Anda di halaman 1dari 4

Nama: Daffa Putra Pratama

NPM: 2206064244
Penulisan Ilmiah Reguler

Mengenal Sistem Hukum Perburuhan di Indonesia, Adil atau Tidak?

Pendahuluan

Dalam hukum perburuhan atau hukum ketenagakerjaan terdapat beberapa istilah yang
beragam, seperti buruh, pekerja, karyaw an, pegawai, majikan, dan pengusaha. Istilah buruh
dari dulu sudah sering digunakan dan sekarang masih sering digunakan sebagai sebutan untuk
kelompok tenaga kerja yang sedang memperjuangkan program organisasinya. Istilah pekerja
dalam praktik sering dipakai untuk menunjukkan status hubungan kerja, seperti pekerja
kontrak, pekerja borongan, pekerja harian, pekerja honorer, pekerja tetap, dan sebagainya.
Sedangkan istilah karyawan atau pegawai lebih sering dipakai untuk keperluan administrasi.1

Sejak akhir tahun 1970-an seiring dengan berkembangnya ideologi neo liberalisme
yang menekankan pada kekuatan mekanisme pasar dalam menyelesaikan segala masalah
ekonomi dan sosial di masyarakat, kita juga menyaksikan bahwa perkembangan hukum
perburuhan secara umum telah mengambil jalur yang berbeda. Dalam literatur hukum
perburuhan, perubahan ini direfleksikan dalam tren deregulasi dan fleksibelisasi, yang
melemahkan fungsi dari perwakilan kepentingan kolektif tradisional dari buruh. Inilah yang
juga dialami Indonesia melalui paket 3 UU Perburuhan yang diterbitkan antara tahun 2000
hingga 2004. Ketiganya jelas lebih banyak dipengaruhi oleh kepentingan investor daripada
kepentingan buruh.2

Adanya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan


memberikan perlindungan dan kepastian hukum baik kepada pengusaha maupun kepada
pekerja serta adanya campur tangan pemerintah dalam bidang perburuhan. Melalui Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pemerintah telah membawa
perubahan mendasar yakni menjadikan sifat hukum perburuhan menjadi ganda yakni sifat

1
Hani Hani dan Nurhidayat Nurhidayat, "Pelaksanaan Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia," Prosiding
Seminar Nasional Hukum (2022), hlm. 1.
2
Syamsul Khoiri, "Peraturan Hukum Perburuhan Dan Sikap Pengadilan: Tarik-Menarik Antara Kepentingan
Investor Dan Kepentingan Buruh," Jurnal Hukum & Pembangunan (2009), hlm. 307-325.
privat dan sifat publik. Sifat privat melekat pada prinsip dasar adanya hubungan kerja yang
ditandai dengan adanya perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha. Sedangkan sifat
publik dari hukum perburuhan dapat dilihat dari adanya sanksi pidana, sanksi administratif
bagi pelanggar ketentuan di bidang perburuhan dan dapat dilihat dari adanya ikut campur
tangan.3

Indonesia masih belum memiliki sistem hukum perburuhan yang adil. Dapat dilihat
bahwa sering terjadi masalah kepentingan buruh, pemberi kerja, dan pemerintah. Ada
beberapa masalah yang terlihat dalam sistem hukum perburuhan di Indonesia. Yang pertama,
substansi pengaturan hukum di bidang hubungan kerja, khususnya upah minimum,
outsourcing dan TKI masih terdapat inkonsistensi. Struktur hukum perburuhan belum
berjalan. Kedua, terjadi tumpang tindih kewenangan antara Kementerian Tenaga Kerja dan
Kementerian Dalam Negeri di bidang perburuhan yang berkaitan dengan otonomi daerah.
Terjadi kekosongan hukum dalam upaya hukum bagi masalah perburuhan kolektif. Ketiga,
budaya hukum dalam hubungan industrial yang lebih baik belum berjalan.4

Ada juga permasalahan bahwa di dalam hubungan kerja, posisi buruh lebih lemah
dibandingkan dengan pengusaha. Jika terjadi pelanggaran terhadap aturan-aturan yang ada di
dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Pemerintah
memiliki kewajiban untuk menegakan melalui Pengawas Perburuhan sebagai bentuk nyata
affirmative action dalam memberikan perlindungan terhadap buruh. Hal ini didasari pada
Negara Indonesia sebagai Negara Kesehjahteraan. Sementara pada saat ini fungsi penegakan
hukum pada Pengawas Perburuhan masih belum dapat melakukan fungsinya secara
menyeluruh terutama dalam hal penegakan hukum, sehingga menyebabkan terpengaruhnya
perwujudan kesejahteraan buruh di Indonesia.5

Fenomena kehidupan para buruh di Indonesia pada saat ini terus berlanjut dan
mengalami pasang surut dalam kaitan dengan masalah kesejahteraan para pekerja. Dunia
perburuhan pada umumnya merupakan suatu persoalan yang sangat penting untuk dilakukan
pengkajian, terlebih lagi pada saat sekarang ini betapa besarnya persoalan ketenagakerjaan di
Indonesia. Demontrasi para pekerja yang menuntut perbaikan kesejahteraan, menentang

3
Rindia Kusumaningtyas, “Perlindungan Hukum Perburuhan (Strategi dan Tips Jitu Memahami Perjanjian Kerja
Terkait Permasalahan PHK),” Jurnal Pengabdian Hukum Indonesia (2019), hlm. 46-59.
4
Asri Wijayanti, “Menuju Sistem Hukum Perburuhan Indonesia Yang Berkeadilan,”. Arena Hukum (2013), hlm.
210-17.
5
Mohammad Fandrian Hadistianto, "Praktek Pengawasan Perburuhan Dalam Konteks Penegakan Hukum
Perburuhan Heteronom," Jurnal Surya Kencana Satu: Dinamika Masalah Hukum dan Keadilan (2017), hlm. 21-
38.
outsourcing, serta sistem pengupahan (UMR) dan masalah-masalah keselamatan serta
kesejahteraan kerja di berbagai tempat di Indonesia, merupakan fenomena yang begitu banyak
meminta perhatian masyarakat.6

Dari pembahasan serta data-data mengenai fenomena mengenai persoalan sistem


hukum perburuhan di Indonesia, terlihat dengan jelas bahwa masalah ketenagakerjaan atau
perburuhan di Indonesia masih sangat timpang. Hal ini masih didasari dengan masalah klasik
kaum buruh dengan kaum majikan atau atasan. Walaupun sudah ada Undang-undang yang
mengatur, tetapi dalam praktiknya masih belum sesuai dengan harapan untuk mencapai
kesejahteraan para buruh. Padahal tujuan buruh hanya sesederhana ingin memenuhi
kebutuhan sehari-hari dan bagi yang sudah berkeluarga adalah untuk menafkahi. Tujuan yang
sederhana namun menimbulkan persoalan yang berkepanjangan ini harusnya bisa diselesaikan
dengan bijak oleh pemerintah.

Permasalahan ini tidak akan selesai apabila dari kalangan atas masih berorientasi
untuk kekayaan pribadi dan bukannya kesejahteraan buruhnya. Karena pada dasarnya para
buruh yang bekerjalah yang bisa membuat suatu organisasi atau perusahaan tersebut tetap
berjalan. Pemerintah sebagai pembuat peraturan dan perundang-undangan juga harus
mengevaluasi dan mengkaji ulang masalah perburuhan yang ada agar bisa membuat peraturan
dan perundang-undangan yang melindungi kepentingan kaum buruh dengan lebih baik lagi.
Kaum buruh merupakan kaum yang lemah dalam hal kekuatan dan seharusnya pemerintah
yang memiliki kewenangan harus melindungi hak-hak kaum buruh karena memiliki kekuatan
lebih besar.

Kita sebagai masyarakat umum juga harus bisa lebih menyadari keberadaan serta
keadaan kaum buruh yang ada di sekitar kita. Kita mengetahui bahwa kaum buruh di dunia
terlebih lagi di Indonesia jumlahnya sangat banyak dan kesejahteraan ekonominya rata-rata
rendah. Dengan mengetahui hal tersebut kita seharusnya bisa melakukan pergerakan sosial
mengenai kaum buruh atau memberikan bantuan secara langsung. Tanpa disadari hal-hal yang
ada di sekitar kita dan benda-benda di sekitar kita merupakan hasil kerja keras dari kaum
buruh. Sudah seharusnya kita bisa memberikan timbal balik yang sesuai dengan kerja keras
mereka.

6
Zainul Akhyar dan Muhammad Elmy, "Perlindungan Hukum Kesejahteraan Pekerja di Indonesia," Jurnal
Pendidikan Kewarganegaraan (2021), hlm. 133-138.
Daftar Pustaka

Akhyar, Zainul dan Muhammad Elmy. "Perlindungan Hukum Kesejahteraan Pekerja di


Indonesia." Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan (2021). Hlm. 133-138.

Hadistianto, Mohammad Fandrian. "Praktek Pengawasan Perburuhan Dalam Konteks


Penegakan Hukum Perburuhan Heteronom." Jurnal Surya Kencana Satu: Dinamika
Masalah Hukum dan Keadilan (2017). Hlm. 21-38.

Hani, Hani, and Nurhidayat Nurhidayat. "Pelaksanaan Hukum Ketenagakerjaan di


Indonesia." Prosiding Seminar Nasional Hukum. (2022).

Khoiri, Syamsul. "Peraturan Hukum Perburuhan Dan Sikap Pengadilan: Tarik-Menarik


Antara Kepentingan Investor Dan Kepentingan Buruh." Jurnal Hukum &
Pembangunan (2009). Hlm. 307-325.

Kusumaningtyas, Rindia. “Perlindungan Hukum Perburuhan (Strategi dan Tips Jitu


Memahami Perjanjian Kerja Terkait Permasalahan PHK).” Jurnal Pengabdian Hukum
Indonesia (2019). Hlm. 46-59.

Wijayanti, Asri.. “Menuju Sistem Hukum Perburuhan Indonesia Yang Berkeadilan.” Arena
Hukum (2013). Hlm. 210-17.

Anda mungkin juga menyukai