Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PROMOSI KESEHATAN PENYULUHAN

PENCEGAHAN KANKER PAYUDARA DAN KANKER


SERVIKS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TABANAN II

Oleh:

I Gede Sathya Agastya 2102612013

Michelle Eugenia 2102612029

Ni Putu Rhosiana Rahayu Utami 210261204


Tisna 6

Pembimbing:
dr. I Nyoman Sutarsa, MPH, PhD, FHEA
dr. I Wayan Panca

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK


MADYA DEPARTEMEN KESEHATAN MASYARAKAT DAN
KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
UDAYANA 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal kegiatan promosi
kesehatan dengan judul “Penyuluhan Pencegahan Kanker Payudara dan Kanker
Serviks di Wilayah Kerja Puskesmas Tabanan II” ini tepat pada waktunya.
Proposal kegiatan ini disusun dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik
Madya Ilmu Kedokteran Masyarakat Dan Ilmu Kedokteran Pencegahan Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
Semua tahapan penyusunan proposal ini dapat diselesaikan berkat
dukungan berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. dr. I Nyoman Sutarsa, MPH, PhD, FHEA selaku Dosen Pembimbing, atas
segala nasihat, bimbingan, dan masukannya untuk menyelesaikan laporan
ini.
2. dr. I Wayan Panca selaku Kepala UPTD Puskesmas Tabanan II dan
pembimbing lapangan, yang telah bersedia meluangkan waktu dan
memberikan bimbingan dalam penyelesaian laporan ini.
3. Seluruh staf di Puskesmas Tabanan II atas segala informasi dan kerjasama
terkait pembuatan laporan ini.
Adanya keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis, maka
penulis
terbuka akan kritik dan saran yang membangun dari segala pihak demi
perbaikan proposal ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Denpasar, 15 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

K
A 1
T
A

P
E
N
G
A
N
T
A
R

D
A
F
T
A
R

I
S
I
BAB I
PENDAHULUAN

BAB II PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT PUSKESMAS 4

2.1 Identifikasi Masalah 4

2.2 Analisis Masalah 5

ii
2.3 Kelompok Sasaran 6

2.4 Tujuan Program 6

2.4.1 Tujuan Umum 6

2.4.2 Tujuan Khusus 6

2.5 Strategi Pelaksanaan 6

2.5.1 Persiapan Penyuluhan 6

2.5.2 Tempat dan Waktu Penyuluhan 7

2.5.3 Pelaksanaan Penyuluhan 8

2.6 Isi Program 8

2.7 Metode Program 8

2.8 Media Program 8

2.9 Jadwal Pelaksanaan Program 9

2.10 Rencana Evaluasi 9

2.10.1 Penilaian Proses 9

2.10.2 Penilaian Hasil 10

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 12

ii
BAB I
PENDAHULUA
N

Kanker serviks merupakan tumor ganas yang terletak pada leher rahim
(serviks) dimana terjadi pertumbuhan yang abnormal pada jaringan epitel
serviks. Human Pappiloma Virus (HPV) adalah penyebab utama terjadinya
kanker serviks. Infeksi HPV sering tidak menimbulkan gejala, tanda – tanda
infeksi yang paling umum adalah bintik- bintik kecil merah muda yang muncul di
sekitar kelamin dan terasa gatal atau panas. Setelah seseorang wanita terinfeksi
virus HPV, infeksi bisa stabil dan terlokalisir, bisa membaik secara spontan atau
jika serviks terkena bisa berkembang menjadi lesi derajat rendah/displasia awal
dan akan berkembang menjadi prakanker leher rahim. Perubahan praknker ini
diamati sering kali terjadi pada wanita usia 30-40 tahun dan lesi prakanker bisa
berkembang menjadi kanker ganas setelah kurun waktu 10-20 tahun atau bisa
secara singkat. Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan, saat ini penyakit
kanker serviks atau kanker leher rahim menempati peringkat teratas di antara
berbagai jenis kanker yang meyebabkan kematian pada perempuan di dunia.
Berdasarkan data Global Burden of Cancer (GLOBOCAN) tahun 2020,
secara global kanker serviks menempati urutan keempat terbanyak pada wanita
di seluruh dunia. Pada tahun 2020, diperkirakan 604.000 wanita didiagnosis
kanker serviks di seluruh dunia dan sekitar 342.000 wanita meninggal karena
kanker serviks.
Menurut data Kemenkes pada tahun 2020, estimasi jumlah wanita usia
subur 15-49 tahun di Indonesia pada tahun 2020, yaitu sebanyak 144.250.230,
hanya 8,3% (3.207.659) wanita usia subur yang melakukan deteksi dini, 50.171
ditemukan positif IVA, dan 584 dicurigai menderita kanker serviks. Berdasarkan
laporan dari Survelians Terpadu Penyakit Provinsi Bali menemukan bahwa
insiden kanker serviks pada Tahun 2019 sebanyak 437 kasus. Menurut pembagian
per kabupaten sebagai berikut, Kejadian kanker serviks di Denpasar sebanyak 293
kasus. Kabupaten Badung sebanyak 74 kasus, Gianyar sebanyak 38 kasus,
Klungkung insiden sebanyak 16 kasus, Karangasem sebanyak 9 kasus dan
Tabanan sebanyak 6 kasus. Sekitar 90% kematian akibat kanker serviks terjadi di

1
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Tingkat kematian yang
tinggi dari kanker serviks secara global dapat dikurangi melalui pendekatan
komprehensif yang mencakup pencegahan, diagnosis dini, skrining yang efektif
dan program pengobatan. Skrining bertujuan untuk mendeteksi perubahan
prakanker, yang jika tidak diobati, dapat menyebabkan kanker. Wanita yang
ditemukan memiliki kelainan pada skrining perlu ditindak lanjuti, diagnosis dan
pengobatan, untuk mencegah perkembangan kanker atau untuk mengobati kanker
pada tahap awal. WHO telah meninjau bukti mengenai kemungkinan modalitas
untuk skrining kanker serviks dan telah menyimpulkan bahwa: skrining harus
dilakukan setidaknya sekali untuk setiap wanita dalam kelompok usia sasaran
(30-49 tahun); test HPV, sitologi dan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA)
adalah tes skrining yang direkomendasikan. Deteksi dini kanker leher rahim
dilakukan pada kelompok sasaran perempuan 20 tahun ke atas, namun prioritas
program deteksi dini di Indonesia pada perempuan usia 30-50 tahun dengan target
50% perempuan sampai tahun 2019. Untuk IVA dilakukan minimal 3 tahun
sekali.
Kanker payudara adalah suatu keganasan yang menyerang kelenjar air
susu, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara. Kanker payudara
memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau
lobus payudara. Kanker payudara merupakan urutan pertama kanker pada
perempuan di dunia (incidence rate 40 per 100.000 perempuan), kasus baru yang
ditemukan 30,5% dengan jumlah kematian 21,5% per tahun dari seluruh kasus
kanker pada perempuan di dunia. Menurut GLOBOCAN 2012 angka kejadian
kanker payudara tertinggi di ASEAN dimiliki oleh Indonesia yaitu sebesar
48.998 dan 40.3 per 100.000 wanita (AISR/Age Standardize Incidence Rate),
diikuti oleh Filipina sebesar 18.327 (47), Thailand 13.653 (29.3) dan
Malaysia sebanyak 5.410 (38.7). Dari data Sistem Informasi Rumah Sakit
(SIRS) di Indonesia tahun 2010 diketahui bahwa kanker payudara menempati
urutan pertama pasien kanker baik rawat inap maupun rawat jalan di seluruh RS
Indonesia (28,7%). Kanker payudara juga menjadi penyebab kematian karena
kanker terbanyak di Indonesia (Kemenkes, 2015). Di Indonesia kanker
payudara merupakan kanker dengan angka prevalensi kejadian 0.5% atau
sekitar 61.628 dan prevalensi angka kejadian kanker payudara di Bali mencapai
0.6% pada tahun 2013.

2
Angka kematian kanker payudara lebih tinggi pada negara berkembang
dibandingkan negara maju. Penyebab utama meningkatnya mortalitas kanker di
negara berkembang adalah kurangnya program skrining efektif yang dapat
mendeteksi keadaan sebelum kanker, maupun mendeteksi kanker pada stadium
dini sehingga penanganannya dilakukan sebelum kanker pada stadium lanjut.
Selain kurangnya program skrining, juga rendahnya pengetahuan dan kemampuan
serta aksesibilitas untuk pengobatan. Program skrining kanker payudara bisa
dilakukan oleh masyarakat dengan periksa payudara sendiri (SADARI) ataupun
periksa payudara klinis (SADARNIS) yang dilakukan oleh kader kesehatan
ataupun petugas kesehatan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan untuk
masyarakat. Penemuan dini dimulai dengan peningkatan kesadaran masyarakat
tentang perubahan bentuk atau adanya kelainan di payudara mereka sendiri,
dengan cara memasyarakatkan program SADARI bagi semua perempuan dimulai
sejak usia subur. Kelainan di payudara (85%) pertama kali dikenali oleh penderita
bila tidak dilakukan skrining massal. Deteksi dini merupakan upaya pemeriksaan
pada masyarakat yang telah merasakan adanya gejala (Kemenkes, 2015).
Rendahnya kesadaran masyarakat dalam melakukan deteksi dini kanker payudara
dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan tentang kanker payudara, karena
kurangnya terpapar dengan informasi terkait penyakit tersebut dan manfaat
deteksi dini (Sarina dkk., 2020)
Puskesmas Tabanan II sudah mempunyai program promosi kesehatan
terkait kanker serviks dan kanker payudara yang disertai dengan screening kanker
serviks dengan IVA dan SADARNIS. Penyuluhan ini sudah dilakukan dalam
kegiatan penyuluhan umum, kegiatan ini cukup menjadi fokus utama dikarenakan
masih rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai kanker payudara dan
kanker serviks serta inisiatif deteksi dini yang masih rendah di wilayah kerja
Puskesmas Tabanan II.
Kanker serviks dan kanker payudara merupakan penyakit yang berjalan
kronik progresif dan memiliki tingkat kematian yang tinggi. Menanggapi hal
tersebut, perlu adanya pengetahuan dan peran masyarakat untuk mengetahui
informasi mengenai kanker serviks dan kanker payudara sebagai upaya untuk
melakukan tindakan awal dan upaya preventif pada kasus ini. Harapan dengan

3
adanya kegiatan promosi kesehatan ini bisa meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman masyarakat tentang kanker serviks dan kanker payudara melalui
kader kesehatan. Penyuluhan kanker serviks dan kanker payudara bagi kader
kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat terutama wanita usia produktif dalam upaya pencegahan kanker
payudara dan kanker serviks.

4
BAB II
PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT PUSKESMAS

1. Identifikasi Masalah
Kanker serviks adalah tumor ganas yang mengenai lapisan permukaan
epitel dari leher rahim. Sel-sel permukaan epitel tersebut mengalami penggandaan
dan berubah sifat tidak seperti sel yang normal. Salah satu penyebabnya adalah
Human Papiloma Virus (HPV) tipe onkogenik yang tertular melalui hubungan
seksual. HPV mempunyai lebih dari 150 jenis, 13 diantaranya adalah penyebab
kanker yang dikenal sebagai tipe risiko tinggi. HPV yang mempunyai risiko tinggi
penyebab kanker serviks adalah HPV tipe 16 dan 18. HPV tipe ini ditularkan
melalui kontak seksual dan kebanyakan orang terinfeksi HPV sesaat setelah onset
aktivitas seksual, namun untuk menjadi kanker membutuhkan waktu bertahun-
tahun. Kanker serviks sering tidak menimbulkan tanda dan gejala. Gejala akan
muncul jika sudah memasuki stadium kanker serviks. Gejala awal yang dapat
muncul yaitu pendarahan vagina yang abnormal berupa pendarahan setelah
berhubungan seksual, pendarahan diluar siklus menstruasi atau pendarahan pasca
menopause, menstruasi banyak dan berlangsung lebih dari 7 hari, keputihan yang
banyak dan berlebihan serta berbau tidak sedap, dan nyeri saat berhubungan
seksual. Sedangkan gejala pada stadium lanjut yang dapat terjadi adalah
anoreksia, berat badan menurun, dan mudah merasa lelah, nyeri pada panggul,
pinggang, dan tungkai, salah satu kaki mengalami pembengkakan, vagina
mengeluarkan urine atau feses, dan gangguan eliminasi. Angka kejadian kanker
serviks di Bali mencapai 43 orang per 100 ribu penduduk, atau sekitar 0,89% dari
3,9 juta penduduk Bali dan sebanyak 553 ribu wanita usia subur termasuk
kelompok berisiko. Sedangkan kasus kanker serviks di Kota Denpasar pada tahun
2009 sebanyak 703 orang. Kanker serviks merupakan penyakit kanker paling
umum kedua yang biasa diderita perempuan berusia 20-55 tahun. Berdasarkan
laporan Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2016 mencatat di Provinsi Bali
sebanyak 775 kasus kanker serviks yang dengan rawat jalan, sebanyak 334 kasus
kanker serviks dengan rawat inap, dan sebanyak 13 kasus kanker serviks yang
meninggal. Dari sembilan kabupaten dan Kota yang ada di Bali kasus kanker
serviks tertinggi terjadi di Kota Denpasar yaitu sebanyak 269 kasus kanker

5
serviks rawat inap dan 565 kasus kanker serviks rawat jalan. Kasus kanker serviks
tertinggi kedua terjadi di Kabupaten Badung dengan jumlah kasus kanker serviks
yang melakukan rawat inap sebanyak 41 kasus dan rawat jalan sebanyak 197
kasus. Kasus kanker seviks tertinggi ketiga terjadi di Kabupaten Tabanan dengan
kasus kanker serviks yang dirawat inap sebanyak dua kasus dan rawat jalan
sebanayak 44 kasus.

Kanker payudara adalah suatu keganasan yang menyerang kelenjar air


susu, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara. Kanker payudara
memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau
lobus payudara. Di Indonesia kanker payudara merupakan kanker dengan angka
prevalensi kejadian 0.5% atau sekitar 61.628 dan prevalensi angka kejadian
kanker payudara di Bali mencapai 0.6% pada tahun 2013. Penyebab kanker
payudara termasuk multifaktorial yang penyebab utamanya belum diketahui
dengan jelas. Ada beberapa faktor yang diperkira-kan memiliki pengaruh terhadap
kanker payudara, diantaranya yaitu usia, usia melahirkan anak pertama, menarche
dini, menopause terlambat, riwayat menderita tumor jinak payudara, riwayat
menyusui, riwayat melahirkan, paparan radiasi sebelumnya, penggunaan hormon,
riwayat keluarga, obesitas, kanker pada salah satu payudara, konsumsi makanan
tinggi lemak, alkohol, perokok, dan kepadatan payudara. Tanda dan gejala kanker
payudara seperti adanya benjolan pada payudara, adanya cairan atau perubahan
dari puting susu, nodul, ataupun perubahan kulit sekitar payudara. Berdasarkan
hasil penelitian tahun 2009 ditemukan bahwa sebagian besar wanita yang
terdiagnosa stadium lanjut kanker payudara pada awalnya menemukan adanya
benjolan di payudara namun menganggap benjolan tersebut sebagai satu hal yang
biasa saja.

Saat ini di wilayah kerja Puskesmas Tabanan II tidak ditemukan adanya


kasus kanker payudara dan kanker serviks. Namun, pada tahun 2019 terdapat 5
pasien yang menunjukkan hasil IVA positif dan 2 pasien yang ditemukan adanya
benjolan pada payudaranya. Pada tahun 2020 juga ditemukan 1 pasien yang
menunjukkan hasil IVA positif. Saat itu ditemukan bahwa masih rendahnya
tingkat pengetahuan masyarakat mengenai deteksi dini baik itu kanker serviks
maupun kanker payudara. Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan IVA dan
SADARNIS terpantau masih sedikit karena dari target yang ditetapkan sebesar

6
40% dari 2488 sasaran, pada tahun 2021 hanya mencapai 72 orang (2,89%).
Sehingga dari permasalahan yang ditemui di Puskesmas Tabanan II ini, penulis
berinisiatif untuk memberikan penyuluhan mengenai kanker serviks dan kanker
payudara dan deteksi dini kepada kepada masyarakat sekaligus memberikan
edukasi mengenai kanker payudara dan kanker serviks. Melalui penyuluhan ini,
penulis akan memberikan penjelasan mengenai definisi, penyebab, gejala, faktor
resiko, deteksi dini, penanganan pertama, penanganan lanjuut di puskesmas dan
alurnya, serta bagaimana cara mencegahnya. Dalam penyampaian informasi
tersebut, penulis akan menggunakan media berupa power point yang dicetak pada
lembar balik untuk memudahkan dalam menjelaskan dan membuat penjelasan
menjadi lebih menarik. Dengan diadakannya promosi kesehatan ini, diharapkan
masyarakat terutama orang tua akan lebih memahami mengenai prevensi kanker
serviks dan kanker payudara. Hingga akhirnya, dapat mengurangi angka kesakitan
dan kematian akibat kanker serviks dan kanker payudara.

2. Analisis Masalah
Setelah melakukan diskusi dengan pemegang program Promosi Kesehatan
dan Penyakit Tidak Menular, serta setelah melihat data capaian kegiatan program,
ditemukan bahwa masih sedikitnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti
kegiatan IVA dan SADARNIS yang hanya mencapai 72 orang (2,89%) dengan
target 40% dari 2488 sasaran pada tahun 2021 dan setelah melalui observasi dan
wawancara ditemukan bahwa masih rendahnya pengetahuan masyarakat
mengenai kanker payudaran dan kanker serviks itu sendiri. Pada tahun 2019 s/d
2021 di UPTD Puskesmas Tabanan II tidak ada kasus kanker serviks dan kanker
payudara. Maka dari itu, program promosi kesehatan terkait kanker payudara dan
kanker serviks menjadi pertimbangan untuk dilaksanakan. Adapun alasan-alasan
yang mendasarinya mencakup: 1) Adanya kecurigaan kasus kanker payudara dan
kanker serviks pada tahun 2019-2020 2) Kurangnya penyebaran informasi
mengenai kanker serviks dan kanker payudara, dan 3) Rendahnya kesadaran dan
pengetahuan masyarakat mengenai deteksi dini kanker serviks dan kanker
payudaara. Kurangnya kasus kanker serviks dan kanker payudara ini membuat
masyarakat juga acuh tak acuh mengenai pengetahuan seputar kanker. Tujuan dari
promosi kesehatan ini adalah upaya preventif, mengingat kanker merupakan
penyakit yang prognosisnya semakin baik apabila diketahui saat stadium awal.

7
Dengan pertimbangan pada faktor-faktor tersebut, maka penulis bertujuan
untuk mengadakan kegiatan penyuluhan yang dapat meningkatkan kesadaran dan
pengetahuan mengenai kanker serviks dan kanker payudara serta cara deteksi dini
di kalangan wanita usia produktif. Selain itu, dikarenakan kurangnya efektivitas
dalam menggunakan metode penyuluhan dalam jaringan (daring) karena kurang
interaktif, maka penyuluhan dilakukan secara offline (luring) di lima desa, yaitu
desa Buahan, Subamia, Wanasari, Sesandan, dan Tunjuk.

3. Kelompok Sasaran
Kelompok sasaran dari kegiatan penyuluhan adalah ibu – ibu usia
produktif yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Tabanan II.

4. Tujuan Program
4.1. Tujuan Umum
Kegiatan penyuluhan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
dasar masyarakat tentang kanker serviks dan kanker payudara.
4.2. Tujuan Khusus
Adapun upaya edukasi memiliki beberapa tujuan khusus, meliputi:
a.Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengenali resiko serta
tanda dan gejala dari kanker serviks dan kanker payudara.
b.Memaparkan pentingnya deteksi dini untuk mendeteksi perubahan
yang terjadi pada serviks yang dapat ditindaklanjuti, didiagnosis
dan diberikan pengobatan lebih awal untuk mencegah sampai ke
tahap kanker

5. Strategi Pelaksanaan
5.1. Persiapan Penyuluhan
Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan untuk mempersiapkan
penyuluhan, meliputi:
1. Mengidentifikasi permasalahan kesehatan yang masih terdapat
di wilayah Puskesmas Tabanan II.
2. Melakukan diskusi dengan pemegang program UKM
Promosi Kesehatan

8
untuk

menentukan topik yang sesuai serta strategi-strategi yang


pernah dilakukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam penanggulangan masalah.
3. Menentukan tempat dan waktu penyuluhan bersama pemegang
program UKM Promosi Kesehatan dan penyakit tidak menular
(kanker), Kepala Puskesmas, dan staf Puskesmas lainnya yang
bersangkutan dalam kegiatan promosi kesehatan.
4. Melakukan diskusi dengan dosen pembimbing untuk strategi-
strategi pelaksanaan penyuluhan dan promosi kesehatan.
5. Melakukan pembagian tugas internal dalam penyusunan
proposal, materi, kuesioner, dan evaluasi.
6. Melakukan penyusunan materi penyuluhan serta pembuatan
kuesioner pre-test dan post-test.
7. Melakukan sounding terkait kegiatan penyuluhan untuk
sasaran kegiatan.
8. Melakukan pembagian tugas internal untuk pembawaan materi
dan pelaksanaan kegiatan untuk hari pelaksanaan.
9. Mempersiapkan sarana dan prasarana yang akan digunakan
pada saat penyuluhan.

5.2. Tempat dan Waktu Penyuluhan


Kegiatan Penyuluhan 1
Hari, tanggal : Selasa, 13 Desember 2022
Waktu : 09.00 WITA - selesai
Tempat : Balai Banjar Buahan

Kegiatan Penyuluhan 2
Hari, tanggal : Rabu, 14 Desember 2022
Waktu : 09.00 WITA - selesai
Tempat : Balai Banjar Subamia

9
Kegiatan Penyuluhan 3
Hari, tanggal : Kamis, 15 Desember 2022

Waktu : 09.00 WITA - selesai


Tempat : Balai Banjar Wanasari

Kegiatan Penyuluhan 4
Hari, tanggal : Senin, 19 Desember 2022
Waktu : 09.00 WITA - selesai
Tempat : Balai Banjar Sesandan

Kegiatan Penyuluhan 5
Hari, tanggal : Rabu, 21 Desember 2022
Waktu : 09.00 WITA - selesai Tempat
: Balai Banjar Tunjuk

2.5.3 Pelaksanaan Penyuluhan


Adapun kegiatan penyuluhan dilaksanakan secara luar jaringan
(luring) dengan rincian sebagai berikut:
a.Mempersiapkan materi penyuluhan berupa poster, soal
pre-test, post-test, dan powerpoint slides.
b.Melakukan informed consent pada peserta untuk mengikuti
kegiatan penyuluhan.
c.Memberikan pre-test kepada peserta.
d.Menyampaikan materi edukasi kepada peserta.
e.Memberikan kesempatan tanya-jawab kepada peserta.
f.Memberikan post-test kepada peserta.

6. Isi Program
Materi yang diberikan dalam penyuluhan mencakup hal-hal pokok, seperti
definisi, data epidemiologi, patofisiologi penyakit, faktor resiko, gejala klinis,
cara pencegahan, deteksi dini dan penanganan awal. Metode deteksi dini yang
dijelaskan secara sederhana agar dapat dipahami oleh peserta. Selain itu,

10
penyuluhan juga akan diisi dengan kegiatan tanya-jawab untuk meluruskan hal-
hal yang masih membingungkan peserta terkait materi yang disampaikan.

7. Metode Program
Metode program yang dilakukan yaitu melalui penyuluhan pada ibu-ibu
usia produktif yang akan mengikuti deteksi dini IVA di wilayah kerja Puskesmas
Tabanan II. Pelaksanaan penyuluhan secara offline dan dilakukan dengan tetap
menerapkan protokol kesehatan.

8. Media Program
Media yang digunakan dalam program penyuluhan adalah slides Power
Point yang di print menjadi lembar balik dalam bentuk hard copy

2.9 Jadwal Pelaksanaan Program


Kegiatan program promosi kesehatan ini akan dilakukan di Balai Banjar
desa Buahan, Subamia, Wanasari, Sesandan, dan Tunjuk dengan media berupa
powerpoint yang dicetak pada lembar balik:

Waktu Kegiatan Penanggungjawab

08.00-08.30 Persiapan peralatan dan alat- Dokter


(30’) alat untuk kegiatan muda,
penyuluhan pemegang
program
promkes,
dan pihak
Puskesmas
Tabanan II

08.30-09.00 Registrasi oleh peserta dan Dokter


(25’) penyampaian informed muda,
consent pemegang
program
promkes

09.00-09.05 Pembukaan dan perkenalan Dokter muda


(5’)

09.05-09.10 Pre-test materi Dokter muda


(5’)

09.10-10.10 Pemberian materi Dokter muda

11
(30’) penyuluhan mengenai
kanker serviks dan
kanker payudara

10.10-10.20 Tanya jawab interaktif Dokter muda


(20’)

10.20-10.30 Post-test materi Dokter muda


(5’)

10.30-10.40 Penutupan kegiatan Dokter


(5’) penyuluhan sekaligus foto muda,
bersama pemegang
program
promkes

9. Rencana Evaluasi
9.1. Penilaian Proses
Penilaian proses penyuluhan terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
a.Indikator Penilaian
1)Dukungan dari pihak Puskesmas Tabanan II membantu
kelancaran program.

2)Dukungan dari kader dan kelian setiap Desa dii wilayah kerja
Puskesmas Tabanan II dalam membantu dan memfasilitasi
kegiatan penyuluhan promosi kesehatan ini. Adanya
antusiasme peserta mengikuti tahapan kegiatan dari
mendengarkan penyuluhan hingga proses tanya jawab
interaktif pada penyuluhan offline.
b.Waktu Penilaian
Penilaian dilakukan sebelum, selama dan sesudah penyuluhan.
c.Penilai
Dokter Muda Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
d.Metode Penilaian
Secara kualitatif mengenai dukungan-dukungan pihak yang terlibat
dan keaktifan peserta dalam kegiatan penyuluhan, serta kuantitatif
dari jumlah peserta yang hadir sebanyak minimum 10 orang.

12
9.2. Penilaian Hasil
Penilaian hasil penyuluhan terdiri dari beberapa bagian, antara lain
sebagai berikut:
a.Indikator Penilaian
i. Terdapat peningkatan hasil pre-test dan post-test mengenai
topik penyuluhan sebanyak minimum 50% dari peserta
yang hadir.
ii. Terdapat hasil post-test yang dikatakan baik dengan nilai di
atas 80 pada minimal 50% peserta.

b.Waktu Penilaian
Penilaian dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan penyuluhan.
c.Penilai
Dokter Muda Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
d.Metode Penilaian
Secara kuantitatif menggunakan pre-test dan post-test akan
diberikan melalui kuesioner cetak yang dikirimkan kepada peserta
sebelum dan sesudah kegiatan penyuluhan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Wantini, N. A. and Indrayani, N. (2019) ‘Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Inspeksi
Visual Asam Asetat (IVA)’, Jurnal Ners dan Kebidanan (Journal of Ners and
Midwifery), 6(1), pp. 027–034. doi: 10.26699/jnk.v6i1.art.p027-034.
Mursyid, A. et al. (2019) ‘Pengukuran Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara di Kota
Denpasar Menggunakan Instrumen EQ-5D-5L’, JURNAL MANAJEMEN DAN
PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice), 9(3),
pp. 203–212. doi: 10.22146/jmpf.47192.
Narisuari, I. D. A. P. M. and Manuaba, I. B. T. W. (2020) ‘Prevalensi dan gambaran
karakteristik penderita kanker payudara di poliklinik bedah onkologi RSUP
Sanglah, Bali, Indonesia tahun 2016’, Intisari Sains Medis, 11(1), p. 183. doi:
10.15562/ism.v11i1.526.
Lestari, P. and Wulansari (2018) ‘Pentingnya Pemeriksaan Payudara Sendiri ( SADARI )
Sebagai Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara’, Indonesian Journal of Community
Empowerment (IJCE), 1161, pp. 55–58.
Oktaviani BD, Sriwidyani NP and Sumadi Juli IW (2018) ‘Karakteristik klinikopatologi
penderita kanker serviks uteri berdasarkan data di laboratorium patologi anatomi
RSUP Sanglah Denpasar tahun 2011-2015’, E-Jurnal Medika, 7(8), pp. 1–6.
Khabibah, U., Adyani, K. and Rahmawati, A. (2022) ‘Faktor Risiko Kanker Serviks :
Literature Review Cervical Cancer Risk Factors : A Literature Review’, 09(3), pp.
270–277.
Marfianti, E. (2021) ‘Peningkatan Pengetahuan Kanker Payudara dan Ketrampilan
Periksa Payudara Sendiri (SADARI) untuk Deteksi Dini Kanker Payudara di
Semutan Jatimulyo Dlingo’, Jurnal Abdimas Madani dan Lestari (JAMALI), 3(1),
pp. 25–31. doi:10.20885/jamali.vol3.iss1.art4.

14
LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar kuisioner pre dan post-test


KUESIONER PENGETAHUAN MASYARAKAT WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TABANAN II MENGENAI KANKER SERVIKS DAN
KANKER PAYUDARA
PRE-TEST & POST-TEST PROMKES

Tanggal :
Nama Responden :
Berilah tanda centang (✓) sesuai dengan pertanyaan yang ada pada kotak
benar atau salah!

No. Pertanyaan Benar Salah

1. Tes IVA merupakan pemeriksaan leher


rahim dengan mengoleskan asam cuka

2. Pemeriksaan Pap Smear hasilnya dapat


segera diketahui

3. Kanker payudara adalah


penyakit tumor ganas
yang dapat menyebar
ke organ-organ lain

4. Riwayat tumor jinak memiliki resiko


terkena kanker payudara

5. Perempuan yang tidak pernah menyusui


tidak beresiko terkena kanker payudara

6. Kanker leher rahim disebabkan oleh virus


yang ditularkan melalui hubungan seksual

7. Perokok aktif lebih beresiko


menderita kanker leher rahim

8. Berganti-ganti pasangan seksual tidak


beresiko menyebabkan kanker leher rahim

9. Hasil IVA positif menandakan pasti


terkena kanker leher rahim

10. SADARI merupakan pemeriksaan untuk

15
mendeteksi kanker leher rahim

Total poin (hanya diisi oleh panitia)

16
17

Anda mungkin juga menyukai