Anda di halaman 1dari 68

UTS ASAS-ASAS HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Timotius Benjamin Ebenezer


*: Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia Angkatan 2020
Pengantar Hukum Administrasi Negara
Prof. Anna Erliyana
3 September 2021
Deskripsi

● Logemann
○ HAN meliputi peraturan khusus yang mengatur cara organisasi negara ikut dalam
lalu lintas kemasyarakatan.
○ Hubungan hukum yang khusus, pejabat pemerintah mempunyai kewenangan
istimewa untuk membuat fungsi-fungsi pemerintahan berjalan dengan baik.
● E. Utrecht
○ Menguji hubungan istimewa yang memungkinkan pejabat (ambtsdrager)
administrasi negara melakukan tugas khusus.
○ Hukum yang mengatur sebagian lapangan pekerjaan administrasi negara (bagian
lain diatur oleh HTN, Hukum Perdata, dsb).
○ Gabungan jabatan yang kompleks (complex van ambten).
○ Fungsi administrasi yang tidak ditugaskan kepada badan peradilan, badan legislatif
pusat dan pemerintahan daerah.
● Van Vollenhoven
○ HAN merupakan pembatasan kebebasan pemerintah → jaminan bagi warga yang
taat kepada pemerintah.
○ Pembebanan kewajiban kepada warga yang taat → wewenang pemerintah menjadi
luas dan tegas.
○ HAN diarahkan kepada perlindungan hukum bagi rakyat.
● Prajudi Atmosudirdjo
○ HAN mengatur selak beluk organisasi dan fungsi administrasi negara.
○ Administrasi sebagai organisasi administrasi yang secara khusus mencapai tujuan
yang bersifat kenegaraan (publik), yang tujuannya ditetapkan undang-undang
secara memaksa (dwingend rechts).
○ HAN Otonom → hukum operasional yang dibentuk oleh pemerintah dan
administrasi negara.
● Belifante
○ HAN berisi peraturan yang menyangkut administrasi (pemerintah), Hukum
Administrasi (administratief recht), HTP (bestuursrecht).
○ Pemerintah (bestuur) dipandang sebagai fungsi pemerintahan (bestuurfunctie) yang
merupakan tugas penguasa di luar pembentukan undang-undang dan peradilan.
● Van Wijik-Konijnenbelt
○ HAN & HTP berkaitan dengan administrasi, pemerintah dan pemerintahan
(administratiefrecht, bestuursrecht het heeft alles te maken met administratie,
bestuur, het bestuuren)
○ Pada satu sisi HAN merupakan instrumen yuridis bagi penguasa untuk secara aktif
terlibat dengan masyarakat, pada sisi lain memungkinkan warga memengaruhi
penguasa dan memberikan perlindungan terhadap penguasa.

Fungsi & Ruang Lingkup


- P de Haan dan kawan-kawan mengungkapkan tiga fungsi HAN, yaitu norma, instrumen,
dan jaminan.
- Lingkup
- Mengatur sarana bagi penguasa untuk mengatur dan mengendalikan masyarakat;
- mengatur cara masyarakat berpartisipasi dalam kedua proses tersebut;
- perlindungan hukum (rechtsbescherrming);
- menetapkan norma-norma fundamental bagi penguasa yang baik (algemen
beginselen van behoorlijk bestuur)

Perkembangan HAN
- HAN ada pada saat pemerintah mulai menata masyarakat dalam kaitan penggunaan sarana
hukum. Semakin luas tugas pemerintah, HAN semakin menyebar → timbul Hukum
Keselamatan Tenaga Kerja, Hukum Perpajakan, Hukum Lingkungan, Hukum Tata Ruang,
Hukum Perizinan.
- Masing-masing mengenal undang-undang dan yurisprudensi sendiri
- HAN luar biasa/Khusus: suatu hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan
tertentu, peraturan pelaksana tertentu, yurisprudensi dalam bidang konkrit terbatas pada
urusan pemerintahan.
- HAN Umum: peraturan hukum yang tidak terikat pada satu bidang tertentu dari kebijakan
penguasa → AAUPB, UU PTUN.
- Perkembangan HAN bergerak dalam tiga tahap:
1. sebagai ilmu pengetahuan;
2. peradilan administrasi untuk interpretasi tindakan pemerintah;
3. perkembangan peraturan undang-undang

Letak dalam Ilmu Hukum


- W. F Prins
- HAN - HTN
- HAN - Hukum Privat
- HAN - Hukum Pidana
- HAN Materiil terletak diantara Hukum Privat dan Hukum Pidana → Hukum Antara
- Hukum Pidana berisi norma-norma penting bagi kehidupan masyarat, oleh karena itu
penegakkannya harus dilakukan oleh penguasa.
- Hukum Privat berisi norma-norma yang penegakannya dapat dilakukan swasta.
- W.F Prins: hampir setiap peraturan berds HAN diakhiri ketentuan pidana (in cauda
venenum- bercaun di ekor)

F.A.M Storink: Sifat & letak HAN

HTN
(hukum konstitusi)
H. Perdata Formal HAN Formil Hukum Pidana Formal

H. Perdata Materil HAN Materiil Hukum Pidana Materiil

Hubungan HTN - HAN


- Oppenheim:
- HTN → negara dalam keadaan diam;
- HAN → negara dalam keadaan bergerak
- Van Vollenhoven:
- HTN → distribusi kekuasaan negara;
- HAN → pelaksanaan kekuasaan negara
- Logemann:
- HTN → organisasi jabatan;
- HAN → hubungan antara sesama jabatan; jabatan-warga
- Prajudi:
- HTN → mengatur keseluruhan aspek konstitusi;
- HAN → mengatur satu aspek konstitusi, yaitu administrasi negara
- Lex specialis derogat lex generalis
- HTN & HAN tidak bisa dipisah secara tegas. HAN merupakan perpanjangan tangan HTN,
merupakan instrumen yang juga memberikan perlindungan hukum bagi penguasa.

Perbedaan dengan Bidang Hukum Lain


- HAN formal mengenal Hukum Acara Sengketa dan Non-sengketa.
- HAN tidak mengenal kodifikasi.

Istilah HAN di Indonesia


- Hukum Tata Usaha Negara (HTUN)
- Hukum Tata Pemerintahan (HTP)
- Hukum Administrasi (HA)
- Hukum Administrasi Negara (HAN)
- Tata Usaha Pemerintahan (TUP)

HAN mengatur 4 hal:


- Organisasi/institusi
- Bagaimana mengisi jabatan dalam organisasi
- Kegiatan/pelaksanaan tugas jabatan
- Pelayanan administrasi negara kepada masyarakat

3 Dimensi Administrasi Negara


- Institusional → administrasi negara yang dibawahi dan digerakkan Presiden
- Fungsional → menerapkan undang-undang: norma hukum umum-abstrak → individual,
konkrit, kasuistis
- Processual → proses tata kerja menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan (TU)

Sumber Hukum
- Pancasila
- UUD 1945
- Tap MPR
- UU/Perpu
- .PP
- Perpres
- Permen
- Perda
- Yurisprudensi
- Hukum tidak tertulis
- Hukum International
- KTUN
- Doktrin

HAN Heteronom - HAN Otonom


- HAN Heteronom: UUD 1945, UU/Perpu, PP, Peraturan Presiden, dan seterusnya.
- HAN Otonom: Hukum operasional yang dibuat administrasi negara agar dapat bertindak
sesuai keperluan
- HAN Heteronom merupakan dasar/acuan HAN Otonom
- HAN Otonom merupakan pelaksanaan Han Heteronom

Hubungan Hukum yang diatur


- HAN internal → sesama pejabat administrasi negara
- HAN eksternal → pejabat administrasi negara-warga
ADMINISTRATIVE LAW

The Separation of Power


- Since at least the time of Aristoteles class interset: Monarchy, aristocracy, democracy
- British institution monarch: House of Lords - Common
- Montesquieu - conflicts King. & Parliament in 17 centuries
- Legislative power - enacting general
- Executive power - concerning with the implementation and enforcement of the law
- Judicial power - concerned with the settlement of disputes about the law

Droit Administratif (French system)


- An uncodified branch of a civil law system
- Fully developed system of administrative law
- The developed system centered upon the Council d’Etat forms the basis of many
continental systems and has influences such international institutions as the Administrative
Tribunals of the UN; the Court of Justice of the EC.
- Droit Administration is correctly translated into English as “Administrative Law” - the
whole of the administration’s various organs and various organs of the administration and
the law relating to the civil service (la fonction publique).

The function of Droit administration


- To determine what type of state officials and administrative Authorities are maintained,
how they are appointed, their status, what salary they received.
- What manner public services will operate to meet the need of citizens.

Public-Private Law
- The separation between Public-Private Law, which is the hallmark of the French System,
has proved a fatal attraction for some common lawyers.

The Duality of Court


- The “duality” of the droit civil and the droit administrative in French, and more particularly
the dual system of courts, cannot be understood without some appreciation of French
Constitutional history.
- On the one hand, there has been the authoritarian or Bonapartist tradition (inherited from
the Ancient Regimes of autocratic rule based upon a powerful and centralized bureaucracy
and acting more less independently of Parliament.
- On the other hand, there is the Parliamentary tradition, where the elected assembly imposes
its will upon the executive, although still a strong bureaucracy.
- Severe restrictions have been imposed upon Parliament’s power.
- In proportion as Parliament has weaknesses, so the powers of the executive have been
strengthened and distributed between President and Prime Minister.
- Not the whole body of the law relating to administer, but a single aspect of it, namely,
administrative jurisdiction to the exclusion even of control by the civil and criminal law

Administrative Law (British system)


- Not the whole body of the law relating to administer, but a single aspect of it, namely,
administrative jurisdiction to the exclusion even of control by the civil and criminal law
- This definition divide administrative law into three parts
1. The power vested in administrative agencies.
2. The requirements imposed by law upon the exercise of these powers.
3. Remedies against unlawful administrative action.

Function & Characteristics


- It embodies positive principles to facilitate good administrative practice - rules of natural
justice or fairness.
- It operates to provide for accountability and transparency.

The Rule of Law


- Rules should limit that government and political power. Published and known in advance
and applied equally impartially to all.
- That the law once made should be obeyed even by those who disagree with it on moral
grounds.

Dicey doctrine
- The absolute supremacy or predominance of ‘regular’ law as opposed to the influence or
arbitrary powers and the absence of discretionary authority on the part of Government.
- Equality before the law, all persons are subject to the same law administered by ordinary
courts.
- The constitutions result from the ordinary law of the land developed by the judges on a
case-by-base essential.
Hukum Administrasi Negara
Kuliah 2 - Dr. Tri Hayati
10 September 2021

Kekuasaan Dan HAN


● HTN pada pokoknya mengatur pembagian kekuasaan negara, antara lembaga negara,
lembaga/kekuasaan eksekutif, legislatif, yudikatif;
● Jadi pembahasan HTN berhenti pada saat kekuasaan yang diberikan oleh UUD diterima
oleh lembaga negara termasuk lembaga eksekutif.
● Sementara HAN mengatur cara kekuasaan eksekutif melaksanakan fungsi-fungsinya dan
kewenangannya sehari-hari.
● Pembahasan HAN dimulai saat kewenangan itu dilaksanakan secara efektif oleh
Pemerintah.
● Menurut Prof Prajudi, MPR memegang kekuasaan konstitutif, dan BPK memegang
kekuasaan inspektif, dan DPA memegang kekuasaan konsultatif.

Definisi HTN dan HAN


1. Oppenheim:
HTN adalah hukum tata negara dalam keadaan diam (Staats in Rust);
HAN adalah hukum tentang negara dalam keadaan bergerak (Staats in beweging);
2. Van Vollen Hoven:
HTN adalah hukum tentang distribusi kekuasaan negara;
HAN adalah hukum tentang pelaksanaan kekuasaan negara yang telah di distribusikan
oleh HTN.

● Staats en Administratief Recht


● Pada awalnya HTN dan HAN merupakan suatu kesatuan; HAN hanya sebagai pelengkap.
○ Prins menyebutkan bahwa HTN mempelajari hal-hal yang sifatnya fundamental
yakni tentang dasar-dasar dari negara dan menyangkut langsung setiap warga
negara.
○ HAN lebih menitikberatkan pada hal-hal teknis saja, yang
○ Kranenburg berpendapat bahwa HTN dan HAN memiliki hubungan umum dan
khusus.
○ Dalam arti luas, HTN mencakup pengertian HTN dalam arti sempit dan HAN
○ Constitutional and Administrative Law
(Amerika dan Inggris)
● Dalam perkembangannya, keduanya berkembang mengikuti kebutuhan
● Oppenheim menyebutkan bahwa perbedaan keduanya terletak pada objek negara yang
dikaji, yaitu:
○ Negara dalam keadaan diam
○ Negara dalam keadaan bergerak
● Fritz Werner menyebutkan bahwa hukum administrasi negara itu adalah hukum tata
negara yang diletakkan dalam keadaan yang konkrit.
● Van Vollenhoven menyebutkan bahwa
○ HTN sebagai rangkaian peraturan hukum yang mendirikan badan-badan sebagai
alat (organ) suatu negara dengan memberikan wewenang kepada badan-badan itu
dan membagi-bagi pekerjaan pemerintah kepada banyak alat-alat negara, baik
yang tinggi atau rendah kedudukannya
○ HAN sebagai serangkaian ketentuan yang mengikat alat-alat negara
● Logemann
○ Menilai dari sistematika hukum pada umumnya:
■ Ajaran tentang status (persoonsleer)
■ Ajaran tentang lingkungan (gebiedsleer)
■ Ajaran tentang hubungan Hukum (leer de rechtsbetrekking)
○ HTN dalam arti sempit:
■ Persoonsleer: yaitu mengenai persoon dalam arti hukum yang meliputi
hak kewajiban manusia, personifikasi, pertanggungjawaban, lahir dan
hilangnya hak dan kewajiban tersebut, hak organisasi, batasan-batasan dan
wewenang.

Status Naturalis Belum ada kekuasaan HomoHomini Lopus


(Thomas Hobbes) → Primus Interpares
Contract Sociale

Status Civilis Leges Fundamentalis


(JJ Rousseau) → Ada Rakyat, Wilayah, dan
Kedaulatan
Negara Sudah ada kekuasaan Nachwachterstaat
→ Welfare state
Social service state
Konsep Negara Hukum
Anglo Saxon Eropa Kontinental
Rule Of Law Rechtstaat
1. Supremacy of the law 1. Konstitusi/Asas Legalitas
2. Equality Before the law 2. Pemisahan Kekuasaan
3. Constitution based on human 3. Peradilan Administrasi
rights. 4. Pengakuan HAM
HAN semakin berkembang HAN (Droit Adm) semakin
didasarkan pada hukum kebiasaan berkembang dengan adanya Revolusi
Perancis
Perkembangan Fungsi Negara

Raja Louis XVI: Kekuasaan Tersentral


(Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif)
● Pemerintahan waktu itu monarchy absolute sehingga timbul reaksi dari para pemikir
untuk memperbaiki keadaan.
○ John Locke (1632 - 1704):
Mengemukakan bahwa Kekuasaan Negara dibagi tiga/Distribution of Power:
1. Legislatif (Pembuatan Undang-Undang);
2. Eksekutif (termasuk disini yudikatif);
3. Federatif (Hubungan Kerjasama)
○ Montesquieu (1688 - 1755)
Separation of power “Trias Politika”:
1. Legislatif
2. Eksekutif
3. Yudikatif
○ Van Vollenhoven: Catur Praja:
1. Bestuur (Pemerintahan) Bestuursrecht;
2. Politie (Keamanan) Politierecht;
3. Yustitie (Peradilan) Yustitierecht:
4. Regeling (Pembuatan UU) Regelaarsrecht
○ A.M Donner: Dwi Praja : Policy Making dan Policy Implementation.

Kekuasaan Negara

John Locke Montesquieu Van Vollenhoven A.M. Donner


(Distribution of Power) (Trias Politica) (Catur Praja) (Dwi praja)
(1632 - 1704) (1688 - 1755)

Eksekutif Legislatif Bestuur Tujuan yang akan


(termasuk yudikatif) (Pemerintahan, (Pemerintahan) dicapai (Policy
temrasuk Federatif) Making)

Legislatif Eksekutif Politie Pelaksanaan untuk


(Pembuatan UU) (Pemerintahan, (Keamanan/Ketertiban) mencapai tujuan
termasuk Federatif) (Policy Executing)

Federatif Yudikatif Justitie


(hubungan kerjasama) (Peradilan) (Peradilan)

Regeling
(Pembuatan Perundang-
Undangan)

SEBELUM NEGARA TERBENTUK TIDAK ADA KEKUASAAN NEGARA


NEGARA TERBENTUK SUDAH ADA KEKUASAAN NEGARA DENGAN
PERKEMBANGAN FUNGSI NEGARA


NACHWACHTERSTAAT : RED LIGHT THEORY
Fungsi Negara menjadi menjaga ketertiban saja.
Kekuasaan Negara terpusat di satu tangan: Raja Louis XVI


WELFARE STATE: GREEN LIGHT THEORY
Fungsi Negara selain menjaga ketertiban, juga memberikan kemakmuran kepada
masyarakatnya


SOCIAL SERVICE STATE
Fungsi Negara menjaga ketertiban, memberikan kemakmuran dan memberikan pelayanan
kepada masyarakat.


GOVERNANCE: E. SAVAS
Istilah government diubah menjadi Governance: Lebih baik mengemudikan Perahu
daripada Mendayung Perahu: dengan memberikan kesempatan masyarakat melalui
Privatisasi, Deregulasi, dan Debirokratisasi
Sebelum Negara Terbentuk Negara terbentuk

Tidak ada kekuasaan negara


⇨ Kekuasaan Negara terkait
dengan perkembangan fungsi
negara


Governance Nachwacterstaat
Istilah Government diganti (Red Light Theory)
dengan istilah Governance
(Pengertian: mengemudikan Fungsi Negara menjaga
perahu bukan mendayung, ketertiban saja kekuasaan
Masyarakat diberi kesempatan tersentral di satu tangan
melayani dirinya melalui
Privatisasi, Deregulasi,
Debirokratisasi)

⇑ ⇩
Social Service State Welfare state
(Fungsi Negara menjaga
ketertiban, memberikan
⇐ (Green Light Theory)
Fungsi Negara selain
kemakmuran dan pelayanan menjaga ketertiban, juga
pada masyarakat) memberikan kemakmuran
kepada rakyat

Paradigm Shift (Perubahan Paradigma)

Government Governance

Pemangku Kepentingan: Pemangku Kepentingan:


1. Government 1. Government Institution
2. Masyarakat 2. Private Sector
3. Civil Society

Government > Masyarakat Seimbang/Sinergi

Administrasi Negara Administrasi Publik

Negara Hukum
● Di zaman modern, konsep Negara Hukum di Eropa Kontinental dikembangkan antara lain
oleh Immanuel Kant, Paul Laband, Julius Stahl, Fichte, dan lain-lain dengan menggunakan
“rechtsstaat”
● Sedangkan dalam tradisi Anglo Amerika, konsep Negara hukum dikembangkan atas
kepeloporan A.V. Dicey dengan sebutan “The Rule of Law.”

A.V. Dicey Julius Stahl

Supremacy of law Perlindungan HAM

Equality before the law Pembagian Kekuasaan

Due Process of Law Pemerintahan berdasarkan perundang-


undangan

Peradilan Administrasi Negara

1. F.R. Bothling adalah negara, dimana kebebasan kehendak pemegang kekuasaan dibatasi
oleh ketentuan hukum.
(di satu sisi keterikatan hakim dan pemerintah terhadap undang-undang, dan di sisi
lain pembatasan kewenangan oleh pembuat undang-undang).
2. A. Hamid S. Attamimi, dengan mengutip Burkens, mengatakan bahwa negara hukum
secara sederhana adalah negara yang menempatkan hukum sebagai dasar kekuasaan negara
dan penyelenggaraan kekuasaan tersebut dalam segala bentuknya dilakukan di bawah
kekuasaan hukum.
3. Philipus M. Hadjon, ide rechtsstaat cenderung ke arah positivisme hukum yang membawa
konsekuensi bahwa hukum harus dibentuk secara sadar oleh badan pembentuk undang-
undang.

Negara Modern (Prajudi)


a. Negara Hukum: Masalah semakin banyak dan semakin kompleks, untuk mencegah
dikotomi antara kepentingan Penguasa dan Masyarakat harus ada Hukum (lahir asas negara
hukum: asas Monopoli, persetujuan rakyat, persekutuan hukum)
b. Negara Bangsa: Negara yang dimiliki serta diselenggarakan oleh suatu Bangsa
(masyarakat yang sadar politik dan pemimpin yang berwibawa dan teladan)
c. Negara Teritorial Modern: negara yang berteritori yang mempunyai kedaulatan yang
diakui oleh negara-negara merdeka. Teritori merupakan yurisdiksi wilayah hukum,
wilayah kekuasaan hukum, wilayah kekuasaan peradilan.

Sifat Negara dalam Negara Hukum, memiliki 3 asas


1. Asas Monopoli Paksa (Zwangmonopoli)
Pengertiannya adalah penguasa negara memiliki monopoli kekuasaan dengan penggunaan
paksaan. Monopoli paksaan tersebut disebut dengan keputusan penguasa negara, yang
berada di tangan pejabat penguasa negara yang berwenang dan berwajib untuk itu.
Masyarakat harus mentaati apa yang menjadi kehendak penguasa.
2. Asas Persetujuan Rakyat
Warga masyarakat tunduk kepada peraturan yang diciptakan oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dalam bentuk undang-undang formal atau tidak langsung (berdasarkan delegasi
UU); dalam hal yang mengatur hak dan kewajiban masyarakat, misalnya pemungutan
pajak harus berdasarkan UU.
3. Asas Persekutuan Hukum
Rakyat dan penguasa negara bersama-sama dalam persekutuan hukum (rechtgemeenschap,
legal partnership); Pejabat penguasa dan masyarakat tunduk pada UU yang sama =
equality before the law.

● Di Negara Modern menunjukkan betapa pentingnya HAN untuk mengatur internal


Pemerintahan dan juga mengatur aspek hubungan antar negara di era globalisasi.
● Semakin kuatnya hubungan antara negara dan semakin majunya tingkat peradaban
masyarakat menyebabkan makin meluasnya pengaruh HAN sebagai suatu perangkat
hukum.

Pendekatan Hukum Administrasi Negara


(Philipus Hadjon)
● Pendekatan terhadap Kekuasaan Pemerintah:
Di Inggris populer dengan pendekatan Ultra Vires dan di Belanda sangat menekankan segi
rechtmatigeheid yang pada dasarnya berkaitan dengan rechtmatigeheidcontrole.
Pendekatan tersebut menggambarkan kekuasaan sebagai fokus hukum administrasi negara.
● Pendekatan Hak Asasi Manusia
Rights Based Approach merupakan pendekatan baru dalam hukum administrasi di Inggris,
dimana fokus utama pendekatan adalah pada dua hal, yaitu:
a. Perlindungan Hak Asasi
b. Asas-asas Pemerintahan yang Baik (Principles of Good Administration: legality,
procedural propriety, participation, legal certainty and proportionality)
● Pendekatan Fungsionaris
○ Pendekatan fugnsionaris melengkapi pendekatan sebelumnya, berpijak bahwa
yang melaksanakan kekuasaan pemerintahan adalah pejabat.
○ Dengan pendekatan ini norma hukum administrasi meliputi juga norma perilaku
aparat (overheidsgedrag), yang diukur dengan konsep Maladministrasi.
○ Di Belanda, norma perilaku digali dari praktek Ombudsman, yang norma
dasarnya ada dua, yaitu:
a. Sikap melayani (diensbaarheid);
b. Terpercaya (betrouwbaarheid)
Telaah HAN berkenaan dengan fungsi, menunjukan HAN berfungsi melindungai
hak asasi manusia berkenaan dengan penggunaan kekuasaan memerintah dan
berkenaan dengan perilaku aparat dalam melaksanakan pelayanan kepada
masyarakat.

PENGUASA NEGARA

UUD 1945 UU NRI 1945

Penguasa Lembaga Penguasa Lembaga

Konstitutif MPR Konstitutif MPR

Legislatif Presiden + DPR Legislatif DPR,DPD +


Presiden

Eksekutif Presiden Eksekutif Presiden


(Pemerintah)

Administratif Administrator Administratif Administrator


Negara (Presiden) Negara (Presiden)

Militer Presiden Militer, Polisi Presiden

Yudikatif Mahkamah Agung Yudikatif MA, MK

Konsultatif DPA (Dewan Konsultatif dihapus


Pertimbangan
Agung)
Inspektif BPK Inspektif BPK

Pengaruh Trias Politika di Indonesia


● Ada Pengaruhnya, tetapi tidak mutlak (Dengan mengakui adanya 3 kekuasaan tersebut
(Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif) );
● Legislatif: Pasal 5 ayat (2) UUD 1945 ……. yang lama
● Eksekutif: Pasal 4 ayat (1) UUD 1945……....Lama dan baru sama
● Yudikatif: Pasal 24 ayat (1) lama, yang baru ditambah dalam Pasal 24 ayat (2)
● kekuasaan kehakiman juga dilakukan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi
● Pasal 24B ditambah adanya Komisi Yudisial

● Ketiga kekuasaan tersebut tidak terpisah satu sama lain, tetapi saling melintas
(Distribution of Power, bukan Separation of Power):
Eksekutif: melaksanakan urusan Pemerintahan, tetapi juga membuat UU, PP, Perpres,
dan memberikan grasi, amnesty, abolisi, dan rehabilitas;
Legislatif: membuat Undang-Undang, tetapi juga mengusulkan pengangkatan pejabat
negara, membantu perselisihan di Pemerintahan;
Yudikatif: mengadili, tetapi juga mengeluarkan Perma, Fatwa MA
HAN HETERONOM (UU) SEBAGAI PEDOMAN HAN OTONOM (PP)

Dari definisi Prajudi membagi HAN menjadi HAN Heteronom dan HAN Otonom:
● HAN Heteronom adalah hukum yang mengatur seluk beluk organisasi dan fungsi di luar
administrasi negara dalam bentuk Umum - Abstrak. Contohnya: TAP MPR, UUD, UU.
● HAN Otonom adalah hukum operasional yang diciptakan pemerintah dan administrasi
negara sendiri dalam bentuk Umum-Abstrak (PP, Perpres, Perda, Permen, Pergub, Perwal,
Perbup) dan Konkrit-Individual (Keputusan, Perizinan)

HAN EKSTERN DAN INTERN (PRAJUDI)


● HAN Intern: Hukum yang mengatur hubungan sesama pejabat administrasi
● HAN Ekstern: Hukum yang mengatur hubungan:
1. Kekuasaan dan tanggung jawab administrasi kepada swasta
2. Batas-batas lingkup kekuasaan
3. Sanksi yang dikenakan bagi masyarakat yang melanggar
4. Upaya-upaya hukum bagi masyarakat yang hak-haknya dilanggar.

1. Penyelenggaraan
Kenegaraan
⇦ NEGARA
⇨ Masyarakat yang
damai, adil dan
Aturan Tujuan
2. Pemerintahan, HUKUM sejahtera
Main Hukum
dan
3. kemasyarakatan

Negara adalah Organisasi Kekuasaan (machtenorganisatie)


● HAN sebagai instrumen untuk mengawasi penggunaan kekuasaan pemerintahan
● Philipus M. Hadjon, menyebutkan bahwa engara hukum adalah berfungsinya Hukum
Administrasi, sebaliknya suatu negara bukanlah negara hukum in realita apabila Hukum
Administrasi tidak berfungsi.

Pemerintah (an)
Pemerintah (alat kelengkapan negara)

Dalam arti luas Dalam arti sempit

mencakup semua alat kelengkapan negara; Cabang kekuasaan Eksekutif


1. Legislatif, 1. Mendapat kewenangan untuk
2. Eksekutif, dan menjalankan pemerintahan, atau
3. Yudikatif serta 2. Melaksanakan undang-undang
4. Alat kelengkapan lain ayng
bertindak untuk dan atas nama
negara

CF Strong (Modern Political Constitution):


Istilah government :
1. dalam arti sempit hanya mencakup pemerintah saja,
2. dalam arti luas, mencakup seluruh alat-alat perlengkapan negara.
A.M. Donner:
Bestuur adalah hukum yang mengatur pelaksanaan fungsi negara dan organisasi administrasi
negara.
Fungsi negara (dwi praja):
1. membuat kebijakan (policy making) dan
2. melaksanakan kebijakan (policy implementation/executing)
Prajudi:
Pemerintahan:
1. sebagai fungsi (penyelenggara kepentingan umum/aktivitas/pelaksanaan tugas-tugas
pemerintahan).
2. sebagai organ (kumpulan organ-organ dari organisasi pemerintahan yang dibebani dengan
pelaksanaan tugas pemerintahan)
Bestuur, dirumuskan sebagai lingkungan kekuasaan di luar lingkungan kekuasaan
legislatif dan kekuasaan yudisial.

Tugas Kesejahteraan Umum (bestuurszorg) oleh Pemerintah


Dalam negara kesejahteraan (welfare state), negara memiliki kewajiban untuk mensejahterakan
masyarakatnya, disebut dengan tugas kesejahteraan umum (bestuurszorg)
Dalam hal melaksanakan tugas kesejahteraan umum, pemerintah memiliki kekuasaan untuk
melakukan kebijakan, terutama bila belum ada/tidak jelas/ tidak lengkapnya peraturan perundang-
undangan.
- Pada prinsipnya, Pemerintah bisa melakukan tindakan tanpa menunggu peraturan
perundangan yang dibuat oleh lembaga legislatif atau lembaga lainnya.
- Dasar yang dipergunakan adalah freies Ermessen (Jerman) atau pouvoir discretionnaire
(Prancis).
HAN
dan Hukum Pidana
- Hukum Pidana dan Hukum Administrasi Negara adalah hukum publik;
- Penerapan hukum pidana dan HAN materiil; harus dilakukan oleh Negara (Pemerintah)
Scholten menyebutkan bahwa pada awalnya dalam hukum pidana dapat dibedakan:
1. Hukum Pidana (umum), dan
- Pelanggaran (melawan) hukum (pidana materiil)
2. Hukum Pidana pemerintahan
- Pelanggaran undang-undang (tidak terpenuhinya syarat administrasi); misal
tidak memiliki izin.
W.F. Prins
“hampir setiap peraturan berdasarkan hukum administasi diakhiri “in cauda venenum” dengan
sejumlah ketentuan pidana “in cauda venenum” secara harafiah berarti: ada racun di ekor/buntut.
Hadjon menyebutkan, bahwa Hukum Administrasi materiil terletak di antara hukum privat dan
hukum pidana.
3. Hubungan Bisnis dan Manajemen Publik dengan Hukum Administrasi Negara
- Dalam bisnis, administrasi terdiri dari kinerja atau manajemen operasional bisnis
dan dengan demikian membuat atau melaksanakan suatu keputusan besar.
Administrasi dapat didefinisikan sebagai proses universal mengorganisir orang dan
sumber daya secara efisien sehingga untuk aktivitas langsung menuju tujuan umum
dan tujuan.
- Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang mempunyai rakyat dalam suatu
wilayah tertentu.
- Keberadaan negara, seperti organisasi secara umum, adalah untuk
memudahkan anggotanya (rakyat) mencapai tujuan bersama atau cita-
citanya. Keinginan bersama ini dirumuskan dalam suatu dokumen yang
disebut sebagai Konstitusi, termasuk didalamnya nilai-nilai yang dijunjung
tinggi oleh rakyat sebagai anggota negara.
KEWENANGAN PEJABAT PEMERINTAHAN
17 September 2021 - Dr. Tri Hayati

1. Sumber HAN
2. Sumber Kewenangan
3. Pengertian berdasarkan UU 30/2014
4. Pembatasan wewenang
5. Penyalahgunaan wewenang

Sumber HAN
Sumber Hukum (Sudikno M)
1. Sebagai asas hukum, sebagai sesuatu yang merupakan asas usul dari sebuah hukum.
2. Menunjukkan hukum yang terdahulu yang memberi bahan-bahan pada hukum yang
sekarang berlaku, seperti hukum Perancis, hukum Romawi, dan lain-lain.
3. Sebagai sumber berlakunya, yang memberi kekuatan berlaku secara formal kepada
peraturan hukum.
4. Sebagai sumber dari mana kita dapat mengenal hukum

● Sumber Hukum dalam arti materiil:


○ Mengapa hukum mengikat?
○ Apa kekuatan hukum hingga mengikat atau dipatuhi?
● Sumber hukum dalam arti formal
○ Dimanakah kita dapatkan atau temukan aturan hukum yang mengatur kita?
● Sumber hukum adalah segala sesuaut yang dapat menimbulkan aturan hukum serta
ditemukannya aturan-aturan hukum.

A. Sumber Hukum materiil


Faktor masyarakat yang memengaruhi pembentukkan hukum (terhadap UU, putusan
hakim dll)
Faktor yang ikut memengaruhi materi dari aturan hukum
Tempat dimana materi hukum itu diambil
Jenisnya:
1. Sumber Hukum Historis
2. Sumber Hukum Sosiologis
3. Sumber Hukum Filosofis

B. Sumber Hukum Formal


Berbagai bentuk aturan hukum yang ada
Formal artinya kita hanya memandang mengenai cara dan bentuk yang melahirkan
hukum positif, tanpa memperhatikan dari mana isi peraturan itu diambil
Tempat atau sumber dari mana suatu peraturan memperoleh kekuatan hukum
Kaitannya: bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan hukum formal itu berlaku
1. Peraturan perundang-undangan
2. Praktik administrasi negara
3. Yurisprudensi
4. Doktrin

Fungsi Kewenangan
● Kewenangan Pejabat menjadi dasar dalam melakukan Tindakan/Perbuatan Hukum
Administrasi Negara (Rechtmatigheid);
● Sekaligus menjadi dasar keadilan dalam Hukum Administrasi Negara dan dalam
Perbuatan HAN (Bestuursdaad);
● Pada akhirnya mewujudkan Keadilan dalam pembangunan (terkait keseimbangan
Distribusi).

Istilah Wewenang dan Kewenangan


Prajudi menyebutkan pengertian Kewenangan dan Wewenang
1. Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu tindakan hukum publik, misal
wewenang menandatangani, menerbitkan surat izin dari seorang mejabat, sedangkan
kewenangannya ada pada Menteri (delegasi wewenang)
2. Kewenangan (authority, gezag) adalah apa yang disebut dengan “kekuasaan formal,”
kekuasaan yang berasal dari kekuasaan Legislatif (diberi oleh UU) atau kekuasaan
eksekutif administratif. Kewenangan biasanya terdiri dari beberapa wewenang yang
bulat/menyatu terhadap suatu bidang pemerintahan tertentu (atau bidang urusan).

Cara Memperoleh Wewenang (Prajudi, Konijnenbelt, Indroharto)


● Terdapat tiga cara, yaitu Atribusi, Delegasi dan Mandat
● Hadjon menyebutkan hanya dua, yaitu Atribusi dan Delegasi. Sedangkan mandat hanyalah
penugasan ke bawahan.
Atribusi
- adalah pemberian wewenang pemerintah baru oleh suatu peraturan perundang-undangan
untuk melaksanakan pemerintahan, secara penuh (Prof. Safri et.al);
- Dalam pengertian kewenangan atribusi, juga melekatkan kewenangan untuk membentuk
kebijakan yang dapat dituangkan dalam suatu bentuk peraturan perundang-undangan
dalam rangka menjalankan undang-undang.
Delegasi
- adalah suatu pelimpahan wewenang dari wewenang yang telah ada sebelumnya, kepada
pejabat Administrasi Negara untuk menjalankan tugas pemerintahan;
- dalam pengertian kewenangan delegasi disini tidak termasuk kewenangan untuk
membentuk kebijakan yang berbentuk peraturan perundang-undangan.

Syarat Delegasi (Prof. Gio Ten Berge)


1. Delegasi harus definitif, artinya delegans tidak dapat lagi menggunakan sendiri wewenang
yang telah dilimpahkan.
2. Delegasi harus berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, artinya delegasi
hanya dimungkinkan kalau ada ketentuan untuk dalam peraturan perundang-undangan.
3. Delegasi tidak kepada bawahan (dalam hubungan hierarki kepegawaian) tidak
diperkenankan.
4. Kewajiban memberi keterangan (penjelasan), artinya delegans untuk meminta penjelasan
tentang pelaksanaan wewenang tersebut.
5. Adanya peraturan kebijakan (beleidsregel) untuk memberikan instruksi (petunjuk) tentang
penggunaan wewenang tersebut.

Mandat
- Mandat merupakan suatu penugasan kepada bawahan, kewenangan tidak berpindah tetap
di tangan pemberi mandat, begitu juga pertanggungjawaban tidak berpindah.
- Penerima mandat tidak dapat dijadikan tergugat dalam sengketa TUN.
- Pemberi mandat tidak bertanggung jawab atas maladministrasi yang dilakukan penerima
mandat.
Sifat Wewenang
- Terikat pada suatu masa tertentu (Tempus);
- Tunduk pada batas materi kewenangan tertentu (Substance);
- Tunduk pada wilayah berlakunya wewenang (Locus).

Prajudi Atmosudirdjo
Wewenang publik tersebut terdiri atas dua kekuasaan yang luar biasa
- Wewenang Prealabel, yaitu wewenang untuk mengambil keputusan yang diambil tanpa
meminta persetujuan terlebih dahulu kepada pihak manapun;
- Wewenang Ex Officio, yaitu wewenang yang karena kedudukannya maka semua
keputusan yang diambilnya mengikat secara sah kepada seluruh warga masyarakat dan
tidak dapat dilawan dengan cara biasa

Untuk mencegah penyalahgunaan wewenang oleh pejabat dalam mengambil suatu kebijakan,
- Undang-undang harus menetapkan asas yang tidak dapat dijabarkan atau diinterpretasikan
lebih lanjut;
- Pendelegasian ditentukan secara tegas;
- Mensyaratkan dengan undang-undang agar sebelumnya diadakan studi yang cukup;
- Undang-undang menetapkan berat dan jenis sanksi hukum bagi pelanggaran peraturan;
- Pelimpahan dilakukan hanya kepada pejabat administrasi negara.

Prajudi: Pembatasan wewenang:


1. Doelmatigheid: Tujuan dari Pemberian Wewenang;
2. Rechtmatigheid (Yuridikitas): keputusan pemerintah tidak boleh melanggar hukum;
3. Wetmatigheid (Legalitas): keputusan diambil berdasarkan suatu ketentuan UU;
4. Diskresi: (Discretion, Freies Ermessen); Pejabat tidak boleh menolak mengambil
keputusan dengan alasan tidak ada peraturannya. Karena itu pejabat diberi kebebasan untuk
mengambil keputusan menurut pendapatnya sendiri asalkan tidak melanggar asas
yuridikitas dan asas legalitas.

Penggunaan Diskresi
- Kekosongan/pilihan/ketidakjelasan hukum;
- keadaan mendesak adalah keadaan yang memaksa pejabat pemerintah untuk mengambil
keputusan dan tindakan;
- kepentingan yang luas adalah kepentingan yang menyangkut hajat hidup orang banyak,
penyelamatan kemanusiaan dan keutuhan negara, antara lain: bencana alam, wabah
penyakit, konflik, kerusuhan, pertahanan dan kesatuan bangsa:
- stagnasi pemerintahan adalah tidak dapat dilaksanakan aktivitas pemerintahan sebagai
akibat kebuntuan atau disfungsi dalam penyelenggaraan pemerintahan, contohnya:
keadaan bencana alam, gejolak politik, dimana sementara anggaran tidak tersedia untuk
itu.

Pasal 9 ayat 4 UUAP : Dasar Hukum Diskresi


- Ketiadaan atau ketidakjelasan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b, tidak menghalangi Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang berwenang
untuk menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan sepanjang
memberikan kemanfaatan umum dan sesuai dengan AUPB.

AAUPB (algemene beginselen van behoorlijk bestuur)


a. asas mengenai prosedur atau proses pengambilan keputusan
b. asas kebenaran fakta yang dijadikan dasar pengambilan keputusan

Asas mengenai prosedur :


1. pengambil keputusan tidak boleh mempunyai kepentingan pribadi di dalamnya
2. Keputusan yang merugikan atau mengurangi hak warga tidak boleh diabil sebelum
memberi kesempatan kepada masyarakat untuk membela kepentingannya
3. Pertimbangan/konsiderans keputusan harus mempergunakan fakta yang benar dan cocok
dengan keputusan yang diambil

Asas mengenai kebenaran fakta:


1. Asas larangan kesewenang-wenangan;
2. Asas larangan détournement de pouvoir
(penyalahgunaan wewenang), yaitu suatu wewenang yang dipergunakan untuk tujuan yang
bertentangan dengan atau menyimpang dari apa yang dituju oleh pemberian wewenang
yang ditetapkan undang-undang;
3. asas kepastian hukum;
4. Asas larangan melakukan diskriminasi hukum;
5. Asas batal karena kecerobohan pejabat.

Berdasarkan UU 3/2014: Atribusi


Atribusi adalah pemberian kewenangan kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan oleh
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau Undang-Undang. (Pasal 1
angka 22 UU 30/2014)
- Pembentukan wewenang dan distribusi wewenang utamanya ditetapkan dalam UUD.
- Pasal 4 (1) UUD NRI 1945, Presiden RI memegang kekuasaan pemerintahan menurut
UUD.

Delegasi
Delegasi adalah pelimpahan kewenangan dari Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang lebih
tinggi kepada Badan/dan atau Pejabat Pemerintahan yang lebih rendan dengan tanggung jawab
dan tanggung gugat beralih sepenuhnya kepada penerima delegasi. (pasal 1 angka 23 UU 30/2014)
Unsur terpenting:
1. Pelimpahan kewenangan (kewenangannya beralih)
2. Badan/Pejabat yang lebih tinggi ke yang lebih rendah
3. Tanggung jawab dan tanggung gugat beralih

Kewenangan yang didelegasikan kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan tidak dapat
didelegasikan lebih lanjut, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan.
- Bentuk pengecualian adalah subdelegasi

Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memberikan Delegasi tidak dapat menggunakan
sendiri Wewenang yang telah diberikan melalui Delegasi, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Dalam hal pelaksanaan Wewenang berdasarkan Delegasi menimbulkan ketidakefektifan


penyelenggaraan pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memberikan
pendelegasian Kewenangan dapat menarik kembali Wewenang yang telah didelegasikan

Mandat
Mandat adalah pelimpahan kewenangan dari Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang lebih
tinggi kepada Badan/dan atau Pejabat Pemerintahan yang lebih rendah dengan tanggung jawab
dan tanggung gugat tetap berada pada pemberi mandat. (pasal 1 angka 24 UU 30/2014).
Unsur terpenting:
1. Pelimpahan kewenangan (kewenangannya beralih)
2. Badan/Pejabat yang lebih tinggi ke yang lebih rendah
3. Tanggung jawab dan tanggung gugat tidak beralih.

1. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan memperoleh Mandat apabila:


a. ditugaskan oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan di atasnya; dan
b. merupakan pelaksanaan tugas rutin.
2. Pejabat yang melaksanakan tugas rutin terdiri atas:
a. pelaksana harian yang melaksanakan tugas rutin dari pejabat definitif yang
berhalangan sementara; dan
b. pelaksana tugas yang melaksanakan tugas rutin dari pejabat definitif yang
berhalangan tetap.
1. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat memberikan Mandat kepada Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan lain yang menjadi bawahannya, kecuali ditentukan lain dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang menerima Mandat harus menyebutkan atas
nama Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memberikan Mandat.
3. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memberikan Mandat dapat menggunakan
sendiri Wewenang yang telah diberikan melalui Mandat, kecuali ditentukan lain dalam
peraturan perundang-undangan.

1) Dalam hal pelaksanaan Wewenang berdasarkan Mandat menimbulkan ketidakefektifan


penyelenggaraan pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memberikan
Mandat dapat menarik kembali Wewenang yang telah dimandatkan.
2) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memperoleh Wewenang melalui Mandat tidak
berwenang mengambil Keputusan dan/atau Tindakan yang bersifat strategis yang
berdampak pada perubahan status hukum pada aspek organisasi, kepegawaian, dan
alokasi anggaran
3) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memperoleh Wewenang melalui Mandat
tanggung jawab kewenangan tetap pada pemberi Mandat.
a) Tanggung jawab tetap pada pemberi mandat dalam hal tindakan administrasinya
b) Dalam hal pidana, merupakan tanggung jawab pribadi penerima mandat; vicarious
liability tidak berlaku

Pembatasan Wewenang Pemerintahan


Setiap Keputusan dan/atau Tindakan harus ditetapkan dan/atau dilakukan oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan yang berwenang.

Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam menggunakan Wewenang wajib berdasarkan:


a. peraturan perundang-undangan; dan
b. Asas Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB)
Pejabat Administrasi Pemerintahan dilarang menyalahgunakan Kewenangan dalam menetapkan
dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan.

Kewenangan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan


Setiap Keputusan dan/atau Tindakan wajib berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
dari AUPB.
Peraturan perundang-undangan meliputi:
a. peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar Kewenangan; dan
b. peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar menetapkan dan/atau melakukan
Keputusan dan/atau Tindakan.
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau
tindakan wajib mencantumkan atau menunjukkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang menjadi dasar kewenangan dan dasar dalam menetapkan dan/atau melakukan Keputusan
dan/atau Tindakan.\

Ketiadaan atau ketidakjelasan peraturan perundang-undangan, tidak menghalangi Badan dan/atau


Pejabat Pemerintahan yang berwenang untuk menetapkan dan/atau melakukan Keputusan
dan/atau Tindakan sepanjang memberikan kemanfaatan umum dan sesuai dengan AUPB.

Pembatasan Kewenangan
Wewenang Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dibatasi oleh:
a. Masa
b. Wilayah
c. cakupan bidang atau materi Wewenang.

Larangan Penyalahgunaan Wewenang


- Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dilarang menyalahgunakan Wewenang, yang
meliputi:
- larangan melampaui Wewenang: akibatnya, tidak sah apabila telah diuji dan ada
Putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap (Ps 19)
- larangan mencampuradukkan Wewenang: akibatnya, dapat dibatalkan apabila telah
diuji dan ada Putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap (Ps 19(
- larangan bertindak sewenang-wenang: akibatnya, tidak sah aapbila telah diuji dan
ada Putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap (Ps 19)
- Pengawasan terhadap larangan penyalahgunaan Wewenang dilakukan oleh aparat
pengawasan intern pemerintah (APIP)

Pasal 18:
Larangan melampaui wewenang:
- melampaui masa jabatan atau batas waktu berlakunya Wewenang;
- melampaui batas wilayah berlakunya Wewenang; dan/atau
- bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Larangan mencampuradukkan Wewenang; dan/atau
- di luar cakupan bidang atau materi Wewenang yang diberikan; dan/atau
- bertentangan dengan tujuan Wewenang yang diberikan.
Larangan bertindak sewenang-wenang.
- tanpa dasar kewenangan; dan/atau
- bertentangan dengan Putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
Hasil pengawasan APIP dapat berupa (Ps 20):
1. tidak dapat kesalahan: clear
2. terdapat kesalahan administratif: dilakukan tindak lanjut dalam bentuk penyempurnaan
administrasi
3. terdapat kesalahan administratif yang menimbulkan kerugian keuangan negara:
a. dilakukan pengembalian kerugian keuangan negara paling lama 10 (sepuluh) hari
kerja terhitung sejak diputuskan dan diterbitkannya hasil pengawasan.
b. pengembalian kerugian negara dibebankan kepada Badan Pemerintahan, apabila
kesalahan administratif terjadi bukan karena adanya unsur penyalahgunaan
Wewenang;
c. Pengembalian kerugian negara dibebankan kepada Pejabat Pemerintahan, apabila
kesalahan administratif terjadi karena adanya unsur penyalahgunaan Wewenang.

Upaya Pejabat Pemerintahan (Ps 21)


- Pengadilan berwenang menerima, memeriksa, dan memutuskan ada atau tidak ada unsur
penyalahgunaan Wewenang yang dilakukan oleh Pejabat Pemerintahan.
- Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan
untuk menilai ada aatu tidak ada unsur penyalahgunaan Wewenang dalam Keputusan
dan/atau Tindakan.
- Pengadilan wajib memutus permohonan paling lama 21 hari kerja sejak permohonan
diajukan.
- Terhadap putusan Pengadilan dimaksud dapat diajukan banding ke Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Negara.
- Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara wajib memutus permohonan banding paling lama
21 hari kerja sejak permohonan banding diajukan.
- Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dimaksud bersifat final dan
mengikat.
Hukum Administrasi Negara
Kuliah 4 - Dr. Harsanto Nursadi, S.H., M.H.
Tindakan Hukum Administrasi Negara/Pemerintah

Hukum Administrasi Negara


● hukum untuk (voor) mengatur pemerintah atau penyelenggaraan pemerintahan,
● sebagian dibuat atau berasal dari (van) pemerintah, dan
● hukum itu digunakan dalam mengatur hubungan dengan pemerintah untuk memengaruhi
terhadap (tegen) tindakan pemerintah; “Recht voor, van, en tegen het overheidsbestuur.”
Sejalan dengan pemberian wewenang kepada pemerintah untuk menata, mengatur, dan
memberikan pelayanan kehidupan warga negara, pembentukan peraturan-peraturan oleh
administrasi negara atau pemerintah merupakan sesuatu yang tak dapat dihindari dalam
penyelenggaraan negara dan pemerintahan dalam suatu negara hukum yang modern, dengan
alasan-alasan teoritik dan praktik.

Legalitas
- H.D. Stout, “Het legaliteitsbeginsel beoogt de rechtspositie van de burger jegens de
overheid to waarborgen” (asas legalitas dimaksudkan untuk memberikan jaminan
kedudukan hukum warga negara terhadap pemerintah).
- Pemerintah hanya dapat melakukan perbuatan hukum jika memiliki legalitas atau
didasarkan pada undang-undang yang merupakan perwujudan aspirasi warga.
- Dalam negara hukum demokratis, tindakan pemerintahan harus mendapatkan legitimasi
dari rakyat yang secara formal tertuang dalam undang-undang.

Tindakan Pemerintah
- Pemerintah atau administrasi negara adalah subjek hukum (pendukung hak dan
kewajiban).
- Tindakan Administrasi Pemerintahan yang selanjutnya disebut Tindakan adalah
- Perbuatan Pejabat Pemerintahan atau penyelenggara negara lainnya untuk
- melakukan dan/atau tidak melakukan
- perbuatan konkret dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. (Ps 1 angka 9 UU
30/2014).
Hak dan Wewenang

Subjek hukum administrasi negara adalah jabatan. Pejabatnya bisa siapa saja. Cth: Jabatan
Gubernur yang dapat menindak PPKM. Jabatan itu fiksi, harus dilakukan oleh pejabatnya.

Perbuatan Tindakan
● Perbuatan manusia yang dilakukan ● Kewenangan diperoleh berdasarkan
dengan sengaja untuk menimbulkan hak Peraturan-Peraturan dalam Hukum
dan kewajiban. Publik.
● Perbuatan hukum adalah setiap ● Sebagai suatu kewenangan tertentu
perbuatan subjek hukum (manusia atau yang diberikan untuk badan/pejabat
badan hukum) yang akibatnya diatur pemerintahan tertentu.
oleh hukum
● Akibatnya bisa dianggap sebagai ● Tindakan factual dan tindakan hukum
kehendak dari yang melakukan hukum. dengan pelaksanaannya aktif atau pasif

Hubungan Publik dan Perdata


- Hubungan hukum antara Pemerintah dengan seseorang atau badan hukum perdata adalah
Ordinatif
- tetap didasarkan asas legalitas
- Hubungan hukum didasari oleh peraturan bersama mengenai cara-cara merealisasikan
tindakan hukum tersebut
- Hubungan hukum dengan pihak swasta disebut dengan tindakan hukum campuran (de
gemengd rechtshandeling).
Cara pelaksanaan urusan pemerintahan
Utrecht menyebutkan:
- Tindakan administrasi negara (AN) secara mandiri
- Tindakan oleh subyek hukum (badan hukum) lain yang tidak termasuk AN dan mempunyai
hubungan istimewa atau hubungan biasa dengan pemerintah.
- Tindakan oleh subyek hukum (badan hukum) lain tidak termasuk AN pemegang konsesi
atau pemegang izin yang diberikan pemerintah
- Tindakan oleh subjek hukum (badan hukum) lain yang tidak termasuk AN dan yang diberi
subsidi pemerintah.
- Tindakan oleh Pemerintah bersama sama dengan subjek hukum lain yang bukan AN dan
kedua belah pihak itu tergabung dalam Kerjasama yang diatur dalam hukum privat.
- Tindakan oleh Yayasan yang didirikan oleh dan diawasi oleh Pemerintah.
- Tindakan oleh subyek hukum (badan hukum) lain tidak termasuk AN, tetap diberi suatu
kekuasaan memerintah (mendapatkan delegasi kewenangan dari perundang-undangan).

Perubahan paradigma pemerintahan


Tindakan

Tindakan Nyata/Materiil
Dalam hal terjadi pelanggaran hukum, maka dilakukan paksaan pemerintah
(bestuurdwang) berupa tindakan nyata berupa:
- Mengosongkan (misal: lahan),
- Memindahkan, (misal: limbah B3),
- Menghalangi (misal: mesin bekerja),
- Menyetop/menutup saluran air limbah, dan
- mengembalikan kepada keadaan sebelum pelanggaran semula

Skema Tindakan Hukum Pemerintah/Administrasi Negara


Tindakan pemerintah dalam pemahaman dan konteks UU 5/1986
- Secara grammatical, maka pada UU 5/86 terdapat delapan kata tindakan
1. Pada definisi Keputusan (Pasal 1 angka 3)
KTUN adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret,
individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan
hukum perdata
2. Pada pasal 67
Gugatan tidak menunda atau menghalangi dilaksanakannya Keputusan Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara serta tindakan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
yang digugat
3. Pasal 69 ayat (3)
Tindakan Hakim Ketua Sidang terhadap pelanggaran tata tertib sebagaimana
ditnaksud dalam ayat (2) mengeluarkan dari ruang sidang, tidak mengurangi
kemungkinan dflakukan penuntutan, jika pelanggaran itu merupakan tindak pidana.
4. Lima yang lain terkait tindakan seorang kuasa
- Secara substansial
1. Keputusan tidak berbentuk
a. Pasal 3 (1) Apabila Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak
mengeluarkan keputusan, sedangkan hal itu menjadi kewajibannya, maka
hal tersebut disamakan dengan Keputusan Tata Usaha Negara.
b. Ayat (2) dan (3) melalui sebuah proses maka disebut dengan fiktif negatif
(Keputusan penolakan).
2. Dianggap suatu Keputusan, pada perkara
a. Pemasangan plang oleh Kepala Desa pada sebidang tanah yang dianggap
bermasalah dengan tulisan “tanah sengketa,” padahal pemilik tanah
memiliki sertifikat yang sah
b. Undangan oleh Walikota untuk menyelesaikan kasus antara Tuan X dan
Nyonya Y; Tuan X memiliki Sertifikat bertahun 2007; sedangkan Nyonya
Y memiliki sertifikat yang telah habis masa hak pakainya. Undangan
Walikota mengakibatkan Tuan X tidak dapat memperoleh IMB dan/atau
menjual tanahnya, maka Tuan X menggugat undangan tersebut.
Tindakan pemerintah dalam pemahaman dan konteks UU 30/2014 tentang Administrasi
Pemerintahan

● Pasal 1 angka 1; Administrasi Pemerintahan adalah tata laksana dalam


○ pengambilan keputusan dan/atau
○ tindakan oleh badan dan/atau pejabat pemerintahan.
● Pasal 1 angka 6; Kewenangan Pemerintahan yang selanjutnya disebut Kewenangan adalah
○ kekuasaan Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan atau penyelenggara negara
lainnya
○ untuk bertindak dalam ranah hukum publik.
○ Keputusan adalah
○ ketetapan tertulis
○ yang dikeluarkan oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
○ dalam penyelenggaraan pemerintahan.

● H.J. Romeijn menyebutkan bahwa:


○ Tindakan hukum administrasi adalah suatu pernyataan kehendak yang muncul dari
organ administrasi dalam keadaan khusus, dimaksudkan untuk menimbulkan akibat
hukum dalam bidang Hukum Adm Negara
○ Akibat hukum yang timbul adalah
■ Penciptaan hubungan hukum baru
■ Perubahan atau pengakhiran hubungan hukum yang ada
● H.D. Van Wijk/Willem Konijnenbelt menyebutkan bahwa:
○ Jika menimbulkan hak, kewajiban atau kewenangan yang ada
○ Bilamana menimbulkan perubahan kedudukan hukum bagi seseorang atau objek
yang ada
○ Bilamana terdapat hak, kewajiban, kewenangan, ataupun status tertentu yang
ditetapkan.
● Tindakan hukum pemerintah merupakan pernyataan kehendak sepihak dari organ
pemerintahan dan membawa akibat pada hubungan hukum atau keadaan hukum yang ada,
maka tidak boleh mengandung cacat seperti:
○ Khilaf (dwaling)
○ Penipuan (bedrog)
○ Paksaan (dwang)
● Tidak boleh menyimpang atau bertentangan dengan peraturan yang berhubungan yang
dapat menyebabkan akibat-akibat hukum yang muncul menjadi:
○ Batal (neitig) atau
○ Dapat dibatalkan (neitigbaar)
● Tindakan administrasi pemerintahan dapat mengikat warga negara tanpa memerlukan
persetujuan dari warga yang bersangkutan.
● Sifat hubungan yang terjadi antara administrasi negara dengan masyarakat adalah
subordinatif (administrasi negara dilekati kewenangan publik, masyarakat tidak).

Unsur-unsur Tindakan Administrasi


- Perbuatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah dalam kedudukannya sebagai penguasa
atau sebagai alat perlengkapan pemerintahan (bestuurorganen) dengan prakarsa dan
tanggung jawabnya sendiri
- Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan.
- Perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat di bidang
hukum administrasi negara, dan
- Perbuatan yang bersangkutan dilakukan dalam rangka pemeliharaan kepentingan negara
dan rakyat, serta
- Perbuatan hukum administrasi negara harus didasarkan pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku (wetmatigheid van bestuur).
- Tanpa dasar peraturan perundang-undangan, tindakan hukum pemerintah dikategorikan
sebagai tindakan hukum tanpa kewenangan (onbevoegd).
- Terdapat tiga kemungkinan onbevoegd, yaitu
- Tidak berwenang dari segi wilayah (onbevoegdheid ratione loci atau
onbevoegdheid naar plaats),
- Tidak berwenang dari segi waktu (onbevoegdheid ratione temporis atau
onbevoegheid naar tijd),
- Tidak berwenang dari segi materi (onbevoegdheid ratione materie atau
onbevoegheid naar materie).

Macam-macam Tindakan Administrasi


- Administrasi negara adalah subjek hukum yang mewakili dua institusi, yaitu
- Jabatan pemerintahan, dan
- Badan Hukum.
- Terdapat dua macam tindakan hukum:
- Tindakan hukum publik (publik publirechtshandelingen)
- Tindakan hukum privat (privatrechtshandelingen)
- Masing-masing tunduk pada
- Hukum publik.
- Hukum perdata.

Karakteristik Tindakan Hukum Administrasi Negara


- Perbedaan pendapat:
- Tindakan hukum yang terjadi dalam lingkup hukum publik selalu bersifat sepihak/bersegi
satu
- Tidak ada tindakan hukum publik yang bersegi dua
- Tidak ada perjanjian yang diatur dalam hukum publik
- Terdapat tindakan hukum publik yang bersegi dua
- Terdapat perjanjian yang diatur dalam hukum publik misalnya suatu perjanjian
yang didasarkan oleh syarat-syarat tertentu yang diatur dalam peraturan
perundangan, misal dalam pertambangan, sudah diatur berapa harganya, kemana
menjualnya, siapa pihak yang dituju dalam penjualannya, dsb.

- Indroharto secara tegas menyebutkan:


- Tindakan administrasi negara (hukum tata usaha negara) itu selalu sepihak
- Dilakukan atau tidaknya suatu tindakan hukum administrasi negara itu pada
akhirnya tergantung kepada kehendak sepihak dari badan atau jabatan administrasi
negara yang memiliki wewenang pemerintahan untuk berbuat demikian.

● Tindakan nyata tidak berdampak kepada hukum, namun tindakan hukum berdampak pada
hukum.
● Tindakan nyata kerap dianggap hanya sebatas peresmian gedung, pembangunan jalan, dan
sebagainya. Namun, terdapat juga tindakan seperti menutup jalur limbah sebuah perubahan
→ tindakan nyata.
Tindakan hukumnya adalah berupa surat peringatan
● Jika sampai dicabut, pencabutan itu adalah keputusan.
● Pemasangan police line adalah tindakan nyata.
● Kalau orang masuk ke situ dan melanggar, itu bisa berdampak kepada tindakan hukum.
Hukum Administrasi Negara
Keputusan
Dr. Harsanto Nursadi, S.H., M.H. - 1 Oktober 2021

Keputusan
Beschikking, diperkenalkan pertama oleh WF Prins.
- Van Wijk/Willem Konijnenbelt menyebutkan bahwa keputusan merupakan hal yang
bersifat konkret dan individual (tidak ditujukan untuk umum) dan sejak dulu telah
dijadikan instrumen yuridis pemerintahan yang utama.
- Stroink dan Steenbeek menganggap sebagai konsep inti dalam hukum administrasi negara.

Unsur Keputusan
- Pernyataan kehendak sepihak
- Dikeluarkan oleh organ pemerintahan
- Didasarkan pada kewenangan hukum yang bersifat publik
- Ditujukan untuk hal khusus atau peristiwa konkret dan individual
- Dengan maksud untuk menimbulkan akibat hukum dalam bidang administrasi

Donner
- Ketetapan merupakan tindakan pemerintah dalam jabatan
- Jabatan
- Kewenangan
- Memuat pernyataan kehendak secara sepihak
- Berkenaan dengan hal tertentu
- Menimbulkan akibat hukum

Algemene Wet Bestuur (AWB) Ps. 2


- Suatu pernyataan kehendak tertulis diberikan berdasarkan kewajiban atau kewenangan dari
hukum tata negara atau administrasi negara bersifat sepihak dengan mengecualikan
keputusan yang bersifat umum dimaksudkan untuk:

Keputusan berdasar UU 5/1986 dan UU 30/2014

Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) Keputusan Administrasi Pemerintahan yang


adalah suatu juga disebut Keputusan Tata Usaha Negara
1. penetapan tertulis yang atau Keputusan Administrasi Negara yang
2. dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat selanjutnya disebut Keputusan adalah
Tata Usaha Negara yang berisi 1. ketetapan tertulis yang
3. Tindakan hukum Tata Usaha Negara 2. dikeluarkan oleh Badan dan/atau
yang berdasarkan peraturan Pejabat Pemerintahan dalam
perundang-undangan yang berlaku, 3. penyelenggaraan pemerintahan.
yang
4. Bersifat konkret, individual, dan
final, yang
5. menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata

Pasal 87
Dengan berlakunya Undang-Undang ini, Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009
harus dimaknai sebagai:
a. penetapan tertulis yang juga mencakup tindakan faktual;
b. Keputusan Badan dan/atau Pejabat Tata Usaha Negara di lingkungan eksekutif, legislatif,
yudikatif, dan penyelenggara negara lainnya;
c. berdasarkan ketentuan perundang-undangan dan AUPB;
d. bersifat final dalam arti lebih luas;
e. Keputusan yang berpotensi menimbulkan akibat hukum; dan/atau
f. Keputusan yang berlaku bagi Warga Masyarakat
Umum-abstrak:
1. Undang-Undang
2. Peraturan Pemerintah
3. Peraturan Daerah

Individual-Konkrit:
1. Perizinan

Syarat Sah-nya Keputusan


1. Ditetapkan oleh pejabat yang berwenang
2. Dibuat sesuai prosedur
3. Substansi yang sesuai dengan objek Keputusan

1. Didasarkan AUPB
Macam Keputusan
1. Deklatoir dan Konstitutif
Deklatoir: tidak mengubah hak dan kewajiban; hanya menyatakan
Konstitutif: menghapuskan/menimbulkan hubungan, hak hukum baru
2. Menguntungkan dan memberi beban
Menguntungkan: memberi hak baru: Izin, Dispensasi, Konsesi
Memberi beban: mensyaratkan sesuatu, menetapkan pajak
3. Eenmalig dan Permanen
Eenmalig: berlaku sekali/kilat/cepat; IMB, rapat umum, kemaramaian, pernyatan dapat
dilaksanakan (semacam persetujuan)
Permanen: berlaku lama
4. Bebas dan Terikat
Bebas: berdasarkan asas vrijbestuur, tergantung interpretasi, sebuah kebijaksanaan.
Terikat: banyak batasan-batasan, harus berdasarkan persyaratan tertentu
5. Positif Negatif
Prajudi
Izin: Pengecualian dari larangan.
Izin adalah Keputusan Pejabat Pemerintahan yang berwenang sebagai wujud persetujuan atas
permohonan Warga Masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Konsesi: Penetapan yang memungkinkan pemegang konsesi mendapatkan/mengeluarkan
dispensasi, izin. Lisensi dan juga semacam wewenang pemerintahan dalam suatu kawasan/areal
tertentu.
Konsesi adalah Keputusan Pejabat Pemerintahan yang berwenang sebagai wujud persetujuan dari
kesepakatan Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dengan selain Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan dalam pengelolaan fasilitas umum dan/atau sumber daya alam dan pengelolaan
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dispensasi: Pernyataan dari pejabat administrasi yang berwenang, bahwa suatu ketentuan undang-
undang tertentu memang tidak berlaku terhadap kasus yang diajukan seseorang di dalam surat
permintaannya.
Dispensasi adalah Keputusan Pejabat Pemerintahan yang berwenang sebagai wujud persetujuan
atas permohonan Warga Masyarakat yang merupakan pengecualian terhadap suatu larangan atau
perintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Lisensi: Izin yang bersifat komersial dan mendatangkan laba. (hanya pernah 2 kali terbit terkait
izin valuta asing).

Berlaku dan mengikatnya Keputusan


Hukum Administrasi Negara
Perizinan - Prof. M. R. Andri Gunawan Wibisana, S.H., LL.M,. P.hD.
8 September 2021
Tugas Negara
- Perlindungan kepada penduduk dalam wilayah tertentu
Perlindungan dari semua hal, ancaman keamanan, kesehatan, fisik, mental dll.
- Pelayanan masyarakat di bidang sosial ekonomi kebudayaan
Penyediaan pelayanan Kesehatan, Pendidikan, fasilitas terkait sarana dan prasarana,
perekonomian, budaya, dll.
- Menyediakan fungsi yudisial
Tersedianya perangkat yudisial yang baik; untuk memecahkan berbagai konflik yang
tidak bisa diselesaikan dalam ranah pemerintahan sendiri/

Definisi Izin
● Van Praag
○ Als opheffing van een algemene verbodsregel in het conrete geval, (sebagai
peniadaan ketentuan larangan umum dalam peristiwa konkret).
○ Izin adalah tindakan hukum sepihak
● Utrecht
○ Peraturan mengenai hal umum tidak melarang suatu perbuatan, dimungkinkan
untuk hal yang kongkret dilakukan, maka keputusan administrasinya disebut izin.
● Ten berge
○ Dalam arti luas: membolehkan warga yang memohon untuk melakukan hal-hal
tertentu yang sebenarnya dilarang.
○ Dalam arti sempit: pengikatan pada suatu peraturan didasarkan pada pengaturan
pada perUUan untuk mencapai tatanan tertentu atau menghalangi hal-hal tertentu.
● Prajudi Atmosudirjo
○ Izin adalah pengecualian dari larangan.
● Ateng Syafrudin
○ lain bertujuan dan beers-ti menghilangkan halangan, hal yang dilarang menjadi
boleh
● Sjahran Basah
○ Izin adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang
mengaplikasikan peraturan dalam hal konlcreto berdasarkan persyaratan dan
prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.
● Bagir Manan
○ Izin dalam arti luas berupa suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan Perundang-
undangan untuk memperbolehkan melakukan tindakan atau perbuatan tertentu
yang secara umum dilarang
● Irving Swerdlow
○ Pemberian izin dapat dibuat pada seluruh tingkat pemerintahan dan izin
mempunyai tiga fungsi, yaitu:
1. To limit the number of receptions;
2. To ensure that the recipient meet minimum standards;
3. To collect funds
Izin merupakan bentuk pemaksaan dari kegiatan administrasi, yang pada dasarnya
sistem perizinan mencakup:
a) meletakkan standar perizinan (setting a standard for the licenses)
b) melarang segala bentuk kegiatan sampai mendapatkan izin
c) membentuk prosedur permohonan perizinan
d) memberikan izin untuk menunjukkan ketaatan terhadap standar yang telah
ditentukan yang akan berdampak pada perbaikan hukum

Perizinan dan Keputusan

Izin adalah (UU 30/14; Pasal 1 angka 19)


- Keputusan Pejabat Pemerintahan yang berwenang
- sebagai wujud persetujuan
- atas permohonan Warga Masyarakat
- sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Keputusan Administrasi Pemerintahan/KTUN/Keputusan (UU 30/14; Pasal 1 angka 7)
- ketetapan tertulis
- yang dikeluarkan oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
- dalam penyelenggaraan pemerintahan
Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) adalah (UU 5/86; Pasal 1 angka 3)
- suatu penetapan tertulis
- yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
- yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara
- yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
- yang bersifat konkret, individual, dan final.
- yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata

Dispensasi, Izin Lisensi dan Konsesi


Dispensasi:
● Merupakan suatu penetapan yang menyatakan tidak berlakunya suatu ketentuan UU yang
mewajibkan suatu hal;
Izin:
● Merupakan suatu penetapan yang merupakan dispensasi dari suatu larangan oleh UU
Lisensi:
● Izin untuk melakukan suatu yang bersifat komersial yang mendatangkan laba. Berasal dari
AS dengan istilah “License” yang digunakan pada perdagangan yang terikat dengan
Devisa, sehingga setiap importir memerlukan lisensi untuk dapat mengimpor barang dan
jasa.
Konsesi:
● Merupakan suatu penetapan yang sangat kompleks karena merupakan seperangkat
dispensasi-dispensasi, izin-izin, lisensi-lisensi, dengan disertai pemberian wewenang
pemerintah, karenanya ada semacam perjanjian hak dan kewajiban dari penerima konsensi.
Hal ini dilakukan karena dilakukan oleh perusahaan dengan modal yang sangat besar, areal
yang sangat luas, jangka waktu yang panajng, mengurangi wewenang Pemerintah,
sehingga cukup rumit dan karenanya tidak bisa dengan IZIN biasa.

Ten Berge:
Konsesi adalah segenap aktivitas yang menyangkut kepentingan umum yang selayaknya
dijalankan oleh penguasa sendiri, namun tidak dijalankan oleh penguasa karena dianggap belum
mampu, tetapi dijalankan oleh pihak ketiga. Karena mengangkut kepentingan umum, maka
Pemerintah harus memperoleh kepastian bahwa aktivitas tersebut dijalankan dengan cara yang
diinginkan Pemerintah.
Berhubung dengan tindakan yang oleh penguasa dianggap sangat perlu, namun dibiarkan
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan swasta dengan diberikan syarat tertentu dengan kewajiban-
kewajiban tertentu.
Konsesi didasarkan pada suatu persetujuan, dalam mana hak-hak dan kewajiban kedua
belah pihak dicantumkan. Kadang kala konsesi diberikan dalam bentuk KONTRAK.

Cakupan Pengertian Keputusan

Registrasi → sebuah bentuk kontrol, tetapi apakah berbentuk sebuah persetujuan? tidak. Cukup
mendaftarkan diri. Kenapa harus daftar? supaya jelas urusan pengadministrasiannya, mulai dari
perpajakan, dan sebagainya.
Karakter Izin
- Izin adalah tindakan hukum bersegi satu
- Izin hanya berlaku pada subyek hukum (orang/badan hukum (perdata/publik) yang
memiliki izin tersebut
- Izin bersifat top-down (dari Pejabat yang berwenang/pemerintah ke pemohon/masyarakat)
- Izin adalah suatu keputusan
- Dalam izin tidak terdapat unsur perdata/perjanjiannya
- Masa berlakunya izin
- Sekali kemudian selesai
- Sekali dalam jangka waktu tertentu
- Sekali dan selamanya (kecuali ada perubahan)
- Izin tetap berlaku walau habis masa berlakunya bila sedang memasuki tahap perpanjangan
(telatnya perpanjangan bukan kesalahan si pemilik izin).

Unsur - Unsur Perizinan


1. Suatu instrumen yuridis
- Bagian dari turut sertanya Negara di dalam masyarakat
- Individual konkrit
2. Berdasarkan peraturan perundang-undangan
- Untuk dapat melaksanakan dan menegakkan ketentuan hukum positif peels
wewenang.
- Tanpa wewenang tidak dapat dibuat keputusan yuridis yang bersifat konkret.
3. Pelakunya organ pemerintah
4. Berupa peristiwa konkret
- Peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu, orang tertentu, tempat tertentu, dan fakta
hukum tertentu.
- Peristiwa konkret beragam maka izin pun memiliki berbagai keragaman.
5. Memiliki prosedur dan persyaratan

Fungsi dan Tujuan Perizinan


a. Keinginan mengarahkan (mengendalikan “sturen”) aktivitas-aktivitas tertentu
b. Mencegah bahaya bagi lingkungan (izin-izin lingkungan).
c. Keinginan melindungi objek-objek tertentu (izin terbang, izin membongkar pada
monumen-monumen).
d. Hendak membagi benda-benda yang sedikit (izin penghuni didaerah padat penduduk).
e. Pengarahan, dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas (izin berdasarkan
“drank en horecawet,” di mana pengurus harus memenuhi syarat-syarat tertentu).
Bentuk dan Isi Izin
1. Organ yang berwenang
- Tercermin dari kop dan pihak yang menandatangani
2. Yang dialamatkan
- Ditujukan pada pihak yang berkepentingan
3. Diktum
- Tujuan pemberian izin
- Diktum adalah inti dari perizinan
4. Ketentuan-ketentuan, Pembatasan-pembatasan, dan syarat-syarat
- Hal-hal yang harus dipenuhi
- Hal-hal yang bisa menjadi ukuran
5. Pemberian alasan
Pemberitahuan alasan

Tiga Asas Hukum dalam Penerbitan Izin


1. Asas yuridikitas (rechtmatigheid), artinya keputusan tidak boleh melanggar hukum
(onrechtmatige overheidsdaad);
2. Asas legalitas (wetmatigheid), artinya keputusan harus diambil berdasarkan suatu
ketentuan UU
3. Asas diskresi (discretion), artinya pejabat pemerintah tidak boleh menolak mengambil
keputusan dengan alasan tidak ada peraturannya, dan karena itu diberikan kebebasan untuk
mengambil keputusan menurut pendapatnya sendiri asalkan tidak melanggar asas
yuridikitas dan legalitas. Ada dua macam diskresi, yaitu diskresi bebas dan diskresi terikat.

Validitas Keputusan (Van Der Pot)


1. Keputusan dibuat oleh organ yang berwenang.
Seringkali terjadi ketidak berwenangan dalam membuat keputusan yang dapat berupa:
a. tidak berwenang ratione materiae (isi atau pokok atau objek). Artinya seorang
pejabat mengeluarkan keputusan tentang materi yang menjadi wewenang pejabat
lain;
b. tidak berwenang ratione loci. Artinya dari segi wilayah atau tempat, bukan menjadi
kewenangan pejabat yang bersangkutan.
c. tidak berwenang ratione temporis. Artinya berlaku atau dikeluarkannya suatu
keputusan yang menyimpang dari seharusnya waktu berlakunya kewenangan
2. Dalam pembentukan keputusan, tidak boleh mengandung cacat yuridis/ kekurangan
yuridis, yang dapat disebabkan oleh salah kira, adanya paksaan ataupun adanya tipuan;
3. Keputusan harus dibentuk sesuai dengan peraturan yang menjadi dasarnya;
4. Isi dan tujuan dari keputusan yang dibuat sesuai peraturan yang menjadi dasar
penerbitannya.
Hal-Hal yang mendasari perubahan, pembatalan atau penarikan
1. Perubahan kebijakan
- Ada perubahan perencanaan; misalnya ada PSN
- Ada moratorium terhadap suatu kegiatan
2. Kesalahan keputusan
Pencabutan izin
- kesalahan pada data awal/tidak cermat
- pemalsuan data
3. Perubahan keadaan
- adanya bencana alam/rona bentang alam yang berubah
- faktor perlindungan lingkungan, misal ancaman tsunami, banjir, rob
4. Adanya sanksi
Penerapan Perizinan Berusaha berbasis risiko (OSS RBA);
➢ Perizinan Berusaha berbasis risiko dilakukan berdasarkan tingkat risiko dan peringkat
skala usaha kegiatan usaha.
■ Dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
a. Kegiatan usaha berisiko rendah;
Perizinan Berusaha berupa pemberian Nomor Induk Berusaha
NIB dapat menjadi objek sengketa dalam peradilan tata usaha negara.
b. Kegiatan usaha berisiko menengah; atau
i. Untuk kegiatan usaha berisiko menengah rendah pasal 9 (2) & (4) ,
Perizinan Berusaha berupa NIB dan sertifikat standar (pernyataan
Pelaku Usaha memenuhi standar usaha dalam rangka kegiatan
usaha).
ii. Untuk kegiatan usaha berisiko menengah tinggi pasal 9 (3) & (5),
Perizinan Berusaha berupa NIB dan sertifikat standar (standar usaha
yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
sesuai kewenangannya berdasarkan hasil verifikasi pemenuhan
standar).
c. Kegiatan usaha berisiko tinggi.
Perizinan Berusaha berupa pemberian
a) NIB; dan
b) Izin
Izin sebagaimana dimaksud merupakan persetujuan Pemerintah
Pusat atau Pemerintah Daerah untuk pelaksanaan kegiatan usaha
yang wajib dipenuhi oleh Pelaku Usaha.
Perizinan Usaha Non BKLI (Lamp 2 PP 5/2021)
Disebut Perizinan berusaha untuk menunjang kegiatan berusaha (UMKU), yaitu
1. Dalam hal tahap operasional dan/atau komersial kegiatan usaha diperlukan Perizinan
Berusaha untuk Menunjang Kegiatan Usaha, kementerian/lembaga mengidentifikasi
Perizinan berusaha untuk Menunjang Kegiatan Usaha dengan tetap mempertimbangkan
tingkat Risiko kegiatan usaha dan/atau produk pada saat pelaksanaan tahap operasional
dan/atau komersial kegiatan usaha.
2. Perizinan Berusaha Untuk Menunjang Kegiatan Usaha tercantum dalam Lampiran I dan
Lampiran II
Tiga sektor yang tidak memiliki UMKU, yaitu
1. Sektor Pendidikan dan Kebudayaan,
2. Pariwisata, Keagamaan, dan
3. subsektor Keamanan yang masuk ke dalam sektor Pertahanan dan Keamanan.
- UMKU dalam penjabarannya merupakan perizinan operasional atau komersial yang
dikeluarkan setelah Perizinan Berusaha disetujui.
- Dalam pelaksanaanya UMKU juga dibagi berdasarkan risiko usaha yang dilaksanakan
yang juga terbagi menjadi risiko kecil, sedang, dan tinggi
- Pada umumnya masa berlaku UMKU lebih pendek jangka waktunya jika dibandingkan
dengan jangka waktu perizinan berusaha berbasis risiko
Hukum Administrasi Negara
Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB)
15 Oktober 2021 - Prof. Anna Erliyana, S.H.

Pembatasan Wewenang Pemerintah


1. Doelmatigheid, yakni setiap keputusan yang diambil harus sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan;
2. Asas yuridikitas (rechtmatigheid), yakni setiap keputusan harus didasarkan atas hukum
secara umum (keadilan, kepatutan, kewajaran);
3. Asas Legalitas (wetmatigheid), yakni setiap keputusan harus diambil berdasarkan
ketentuan hukum tertulis (perundang-undangan);
4. Asas Diskresi (Discretionary Power/Freies Ermessen), yakni kewenangan pejabat untuk
mengambil keputusan berdasarkan pendapatnya sendiri; dan
5. AAUPB (algemene beginselen van behoorlijk bestuur)

Mengukur Tindakan Pemerintah


● Etika Pemerintahan
● Ilmu administrasi (daya guna dan hasil guna)
● Hukum Administrasi Negara (tertulis dan tidak tertulis) yang mengukur kewajaran dan
keadilan.
○ Satu diantara tolak ukur dapat menilai apakah tindakan pemerintah itu sejalan
dengan negara hukum atau tidak adalah dengan menggunakan Asas-Asas Umum
Pemerintahan yang Baik.

Sejarah AAUPB
● Kemajuan Perkembangan HAN menyebabkan Kekuasaan Bebas (Discretionary
Power/Discretionaire Bevoegdheid), yang semula tidak terjamah, menjadi utama
digunakan oleh pejabat pemerintahan → perlu konsep penilai segi “rechtmatigheids” dari
penggunaan kekuasaan bebas tersebut
● Pertama dikembangkan di Belanda pada tahun 1950 oleh De Monchy, karena banyak
kepentingan masyarakat yang terabaikan oleh Pemerintah
● De Monchy melakukan penelitian yurisprudensi Belanda, dengan hasil bahwa untuk
menciptakan pemerintahan yang baik harus diterapkan beberapa asas umum, yaitu:
○ asas kepastian hukum;
○ asas keseimbangan;
○ asas kesamaan;
○ asas bertindak cermat;
○ asas permainan yang layak;
○ asas keadilan dan kewajaran;
○ asas perlindungan atas pandangan hidup;
○ asas kebijaksanaan;
○ asas penyelenggaraan kepentingan umum;
○ asas kejujuran;
○ asas tidak pandang bulu;
○ asas penghargaan terhadap pendapat orang lain; dan
○ asas pertanggungjawaban.

Peristilahan AAUPB
Dalam bahasa Belanda, AAUPB disebut dengan Algemene Beginselen Van Behoorlijk Bestuur.
● Kata beginselen dapat diterjemahkan sebagai prinsip-prinsip, dasar-dasar dan asas-asas.
● Kata behoorlijk dapat diterjemahkan sebagai yang sebaiknya, yang baik, yang layak, dan
yang patut.
● Algemene Beginselen Van Behoorlijk Bestuur dapat diterjemahkan sebagai dasar-dasar
atau asas-asas umum pemerintahan yang baik atau yang sebaliknya. Adapun terjemahan
lainnya, diantaranya:
○ Dasar-dasar umum pemerintahan yang baik
○ Asas-asas umum pemerintahan yang baik (AAUPB)
○ Asas-asas umum pemerintahan yang layak (AAUPL)
○ Prinsip-prinsip tata kelola yang baik
● Di Indonesia, Algemene Beginselen Van Behoorlijk Bestuur disebut dengan Asas-Asas
Umum Pemerintahan yang Baik.

Definisi AAUPB
- Scholten
AAUPB merupakan pemberi dasar dan kecenderungan etis dalam tertib hukum.
- Bellefroid
AAUPB sebagai norma dasar dan epdoman bagi para pejabat Administrasi Negara dalam
membuat kebijakan publik.
- Wiarda
AAUPB merupakan norma-norma etik yang menjadi dasar hukum pelaksanaan hukum tata
usaha negara, baik tertulis maupun tidak tertulis, termasuk praktik.
- The Liang Gie
AAUPB merupakan kecenderungan etis, yang secara epitemologi makna dan pengertian
etik dan moral merujuk pada persoalan yang sama yaitu cara hidup, adat istiadat, kebiasaan
baik.
- Konijnenbelt
AAUPB menentukan arah pada waktu melaksanakan pemerintahan dalam membuat
keputusan.
AAUPB merupakan konsep yang terbuka (open begrip), berkembang sesuai dengan ruang dan
waktu dimana konsep ini berada → bisa berbeda-beda antara satu negara dengan negara lainnya.
Hamidi:
1. AAUPB merupakan nilai-nilai etik yang hidup dan berkembang dalam lingkungan Hukum
Administrasi Negara.
2. AAUPB berfungsi sebagai pegangan bagi pejabat administrasi negara dalam menjalankan
fungsinya, merupakan alat uji bagi hakim dalam menilai tindakan administrasi negara
(berupa beschikking), dan sebagai dasar pengajuan gugatan bagi pihak penggugat.
3. Sebagian besar dari AAUPB masih merupakan asas-asas yang tidak tertulis, abstrak dan
dapat digali dalam praktik kehidupan di masyarakat, sementara sebagian asas yang lain
sudah menjadi kaidah hukum tertulis dan terpencar dalam berbagai peraturan walaupun
sifatnya tetap sebagai asas hukum.

Asas-asas dalam AAUPB


Van Male menyebutkan beberapa asas yang terkandung dalam AAUPB, diantaranya:
1. Asas Persamaan
2. Asas Kepastian Hukum
3. Asas Larangan bertindak sewenang-wenang.
4. Asas Motivasi
5. Asas Ketelitian
6. Asas Kepercayaan
7. Asas Larangan penyalahgunaan wewenang.

Crince le Roy (1978)


1. Asas kepastian hukum (principle of legal security)
2. Asas keseimbangan (principle of proportionality)
3. Asas bertindak cermat (principle of carefulness)
4. Asas motivasi untuk setiap keputusan badan pemerintah (principle of motivation)
5. Asas tidak boleh mencampuradukkan kewenangan (principle of non misuse of competence)
6. Asas kesamaan dalam mengambil keputusan (principle of equality)
7. Asas permainan yang layak (principle of fair play)
8. Asas keadilan atau kewajaran (principle of reasonableness of prohibition of arbitrariness)
9. Asas menanggapi pengharapan yang wajar (principle of meeting raised expectation)
10. Asas meniadakan akibat-akibat suatu keputusan yang batal (principle of undoing the
consequences of annulled decision)
11. Asas perlindungan atas pandangan hidup (cara hidup) pribadi (principle of protecting the
personal way of life)

Koentjoro Purbopranoto menambah dua asas:


1. Asas kebijaksanaan (principle of sapiently)
2. Asas penyelenggaraan kepentingan umum (principle of public sector)

Kedudukan AAUPB
● Van Wijk/Konijnenbelt
○ “Organ-organ pemerintahan yang menerima wewenang untuk melakukan tindakan
tertentu menjalankan tindakannya tidak hanya terikat pada peraturan perundang-
undangan, hukum tertulis, disamping itu organ-organ pemerintahan jgua harus
memperhatikan hukum tidak tertulis, yaitu asas-asas umum pemerintahan yang
baik.”
● ten Berge
○ “... Kata asas sebenarnya dapat memiliki beberapa arti. Kata ini mengandung arti
titik pangkal, dasar-dasar, atau aturan hukum fundamental. Pada kombinasi kalimat
asas pemerintahan yang patut berarti kata asas mengandung arti asas hukum, tidak
lain. ASas-asas pemerintahan yang patut sebenarnya dikembangkan oleh peradilan
sebagai peraturan hukum mengikat yang diterapkan pada tindakan pemerintah.
○ Suatu keputusan pemerintah yang bertentangan dengan AAUPB berarti
bertentangan dengan peraturan hukum. Meskipun asas ini berupa pernyataan
samar, tetapi kekuatan mengikatnya sama sekali tidaklah samar, asas ini memiliki
daya kerja yang mengikat umum..”
● → Berdasarkan pendapat van WIjk/Konjinenbelt dan ten Berge, maka dapat dilihat bahwa
kedudukan AAUPB adalah sebagai hukum tidak tertulis
● → Hadjon: AAUPB adalah norma hukum yang harus ditaati pemerintah.

● Menurut Hoogewert, terdapat perbedaan antara asas dan norma, di mana asas sebagai
aturan tingkah laku secara umum; dasar pemikiran yang umum dan abstrak atau ide;
konsep, dan tidak mempunyai sanksi.
● Sementara itu, norma merupakan aturan tingkah laku secara khas aturan konkret,
penjabaran dari ide, dan mempunyai sanksi.
○ Norma Moral melekat pada manusia sebagai pribadi yang bersifat batiniah,
sehingga tidak dapat dipindahkan dan dihilangkan.
○ Norma Hukum melekat pada kehidupan eksternal yang berasal dari suatu
perjanjian. Norma ini memiliki sifat objektif dan dapat mewajibkan.
● AAUPB → asas atau norma?
○ AAUPB merupakan asas hukum memiliki daya mengikat dan harus dipatuhi oleh
Badan/Pejabat Tata Usaha Negara. Hal tersebut sebagaimana halnya norma atau
aturan hukum (rechtregel) dan kaidah hukum (rechtnorm)
Persamaan
● AAUPB (HAN) dapat disamakan dengan:
○ Itikad Baik (Hk. Perdata)
○ Tiada Hukum Tanpa Kesalahan (Hk. Pidana)
○ Audi Alteram Partem (Hk. Acara)

Fungsi AAUPB
1. Bagi Administrasi Negara, bermanfaat sebagai pedoman dalam melakukan penafsiran dan
penerapan terhadap ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang bersifat sumir, samar
atau tidak jelas. Selain itu, membatasi dan menghindari kemungkinan administrasi negara
mempergunakan Freies Ermessen/ melakukan kebijakan yang menyimpang dari ketentuan
perundang-undangan.
2. Bagi warga masyarakat, sebagai pencari keadilan, AAUPB dapat dipergunakan sebagai
dasar gugatan (sebagaimana disebutkan dalam Pasal 53 UU PTUN)
3. Bagi Hakim TUN, dapat dipergunakan sebagai alat menguji dan membatalkan keputusan
yang dikeluarkan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.
4. Bagi badan legislatif, dapat pula digunakan dalam merancang suatu undang-undang.

Kedudukan AAUPB dalam Hukum


1. Sebagai asas
● Asas etis normatif
○ mengatur kadar etis di dalam penyelenggaraan pemerintahan, misalnya:
Asas persamaan, kepastian hukum, asas kepercayaan.
● Asas yang menjelaskan
○ Asas yang menjadi petunjuk/menjelaskan suatu perbuatan, misalnya: asas
motivasi
2. Sebagai kecenderungan moral/etis
● Wiarda: AAUPB memiliki tendensi etik yang mendasari hukum administrasi yang
baik.
● Komisi de Monchy: menganggap AAUPB sebagai kecenderungan moral
pemerintahan umum
● Etik vs moral
○ sama saja, karena dianggap terkait dengan adat/kebiasaan yang baik
○ Berbeda
■ Etik berhubungan dengan kajian mengenai nilai yang dianut
manusia, termasuk hukum.
■ Moral memfokuskan pada karakter dan sifat manusia.
■ AAUPB sebagai tendensi etik berarti fokusnya adalah nilai yang
termuat dalam hukum, sedangkan AAUPB sebagai tendensi moral
berarti fokusnya pada karakter/sifat dan sikap batin dari individu
pejabat administrasi.
3. Sebagai norma hukum (tertulis/tidak tertulis)
- Marbun: AAUPB bukan kecenderungan etik/moral yang ditujukan pada sifat batin
pejabat TUN (misalnya tentang karakter budi pekerti yang luhur, memiliki rasa
malu, dll), tetapi merupakan bagian dari hukum karena arahannya ditujukan pada
sikap lahir pejabat TUN dengan disertai beban hak dan kewajiban yang memaksa
serta sanksi yang tegas bagi pelanggaran.

Pengelompokkan AAUPB
● Pada dasarnya, AAUPB dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni asas yang bersifat formal
atau prosedural, dan asas yang bersifat material atau substansial
○ Asas yang bersifat formal berkenaan dengan prosedur yang harus dipenuhi dalam
setiap pembuatan keputusan atau asas-asas yang berkaitan dengan cara-cara
pengambilan keputusan
○ Asas yang bersifat material berkenaan dengan isi dari keputusan pemerintah
● Van Wijk:
1. Asas-asas yang berhubungan dengan proses persiapan dengan pembentukan
keputusan;
2. Asas-asas yang berhubungan dengan motivasi dan pembentukan keputusan;
3. Asas-asas yang berhubungan dengan isi keputusan.
● Atmosudirdjo
1. Asas Mengenai Prosedur Pengambilan Keputusan
a. Pembuat keputusan tidak boleh mempunyai kepentingan pribadi dalam
pengambilan keputusan.
b. Kepentingan yang merugikan masyarakat terlebih dahulu meminta pejabat
masyarakat
c. Keputusan mempertimbangkan kondisi nyata
2. Asas tentang kebenaran fakta yang dijadikan dasar pembuat keputusan:
a. Asas larangan kesewenang-wenangan
b. Asas larangan penyalahgunaan dan pelampauan wewenang;
c. Asas kepastian hukum;
d. Asas larangan melakukan diskriminasi hukum;
e. Asas batal karena kecerobohan pejabat yang bersangkutan.

Perkembangan AAUPB

Dalam yurisprudensi ditemukan sejak tahun 1929 di lingkungan peradilan hakim pegawai negeri
dengan mulai diterimanya. Asas-asas tersebut sebagai dasar gugatan, antara lain:
- Apakah keputusan yang terbit bertentangan dengan hukum; atau peraturan umum yang
berlaku
- Apakah kewenangan mengambil keputusan bertentangan dengan maksud diberikannya
wewenang tersebut.
- Apakah terdapat keseimbangan antara hukuman yang diberikan dengan pelanggaran yang
dilakukan.

AAUPB di Indonesia
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (dalam
Penjelasan Umum);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Pemerintahan yang Bersih, bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; dan
3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan.

Dasar Diberlakukannya AAUPB


- Pasal 53 (Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara)
(1) Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan:
a. …..
b. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan asas-asas
umum pemerintahan yang baik.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999


1. Pasal 1 angka 6
AAUPB adalah asas yang menjunjung tinggi norma kesusilaan, kepatutan dan noram
hukum untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih bebas korupsi, kolusi, dan
nepositme.
2. Pasal 3
Asas-asas umum penyelenggaraan negara meliputi:
a. Asas Kepastian Hukum;
b. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara;
c. Asas Kepentingan Umum;
d. Asas Keterbukaan;
e. Asas Proporsionalitas;
f. Asas Profesionalitas; dan
g. Asas Akuntanbilitas

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014


Pasal 10:
a. kepastian hukum;
b. kemanfaatan;
c. ketidakberpihakan;
d. kecermatan;
e. tidak menyalahgunakan kewenangan;
f. keterbukaan;
g. kepentingan umum; dan
h. pelayanan yang baik.
Asas-asas umum lainnya di luar AAUPB dapat diterapkan sepanjang dijadikan dasar penilaian
hakim yang tertuang dalam putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

Good Governance
AAUPB berkaitan erat dengan Good Governance, dimana manfaat dari AAUPB adalah tercipta
tata pemerintahan yang baik (Good Governance).
Definisi:
a. Government (Pemerintah): mencakup kekuasaan eksekutif saja.
b. Governance: proses pembuatan keputusan dan proses bagaimana keputusan tersebut
diimplementasikan tersebut di berbagai tingkat Pemerintahan. Di sini, Pemerintah adalah
salah satu pelaku dari governance.
c. Good Governance: proses pembuatan keputusan dan proses bagaimana keputusan itu
dilaksanakan dengan mengadopsi 8 karakteristik berupa participation, concencus oriented,
accountable, transparency, responsive, effective dan efficient, equity and follows the rule
of law.

Perbedaan Government dan Governance

Government Governance

Dalam mengelola berbagai kehidupan Dalam mengelola berbagai kehidupan


masyarakat, didominasi oleh Pemerintah masyarakat melibatkan stake holder lainnya,
(peran sektor privat dan masyarakat sipil tidak hanya instansi Pemerintah (peran
kecil sekali); sektor privat dan masyarakat sipil cukup
signifikan)

Prinsip-prinsip Pemerintahan, masih lemah Prinsip good governance sudah


untuk diterapkan dan memang masih belum dikembangkan dengan baik: participation,
berkembang dengan baik. concencus oriented, accountable,
transparency, responsive, effective dan
efficient, equity and follows the rule of law.
Sejarah Good Governance
- Konsep Good Governance merujuk pada tugas pelaksanaan pemerintah/organisasi;
- Bank Dunia merupakan salah satu pencetus awal dari Good Governance, menyatakan
bahwa kegagalan ekonomi disebabkan terlalu banyaknya campur tangan negara;
- Laporan bank dunia tentang Sub Sahara Afrika 1989 yang pertama memuat kata
Governance, yaitu cara bagaimana kekuasaan dijalankan dalam rangka pengelolaan
Sumber Daya Ekonomi dan sosial sebuah negara untuk pembangunan.
- Maka governance yang semula hanya berfokus pada manajemen, mulai juga
dikembangkan untuk juga membuat aspek transparansi dan akuntabilitas (memuat aspek
politis).
- Penerapan prinsip Good Governance biasanya didahului oleh penerapan AAUPB
- AAUPB merupakan panduan tidak tetulis bagi badan atau pejabat pemerintah dalam
melaksanakan tugas pemerintahan sehari-hari, sementara good governance merupakan
proses pembuatan keputusan dan proses bagaimana keputusan itu dilaksanakan dengan
mengadopsi 8 karakteristik
- Dalam hal ini, good governance memiliki lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan
AAUPB, dimana AAUPB lebih menekankan pada “proper administration,” sementara
good governance menekankan kepada tata kelola pemerintahan yang baik.

Prinsip-Prinsip Good Governance menurut UNDP


- Participation, yakni baik laki-laki maupun perempuan mempunyai hak suara dalam
pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga
perwakilan.
- Concencus Oriented, yakni dalam pengambilan keputusan hal tersebut dijadikan media
untuk mencapai kesepakatan yang terbaik yang mewakili berbagai kepentingan
- Accountable, yakni pembuatan keputusan, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat,
sebagai stakeholder bertanggung jawab kepada publik.
- Transparency, yakni adanya arus informasi yang terbuka dalam proses pengambilan dan
pelaksanaan keputusan.
- Responsive, yakni lembaga dan proses melayani stakeholder secara tanggap
- Effective dan Efficient, yakni proses dan pelaksanaan keputusan dilakukan seoptimal
mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi.
- Equity, yakni baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan yang sama dalam
pengambilan keputusan.
- Rule of Law, yakni dasar dari kerangka bekerja haruslah jelas dan menerapkan prinsip-
prinsip HAM.

Tujuan Penerapan Good Governance


1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi kinerja birokrasi;
2. Mewujudkan iklim birokrasi yang kondusif melalui pengaturan kinerja yang profesional;
3. Mencegah praktik penyalagunaan wewenang;
4. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan pelayanan publik.

6 Karakter yang dapat mendorong Good Governance


1. Supremacy of the law (supremasi hukum): setiap tindakan harus didasari oleh hukum bukan
berdasar diskresi;
2. Legal certainty (kepastian hukum): menjamin suatu masalah diatur secara jelas, tegas, dan
tidak duplikatif;
3. Hukum yang responsif: hukum mampu menyerap aspirasi masyarakat luas dan
mengakomodasinya;
4. Penegakan hukum yang konsisten dan nondiskriminasi;
5. Independensi peradilan sebagai syarat penting dalam perwujudan rule of law;
6. Aparatur Pemerintah (birokrasi) yang profesional dan memiliki integritas yang kokoh.

● Karakter GG menurut Robert Hass


○ Melaksanakan hak asasi manusia
○ Masyarakat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan politik
○ Melaksanakan hukum untuk melindungi kepentingan masyarakat
○ Mengembangkan ekonomi pasar atas dasar tanggung jawab kepada masyarakat
○ Orientasi politik pemerintah menuju pembangunan
● Karakter Bad Governance menurut Robert Hass
○ Tidak jelas perbedaan antara hal-hal yang bersifat publik dan privat, baik dalam
tata laksana maupun kepemilikan.
○ Terlalu banyak regulasi pada birokrasi sehingga menghalangi berfungsinya
mekansime pasar
○ Berbagai peraturan tidak mendukung terciptanya iklim kondusif bagi
pembangunan.
○ Prioritas tidak sesuai dengan kebutuhan pembangunan.
○ Pengambilan keputusan tidak transparan dan kurang partisiapsi masyarakat.
○ Kurangnya perhatian pada HAM.

Good Governance dan Bad Governance


● Governance akan menjadi baik (Good Governance) bila:
a. tujuan yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik;
b. proses dalam pembuatan keputusan telah diamati dengan baik;
c. para pejabat memperlihatkan fungsi dan tugas mereka sesuai dengan
kewenangannya;
d. organisasi berkelanjutan.
● Governance akan menjadi jelek (Bad Governance) bila:
a. hanya beberapa tujuan saja yang tercapai;
b. beberapa tindakan para pejabat melanggar peraturan yang tertulis;
c. kekuasaan dan kelembagaan melampaui kewenangannya;
d. organisasi mengalami berbagai gangguan, sehingga terpecah belah.

Anda mungkin juga menyukai