Makalah 3
Makalah 3
Dosen Pengampu:
Dr. Aziza Ariyati M,Ag
Disusun Oleh:
Damora (2323210033)
Maisarah (2323210047)
Zeliyan Hasanah (2323210026)
M.aziz Arif (2323210034)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB l PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan Masalah..............................................................................................2
BAB ll PEMBAHASAN
A. Pengertian Sanad............................................................................................3
A. Kesimpulan.....................................................................................................11
B. Saran...............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai orang islam yang ingin mempelajari islam secara sempurna
tentu harus mengetahui sumber hukum islam. Selain al-qur’an, salah satu
sumber hukum islam yang diakui oleh para ulama secara menyeluruh adalah
hadist. Meskipun demikian tidak semua hadist dijadikan sebagai sumber
hukum islam, karena dalam susunan sebuah hadist ada juga yang menunjukan
bahwa sebuah hadist itu layak dan lulus verifikasi untuk dijadikan sumber
hukum islam.
Al-qur’an dan hadist mempunyai peranan penting dalam kehidupan
sehari-hari bagi umat islam. Dalam kaidah sumber hukum islam, hadist
menempati urutan kedua setelah Al-qur’an dalam menjadikan rujukan hokum
karena disamping sebagai ajaran islam yang secara langsung terkait dengan
keharusan mentaati Rasulullah SAW, juga fungsinya sebagai penjelas (bayan)
bagi ungkapan-ungkapan al-qur’an yang masih membutuhkan penjabaran.
Sanad dan matan merupakan dua unsur pokok hadist yang harus ada
pada setiap hadist, antara keduanya memiliki kaitan yang sangat erat dan tidak
dapat dipisahkan. Suatu berita tentang Rasulullah SAW (matan) tanpa
ditemukan rangkaian atau susunan sanadnya, yang demikian tidak dapat
disebutkan hadist, sebaliknya suatu sanad, meskipun bersambung sampai
Rasul, jika tidak ada berita yang dibawanya, juga tidak bisa disebut hadist.
Bagi kebanyakan orang bahwa hadist itu suatu perkataan yang pasti
berasal dari nabi tanpa memperhatikan kualitas atau susunan suatu hadist.
Padahal hadist yang lengkap susunannya baik hadist shahih maupun hadist
dhoif haruslah terdiri dari sanad hadist, matan hadist dan perawi hadist. Dari
itu perlu dipahami tentang yang dimaksud dengan sanad, matan dan perawi
hadist. Dan untuk mengetahui lebih mendalam tentang hal tersebut.
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Sanad?
2. Bagaimana Peranan Sanad dalam Pendokumentasian Hadist?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Pengertian Sanad.!
2. Untuk mengetahui Peranan Sanad dalam Pendokumentasian Hadist.!
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sanad
Kata sanad atau as-sanad menurut bahasa, dari sanada, yasnudu yang
berarti mutamad (sandaran/ tempat bersandar, tempat berpegang, yang
dipercaya atau yang sah). Dikatakan demikian karena hadist itu bersandar
kepadanya dan dipegangi atas kebenarannya. Sedangkan secara temionologis,
difinisi sanad iyalah silsilah orang-orang yang mehubungkan kepada matan
hadist. Silsilah orang maksudnya, ialah susunan atau rangkaian orang-orang
yang meyampaikan materi hadist tersebut, sejak yang disebut pertama sampai
kepada Rasul SAW, yang perbuatan, perkataan, taqrir, dan lainya merupakan
materi atau matan hadist. Jadi sanad adalah jalan yang menyampaikan kepada
matan hadist.1 Contoh sanad dalam sebuah hadist berikut:
“Dikabarkan kepada kami oleh Malik yang menerimanya dari Nafi,
yang menerimanya dari Abdullah ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW
bersabda, "Janganlah sebagian dari antara kamu membeli barang yang
sedang dibeli oleh sebagian yang lainnya”. (Al-Hadist)
Dalam hadist tersebut yang dinamakan sanad adalah pada kalimat
berikut:
“Dikabarkan kepada kami oleh Malik yang menerimanya dari nafi
yang menerimanya dari Abdullah ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW
bersabda:...”
Sebuah hadist dapat memiliki beberapa sanad dengan jumlah penutur
atau perawi bervariasi dalam lapisan sanad-nya, lapisan dalam sanad disebut
dengan thabaqoh, signifikansi jumlah sanad dan penutur dalam tiap thobaqoh
sanad akan menentukan derajat hadist tersebut. Hal ini di jelaskan lebih jauh
pada klasifikasi hadist. Jadi, yang perlu dicermati dalam memahami hadist
terkait dengan sanad-nya adalah keutuhan sanad-nya, jumlahnya, dan perawi
akhirnya. Adapun sebutan sanad hanya berlaku pada serangkaian orang, bukan
1
Kamaluddin, Ahmad. "Naqd As-Sanad: Metodologi Validasi Hadits Shahih." MUSHAF
JOURNAL: Jurnal Ilmu Al Quran dan Hadis 3.2 (2023).
3
4
3
Zainuddin, Zainuddin. "Kajian Hadist Dalam Pandangan Sunni Dan Syiah." Qolamuna:
Jurnal Studi Islam 3.2 (2018).
6
6
Sagir, Akhmad. "Hadis-Hadis Dalam Kitab Hidāyah Al-Sālikīn (Kajian Sanad Dan
Matn)." Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur'an dan Hadis 16.1 (2015).
8
7
Wahab, Fatkhul. "KUALITAS HADIS SHAHIH, HASAN, DHAIF SEBAGAI
HUJJAH DALAM HUKUM ISLAM." MAQASHID Jurnal Hukum Islam 6.1 (2023).
10
lebih (disebut hadist mu’allaq), atau pada akhir sanad (disebut hadist mursal).
atau terputusnya sanad satu orang (munqathi’), atau dua orang atau lebih
secara beryrytan (mu’dhal), dan lainnya. Demikian juga halnya jika sanad
hadist mengalami cacat, baik cacat yang berhubungan dengan keadilan para
perawi, seperti pembohong, fasik, pelaku bid’ah, atau tidak di ketahui sifatnya
, atau cacatnya berhubungan dengan ke-dhabith-annya, seperti sering berbuat
kesalahan, buruk hafalannya, lalai, sering ragu, dan menyalahi keterangan
orang-orang terpercaya. Keseluruhan cacat tersebut, apabila terdapat pada
salah seorang perawi dari suatu sanad hadist, maka hadist tersebut juga
dinyatakan dha’if dan ditolak sebagai dalil.
Dari gambaran di atas terlihat bahwa sanad suatu hadist sangat
berperan dalam menentukan kualitas hadist, yaitu dari segi dapatnya diterima
sebagai dalil (maqbul) atau tidak (mardud). Karena begitu pentingnya peranan
dan kedudukan sanad dalam menentukan kualitas suatu hadist, maka para
ulama telah melekukan upaya-upaya untuk mengetahui secara jelas dan rinci
mengenai keadaan masing-masing sanad hadist. Upaya kegiatan ini berwujud
dalam bentuk penelitian hadist, khususnya penelitian sanad hadist. Kitab-kitab
yang disusun dan memuat tentang keadaan para perawi hadist, seperti data-
data mereka, biografi mereka, dan keadaan serta sifat-sifat mereka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata sanad atau as-sanad menurut bahasa, dari sanada, yasnudu yang
berarti mutamad (sandaran/ tempat bersandar, tempat berpegang, yang
dipercaya atau yang sah). Dikatakan demikian karena hadist itu bersandar
kepadanya dan dipegangi atas kebenarannya. Sedangkan secara temionologis,
difinisi sanad iyalah silsilah orang-orang yang mehubungkan kepada matan
hadist. Silsilah orang maksudnya, ialah susunan atau rangkaian orang-orang
yang meyampaikan materi hadist tersebut, sejak yang disebut pertama sampai
kepada Rasul SAW, yang perbuatan, perkataan, taqrir, dan lainya merupakan
materi atau matan hadist. Jadi sanad adalah jalan yang menyampaikan kepada
matan hadist.
Peranan sanad dalam pendokumentasian hadist pada dasarnya terbagi
pada dua aspek. Pertama, untuk pengamanan atau pemeliharaan matan hadist.
Kedua, untuk penelitian kualitas hadist satu persatu secara terperinci. Adapun
peranan penting yang dimiliki sanad dalam kaitannya dengan hadist, terlihat
dari begitu besarnya peranan yang di mainkan oleh masing-masing perawi
hadist dalam rangka mencatat dan memlihara keutuhan hadist Nabi SAW.
Kegiatan pendokumentasian hadist, terutama pengumpulan dan penyampaian
hadist-hadist Nabi SAW, baik melalui hafalan maupun melalui tulisan yang
di lakukan oleh para sahabat, tabi’in, tabi’i al-tabi’n, dan mereka yang datang
sesudahnya (sanad), sampai generasi yang membukukan hadist-hadist
tersebut, seperti Malik ibn Anas, Ahmad ibn Hanbal, Bukhori, Muslim, dan
lainnya, telah menyebabkan kepemeliharaannya hadist-hadist sampai di
tangan kita seperti sekarang.
Kualitas suatu hadist sangat ditentukan oleh kedudukan sanad dan
matan hadist. Apabila sanad nya sahih dan matan nya sahih maka hadist
tersebut dapat diketegorikan sebagai hadist shahih serta dapat dijadikan
sebagai hujjah. Sebaliknya apabila sanad dan matan-nya tidak sahih maka
dikategorikan hadist dha’if dan tidak dapat dijadikan sebagai hujjah.
11
12
B. Saran
Demikianlah tulisan makalah yang kami tulis tentang metode studi
sanad hadist. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
khususnya pembaca. Kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Muhammad. Relasi Teks dan Konteks. Indie Book Corner, 2020.