Anda di halaman 1dari 45

Editor Dr. Ir. Putu Ika Wahyuni, S.T., M.Si., M.T., IPM., ASEAN.

Eng Universitas Warmadewa


Dr. Ir. Hermawan, S.T., M.T. Unika Soegijapranata
Kadek Windy Candrayana, S.T., M.T. Universitas Warmadewa
Ir. I Wayan Gde Erick Triswandana, S.T., M.T. Universitas Warmadewa
I Putu Pranayoga Aditya Universitas Warmadewa
I Made Wahyu Anom Pramesti Universitas Warmadewa
I Kadek Adhitya Wiguna Universitas Warmadewa
Kadek Yonas Prameira Universitas Warmadewa

Design Prosiding I Made Surya Sukma Mahardhika, S.Kom., M.M Universitas Warmadewa

Alamat Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik dan Perencanaan


Universitas Warmadewa
Jl. Terompong No. 24 Sumerta Klod, Kecamatan Denpasar
Timur, Kota Denpasar, Bali 80235
No. Telp : (+62) 361 - 223858
Website : http://www.konteks.web.id/
Email : konteks16@gmail.com

Komite Ilmiah Ir. AY. Harijanto Setiawan, M.Eng., Ph.D.


Ferianto Raharjo, S.T., M.T.

Penerbit ITB Press


Jl. Ganesha No. 10, Bandung, Provinsi Jawa Barat, 40132
e-mail: office@itbpress.id
Website: www.itbpress.id

ii
Pandemi Covid-19 yang menerpa dunia dari tahun 2019 ini tentunya mengakibatkan perlambatan dari
semua kalangan sector. Perlambatan disebabkan oleh berkurangnya permintaan masyarakat yang
merupakan dampak dari pembatasan social (Sosial distancing) serta Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB), yang mana merupakan suatu strategi kebijakan untuk menekan penyebaran Covid-19 ini. Pada
bidang industry konstruksi dimana terjadi penundaan dan penangguhan proyek bangunan, anggaran
proyek yang terus membengkak akibat pandemic, serta anggaran proyek infrastruktur yang dialihkan
untuk bantuan social.
Tahun 2022, pelan-pelan perekonomian sudah mulai merangkak naik, dengan mulai digalangkannya
vaksin covid-19 bagi masyarakat, sehingga sector perekonomian mulai berjalan. Contohnya
penerbangan internasional sudah dibuka serta gencarnya pembangunan infrastruktur pada tahun 2022
yang sempat ditunda akibat pandemic Covid-19 ini. Namun, terjadi permasalahan lain akibat penundaan
dan penangguhan proyek ini, diantaranya yaitu inflasi yang tinggi, kenaikan suku bunga, dan
melambatnya pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan akan berdampak ada sektor konstruksi serta
menahan pendapatan riil dan daya beli, serta kemampuan pekerja proyek untuk bekerja yang menjadi
tantangan utama bagi bisnis konstruksi. Hal-hal ini pula yang harus menjadi perhatian bisnis konstruksi
sebagai bahan evaluasi untuk merancang strategi baru untuk menangani ketahanan industry di bidang
konstruksi pasca pandemic Covid-19.
Untuk menaungi suatu kompetisi, penemuan terbaru, serta karya dari peneliti, akademisi, insinyur, dan
praktisi dalam bidang konstruksi, maka diperlukan suatu forum yang dapat menjadi ruang dialog untuk
bertukar ide dan gagasan, hasil karya, dan berkompetisi dalam usaha meningkatkan kualitas dan
kompetisi dari peneliti, akademisi, insinyur, dan praktisi. Oleh karena itu, maka diadakanlah Konferensi
Nasional Teknik Sipil (KoNTekS), dimana merupakan suatu forum akademik khususnya di bidang Teknik
Sipil yang diadakan setiap tahun. KoNTeKS-16 tahun 2022 diadakan Oleh Universitas Warmadewa,
Universitas Ngurah Rai, Universitas Mahasaraswati, Politeknik Negeri Bali, serta Politeknik Transportasi
Darat Bali.
Karya akademik yang dihasilkan pada KoNTekS-16 yang disusun ke dalam Prosiding KoNTekS-16 tahun
2022 ini dapat memberikan perkembangan pengetahuan dari sisi peneliti, akademisi, insinyur, dan
praktisi dalam menghadapi pasca pandemic Covid-19 , terutama di bidang konstruksi. Diharapkan
kegiatan KoNTekS-16 tahun 2022 ini bisa dijadikan sarana untuk bertukar pikiran dalam menghadapi
permasalahan pasca Pandem Covid-19 yang sesuai dari bidang dan keahlian seperti Rekayasa Struktur,
Rekayasa Geoteknik, Rekayasa Transportasi, Keairan, Rekayasa Manajemen Konstruksi, serta Rekayasa
Infrastruktur dan Lingkungan, sehingga pengetahuan dan ilmu yang didapat bisa semakin diperbarui dan
dikembangkan untuk kemajuan di bidang akademik maupun dunia kerja yang berguna bagi dunia Teknik
Sipil di Indonesia.

iii
Pengarah : Prof. Dr. Ir. I Wayan Runa, M.T (Universitas Warmadewa)

Dr. Ir. I Gusti Agung Putu Eryani, M.T. (Universitas Warmadewa)

Dr. Ir. I Nengah Sinarta, S.T., M.T., IPM (Universitas Warmadewa)

Ir. Cokorda Agung Yujana, M.T., IPM (Universitas Warmadewa)

Ketua Panitia : Dr. Ir. Putu Ika Wahyuni, S.T, M.Si, M.T.,IPM (Universitas
Warmadewa)

Sekretaris : Ir. I Wayan Gde Erick Triswandana, S.T., M.T. (Universitas


Warmadewa)

Bendahara : Ir. Ni Made Widya Pratiwi, S.T., M.T. (Universitas Warmadewa)

Sie Acara : Ir. Ni Kadek Astariani, S.T., M.T (Universitas Ngurah Rai)

Ir. A.A. Sagung Dewi Rahadiani, S.T., M.T. (Universitas Warmadewa)

Ni Putu Silvi, S.T., M.T (Universitas Ngurah Rai)

Putu Eka Suartawan, S.T., M.T. (Politeknik Transportasi Darat Bali)

Budi Mardika, S.Pd., M.Pd. (Politeknik Transportasi Darat Bali)

Anggun Prima Gilang Rupaka, S.P, M.Si (Politeknik Transportasi Darat


Bali)

Ni Putu Way Kirana Putri Utami (202061121058)

Komang Pipin Indraswari Berata (202161121127)

Sie Persidangan : Ida Ayu Cri Vinantya Laksmi S.T. M.T. (Universitas Warmadewa)

Ni Kadek Ayu Cipta Dewi (202161121126)

Ni Putu Dea Alodya Gustafani (202061121023)

Dewa Ayu Nyoman Sriastuti, S.T., M.T (Universitas Warmadewa)

Sie Makalah & Percetakan : Kadek Windy Candrayana, S.T., M.T. (Universitas Warmadewa)

Ir. I Gusti Ngurah Eka Partama, S.T., M.Si (Universitas Ngurah Rai)

Dr. Ni Komang Ayu Agustini S.T., M.Eng. (Universitas Warmadewa)


Aris Budi Sulistyo, S.T., M.T. (Politeknik Transportasi Darat Bali)

Rahmat Ahmad, S.Pd., M.T. (Politeknik Transportasi Darat Bali)

I Putu Pranayoga Aditya (202061121092)

I Made Wahyu Anom Pramesti (202061121052)

I Kadek Adhitya Wiguna (202161121037)

Kadek Yonas Prameira (202161121032)

Sie Perlengkapan : Ir. I Ketut Yasa Bagiarta, M.T. (Universitas Warmadewa)

Ir. I Wayan Jawat, M.T. (Universitas Warmadewa)

I Wayan Alit Setiawan, S.T. (Universitas Warmadewa)

I Made Sedana Yoga, S.Kom (Universitas Warmadewa)

Putu Prabhu Wirautama, S.T. (Universitas Warmadewa)

Ida Bagus Wira haji ST., SAg.., MSi., MT (Universitas Hindu


Indonesia)

I Ketut Agus Mahardika (202161121116)

Pande Made Dwi Merta Kusuma (202161121085)

Anak Agung Gede Saka Pramana Agni (202161121091)

Sie Publikasi : Ir. Ni Komang Armaeni, S.T., M.T. (Universitas Warmadewa)

Arif Devi Dwipayana, S.T., M.M (Politeknik Transportasi Darat Bali)

Dinda One Mulyaningtyas, S.T, M.Si (Politeknik Transportasi Darat


Bali)

A.A. Bagus Oka Khrisna Surya, S.T, M.Ti (Politeknik Transportasi


Darat Bali)

Surya Aji Ermanto, M.Si (Politeknik Transportasi Darat Bali)

Sie Zoom & Recording : Ir. I Gede Angga Diputera, S.T., M.T. (Universitas Mahasaraswati)

I Gede Sukayasa, S.E. (Universitas Warmadewa)

I Gede Untung Wirawan (202061121116)

Agus Arya Pramana Maharat Fortunata (202061121015)

Anak Agung Gede Saka Pramana Agni (202161121091)


I Gusti Ngurah Putra Aryawan (202161121087)

Kadek Yonas Prameira (202161121032)

Sie Pendaftaran & Sertifikat : Ida Ayu Putu Sri Mahapatni, ST., MT (Universitas Hindu Indonesia)

Ni Made Krisna Werdi, S.T., M.T. (Universitas Warmadewa)


Ni Putu Lia Nita Rahayu, S.T. (Universitas Warmadewa)

I Putu Aris Suardimas Pradnya Winata (202161121013)

Silvia Angelina Kurniawan (202161121017)

Sie Designer : Ir. I Putu Agus Putra Wirawan, S.T., M.T. (Universitas
Mahasaraswati)

I Made Surya Sukma Mahardika, S.Kom., M.M. (Universitas


Warmadewa)

Ir. I Wayan Muliawan, M.T. (Universitas Warmadewa)

Sie Konsumsi dan Upakara : Ir. Anak Agung Rai Asmani K., M.T. (Universitas Warmadewa)

Dwi Wahyu Hidayat, S.T., M.T. (Politeknik Transportasi Darat Bali)

Putu Ayu Govika Krisna D. S.E., M.M. (Politeknik Transportasi Darat


Bali)

Dr. Made Novia Indriani, S.T., M.T (Universitas Hindu Indonesia)

Ni Luh Putu Andayani, S.H. (Universitas Warmadewa)

Ni Putu Nivia Dewi Sukranadi, S.E. (Universitas Warmadewa)

Ni Putu Dian Hartini, A.Md (Universitas Warmadewa)

Ni Luh Gede Indah Cahyani (202161121019)

Intan Angelicca (202161121014)

Rio Putra Carmawan (202161121090)

I Made Dwi Agustadana (202161121078)

Sie Publikasi & : I Made Adnyana Putra (202061121031)


Dokumentasi
I Gede Premananda Putra (202061121036)
Sie Sponsorship : I Gusti Agung Gede Nodya Dharmastika, S.T., M.T. (Universitas
Warmadewa)

Ir. Anak Agung Gede Sumanjaya, M.T. IPM. (Universitas


Warmadewa)

Tri Hayatining Pamungkas, S.T., M.T (Universitas Ngurah Rai)

Dr. Anak Agung Ayu Made Cahaya Wardani, S.T., M.T (Universitas
Hindu Indonesia)

Ir. I Gede Gegiranang Wiryadi, ST, MT (Universitas Mahasaraswati)

Sie Komite Ilmiah : Ir. AY. Harijanto Setiawan, M.Eng., Ph.D. (Universitas Atma Jaya
Yogyakarta)

Ferianto Raharjo, S.T., M.T. (Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Pengelola Website : Dr. Ir. Hermawan, ST., MT. (Unika Soegijapranata)

Alfredo Tjokrohadi (Unika Soegijapranata)

Eldisya M. Jebatu (Unika Soegijapranata)

Benny Ardhi Nugroho (Unika Soegijapranata)

Christopher Aditya Cahya Dewata (Unika Soegijapranata)

Antonius Erland Hendyayoga (Unika Soegijapranata)

Reviewer : Dr. Ir. I Nengah Sinarta, S.T., M.T, IPM, A.Eng

Ida Bagus Rai Widiarsa.ST.MAsc., Ph.D

Dr. Andy Prabowo, S.T., M.T

Dr. Lisa Oksri Nelfia, ST, MT, MSc

Vienti Hadsari,PhD

Made Dodiek Wirya Ardana, ST, MT

Dr.techn. Indra Noer Hamdhan, S.T., M.T.

Dr. Yuki Achmad Yakin, M.T.

Dr. Galuh Crismaningwang, S.T., M.T

Dr. A'azokhi Waruwu, S.T., M.T.

Dr. Ir. Efendhi Prih Raharjo, CIAR, CIRR, S.T., S.S.iT, M.T.

Dr. Imam Basuki


Dr. J Dwijoko Ansusanto

Dr. I Made Agus Ariawan, ST, MT

Dr. Ir. Dwi Prasetyanto, M.T.

Dr. Ir. Herman, M.T.

Prof. Ir. Leksmono S.P., M.T., Ph.D

Dr. Ir. I Made Sastra Wibawa, M.Erg

Dr. Ir. I Gusti Agung Putu Eryani, M.T

Dr. Ir. I Made Nada, M.Si

Dr.Ing. Agustina Kiky

I Putu Gustave Suryantara P. ST, M.Eng. PhD

Yessi Nirwana Kurniadi, S.T., M.T., Ph.D.

Dr.Eng. Fitri Suciaty, S.Si., M.Si.

Dr. Ir. Wati A. Pranoto, M.T

Dr. Ir. Putu Ika Wahyuni, ST, M.Si, MT, IPM, Asean.Eng

AY. Harijanto Setiawan,PhD

Dr. Ir. Nyoman Yudha Astana, MT.

Dr. Ir. Henny Wiyanto, M.T.

Dr. Ir. Hermawan, S.T., M.T.

Dr.Ir.Darmawan Pontan, SE., MT., M.M.

Kadek Diana Harmayani, ST, MT., Ph.D

Dr. Ir. Djoko Suwarno, M.Si.


ST-29
ANALISIS RESPON DINAMIK STRUKTUR TERHADAP KARAKTERISTIK GEMPA
YANG BERBEDA DENGAN METODE RIWAYAT WAKTU (TIME HISTORY)

Mutiara Dwi Putri Andriani1, Rini Mulyani2*, Yulcherlina3, Rita Anggraini4, dan Embun Sari Ayu5

1
Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Universitas Bung Hatta, Jl. Sumatera, Ulak Karang
e-mail: mutiara.dwiputri26@gmail.com
2*
Dosen Program Studi Teknik Sipil, Universitas Bung Hatta, Jl. Sumatera, Ulak Karang
e-mail: rinimulyani@bunghatta.ac.id
3
Dosen Program Studi Teknik Sipil, Universitas Bung Hatta, Jl. Sumatera, Ulak Karang
e-mail: yulcherlina@bunghatta.ac.id
4
Dosen Program Studi Teknik Sipil, Universitas Bung Hatta, Jl. Sumatera, Ulak Karang
e-mail: rita.anggraini@bunghatta.ac.id
5
Dosen Program Studi Teknik Sipil, Universitas Bung Hatta, Jl. Sumatera, Ulak Karang
e-mail: embunsari@bunghatta.ac.id

ABSTRAK
Gempa bumi sering terjadi di wilayah Indonesia dan seringkali mengakibatkan kerusakan pada struktur gedung.
Gempa dapat terjadi dengan karakteristik yang berbeda-beda tergantung pada magnitude, jarak patahan, dan
mekanisme sumber gempa pada suatu daerah. Pada prosedur respons riwayat waktu gempa, pemilihan catatan riwayat
waktu gempa yang digunakan dalam analisis akan sangat mempengaruhi respon yang terjadi pada suatu struktur.
Dalam penelitian ini, dilakukan kajian respon dinamik stuktur gedung dengan menggunakan prosedur respons riwayat
waktu. Catatan riwayat waktu gempa yang digunakan dibedakan berdasarkan jarak terhadap sumber gempa, yaitu
gempa jarak dekat (near-field), jarak menengah (medium-field) dan jarak jauh (far-field). Catatan gempa yang
digunakan adalah gempa Loma Prieta (1989) dan gempa Nortridge (1994) dengan mempertimbangkan keterbatasan
catatan riwayat waktu gempa yang ada di Indonesia. Percepatan gempa yang digunakan telah diskalakan sedemikian
rupa sehingga nilai rata-rata spektrum respons telah sesuai dengan yang disyaratkan pada SNI 1726: 2019. Dari hasil
analisis, peningkatan jarak terhadap pusat gempa akan menurunkan nilai spektral percepatan sekitar 11,39% untuk
gempa Loma prieta (1989). Sedangkan untuk gempa Northridge (1994), peningkatan jarak terhadap pusat gempa akan
menurunkan nilai spektral percepatan sebesar 17,27%. Gaya geser dasar nominal gempa (base shear) yang diperoleh
untuk gempa jarak dekat (near-field) menghasilkan nilai yang terbesar dibandingkan dengan gempa jarak menengah
dan jarak jauh. Untuk gempa Loma Prieta (1989), peningkatan jarak terhadap pusat gempa sebesar 1 km akan
menurunkan nilai gaya geser dasar nominal gempa sekitar 29,854 kN. Sedangkan untuk gempa Northridge (1994),
peningkatan jarak terhadap pusat gempa akan menurunkan nilai gaya geser dasar nominal gempa sebesar 15,689 kN.
Level kinerja struktur yang diperoleh dengan menggunakan rekaman gempa Loma Prieta (1989) dan gempa
Northridge (1994) yang telah diskalakan dengan PGA 0,65g adalah IO (Immediate Occupancy). Hal ini berarti bahwa
struktur masih memiliki kekuatan yang baik dalam menahan beban gempa, dimana struktur hanya mengalami sedikit
kerusakan akibat gempa tersebut.
Kata kunci: Gempa, Respons Riwayat Waktu, Perpindahan, Percepatan

1. PENDAHULUAN
Pada daerah yang memiliki tingkat risiko gempa yang tinggi, ketahanan struktur terhadap beban gempa merupakan
suatu syarat yang wajib dimiliki oleh struktur gedung. Menurut SNI 1726: 2019, terdapat beberapa prosedur analisis
yang dapat digunakan dalam penentuan beban gempa antara lain: Analisis Gaya Lateral Ekivalen, Analisis Spektrum
Respons Ragam dan Prosedur Respons Riwayat Waktu Gempa. Dalam aplikasinya, Analisis Gaya Lateral Ekivalen
dan Analisis Spektrum Respons Ragam memiliki keterbatasan dalam penggunaannya (BSN, 2019). Untuk gedung
yang tidak beraturan, bertingkat tinggi dan bersifat kompleks, harus digunakan prosedur respons riwayat waktu gempa
di dalam analisis. Prosedur respons riwayat waktu tersebut membutuhkan catatan riwayat waktu gempa yang sesuai
dengan karakteristik gempa yang terjadi di suatu daerah, yang tergantung pada magnitude, jarak patahan, dan
mekanisme sumber gempa di daerah tersebut (BSN, 2019). Akan tetapi, catatan riwayat waktu gempa di Indonesia
jumlahnya sangat terbatas. Penggunaan catatan riwayat waktu gempa yang sesuai dalam analisis struktur akan
mempengaruhi respons struktur yang dihasilkan dan akan berkorelasi langsung dengan ketahanan gedung terhadap
beban gempa. Jika sumber gempa dekat dengan pemukiman, kerusakan bangunan dapat terjadi. Tetapi jika pusat
gempa berada jauh dari pemukiman, maka getaran yang dirasakan kecil bahkan kadang getaran tidak terasa. Gempa
bumi dengan jarak dekat memiliki percepatan yang lebih tinggi dan frekuensi yang lebih terbatas dibandingkan dengan
gempa bumi dengan jarak jauh (Heydari dan Mousavi, 2015). Untuk itu, penelitian ini akan mengkaji bagaimana
pengaruh respons dinamik struktur gedung terhadap beban gempa dengan menggunakan prosedur respons riwayat
waktu. Catatan riwayat waktu gempa yang digunakan dibedakan berdasarkan jarak terhadap sumber gempa, yaitu
gempa jarak dekat (near-field), jarak menengah (medium-field) dan jarak jauh (far-field). Rekaman gempa yang
digunakan untuk menganalisis struktur pada penelitian ini adalah rekaman gempa Loma Prieta 1989 dan Northridge
1994 yang telah diskalakan sedemikian rupa sehingga nilai rata-rata spektrum respons telah sesuai dengan yang
disyaratkan pada SNI 1726: 2019.

2. TINJAUAN PUSTAKA
Prosedur Respons Riwayat Waktu Gempa (Time History Analysis)
Analisis respon dinamik riwayat waktu (time history) adalah suatu cara analisis dimana model matematik dari struktur
dikenakan riwayat waktu dari gempa-gempa hasil pencatatan atau dari gempa-gempa tiruan, untuk menentukan
riwayat waktu dari respon struktur. Analisis dinamik time history menggunakan akselerogram gempa yang diangkakan
sebagai gerakan tanah masukan (BSN, 2019). SNI 1726: 2013 mensyaratkan paling sedikit tiga gerak tanah digunakan
dalam analisis dinamik respon riwayat waktu. Gerak tanah yang digunakan harus diambil dari rekaman peristiwa
gempa yang memiliki magnitudo, jarak patahan, dan mekanisme sumber gempa yang konsisten dengan hal-hal yang
mengontrol ketentuan gempa maksimum yang dipertimbangkan. Apabila jumlah rekaman gerak tanah yang sesuai
tidak mencukupi maka harus digunakan rekaman gerak tanah buatan untuk menggenapi jumlah total yang dibutuhkan.
Gerak-gerak tanah tersebut harus diskalakan sedemikian rupa sehingga nilai rata-rata spektrum respons dengan
redaman 5% dari semua gerak tanah yang sesuai di situs tersebut tidak boleh kurang dari spektrum respons desain
setempat untuk rentang perioda dari 0,2T hingga 1,5T, di mana T adalah perioda getar alami struktur dalam ragam
getar fundamental untuk arah respons yang dianalisis.
Catatan gempa dari akselerogram yang akan dimodelkan pada struktur harus memiliki kemiripan kondisi geologi,
topografi dan seismologinya dengan lokasi struktur yang akan dimodelkan. Menurut Pawirodikromo (2012), analisis
dinamik riwayat waktu gempa (earthquake time history dynamic analysis) merupakan metode paling akurat, tetapi
memerlukan hitungan yang banyak dan waktu yang lama. Perbedaan utama antara analisis gempa secara statik dan
dinamik adalah pada karakteristik bangunan yang diperhitungkan dalam analisis. Konsep dinamik memperhitungkan
massa, kekakuan dan redaman, sedangkan konsep statik hanya memperhitungkan mode 1 saja, sehingga hanya cocok
untuk bangunan yang cenderung kaku atau bangunan tingkat rendah.

Karakteristik Gempa Berdasarkan Jarak Patahan


Kondisi atau tempat dimana suatu respon tanah atau percepatan tanah direkam pada jarak dekat disebut sebagai near-
field earthquake. Untuk batasan near-field earthquake sendiri tidak ada ketentuan secara pasti, dengan kisaran dalam
belasan hingga puluhan kilometer saja. Kalkan dkk. (2004) menyatakan batasan rekaman gempa near-fault adalah
gempa yang direkam ≤ 15 km dari patahan (fault rupture). Stewart dkk. (2001) mengungkapkan bahwa gempa
near-fault umumnya adalah gempa antara 20 - 60 km dari pusat gempa/fault rupture. Wang dkk. (2006)
menyampaikan bahwa near fault earthquake adalah gempa yang direkam pada jarak ≤ 90 km.
Gempa jarak jauh (far-field) memiliki prinsip yang bertolakbelakang dari gempa near-field. Apabila energi gempa
merambat pada jarak yang jauh (far-field), maka terdapat waktu yang cukup bagi tanah untuk menyerap sebagian
energi gempa. Semakin jauh gelornbang merambat, maka semakin besar energi gelombang gempa yang telah diserap
oleh media tanah. Secara umum gempa jarak dekat cenderung memiliki percepatan tanah yang besar, frekuensi getaran
yang tinggi, impulsif, fluktuatif, respon tanah batuan dan redaman yang besar, cenderung terjadi deamplifikasi
terhadap percepatan di permukaan tanah (Pawirodikromo, 2017).

3. METODOLOGI PENELITIAN
Studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu struktur gedung yang berfungsi sebagai rusunawa pada
daerah Lampung Selatan yang memiliki kondisi tanah lunak. Struktur gedung tersebut berjumlah 5 lantai dengan
sistem struktur beton bertulang. Tinggi gedung 20,5 m dan luas gedung adalah 961,35 m2. Panjang gedung 55, 25 m
dan lebar gedung 19,75 m dengan mutu beton pada pelat lantai, balok, kolom maupun shearwall adalah fc’-25 MPa.
Denah struktur gedung yang dianalisis dapat dilhat pada Gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1. Denah Struktur Gedung

Pemodelan Struktur dan Pembebanan


Pemodelan struktur dilakukan menggunakan program analisis struktur yang dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pemodelan Struktur Gedung

Pembebanan yang digunakan pada analisis struktur adalah sebagai berikut:


1. Beban gravitasi
Menurut SNI 1727: 2019, beban gravitasi adalah beban yang terdiri dari beban mati berupa berat sendiri struktur
dan beban mati tambahan, serta beban hidup.
2. Beban Gempa
Beban gempa menggunakan catatan akselerogram gempa Loma Prieta 1989 dan gempa Northridge 1994 dan
memperhitungkan respon spektrum parameter percepatan gempa lokasi struktur yang menjadi Studi kasus yaitu
respon spektrum Lampung Selatan. Peak Ground Acceleration (PGA) yang digunakan untuk daerah tersebut
adalah 0,65g dan periode getar alami struktur yang diperoleh dari hasil analisis modal adalah 0,525 detik. Respon
Spektrum Wilayah Lampung Selatan dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah ini.
Gambar 3. Grafik Respon Spektrum Wilayah Lampung Selatan

Penentuan Beban Gempa Menggunakan Prosedur Respons Riwayat Waktu Gempa


Untuk data catatan riwayat waktu gempa, diklasifikasikan berdasarkan jarak antara sumber gempa yang berbeda, yaitu
jarak dekat, jarak menengah maupun jarak jauh (near field, medium, dan far fields) dengan memperhatikan mekanisme
gempa yang terjadi. Rekaman gempa yang dipilih adalah rekaman gempa Loma Prieta yang terjadi pada tahun 1989
dan Northridge (1994). Magnitudo gempa Loma Prieta 1989 adalah Mw 6.9 dengan mekanisme gempa dip-strike slip.
Untuk gempa jarak dekat, menengah dan jauh, diambil dari rekaman gempa dengan jarak 10,9 km, 58,9 km dan 88,1
km dari pusat gempa. Sedangkan gempa Northridge 1994 memiliki magnitudo Mw 6,7 dengan jarak catatan gempa
yang diambil 13,3 km, 25,5 km dan 53,8 km dari pusat gempa untuk gempa jarak dekat, menengah dan jauh. Gempa
Northridge juga memiliki mekanisme kejadian gempa dip–strike slip, atau yang biasa disebut Oblique Reserve Fault,
yaitu merupakan jenis patahan kombinasi antara strike slip fault dan dip slip fault. Grafik catatan riwayat waktu untuk
kedua gempa tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.

Loma prieta (1989) - Jarak Dekat Northridge (1994) - Jarak Dekat

Loma prieta (1989) - Jarak Menengah Northridge (1994) - Jarak Menengah


Loma prieta (1989) - Jarak Jauh Northridge (1994) - Jarak Jauh

Gambar 4. Grafik catatan Riwayat waktu gempa yang digunakan dalam analisis.

Level Kinerja Struktur Berdasarkan ATC-40


Level kinerja struktur berdasarkan ATC-40 dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini. Untuk menentukan level kinerja
struktur gedung, dapat dihitung menggunakan rumus sesuai persamaan berikut.
𝐷𝑡
Makmimum total drift = (1)
𝐻𝑛
𝐷𝑡−𝐷1
Maksimum total in-elastic drift = (2)
𝐻𝑛

Keterangan :
Dt = displacement lantai atas
D1 = displacement lantai dasar
Hn = Tinggi Gedung
Tabel 1. Performance Level Menurut ATC-40
Interstory Drift Limit IO DC LS SS
Max Inelastic Drift 0,001 0,005 – 0,015 No Limit No limit
Max Total Roof Displ. Ratio 0,01 0,01 – 0,02 0,02 0,33
(Xmax/H)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Spektral Percepatan Gempa (Spectral Acceleration)
Spektral percepatan gempa yang digunakan adalah spektral percepatan gempa dengan nilai redaman 5 %. Berdasarkan
hasil analisis, untuk gempa Loma Prieta (1989), spektral percepatan terbesar adalah 42,1937 m/s 2 terjadi untuk gempa
dengan jarak dekat (10,9 km dari patahan) pada lantai 5 dengan periode 0,525 detik. Sedangkan untuk jarak menengah
(58,9 km dari patahan) diperoleh spektral percepatan maksimum 36.4321 m/s 2 pada periode 0,525 detik di lantai 5.
Untuk gempa dengan jarak jauh (88,1 km dari patahan), spektral percepatan maksimum adalah 33,4505 m/s 2 terjadi
pada periode 0,556 detik juga di lantai 5.
Untuk gempa Northridge (1994), pada gempa near-field (13,3 km dari patahan) spektral percepatan maksimum terjadi
pada periode 0,525 detik sebesar 16,2651m/s2 di lantai 5. Spektral percepatan maksimum gempa medium-field (25,5
km dari patahan) terjadi pada periode 0,5 detik sebesar 15,454 m/s 2 di lantai 5. Spektral percepatan gempa far-field
(53,8 km dari patahan) terjadi pada periode 0,5 detik sebesar 9,5738 m/s2 di lantai 5.
Grafik spektral percepatan untuk gempa Loma prieta (1989) dan Northridge (1994) dapat dilihat pada Gambar 5.
Grafik tersebut menunjukkan bahwa semakin dekat jarak terhadap sumber gempa akan menghasilkan spektral
percepatan yang semakin besar. Fungsi jarak terhadap spektral percepatan dapat dilihat pada Gambar 6, dimana untuk
gempa Loma prieta (1989) peningkatan jarak terhadap pusat gempa akan menurunkan nilai spektral percepatan sekitar
11,39%. Sedangkan untuk gempa Northridge (1994), peningkatan jarak terhadap pusat gempa akan menurunkan nilai
spektral percepatan sebesar 17,27%.

Gempa Loma Prieta (1989) Gempa Northridge (1994)


a). Near-field a). Near-field

b). Medium-field b). Medium-field

c). Far-field c). Far-field

Gambar 5. Spektral Percepatan Gempa Loma Prieta (1989) dan Northridge (1994)

Gambar 6. Grafik fungsi jarak terhadap spektral percepatan untuk gempa Loma prieta (1989) dan Northridge (1994).

Analisis Gaya Geser Dasar Nominal (Base Shear)


Gaya geser dasar nominal gempa nilainya berbanding lurus dengan percepatan inersia gempa yang dihasilkan, baik
untuk gempa Loma Prieta (1989) maupun Northridge (1994) seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2. Gempa jarak
dekat (near-field) menghasilkan gaya geser dasar nominal terbesar, diikuti oleh gempa jarak menengah (medium-field)
dan jauh (far-field). Fungsi jarak terhadap gaya geser dasar nominal gempa dapat dilihat pada Gambar 7, dimana untuk
gempa Loma prieta (1989) peningkatan jarak terhadap pusat gempa sebesar 1 satuan akan menurunkan nilai gaya
geser dasar nominal gempa sekitar 29,854 kN. Sedangkan untuk gempa Northridge (1994), peningkatan jarak terhadap
pusat gempa akan menurunkan nilai geser dasar nominal gempa sebesar 15,689 kN.
Tabel 2. Gaya geser dasar nominal gempa (F)
No. JARAK FLoma Prieta (kN) FNorthridge (kN)
1 Near-field 11908.3222 4051.8529
2 Medium-field 11445.8785 3750.7984
3 Far-field 9432.1382 3390.7749

Gambar 7. Grafik hubungan jarak dengan base shear


Analisis Simpangan Horizontal (Displacement) dan Drift Story
Pasal 7.8.9 SNI 1726-2019 menjelaskan bahwa penentuan simpangan antar lantai tingkat desain (Δ) harus dihitung
sebagai perbedaan defleksi pada pusat massa di tingkat teratas dan terbawah yang ditinjau dengan mengikuti fungsi-
fungsi sebagai berikut:
1) Perpindahan Elastik
δxe = δx1 - δx2 (3)
δye = δy1 – δy2 (4)
2) Simpangan antar lantai (drift story)
𝐶𝑑 δxe
Δx = (5)
𝐼𝑒
𝐶𝑑 δye
Δy = (6)
𝐼𝑒

3) Batas Simpangan izin (drift limit)


Berdasarkan SNI 1726 : 2019 pasal 7.12.1 simpangan izin untuk semua struktur lainnya (rusunawa) dengan
kategori risiko bangunan II adalah sebesar 0,015hx.
Perbandingan simpangan (displacement) yang terjadi untuk setiap tingkat dapat dilihat pada Gambar 8, dimana
simpangan terbesar terjadi pada gempa dengan jarak dekat (near-field), diikuti dengan jarak menengah dan jarak jauh.
Akan tetapi, simpangan yang terjadi pada struktur sangat dipengaruhi oleh nilai kekakuan dari struktur tersebut.
Gambar 8. Simpangan (displacement) yang terjadi pada setiap lantai

Level Kinerja Struktur Berdasarkan ATC-40


Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa gempa Loma Prieta dengan jarak dekat (near fields), jarak menengah
(medium fields), dan jarak jauh (far fields) menghasilkan level kinerja yang sama IO (Immediate ocupancy) dimana
struktur hanya mengalami sedikit kerusakan, dimana kekuatan dan kekakuannya kira-kira hampir sama dengan kondisi
sebelum gempa (Gambar 9).

Tabel 3. Performance Level Gempa Loma Prieta Menurut ATC-40


Maks Total Maks Total In-
Jarak Level Kinerja
Drift Elastic Drift
Jarak Dekat (Near
0,003 0,002 Immediate Ocupancy
Fields)
Jarak menengah
(Medium Fields) 0,003 0,002 Immediate Ocupancy

Jarak jauh (Far


0,002 0,002 Immediate Ocupancy
Fields)

Gambar 9. Grafik Level Kinerja Gempa Loma Prieta


Pada Tabel 4 terlihat bahwa gempa Northridge dengan jarak dekat (near fields), jarak menengah (medium fields), dan
jarak jauh (far fields) menghasilkan level kinerja yang sama IO (Immediate ocupancy) dimana struktur hanya
mengalami sedikit kerusakan, dimana kekuatan dan kekakuannya kira-kira hampir sama dengan kondisi sebelum
gempa (Gambar 10).
Tabel 4. Performance Level Gempa Northridge Menurut ATC-40
Jarak Maks Total Maks Total In- Level Kinerja
Drift Elastic Drift
Jarak Dekat (Near
0,005 0,001 Immediate Ocupancy
Fields)
Jarak menengah
(Medium Fields) 0,001 0,001 Immediate Ocupancy

Jarak jauh (Far


0,001 0,0007 Immediate Ocupancy
Fields)

Gambar 10. Grafik Level Kinerja Gempa Northridge


5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis menggunakan metode analisis riwayat waktu (time history) dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Semakin dekat jarak terhadap sumber gempa akan menghasilkan spektral percepatan yang semakin besar.
Untuk gempa Loma prieta (1989) peningkatan jarak terhadap pusat gempa akan menurunkan nilai spektral
percepatan sekitar 11,39%. Sedangkan untuk gempa Northridge (1994), peningkatan jarak terhadap pusat
gempa akan menurunkan nilai spektral percepatan sebesar 17,27%.
2. Gaya geser dasar nominal gempa (base shear) yang diperoleh untuk gempa jarak dekat (near-field)
menghasilkan nilai yang terbesar dibandingkan dengan gempa jarak menengah dan jarak jauh. Untuk gempa
Loma Prieta (1989), peningkatan jarak terhadap pusat gempa sebesar 1 km akan menurunkan nilai gaya geser
dasar nominal gempa sekitar 29,854 kN. Sedangkan untuk gempa Northridge (1994), peningkatan jarak
terhadap pusat gempa akan menurunkan nilai gaya geser dasar nominal gempa sebesar 15,689 kN.
3. Simpangan terbesar terjadi pada gempa dengan jarak dekat (near-field), diikuti dengan jarak menengah dan
jarak jauh. Akan tetapi, simpangan yang terjadi pada struktur sangat dipengaruhi oleh nilai kekakuan dari
struktur tersebut.
4. Berdasarkan hasil analisis, level kinerja struktur akibat beban gempa Loma Prieta (1989) dan Northridge
(1994) masih mencapai taraf IO (Immediate ocupancy) dimana struktur hanya mengalami sedikit kerusakan
akibat gempa.
DAFTAR PUSTAKA
Al Atik L, Abrahamson, N. (2010). An improved method for nonstationary spectral matching. Earthquake Spectra,
26(3), 601-617.
ATC-40. (1996). Seismic Evaluation and Retrofit of Concrete Buildings. Vol 2. Aplied Technology Council. Redwood
City. California. USA.
BSN. (2019). SNI 1726 : 2019 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan
Non-gedung. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional BSN. (2019b). SNI 2847 : 2019 Persyaratan beton struktural
untuk bangunan gedung dan penjelasan. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional
BSN. (2020a). SNI 1727 : 2020 Beban Desain Minimum dan Kriteria Terkait Untuk Bangunan Gedung dan Struktur
Lain. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional
Heydari M, Mousavi M. (2015) The Comparison of Seismic Effects of Near-Field and Far-Field Earthquakes on
Relative Displacement of Seven-Storey Concrete Building With Shear Wall. Special Issue of Curr World Environ
2015;10 (Special Issue May 2015). DOI:http://dx.doi.org/10.12944/CWE.10.Special-Issue1.07
Kalkan E, Kwong Neal, S. (2012). Assessment of Modal-Pushover-Based Scaling Procedure for Nonlinear Response
History Analysis of Ordinary Standard Bridges. Journal of Bridge Engineering, 17(2), 272-288.
doi:10.1061/(ASCE)BE.1943-5592.0000259
Ozkul TA, Kurtbeyoglu, A, Borekci, M, Zengin, B, Kocak, A. (2019). Effect of shear wall on seismic performance of
RC frame buildings. Engineering Failure Analysis, 100, 60-75.
doi:https://doi.org/10.1016/j.engfailanal.2019.02.032 Pacific Earthquake Engineering Research Center (PEER).
(2020). Retrieved 20 Desember 2020 https://ngawest2.berkeley.edu/
Pawirodikromo W. (2017). Seismologi Teknik & Rekayasa Kegempaan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
PuSGen P. (2017). Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017. Bandung: Puskim.
Seo J, Hu, JW, Davaajamts, B. (2015). Seismic performance evaluation of multistory reinforced concrete moment
resisting frame structure with shear walls. [Article]. Sustainability (Switzerland), 7(10), 14287-14308.
doi:10.3390/su71014.
MK-51
EFISIENSI KUANTITAS DAN BIAYA MENGGUNAKAN METODE BUILDING
INFORMATION MODELLING (BIM) PADA PROYEK KITB III JAWA TENGAH
Sri Ayuningsih1, Rini Mulyani2*, Zufrimar3, Indra Khaidir4 dan Yulcherlina5

2*
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Bung Hatta, Jl. Sumatera , Ulak Karang
e-mail: rinimulyani@bunghatta.ac.id
1
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Bung Hatta, Jl. Sumatera , Ulak Karang
e-mail: sriayuningsih2306@co.id
2
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Bung Hatta, Jl. Sumatera , Ulak Karang
e-mail: rinimulyani@bunghatta.ac.id
3
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Bung Hatta, Jl. Sumatera , Ulak Karang
e-mail: zufrimar@bunghatta.ac.id m
4
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Bung Hatta, Jl. Sumatera , Ulak Karang
e-mail: yulcherlina@bunghatta.ac.id d
5
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Bung Hatta, Jl. Sumatera , Ulak Karang
e-mail: indrakhaidir@bunghatta.ac.id

ABSTRAK

Semakin kompleksnya suatu pekerjaan konstruksi menyebabkan semakin rumitnya permasalahan yang dihadapi, baik
dalam tahapan perencanaan maupun pelaksanaan proyek konstruksi. Hal ini membutuhkan detail perencanaan dan
dokumentasi yang akurat, sehingga mempermudah pelaksanaan dan koordinasi antar pihak yang terkait di dalam
proyek. Salah satu teknologi terkini yang sangat mendukung setiap tahapan pekerjaan konstruksi adalah metode
Building Information Modelling (BIM). BIM merupakan suatu konsep teknologi yang berbasis 3D yang digunakan
untuk mempermudah dan juga untuk meminimalisir penyimpangan yang terjadi dalam proyek. Salah satu keunggulan
dari BIM adalah kemampuan untuk memvisualisasikan gambar perencanaan secara lebih baik serta dapat menyimpan
informasi dan data dari gambar perencanaan/pemodelan tersebut sehingga dapat dilakukan analisis yang lebih akurat.
Dengan BIM dapat dilakukan perhitungan kuantitas dari setiap elemen konstruksi yang dimodelkan dalam gambar
dengan lebih tepat, sehingga akan berpengaruh terhadap akurasi biaya konstruksi. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengkaji atau menganalisis efisiensi kuantitas dan biaya dengan menggunakan Building Information
Modelling (BIM) yang dibandingkan dengan perhitungan secara manual pada Proyek Pembangunan Rusun Pekerja
Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) III Jawa Tengah. Perangkat lunak yang digunakan adalah Autodesk Revit
Student Version. Dari hasil penelitian diperoleh perhitungan kuantitas menggunakan BIM lebih efisien dibandingkan
perhitungan secara manual yaitu 5,27% untuk penulangan dan 5,29% untuk pengecoran, dengan efisiensi biaya
sebesar 4,3%.

Kata kunci: BIM, Kuantitas, Biaya, Efisiensi, Proyek Konstruksi

1. PENDAHULUAN

Semakin kompleksnya suatu pekerjaan konstruksi menyebabkan semakin rumitnya permasalahan yang harus dihadapi
oleh stakeholders dalam proyek tersebut. Untuk itu dibutuhkan perencanaan yang akurat serta sistem informasi yang
detail untuk mempermudah koordinasi antar pihak-pihak yang terkait dalam proyek tersebut. Salah satu teknologi
terkini yang sangat mendukung tahapan pekerjaan konstruksi adalah metode Building Information Modelling (BIM).
BIM merupakan suatu konsep teknologi yang berbasis pemodelan 3D yang mengintegrasikan informasi-informasi
pada tahapan perencanaan (design), pelaksanaan (construction) serta pemeliharaan (maintenance) sehingga menjadi
lebih mudah dipahami dan lebih presisi. Berlian (2016) menyatakan bahwa metode BIM dapat menghemat waktu
perencanaan sebesar 50%, meminimalisir sumber daya manusia sebesar 26,66% dan menghemat pengeluaran biaya
sebesar 52,25%. Selain itu, beberapa penelitian terdahulu juga menunjukkan bahwa penggunaan BIM dalam proyek
konstruksi dapat menghasilkan efisiensi biaya pada proyek (Apriansyah, 2021; Huzaini, 2021). Hal ini berarti bahwa
penerapan metode BIM dalam proyek konstruksi merupakan suatu alternatif solusi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pekerjaan konstruksi. Untuk itu, perlu dikaji lebih lanjut mengenai efisiensi kuantitas dan biaya proyek
konstruksi dengan menggunakan Building Information Modelling (BIM) jika dibandingkan dengan perhitungan
secara manual untuk beberapa item pekerjaan dengan studi kasus pada Proyek Pembangunan Rusun Pekerja Kawasan
Industri Terpadu Batang (KITB) III Jawa Tengah.
2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini mengkaji kuantitas dan biaya konstruksi jika dilakukan perhitungan secara manual dan dengan
menggunakan metode BIM dengan studi kasus pada Proyek Pembangunan Rusun Pekerja Kawasan Industri Terpadu
Batang III ini terletak di Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Jawa Tengah (Gambar 1).
Perhitungan kuantitas dan biaya hanya dilakukan untuk struktur pondasi (bored pile dan pile cap) dan
konstruksi lantai 1 yang meliputi struktur pelat, balok tie beam dan kolom.

Gambar 1. Tampak Depan Rusun Pekerja KITB

Adapun data-data yang diperlukan dalam penelitian ini berasal dari kontraktor pelaksana yang terdiri dari: dokumen
gambar detail proyek, dokumen Rencana Anggaran Biaya (RAB) proyek yang meliputi perhitungan volume beserta
analisis harga satuan pekerjaan pada proyek tersebut. Untuk pemodelan gedung digunakan program Autodesk Revit
Student Version sebagai salah satu perangkat lunak berbasis BIM yang telah mengintegrasikan pemodelan struktur,
arsitektur dan MEP dalam model 3D (Revit Structure, Revit Architecture, dan Revit MEP). Diagram alir penelitian
ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram alir penelitian
Proses pemodelan gedung kedalam bentuk 3 dimensi (3D) membutuhkan data acuan berupa gambar 2 dimensi (2D)
dari autocad dan diimplementasikan menjadi 3 dimensi. Pemodelan diawali dengan proses pemodelan komponen
struktur. Berikut langkah langkah pemodelan 3D menggunakan Autodesk Revit:
a. Pemodelan dengan struktural template dengan menggunakan menu imperal struktur yang bertujuan untuk
pemodelan dalam pekerjaan struktur.
b. Pembuatan garis bantu atau grid line
Membuat garis bantu atau biasa disebut dengan grid line bertujuan untuk memudahkan pemodelan sesuai dengan
ukuran jarak yang telah direncanakan.
c. Membuat Level
Level merupakan garis yang menentukan ketinggian dari elevasi dari sebuah bangunan yang akan didisain.
Adanya level ini berguna untuk membentuk kerangka 3 dimensi karena dari level ini dasar pembuatan ruang dari
sebuah bangunan.
d. Pemodelan Pile Cap dan Tie Beam
Pemodelan pile cap dan tie beam didesain sesuai dengan ukuran dan bentuk yang direncanakan. Ukuran dilihat
dari gambar yang dikeluarkan oleh perencana dalam bentuk 2D berupa file autocad. Pemodelan pile cap dan tie
beam dilakukan dengan menggunakan tools Structure > isolated (untuk pile cap) & Beam (Untuk Tie Beam) >
atur ukuran sesuai rencana > letakan kursor pada setiap as sesuai dengan type pile cap.
e. Pemodelan Kolom
Kolom dibuat dengan langkah langkah sebagai beikut : Structure > Column > Load Family (untuk pilihan bentuk)
> Edit Ukuran > letakan sesuai titik kolom.
f. Pemodelan Pondasi Bore Pile
Pondasi Bore pile dapat di desain menggunakan dua cara yakni dengan pemodelan family atau pun dengan
template yang telah disediakan oleh revit ini sendiri. Pemodelan Pondasi ini dapat dilakukan dengan penginputan
data seperti tinggi dan diameter dari bore pile. Tools untuk pemodelan pondasi yaitu dengan cara pilihan
strukture > isolated > load family (pilihan model / template) > input data data pondasi > letakan pondasi sesuai
dengan titik rencana pondasi bore pile.
g. Pemodelan Pelat Lantai
Pelat lantai didesain dengan tools floor > floor struktural > masukan data ketebalan pelat lantai. Setelah input
data pelat, selanjutnya plot daerah yang akan diletakan pelat lantai. Centang finish jika proses plot telah selesai.
h. Penulangan Pondasi Bore Pile
Mendesain penulangan untuk pondasi terlebih dahulu melakukan section atau membuat potongan untuk
mempermudah pemodelan penulangan. Setelah dibuat section, gunakan tools rebar untuk menginput tulangan
utama dan tulangan sengkang sesuai dengan ukuran gambar rencana. Selanjutnya copy kepada item pondasi yang
sama.
i. Penulangan Pile Cap
Mendesain penulangan untuk pile cap terlebih dahulu melakukan section atau membuat potongan untuk
mempermudah pemodelan penulangan. Setelah dibuat section, gunakan tools rebar untuk menginput tulangan
utama dan tulangan sengkang sesuai dengan ukuran gambar rencana. Selanjutnya copy kepada item pondasi yang
sama.
j. Penulangan Tie Beam
Mendesain penulangan untuk tie beam terlebih dahulu melakukan section atau membuat potongan untuk
mempermudah pemodelan penulangan. Setelah dibuat section, gunakan tools rebar untuk menginput tulangan
utama dan tulangan sengkang sesuai dengan ukuran gambar rencana. Selanjutnya copy kepada item pondasi yang
sama.
k. Penulangan Kolom
Mendesain penulangan untuk kolom terlebih dahulu melakukan section atau membuat potongan untuk
mempermudah pemodelan penulangan. Setelah dibuat section, gunakan tools rebar untuk menginput tulangan
utama dan tulangan sengkang sesuai dengan ukuran gambar rencana. Selanjutnya copy kepada item pondasi yang
sama.
3. HASIL PENELITIAN

3.1 Analisis Kuantitas


Kuantitas atau volume setiap elemen konstruksi gedung yang telah dimodelkan dengan BIM dapat langsung diperoleh
dengan menggunakan menu schedule/quantities pada Autodesk Revit. Kemudian data tersebut dibandingkan
dengan volume berdasarkan data RAB proyek yang diperoleh dari kontraktor pelaksana. Perbandingan nilai
volume untuk beberapa elemen konstruksi yang ditinjau berdasarkan data RAB dengan pemodelan menggunakan
BIM dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Rekapitulasi Perbandingan Volume berdasarkan RAB Proyek dan metode BIM
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Selisih Selisih
RAB BIM (RAB -BIM) (%)
I. Pekerjaan Bored Pile
a. Besi
 D19 Kg 112.785,80 114.525,64 1.739,84 1,52%
 D13 Kg 24.936,64 27.086,49 5.149,85 7,93%
b. Pengecoran Beton M3 587,92 631,71 43,79 6,93%

II. Pekerjaan Pile Cap


a. Besi Kg 47.658,82 50.760,62 3.101,80 6,1%
b. Pengecoran Beton K-350 M3 472,72 493,79 21,07 4,26%

III. Pekerjaan Tie Beam


a. Besi Kg 8.124,58 8.300,45 175,87 2,12%
b. Pengecoran Beton K-350 M3 21,42 22,43 1,01 4,50%

IV. Pekerjaan Pelat


a. Pengecoran Beton M3 72,45 79,04 6,59 8,33%
b. Wiremesh M-10 Kg 6.030,00 6.112,70 82,70 1,35%

V. Pekerjaan Kolom
a. Besi
 D19 Kg 11.273,59 12.467,15 1.193,56 9,57%
 D13 Kg 6.980,25 7.497,86 517,61 6,90%
b. Pengecoran Beton K-350 M3 48,73 50,50 1,77 3,50%

Berdasarkan Tabel 1 di atas, terdapat selisih antara perhitungan volume berdasarkan RAB proyek dengan volume
elemen struktur dengan menggunakan BIM. Hal ini disebabkan karena perhitungan volume proyek seringkali dilakukan
berdasarkan pengukuran terhadap gambar kerja secara manual, sehingga seringkali terjadi kesalahan perhitungan volume
akibat kekurangtelitian dan kurangnya akurasi perhitungan. Penyimpangan ini akan bertambah seiring dengan
meningkatnya kompleksitas perhitungan volume pada proyek konstruksi.
Untuk perhitungan volume pembesian pada pekerjaan bored pile, pile cap, tie beam, pelat dan kolom, selisih volume besi
untuk pekerjaan pembesian struktur yang diperoleh berdasarkan data RAB proyek berkisar antara 1,35% - 9,57% lebih
tinggi dibandingkan dengan volume besi menggunakan metode BIM. Deviasi volume besi terjadi akibat asumsi-asumsi
estimator untuk menyedarhanakan perhitungan volume pekerjaan. Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi antara lain
perhitungan volume besi tanpa memperhitungkan detailing pembesian pada gambar kerja, seperti adanya kait-kait standar,
panjang penyaluran, penyambungan dan stek-stek tulangan secara akurat. Sedangkan untuk pekerjaan pengecoran beton,
deviasi volume yang diperoleh dari RAB proyek lebih tinggi 3,5%-8,33% dari volume beton menggunakan BIM.
Penyimpangan ini juga seringkali terjadi akibat asumsi-asumsi yang diambil estimator untuk menyederhanakan
perhitungan, seperti perhitungan panjang balok yang diambil dari as ke as bangunan tanpa dikurangi dengan dimensi
kolom yang melalui balok tersebut. Hal yang sama juga terjadi dalam perhitungan luas plat secara manual, dimana
seringkali tidak mempertimbangkan dimensi balok yang membatasi plat tersebut.

3.2 Analisis Biaya


Perbandingan anggaran biaya yang dihasilkan berdasarkan data RAB proyek dan metode BIM dapat dilihat pada Tabel
2. Berdasarkan tabel tersebut, anggaran biaya berdasarkan data RAB proyek sebesar Rp. 4.980.130.067,11 sekitar
4,3% lebih besar jika dibandingkan dengan anggaran biaya dengan menggunakan metode BIM. Selisih biaya antara
kedua metode perhitungan tersebut sebesar Rp. 214.454.847,09, jumlah yang cukup besar jika mempertimbangkan
bahwa selisih biaya tersebut hanya mencakup beberapa item pekerjaan saja pada bagian pondasi dan lantai 1 dengan
luasan lantai sekitar 1330 m2. Nilai tersebut tentu akan meningkat jika perhitungan anggaran biaya tersebut telah
mencakup seluruh item pekerjaan lainnya seperti pekerjaan arsitektur dan MEP (Mechanical, Electrical, Plumbing)
serta memperhitungkan anggaran biaya untuk luas lantai lainnya (lantai 2 s.d. 6). Hasil penelitian ini membuktikan
bahwa penggunaan metode BIM pada proyek konstruksi akan menghasilkan perhitungan kuantitas dan anggaran biaya
yang lebih efisien jika dibandingkan dengan perhitungan secara manual berdasarkan gambar kerja pada proyek
konstruksi.

Tabel 2. Rencana Anggaran Biaya Proyek


No Pekerjaan Sat Biaya RAB (Rp.) Biaya BIM (Rp.) Selisih Biaya (Rp.)
Pekerjaan Bored Pile
Besi D 19 kg 1.853.000.805 1.824.850.558,98 2.8150.245,83
1
Besi D 13 kg 438.253.720 403.469.598,5 34.784.121,53
Beton K350 m3 626.425.707,9 583.002.013,9 43423694,02
Pekerjaan Pile Cap
2 Besi kg 821.296.171,9 771.109.699,2 50.186.472,62
Beton K350 m3 489.659.417 468.765.668,8 20.893.748,19
Pekerjaan Tie Beam
3 Besi kg 134.299.537,9 131.453.998,2 2.845.539,67
Beton K350 m3 22.242.371,7 21.240.820,41 1.001.551,29
Pekerjaan Pelat
4 Beton K350 m3 122.942.899,9 120.553.059,7 2.389.840,21
Wiremesh M10 kg 98.902.202,33 97.564.133,7 1.338.068,63
Pekerjaan Kolom
Besi D 22 kg 201.715.868,9 182.404.318,7 19.311.550,15
5
Besi D 10 kg 121.313.800,2 112.938.979,1 8.374.821,10
Beton K350 m3 50.077.564,47 48.322.370,63 1.755.193,84
JUMLAH 4.980.130.067,11 4.765.675.220,03 214.454.847,09

4. KESIMPULAN
Dari perbandingan hasil perhitungan kuantitas dan biaya pada proyek konstruksi pembangunan rumah susun pekerja
Kawasan Industri Terpadu Batang Jawa Tengah menggunakan metode Building Information Modeling dan metode
manual maka didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Untuk pekerjaan pembesian struktur pada pekerjaan bored pile, pile cap, tie beam, pelat dan kolom, volume
besi yang diperoleh berdasarkan data RAB proyek lebih tinggi 1,35% - 9,57% jika dibandingkan dengan
volume besi menggunakan metode BIM. Deviasi volume besi tersebut terjadi akibat asumsi-asumsi estimator
untuk menyedarhanakan perhitungan volume pekerjaan. Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi antara lain
perhitungan volume besi tanpa memperhitungkan detailing pembesian pada gambar kerja, seperti adanya
kait-kait standar, panjang penyaluran, penyambungan dan stek-stek tulangan secara akurat.

2. Untuk pekerjaan pengecoran beton, deviasi volume yang diperoleh dari RAB proyek lebih tinggi 3,5%-
8,33% dari volume beton menggunakan BIM. Penyimpangan ini juga seringkali terjadi akibat asumsi-asumsi
yang diambil estimator untuk menyederhanakan perhitungan, seperti perhitungan panjang balok yang
diambil dari as ke as bangunan tanpa dikurangi dengan dimensi kolom yang melalui balok tersebut. Hal yang
sama juga terjadi dalam perhitungan luas plat secara manual, dimana seringkali tidak mempertimbangkan
dimensi balok yang membatasi plat tersebut.

3. Biaya yang dibutuhkan menggunakan metode BIM yaitu sebesar Rp. 4.765.675.220,03 sedangkan
menggunakan metode manual membutuhkan biaya sebesar Rp. 4.980.130.067,11. Berdasarkan biaya yang
diperoleh dari kedua metode dapat dihitung selisih yaitu sebesar Rp. 214.454.847,09 yang berarti metode
BIM memiliki biaya lebih kecil 4,30% dibandingkan dengan metode manual untuk pekerjaan pondasi dan
pekerjaan tie beam, pelat dan kolom pada lantai 1.

4. Penggunaan metode BIM lebih efisien dibandingkan metode manual yang dapat dilihat dari deviasi kuantitas
dan selisih biaya yang diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA
Berlian P., C. A., Adhi, R. P., Hidayat, A., & Nugroho, H. (2016). Perbandingan Efisiensi Waktu, Biaya, dan Sumber
Daya Manusia Antara Metode Building Information Modelling (BIM) dan Konvensional (Studi Kasus:
Perencanaan Gedung 20 Lantai). Jurnal Karya Teknik Sipil, 5(2), 220-229. Retrieved from
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkts/article/view/12641
Apriansyah, R. (2021). Implementasi Konsep Building Information (BIM) Dalam Estimasi Quantity Take Off
Material Pekerjaan Struktur. Yogyakarta.
Chuck Eastman, P. T. (2008). BIM Handbook A Guide To Building Information Modelling. Amerika.
Huzaini, S. (2021). Penerapan Konsep Building Information Modelling (BIM) 3D Dalam Mendukung Pengestimasian
Biaya Pekerjaan Struktur.Yogyakarta.
Kementrian PUPR. (2002). SNI Analisa Biaya Konstruksi Bangunan Gedung Dan Perumahan. Indonesia.
PUPR. (2020). Harga Satuan Pekerjaan Konstruksi Harga Satuan Dasar Bahan Bangunan & Upah Bidang Cipta
Karya Kabupaten Kota Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah.

Anda mungkin juga menyukai