Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AL-QUR’AN HADIST

“METODE STUDI SANAD HADIST”

Dosen Pengampu:
Dr. Aziza Ariyati M,Ag

Disusun Oleh:
Damora (2323210033)
Maisarah (2323210047)
Zeliyan Hasanah (2323210026)
M.aziz Arif (2323210034)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini. Penulis tentu menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. yang telah membimbing
dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bengkulu, Mei 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB l PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................2

C. Tujuan Masalah..............................................................................................2

BAB ll PEMBAHASAN

A. Pengertian Sanad............................................................................................3

B. Peranan Sanad dalam Pendokumentasian Hadist...........................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................11

B. Saran...............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai orang islam yang ingin mempelajari islam secara sempurna
tentu harus mengetahui sumber hukum islam. Selain al-qur’an, salah satu
sumber hukum islam yang diakui oleh para ulama secara menyeluruh adalah
hadist. Meskipun demikian tidak semua hadist dijadikan sebagai sumber
hukum islam, karena dalam susunan sebuah hadist ada juga yang menunjukan
bahwa sebuah hadist itu layak dan lulus verifikasi untuk dijadikan sumber
hukum islam.
Al-qur’an dan hadist mempunyai peranan penting dalam kehidupan
sehari-hari bagi umat islam. Dalam kaidah sumber hukum islam, hadist
menempati urutan kedua setelah Al-qur’an dalam menjadikan rujukan hokum
karena disamping sebagai ajaran islam yang secara langsung terkait dengan
keharusan mentaati Rasulullah SAW, juga fungsinya sebagai penjelas (bayan)
bagi ungkapan-ungkapan al-qur’an yang masih membutuhkan penjabaran.
Sanad dan matan merupakan dua unsur pokok hadist yang harus ada
pada setiap hadist, antara keduanya memiliki kaitan yang sangat erat dan tidak
dapat dipisahkan. Suatu berita tentang Rasulullah SAW (matan) tanpa
ditemukan rangkaian atau susunan sanadnya, yang demikian tidak dapat
disebutkan hadist, sebaliknya suatu sanad, meskipun bersambung sampai
Rasul, jika tidak ada berita yang dibawanya, juga tidak bisa disebut hadist.
Bagi kebanyakan orang bahwa hadist itu suatu perkataan yang pasti
berasal dari nabi tanpa memperhatikan kualitas atau susunan suatu hadist.
Padahal hadist yang lengkap susunannya baik hadist shahih maupun hadist
dhoif haruslah terdiri dari sanad hadist, matan hadist dan perawi hadist. Dari
itu perlu dipahami tentang yang dimaksud dengan sanad, matan dan perawi
hadist. Dan untuk mengetahui lebih mendalam tentang hal tersebut.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Sanad?
2. Bagaimana Peranan Sanad dalam Pendokumentasian Hadist?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Pengertian Sanad.!
2. Untuk mengetahui Peranan Sanad dalam Pendokumentasian Hadist.!
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sanad
Kata sanad atau as-sanad menurut bahasa, dari sanada, yasnudu yang
berarti mutamad (sandaran/ tempat bersandar, tempat berpegang, yang
dipercaya atau yang sah). Dikatakan demikian karena hadist itu bersandar
kepadanya dan dipegangi atas kebenarannya. Sedangkan secara temionologis,
difinisi sanad iyalah silsilah orang-orang yang mehubungkan kepada matan
hadist. Silsilah orang maksudnya, ialah susunan atau rangkaian orang-orang
yang meyampaikan materi hadist tersebut, sejak yang disebut pertama sampai
kepada Rasul SAW, yang perbuatan, perkataan, taqrir, dan lainya merupakan
materi atau matan hadist. Jadi sanad adalah jalan yang menyampaikan kepada
matan hadist.1 Contoh sanad dalam sebuah hadist berikut:
“Dikabarkan kepada kami oleh Malik yang menerimanya dari Nafi,
yang menerimanya dari Abdullah ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW
bersabda, "Janganlah sebagian dari antara kamu membeli barang yang
sedang dibeli oleh sebagian yang lainnya”. (Al-Hadist)
Dalam hadist tersebut yang dinamakan sanad adalah pada kalimat
berikut:
“Dikabarkan kepada kami oleh Malik yang menerimanya dari nafi
yang menerimanya dari Abdullah ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW
bersabda:...”
Sebuah hadist dapat memiliki beberapa sanad dengan jumlah penutur
atau perawi bervariasi dalam lapisan sanad-nya, lapisan dalam sanad disebut
dengan thabaqoh, signifikansi jumlah sanad dan penutur dalam tiap thobaqoh
sanad akan menentukan derajat hadist tersebut. Hal ini di jelaskan lebih jauh
pada klasifikasi hadist. Jadi, yang perlu dicermati dalam memahami hadist
terkait dengan sanad-nya adalah keutuhan sanad-nya, jumlahnya, dan perawi
akhirnya. Adapun sebutan sanad hanya berlaku pada serangkaian orang, bukan

1
Kamaluddin, Ahmad. "Naqd As-Sanad: Metodologi Validasi Hadits Shahih." MUSHAF
JOURNAL: Jurnal Ilmu Al Quran dan Hadis 3.2 (2023).
3
4

dilihat dari sudut pribadi seseorang. Sebutan untuk pribadi yang


menyampaikan hadist dilihat dari sudut orang per-orangan disebut rawi.
1. Istilah yang berkaitan dengan sanad
Dalam ilmu hadist ada beberapa istilah yang erat kaitannya dengan
istilah sanad seperti al-isnad, al-musnad, dan al-musnid.
a. Al-isnad berarti menyandarkan, menegaskan, (mengembalikan ke asal)
yang dimaksuk al-isnad di sini adalah menyandarkan hadist pada orang
yang mengatakannya. Atau dalam bahasa lain mengasalkan hadist pada
orang yang mengatakannya. Akan tetapi menurut Ath-Thibi seperti yang
dikutip oleh Al-Qosimi kata isnad dengan as-sanad mempunyai arti yang
hampir sama atau berdekatan. Sedangkan menurut ulama muhadistin
memandang kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang sama, yang
keduanya dapat dipakai secara bergantian.2
b. Al-musnad mempunyai beberapa arti yang berbeda dengan istilah al-isnad.
Pertama al-musnad berarti hadist yang diriwayatkan dan disandarkan atau
diisnadkan kepada seseorang yang membawanya, seperti Ibnu Syaibah Az-
Zuhri, Malik Bin Annas, Amrah binti Abn. Ar-Rahman dan lain-lain.
Kedua al-musnad berarti nama suatu kitab yang menghimpun hadist-hadist
dengan sistem penyusunan berdasarkan nama para sahabat rawi hadist,
seperti kitab musnad Ahmad Bin Hanbal. Ketiga al-musnad berarti nama
bagi hadist yang mempunyai kreteria marfu` (disandarkan kepada Nabi
SAW) dan mutthasil (sanad-nya bersambung sampai kepada Nabi SAW).
c. Musnid, yang artinya orang yang meriwayatkan hadist dari jalurnya baik ia
paham atau tidak.
2. Tinggi rendahnya rangkaian sanad
Sebagaimana kita ketahui, bahwa suatu hadist sampai kepada kita,
tertulis dalam kitab hadist, melalui sanad-sanad. Rangkaian sanad yang
berderajat tinggi menjadikan suatu hadist lebih tinggi derajatnya daripada
hadist yang rangkaian sanad-nya sedang atau lemah. Para muhadditsin
membagi tingkatan sanad-nya sebagai berikut:
2
Yusuf, Muhammad. Relasi Teks dan Konteks. Indie Book Corner, 2020.
5

a. Ashahhu al-Asanid (sanad-sanad yang lebih shahih) Penilaian ashahhu al-


sanid ini hendaklah secara muqoyyad (di khususkan). Contoh asahhu al-
asanid yang muqoyyad tersebut adalah : 1)Sahabat tertentu, yaitu Umar
ibnu Al-Khattab r.a.,yaitu yang diriwayatkan oleh Ibnu Syihab Az-Zuhri
dari Salim bin `Abdullah bin Umar, dari ayahnya (Abdullah bin Umar),
dari kakeknya (Umar bin Khattab). 2)Penduduk kota tertentu, yaitu kota
Mekkah, yang diriwayatkan oleh Ibnu Uyainah dari Amru bin Dinar dari
Jabir bin Abdullah.
b. Ahsanu al-Asanid Derajatnya lebih rendah dar Ashahhu al-Asanid,
contohnya yaitu, Bahaz bin Hakim dari ayahnya (Hakim bin Muawiyah)
dari kakeknya (Muawiyah bin Haidah).
c. Adh`afu al-Asanid Rangkaian sanad yang paling rendah derajatnya, antara
lain: 1)Abu Bakar ash-Shiddiq, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh
Shodaqoh bin Musa dari Aby Ya`qub Farqab bin Ya`qub dari Murrah ath-
Thayyib dari Abu Bakar r.a. 2)Kota Yaman ialah yang diriwayatkan oleh
Hafs bin `Umar dari al-Hakam bin Aban dari Ikrimah dari Ibnu Abbas.
3. Jenis-jenis sanad hadist
Sanad dibagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Sanad Aliy
Sanad aliy adalah sebuah sanad yang jumlah perawinya lebih sedikit
jika dibandingkan dengan sanad lain. Hadist-hadist dengan sanad yang jumlah
rawinya sedikit akan tertolak dengan sanad yang sama jika jumlah rawinya
lebih banyak. Sanad aliy ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu sanad yang
mutlak dan sanad yang nisbi (relatif) 1)Sanad aliy yang bersifat mutlak adalah
sebuah sanad yang rawinya hingga sampai kepada Rosulullah lebih sedikit
jika dibandingkan sanad yang lain.3 Jika sanad tersebut sahih, sanad itu
menempati tingkatan tertinggi dari jenis tingkatan aliy 2)Sanad aliy yang
bersifat nisbi adalah sebuah sanad yang jumlah rawi didalamnya lebih sedikit
jika dibandingkan dengan para imam ahli hadist, seprti ibnu juraij, malik,

3
Zainuddin, Zainuddin. "Kajian Hadist Dalam Pandangan Sunni Dan Syiah." Qolamuna:
Jurnal Studi Islam 3.2 (2018).
6

as’syafii, bukhori, muslim dan sebagainya, meskipun jumlah perawinya


setelah mereka hingga sampai kepada rosululloh lebih banyak.
b. Sanad Nazil
Sanad Nazil Adalah sebuah sanad jumlah rawinya lebih banyak jika
dibandingkan dengan sanad yang lain. Hadist dengan sanadnya lebih banyak
akan tertolak dengan sanad yang sama jika jumlah rawinya lebih sedikit.
B. Peranan Sanad dalam Pendokumentasian Hadist
Peranan sanad dalam pendokumentasian hadist pada dasarnya terbagi
pada dua aspek. Pertama, untuk pengamanan atau pemeliharaan matan hadist.
Kedua, untuk penelitian kualitas hadist satu persatu secara terperinci.
1. Untuk pengamanan atau pemeliharaan matan hadist
Adapun peranan penting yang dimiliki sanad dalam kaitannya dengan
hadist, terlihat begitu besarnya peranan yang di mainkan oleh masing-masing
perawi hadist dalam rangka mencatat dan memlihara keutuhan hadist Nabi
SAW.4 Kegiatan pendokumentasian hadist, terutama pengumpulan dan
penyampaian hadist-hadist Nabi SAW, baik melalui hafalan maupun melalui
tulisan yang di lakukan oleh para sahabat, tabi’in, tabi’i al-tabi’n, dan mereka
yang datang sesudahnya, yang rangkaian mereka itu disebut sanad, sampai
generasi yang membukukan hadist-hadist tersebut, seperti Malik ibn Anas,
Ahmad ibn Hanbal, Bukhori, Muslim, dan lainnya, telah menyebabkan
kepemeliharaannya hadist-hadist sampai di tangan kita seperti sekarang ini.
Berdasarkan sejarah periwayatan hadist, para perawi mulai dari
tingkatan sahabat sampai ulama’ hadist masa pembukuan hadist, telah
melakukan pendokumentasian hadist melalui hafalan, dan tulisan. Bahkan
menurut Al-Azami, pada tingkatan sahabat pengumpulan dan pemeliharaan
hadist dilakukan dengan tiga cara, yaitu: 5 (į) learning by memorizing, yaitu
dengan cara mendengarkan setiap perkataan dari Nabi SAW secara hati-hati
dan menghafalkannya; (ii) learning thorough writing, yaitu mempelajat\ri
hadist dan menyimpannya dalam bentuk tulisan. Dalam cara ini yaitu
4
Musaddad, Endad. "Ilmu Ma'anil Hadits." (2021).
5
Haris, Abdul. "STUDI HADIS KONTEMPORER Sebuah Upaya Pemetaan Wilayah
Kajian Hadis Nabi." (2014).
7

penyimpanan dan penyampaian hadist dalam bentuk tulisan, terdapat sejumlah


sahabat, yaitu seperti Abu Ayyub al-Anshori (w.52 H), Abu Bakar Al-Siddiq
(w.13 H), Abd Allah ibn Abbas (w. 68 H) Abd Allah ibn Umar (w.74 H), dan
lain-lain. (iii) learning by practice,yaitu para sahabat mempraktikkan setiap
apa yang mereka pelajari mengenai hadist, yang diterimanya baik melalui
hafalan maupun tulisan.
Demikian cara sahabat dalam menerima dan memelihara hadist-hadist
Nabi SAW. Cara demikian tetap di pertahankan oleh para sahabat dan ulama’
yang datang setelah mereka, setelah wafatnya Nabi SAW. Khusus mengenai
kegiatan penulisan hadist yang dilakukan oleh masing-masing generasi
periwayat hadist, mulai dari gegerasi sahabat, generasi tabi’in, tabi’i al-tabi’in,
sampai para ulama’ sesudah mereka, telah di dokumentasikan oleh M.M.
Azami didalam disertasi doktornya yang berjudul studies early hadith
literature.
Dalam perkembangan berikutnya, proses pendokumentasian hadist
semakin banyak dilakukan denga tulisan. hal ini terlihat dari delapan metode
mempelajari hadist yang di kenal di kalangan ulama’ hadist, tujuh di ataranya ,
yaitu metode kedua sampai kedelapan, adalah sangan tergantung kepada
meteri tertulis, kedelapan metode tersebut adalah :6
a. Sama’
Sama’, yaitu bacaan guru atau nuridnya-muridnya. Metode ini
berwujud dalam empat bentuk, yakni : bacaan secara lisan, bacaan dari buku,
Tanya jawab, dan mendiktekan.
b. Ardh
Ardh, yaitu bacaan para murid kepada guru. Dalam hal ini para murid
atau seseorang tertentu yang di sebut Qari’, membacakan hadist di hadapan
gurunya, dan selanjutnya yang lain mendenganrkan serta membandingkan
denag catatan mereka atau menyalin dari catatan tersebut.
c. Ijazah

6
Sagir, Akhmad. "Hadis-Hadis Dalam Kitab Hidāyah Al-Sālikīn (Kajian Sanad Dan
Matn)." Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur'an dan Hadis 16.1 (2015).
8

Ijazah, yaitu memberi izin kepada seseorang untuk meriwayatkan


sebuah Hadist atau buku yang bersumber darinya, tanpa terlebih dahulu Hadist
atau buku tersebut dibaca di hadapannya.
d. Munawalah
Munawalah, yaitu memberikan kepada seseorang sejumlah hadist
tertulis untuk di riwayatkan/disebarluaskan, seperti yang di lakukan Al-Zuhri
(w.124 H) kepada Al-Tsauri, Al-Auza’i, dam lainnya.
e. Katibah
Katibah, yaitu menuliskan hadist untuk seseorang yang selanjutnya
untuk di riwayatkan kepada orang lain.
f. I’lam
I’lam, yaitu memberitahu seseorang tentang kebolehan untuk
meriwayatkan sebuah hadist dari buku tertentu berdasarkan atas otoritas
ulama’ tertentu.
g. Washyyat
Washyyat, yaitu seseorang meriwayatkan sebuah buku atau catatan
tentang hadist kepada orang lain yang di percayainya dan di perbolehkannya
untuk meriwayatkannya kepada orang lain.
h. Wajadah
Wajadah, yaitu medapatkan buku atau catatan seseorang tentang
hadist tanpa izin dari yang bersangkutan untuk meriwayatkan hadist tersebut
kepada orang lain. Dan cara yang seperti ini tidak di pandang oleh ulama’
hadist sebagai cara untuk menerima atau mempelajari hadist
Melalui cara-cara di atas, masing-masing sanad hadist secara
berkesinambungan. Mulai dari sahabat, tabi’in, tabi’i al-tabi’in, dan seterusnya
sampai terhimpunnya hadist-hadist Nabi SAW di dalam kitab-kitab hadist
seperti yang kita jumpai sekarang, telah memelihara dan menjaga keberadaan
dan kemurnian hadist.
Kegiatan pendokumentasian hadist yang telah di lakukan oleh para
Sanad hadist sebagai mana telah di jelaskan di muka, merupakan satu
konstribus besar bagi keterpeliharaan dan kesinambungan ajaran agama Islam
9

yang telah di sumbangkan oleh para sanad hadist.


2. Untuk penelitian kualitas hadist
Status dan kualitas hadist, apakah dapat diterima atau ditolak,
tergantung kepada sanad dan matan hadist tersebut. Apabila sanad suatu hadist
telah memenuhi syarat-syarat dan keriteria tertentu, demikian juga matannya,
maka haidts tersebut dapat diterima sebagai dalil untuk melakukan sesuatu
atau menetapkan hukum atas sesuatuakan tetapi, apabila syarat-syaratnya tidak
terpenuhi, maka hadist tersebut ditolak dan tidak dapat dijadikan hujjah.
Berdasarkan latarbelakang sejarah periwayatan hadist, bagian-bagian
hadist yang menjadi objek penelitian ada dua macam, yakni rangkaian para
periwayat yang menyampaikan hadist, yang dikenal dengan sanad, dan materi
atau matan hadist itu sendiri. Bagian-bagian sanad yang diteliti mengandung
dua bagian penting, yakni (1) nama-nama periwayat yang terlibat dalam
periwayatan hadist yang bersangkutan; dan (2) lambang-lambang periwayatan
hadist yang telah digunakan oleh masing-masing periwayat dalam
meriwayatkan hadist yang bersangkutan, misalnya sami’tu akhbaranī, ‘an, dan
anna.
Kualitas Hadist yang dapat diterima sebagai dalil atau hujjah adalala
shahih dan hasan dan keduanya disebut juga sebagai hadist maqbul (hadist
yang dapat diterima sebagai dalil atau dasar penetapan suatu hukum) , diantara
sarat qabul dalam suatu hadist adalah berhubungan erat dengan sanad hadist
tersebut, yaitu sanad-nya bersambung, bersifat adil, dhabith dan sarat
selanjutnya berhubungan erat dengan matan hadist yaitu hadistnya tidak
syadz, dan tidak terdapat padanya illat.7
Dari keriteria yang di sebut diatas agar suatu hadist dapat di terima
sebagai dalil atau hujjah, tiga diantaranya berhubungan dengan sanad hadist
tersebut. Suatu hadist manakala sanad-nya tidak bersambung atau terputus,
maka hadist tersebut tidak bisa diterima sebagai dalil atau hujjah.
Keterputusan sanad dapat terjadi pada awal sanad, baik satu orang perawi atau

7
Wahab, Fatkhul. "KUALITAS HADIS SHAHIH, HASAN, DHAIF SEBAGAI
HUJJAH DALAM HUKUM ISLAM." MAQASHID Jurnal Hukum Islam 6.1 (2023).
10

lebih (disebut hadist mu’allaq), atau pada akhir sanad (disebut hadist mursal).
atau terputusnya sanad satu orang (munqathi’), atau dua orang atau lebih
secara beryrytan (mu’dhal), dan lainnya. Demikian juga halnya jika sanad
hadist mengalami cacat, baik cacat yang berhubungan dengan keadilan para
perawi, seperti pembohong, fasik, pelaku bid’ah, atau tidak di ketahui sifatnya
, atau cacatnya berhubungan dengan ke-dhabith-annya, seperti sering berbuat
kesalahan, buruk hafalannya, lalai, sering ragu, dan menyalahi keterangan
orang-orang terpercaya. Keseluruhan cacat tersebut, apabila terdapat pada
salah seorang perawi dari suatu sanad hadist, maka hadist tersebut juga
dinyatakan dha’if dan ditolak sebagai dalil.
Dari gambaran di atas terlihat bahwa sanad suatu hadist sangat
berperan dalam menentukan kualitas hadist, yaitu dari segi dapatnya diterima
sebagai dalil (maqbul) atau tidak (mardud). Karena begitu pentingnya peranan
dan kedudukan sanad dalam menentukan kualitas suatu hadist, maka para
ulama telah melekukan upaya-upaya untuk mengetahui secara jelas dan rinci
mengenai keadaan masing-masing sanad hadist. Upaya kegiatan ini berwujud
dalam bentuk penelitian hadist, khususnya penelitian sanad hadist. Kitab-kitab
yang disusun dan memuat tentang keadaan para perawi hadist, seperti data-
data mereka, biografi mereka, dan keadaan serta sifat-sifat mereka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata sanad atau as-sanad menurut bahasa, dari sanada, yasnudu yang
berarti mutamad (sandaran/ tempat bersandar, tempat berpegang, yang
dipercaya atau yang sah). Dikatakan demikian karena hadist itu bersandar
kepadanya dan dipegangi atas kebenarannya. Sedangkan secara temionologis,
difinisi sanad iyalah silsilah orang-orang yang mehubungkan kepada matan
hadist. Silsilah orang maksudnya, ialah susunan atau rangkaian orang-orang
yang meyampaikan materi hadist tersebut, sejak yang disebut pertama sampai
kepada Rasul SAW, yang perbuatan, perkataan, taqrir, dan lainya merupakan
materi atau matan hadist. Jadi sanad adalah jalan yang menyampaikan kepada
matan hadist.
Peranan sanad dalam pendokumentasian hadist pada dasarnya terbagi
pada dua aspek. Pertama, untuk pengamanan atau pemeliharaan matan hadist.
Kedua, untuk penelitian kualitas hadist satu persatu secara terperinci. Adapun
peranan penting yang dimiliki sanad dalam kaitannya dengan hadist, terlihat
dari begitu besarnya peranan yang di mainkan oleh masing-masing perawi
hadist dalam rangka mencatat dan memlihara keutuhan hadist Nabi SAW.
Kegiatan pendokumentasian hadist, terutama pengumpulan dan penyampaian
hadist-hadist Nabi SAW, baik melalui hafalan maupun melalui tulisan yang
di lakukan oleh para sahabat, tabi’in, tabi’i al-tabi’n, dan mereka yang datang
sesudahnya (sanad), sampai generasi yang membukukan hadist-hadist
tersebut, seperti Malik ibn Anas, Ahmad ibn Hanbal, Bukhori, Muslim, dan
lainnya, telah menyebabkan kepemeliharaannya hadist-hadist sampai di
tangan kita seperti sekarang.
Kualitas suatu hadist sangat ditentukan oleh kedudukan sanad dan
matan hadist. Apabila sanad nya sahih dan matan nya sahih maka hadist
tersebut dapat diketegorikan sebagai hadist shahih serta dapat dijadikan
sebagai hujjah. Sebaliknya apabila sanad dan matan-nya tidak sahih maka
dikategorikan hadist dha’if dan tidak dapat dijadikan sebagai hujjah.
11
12

B. Saran
Demikianlah tulisan makalah yang kami tulis tentang metode studi
sanad hadist. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
khususnya pembaca. Kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Haris, Abdul. "STUDI HADIS KONTEMPORER Sebuah Upaya Pemetaan


Wilayah Kajian Hadis Nabi." (2014).

Kamaluddin, Ahmad. "Naqd As-Sanad: Metodologi Validasi Hadits Shahih."


MUSHAF JOURNAL: Jurnal Ilmu Al Quran dan Hadis 3.2 (2023).

Musaddad, Endad. "Ilmu Ma'anil Hadits." (2021).

Sagir, Akhmad. "Hadis-Hadis Dalam Kitab Hidāyah Al-Sālikīn (Kajian Sanad


Dan Matn)." Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur'an dan Hadis 16.1 (2015).

Wahab, Fatkhul. "KUALITAS HADIS SHAHIH, HASAN, DHAIF SEBAGAI


HUJJAH DALAM HUKUM ISLAM." MAQASHID Jurnal Hukum Islam
6.1 (2023).

Yusuf, Muhammad. Relasi Teks dan Konteks. Indie Book Corner, 2020.

Zainuddin, Zainuddin. "Kajian Hadist Dalam Pandangan Sunni Dan Syiah."


Qolamuna: Jurnal Studi Islam 3.2 (2018).

Anda mungkin juga menyukai