Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

1.1. . Sistem Pengendalian Intern (SPI)

Demi mewujudkan good governance dalam tata kelola pemerintahan yang bai
k dan mengatasi perubahan ekstrim yang mempengaruhi ketidakpastian dalam melaksa
nakan kegiatan operasional instansi sehingga mempengaruhi capaian tujuan yang telah
ditetapkan. Secara umum pengendalian bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan d
apat berjalan baik, dan sesuai dengan yang telah direncanakan. Lemahnya pengendalia
n akan membawa kerugian yang besar dan bahkan kemungkinan terjadinya kegagalan
dalam organisasi. Oleh karena itu diperlukannya suatu sistem pengendalian intern yan
g kuat untuk mendukung tercapainya proses dan hasil kegiatan seperti yang diharapka
n. Jadi pengertian Sistem Pengendalian Intern (SPI) adalah proses yang integral pada ti
ndakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh p
egawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi mela
lui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan (Menkumham RI, 2008:
2) pada pasal 1 ayat (1).

Pengendalian internal adalah proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris,


manajemen, dan personal lain dalam organisasi untuk memberikan keyakinan yang me
madai terkait pencapaian tujuan (Wakhyudi, 2018). Menurut Mulyadi (2017) sistem pe
ngendalian internal meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang diko
ordinasikan untuk menjaga aset organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data ak
untansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Menu
rut Mulyadi (2017), pengendalian internal berdasarkan tujuannya terbagi menjadi 2 ba
gian, yaitu:

1. Pengendalian internal akuntansi, merupakan bagian dari sistem pengendalian inter


nal yang terdiri dari struktur organisasi, tata cara dan skala yang dikoordinasikan t
erutama untuk melindungi kekayaan instansi dan mengecek keandalan data akunta
nsi.

2. Pengendalian internal administratif, merupakan pengendalian internal yang terdiri


dari struktur organisasi langkah dan ukuranukuran yang dikoordinasikan terutama
agar mendorong terciptanya efisisensi yang kemudian dipatuhinya kebijakan man
ajemen.

Sistem pengendalian intern yang handal merupakan salah satu dasar dari Bada
n Pengelola Keuangan (BPK) dalam memberikan opini terhadap kinerja dan keandalan
pelaporan keuangan suatu instansi. Alasannya adalah bahwa penyelenggaraan kegiatan
di instansi pemerintah yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, samp
ai dengan pertanggungjawaban dapat dilakukan secara tertib, efektif dan efisien, serta t
erkendali jika ada suatu sistem yang dapat memberi keyakinan yang cukup bahwa pela
ksanaan program pada instansi tersebut dapat mencapai tujuannya yaitu efektif dan efi
sien dalam penyelenggaraan pemerintah, pengelolaan keuangan negara dan kinerja yan
g andal, pengamanan aset negara, dan mendorong ketaatan terhadap peraturan perunda
ng-undangan.

Terdapat beberapa kerangka yang digunakan untuk mengembangkan sistem pe


ngendalian internal. Pada umumnya sistem pengendalian internal yang diterapkan oleh
perusahaan atau manajemen menggunakan kerangka pengendalian internal COSO (Co
mmite of Sponsoring Organization). Pengendalian internal menurut COSO merupakan
rangkaian tindakan yang mencakup keseluruhan proses dalam organisasi (Makikui et a
l., 2017).

Pengendalian internal berada dalam proses manajemen dasar berupa perencana


an, pelaksanaan, dan pemantauan. Pengendalian internal menurut COSO memiliki 5 k
omponen pengendalian yang saling berkaitan, yaitu:

1. Lingkungan pengendalian

2. Penaksiran risiko

3. Aktivitas pengendalian

4. Informasi dan komunikasi

5. Pengawasan kinerja.
1.2. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

Sistem pengendalian yang memberikan keyakinan tersebut terdapat dalam Sist


em Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Jadi pengertian dari SPIP adalah sistem pe
ngendalian intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah
pusat dan pemerintah daerah (Menkumham RI, 2008: 2) pada pasal 1 ayat (2). Proses
yang integral pada kegiatan dan tindakan yang dilakukan secara terus menerus oleh pi
mpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya t
ujuan organisasi, melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuan
gan, pengamanan aset negara, serta ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Menurut Glance dalam (Setyawan dkk, 2019: 2) menyatakan yang menjadi acuan dala
m Sistem Pengendalian Internal adalah proses dan prosedur yang telah ditetapkan untu
k membantu ke arah pencapaian tujuan .

SPIP atau sistem pengendalian internal pemerintah adalah proses yang integral
pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan se
luruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisa
si melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengaman
an aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan (‘PP No.60 Tahu
n 2008’).

Penerapan SPIP merupakan kewajiban bagi seluruh kementerian dan lembaga g


una memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi p
encapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuanga
n, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan (Me
nkumham RI, 2008: 2).

Inti dari Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 adalah terciptanya suatu
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang dapat mewujudkan suatu praktik-
praktik good governance. Penyelenggaraan dari SPIP bertujuan untuk memberikan ke
yakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi tujuan penyelenggara
an pemerintahan negara dan daerah, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan (Suwanda, 2019: 110). J
adi SPIP merupakan salah satu bukti keseriusan pemerintah dalam menerapkan good g
overnance pada pengelolaan pemerintahan.
Sistem pengendalian internal pemerintah berjalan seiring dengan terbitnya Peratura
n Pemerintah No. 60 Tahun 2008, dalam PP No. 60 Tahun 2008 terdapat lima unsur da
lam SPIP, yaitu:

1. Lingkungan pengendalian

Unsur lingkungan pengendalian sebagai fundamen SPIP karena unsur ini meru
pakan pencerminan integrasi antara kualitas kepemimpinan, sumber daya ma
nusia, dan metode kerja yang membentuk suasana/gaya (sets the tone) organisasi.
Menurut PP Nomor 60 Tahun 2008, lingkungan pengendalian sebagaimana dimaks
ud diciptakan oleh pimpinan instansi pemerintah melalui:

a. Penegakan integritas dan nilai etika

b. Komitmen terhadap kompetensi

c. Kepemimpinan yang kondusif

d. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan

e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat

f. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber


daya manusia

g. Perwujudan peran aparat pengawasan internal yang efektif h) Hubungan kerja


yang baik dengan instansi pemerintah

2. Penilaian risiko.

Penilaian risiko diawali dengan penetapan maksud dan tujuan Instansi Pemerin
tah yang jelas dan konsisten baik pada tingkat instansi maupun pada tingkat kegiatan
Selanjutnya Instansi Pemerintah mengidentifikasi secara efisien dan efektif risiko y
ang dapat menghambat pencapaian tujuan tersebut, baik yang bersumber dari dalam
maupun luar instansi. Risiko yang telah diidentifikasi kemudian dianalisis untuk me
ngetahui pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan. Pimpinan Instansi Pemerintah m
erumuskan pendekatan manajemen risiko dan kegiatan pengendalian risiko yang dip
erlukan untuk memperkecil risiko.
3. Kegiatan pengendalian.

Kegiatan pengendalian internal adalah kebijakan dan prosedur yang dapat m


embantu memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan Instansi Pemerintah untuk
mengurangi risiko yang telah diidentifikasi selama proses penilaian risiko. Penerapa
n kegiatan pengendalian sekurang-kurangnya memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok Instansi Pemerintah

b. kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko

c. kegiatan pengendalian yang dipilih disesuaikan dengan sifat khusus Instansi Pe


merintah

d. kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis

e. prosedur yang telah ditetapkan harus dilaksanakan sesuai yang ditetapkan secar
a tertulis

f. kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa kegiat


an tersebut masih sesuai dan berfungsi seperti yang diharapkan.

4. Komunikasi dan informasi.

Unsur pengendalian internal keempat adalah informasi dan komunikasi. Insta


nsi Pemerintah harus memiliki informasi yang relevan dan dapat diandalkan baik inf
ormasi keuangan maupun non keuangan, yang berhubungan dengan peristiwa-peristi
wa eksternal serta internal. Informasi tersebut harus direkam dan dikomunikasikan k
epada pimpinan Instansi Pemerintah dan lainnya di seluruh Instansi Pemerintah yan
g memerlukannya dalam bentuk serta dalam kerangka waktu, yang memungkinkan
yang bersangkutan melaksanakan pengendalian internal dan tanggung jawab operasi
onal. Komunikasi dan informasi wajib diselenggarakan dengan efektif dan untuk me
nyelenggarakan komunikasi yang efektif maka pimpinan instansi pemerintah harus
menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi serta meng
elola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus menerus (Pa
sal 42 PP Nomor 60 tahun 2008).

5. Pemantauan.
Pemantauan Sistem Pengendalian Internal dilaksanakan melalui pemantauan
berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu
lainnya. Pemantauan berkelanjutan diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan ru
tin, supervisi, pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain yang terkait dalam pela
ksanaan tugas. Evaluasi terpisah diselenggarakan melalui penilaian sendiri, reviu, da
n pengujian efektivitas Sistem Pengendalian Internal yang dapat dilakukan oleh apar
at pengawasan internal pemerintah atau pihak eksternal pemerintah dengan menggu
nakan daftar uji pengendalian internal. Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan re
viu lainnya harus segera diselesaikan dan dilaksanakan sesuai dengan mekanisme pe
nyelesaian rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya yang ditetapkan. Pemantauan
Sistem Pengendalian Internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan me
lalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi has
il audit dan reviu lainnya (Pasal 43 PP Nomor 60 Tahun 2008).

1.3. Tujuan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

Sesuai dengan tujuannya seperti paparan di atas, pengendalian intern disusun untuk
memberikan jaminan bahwa tujuan organisasi dapat dicapai melalui efisiensi dan efektifi
tas kegiatan, penyajian laporan keuangan yang andal, serta adanya ketaatan terhadap und
ang-undang dan aturan yang berlaku seperti yang tertera dalam pengertian pengendalian
menurut COSO (Committee of Sponsoring Organization Treadway Commision). Sedang
kan dalam peraturan pemerintah, tujuan SPIP adalah untuk memberikan keyakinan mem
adai atas tercapainya tujuan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan
pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan keta
atan terhadap peraturan perundang-undangan (Menkumham RI, 2008: 3) pada pasal 2 ay
at (3).

Anda mungkin juga menyukai