Laporan Akhir
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,
Puji syukur Kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas karunia serta
ridlho-Nya, maka Kami dapat menyusun Laporan Akhir yang merupakan
bagian tahap akhir dari serangkaian tahapan pelaporan dalam
pelaksanaan pekerjaan Belanja Jasa Konsultansi Berorientasi Layanan-
Jasa Konsultansi Manajemen Penyusunan Naskah Akademik Dan
Raperda Percepatan Pembangunan Puspemkab Serang pada Dinas
Perumahan Kawasan Permukiman dan Tata Bangunan Kabupaten
Serang Tahun Anggaran 2022.
Pada prinsipnya, materi pokok yang terkandung dalam Laporan Akhir ini
meliputi: pendahuluan; kajian teoritis dan praktik empiris; evaluasi dan
analisis peraturan perundang-undangan; landasan filosofis, landasan
sosiologis dan landasan yuridis; Jangkauan, Arah Pengaturan, Dan
Ruang Lingkup Materi Muatan Undang-Undang; Penutup dan Lampiran.
TIM PENYUSUN
i
DAFTAR ISI
ii
Nomor 80 Tahun 2015 Tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah
diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 ................................
3.2. Peraturan Perundangan Terkait Percepatan
Pembangunan Puspemkab .................................................................
3 - 17
3.2.1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2000 tentang Pembentukan Provinsi
Banten ...........................................................................
3 - 17
3.2.2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung .......................................
3 - 23
3.2.3 ndang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional ....................................................
3 - 29
3.2.4 Undang-Undang Republik Indonesia
No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang ............................................................................
3 - 36
3.2.5 Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2007 tentang Pembentukan Kota
Serang ...........................................................................
3 - 45
3.2.6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
terakhir diubah dengan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020
Tentang Cipta Kerja .........................................................
3 - 45
3.2.7 Undang-Undang Republik Indonesia
No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja .............................................................................
3 - 55
3.2.8 Undang-Undang Republik Indonesia
No. 1 Tahun 2022 tentang Hubungan
Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah ................................................
3 - 63
3.2.9 Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2022 Undang-Undang tentang
Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 38 Tahun 2004
tentang Jalan .................................................................
3 - 65
3.2.10 Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2012 tentang Pemindahan Ibu 3 - 68
iii
Kota Kabupaten Serang dari Wilayah
Kota Serang ke Wilayah Kecamatan
Ciruas ...........................................................................
3.2.11 Peraturan Pemerintah Nomor 12
Tahun 2019 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah ............................................................
3 - 70
3.2.12 Peraturan Pemerintah Nomor 16
Tahun 2021 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung ..........................................................................
3 - 72
3.2.13 Peraturan Pemerintah Nomor 18
Tahun 2021 tentang Hak
Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan
Rumah Susun, dan Pendaftaran
Tanah ............................................................................
3 - 80
3.2.14 Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah bagi Pembangunan
untuk Kepentingan Umum ...............................................
3 - 87
3.2.15 Peraturan Pemerintah Nomor 21
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang ..............................................................
3 - 88
3.2.16 Peraturan Pemerintah Nomor 22
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup ...........................................................
3 - 92
3.2.17 Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun
2021 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun
2Ol8 tentang Pengadaan Barang/
Jasa Pemerintah .............................................................
3 - 97
iv
BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG
LINGKUP MATERI MUATAN UNDANG-UNDANG ...............................
5-1
5.1. Jangkauan Dan Arah Pengaturan .......................................................
5-1
5.2. Ruang Lingkup Materi Muatan ...........................................................
5-9
LAMPIRAN ....................................................................................
v
DAFTAR TABEL
vi
Tabel 2.21 Keadaan Kependudukan Di Kabupaten Serang
Tahun 2017-2021 ..............................................................................
2 - 464
Tabel 2.22 Jumlah Rumah Tangga Pengguna PDAM di
Kabupaten Serang Tahun 2016-2020 .................................................
2 - 467
Tabel 2.23 Status, Keadaan Jalan Kabupaten Di Kabupaten
Serang Tahun 2016-2020 ...................................................................
2 - 469
Tabel 2.24 Jumlah Sungai dan Anak Sungai Di Kabupaten
Serang ...............................................................................................
2 - 474
Tabel 2.25 Jumlah Penyaluran Air PDAM Di Kabupaten Serang
Tahun 2020 .......................................................................................
2 - 475
Tabel 2.26 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten
Serang Tahun 2017-2021 ...................................................................
2 - 477
Tabel 2.27 Perkembangan Nilai PDRB Kabupaten Serang Tahun
2017-2021 .........................................................................................
2 - 478
Tabel 2.28 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serang
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2017-2021 (Miliyar
Rupiah) .............................................................................................
2 - 479
Tabel 2.29 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serang
Atas Dasar Harga Konstan (2010) Tahun 2017-2021
(Miliyar Rupiah) .................................................................................
2 - 480
Tabel 2.30 Pertumbuhan Sektoral PDRB ADHK Kabupaten
Serang Tahun 2017-2021 (%) .............................................................
2 - 481
Tabel 2.31 Perkembangan Distribusi PDRB ADHB Menurut
Kelompok Sektor Kabupaten Serang Tahun 2017-
2021 (%) ............................................................................................
2 - 484
Tabel 2.32 Perkembangan Distribusi PDRB ADHB Menurut
Sektor Lapangan Usaha Kabupaten Serang Tahun
2016-2020 (%) ...................................................................................
2 - 484
Tabel 2.33 LPE Sektor Perekonomian (PDRB ADHK 2010)
Kabupaten Serang Tahun 2017-2021 .................................................
2 - 486
Tabel 2.34 Indeks Harga Implisit PDRB Kabupaten Serang
Tahun 2017-2021 ..............................................................................
2 - 489
Tabel 2.35 Laju Perkembangan Indeks Harga Implisit PDRB
Kabupaten Serang Tahun 2017-2021 .................................................
2 - 490
Tabel 2.36 nflasi dan Indeks Daya Beli Kabupaten Serang Tahun
2016-2020 .........................................................................................
2 - 491
Tabel 2.37 Kegiatan Pembangunan Puspemkab Tahun 2021 –
2022 ..................................................................................................
2 - 497
Tabel 4.1 Isu Pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten 4 - 36
vii
Serang ...............................................................................................
Tabel 5.1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Naskah Akademis
dan Raperda ......................................................................................
5-8
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Pengumpulan Data
Gambar 1.1
Hubungan Naskah Akademis dengan Peraturan Daerah
Gambar 1.2
Kerangka Pikir Penyusunan Naskah Akademis dan Raperda
Percepatan Pembangunan Puspemkab Serang
3. Keberlanjutan
Yang dimaksud dengan “keberlanjutan” adalah bahwa penataan
ruang diselenggarakan dengan menjamin kelestarian dan
kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan
dengan memperhatikan kepentingan generasi mendatang.
4. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan
Yang dimaksud dengan “keberdayagunaan dan
keberhasilgunaan” adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan mengoptimalkan manfaat ruang dan
sumber daya yang terkandung di dalamnya serta menjamin
terwujudnya tata ruang yang berkualitas.
5. Keterbukaan
Yang dimaksud dengan “keterbukaan” adalah bahwa penataan
ruang diselenggarakan dengan memberikan akses yang seluas-
luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi
yang berkaitan dengan penataan ruang.
6. Kebersamaan dan Kemitraan
Yang dimaksud dengan “kebersamaan dan kemitraan” adalah
bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan melibatkan
seluruh pemangku kepentingan.
7. Perlindungan kepentingan Umum
Yang dimaksud dengan “pelindungan kepentingan umum”
adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
mengutamakan kepentingan masyarakat.
8. Kepastian Hukum dan Keadilan,
Yang dimaksud dengan “kepastian hukum dan keadilan” adalah
bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan berlandaskan
hukum/ketentuan peraturan perundang-undangan dan bahwa
penataan ruang dilaksanakan dengan mempertimbangkan rasa
C. Analisis
Unsur-unsur ROCCIPI:
1. Rule (Peraturan) berhubungan dengan hukum, aturan, atau
norma.
a. Susunan kata dari peraturan kurang jelas atau rancu
b. Peraturan mungkin memberi peluang perilaku masalah
c. Tidak menangani penyebab-penyebab dari perilaku
bermasalah
d. Memberi peluang pelaksanaan yang tidak transparan, tidak
bertanggung jawab, dan tidak partisipatif; dan
e. Memberikan kewenangan yang TIdak perlu kepada pejabat
pelaksana dalam memutuskan apa dan bagaimana
mengubah perilaku bermasalah
2. Opportunity (Kesempatan), berhubungan dengan kondisi,
keadaan, kesempatan, dan kemungkinan yang mengakibatkan
stakeholder terlibat dalam permasalahan sosial lalu tunduk
atau melanggar peraturan.
b. Naskah akademik
Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau
pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap
suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam
suatu Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi, Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/
Kota, sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan
hukum masyarakat.
6) Bab VI Penutup
Bab penutup terdiri atas subbab simpulan dan saran.
Dimana simpulan memuat rangkuman pokok pikiran
yang berkaitan dengan praktik penyelenggaraan, pokok
elaborasi teori, dan asas yang telah diuraikan dalam bab
sebelumnya. Saran memuat antara lain: perlunya
pemilahan substansi Naskah Akademik dalam suatu
Peraturan Perundang- undangan atau Peraturan
Perundang-undangan di bawahnya, rekomendasi
tentang skala prioritas penyusunan Rancangan Undang-
Undang/ Rancangan Peraturan Daerah dalam Program
Legislasi Nasional/Program Legislasi Daerah, serta
kegiatan lain yang diperlukan untuk mendukung
penyempurnaan penyusunan Naskah Akademik lebih
lanjut.
3. Pengajuan Undang-undang
Dalam pengajuan suatu UU, RUU dari DPR diajukan oleh
anggota DPR, komisi, gabungan komisi, atau alat kelengkapan
DPR yang khusus menangani bidang legislasi atau DPD.
Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi
Rancangan Undang-Undang yang berasal dari DPR
dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPR yang khusus
menangani bidang legislasi.
b. Pengesahan
RUU yang telah disetujui bersama oleh DPR dan Presiden
disampaikan oleh Pimpinan DPR kepada Presiden untuk
disahkan menjadi UU. Penyampaian RUU sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu
paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal
persetujuan bersama.
7. Partisipasi Masyarakat
Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan
dan/atau tertulis dalam Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan yang dapat dilakukan melalui rapat dengar pendapat
umum, kunjungan kerja, sosialisasi; dan/atau seminar,
lokakarya, dan/atau diskusi.
Tabel 1.1
Perbandingan Tahapan RIA dengan UU No. 12 Tahun 2011
Hal prinsip yang berbeda antara tahapan dalam konsep RIA dengan
tahapan penyusunan peraturan Perundang-undangan adalah
penentuan berbagai opsi alternatif peraturan yang mungkin dipilih.
Walaupun hal tersebut bisa tercakup pada saat penentuan
prolegnas maupun dalam materi naskah Akademis, baik aturan
tentang prolegnas maupun Naskah Akademik tidak secara jelas
menyebut untuk mengungkap berbagai opsi untuk kebijakan
tertentu.
Analisis Biaya dan Manfaat atau Cost and Benefit Analysis (CBA)
adalah alat yang digunakan untuk menentukan peringkat proyek
atau untuk memilih pilihan yang paling tepat. peringkat atau
keputusan tersebut didasarkan pada biaya ekonomi dan manfaat
yang diharapkan (Department of Environmental Affairs and
Tourism: 2006).
Visi otonomi daerah itu sendiri dapat dirumuskan dalam tiga ruang
lingkup interaksinya yang utama yaitu: Politik, ekonomi, serta
sosial dan budaya. Dalam bidang politik, karena otonomi daerah
adalah buah dari kebijakan desentralisasi dan demokrasi, maka ia
harus dipahami sebagai sebuah proses untuk membuka ruang bagi
lahirnya kepala pemerintahan daerah yang dipilih secara
demokratis. Demokratisasi pemerintah juga berarti transparasi
kebijakan. Membangun sistem dan pola karir politik dan
administrasi yang kompetitif. Juga penguatan DPRD dalam
keberhasilan atau kegagalan kepemimpinan kepala daerah. DPRD
Dari aspek dasar hukum tata negara, karena UUD RI Tahun 1945
telah mengalami amandemen, khususnya pasal-pasal yang
berkaitan langsung dengan sistem pemerintahan daerah. Maka
Undang-undang pemerintahan daerah perlu disesuaikan. Di
samping itu perubahan UU No.22 Tahun 1999, didasarkan pada
pemikiran bahwa sesuai dengan amanat UUD 1945 (hasil
amandemen), pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan.
Pasal 18A :
Pasal 18B:
Sifat UU Nomor 5 Tahun 1974 sangat sentralistik hal ini bisa dilihat
dari kedudukan Kepala Daerah yang ditentukan oleh pusat tanpa
bergantung dari hasil pemilihan oleh DPRD. Kepala Daerah hanya
bertanggung jawab kepada pusat dan tidak kepada DPRD. Ia hanya
memberikan laporan kepada DPRD dalam tugas bidang
pemerintahan daerah, Sehingga DPRD tidak mempunyai kekuasaan
terhadap Kepala Daerah.
Gambar 2.1
Hubungan Pusat dan Daerah
Gambar 2.2
Penyelenggaraan Tugas Pembantuan
• Provinsi
• Kabupaten/Kota • Kabupaten/Kota Desa/Kelurahan
• Desa/Kelurahan • Desa/Kelurahan
Pemerintah
DEKONSENTRASI
Adminstratif/Wilaya
h
• Kanwil/Kandep
• Kepala Wilayah
• dll.
PEMERINTAH Delegasi/Desentralisa
Privatisasi
PUSAT si Fungsional
• Swasta murni • Otorita
• BOT • BUMN
• BOO • Nusakambangan
• BOL • dll.
• dll.
• Provinsi
• Kabupaten/Kota
Gambar 2.4
Otonomi pada Sistem Pemerintahan
Gambar 2.5
Model implementasi kebijakan menurut Van Meter dan Van
Horn
Gambar 2.6
Model implementasi kebijakan Grindle
Lebih lanjut Stoker (2006) juga menjelaskan bahwa ada tiga alasan
mengapa politik dinilai sebagai mekanisme untuk koordinasi sosial.
Pertama, memungkinkan orang untuk bekerja sama dan membuat
pilihan atas dasar sesuatu yang melebihi individualisme pasar.
Memperlakukan orang dan mendorong mereka untuk
memperlakukan orang lain dengan pengakuan secara utuh dari
kualitas sumber daya manusia dan pengalaman mereka. Kedua,
pengambilan keputusan politik bersifat fleksibel, oleh karena itu,
Dari semua hal diatas Stoker (2006) menjelaskan bahwa apa yang
diaharapkan nilai manajemen publik adalah untuk pendekatan
relasional dalam pelayanan barang dan jasa. Hal itu seharusnya
tidak menjadi perbedaan yang besar anata klien dan kontraktor,
keduanya harus melihat satu sama lain sebagai mitra untuk
memelihara hubungan dalam jangka panjang dan seharusnya tidak
terfokus pada kontrak apapun. Apakah yang menjadi tanda
pendekatan dari New Public Management (NPM) adalah etika
pelayanan publik yang dilihat sebagai sistem yang sangat penting
tidak ada spesifikasi etika sektor publik, tetapi etos pelayanan
publik. Aldridge dan Stoker (2002) mengidentifikasi lima elemen
dari etos paradigma New Public Management (NPM) yang
seharusnya diadopsi oleh semua penyedia pelayanan publik yaitu:
I. Pembangunan Berkelanjutan
Gambar 2.7
Proses Persetujuan Agenda SDGs
Gambar 2.8
Konsep SDGs
yang dipetik dari kebun dan hutan; kayu bakar dari hutan,
hewan yang ditangkap, ikan yang ditangkap dari sungai).
manusia dan penggunaan alam dan isinya, pada saat ini sudah
sampai pada titik di mana alam memiliki batas, atau dikenal
dengan planetary boundary.
• Inklusif: tidak ada satu pihakpun yang tertinggal (no one left
behind);
SDGs hasil Deklarasi berisi 17 (tujuh belas) goals, jumlah goal yang
banyak apabila dibandingkan dengan MDGs yang hanya 8 (delapan)
goals. SDGs juga memiliki 166 target dengan indikator terukur,
yang 61 diantaranya berupa cara pelaksanaan (means of
implementations).11 Sehubungan dengan itu, SDGs dinilai sangat
ambisius dan mungkin berat untuk dilaksanakan oleh semua
negara. Namun demikian, hasil kesepakatan ini sudah melalui
proses yang komprehensif dan panjang.
hidup, yang didukung dengan pilar tata kelola. Ketiga pilar ini
merupakan pilar yang saling terkait dan tidak terpisahkan. Pilar
lingkungan merupakan unsur terpenting, kerena pertumbuhan
saat ini yang digambarkan dalam pilar ekonomi, perlu menjaga
keberlanjutan lingkungan hidup. Demikian pula, perilaku sosial
masyarakat yang digambarkan dalam pilar sosial, perlu berubah
dan memiliki perilaku yang ramah terhadap lingkungan.
Tabel 2.1
Pilar dan Goal SDGs
PILAR
PILAR PILAR PILAR
PEMBANGUNAN
PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN
HUKUM DAN
SOSIAL EKONOMI LINGKUNGAN
TATA KELOLA
Goal 1. Tanpa Goal 7. Energi Goal 6. Air Bersih Goal 16.
Kemiskinan Bersih dan dan Sanitasi yang Perdamaian,
Terjangkau Layak Keadilan dan
Goal 2. Tanpa Goal 8. Pekerjaan Goal 11. Kota dan Kelembagaan yang
Kelaparan Layak dan Permukiman Tangguh
Pertumbuhan Berkelanjutan
Ekonomi
Goal3. Kehidupan Goal 9. Industri, Goal 12. Konsumsi
Sehat dan Inovasi dan dan produksi
Sejahtera Infrastruktur Berkelanjutan
Goal 4. Pendidikan Goal 10. Goal 13.
Berkualitas Berkurangnya Penanganan
Kesenjangan Perubahan Iklim
Goal 5. Kesetaraan Goal 17. Kemitraan Goal 14. Ekosistem
Gender untuk mencapai Laut
Tujuan Goal 15. Ekosistem
Daratan
Dari alur di atas dapat dilihat bahwa usulan 109 indikator utama
dan 111 indikator tambahan yang telah disusun menurut target
dan tujuan dicari apakah indikator tersebut tersedia di Indonesia.
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Indikator tambahan:
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Indikator ini dapat dibedakan secara spasial dan usia serta jenis
kelamin korban tewas. Disagregasi lain akan ditinjau lebih lanjut,
Ketersediaan di Indonesia
Indikator tambahan:
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Indikator ini mengukur persentase balita usia dua tahun atau lebih
yang tingginya dibawah ketinggian rata-rata penduduk acuan.
Stunting pada anak-anak mencerminkan efek yang luas dari
malnutrisi kronis. Stunting pada anak-anak dapat memiliki
dampak serius pada perkembangan fisik, mental, dan emosional
anak-anak, dan bukti menunjukkan bahwa efek dari stunting pada
usia muda, khususnya pada perkembangan otak, sulit untuk
memperbaikinya pada usia lanjut walaupun jika anak menerima
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Indikator tambahan:
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Sampai saat ini, data lahan pertanian rusak dan yang menjadi
gurun telah merata. Upaya telah ditingkatkan sejak PBB menunjuk
2010-2020 (dekade penggurunan), sebagian besar dipimpin oleh
FAO dan UNCCD, namun masih ada beberapa cara yang dapat
dilakukan. Investasi dalam penginderaan jauh, pemetaan digital,
dan pemantauan akan sangat penting untuk upaya ini.
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Indikator tambahan:
• [Keanekaragaman genetik]
Disagregasi
Angka kematian neonatal (<28 hari) dan bayi (<1 tahun) mewakili
subkomponen penting angka kematian balita, karena tren data
Ketersediaan di Indonesia
Indikator ini diperoleh dari SDKI, SP, dan Supas. Data bisa
disajikan berdasarkan usia kematian bayi yaitu neonatal (0-1
bulan), bayi (0-1 tahun), dan balita (0-4 tahun), dan wilayah kota-
desa. Indikator ini dapat disajikan sampai wilayah provinsi dan
dapat diproyeksi setiap tahunnya.
Rasio kematian ibu adalah jumlah kematian ibu per tahun dari
penyebab yang berkaitan dengan atau diperburuk oleh kehamilan
atau penanganannya (tidak termasuk sebab-sebab karena
kecelakaan atau alasan insidental) yang terjadi selama kehamilan
dan persalinan atau dalam 42 hari dari terminasi kehamilan, per
100.000 kelahiran per tahun. Indikator ini mencerminkan kapasitas
sistem kesehatan untuk mencegah dan mengatasi komplikasi yang
terjadi selama kehamilan dan persalinan secara efektif. Indikator ini
juga menyoroti kurangnya asupan gizi dan kesehatan perempuan
secara umum dan mencerminkan kurangnya pemenuhan hak
reproduksi mereka sehingga menyebabkan kehamilan yang buruk
dan berulang.
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
terapi ARV (ART lini 1 dan lini 2), wilayah (kabupaten/kota), umur,
dan jenis kelamin.
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Data kecelakaan lalu lintas dicatat oleh Kepolisian RI. Data dapat
dipilah berdasarkan usia, jenis kelamin, akibat kecelakaan, dan
jenis kendaraan setiap tahunnya.
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Indikator tambahan:
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Indikator tambahan:
WHO saat ini hanya menghitung rasio dokter, perawat, dan bidan,
Namun Tenaga Kesehatan Masyarakat (kader kesehatan
masyarakat) harus dimasukkan dalam perhitungan WHO jika
relevan. Data rasio tenaga kesehatan dapat diperoleh melalui
Indikator ini melacak persentase ibu hamil yang mengidap HIV pada
suatu resimen untuk pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak
(PMTCT). Dengan tidak adanya intervensi, 15-45% ibu hamil yang
mengidap HIV menularkan virus kepada anak-anak mereka. Angka
ini dapat dikurangi sampai di bawah 5% dengan adanya intervensi.
Data dikumpulkan Kemenkes tiap tahun.
Indikator ini mengukur akses air dan sabun di fasilitas cuci tangan
di rumah, menggunakan definisi WHO-UNICEF JMP. Indikator
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Indikator tambahan:
Persen dari asupan kalori yang berasal dari lemak jenuh dan gula
tambahan, sebuah indikator pola makan yang sehat. Indikator ini
dapat dihitung dengan menggunakan data Susenas tetapi BPS
belum menganalisis indikator ini.
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Indikator tambahan:
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Ketersediaan di Indonesia
Indikator tambahan:
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Indikator tambahan:
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Indikator tambahan:
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Indikator tambahan:
melahirkan pada umur tertentu dan median umur saat pertama kali
melahirkan menurut umur. Data dapat dirinci menurut
karakteristik latar belakang seperti daerah tempat tinggal (kota-
desa), pendidikan, dan kekayaan.
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Indikator tambahan:
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Indikator ini didefinisikan sebagai volume total air tanah dan sari
air permukaan dari berbagai sumber-sumber yang digunakan
untuk kepentingan manusia (misal pada sektor pertanian, industri,
atau kota), dinyatakan sebagai persentase total sumber daya air
terbarukan setiap tahunnya. Indikator ini menunjukkan apakah
suatu negara memiliki pasokan sumber air bersih yang
berkelanjutan. Hal ini dapat melacak manajemen yang
berkelanjutan, terintegrasi, dan transparan dari sumber air.
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
gas kota, dan minyak tanah ) untuk memasak. Data dapat dirinci
menurut wilayah kota-desa dan jenis kelamin KRT.
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Menurut sektor.
Ketersediaan di Indonesia
Indikator Tambahan:
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Indikator tambahan:
BPS yaitu dari data PDB nasional dan Sakernas. Dapat dirinci
menurut sektor lapangan usaha dan tersedia sampai level provinsi.
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Indikator tambahan:
Akses jalan yang bisa dilewati dan handal sepanjang tahun sangat
penting untuk banyak proses pembangunan pedesaan, termasuk
akses ke masukan, pasar, pendidikan, dan pelayanan kesehatan.
Indikator ini menggambarkan proporsi penduduk yang yang
memiliki jarak [x km] dari tempat tinggal ke jalan yang andal dan
bisa dilewati sepanjang tahun. Sebaiknya jalan tersebut harus
diaspal untuk memastikan akses untuk kendaraan berat.
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Saat ini belum tersedia data penduduk dengan akses terhadap jalan
all weather road dengan jarak x km. Pendekatan yang pernah
digunakan untuk mengetahui penduduk yang memiliki akses
terhadap jalan menggunakan data hasil pendataan PODES. Jenis
jalan yang diasumsikan dari hasil PODES adalah jalan untuk segala
musim/all season road karena keterangan jenis jalan tidak dirinci
pada pendataan. Keterbatasan data ini menjadi tantangan untuk
menambahkan keterangan yang lebih rinci pada PODES mengenai
akses penduduk desa terhadap infrastruktur jalan, terutama jalan
untuk segala cuaca (all weather road-seperti jalan aspal kondisi
baik dan sedang) karena akses ini sangat penting untuk
mengurangi kemiskinan, ketimpangan, dan meningkatkan
pembangunan di perdesaan.
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Indikator tambahan:
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Data yang tersedia terkait indikator ini hanya data dari LIPI tentang
jumlah peneliti di masing- masing Kementerian/Lembaga.
Pengumpulan data untuk ketersediaan indikator dapat dilakukan
oleh BPS (Statistik Keuangan, Teknologi Informasi, dan Pariwisata)
terkait inovasi di bidang sains dan teknologi.
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Indikator ini menelusuri jumlah gas rumah kaca (GRK) per ton CO
ekuivalen (tCO e), dirinci menurut gas (termasuk CO2 , N 2O4, CH6
, HFC, PFC, dan SF ) dan sektor (termasuk penyulingan minyak
bumi, listrik dan produksi panas, industri manufaktur dan
konstruksi, transportasi, bangunan komersial dan residensial,
emisi fugitive, serta emisi dari proses industri) sesuai dengan
Disagregasi
Ketersedian di Indonesia
Indikator tambahan:
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
UntukmenghitungketimpanganpendapatandiIndonesia,BPSmengg
unakandatapengeluaran rumah tangga berdasarkan hasil Susenas.
Penghitungan ketimpangan dengan menggunakan rasio Palma
belum dilakukan sehingga nantinya dapat dihitung dengan
menggunakan data pengeluaran tersebut. Namun, sebaiknya ada
peningkatan kualitas pengumpulan data sehingga indikator dapat
dihitung dengan menggunakan data pendapatan bukan dengan
pendekatan pengeluaran. Data dapat dirinci berdasarkan desil
maupun persentil, dan berdasarkan wilayah.
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Indikator tambahan:
• Koefisien Gini
Indikator tambahan:
Indikator ini adalah jumlah ODA yang diterima oleh suatu negara
sebagai persentase dari pendapatan nasional bruto. Indikator ini
merupakan kelanjutan dari indikator MDG Tujuan 8 yang
mengukur ketergantungan terhadap bantuan. ODA merupakan
pinjaman luar negeri yang berasal dari suatu negara atau lembaga
multilateral, yang ditujukan untuk pembangunan ekonomi atau
untuk peningkatan kesejahteraan sosial bagi negara penerima dan
memiliki komponen hibah. Data untuk indikator ini dapat diperoleh
dari Kemenkeu (ODA) dan BPS (Pendapatan nasional bruto). Data
ODA dapat dirinci berdasarkan negara/ lembaga kreditor.
• [Indikator migrasi]
• Ruang huni yang cukup, yang berarti tidak lebih dari 3 orang
menghuni 1 ruang bersama,
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Indikator ini merupakan tindak lanjut dari Agenda 21, rencana aksi
sukarela yang tidak mengikat yang dikembangkan PBB saat UNCED
di Rio pada tahun 1992. PBB telah merekomendasikan bahwa
pemerintah daerah harus membuat program rencana lokal untuk
menerapkan pembangunan berkelanjutan. Program ini disebut
dengan Local Agenda 21.
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Indikator Tambahan:
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Indikator Tambahan:
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Indikator Tambahan:
● Intensitas CO2
sektor bangunan dan bangunan baru (kg CO2 /m2 /tahun) Sektor
bangunan (perumahan dan komersial) memiliki andil besar
terhadap emisi gas rumah kaca di seluruh dunia. Indikator ini
didefinisikan sebagai volume emisi CO2 (diukur dalam kilogram) per
unit permukaan bangunan (diukur dalam meter persegi) dan per
tahun.
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Indikator Tambahan:
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Ketersediaan di Indonesia
Ketersediaan di Indonesia
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Indikator Tambahan:
Disagregasi
Ketersediaan di Indonesia
Indikator Tambahan:
J. Peraturan Daerah
Selain itu, salah satu unsur negara hukum menurut rumusan Stahl
yaitu “Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan”
dan rumusan A.V.Dicey yaitu “supremasi aturan-aturan hukum
dan terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang” sehingga
salah satu akibat dengan dianutnya paham bahwa bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum yaitu dibentuk
peraturan perundang- undangan mulai dari tingkat pusat sampai
daerah untuk mengatur tatanan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Berdasarkan Pasal 18 ayat (2), ayat (5), dan ayat (6) pemerintah
daerah memiliki kewenangan untuk menjalankan pemerintahan
berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan. Dalam
Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, disebutkan bahwa Otonomi Daerah adalah hak, wewenang,
dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kemudian asas otonomi adalah prinsip dasar penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah berdasarkan Otonomi Daerah. Sedangkan
tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat
kepada daerah otonom untuk melaksanakan sebagian Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat atau
dari Pemerintah Daerah provinsi kepada Daerah kabupaten/kota
untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah provinsi.
Istilah ‘asas’ dalam Asas Umum Pemerintahan yang Baik, atau asas
umum pemerintahan yang baik, menurut pendapat Bachsan
Mustafa dimaksudkan sebagai ‘asas hukum’, yaitu suatu asas yang
menjadi dasar suatu kaidah hukum. Asas hukum adalah asas yang
menjadi dasar pembentukan kaidah-kaidah hukum, termasuk juga
kaidah hukum tata pemerintahan. Kaidah atau norma adalah
ketentuan-ketentuan tentang bagaimana seharusnya manusia
bertingkah laku dalam pergaulan hidupnya dengan manusia
lainnya. Ketentuan tentang tingkah laku dalam hubungan hukum
dalam pembentukannya, sekaligus penerapannya, didasarkan pada
asas-asas hukum yang diberlakukan. Perlakuan asas hukum dalam
lapangan hukum tata pemerintahan sangat diperlukan, mengingat
kekuasaan aparatur pemerintah memiliki wewenang yang istimewa,
lebih- lebih di dalam rangka penyelenggaraan kesejahteraan dan
kepentingan umum dalam fungsinya sebagai bestuurszorg.
proporsionalitas.
Paulus
Lotulung/J. Koentjoro
Jazim Crince Le Philipus M.
G.H. Addink J. Veld dan Purboprano
Hamidi Roy Hadjon
N.S.J. to (13 Asas)
Koeman
Asas Asas Asas Asas Asas Asas
larangan kejujuran larangan kepastian pertimbanga kepastian
bertindak detourneme hukum n hukum
sewenang- nt de
wenang pouvoir
Paulus
Lotulung/J. Koentjoro
Jazim Crince Le Philipus M.
G.H. Addink J. Veld dan Purboprano
Hamidi Roy Hadjon
N.S.J. to (13 Asas)
Koeman
Asas propor- Asas Asas Asas Asas
sionalitas kejujuran kesamaan keseimbang kesamaan
atau dalam an dalam
keseimbang mengambil mengambil
an keputusan keputusan
Asas kehati- Asas Asas Asas Asas
hatian kecermatan permainan kewenangan permainan
yang layak yang layak
Asas Asas Asas fair Asas
pertimbanga keadilan play keadilan
n
Asas Asas
Kewajaran Kewajaran
Asas Asas
menanggapi menanggapi
pengharapa pengharapa
n yang wajar n yang wajar
Dari apa yang tersaji dalam Tabel diatas terlihat bahwa “asas
kepastian hukum” adalah asas asas umum pemerintahan yang baik
yang sangat penting, karena seluruh pakar memasukkan asas
kepastian hukum sebagai prinsip penting dalam menilai aspek
materiil atau isi dari Keputusan penyelenggara pemerintahan.
Kepastian sendiri disebut sebagai salah satu tujuan hukum.
Hukum yang menjamin kepastian hukum yang adil, substansinya
harus dan wajib mencerminkan nilai-nilai masyarakatnya. Oleh
karena hukum itu merupakan pencerminan belaka dari
masyarakatnya, yaitu gagasan-gagasan, tradisi, nilai-nilai dan
tujuan-tujuan yang ada dalam masyarakat tersebut. Dalam konteks
teori ini transplantasi dan transformasi hukum dari masyarakat
lain hampir tak dimungkinkan.
Asas lain yang juga penting dijadikan dasar dalam menilai aspek
materiil adalah “asas larangan bertindak sewenang-wenang”
sebagaimana dikemukakan dalam. Crince dan Koentjoro
menggunakan istilah yang sedikit berbeda yaitu “asas tidak boleh
mencampur-adukan kewenangan”, tetapi keduanya memiliki
makna yang sama. Sedangkan untuk menguji tindakan
penyelenggaraan pemerintahan dari aspek formil, maka asas yang
B.1 Visi
MAJU
SEJAHTERA
BERKEADILAN
AGAMIS
B.2 MISI
Indikator
Tujuan Sasaran Indikator Sasaran
Tujuan
Cakupan kepemilikan
dokumen adminduk
Indeks Risiko Bencana
Persentase penurunan
jumlah pelanggaran
Trantibum dan Perda
Tabel 2.2
Rencana Sistem Perkotaan
Arahan fungsi ini merupakan arahan fungsi utama yang ada dan
akan dikembangkan pada setiap pusat kegiatan, namun demikian
dapat pula dikembangkan fungsi penunjang lainnya yang saling
melengkapi dan tidak bertentangan dengan fungsi utama dari pusat
kegiatan tersebut. Arahan fungsi pada setiap pusat
kegiatan/pelayanan ini akan dijabarkan dalam rencana pola ruang,
yang merupakan alokasi peruntukan ruang untuk mewadahi
fungsi-fungsi kegiatan tersebut. Secara lebih lengkap arahan fungsi
tersebut sebagai berikut:
Tabel 2.3
Arahan Fungsi Kegiatan
Sumber: RTRW Kabupaten Serang Tahun 2011 -2031, Perubahan Tahun 2020
Sumber: RTRW Kabupaten Serang Tahun 2011 -2031, Perubahan Tahun 2020
Tabel 2.4
Rencana Pembangunan Terminal Di Kabupaten Serang
Sistem jaringan jalur kereta api (KA) termasuk kereta rel listrik,
kereta bawah tanah, monorail, dan lain-lain, meliputi:
• Ciujung - Serang
• Ciuyah - Rangkasbitung - Maja - Cisoka - Solear - Serpong -
Kota Tangerang Selatan.
Sempadan Pantai
Sempadan Sungai
Kawasan Perkebunan
Kawasan Perikanan
Pertambangan Mineral
Kawasan Industri
Kawasan Pariwisata
Kawasan Permukiman
Tabel 2.5
Kawasan Permukiman Perkotaaan dan Perdesaan
Kabupaten Serang
Luas (Ha)
No Kecamatan
Perkotaan Pedesaan
1 Anyar 809,21 100,36
2 Bandung 833,18 56,29
3 Baros 823,69 276,9
4 Binuang 491,1 101,01
5 Bojonegara 1.768,95 73,81
6 Carenang 423,2 252,23
7 Cikande 1.293,46 157,4
8 Cikeusal 3.014,78 125,03
9 Cinangka 726,57 336,36
10 Ciomas 81,36 235,11
11 Ciruas 1.192,40 140,38
12 Gunungsari 278,37 133,63
13 Jawilan 1.344,14 234,13
14 Kibin 879,91 71,93
15 Kopo 1.737,29 24,61
16 Kragilan 2.146,75 14,02
17 Kramatwatu 2.141,38 52,15
18 Lebakwangi 479,96 239,56
19 Mancak 291,99 240,81
20 Pabuaran 1.633,09 122,69
21 Padarincang 715,85 164,68
22 Pamarayan 2.247,99 163,24
23 Petir 2.482,74 189,73
24 Pontang 0,05 252,43
25 Puloampel 713,49
26 Tanara 1.199,72 99,61
27 Tirtayasa 278,66 142,29
28 Tunjungteja 1.392,56 64,71
29 Waringinkurung 2.114,85 84,8
Kabupaten Serang 33.537 4.150
Sumber: RTRW Kabupaten Serang Tahun 2011 -2031, Perubahan Tahun 2020
Tabel 2.6
Jumlah Kecamatan dan Desa di Kabupaten Serang
Gambar 2.12
Wilayah Administratif Kabupaten Serang
Tabel 2.7
Pulau-Pulau di Kabupaten Serang
Tabel 2.8
Daftar DAS/Sub DAS di Kabupaten Serang
Tabel 2.9
Daftar Danau, Rawa, Situ, Telaga dan Waduk di Kabupaten
Serang
Tabel 2.10
Suhu Udara (Cº) Kabupaten Serang Tahun 2017-2021
Tabel 2.12
Rata-Rata Curah Hujan (mm) Dan Hari Hujan
Kabupaten Serang Tahun 2017-2021
Tabel 2.13
Klasifikasi Iklim Kabupaten Serang Menurut Pembagian
Kecamatan Dengan Menggunakan Cara Mohr (1933)
Tabel 2.14
Tekanan Udara (Hpa) Kabupaten Serang Tahun 2017-2021
Tabel 2.15
Penguapan (Mm) Kabupaten Serang Tahun 2017-2021
40,29% dari luas lahan Kabupaten Serang atau sebesar 59.001 ha.
Pertanian ini dibedakan menjadi pertanian pada lahan basah dan
lahan kering. Yang dimaksud dengan pertanian lahan basah adalah
persawahan sedangkan pertanian lahan kering seperti perkebunan,
tegalan, dan ladang. Untuk pertanian lahan basah secara umum
paling banyak terdapat di wilayah Serang Barat bagian Utara
terutama di Kecamatan Pontang, Tirtayasa, Tanara, Carenang dan
Binuang. Sedangkan untuk pertanian lahan kering terutama
berada di wilayah Serang Selatan, terutama di Kecamatan Baros,
Petir, Cikeusal, Pabuaran, Ciomas dan Padarincang.
Tahun
Penggunaan
2017 2018 2019 2020 2021
Bandar Udara 38,10 38,10 38,10 38,10 38,10
Emplasemen - - - - -
Hutan Belukar 9.190,43 9.190,43 9.190,43 9.190,43 9.190,43
Hutan Rawa 375,49 375,49 375,49 375,49 375,49
Industri 2.277,33 2.277,33 2.277,33 2.277,33 2.277,33
Kebun Campuran 33.154,26 33.154,26 33.154,26 33.154,26 33.154,26
Ladang/Tegalan 7.599,74 7.599,74 7.599,74 7.599,74 7.599,74
Padang Rumput 2.796,93 2.796,93 2.796,93 2.796,93 2.796,93
Perkampungan 12.441,06 12.441,06 12.441,06 12.441,06 12.441,06
Tahun
Penggunaan
2017 2018 2019 2020 2021
Perkebunan 397,92 397,92 397,92 397,92 397,92
Besar
Perumahan 569,46 569,46 569,46 569,46 569,46
Rawa 1.477,52 1.477,52 1.477,52 1.477,52 1.477,52
Sawah 59.001,02 59.001,02 59.001,02 59.001,02 59.001,02
Semak Belukar 6.615,07 6.615,07 6.615,07 6.615,07 6.615,07
Sungai/Danau/T 1.254,13 1.254,13 1.254,13 1.254,13 1.254,13
elaga
Tambak 7.331,71 7.331,71 7.331,71 7.331,71 7.331,71
Tanah Kosong 1.937,76 1.937,76 1.937,76 1.937,76 1.937,76
Kab. Serang 146.457,94 146.457,94 146.457,94 146.457,94 146.457,94
Sumber : Kabupaten Serang Dalam Angka 2018-2022, BPS Kabupaten Serang
Tabel 2.17
Kawasan Rawan Bencana Di Kabupaten Serang
Rawan Bencana
No.
Banjir Longsor Angin Topan Kebakaran
1 Jumlah Total 19 Jumlah Total 7 Jumlah Total 11 Jumlah Total 20
Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan
2 Kecamatan Kecamatan Kecamatan Baros, Kecamatan
Binuang, Bojonegara, Cikeusal, Ciomas, Bandung, Baros,
Carenang, Ciomas, Gunungsari, Bojonegara,
Cikande, Gunungsari, Kramatwatu, Carenang,
Cikeusal, Ciruas, Kibin, Kragilan, Pabuaran, Cikande,
Jawilan, Kibin, Pamarayan, Padarincang, Cikeusal,
Kragilan, Waringin Tanara, Tirtayasa, Cinangka,
Pontang, Pulo Kurung. Tunjung Teja, Lebak Ciomas,
Ampel, Tanara, Wangi. Gunungsari,
Tirtayasa, Kopo, Jawilan, Kibin,
Baros< Kramatwatu,
Tunjungteja, Mancak,
Anyer, Bandung, Pabuaran,
Pamarayan, Padarincang,
Padarincang Pamarayan,
Petir, Tanara,
Tirtayasa,
TunjungTeja.
Sumber : Pemerintah Kabupaten Serang
D. Kondisi Demografi
Tabel 2.18
Jumlah Penduduk Di Kabupaten Serang Tahun 2017-2021
Tabel 2.19
Perkembangan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
Di Kabupaten Serang Tahun 2016-2020
Tabel 2.20
Keadaan Kependudukan Di Kabupaten Serang
Tahun 2017-2021
Tabel 2.21
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
di Kabupaten Serang Tahun 2017-2021
E.1 Perumahan
Tabel 2.22
Jumlah Rumah Tangga Pengguna PDAM di Kabupaten Serang
Tahun 2016-2020
E.2 Transportasi
Jaringan jalan
Tabel 2.23
Status, Keadaan Jalan Kabupaten Di Kabupaten Serang
Tahun 2016-2020
E.3 Irigasi
Tabel 2.24
Jumlah Sungai dan Anak Sungai Di Kabupaten Serang
Tabel 2.25
Jumlah Penyaluran Air PDAM Di Kabupaten Serang Tahun
2020
Instansi
Sosial Sosial Rumah Niaga Niaga Niaga Industri Industri Kran
Kecamatan Pemerint Jumlah
Khusus Umum Tangga Kecil Kecil Besar Kecil Besar Umum
ah
1 Cinangka - - - - - - - - - - -
2 Padarincang - 30 978 - 1 1 - - - 5 1.015
3 Ciomas - 9 374 - 1 1 - - - 5 390
4 Pabuaran - - - - - - - - - - -
5 Gunungsari - - - - - - - - - - -
6 Baros - 1 134 - 2 2 - 6 - 86 231
7 Petir - - - - - - - - - - -
8 Tunjung Teja - - - - - - - - - - -
9 Cikeusal - 3 137 - 15 15 - - - - 170
10 Pamarayan - 12 1.046 - - - - - - 5 1.063
11 Bandung - - 269 - - - - - - - 269
12 Jawilan - - - - - - - - - - -
13 Kopo - 3 353 - 486 486 - - - - 1.328
14 Cikande - 74 9.751 - - - - - - - 9.825
15 Kibin - - - - 30 30 - - - - 60
16 Kragilan - 17 1.819 - - - - - - - 1.836
17 Waringinkurung - - 894 - - - - - - - 894
18 Mancak - - - - 1 1 - - - - 2
19 Anyar - 13 482 - 97 97 - - - - 689
20 Bojonegara - 52 3.669 - - - - 16 - 2 3.739
21 Pulo Ampel - - - - 11 11 - - - - 22
22 Kramatwatu - 15 2.196 - 7 7 - - - - 2.225
23 Ciruas - 27 1.734 - 4 4 - - - 1 1.770
24 Pontang - 43 1.508 - - - - - - 2 1.553
25 Carenang - - - - - - - - - - -
26 Binuang - - - - - - - - - - -
27 Tirtayasa - 11 - - - - - - - - 11
28 Tanara - 10 585 - - - - - - - 595
29 Lebak Wangi 3 107 - - - - - - - - 110
Total 2014 3 427 25.929 - 655 655 - 22 - 106 27.797
Sumber : Kabupaten Serang Dalam Angka Tahun 2021, BPS Kabupaten Serang
Pada Tahun 2020 total jumlah air bersih yang disalurkan PDAM
kepada para pelanggan jumlahnya mencapai 474.116 m3, terjadi
penurunan penyaluran kubikasi air jika dibandingkan dengan
Tahun 2019 sebesar 482.665 m3. Dari total air bersih yang
disalurkan tersebut sebagian besar adalah bagi pelanggan rumah
tangga, yakni pada Tahun 2020 sebesar 426.053 m3, terjadi
penurunan pelanggan rumah tangga jika dibandingkan dengan
Tahun 2018 yang sebesar 434.602 m3.
E.5 Listrik
Tabel 2.26
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Serang Tahun 2017-2021
LAJU PERTUMBUHAN %
NO. TAHUN
LPE (PDRB ADHK) PDRB ADHB
1 2017 6,85 26,10
2 2018 5,29 8,52
3 2019 5,01 7,53
4 2020* -2,38 -0,92
5 2021** 3,65 5,60
Keterangan :
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Sumber : PDRB Kabupaten Menurut Lapangan Usaha 2018-2022, BPS
Kabupaten Serang
Tabel 2.28
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serang
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2017-2021 (Miliyar Rupiah)
Tabel 2.29
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serang
Atas Dasar Harga Konstan (2010) Tahun 2017-2021 (Miliyar
Rupiah)
Gambar 2.13
Perkembangan PDRB dan LPE Kabupaten Serang
Tahun 2017-2021
90.000 6,85
80.000 6,60
5,29 5,01 5,60
70.000
4,60
60.000
(Juta Rupiah)
3,65 3,60
80.464,27
50.000
76.906,40
76.197,66
71.521,74
2,60
(%)
65.905,44
40.000
54.992,52
54.347,49
53.055,56
1,60
51.754,32
49.154,64
30.000 0,60
20.000 -0,40
10.000 -1,40
0 (2,38) -2,40
2017 2018 2019 2020 2021
PDRB BERLAKU (PDRB ADHB) PDRB KONSTAN (PDRB ADHK)
Keterangan :
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Sumber : PDRB Kabupaten Menurut Lapangan Usaha 2018-2022, BPS
Kabupaten Serang
Tabel 2.30
Pertumbuhan Sektoral PDRB ADHK Kabupaten Serang
Tahun 2017-2021 (%)
2021*
LAPANGAN USAHA 2017 2018 2019 2020*
*
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,07 2,72 1,48 4,33 1,44
2. Pertambangan dan Penggalian 4,18 5,55 5,54 -2,16 -2,08
3. Industri Pengolahan 4,61 4,44 3,75 -5,16 4,16
4. Pengadaan Listrik dan Gas 5,57 3,52 1,07 -5,73 5,06
2021*
LAPANGAN USAHA 2017 2018 2019 2020*
*
5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 8,37 3,48 5,48 8,57 3,77
Limbah dan Daur Ulang
6. Konstruksi 6,11 8,11 8,69 -0,39 6,92
7. Perdagangan Besar dan Eceran, 5,67 4,99 7,08 -1,56 1,93
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8. Transportasi dan Pergudangan 8,70 8,90 6,56 -2,39 5,55
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan 7,29 7,60 6,87 -5,13 3,44
Minum
10 Informasi dan Komunikasi 6,01 6,66 7,99 8,98 4,80
.
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 3,12 5,13 0,53 0,51 3,99
.
12 Real Estat 7,65 8,93 8,09 1,94 2,62
.
13 Jasa Perusahaan 5,21 4,22 8,10 -1,91 -0,42
.
14 Administrasi Pemerintahan, 4,52 5,19 9,65 -0,14 0,09
. Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
15 Jasa Pendidikan 6,19 6,50 7,57 0,87 -1,27
.
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,89 5,83 10,53 5,57 7,50
.
17 Jasa Lainnya 7,03 6,81 8,22 -3,84 1,24
.
PDRB ADHK 5,22 5,29 5,01 -2,38 3,65
Sumber : PDRB Kabupaten Menurut Lapangan Usaha 2018-2022, BPS
Kabupaten Serang.
Tabel 2.31
Perkembangan Distribusi PDRB ADHB Menurut Kelompok
Sektor
Kabupaten Serang Tahun 2017-2021 (%)
Tabel 2.32
Perkembangan Distribusi PDRB ADHB Menurut Sektor
Lapangan Usaha Kabupaten Serang Tahun 2016-2020 (%)
Gambar 2.14
Distribusi Rata-Rata PDRB ADHB Menurut Sektor Lapangan
Usaha
Di Kabupaten Serang Tahun 2017-2021 (%)
Perdagangan
Besar dan
Eceran, Industri
Reparasi Mobil Pengadaan Listrik dan Pengolahan
dan Sepeda Gas 47,08%
Konstruksi 0,35%
Motor
8,97% 11,11% Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
0,03%
Tabel 2.33
LPE Sektor Perekonomian (PDRB ADHK 2010) Kabupaten
Serang
Tahun 2017-2021
2017-
NO. LAPANGAN USAHA 2017 2018 2019 2020 2021
2021
1 Pertanian, Kehutanan, 4,07 2,72 1,48 4,33 1,44 2,81
dan Perikanan
2 Pertambangan dan 4,18 5,55 5,54 -2,16 -2,08 2,21
Penggalian
3 Industri Pengolahan 4,61 4,44 3,75 -5,16 4,16 2,36
4 Pengadaan Listrik dan 5,57 3,52 1,07 -5,73 5,06 1,90
Gas
5 Pengadaan Air, 8,37 3,48 5,48 8,57 3,77 5,94
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur
Ulang
6 Konstruksi 6,11 8,11 8,69 -0,39 6,92 5,89
2017-
NO. LAPANGAN USAHA 2017 2018 2019 2020 2021
2021
7 Perdagangan Besar 5,67 4,99 7,08 -1,56 1,93 3,62
dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda
Motor
8 Transportasi dan 8,70 8,90 6,56 -2,39 5,55 5,46
Pergudangan
9 Penyediaan Akomodasi 7,29 7,60 6,87 -5,13 3,44 4,01
dan Makan Minum
10 Informasi dan 6,01 6,66 7,99 8,98 4,80 6,89
Komunikasi
11 Jasa Keuangan dan 3,12 5,13 0,53 0,51 3,99 2,66
Asuransi
12 Real Estat 7,65 8,93 8,09 1,94 2,62 5,85
13 Jasa Perusahaan 5,21 4,22 8,10 -1,91 -0,42 3,04
14 Administrasi 4,52 5,19 9,65 -0,14 0,09 3,86
Pemerintahan,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 6,19 6,50 7,57 0,87 -1,27 3,97
16 Jasa Kesehatan dan 7,89 5,83 10,53 5,57 7,50 7,46
Kegiatan Sosial
17 Jasa Lainya 7,03 6,81 8,22 -3,84 1,24 3,89
LAJU PDRB ADHK 5,22 5,29 5,01 -2,38 3,65 3,36
(LPE)
Keterangan :
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Sumber : PDRB Kabupaten Menurut Lapangan Usaha 2018-2022, BPS
Kabupaten Serang
Gambar 2.15
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Serang, Provinsi
Banten dan Nasional Tahun 2017-2021
5,60
5,10
4,60
4,10
3,60
3,10
2,60
2,10
1,60
1,10
0,60
0,10
-0,40
-0,90
-1,40
-1,90
-2,40
-2,90
-3,40
2017 2018 2019 2020 2021
LPE KABUPATEN SERANG 5,22 5,29 5,01 -2,38 3,65
LPE PROVINSI BANTEN 5,75 5,77 5,26 -3,39 4,44
LPE NASIONAL 5,07 5,17 5,02 -2,07 3,69
Tabel 2.34
Indeks Harga Implisit PDRB Kabupaten Serang
Tahun 2017-2021
Tabel 2.35
Laju Perkembangan Indeks Harga Implisit PDRB Kabupaten
Serang
Tahun 2017-2021
Tabel 2.36
Inflasi dan Indeks Daya Beli Kabupaten Serang
Tahun 2016-2020
Gambar 2.16
Lokasi Puspemkab Serang
Gambar 2.17
Siteplan Pusat Pemerintahan Kabupaten Serang
Tabel 2.37
Kegiatan Pembangunan Puspemkab Tahun 2021 – 2022
hal tanah yang status haknya berupa hak guna usaha dan/atau
kepemilikannya dikuasai sementara oleh pihak lain, harus disertai
izin pemanfaatan yang dinyatakan dalam perjanjian tertulis antara
pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dengan pemilik
bangunan gedung, sebelum mendirikan bangunan gedung di atas
tanah tersebut.
tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya sedangkan pada
Pasal 1 angka 15 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan ruang, pengendalain pemanfaatan ruang adalah upaya
untuk mewujudkan tertib tata ruang, yang mana dilakukan melalui
penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan
disinsentif, serta pengenaan sanksi.
Gambar 3.1
Kedudukan RTRW dalam Sistem Penataan Ruang dan Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
Gambar 3.2
Hubungan antara RTRW Kabupaten/Kota, RDTR, dan RTBL
serta Wilayah Perencanaannya
Urusan Pemerintahan
Perangkat Daerah
A. Kewenangan Daerah
yang terjadi di dalam Bab-Bab aturan sektoral yang diubah. Hal ini
tersebut tampak mereduksi hak otonomi seluas-luasnya yang
diberikan kepada pemerintah daerah baik provinsi maupun
kabupaten berdasarkan Pasal 18 Ayat (5) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945).
B. Penataan Ruang
C. Bangunan Gedung
pihak lain, maka tanah tersebut dikuasai secara fisik oleh pihak
lain dengan hak sewa. Dalam hal ini pemilik tanah berdasarkan hak
penguasaan yuridisnya, berhak untuk menuntut diserahkannya
kembali tanah yang bersangkutan secara fisik kepadanya.
Pemilikan tanah adat adalah suatu pengertian hak milik dalam arti
yang luas, sehingga untuk mencoba menemukan pengertian yang
umum dari hak milik itu maka akan diuraikan istilah dari hak
pemilikan itu. Istilah hak milik ini pada hakekatnya sudah bersifat
lebih konkrit karena menuju pada pengertian suatu benda yang
akan dimiliki oleh seseorang.
Dalam Pasal 5 (1) huruf b bahwa Hak Pengelolaan yang berasal dari
Tanah Negara diberikan Pemerintah Daerah dan Hak Pengelolaan
di atas Tanah Negara diberikan sepanjang tugas pokok dan
fungsinya langsung berhubungan dengan pengelolaan Tanah (Pasal
6), ditegaskan dalam Pasal 7 ayat (1) Pemegang Hak Pengeloiaan
diberikan kewenangan untuk menyusun rencana peruntukan,
penggunaan, dan pemanfaatan Tanah sesuai dengan rencana tata
ruang dan merrggunakan dan memanfaarkan seluruh atau
sebagian Tanah Hak Pengelolaan untuk digunakan sendiri atau
dikerjasamakan dengan pihak lain. Oleh karena itu Pemerintah
Daerah sebagai pemegang hak pengelola berhak untuk menentukan
rencana peruntukan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah sesuai
dengan rencana tata ruang yang merupakan rencana induk yang
disusun oleh pemegang Hak Pengelolaan.
Bagi daerah yang telah memiliki Rencana Detail Tata Ruang (RDTR),
pelaku usaha maupun non-berusaha dapat menggunakan
mekanisme Konfirmasi KKPR, namun jika daerah tersebut belum
memilliki RDTR, dapat menggunakan Persetujuan KKPR.
mengacu pada UUD 1945. Hal ini sesuai dengan asas lex inferior
derogat lex superior. Dengan kata lain, materi muatan peraturan
perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar 1945.
pandangan hidup suatu bangsa berisi nilai moral dan etika. Moral
dan etika pada dasarnya berisi nilai-nilai yang baik dan yang tidak
baik, nilai yang baik adalah nilai yang wajib dijunjung tinggi,
didalamnya ada nilai kebenaran dan keadilan serta berbagai nilai
lainnya yang dianggap baik. Pengertian baik, benar dan adil
tersebut menurut takaran yang dimiliki bangsa yang bersangkutan.
Peraturan daerah dibentuk tanpa memperhatikan moral bangsa
akan sia-sia diterapkan tidak akan dipatuhi, semua nilai yang ada
nilai yang ada dibumi Indonesia tercermin dari Pancasila, karena
Pancasila merupakan pandangan hidup, cita-cita bangsa, falsafah,
atau jalan kehidupan bangsa (way of life). Secara konseptual,
pemberian otonomi kepada daerah dalam menyelenggarakan
berbagai urusan pemerintahan bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi, menumbuhkan demokrasi, pemerataan, dan keadilan
dalam penyelengaraan berbagai urusan pemerintahan yang menjadi
wewenang daerah. Karena itu, melalui otonomi daerah ini
diharapkan keadaan di daerah semakin baik. Harapan ini tidaklah
berlebihan, karena daerahlah yang sangat paham dengan potensi
dan keunikan di daerahnya. Salah satu instrumen dalam
pembangunan daerah adalah produk hukum daerah berbentuk
peraturan daerah. Peraturan daerah tidak hanya berasal dari DPRD
saja namun juga harus disetujui oleh Pemerintah Daerah.
Keduanya sebagai unsur pemerintahan daerah yang merupakan
lembaga pembentuk peraturan daerah. Peraturan daerah yang baik
akan mengawal proses otonomi daerah yang berkualitas. Dalam
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 mensyarakatkan
bahwa hukum harus dipegang teguh dan setiap warga negara, dan
aparatur negara harus mendasarkan tindakannya pada hukum.
Dengan demikian, penyelenggaraan pemerintahan negara
berdasarkan dan di atur menurut ketentuan-ketentuan konstitusi,
yang spesifik, situasi ini tentu saja harus dikelola dengan yang
pendekatan adaptatif terhadap kondisi dan kebutuhan
infrastruktur perkantoran sebagai pusat layanan pemerintahan
daerah kepada masyarakatnya. Pada posisi inilah Pemerintah
Kabupaten Serang dibutuhkan kolaboratif bersama masyarakat
untuk mengembangkan kapasitas dan kewenangan dalam
mengidentifikasi problem-promlem kelokalan untuk kemudian
mampu merumuskan problem solving yang relevan dan seinovatif
mungkin sesuai dengan konteksnya sehingga tatakelola urusan
publik “membumi”, sejalan dengan publik affairs tersedianya pusat
layanan pemerintahan. Inilah sejatinya menjadi esensi dari
percepatan pembangunan sebagai pemutakhiran otonomi daerah
dan desentralisasi.
Tabel 4.1
Isu Pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Serang
1 Kemacetan
Bercampurnya moda transportasi regional dan lokal
Kapasitas jalan tidak memadai
Volume kendaraan melampaui kapasitas jalan
Tingkat disipin berlalu lintas pengemudi kendaraan
bermotor dan pejalan kaki yang rendah
Pelanggaran pemanfaatan jalan dan trotoar
(pedestrian) untuk kegiatan perdagangan
2 Alih Fungsi Lahan
Relokasi Pusat Pelayanan Pemerintah dan
Pengembangan Pusat Pelayanan Pemerintah
Pengembangan Fasilitas Pelayanan Skala Kabupaten
Ekspansi pengembangan kegiatan budi daya
(perumahan, perdagangan dan jasa, pengembangan
fasilitas dan jaringan prasaran kota)
Revitalisasi Pasar dan Pengembangan Fasilitas
Perdagangan
3 Pencemaran dan
Degradasi
Kualitas
Lingkungan
Hidup
Perubahan iklim
Peningkatan limbah domestik dan komersial
Tingkat kesadaran pemeliharaan lingkungan hidup
menurun
Perilaku hidup masyarakat yang kurang ramah
terhadap lingkungan
Pengembangan kegiatan budi daya yang kurang ramah
lingkungan
Peningkatan buangan sampah
Keterbatasan sarana pengelolaan samapah
6 Kerawanan Sosial
Tingkat heterogenitas penduduk makin tinggi
Tingkat urbanisasi penduduk meningkat
Persaingan hidup semakin ketat
Tingkat kriminalitas semakin tinggi
Akulturasi budaya hidup antar masyarakat lokal
dengan pendatang
7 Kemiskinan,
Pengangguran
dan Kesenjangan
Kesejahteraan
Keterbatasan daya beli masyarakat
Keterbatasan ketersediaan lapangan kerja
Kualitas SDM yang belum memadai dengan kebutuhan
dunia usaha
Kesenjangan kesejahhteraan antar golongan
masyarakat yang cenderung meningkat
A. Menimbang
bahwa dalam rangka kepastian kesinambungan dan
ketersediaan pendanaan, kepastian pencapaian percepatan
pembangunan sarana dan prasarana Pusat Pemerintahan
Kabupaten Serang di Wilayah Kecamatan Ciruas Kabupaten
Serang untuk terciptanya pengelolaan pembangunan
pemerintah daerah yang lebih baik;
bahwa Pusat Pemerintahan di Ibu Kota Kabupaten Serang
merupakan kebutuhan prioritas dan strategis dalam rangka
menjalankan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan
mempercepat akselerasi pembangunan;
bahwa dalam melaksanakan ketentuan Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2012 tentang Pemindahan Ibu Kota Kabupaten
Serang Dari Wilayah Kabupaten Serang Ke Wilayah Kecamatan
Ciruas, Kabupaten Serang, Provinsi Banten;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan Peraturan
Daerah tentang Percepatan Pembangunan Pusat Pemerintahan
Kabupaten Serang; Akademik Dan Raperda Percepatan
Pembangunan Puspemkab Serang di Kabupaten Serang.
B. Mengingat:
Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2000 tentang Pembentukan
Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4010);
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 134,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4247);
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4355);
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan,
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444)
sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2022 Tentang Undang-Undang tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004
C. Ketentuan Umum
Daerah adalah Kabupaten Serang.
Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.
Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
A.2 Tujuan
memberikan kepastian arah, target, sasaran dan tahapan
penyelesaian kegiatan pembangunan Puspemkab Serang;
memberikan tahapan dalam kegiatan pembangunan
Puspemkab Serang;
memberikan kepastian jangka waktu penyelesaian kegiatan
pembangunan Puspemkab Serang
B. Ruang Lingkup
Kriteria Penerapan;
Ruang Lingkup Kriteria Penerapan kegiatan meliputi:
a. Kawasan Puspemkab berada di Desa Kaserangan
Kecamatan Ciruas dan Desa Cisait Kecamatan Kragilan
b. Pembangunan Puspemkab Serang dilaksanakan dalam 1
(satu) tahun anggaran dan/atau lebih dari 1 (satu) tahun
anggaran
c. penggunaan lahan kegiatan pembangunan Puspemkab
d. Sarana prasarana
Prioritas;
a. Prioritas percepatan kegiatan pembangunan Puspemkab
Serang dilaksanakan dalam 1 (satu) tahun anggaran
dan/atau lebih dari 1 (satu) tahun anggaran dilakukan
dalam Rencana Anggaran selama 9 (sembilan) tahun.
Pelaksanaan dan penganggaran percepatan pembangunan;
a. Pelaksanaan
• Pelaksanaan percepatan pembangunan Puspemkab
Serang dilakukan melalui proses pengadaan barang dan
jasa dengan mengacu pada ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
• Dalam hal target tahunan pelaksanaan percepatan
pembangunan Puspemkab Serang tidak tercapai, maka
pelaksanaannya akan disesuaikan sampai dengan target
9 (sembilan) tahun.
b. Penganggaran
Percepatan pembangunan Puspemkab Serang
dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah dan atau anggaran dari sumber lain yang sah.
Besaran penganggaran program percepatan pembangunan
infrastruktur jalan yang dilakukan melalui kontrak tahun
jamak dan/atau kontrak tahun tunggal dituangkan dalam
Rencana Anggaran yang tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.
Pengawasan dan Pengendalian;
Bupati melalui perangkat daerah terkait melakukan
pengawasan dan pengendalian pelaksanaan percepatan
pembangunan Puspemkab Serang
Ketentuan Lain-lain
5.1. SIMPULAN
5.2. Saran
LAMPIRAN
-1-
BUPATI SERANG
PROVINSI BANTEN
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERCEPATAN
PEMBANGUNAN PUSPEMKAB SERANG.
-8-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Serang.
2. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
4. Bupati adalah Bupati Serang.
5. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.
6. Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat OPD
adalah Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Serang.
7. Kontrak Tahun Jamak adalah kontrak yang pelaksanaan
pekerjaannya membebani dana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah lebih dari 1 (satu) Tahun Anggaran.
8. Kontrak Tahun Tunggal adalah kontrak yang pelaksanaan
pekerjaannya untuk masa 1 (satu) Tahun Anggaran atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
9. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau
budi daya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
fungsional serta memiliki ciri tertentu.
10. Kawasan pusat pemerintahan kabupaten adalah kawasan tempat
berlangsungnya kegiatan politik dan administratif, serta kegiatan
-9-
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Bagian Kesatu
Maksud
Pasal 2
Maksud dari Peraturan Daerah ini adalah:
a. Sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan pembangun Puspemkab
Serang;
b. Upaya percepatan pembangunan Puspemkab Serang yang terarah,
terencana dan terukur; dan
c. Optimalisasi kegiatan pembangunan Puspemkab Serang.
Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 3
Tujuan Peraturan Daerah ini adalah:
a. memberikan kepastian arah, target, sasaran dan tahapan
penyelesaian kegiatan pembangunan Puspemkab Serang;
b. memberikan tahapan dalam kegiatan pembangunan Puspemkab
Serang;
c. memberikan kepastian jangka waktu penyelesaian kegiatan
pembangunan Puspemkab Serang;
BAB III
RUANG LINGKUP
Pasal 4
- 11 -
BAB IV
KRITERIA PENERAPAN
Pasal 5
(1) Ruang Lingkup Kriteria Penerapan kegiatan meliputi:
a. Kawasan Puspemkab berada di Desa Kaserangan Kecamatan
Ciruas dan Desa Cisait Kecamatan Kragilan.
b. Pembangunan Puspemkab Serang dilaksanakan dalam 1 (satu)
tahun anggaran dan/atau lebih dari 1 (satu) tahun anggaran;
(2) penggunaan lahan kegiatan pembangunan Puspemkab seluas
561.476,00 m2 (lima ratus enam puluh satu ribu empat ratus tujuh
puluh enam meter persegi) (ditentukan dengan Peraturan bupati)
terdiri dari:
a. Kavling seluas 228.820,00 M2 (dua ratus dua puluh delapan
ribu delapan ratus dua puluh meter persegi)(di rubah dengan
Persentase)
b. Sarana dan Prasarana seluas 230.283,24 M2 (dua ratus tiga
puluh ribu dua ratus delapan puluh tiga koma dua puluh
empat meter persegi)
c. Ruang Terbuka Hijau Seluas 102.372,76 M2 (seratus dua
puluh ribu tiga ratus tujuh puluh dua koma tujuh puluh enam
meter persegi)
- 12 -
BAB V
PRIORITAS
Pasal 6
Prioritas percepatan kegiatan pembangunan Puspemkab Serang
dilaksanakan dalam 1 (satu) tahun anggaran dan/atau lebih dari 1 (satu)
tahun anggaran dilakukan dalam Rencana Anggaran selama 9
(sembilan) tahun.
BAB VI
PELAKSANAAN DAN PENGANGGARAN PERCEPATAN
PEMBANGUNAN PUSPEMKAB SERANG
Bagian Kesatu
Pelaksanaan
Pasal 7
(1) Pelaksanaan percepatan pembangunan Puspemkab Serang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6, dilakukan
melalui proses pengadaan barang dan jasa dengan mengacu pada
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(2) Dalam hal target tahunan pelaksanaan percepatan
pembangunan Puspemkab Serang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak tercapai, maka pelaksanaannya akan disesuaikan
sampai dengan target 9 (sembilan) tahun.
Bagian Kedua
Penganggaran
Pasal 8
Percepatan pembangunan Puspemkab Serang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6 dianggarkan dalam Anggaran
- 13 -
Pendapatan dan Belanja Daerah dan atau anggaran dari sumber lain
yang sah.
Pasal 9
Besaran penganggaran program percepatan pembangunan infrastruktur
jalan yang dilakukan melalui kontrak tahun jamak dan/atau kontrak
tahun tunggal dituangkan dalam Rencana Anggaran yang tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
BAB VII
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 10
Bupati melalui perangkat daerah terkait melakukan pengawasan
dan pengendalian pelaksanaan percepatan pembangunan Puspemkab
Serang
BAB VIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 11
(1) Dalam hal terjadi keadaan yang mengakibatkan kerugian
pelaksanaan pekerjaan percepatan pembangunan Puspemkab
Serang, seperti bencana alam, bencana non alam, bencana sosial,
pemberontakan, huru-hara dan perang, pemogokan umum,
kebakaran besar, dan/atau gangguan industri lainnya, maka
diberlakukan keadaan kahar (force majeure) sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang- undangan.
(2) Kontrak pembangunan infrastruktur dengan pembiayaan tahun
jamak yang telah ditandatangani sebelum berlakunya peraturan
daerah ini, tetap berlaku sampai berakhirnya jangka waktu kontrak
(3) Dalam hal terjadi perubahan kebijakan pemerintah, yang
mengakibatkan perubahan harga dalam pelaksanaan Percepatan
- 14 -
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 12
Ketentuan lebih lanjut diatur dalam petunjuk pelaksanaan, petunjuk
teknis, norma, standar, prosedur dan kriteria dalam Peraturan Kepala
Daerah.
Pasal 13
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini, dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Kabupaten Serang.
Ditetapkan di Serang
pada tanggal .. .......... ....
BUPATI SERANG,
............................
Diundangkan di Serang
pada tanggal .. .......... ....
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SERANG,
........................................
BERITA DAERAH KABUPATEN SERANG TAHUN .... NOMOR ..
-1-
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG
NOMOR .... TAHUN .....
TENTANG
I. UMUM
LAMPIRAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR ... TAHUN ....
TENTANG
PERCEPATAN PEMBANGUNAN PUSPEMKAB SERANG
KETERANGA
NO PEKERJAAN Anggaran (Rp.)
N
Pembangunan Jalan Akses Puspemkab RS.
1 DPUPR
ADHYAKSA 100.600.000.000,00
TOTAL
100.600.000.000,00
KETERAN
NO PEKERJAAN Anggaran (Rp.)
GAN
1 Penyelesaian Gedung Blok B3 85.406.524.499,68 PERKIM
2 Pembangunan Masjid 122.972.994.173,54 PERKIM
3 Bangunan OPD Blok E7 dan E4 41.909.429.468,18 PERKIM
TOTAL 250.288.948.141,40