5301 12761 1 PB

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Interaksi : Jurnal Ilmu Komunikasi

Vol. 5. No. 1, Januari 2021, hlm 11-19


Doi: 10.30596/interaksi.v5i1.5301
Article Submitted: 06 Oktober 2020, Revised: 17 Desember 2020, Accepted: 09 Januari 2021

Komunikasi Organisasi Antar Budaya di Lembaga Penjaminan


Mutu Pendidikan Sumatera Utara
Rudianto, Akhyar Anshori*
Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan,
Indonesia
*
e-mail: akhyaransori@umsu.ac.id

ABSTRACT
This article is based on the background of the condition of organizational communication at the North
Sumatra Education Quality Assurance Agency (LPMP) which involves staff with various cultural
backgrounds. In particular, the difference between Civil Servants (PNS) who came from Java and those
from North Sumatra. The main objective is to find out the patterns of interaction between civil servants
from Java and local civil servants in the LPMP North Sumatra environment. This study was conducted
through a qualitative method with an interpretive subjective approach in an effort to explain the
phenomenon in depth through data collection by interview and observation. Data analysis in the form
of inductive narrative through triangulation techniques. The results of this research found that due to
differences in cultural backgrounds, civil servants from Java and local civil servants initially
experienced problems in interacting. Civil servants from Java experienced a cultural shock in working
at the North Sumatra LPMP because they entered a new place with a new culture from their place of
origin. In their interactions, there is no marginalization between civil servants from Java and civil
servants from Sumatra. Even though there are differences and conflicts, there is no time for exclusion
of a civil servant because of his cultural and ethnic background.
Keywords: Organizational Communication, Interaction, intercultural Communication, Cultural
Concussion.

ABSTRAK
Artikel ini disajikan atas dasar kondisi komunikasi organisasi di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
(LPMP) Sumatera Utara yang melibatkan staf dengan berbagai latar belakang budaya, Khususnya
perbedaan antara Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berasal dari Jawa dengan yang berasal dari Sumatera
Utara. Tujuan utama artikel ini untuk mengetahui pola interaksi antara PNS asal Jawa dengan PNS lokal
di lingkungan LPMP Sumatera Utara. Dengan asumsi mereka yang lahir dan menetap lama di Sumatera
Utara meskipun berasal dari suku lain di Sumatera Utara, cenderung lebih mudah berinteraksi dengan
pegawai lain. Kajian ini dilakukan melalui metode kualitatif dengan pendekatan subyektif interpretatif
dalam upaya menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data dengan
wawancara dan observasi. Analisis data dalam bentuk naratif induktif. Hasil riset ini menemukan karena
perbedaan latar belakang budaya, PNS asal Jawa dan PNS lokal pada awalnya mengalami masalah
dalam berinteraksi. PNS asal Jawa mengalami gegar budaya dalam bekerja di LPMP Sumut karena
memasuki tempat baru dengan budaya yang baru dari tempat asalnya. PNS asal Jawa dan lokal masing-
masing memiliki pemaknaan sendiri-sendiri terhadap sesamanya berdasarkan stereotipe yang selama ini
mereka ketahui. Dalam interaksinya, tidak ada peminggiran yang terjadi antara PNS asal Jawa dengan
PNS berasal dari Sumatera. Meski terdapat beberapa perbedaan dan konflik, namun tidak sempat terjadi
pengucilan terhadap seseorang PNS karena latarbelakang budaya dan suku.
Kata kunci : Komunikasi Organisasi, Interaksi, Komunikasi Antar Budaya, Gegar Budaya

Pendahuluan
Lembaga penjaminan mutu Sumut adalah satu dari 33unit pelaksana
pendidikan Sumatera Utara atau LPMP teknis di lingkungan Kementerian Pendidikan

E-ISSN: 2580-6955 Publisher : UMSU Press


12 Jurnal Interaksi : Jurnal Ilmu Komunikasi | Volume: 5 | Nomor: 1 | Edisi Januari 2021 | hlm 11 - 19

dan Kebudayaan di seluruh Indonesia yang kemudian menetap di Sumatera Utara di


berkedudukan di Sumatera Utara. Lembaga LPMP Sumut.
ini bertugas sebagai perpanjangan pusat Para pegawai yang berasal dari pulau
untuk melakukan penjaminan mutu jawa ini, harus mampu dengan cepat untuk
pendidikan di daerah. Pemilihan LPMP dapat beradaptasi dan berinteraksi dengan
sebagai objek kajian artikel ini lebih pegawai dari Sumatera Utara maupun dengan
dikarenakan LPMP merupakan bagian dari masyarakat di seputar pegawai pendatang itu
penegakan nilai budaya Indonesia, akan tetapi bermukim. Komunikasi antarbudaya pada
perbedaan budaya yang terdapat pada para dasarnya mengkaji bagaimana budaya
pegawainya, menimbulkan berbagai berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi:
perbedaan pemahaman dalam interaksi yang apa makna pesan verbal dan nonverbal
terjadi sehari-hari. menurut budaya-budaya bersangkutan, apa
Di LPMP Sumut terdapat 126 yang layak dikomunikasikan, bagaimana cara
pegawai dengan status PNS pusat di bawah mengkomunikasikan nya (verbal dan
kendali Kementerian Pendidikan dan nonverbal) dan kapan mengkomunikasikan
Kebudayaan. Para PNS terdiri dari pegawai nya (Mulyana, 2005). Asumsinya, mereka
struktural dan pegawai fungsional/ yang lahir dan menetap lama di Sumatera
widyaiswara. Pegawai struktural dibagi Utara meskipun berasal dari suku lain di
menurut 4 seksi/ bidang sedangkan Sumatera Utara, cenderung lebih mudah
fungsional bergabung dalam kelompok berinteraksi dengan pegawai lain dan sudah
widyaiswara. semestinya PNS lokal menerima keberadaan
Di antara 126 PNS yang ada di LPMP PNS pendatang untuk dapat bersinergi
Sumut, terdapat bermacam ragam suku dan membangun organisasi sehingga tidak terjadi
latar belakang budaya yang berbeda antara salah persepsi.
lain Batak, Karo, Minang, Aceh dan Jawa. Beberapa studi terdahulu yang terkait
Suku Batak, Karo, Minang dan Aceh, dengan kajian komunikasi lintas budaya telah
umumnya mereka yang sudah lama menetap di bahas oleh beberapa orang, di antaranya,
dan bahkan merupakan kelahiran Sumatera Lubis (2012a) yang melihat tentang
Utara. Sedangkan suku Jawa, beberapa di komunikasi antarbudaya etnis Tionghoa dan
antaranya merupakan asli kelahiran Jawa dan Pribumi di Kota Medan. Dimana hasil
baru menginjakkan kaki ke Medan sejak penelitiannya menemukan bahwa agama dan
mereka diterima menjadi pegawai di LPMP kepercayaan adalah suatu yang hak dan tidak
Sumut. Sedikitnya terdapat 3 orang PNS yang dapat dipisahkan, dalam perjalanannya
merupakan kelahiran asli Jawa yang pernikahan dengan pribumi memberikan
E-ISSN: 2580-6955 Publisher : UMSU Press
Rudianto, Akhyar. A I Komunikasi Organisasi Antar Budaya di Lembaga…. 13

kesepakatan bersama terkait dengan Rahayuningsih (2014) dalam


keyakinan yang dimiliki. Dalam kajian penelitiannya tentang komunikasi lintas
lainnya, Lubis (2012b) melalui penelitiannya budaya dalam organisasi, menemukan bahwa
tentang komunikasi antarbudaya Tionghoa komunikasi lintas budaya tidak dapat
dan Pribumi dalam penggunaan bahasa, dihindari dari perkembangan perekonomian
menemukan bahwa keragaman bahasa di global, dimana pelibatan pegawai atau
Medan unik, terbuka dan toleran, selama karyawan yang berasal dari berbagai daerah
penggunaan bahasa ibu (bahasa daerah) dapat dan negara, mengharuskan roda organisasi
ditempatkan pada tempatnya dan tetap harus berjalan meskipun terdapatnya
memberikan kenyamanan dalam berinteraksi. faktor bahasa sebagai kendala dalam interaksi
Hasil penelitian lainnya, terkait sehari-hari. Winarti (2017) melalui
dengan komunikasi lintas budaya wisatawan penelitiannya menegaskan bahwa
asing dan penduduk lokal di Bukit Lawang, menambahkan refleksi diri dalam proses
Rudianto dkk (2015) menemukan faktor memahami interaksi dalam budaya dan
perbedaan budaya, bahasa dan kebiasaan bahasa yang berbeda akan menambah nilai
sehari-hari menjadi kendala dalam diri dalam mengurangi etnosentrisitas.
berinteraksi, baik yang dihadapi oleh Melihat kondisi tersebut, peneliti
wisatawan asing maupun penduduk setempat. tertarik untuk mengamati bagaimana interaksi
Terkait dengan interaksi ini, Martin dan yang terjadi antara PNS asal Jawa dengan
Nakayama (2010) menegaskan terdapat PNS lain yang merupakan penduduk lokal
empat cara yang dapat di tempuh, yakni Sumatera Utara dan hambatan apa saja yang
melalui proses asimilasi, separasi, integrasi dialami dalam proses interaksi dan sosialisasi
maupun marjinalisasi. Penyesuaian diri yang dalam sehari-hari.
dilakukan terhadap lingkungan kerja dan
tempat tinggal dengan suasana dan situasi Metode Penelitian
yang baru pastinya akan menimbulkan rasa Riset ini menggunakan pendekatan
sensitive, cemas, frustrasi bahkan subyektif -interpretif. Pendekatan ini
pertentangan (Thariq & Anshori, 2017). bertujuan untuk menjelaskan fenomena
Matsumoto & Sung (2011) melihat bahwa dengan sedalam-dalamnya melalui
kajian terkait dengan perbedaan sikap, nilai, pengumpulan data sedalam-dalamnya.
tujuan dan norma dapat bermanfaat bagi Husserl (1970) menjelaskan faham
pengembangan keilmuan dalam melihat fenomenologis mencoba untuk memahami
bentuk perbedaan yang ada. budaya melalui pandangan pemilik budaya
atau pelakunya. Metode pengumpulan data
E-ISSN: 2580-6955 Publisher : UMSU Press
14 Jurnal Interaksi : Jurnal Ilmu Komunikasi | Volume: 5 | Nomor: 1 | Edisi Januari 2021 | hlm 11 - 19

yang digunakan adalah wawancara dan orang di Medan juga dikenal suka bercanda
observasi. Responden atau informan dalam dan kemudian tertawa terbahak-bahak dengan
penelitian ini adalah PNS asal Jawa dan PNS keras.
lokal yang bekerja di LPMP Sumut. Analisis Dalam interaksi berkaitan dengan
data dilakukan melalui bentuk naratif induktif pekerjaan, PNS asal Jawa pada masa tahun-
yaitu dengan cara mengumpulkan tahun pertama bekerja mengalami apa yang
keseluruhan data mentah dan menyusunnya disebut gegar budaya. Mereka mengaku
berdasarkan kategori-kategori, menjelaskan seperti terasing berada diantara orang lain
hubungan-hubungan antara kategori, dan yang berbeda budaya. Pengenalan sepintas
membangun atau menjelaskan teori melalui atau lebih tepatnya prasangka terhadap orang
teknik triangulasi untuk memperoleh hasil Medan atau batak yang kasar dan keras
yang dapat diandalkan (Moleong, 2000). menjadi gangguan pertama saat mula-mula
bekerja di LPMP Sumut. Hal itu membuat
Hasil Penelitian dan Pembahasan mereka agak berhati-hati dan menjaga
Umumnya para PNS yang berasal dari perilaku dan komunikasi mereka saat bertemu
Pulau Jawa lahir, besar dan menempuh dengan pegawai lain. Sebagai orang yang
pendidikan dari tingkat dasar hingga lahir dan besar di Jawa, mereka tidak banyak
perguruan tinggi di Pulau Jawa. Mereka mengenal dan berinteraksi dengan orang-
antara lain berasal dari Yogyakarta dan Jawa orang bersuku Batak.
Tengah. Karena itu, latar belakang budaya Bahasa meski sama-sama
Jawa amat melekat erat dalam kebiasaan, adat menggunakan Indonesia, namun dialek dan
istiadat dan nilai-nilai yang mereka pakai beberapa kosa kata terdapat perbedaan yang
dalam kehidupan sehari-hari. Karena diterima terkadang menimbulkan saling tidak paham
sebagai PNS di LPMP Sumut, mereka harus antara mereka. Gara-gara ketidakpahaman
menetap mungkin hingga pensiun di kota itu, PNS asal Jawa, sering dimarahi pimpinan
Medan dan berbaur dengan PNS lain yang saat forum rapat karena sering salah
berasal dari Sumatera Utara. memahami pertanyaan dan pernyataan dari
1. Gegar budaya PNS asal Jawa atasan. Dahulu, seorang Kepala LPMP sumut
Dari hasil wawancara, informan yang yang telah pensiun, jika memarahi anak
merupakan PNS asal Jawa mengaku pada buahnya akan memaki orang tersebut dengan
awalnya merasa shock saat baru menetap di suara keras di depan orang banyak dengan
Medan. Di kantor mereka merasa tidak kata “lateung”. Hal ini sempat membuat para
nyaman dengan kebiasaan PNS dari Sumatera PNS asal Jawa terkejut dan ketakutan dengan
yang suka berbicara keras dan kasar. Orang- peristiwa itu. Belakangan, mereka tahu kata
E-ISSN: 2580-6955 Publisher : UMSU Press
Rudianto, Akhyar. A I Komunikasi Organisasi Antar Budaya di Lembaga…. 15

“lateung” adalah dari bahasa batak yang menyebutkan sepeda motor bukan “kereta
maksudnya buah terong yang busuk dan tidak api”. Kata kali berarti “sangat atau “amat”
berguna. Jadi, orang yang diberi label berbeda dengan di Jawa yang berarti sungai.
“lateung” oleh sang Kepala biasanya untuk Hal yang sama juga dialami PNS lokal
mereka yang bekerja tidak becus alias yang awalnya merasa agak asing dengan PNS
melakukan kesalahan. Hal ini sebagaimana asal Jawa yang terkesan pendiam dan lambat.
hasil penelitian dari Lusiana (2012a) yang Stereotype orang Jawa yang lemah lembut
menyatakan bahwa keragaman bahasa di awalnya cukup melekat di benak PNS lokal.
Kota Medan menjadikan Medan unik karena Karena itu, terkadang untuk membantu agar
bahasa dirasakan bukanlah sesuatu hal yang PNS asal Jawa keluar dari ketidaknyamanan,
perlu dijadikan masalah asalkan pihak-pihak terkadang PNS lokal merendahkan intonasi
yang berkomunikasi tahu menempatkan di suaranya saat berbicara dengan mereka yang
mana bahasa daerah (bahasa ibu) tersebut dari Jawa. Menggunakan beberapa kota kata
digunakan. Jawa juga dilakukan untuk menjembatani
Gegar budaya juga dirasakan karena komunikasi diantara mereka, meski dipakai
PNS asal Jawa tidak menemukan suasana dengan dialek yang tidak pas. PNS yang
yang serupa dengan yang mereka biasa bersuku batak biasanya menggunakan
rasakan di kampung mereka di Jawa. Bentuk kalimat “piye kabare mas” dengan logat batak
wajah orang-orang batak yang memiliki untuk mengakrabkan diri dengan PNS asal
rahang persegi yang terkesan tegas, awalnya Jawa. Dalam hal bahasa, antara PNS asal
dianggap oleh mereka yang berasal dari Jawa Jawa dan lokal, pada masa awal interaksi
sebagai orang yang keras dan sombong. sempat terjadi gegar budaya. Namun dalam
Selain itu mereka sering mendapati PNS lokal kurun waktu dua tahun, mereka berusaha
saling berbicara dengan bahasa batak dengan melakukan penyamaan pemahaman terhadap
intonasi yang tinggi. Hal ini menjadikan perilaku berbahasa. Pendatang, dalam hal ini
makna tersendiri bagi mereka yang berasal mereka yang dari Jawa memutuskan
dari Jawa. meninggalkan budaya berbahasa mereka dan
2. Proses Asimilasi dan Integrasi PNS asal berasimilasi dengan bahasa Indonesia dengan
Jawa dan PNS Lokal dialek dan budaya Medan. Alhasil, kini
Belakangan, setelah melewati masa setelah lebih dari 5 tahun menetap di Medan
kerja sekitar 2-3 tahun, PNS asal Jawa mulai dan bekerja di LPMP Sumut, PNS asal Jawa
terbiasa dengan dialek dan kosa kata sudah menggunakan intonasi suara tinggi
Indonesia bergaya Medan. Penggunaan kata ketika berbicara dengan orang lain.
kereta misalnya menjadi biasa dipakai untuk
E-ISSN: 2580-6955 Publisher : UMSU Press
16 Jurnal Interaksi : Jurnal Ilmu Komunikasi | Volume: 5 | Nomor: 1 | Edisi Januari 2021 | hlm 11 - 19

Begitupun, PNS asal Jawa dan PNS membuat mereka yang berasal dari Jawa
lokal tetap mempertahankan bahasa asli menyebar ke berbagai gugus tugas. Ada yang
mereka masing-masing saat berkomunikasi ditempatkan di Bagian Umum, Seksi Data
dengan sesamanya. Bertemu sesama asal dan Informasi, Seksi Penjaminan Mutu
Jawa, maka mereka akan menggunakan Pendidikan dan Seksi Pemberdayaan
bahasa Jawa. Alasannya, mereka lebih Sumberdaya Pendidikan.
nyaman dan merasa dekat dengan budaya Dengan sistem pembagian tugas dan
kampungnya saat berbahasa Jawa dengan pekerjaan tersebut, PNS asal Jawa dan lokal
sesamanya. Dalam hal ini, bahasa menjadi harus berintegrasi dalam pekerjaannya meski
representasi kampung halaman mereka. Sama memiliki latar belakang perbedaan budaya,
halnya dengan PNS lokal misalnya yang kebiasaan dan Bahasa. Tak jarang, mereka
bersuku batak. Mereka tak jarang berbincang saling berdiskusi, bepergian bersama dalam
dalam bahasa batak jika bertemu dengan rangka pekerjaan dan interaksi lainnya baik di
sesama orang batak terutama dalam hal-hal dalam maupun di luar kantor. Suatu ketika,
yang bersifat informal di kantor. misalnya mereka ditugaskan ke daerah
Untuk urusan pekerjaan, sebenarnya pedalaman di Sumatera Utara dalam kurun
tidak terlalu banyak masalah yang terjadi waktu 7 hari. Maka mereka harus tinggal
akibat perbedaan budaya antara mereka yang dalam satu kamar dan berbaur dalam urusan
berasal dari Jawa dengan yang berasal dari kebiasaan, bahasa dan makanan. Dengan
Sumatera. Meski demikian, bukan tidak situasi itu, antara mereka yang berasal dari
terdapat persoalan karena perbedaan latar Jawa dengan yang dari Sumatera, menjadi
budaya tersebut. Biasanya, mereka yang lebih terintegrasi dalam banyak hal.
berasal dari Jawa akan lebih terbuka dan lebih Perbedaan budaya ini jangan sampai
dekat dibandingkan dengan mereka yang menimbulkan pertikaian berkepanjangan,
berasal dari Sumatera. Perasaan sesama (Smaldino, 2019) mengutarakan perbedaan
perantau dan memiliki kesamaan bahasa dan identitas sosial yang menyebabkan
budaya, membuat PNS asal Jawa lebih terciptanya dinamika-dinamika dalam
nyaman jika secara terbuka membicarakan lingkungan seharusnya mampu di mobilisir
persoalan-persoalan berkaitan dengan tugas- menjadi kekuatan dalam mewujudkan tujuan
tugas dan pekerjaan. Namun karena tuntutan bersama.
tugas pokok dan fungsi organisasi, harus

E-ISSN: 2580-6955 Publisher : UMSU Press


Rudianto, Akhyar. A I Komunikasi Organisasi Antar Budaya di Lembaga…. 17

Gambar 1. Model Komunikasi Antar Budaya di LPMP Sumut

Migrant-Host Relationship

Asimilasi Separasi Integrasi Marjinalisasi

Interaksi PNS asal Jawa dan PNS


Lokal di LPMP Sumut Interaksi Simbolik

Sumber: Hasil Penelitian


3. Marjinalisasi dan Jarak antara PNS asal mereka yang berasal dari Jawa. Ketika
Jawa dan Lokal Kepala LPMP Sumut berasal dari Jawa
Meski dalam beberapa hal telah tengah, maka yang menjadi ajudan dan
terjadi asimilasi dan integrasi antara PNS asal sekretaris kepala adalah PNS yang berasal
Jawa dan PNS Lokal, namun tetap saja ada dari Jawa. Begitu juga dahulu, saat Kepala
pemisahan untuk situasi tertentu. Saat Kepala LPMP merupakan putra daerah, maka yang
LPMP Sumut dipimpin oleh orang yang menjadi orang kepercayaannya adalah PNS
berasal dari Sumatera Utara, maka orang- asli Sumatera Utara.
orang yang dipilih menjadi “ring-1” kepala Untuk urusan kekuasan dan pekerjaan
adalah mereka yang berasal dari Sumatera penting, kelihatannya perbedaan latar
Utara atau satu suku dengan Kepala. Hal ini belakang suku dan budaya menjadi alasan
diakui oleh para PNS asal Jawa. Saat itu, untuk terjadinya pemisahan-pemisahan
beberapa pekerjaan penting misalnya bidang dalam batas-batas tertentu. Setidaknya itu
keuangan dan umum dipegang oleh mereka yang dimaknai oleh PNS yang berasal dai
yang berasal dari Sumatera. Begitu pula untuk Sumatera Utara ketika saat ini, PNS asal Jawa
yang menjadi ajudan kepala. Sebaliknya diperankan menjadi ajudan kepala dan
terjadi saat ini ketika Kepala LPMP Sumut beberapa yang lain memegang pekerjaan
berasal dari Jawa Tengah, orang-orang yang kunci di kantor. Meski demikian, hal ini
berada dekat dengan kepala atau yang dibantah oleh PNS asal Jawa. Mereka
memegang pekerjaan penting diisi oleh mengaku sama sekali tidak memisahkan diri
E-ISSN: 2580-6955 Publisher : UMSU Press
18 Jurnal Interaksi : Jurnal Ilmu Komunikasi | Volume: 5 | Nomor: 1 | Edisi Januari 2021 | hlm 11 - 19

berdasarkan budaya untuk pekerjaan yang mengalami gegar budaya dalam bekerja di
mereka lalukan. Mereka menilai terjadi LPMP Sumut karena memasuki tempat baru
kesalahtafsiran dilakukan oleh PNS lokal atas dengan budaya yang baru dari tempat asalnya.
apa yang sedang terjadi. PNS asal lokal PNS asal Jawa dan lokal masing-masing
cenderung mempertahankan budayanya memiliki pemaknaan sendiri-sendiri terhadap
sebagai tuan rumah dalam berinteraksi sesamanya berdasarkan stereotipe yang
dengan PNS asal pulau Jawa. PNS asal Jawa selama ini mereka ketahui. PNS asal Jawa
berupaya untuk berasimilasi dan berintegrasi dalam beberapa hal melepaskan latar
dengan PNS lain yang berasal dari Sumatera budayanya dan memilih untuk berbaur
Utara agar mereka bisa diterima dan tidak dengan budaya yang baru. PNS asal Jawa
termarginalisasi dalam pekerjaan. perlahan berasimilasi dengan budaya lokal
Meski begitu, PNS asal Jawa tidak dalam hal bahasa dan kebiasaan hidup sehari-
pernah merasa terkucil kan dengan perbedaan hari berkaitan dengan pekerjaan di kantor.
budaya yang ada. Mereka mengaku konflik Pembagian tugas pokok dan fungsi menurut
dan jarak sosial yang terjadi antara mereka struktur organisasi, membuat PNS asal Jawa
dengan PNS lokal lebih bersifat alamiah dan dan lokal berintegrasi dalam menjalankan
tidak sampai mengganggu pekerjaan. Hal ini tugas dan tanggung jawabnya.
seiring dengan apa yang disampaikan Saputra Konflik dan jarak antara PNS asal
(2019) dalam hasil penelitiannya terkait Jawa dan lokal terjadi berkaitan dengan
dengan komunikasi antar budaya mahasiswa pemusatan pekerjaan penting dan kekuasaan.
di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Saat LPMP Sumut dipimpin Kepala berasal
Yogyakarta. Dimana ia menyatakan bahwa dari Sumut, maka PNS asal Jawa merasa
hambatan yang berlangsung antara terpinggirkan karena pekerjaan penting dan
mahasiswa lokal dengan mahasiswa orang-orang dekat Kepala diambil dari PNS
pendatang, tidak lantas menghalangi mereka berlatarbelakang suku batak. Demikian juga
untuk saling mengenal, mempelajari, terjadi sebaliknya. Ketika Kepala LPMP
beradaptasi dan mengakulturasikan berasal dari Jawa, maka PNS lokal
antarbudaya sesama mereka. mengesankan pekerjaan penting hanya
diprioritaskan bagi PNS asal Jawa. Dalam
Penutup interaksinya, tidak ada peminggiran yang
Perbedaan latar belakang budaya di terjadi antara PNS asal Jawa dengan PNS
LPMP Sumatera Utara antara PNS asal Jawa berasal dari Sumatera. Meski terdapat
dan PNS lokal pada awalnya mengalami beberapa perbedaan dan konflik, namun tidak
masalah dalam berinteraksi. PNS asal Jawa
E-ISSN: 2580-6955 Publisher : UMSU Press
Rudianto, Akhyar. A I Komunikasi Organisasi Antar Budaya di Lembaga…. 19

sempat terjadi pengucilan terhadap seseorang Rahayuningsih, I. (2014). Komunikasi lintas


budaya dalam organisasi. Jurnal
PNS karena latarbelakang budaya dan suku.
Psikosains, 9(2), 91–100.
DAFTAR PUSTAKA
Rudianto, Syam, T., & Harahap, M. S. (2015).
Husserl, E. (1970). The Idea of Komunikasi Lintas Budaya Wisatawan
Phenomenology (4 (ed.)). Netherlands: Asing dan Penduduk Lokal di Bukit
Martinus Nijhoff. Lawang. Jurnal Simbolika,
1(September), 188–193.
Judith N. Martin, T. K. N. (2010).
Intercultural Communication in Saputra, E. (2019). Komunikasi Antarbudaya
Context (Fifth). McGraw-Hill. Etnis Lokal Dengan Etnis Pendatang :
Studi Kasus Mahasiswa/I Fakultas
Lubis, L. A. (2012a). Komunikasi Antar
Adab Dan Ilmu Budaya Uin Sunan
Budaya Etnis Tionghoa dan Pribumi di
Kalijaga Yogyakarta. Interaksi: Jurnal
kota Medan. Jurnal Ilmu Komunikasi,
Ilmu Komunikasi, 8(1), 28.
10(1), 13–27.
https://doi.org/10.14710/interaksi.8.1.2
Lubis, L. A. (2012b). Komunikasi 8-33
Antarbudaya Tionghoa dan Pribumi
Smaldino, P. E. (2019). Social identity and
dalam Penggunaan Bahasa. Jurnal Ilmu
cooperation in cultural evolution.
Komunikasi, 10(3), 285–294.
Behavioural Processes,
Matsumoto, D., & Sung, H. (2011). 161(November), 108–116.
Cooperation and competition in https://doi.org/10.1016/j.beproc.2017.1
intercultural interactions. International 1.015
Journal of Intercultural Relations,
Thariq, M., & Anshori, A. (2017).
35(5), 677–685.
Komunikasi adaptasi mahasiswa
https://doi.org/10.1016/j.ijintrel.2011.0
indekos. Jurnal Interaksi |, 1(2), 156–
2.017
173.
Moleong, L. J. (2000). Metodologi Penelitian
Winarti, O. (2017). Intercultural Competence
Kualitatif. Bandung: Remaja
in Fostering Teachers’ Reflection in
Rosdakarya.
Understanding Students’ Diversity.
Mulyana, D. (2005). Komunikasi Efektif Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian
Suatu Pendekatan Lintasbudaya. Journal of Communications Studies),
Bandung: Remaja Rosdakarya. 1(1), 31–45.
https://doi.org/10.25139/jsk.v1i1.65

E-ISSN: 2580-6955 Publisher : UMSU Press

Anda mungkin juga menyukai