhu
Larut Air Umbi Gembili ekstraksi terhadap mutu pektin dari
(Dioscorea esculenta L.). Disertasi.

Serambi Journal of Agricultural Technology, Vol.1 No.1Hal.25-33. 2019 | 32


wortel. Skripsi. Fakultas Pertanian. Volker and Gaspar Ros Berruezo1. (2007).
Universitas Riau. Pekanbaru. “Influence of lycopene and vitamin
C from tomato juice on biomarkers
Sudarmadji, dkk. (1997). Prosedur analisis of oxidative stress and
untuk bahan makanan dan inflammation”, British Journal of
pertanian. Edisi ketiga , Liberty, Nutrition . 99, 137–146.
Yogyakarta.
Winarno F.G.(2004). Kimia Pangan dan
Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Serambi Journal of Agricultural Technology, Vol.1 No.1Hal.25-33. 2019 | 33

Anda mungkin juga menyukai