Kulit
Kulit
Etiologi
Skabies ialah penyakit kulit yang diakibatkan oleh infestasi dan sensitasi tungau (mite) Sarcoptes
scabiei varian hominis dan sejenisnya. Sarcoptes scabiei adalah tungau dari famili Sarcoptidae,
ordo Acaria, kelas Arachnida. Badannya yang berbentuk oval, pipih datar di bagian ventral, dan
convex di bagian dorsal.Tungau yang jantan berukuran 150-200 mikron, sedangkan yang betina
lebih besar berkisar ukuran 300-350 mikron. Alat mulut terdiri dari selisere yang bergigi dan
palpi menjadi satu dengan hypostom. Stadium dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang
menghadap ke depan sebagai alat perekat dan 2 pasang menghadap ke belakang (Sudarsono,
2012)
Epidemiologi
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi sekabies. Banyak faktor yang
menunjang perkembangan penyakit tersebut, diantaranya ialah sosial ekonomi yang rendah,
hygiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan
perkembangan demografik serta ekologik. 13 Penyakit ini dapat dimasukkan PHS (penyakit
akibat hubungan seksual) (Djuanda, 2010).
Cara Penularan
Penularan penyakit skabies bisa terjadi dengan secara langsung ataupun tidak langsung, adapun
cara penularannya ialah :
Patofisiologi
Ketika tungau masuk ke dalam lapisan kulit seseorang, maka ia mulai mengalami gejala skabies.
Lesi primer yang terbentuk akibat infeksi skabies pada umumnya berupa terowongan yang berisi
tungau Sarcoptes scabiei, telur, dan hasil metabolisme/ekskresinya. Terowongan berwarna putih
abu-abu, tipis dan kecil seperti benang dengan struktur linear atau berkelok-kelok kurang lebih 1-
10 mm, yang merupakan hasil dari pergerakan tungau di dalam stratum korneum. Terowongan
dapat ditemukan bila belum terdapat infeksi sekunder. Ketika menggali terowongan, tungau
mengeluarkan sekret yang dapat melisiskan stratum korneum. Sekret dan produk eksresi tersebut
akan menyebabkan sensitisasi sehingga menimbulkan lesi sekunder, berupa papul, vesikel, yang
dapat dan bula. Selain itu, dapat pula terbentuk lesi tersier berupa ekskoriasi, eksematisasi, dan
pyoderma. Namun, tungau hanya dapat ditemukan pada lesi primer. ( Hilma, et.al., 2014)
Gejala Klinis
Gatal merupakan gejala klinis utama pada skabies. Rasa gatal pada masa awal investasi tungau
biasanya terjadi pada malam hari (pruritus nokturna), cuaca panas, atau ketika berkeringat. Gatal
terasa di sekitar lesi, namun pada skabies kronik gatal dapat dirasakan hingga ke seluruh tubuh.
Gatal disebabkan oleh sensitisasi kulit terhadap ekskret dan sekret tungau yang dikeluarkan pada
waktu membuat terowongan. Masa inkubasi dari infestasi tungau hingga muncul gejala gatal
sekitar 14 hari (Buku Illustrasi Siklus Hidup S. scabies , Badan Penerbit FKUI, Jakarta , 2016).
Diagnosa skabies dapat ditegakkan dengan melihat 2 dari 4 tanda di bawah ini (AlFalakh, 2009) :
a. Pruritus nokturnu, artinya gatal disaat malam hari yang disebabkan karena aktifitas tungau ini
lebih tinggi pada suhu atau cuaca yang lebih lembab dan panas.
b. Penyakit skabies ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga
yang terkena infeksi. Begitu juga dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,
sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan
hiposensitisasi, yang semua anggota keluarganya terkena. Meskipun mengalami infeksi tungau,
tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
c. Adanya kunikulus pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih keabu-abuan, yang
berbentuk garis lurus atau berkeloak, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung luka ditemukan papul
atau vesikel. Jika timbul infeksi skunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskonasi, dan
lain-lain). Tempat berkembang biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis,
yaitu : sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian
depan, areola mamae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut di bagian
bawah. Pada bayi atau balita dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
Penyakit kulit dari sarcopes scabiei var. hormini, merupakan penyakit yang sangat menular
paling sering air sumur, sedikit dari makanan,
patoghenesis
Sarcopes meninfeksi host
post scabies age, masih bisa gatal. Kalua hanya gatal saja tidak ada tempat baru
pemeriksaan penunjang, kerokan kulit dengan KOH. Supaya sel keratin rusak agar bisa melihat kutunya
OBAT : permethrin 5% 8 jam keseluruh tubuh, sulfur presipitatum(salep 24) harus dipakai 3 hari
berturut-turut
Dermatitis Atopik
kalua punya Riwayat Atopik kemungkinan 30% anak terkena, kalau pasangan juga punya 60%
Radangan kulik kronik dan residif disertai gatal umumnya sering terjadi pada waktu bayi-anak anak
Pyoderma
Dermatofitosis
Sentral healing(ring worm)pada kulit, pada rambut akan patah rambutnya. Ada pada handuk apabila
sering mandi
Penunjang pakai KOH, untuk melihat hifa dan spora. Untuk mehancurkan epitel
Kandidiasis
Ptiriasis versicolor
Dematitis Numularis
Dermatitis seboroik
psoriasis vulgaris
Akne vulgaris
Cari otot laring
Otitis media lebih sering pda anak kecil karena perbedaan anatomi pada orang dewasa bagian tuba yang
lebih pendek
Otitis eksterna
Otitis media
Tuli
Tuli kongenital
Tinnitus
Vertigo
Rhinitis akut
Rhinitis iritan
Rhinitis kronik
Rhinitis hipertropi
Sicca
Sinusitis
Polip
Papilloma nasal
Ca nasofaring
Epistaxis
Laryngitis TB
Lpr gerd