5301 12761 1 PB
5301 12761 1 PB
5301 12761 1 PB
ABSTRACT
This article is based on the background of the condition of organizational communication at the North
Sumatra Education Quality Assurance Agency (LPMP) which involves staff with various cultural
backgrounds. In particular, the difference between Civil Servants (PNS) who came from Java and those
from North Sumatra. The main objective is to find out the patterns of interaction between civil servants
from Java and local civil servants in the LPMP North Sumatra environment. This study was conducted
through a qualitative method with an interpretive subjective approach in an effort to explain the
phenomenon in depth through data collection by interview and observation. Data analysis in the form
of inductive narrative through triangulation techniques. The results of this research found that due to
differences in cultural backgrounds, civil servants from Java and local civil servants initially
experienced problems in interacting. Civil servants from Java experienced a cultural shock in working
at the North Sumatra LPMP because they entered a new place with a new culture from their place of
origin. In their interactions, there is no marginalization between civil servants from Java and civil
servants from Sumatra. Even though there are differences and conflicts, there is no time for exclusion
of a civil servant because of his cultural and ethnic background.
Keywords: Organizational Communication, Interaction, intercultural Communication, Cultural
Concussion.
ABSTRAK
Artikel ini disajikan atas dasar kondisi komunikasi organisasi di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
(LPMP) Sumatera Utara yang melibatkan staf dengan berbagai latar belakang budaya, Khususnya
perbedaan antara Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berasal dari Jawa dengan yang berasal dari Sumatera
Utara. Tujuan utama artikel ini untuk mengetahui pola interaksi antara PNS asal Jawa dengan PNS lokal
di lingkungan LPMP Sumatera Utara. Dengan asumsi mereka yang lahir dan menetap lama di Sumatera
Utara meskipun berasal dari suku lain di Sumatera Utara, cenderung lebih mudah berinteraksi dengan
pegawai lain. Kajian ini dilakukan melalui metode kualitatif dengan pendekatan subyektif interpretatif
dalam upaya menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data dengan
wawancara dan observasi. Analisis data dalam bentuk naratif induktif. Hasil riset ini menemukan karena
perbedaan latar belakang budaya, PNS asal Jawa dan PNS lokal pada awalnya mengalami masalah
dalam berinteraksi. PNS asal Jawa mengalami gegar budaya dalam bekerja di LPMP Sumut karena
memasuki tempat baru dengan budaya yang baru dari tempat asalnya. PNS asal Jawa dan lokal masing-
masing memiliki pemaknaan sendiri-sendiri terhadap sesamanya berdasarkan stereotipe yang selama ini
mereka ketahui. Dalam interaksinya, tidak ada peminggiran yang terjadi antara PNS asal Jawa dengan
PNS berasal dari Sumatera. Meski terdapat beberapa perbedaan dan konflik, namun tidak sempat terjadi
pengucilan terhadap seseorang PNS karena latarbelakang budaya dan suku.
Kata kunci : Komunikasi Organisasi, Interaksi, Komunikasi Antar Budaya, Gegar Budaya
Pendahuluan
Lembaga penjaminan mutu Sumut adalah satu dari 33unit pelaksana
pendidikan Sumatera Utara atau LPMP teknis di lingkungan Kementerian Pendidikan
yang digunakan adalah wawancara dan orang di Medan juga dikenal suka bercanda
observasi. Responden atau informan dalam dan kemudian tertawa terbahak-bahak dengan
penelitian ini adalah PNS asal Jawa dan PNS keras.
lokal yang bekerja di LPMP Sumut. Analisis Dalam interaksi berkaitan dengan
data dilakukan melalui bentuk naratif induktif pekerjaan, PNS asal Jawa pada masa tahun-
yaitu dengan cara mengumpulkan tahun pertama bekerja mengalami apa yang
keseluruhan data mentah dan menyusunnya disebut gegar budaya. Mereka mengaku
berdasarkan kategori-kategori, menjelaskan seperti terasing berada diantara orang lain
hubungan-hubungan antara kategori, dan yang berbeda budaya. Pengenalan sepintas
membangun atau menjelaskan teori melalui atau lebih tepatnya prasangka terhadap orang
teknik triangulasi untuk memperoleh hasil Medan atau batak yang kasar dan keras
yang dapat diandalkan (Moleong, 2000). menjadi gangguan pertama saat mula-mula
bekerja di LPMP Sumut. Hal itu membuat
Hasil Penelitian dan Pembahasan mereka agak berhati-hati dan menjaga
Umumnya para PNS yang berasal dari perilaku dan komunikasi mereka saat bertemu
Pulau Jawa lahir, besar dan menempuh dengan pegawai lain. Sebagai orang yang
pendidikan dari tingkat dasar hingga lahir dan besar di Jawa, mereka tidak banyak
perguruan tinggi di Pulau Jawa. Mereka mengenal dan berinteraksi dengan orang-
antara lain berasal dari Yogyakarta dan Jawa orang bersuku Batak.
Tengah. Karena itu, latar belakang budaya Bahasa meski sama-sama
Jawa amat melekat erat dalam kebiasaan, adat menggunakan Indonesia, namun dialek dan
istiadat dan nilai-nilai yang mereka pakai beberapa kosa kata terdapat perbedaan yang
dalam kehidupan sehari-hari. Karena diterima terkadang menimbulkan saling tidak paham
sebagai PNS di LPMP Sumut, mereka harus antara mereka. Gara-gara ketidakpahaman
menetap mungkin hingga pensiun di kota itu, PNS asal Jawa, sering dimarahi pimpinan
Medan dan berbaur dengan PNS lain yang saat forum rapat karena sering salah
berasal dari Sumatera Utara. memahami pertanyaan dan pernyataan dari
1. Gegar budaya PNS asal Jawa atasan. Dahulu, seorang Kepala LPMP sumut
Dari hasil wawancara, informan yang yang telah pensiun, jika memarahi anak
merupakan PNS asal Jawa mengaku pada buahnya akan memaki orang tersebut dengan
awalnya merasa shock saat baru menetap di suara keras di depan orang banyak dengan
Medan. Di kantor mereka merasa tidak kata “lateung”. Hal ini sempat membuat para
nyaman dengan kebiasaan PNS dari Sumatera PNS asal Jawa terkejut dan ketakutan dengan
yang suka berbicara keras dan kasar. Orang- peristiwa itu. Belakangan, mereka tahu kata
E-ISSN: 2580-6955 Publisher : UMSU Press
Rudianto, Akhyar. A I Komunikasi Organisasi Antar Budaya di Lembaga…. 15
“lateung” adalah dari bahasa batak yang menyebutkan sepeda motor bukan “kereta
maksudnya buah terong yang busuk dan tidak api”. Kata kali berarti “sangat atau “amat”
berguna. Jadi, orang yang diberi label berbeda dengan di Jawa yang berarti sungai.
“lateung” oleh sang Kepala biasanya untuk Hal yang sama juga dialami PNS lokal
mereka yang bekerja tidak becus alias yang awalnya merasa agak asing dengan PNS
melakukan kesalahan. Hal ini sebagaimana asal Jawa yang terkesan pendiam dan lambat.
hasil penelitian dari Lusiana (2012a) yang Stereotype orang Jawa yang lemah lembut
menyatakan bahwa keragaman bahasa di awalnya cukup melekat di benak PNS lokal.
Kota Medan menjadikan Medan unik karena Karena itu, terkadang untuk membantu agar
bahasa dirasakan bukanlah sesuatu hal yang PNS asal Jawa keluar dari ketidaknyamanan,
perlu dijadikan masalah asalkan pihak-pihak terkadang PNS lokal merendahkan intonasi
yang berkomunikasi tahu menempatkan di suaranya saat berbicara dengan mereka yang
mana bahasa daerah (bahasa ibu) tersebut dari Jawa. Menggunakan beberapa kota kata
digunakan. Jawa juga dilakukan untuk menjembatani
Gegar budaya juga dirasakan karena komunikasi diantara mereka, meski dipakai
PNS asal Jawa tidak menemukan suasana dengan dialek yang tidak pas. PNS yang
yang serupa dengan yang mereka biasa bersuku batak biasanya menggunakan
rasakan di kampung mereka di Jawa. Bentuk kalimat “piye kabare mas” dengan logat batak
wajah orang-orang batak yang memiliki untuk mengakrabkan diri dengan PNS asal
rahang persegi yang terkesan tegas, awalnya Jawa. Dalam hal bahasa, antara PNS asal
dianggap oleh mereka yang berasal dari Jawa Jawa dan lokal, pada masa awal interaksi
sebagai orang yang keras dan sombong. sempat terjadi gegar budaya. Namun dalam
Selain itu mereka sering mendapati PNS lokal kurun waktu dua tahun, mereka berusaha
saling berbicara dengan bahasa batak dengan melakukan penyamaan pemahaman terhadap
intonasi yang tinggi. Hal ini menjadikan perilaku berbahasa. Pendatang, dalam hal ini
makna tersendiri bagi mereka yang berasal mereka yang dari Jawa memutuskan
dari Jawa. meninggalkan budaya berbahasa mereka dan
2. Proses Asimilasi dan Integrasi PNS asal berasimilasi dengan bahasa Indonesia dengan
Jawa dan PNS Lokal dialek dan budaya Medan. Alhasil, kini
Belakangan, setelah melewati masa setelah lebih dari 5 tahun menetap di Medan
kerja sekitar 2-3 tahun, PNS asal Jawa mulai dan bekerja di LPMP Sumut, PNS asal Jawa
terbiasa dengan dialek dan kosa kata sudah menggunakan intonasi suara tinggi
Indonesia bergaya Medan. Penggunaan kata ketika berbicara dengan orang lain.
kereta misalnya menjadi biasa dipakai untuk
E-ISSN: 2580-6955 Publisher : UMSU Press
16 Jurnal Interaksi : Jurnal Ilmu Komunikasi | Volume: 5 | Nomor: 1 | Edisi Januari 2021 | hlm 11 - 19
Begitupun, PNS asal Jawa dan PNS membuat mereka yang berasal dari Jawa
lokal tetap mempertahankan bahasa asli menyebar ke berbagai gugus tugas. Ada yang
mereka masing-masing saat berkomunikasi ditempatkan di Bagian Umum, Seksi Data
dengan sesamanya. Bertemu sesama asal dan Informasi, Seksi Penjaminan Mutu
Jawa, maka mereka akan menggunakan Pendidikan dan Seksi Pemberdayaan
bahasa Jawa. Alasannya, mereka lebih Sumberdaya Pendidikan.
nyaman dan merasa dekat dengan budaya Dengan sistem pembagian tugas dan
kampungnya saat berbahasa Jawa dengan pekerjaan tersebut, PNS asal Jawa dan lokal
sesamanya. Dalam hal ini, bahasa menjadi harus berintegrasi dalam pekerjaannya meski
representasi kampung halaman mereka. Sama memiliki latar belakang perbedaan budaya,
halnya dengan PNS lokal misalnya yang kebiasaan dan Bahasa. Tak jarang, mereka
bersuku batak. Mereka tak jarang berbincang saling berdiskusi, bepergian bersama dalam
dalam bahasa batak jika bertemu dengan rangka pekerjaan dan interaksi lainnya baik di
sesama orang batak terutama dalam hal-hal dalam maupun di luar kantor. Suatu ketika,
yang bersifat informal di kantor. misalnya mereka ditugaskan ke daerah
Untuk urusan pekerjaan, sebenarnya pedalaman di Sumatera Utara dalam kurun
tidak terlalu banyak masalah yang terjadi waktu 7 hari. Maka mereka harus tinggal
akibat perbedaan budaya antara mereka yang dalam satu kamar dan berbaur dalam urusan
berasal dari Jawa dengan yang berasal dari kebiasaan, bahasa dan makanan. Dengan
Sumatera. Meski demikian, bukan tidak situasi itu, antara mereka yang berasal dari
terdapat persoalan karena perbedaan latar Jawa dengan yang dari Sumatera, menjadi
budaya tersebut. Biasanya, mereka yang lebih terintegrasi dalam banyak hal.
berasal dari Jawa akan lebih terbuka dan lebih Perbedaan budaya ini jangan sampai
dekat dibandingkan dengan mereka yang menimbulkan pertikaian berkepanjangan,
berasal dari Sumatera. Perasaan sesama (Smaldino, 2019) mengutarakan perbedaan
perantau dan memiliki kesamaan bahasa dan identitas sosial yang menyebabkan
budaya, membuat PNS asal Jawa lebih terciptanya dinamika-dinamika dalam
nyaman jika secara terbuka membicarakan lingkungan seharusnya mampu di mobilisir
persoalan-persoalan berkaitan dengan tugas- menjadi kekuatan dalam mewujudkan tujuan
tugas dan pekerjaan. Namun karena tuntutan bersama.
tugas pokok dan fungsi organisasi, harus
Migrant-Host Relationship
berdasarkan budaya untuk pekerjaan yang mengalami gegar budaya dalam bekerja di
mereka lalukan. Mereka menilai terjadi LPMP Sumut karena memasuki tempat baru
kesalahtafsiran dilakukan oleh PNS lokal atas dengan budaya yang baru dari tempat asalnya.
apa yang sedang terjadi. PNS asal lokal PNS asal Jawa dan lokal masing-masing
cenderung mempertahankan budayanya memiliki pemaknaan sendiri-sendiri terhadap
sebagai tuan rumah dalam berinteraksi sesamanya berdasarkan stereotipe yang
dengan PNS asal pulau Jawa. PNS asal Jawa selama ini mereka ketahui. PNS asal Jawa
berupaya untuk berasimilasi dan berintegrasi dalam beberapa hal melepaskan latar
dengan PNS lain yang berasal dari Sumatera budayanya dan memilih untuk berbaur
Utara agar mereka bisa diterima dan tidak dengan budaya yang baru. PNS asal Jawa
termarginalisasi dalam pekerjaan. perlahan berasimilasi dengan budaya lokal
Meski begitu, PNS asal Jawa tidak dalam hal bahasa dan kebiasaan hidup sehari-
pernah merasa terkucil kan dengan perbedaan hari berkaitan dengan pekerjaan di kantor.
budaya yang ada. Mereka mengaku konflik Pembagian tugas pokok dan fungsi menurut
dan jarak sosial yang terjadi antara mereka struktur organisasi, membuat PNS asal Jawa
dengan PNS lokal lebih bersifat alamiah dan dan lokal berintegrasi dalam menjalankan
tidak sampai mengganggu pekerjaan. Hal ini tugas dan tanggung jawabnya.
seiring dengan apa yang disampaikan Saputra Konflik dan jarak antara PNS asal
(2019) dalam hasil penelitiannya terkait Jawa dan lokal terjadi berkaitan dengan
dengan komunikasi antar budaya mahasiswa pemusatan pekerjaan penting dan kekuasaan.
di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Saat LPMP Sumut dipimpin Kepala berasal
Yogyakarta. Dimana ia menyatakan bahwa dari Sumut, maka PNS asal Jawa merasa
hambatan yang berlangsung antara terpinggirkan karena pekerjaan penting dan
mahasiswa lokal dengan mahasiswa orang-orang dekat Kepala diambil dari PNS
pendatang, tidak lantas menghalangi mereka berlatarbelakang suku batak. Demikian juga
untuk saling mengenal, mempelajari, terjadi sebaliknya. Ketika Kepala LPMP
beradaptasi dan mengakulturasikan berasal dari Jawa, maka PNS lokal
antarbudaya sesama mereka. mengesankan pekerjaan penting hanya
diprioritaskan bagi PNS asal Jawa. Dalam
Penutup interaksinya, tidak ada peminggiran yang
Perbedaan latar belakang budaya di terjadi antara PNS asal Jawa dengan PNS
LPMP Sumatera Utara antara PNS asal Jawa berasal dari Sumatera. Meski terdapat
dan PNS lokal pada awalnya mengalami beberapa perbedaan dan konflik, namun tidak
masalah dalam berinteraksi. PNS asal Jawa
E-ISSN: 2580-6955 Publisher : UMSU Press
Rudianto, Akhyar. A I Komunikasi Organisasi Antar Budaya di Lembaga…. 19