Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TEORI PERSAINGAN DALAM ETIKA BISNIS ISLAM

Dosen Pengampuh:
Miko Polindi,M.E

Disusun Oleh:
Evan Retmon (2111140111)
Intan Febriyanti (2111140107)
Rahmadia Pami Aprilina (2111140126)

PRODI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO
BENGKULU 2023
ii

Abstrak: Etika Bisnis Islam adalah merupakan hal yang penting dalam
perjalanan sebuah aktivitas bisnis profesional, dan menunjukkan bahwa ada
struktur yang berdiri sendiri yang terpisah dari struktur lain karena etika bisnis
dalam Islam lebih banyak menjelaskan kebijakan dan kebenaran baik tingkat niat
maupun gagasan terhadap perilaku, mulai dari hukum Islam hingga hubungan
perdagangan. Perdagangan dalam Islam sekarang sudah mulai menunjukkan
taringnya. Hal ini karena runtuhnya ekonomi kapitalis akibat krisis global. Dan
dalam kehidupan sehari-hari seseorang tidak akan pernah terlepas dari kegiatan
ekonomi, khususnya ekonomi Islam Dalam prakteknya, Islam menganjurkan agar
berdasarkan pada hukum Islam yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem bisnis yang bersumber pada ajaran kapitalis dan komu- nis
(sosialis) ternyata telah menyebabkan malapetaka ekonomi, baik di dunia
Barat maupun Timur. Indikasi dari malapetakanya jumlah pengangguran di
mana-mana, jumlah orang miskin semakin hari terus meningkat. Negara-
negara ketiga kian terjerat hutang pada negara maju dan jatuh ke dalam krisis
ekonomi yang berkepanjan- gan sebagaimana yang dialami negara Indonesia.
Keadaan ini tera- sa sejak pertengahan tahun 1997 lalu dan terus berlangsung
sampai saat ini.1
Ekonomi Islam memang memiliki keunggulan daripada ekonomi
kapitalis, terutama dalam berbisnis. Etika yang diterapkan oleh rosulullah
adalah selalu ikhlas, membantu meringankan beban orang lain, selain itu juga
yang tak kalah pentingnya adalah jujur, amanahdan menghindari persaingan
yang tidak sehat dalam berbisnis. Persaingan usaha yang sehat akan menjamin
keseimbangan antara hak-hak produsen dan konsumen. Indikator dari
persaingan sehat adalah tersedianya banyak produsen, harga pasar yang
ditentukan berdasarkan keseimbangan antara permintaan dan penawaran, dan
peluang yang sama dari setiap usaha, dalam bidang industri dan perdagangan.
Adanya persaingan usaha yang sehat, akan menguntungkan semua pihak
termasuk konsumen dan pengusaha kecil, dan produsen sendiri, karena akan
menghindari terjadinya konsentrasi kekuatan pada satu atau beberapa usaha
tertentu. Maka, tulisan ini akan mncoba memaparkan bagaimana etika
persaingan usaha yang sehat menurut perspektif Islam.

1
Muhammad Djakfar, Agama, Etika, dan Ekonomi, (Malang: UIN-Malang Press, 2007),
127.
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Persaingan Dalam Etika Bisnis Islam


Persaingan berasal dari bahasa Inggris yaitu competition, yang artinya
persainganitu sendiri atau kegiatan bersaing, pertandingan, dan kompetisi,
sedangkan dalamkamus manajemen, persaingan adalah usaha-usaha dari dua
pihak atau lebih perusahaan yang masing-masing bergiat “memperoleh
pesanan” dengan menawarkan harga atau syarat yang paling menguntungkan
persaingan ini dapat terdiri dari beberapa bentuk pemotongan harga, iklan atau
promosi, variasi dan kualitas, kemasan, desain, dan segmentasi pasar. 2
Persaingan bisnis dalam etika bisnis Islam adalah sebuah konsep
persaingan yang menganjurkan para pebisnis untuk bersaing secara positif
(fastabiqul khairat) dengan memberikan konstribusi yang baik dari bisnisnya
bukan untuk menjatuhkan pebisnis lainnya dan menganjurkan pembisnis
untuk tidak merugikan dan memudharatkan pebisnis lainnya.Selain itu, Islam
juga memberikan konsep untuk tidak melakukan persaingan dalam hal
mendapatkan kekayaan sebanyak-banyaknya tanpa menghiraukan nilai-nilai
Islami. Karena hal itu akan mebuatnya lalai hingga lupa dengan kewajibannya
sebagai hamba Allah. Oleh karena itu, penting sekali bagi pembisnis Muslim
untuk memahami konsep persaingan yang yang dianjurkan dalam Islam agar
tidak terjatuh persaingan yang tidak sehat.3
Dalam kamus manajemen persaingan usaha atau bisnis terdiri dari :
1. Persaingan sehat (healthy competition) yaitu persaingan antara
perusahaan- perusahaan atau pelaku bisnis yang diyakini tidak akan
menuruti ataumelakukan tindakan yang tidak layak dan cenderung
mengedepankan etika-etika bisnis.
2. Persaingan gorok leher (cut throat competition) persaingan ini
merupakanbentuk persaingan yang tidak sehat atau fair dimana terjadi

2
B. N. Maribun, Kamus Manajemen(Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2003), 276.
3
Franz Magnis Suseno,Etika Bisnis Islam : Dasar Dan Aplikasinya, (Jakarta :
Gramedia)1994, 55-56.
5

perebutan pasardiantara beberapa pihak yang melakukan usaha yang


mengarah pada praktekmenghalalkan segala cara untuk menjatuhkan
lawan bisnis sehingga salah satu tersingkir dari pasar salah satunya dengan
menjual barang dibawah hargayang berlaku di pasar.4
 keunggulan yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya saing
1. Barang (Produk)
Produk yang dipersaingkan baik barang dan jasa harus halal.
Spesifikasinya harus sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen untuk
menghindari penipuan, kualitasnya terjamin dan bersaing. Dalam ajaran Islam
semua aspek kehidupan manusia diatur dengan sempurna termasuk dibidang
ekonomi yangdiantaranya adalah produk. Produk adalah merupakan
keseluruhan objek atau proses yang memberikan sejumlah nilai manfaat pada
konsumen. Dalam dunia perdagangan, persaingan dalam hal barang dagangan
(produk) adalah halyang wajar. Produk usaha bisnis yang dipersaingkan harus
halal dan harus sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen untuk
menghindari penipuan. Barang dagangan menjadi urusan vital para
pedagang.Pedagang yang mempunyai barang dagangan lengkap, akandiserbu
pembeli, dan begitu pula sebaliknya. Hal ini wajarterjadi, dimana para
pedagang berlomba-lomba dalam menyediakan barang-barang yang di cari
pembeli. Namun terkadang ada pedagang yang merasa iri dengan pedagang
lainyang barang daganganya sama- sama lengkap dan diserbu pembeli. Selain
itu, dalam menjual produk, para pedagang memperhatikan syarat produk yang
dijual sesuai dengan hukum Islam untuk menghindari persaingan yaitu:
a. Suci Para pedagang menjual barang yang suci bukandikategorikan najis
yang diharamkan.
b. Dapat dimanfaatkan Para pedagang menjual barang yang bermanfaat
bagikehidupan.
c. Milik orang yang melakukan akad Barang yang dijual oleh para pedagang
adalah milik daripedagang yang sah dan kuasa penuh dari pedagang,

4
Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perpektif Islam, (Yogyakarta: BPFE, Cet: I, 2004),
371.
6

bukanbarang dari hasil pencurian dan kejahatan lainya.


d. Dapat diserahkan Barang yang dijual pedagang dapat diserahkan pada
pembeli pada waktu akad terjadi.
e. Dapat diketahui Yaitu barang yang diperjualbelikan oleh pedagang dapat
diketahui oleh pembeli bentuk, takaran, sifat dan kualitas barang.5
2. Harga
Bila ingin memenangkan persaingan, harga produk harus kompetitif.
Dalam hal ini, tidak diperkenankan membanting harga untuk menjatuhkan
pesaing. Harga biasanya merupakan salah satu yang sangat dipertimbangkan
oleh konsumen pada saat akan membeli suatu barang. Pasar yang baik adalah
persaingan bebas, artinya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran
(demand and supply). Mekanisme pasar yang sempurna adalah kekuatan pasar
yang bersifat massal dan impersonal yang merupakan fenomena alamiah.
Pasar yang bersaing sempurna dapat menghasilkan harga yang adil bagi
penjual dan pembeli. Karenanya, jika mekanisme pasar terganggu, harga yang
tidak adil tidak akan tercapai. Demikian pula sebaliknya, harga yang adil akan
mendorong para pelaku pasar untuk bersaing dengan sempurna. Jika harga
tidak adil maka para pelaku pasar akan enggan bertransaksi atau kalaupun
bertransaksi, mereka akan menanggung kerugian.6
3. Tempat
Dalam Etika Bisnis Islam, tempat yang digunakan harus baik, sehat,
bersih dan nyaman, dan harus dihindarkan dari hal-hal yang diharamkan
seperti barang yang dianggap sakti untuk menarik pengunjung. seorang
muslim, bisnisyang dia lakukan adalah dalam rangka memperoleh dan
mengembangkan kepemilikan harta. Harta yang kita peroleh merupakan
karunia yang telah ditetapkan oleh Allah. Setiap jiwa sudah ditentukan
rezekinya sendiri-sendiri. Jadi tidak mungkin akan tertukar dan tidak akan
mungkin lari kemana-mana.Jika memang bukan rezekinya, sekuat apapun kita
mengusahakannya, kita tidak akan mendapatkanya.Begitupun sebaliknya jika

5
As-Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, cet. IV (Beirut: Dar al-Fikr, 1983) 129.
6
Gregory Grossman,Sistem-Sistem Ekonomi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) 28.
7

memang sudah menjadi rezeki kitamaka dia akan datang dengan sendirinya.
4. Pelayanan
Konsep Islam mengajarkan bahwa dalam memberikan layanan dari
usaha yang dijalankan baik itu berupa barangatau jasa jangan memberikan
yang buruk atau tidak berkualitas, melainkan yang berkualitas kepada orang
lain.Pedagang yang memberikan pelayanan prima, sesuai dengan syar’at Islam
tanpa menimbulkan maksiat akan menarik pembeli,yaitu dengan memberikan
pelayanan yang ramah, tidak menyakiti pembeli dengan kata-kata kasar,
melayani pembeli dengan perkataan yang baik, dan tidak menutup
kemungkinan memberikan bonus pada pembeli sebagai ucapan rasa
terimakasih. Sebaliknya pedagang yang memberikan pelayanan kepada
pembeli secara cuma- Cumaartinya tidak menempatkan pembeli sebagai raja,
dan menganggap sebaliknya, yaitu pembeli yang membutuhkan pedagang,
maka pedagang yang seperti ini akan sepi pembeli. 7 Selanjutnya para pelaku
usaa terus melakukan pelayanan-pelayanan kepada konsumen lebih baik
disbanding pesaing-pesaingnya, semua itu pada akhirnya menguntungkan para
konsumen karena selain mendapatkan harga yang rendah, konsumen juga
diuntungkan dengan pesatnya perkembangan tekhnologi dar inovasi yang
diciptakan oleh pelaku usaha ditambah pelayanan yan selalu terjaga.8
 Kompetisi non etis
Kompetisi non-etis dalam konteks bisnis Islam merujuk pada tindakan
atau praktik bisnis yang bertentangan dengan prinsip-prinsip etika dan nilai-
nilai Islam. Dalam Islam, terdapat pedoman yang jelas mengenai bagaimana
seorang muslim harus berbisnis secara etis.
Dalam menjalankan suatu bisnis, perusahaan sebaiknya ha- rus
memperhatikan benar tentang etika dalam berbisnis pada perusaaan tersebut.
Sebuah bisnis yang baik harus memiliki etika dan tanggung jawab sosial
sesuai dengan fungsinya. Pada sistem ekonomi pasar bebas, perusahaan

7
Muhammad,Metodologi Penelitian Pemikiran Islam. Edisi Pertama, Cet. Kedua
(Yogyakarta: EKONOSIA, 2004) 90.
8
Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha. Cet 1 (Jakarta: PT. gramedia Pustaka
Utama, 2004) 9.
8

diarahkan untuk mencapai tujuan mendapatkan keuntungan semaksimal


mungkin. Akan teta- pi dalam mencapai tujuan tersebut perusahaan yang
menjalankan bisnis kerap menghalalkan segala cara sehingga tidak perduli
apakah tindakannya melanggar etika dalam berbisnis atau tidak, dan juga
tanpa melihat dampak yang ditimbulkan apakah negatif atau postif terhadap
lingkungan sekitar.9 Saat ini banyak pelanggaran etika bisnis dan persaingan
yang tidak sehat dalam upaya penguasaan pangsa pasar semakin memberatkan
para pengusaha kalangan bawah yang kurang memiliki kemampuan bersaing
dengan perusahaan-perusahaan yang besar. Perlu adanya sanksi yang tegas
mengenai pelanggaran etika bisnis yang terjadi, agar dapat mengurangi
terjadinya pelanggaran etika bisnis dalam dunia usaha. Berdasarkan undang-
undang No. 5 Tahun 1999 tentang laranagan praktek monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat, dinyatakan bahwa:
Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang
dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu
kelompok pelaku usaha (Pasal 1 angka 1). Persaingan usaha tidak sehat adalah
persaingan antara pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau
pemasaran barang atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau
melawan hukum atau menghambat persaingan usaha (Pasal 1 angka 6). 10
Berikut ini beberapa pelanggaran etika bisnsis dalam dunia usaha adalah:
1. Monopoli adalah struktur pasar yang ditandai oleh adanya seorang
produsen tunggal, atau menahan barang untuk tidak beredar di pasar
supaya naik harganya. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan monopolis
tidak ada barang substitusinya. Dengan monopoli maka dapat
menyebabkan tidak adanya persaingan dalam bisnis. Kondisis pasar
ditentukan oleh satu perusahaan (monopolis) yang memiliki kekuatan
pasar (market power) yang amat tinggi. Dari sisi struktur pasar, jenis pasar
monopoli ini jarang ditemui terutama di negara-negara maju yang

9
http://citrarestuanggari.blogspot.com/2013/10/pelanggaran-etika-bisnis.html,
%20diakses%20pada%20tanggal%2027-12-2013,%20jam%2022:48.
10
Burhanuddin S, Hukum Bisnis Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2011), 227.
9

menganut ekonomi pasar dan memiliki peraturan anti rust.11


2. Oligopoli, adalah struktur pasar di mana hanya ada sejumlah kecil
perusahaan yang memproduksi hampir semua output industri dan
mempunyai keputusan yang saling mempengaruhi. Adanya ketidak
sempurnaan dan hambatan dalam memperoleh informasi mengenai
produk, Adanya kemampuan pengendalian harga tetapi sedikit. Sebagian
produk di diferensiasikan tetapi sedikit sehingga adanya sedikit perbedaan
produk antara produsen. Dalam praktek oligopoli pasar dikuasi oleh
segelintir pengusaha, bukan karena ada kolusi dengan pemerintah
melainkan karena kolusi diantara segelintir pengusaha untuk menguasai
dan mendikte pasar.
3. Persainagan uasaha tidak sehat Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah
persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan
atau pemasaran barang atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur
atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. Dan sebelum
diberlakukan peraturan perundang-undangan terkait dengan larangan
monopoli dan persaingan tidak sehat, syariah telah menetapkan beberapa
prisnsip dasar larangan transaksi yang kedepan harus dijadikan sebagai
kerangka rujukan dalam perumusan hukum ini. Ruang lingkup larangan
tersebut baik disebabkan oleh faktor keharaman zatnya (haram li dzatihi)
maupun keharaman selain zatnya (haram li ghairihi) yang langsung terkait
dengan prilaku usaha.12
 Dampak Positif Adanya Persaingan
Kompetisi merupakan persaingan yang menunjuk kepada kata sifat siap
bersaingdalam kondisi nyata dari setiap hal atau aktivitas yang dijalani. Ketika
kita bersikap kompetitif, maka berarti kita memiliki sikap siap serta berani
bersaing dengan oranglain. Dalam arti yang positif dan optimis, kompetisi bisa
diarahkan kepada kesiapan dan kemampuan untuk mencapai kemajuan dan
kesejahteraan kita sebagai umatmanusia.Kompetisi seperti ini merupakan
11
Muhammad, dan Lukman Fauroni, Visi al-Qur’an Tentang Etika Dan Bisnis, (Jakarta:
Salemba Diniyah, 2002), 163.
12
Burhanuddin S, Hukum Bisnis Syariah,.. 228.
10

motivasi diri sekaligus faktor penggali dan pengembang potensi diri dalam
menghadapi bentuk-bentuk kompetisi, sehingga kompetisi tidak semata-mata
diarahkan untuk mendapatkan kemenangan dan mengalahkan lawan.13
Dengan memaknai kompetisi seperti itu, kita menganggap kompetitor
lain sebagai partner (bukan lawan) yang memotivasi diri untuk meraihprestasi.
Inilah bentuk kompetisi yang dilandasi sifat sehat dan tidak mengarah kepada
timbulnya permusuhan atau konflik, sehingga tidak bersifat deskruktif dan
membahayakan kelangsungan dan keharmonisan kehidupan kita. Tuntutan
dunia bisnis dan manajemen yang semakin tinggi dan kerasmensyaratkan
sikap dan pola kerja yang professional. Persaingan yang semakin ketatjuga
seakan mengharuskan orang–orang bisnis untuk bersungguh–sungguh
menjadiprofessional bila mereka ingin sukses dalam profesinya.14 Persaingan
dalam duniabisnis mendorong pembisnis meningkatkan efisiensi dan kualitas
produk untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain dan pelanggan merasa
puas dengan produk tersebut.
 Dampak Negatif Adanya Persaingan
1. Kemungkinan terjadinya pelanggaran etika bisnis Islam
2. Kesulitan tumbuhnya bisnis pemula
3. Terjadinya perang harga yang merugikan bagi semua pesaing
4. Dapat menghasilkan bisnis monopoli dalam persaingan yang liar

BAB III

13
Nia Hidayati, “Bagaimana Menghadapi Kompetisi Dan Persaingan”,
14
Badiatul Luthfiani, Konsep Etika Bisnis Perdagangan Global Dalam Pandangan Syariah
(Skripsi S1 Fakultas Syariah Dan Hukum, Univesitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: 2004), 14.
11

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menempatkan pesaing sebagai mitra bisnis adalah Hal yang sanagat
penting dalam dunia usaha, bagaimana sang pelaku bisnis memberikan
pelayanan yang baik terhadap pelanggan. Dan menawarkan produk dan jasa
yang berkualitas, sehingga tidak merugikan konsumen, atau pelanggan, dan
jangan pernah berbuat curang terhadap pesaing lainnya, atau mnghacurkan
pesaing dagangnya, tetapi harus dijadikan sebagai mitra bisnis. Dan sang
pelaku bisnis akan berhasil, bila ada perhatian yang penuh dengan semua
pihak dalam proses bisnis dengan memberi semangat dan kehangatan.

DAFTAR PUSTAKA
12

Muhammad Djakfar, Agama, Etika, dan Ekonomi, (Malang: UIN-Malang Press,


2007),

B. N. Maribun, Kamus Manajemen(Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2003),

Franz Magnis Suseno,Etika Bisnis Islam : Dasar Dan Aplikasinya, (Jakarta :


Gramedia)1994,

Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perpektif Islam, (Yogyakarta: BPFE, Cet: I,


2004),

As-Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, cet. IV (Beirut: Dar al-Fikr, 1983)

Gregory Grossman,Sistem-Sistem Ekonomi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995)

Muhammad,Metodologi Penelitian Pemikiran Islam. Edisi Pertama, Cet. Kedua


(Yogyakarta: EKONOSIA, 2004)

Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha. Cet 1 (Jakarta: PT. gramedia


Pustaka Utama, 2004)

http://citrarestuanggari.blogspot.com/2013/10/pelanggaran-etika-bisnis.html,
%20diakses%20pada%20tanggal%2027-12-2013,%20jam%2022:48.

Burhanuddin S, Hukum Bisnis Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2011),

Muhammad, dan Lukman Fauroni, Visi al-Qur’an Tentang Etika Dan Bisnis,
(Jakarta: Salemba Diniyah, 2002),

Badiatul Luthfiani, Konsep Etika Bisnis Perdagangan Global Dalam Pandangan


Syariah (Skripsi S1 Fakultas Syariah Dan Hukum, Univesitas Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta: 2004),

Anda mungkin juga menyukai