Design Prosiding I Made Surya Sukma Mahardhika, S.Kom., M.M Universitas Warmadewa
ii
Pandemi Covid-19 yang menerpa dunia dari tahun 2019 ini tentunya mengakibatkan perlambatan dari
semua kalangan sector. Perlambatan disebabkan oleh berkurangnya permintaan masyarakat yang
merupakan dampak dari pembatasan social (Sosial distancing) serta Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB), yang mana merupakan suatu strategi kebijakan untuk menekan penyebaran Covid-19 ini. Pada
bidang industry konstruksi dimana terjadi penundaan dan penangguhan proyek bangunan, anggaran
proyek yang terus membengkak akibat pandemic, serta anggaran proyek infrastruktur yang dialihkan
untuk bantuan social.
Tahun 2022, pelan-pelan perekonomian sudah mulai merangkak naik, dengan mulai digalangkannya
vaksin covid-19 bagi masyarakat, sehingga sector perekonomian mulai berjalan. Contohnya
penerbangan internasional sudah dibuka serta gencarnya pembangunan infrastruktur pada tahun 2022
yang sempat ditunda akibat pandemic Covid-19 ini. Namun, terjadi permasalahan lain akibat penundaan
dan penangguhan proyek ini, diantaranya yaitu inflasi yang tinggi, kenaikan suku bunga, dan
melambatnya pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan akan berdampak ada sektor konstruksi serta
menahan pendapatan riil dan daya beli, serta kemampuan pekerja proyek untuk bekerja yang menjadi
tantangan utama bagi bisnis konstruksi. Hal-hal ini pula yang harus menjadi perhatian bisnis konstruksi
sebagai bahan evaluasi untuk merancang strategi baru untuk menangani ketahanan industry di bidang
konstruksi pasca pandemic Covid-19.
Untuk menaungi suatu kompetisi, penemuan terbaru, serta karya dari peneliti, akademisi, insinyur, dan
praktisi dalam bidang konstruksi, maka diperlukan suatu forum yang dapat menjadi ruang dialog untuk
bertukar ide dan gagasan, hasil karya, dan berkompetisi dalam usaha meningkatkan kualitas dan
kompetisi dari peneliti, akademisi, insinyur, dan praktisi. Oleh karena itu, maka diadakanlah Konferensi
Nasional Teknik Sipil (KoNTekS), dimana merupakan suatu forum akademik khususnya di bidang Teknik
Sipil yang diadakan setiap tahun. KoNTeKS-16 tahun 2022 diadakan Oleh Universitas Warmadewa,
Universitas Ngurah Rai, Universitas Mahasaraswati, Politeknik Negeri Bali, serta Politeknik Transportasi
Darat Bali.
Karya akademik yang dihasilkan pada KoNTekS-16 yang disusun ke dalam Prosiding KoNTekS-16 tahun
2022 ini dapat memberikan perkembangan pengetahuan dari sisi peneliti, akademisi, insinyur, dan
praktisi dalam menghadapi pasca pandemic Covid-19 , terutama di bidang konstruksi. Diharapkan
kegiatan KoNTekS-16 tahun 2022 ini bisa dijadikan sarana untuk bertukar pikiran dalam menghadapi
permasalahan pasca Pandem Covid-19 yang sesuai dari bidang dan keahlian seperti Rekayasa Struktur,
Rekayasa Geoteknik, Rekayasa Transportasi, Keairan, Rekayasa Manajemen Konstruksi, serta Rekayasa
Infrastruktur dan Lingkungan, sehingga pengetahuan dan ilmu yang didapat bisa semakin diperbarui dan
dikembangkan untuk kemajuan di bidang akademik maupun dunia kerja yang berguna bagi dunia Teknik
Sipil di Indonesia.
iii
Pengarah : Prof. Dr. Ir. I Wayan Runa, M.T (Universitas Warmadewa)
Ketua Panitia : Dr. Ir. Putu Ika Wahyuni, S.T, M.Si, M.T.,IPM (Universitas
Warmadewa)
Sie Acara : Ir. Ni Kadek Astariani, S.T., M.T (Universitas Ngurah Rai)
Sie Persidangan : Ida Ayu Cri Vinantya Laksmi S.T. M.T. (Universitas Warmadewa)
Sie Makalah & Percetakan : Kadek Windy Candrayana, S.T., M.T. (Universitas Warmadewa)
Ir. I Gusti Ngurah Eka Partama, S.T., M.Si (Universitas Ngurah Rai)
Sie Zoom & Recording : Ir. I Gede Angga Diputera, S.T., M.T. (Universitas Mahasaraswati)
Sie Pendaftaran & Sertifikat : Ida Ayu Putu Sri Mahapatni, ST., MT (Universitas Hindu Indonesia)
Sie Designer : Ir. I Putu Agus Putra Wirawan, S.T., M.T. (Universitas
Mahasaraswati)
Sie Konsumsi dan Upakara : Ir. Anak Agung Rai Asmani K., M.T. (Universitas Warmadewa)
Dr. Anak Agung Ayu Made Cahaya Wardani, S.T., M.T (Universitas
Hindu Indonesia)
Sie Komite Ilmiah : Ir. AY. Harijanto Setiawan, M.Eng., Ph.D. (Universitas Atma Jaya
Yogyakarta)
Vienti Hadsari,PhD
Dr. Ir. Efendhi Prih Raharjo, CIAR, CIRR, S.T., S.S.iT, M.T.
Dr. Ir. Putu Ika Wahyuni, ST, M.Si, MT, IPM, Asean.Eng
Mutiara Dwi Putri Andriani1, Rini Mulyani2*, Yulcherlina3, Rita Anggraini4, dan Embun Sari Ayu5
1
Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Universitas Bung Hatta, Jl. Sumatera, Ulak Karang
e-mail: mutiara.dwiputri26@gmail.com
2*
Dosen Program Studi Teknik Sipil, Universitas Bung Hatta, Jl. Sumatera, Ulak Karang
e-mail: rinimulyani@bunghatta.ac.id
3
Dosen Program Studi Teknik Sipil, Universitas Bung Hatta, Jl. Sumatera, Ulak Karang
e-mail: yulcherlina@bunghatta.ac.id
4
Dosen Program Studi Teknik Sipil, Universitas Bung Hatta, Jl. Sumatera, Ulak Karang
e-mail: rita.anggraini@bunghatta.ac.id
5
Dosen Program Studi Teknik Sipil, Universitas Bung Hatta, Jl. Sumatera, Ulak Karang
e-mail: embunsari@bunghatta.ac.id
ABSTRAK
Gempa bumi sering terjadi di wilayah Indonesia dan seringkali mengakibatkan kerusakan pada struktur gedung.
Gempa dapat terjadi dengan karakteristik yang berbeda-beda tergantung pada magnitude, jarak patahan, dan
mekanisme sumber gempa pada suatu daerah. Pada prosedur respons riwayat waktu gempa, pemilihan catatan riwayat
waktu gempa yang digunakan dalam analisis akan sangat mempengaruhi respon yang terjadi pada suatu struktur.
Dalam penelitian ini, dilakukan kajian respon dinamik stuktur gedung dengan menggunakan prosedur respons riwayat
waktu. Catatan riwayat waktu gempa yang digunakan dibedakan berdasarkan jarak terhadap sumber gempa, yaitu
gempa jarak dekat (near-field), jarak menengah (medium-field) dan jarak jauh (far-field). Catatan gempa yang
digunakan adalah gempa Loma Prieta (1989) dan gempa Nortridge (1994) dengan mempertimbangkan keterbatasan
catatan riwayat waktu gempa yang ada di Indonesia. Percepatan gempa yang digunakan telah diskalakan sedemikian
rupa sehingga nilai rata-rata spektrum respons telah sesuai dengan yang disyaratkan pada SNI 1726: 2019. Dari hasil
analisis, peningkatan jarak terhadap pusat gempa akan menurunkan nilai spektral percepatan sekitar 11,39% untuk
gempa Loma prieta (1989). Sedangkan untuk gempa Northridge (1994), peningkatan jarak terhadap pusat gempa akan
menurunkan nilai spektral percepatan sebesar 17,27%. Gaya geser dasar nominal gempa (base shear) yang diperoleh
untuk gempa jarak dekat (near-field) menghasilkan nilai yang terbesar dibandingkan dengan gempa jarak menengah
dan jarak jauh. Untuk gempa Loma Prieta (1989), peningkatan jarak terhadap pusat gempa sebesar 1 km akan
menurunkan nilai gaya geser dasar nominal gempa sekitar 29,854 kN. Sedangkan untuk gempa Northridge (1994),
peningkatan jarak terhadap pusat gempa akan menurunkan nilai gaya geser dasar nominal gempa sebesar 15,689 kN.
Level kinerja struktur yang diperoleh dengan menggunakan rekaman gempa Loma Prieta (1989) dan gempa
Northridge (1994) yang telah diskalakan dengan PGA 0,65g adalah IO (Immediate Occupancy). Hal ini berarti bahwa
struktur masih memiliki kekuatan yang baik dalam menahan beban gempa, dimana struktur hanya mengalami sedikit
kerusakan akibat gempa tersebut.
Kata kunci: Gempa, Respons Riwayat Waktu, Perpindahan, Percepatan
1. PENDAHULUAN
Pada daerah yang memiliki tingkat risiko gempa yang tinggi, ketahanan struktur terhadap beban gempa merupakan
suatu syarat yang wajib dimiliki oleh struktur gedung. Menurut SNI 1726: 2019, terdapat beberapa prosedur analisis
yang dapat digunakan dalam penentuan beban gempa antara lain: Analisis Gaya Lateral Ekivalen, Analisis Spektrum
Respons Ragam dan Prosedur Respons Riwayat Waktu Gempa. Dalam aplikasinya, Analisis Gaya Lateral Ekivalen
dan Analisis Spektrum Respons Ragam memiliki keterbatasan dalam penggunaannya (BSN, 2019). Untuk gedung
yang tidak beraturan, bertingkat tinggi dan bersifat kompleks, harus digunakan prosedur respons riwayat waktu gempa
di dalam analisis. Prosedur respons riwayat waktu tersebut membutuhkan catatan riwayat waktu gempa yang sesuai
dengan karakteristik gempa yang terjadi di suatu daerah, yang tergantung pada magnitude, jarak patahan, dan
mekanisme sumber gempa di daerah tersebut (BSN, 2019). Akan tetapi, catatan riwayat waktu gempa di Indonesia
jumlahnya sangat terbatas. Penggunaan catatan riwayat waktu gempa yang sesuai dalam analisis struktur akan
mempengaruhi respons struktur yang dihasilkan dan akan berkorelasi langsung dengan ketahanan gedung terhadap
beban gempa. Jika sumber gempa dekat dengan pemukiman, kerusakan bangunan dapat terjadi. Tetapi jika pusat
gempa berada jauh dari pemukiman, maka getaran yang dirasakan kecil bahkan kadang getaran tidak terasa. Gempa
bumi dengan jarak dekat memiliki percepatan yang lebih tinggi dan frekuensi yang lebih terbatas dibandingkan dengan
gempa bumi dengan jarak jauh (Heydari dan Mousavi, 2015). Untuk itu, penelitian ini akan mengkaji bagaimana
pengaruh respons dinamik struktur gedung terhadap beban gempa dengan menggunakan prosedur respons riwayat
waktu. Catatan riwayat waktu gempa yang digunakan dibedakan berdasarkan jarak terhadap sumber gempa, yaitu
gempa jarak dekat (near-field), jarak menengah (medium-field) dan jarak jauh (far-field). Rekaman gempa yang
digunakan untuk menganalisis struktur pada penelitian ini adalah rekaman gempa Loma Prieta 1989 dan Northridge
1994 yang telah diskalakan sedemikian rupa sehingga nilai rata-rata spektrum respons telah sesuai dengan yang
disyaratkan pada SNI 1726: 2019.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Prosedur Respons Riwayat Waktu Gempa (Time History Analysis)
Analisis respon dinamik riwayat waktu (time history) adalah suatu cara analisis dimana model matematik dari struktur
dikenakan riwayat waktu dari gempa-gempa hasil pencatatan atau dari gempa-gempa tiruan, untuk menentukan
riwayat waktu dari respon struktur. Analisis dinamik time history menggunakan akselerogram gempa yang diangkakan
sebagai gerakan tanah masukan (BSN, 2019). SNI 1726: 2013 mensyaratkan paling sedikit tiga gerak tanah digunakan
dalam analisis dinamik respon riwayat waktu. Gerak tanah yang digunakan harus diambil dari rekaman peristiwa
gempa yang memiliki magnitudo, jarak patahan, dan mekanisme sumber gempa yang konsisten dengan hal-hal yang
mengontrol ketentuan gempa maksimum yang dipertimbangkan. Apabila jumlah rekaman gerak tanah yang sesuai
tidak mencukupi maka harus digunakan rekaman gerak tanah buatan untuk menggenapi jumlah total yang dibutuhkan.
Gerak-gerak tanah tersebut harus diskalakan sedemikian rupa sehingga nilai rata-rata spektrum respons dengan
redaman 5% dari semua gerak tanah yang sesuai di situs tersebut tidak boleh kurang dari spektrum respons desain
setempat untuk rentang perioda dari 0,2T hingga 1,5T, di mana T adalah perioda getar alami struktur dalam ragam
getar fundamental untuk arah respons yang dianalisis.
Catatan gempa dari akselerogram yang akan dimodelkan pada struktur harus memiliki kemiripan kondisi geologi,
topografi dan seismologinya dengan lokasi struktur yang akan dimodelkan. Menurut Pawirodikromo (2012), analisis
dinamik riwayat waktu gempa (earthquake time history dynamic analysis) merupakan metode paling akurat, tetapi
memerlukan hitungan yang banyak dan waktu yang lama. Perbedaan utama antara analisis gempa secara statik dan
dinamik adalah pada karakteristik bangunan yang diperhitungkan dalam analisis. Konsep dinamik memperhitungkan
massa, kekakuan dan redaman, sedangkan konsep statik hanya memperhitungkan mode 1 saja, sehingga hanya cocok
untuk bangunan yang cenderung kaku atau bangunan tingkat rendah.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu struktur gedung yang berfungsi sebagai rusunawa pada
daerah Lampung Selatan yang memiliki kondisi tanah lunak. Struktur gedung tersebut berjumlah 5 lantai dengan
sistem struktur beton bertulang. Tinggi gedung 20,5 m dan luas gedung adalah 961,35 m2. Panjang gedung 55, 25 m
dan lebar gedung 19,75 m dengan mutu beton pada pelat lantai, balok, kolom maupun shearwall adalah fc’-25 MPa.
Denah struktur gedung yang dianalisis dapat dilhat pada Gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1. Denah Struktur Gedung
Gambar 4. Grafik catatan Riwayat waktu gempa yang digunakan dalam analisis.
Keterangan :
Dt = displacement lantai atas
D1 = displacement lantai dasar
Hn = Tinggi Gedung
Tabel 1. Performance Level Menurut ATC-40
Interstory Drift Limit IO DC LS SS
Max Inelastic Drift 0,001 0,005 – 0,015 No Limit No limit
Max Total Roof Displ. Ratio 0,01 0,01 – 0,02 0,02 0,33
(Xmax/H)
Gambar 5. Spektral Percepatan Gempa Loma Prieta (1989) dan Northridge (1994)
Gambar 6. Grafik fungsi jarak terhadap spektral percepatan untuk gempa Loma prieta (1989) dan Northridge (1994).
2*
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Bung Hatta, Jl. Sumatera , Ulak Karang
e-mail: rinimulyani@bunghatta.ac.id
1
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Bung Hatta, Jl. Sumatera , Ulak Karang
e-mail: sriayuningsih2306@co.id
2
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Bung Hatta, Jl. Sumatera , Ulak Karang
e-mail: rinimulyani@bunghatta.ac.id
3
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Bung Hatta, Jl. Sumatera , Ulak Karang
e-mail: zufrimar@bunghatta.ac.id m
4
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Bung Hatta, Jl. Sumatera , Ulak Karang
e-mail: yulcherlina@bunghatta.ac.id d
5
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Bung Hatta, Jl. Sumatera , Ulak Karang
e-mail: indrakhaidir@bunghatta.ac.id
ABSTRAK
Semakin kompleksnya suatu pekerjaan konstruksi menyebabkan semakin rumitnya permasalahan yang dihadapi, baik
dalam tahapan perencanaan maupun pelaksanaan proyek konstruksi. Hal ini membutuhkan detail perencanaan dan
dokumentasi yang akurat, sehingga mempermudah pelaksanaan dan koordinasi antar pihak yang terkait di dalam
proyek. Salah satu teknologi terkini yang sangat mendukung setiap tahapan pekerjaan konstruksi adalah metode
Building Information Modelling (BIM). BIM merupakan suatu konsep teknologi yang berbasis 3D yang digunakan
untuk mempermudah dan juga untuk meminimalisir penyimpangan yang terjadi dalam proyek. Salah satu keunggulan
dari BIM adalah kemampuan untuk memvisualisasikan gambar perencanaan secara lebih baik serta dapat menyimpan
informasi dan data dari gambar perencanaan/pemodelan tersebut sehingga dapat dilakukan analisis yang lebih akurat.
Dengan BIM dapat dilakukan perhitungan kuantitas dari setiap elemen konstruksi yang dimodelkan dalam gambar
dengan lebih tepat, sehingga akan berpengaruh terhadap akurasi biaya konstruksi. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengkaji atau menganalisis efisiensi kuantitas dan biaya dengan menggunakan Building Information
Modelling (BIM) yang dibandingkan dengan perhitungan secara manual pada Proyek Pembangunan Rusun Pekerja
Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) III Jawa Tengah. Perangkat lunak yang digunakan adalah Autodesk Revit
Student Version. Dari hasil penelitian diperoleh perhitungan kuantitas menggunakan BIM lebih efisien dibandingkan
perhitungan secara manual yaitu 5,27% untuk penulangan dan 5,29% untuk pengecoran, dengan efisiensi biaya
sebesar 4,3%.
1. PENDAHULUAN
Semakin kompleksnya suatu pekerjaan konstruksi menyebabkan semakin rumitnya permasalahan yang harus dihadapi
oleh stakeholders dalam proyek tersebut. Untuk itu dibutuhkan perencanaan yang akurat serta sistem informasi yang
detail untuk mempermudah koordinasi antar pihak-pihak yang terkait dalam proyek tersebut. Salah satu teknologi
terkini yang sangat mendukung tahapan pekerjaan konstruksi adalah metode Building Information Modelling (BIM).
BIM merupakan suatu konsep teknologi yang berbasis pemodelan 3D yang mengintegrasikan informasi-informasi
pada tahapan perencanaan (design), pelaksanaan (construction) serta pemeliharaan (maintenance) sehingga menjadi
lebih mudah dipahami dan lebih presisi. Berlian (2016) menyatakan bahwa metode BIM dapat menghemat waktu
perencanaan sebesar 50%, meminimalisir sumber daya manusia sebesar 26,66% dan menghemat pengeluaran biaya
sebesar 52,25%. Selain itu, beberapa penelitian terdahulu juga menunjukkan bahwa penggunaan BIM dalam proyek
konstruksi dapat menghasilkan efisiensi biaya pada proyek (Apriansyah, 2021; Huzaini, 2021). Hal ini berarti bahwa
penerapan metode BIM dalam proyek konstruksi merupakan suatu alternatif solusi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pekerjaan konstruksi. Untuk itu, perlu dikaji lebih lanjut mengenai efisiensi kuantitas dan biaya proyek
konstruksi dengan menggunakan Building Information Modelling (BIM) jika dibandingkan dengan perhitungan
secara manual untuk beberapa item pekerjaan dengan studi kasus pada Proyek Pembangunan Rusun Pekerja Kawasan
Industri Terpadu Batang (KITB) III Jawa Tengah.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengkaji kuantitas dan biaya konstruksi jika dilakukan perhitungan secara manual dan dengan
menggunakan metode BIM dengan studi kasus pada Proyek Pembangunan Rusun Pekerja Kawasan Industri Terpadu
Batang III ini terletak di Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Jawa Tengah (Gambar 1).
Perhitungan kuantitas dan biaya hanya dilakukan untuk struktur pondasi (bored pile dan pile cap) dan
konstruksi lantai 1 yang meliputi struktur pelat, balok tie beam dan kolom.
Adapun data-data yang diperlukan dalam penelitian ini berasal dari kontraktor pelaksana yang terdiri dari: dokumen
gambar detail proyek, dokumen Rencana Anggaran Biaya (RAB) proyek yang meliputi perhitungan volume beserta
analisis harga satuan pekerjaan pada proyek tersebut. Untuk pemodelan gedung digunakan program Autodesk Revit
Student Version sebagai salah satu perangkat lunak berbasis BIM yang telah mengintegrasikan pemodelan struktur,
arsitektur dan MEP dalam model 3D (Revit Structure, Revit Architecture, dan Revit MEP). Diagram alir penelitian
ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram alir penelitian
Proses pemodelan gedung kedalam bentuk 3 dimensi (3D) membutuhkan data acuan berupa gambar 2 dimensi (2D)
dari autocad dan diimplementasikan menjadi 3 dimensi. Pemodelan diawali dengan proses pemodelan komponen
struktur. Berikut langkah langkah pemodelan 3D menggunakan Autodesk Revit:
a. Pemodelan dengan struktural template dengan menggunakan menu imperal struktur yang bertujuan untuk
pemodelan dalam pekerjaan struktur.
b. Pembuatan garis bantu atau grid line
Membuat garis bantu atau biasa disebut dengan grid line bertujuan untuk memudahkan pemodelan sesuai dengan
ukuran jarak yang telah direncanakan.
c. Membuat Level
Level merupakan garis yang menentukan ketinggian dari elevasi dari sebuah bangunan yang akan didisain.
Adanya level ini berguna untuk membentuk kerangka 3 dimensi karena dari level ini dasar pembuatan ruang dari
sebuah bangunan.
d. Pemodelan Pile Cap dan Tie Beam
Pemodelan pile cap dan tie beam didesain sesuai dengan ukuran dan bentuk yang direncanakan. Ukuran dilihat
dari gambar yang dikeluarkan oleh perencana dalam bentuk 2D berupa file autocad. Pemodelan pile cap dan tie
beam dilakukan dengan menggunakan tools Structure > isolated (untuk pile cap) & Beam (Untuk Tie Beam) >
atur ukuran sesuai rencana > letakan kursor pada setiap as sesuai dengan type pile cap.
e. Pemodelan Kolom
Kolom dibuat dengan langkah langkah sebagai beikut : Structure > Column > Load Family (untuk pilihan bentuk)
> Edit Ukuran > letakan sesuai titik kolom.
f. Pemodelan Pondasi Bore Pile
Pondasi Bore pile dapat di desain menggunakan dua cara yakni dengan pemodelan family atau pun dengan
template yang telah disediakan oleh revit ini sendiri. Pemodelan Pondasi ini dapat dilakukan dengan penginputan
data seperti tinggi dan diameter dari bore pile. Tools untuk pemodelan pondasi yaitu dengan cara pilihan
strukture > isolated > load family (pilihan model / template) > input data data pondasi > letakan pondasi sesuai
dengan titik rencana pondasi bore pile.
g. Pemodelan Pelat Lantai
Pelat lantai didesain dengan tools floor > floor struktural > masukan data ketebalan pelat lantai. Setelah input
data pelat, selanjutnya plot daerah yang akan diletakan pelat lantai. Centang finish jika proses plot telah selesai.
h. Penulangan Pondasi Bore Pile
Mendesain penulangan untuk pondasi terlebih dahulu melakukan section atau membuat potongan untuk
mempermudah pemodelan penulangan. Setelah dibuat section, gunakan tools rebar untuk menginput tulangan
utama dan tulangan sengkang sesuai dengan ukuran gambar rencana. Selanjutnya copy kepada item pondasi yang
sama.
i. Penulangan Pile Cap
Mendesain penulangan untuk pile cap terlebih dahulu melakukan section atau membuat potongan untuk
mempermudah pemodelan penulangan. Setelah dibuat section, gunakan tools rebar untuk menginput tulangan
utama dan tulangan sengkang sesuai dengan ukuran gambar rencana. Selanjutnya copy kepada item pondasi yang
sama.
j. Penulangan Tie Beam
Mendesain penulangan untuk tie beam terlebih dahulu melakukan section atau membuat potongan untuk
mempermudah pemodelan penulangan. Setelah dibuat section, gunakan tools rebar untuk menginput tulangan
utama dan tulangan sengkang sesuai dengan ukuran gambar rencana. Selanjutnya copy kepada item pondasi yang
sama.
k. Penulangan Kolom
Mendesain penulangan untuk kolom terlebih dahulu melakukan section atau membuat potongan untuk
mempermudah pemodelan penulangan. Setelah dibuat section, gunakan tools rebar untuk menginput tulangan
utama dan tulangan sengkang sesuai dengan ukuran gambar rencana. Selanjutnya copy kepada item pondasi yang
sama.
3. HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Rekapitulasi Perbandingan Volume berdasarkan RAB Proyek dan metode BIM
No. Item Pekerjaan Satuan Volume Selisih Selisih
RAB BIM (RAB -BIM) (%)
I. Pekerjaan Bored Pile
a. Besi
D19 Kg 112.785,80 114.525,64 1.739,84 1,52%
D13 Kg 24.936,64 27.086,49 5.149,85 7,93%
b. Pengecoran Beton M3 587,92 631,71 43,79 6,93%
V. Pekerjaan Kolom
a. Besi
D19 Kg 11.273,59 12.467,15 1.193,56 9,57%
D13 Kg 6.980,25 7.497,86 517,61 6,90%
b. Pengecoran Beton K-350 M3 48,73 50,50 1,77 3,50%
Berdasarkan Tabel 1 di atas, terdapat selisih antara perhitungan volume berdasarkan RAB proyek dengan volume
elemen struktur dengan menggunakan BIM. Hal ini disebabkan karena perhitungan volume proyek seringkali dilakukan
berdasarkan pengukuran terhadap gambar kerja secara manual, sehingga seringkali terjadi kesalahan perhitungan volume
akibat kekurangtelitian dan kurangnya akurasi perhitungan. Penyimpangan ini akan bertambah seiring dengan
meningkatnya kompleksitas perhitungan volume pada proyek konstruksi.
Untuk perhitungan volume pembesian pada pekerjaan bored pile, pile cap, tie beam, pelat dan kolom, selisih volume besi
untuk pekerjaan pembesian struktur yang diperoleh berdasarkan data RAB proyek berkisar antara 1,35% - 9,57% lebih
tinggi dibandingkan dengan volume besi menggunakan metode BIM. Deviasi volume besi terjadi akibat asumsi-asumsi
estimator untuk menyedarhanakan perhitungan volume pekerjaan. Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi antara lain
perhitungan volume besi tanpa memperhitungkan detailing pembesian pada gambar kerja, seperti adanya kait-kait standar,
panjang penyaluran, penyambungan dan stek-stek tulangan secara akurat. Sedangkan untuk pekerjaan pengecoran beton,
deviasi volume yang diperoleh dari RAB proyek lebih tinggi 3,5%-8,33% dari volume beton menggunakan BIM.
Penyimpangan ini juga seringkali terjadi akibat asumsi-asumsi yang diambil estimator untuk menyederhanakan
perhitungan, seperti perhitungan panjang balok yang diambil dari as ke as bangunan tanpa dikurangi dengan dimensi
kolom yang melalui balok tersebut. Hal yang sama juga terjadi dalam perhitungan luas plat secara manual, dimana
seringkali tidak mempertimbangkan dimensi balok yang membatasi plat tersebut.
4. KESIMPULAN
Dari perbandingan hasil perhitungan kuantitas dan biaya pada proyek konstruksi pembangunan rumah susun pekerja
Kawasan Industri Terpadu Batang Jawa Tengah menggunakan metode Building Information Modeling dan metode
manual maka didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Untuk pekerjaan pembesian struktur pada pekerjaan bored pile, pile cap, tie beam, pelat dan kolom, volume
besi yang diperoleh berdasarkan data RAB proyek lebih tinggi 1,35% - 9,57% jika dibandingkan dengan
volume besi menggunakan metode BIM. Deviasi volume besi tersebut terjadi akibat asumsi-asumsi estimator
untuk menyedarhanakan perhitungan volume pekerjaan. Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi antara lain
perhitungan volume besi tanpa memperhitungkan detailing pembesian pada gambar kerja, seperti adanya
kait-kait standar, panjang penyaluran, penyambungan dan stek-stek tulangan secara akurat.
2. Untuk pekerjaan pengecoran beton, deviasi volume yang diperoleh dari RAB proyek lebih tinggi 3,5%-
8,33% dari volume beton menggunakan BIM. Penyimpangan ini juga seringkali terjadi akibat asumsi-asumsi
yang diambil estimator untuk menyederhanakan perhitungan, seperti perhitungan panjang balok yang
diambil dari as ke as bangunan tanpa dikurangi dengan dimensi kolom yang melalui balok tersebut. Hal yang
sama juga terjadi dalam perhitungan luas plat secara manual, dimana seringkali tidak mempertimbangkan
dimensi balok yang membatasi plat tersebut.
3. Biaya yang dibutuhkan menggunakan metode BIM yaitu sebesar Rp. 4.765.675.220,03 sedangkan
menggunakan metode manual membutuhkan biaya sebesar Rp. 4.980.130.067,11. Berdasarkan biaya yang
diperoleh dari kedua metode dapat dihitung selisih yaitu sebesar Rp. 214.454.847,09 yang berarti metode
BIM memiliki biaya lebih kecil 4,30% dibandingkan dengan metode manual untuk pekerjaan pondasi dan
pekerjaan tie beam, pelat dan kolom pada lantai 1.
4. Penggunaan metode BIM lebih efisien dibandingkan metode manual yang dapat dilihat dari deviasi kuantitas
dan selisih biaya yang diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
Berlian P., C. A., Adhi, R. P., Hidayat, A., & Nugroho, H. (2016). Perbandingan Efisiensi Waktu, Biaya, dan Sumber
Daya Manusia Antara Metode Building Information Modelling (BIM) dan Konvensional (Studi Kasus:
Perencanaan Gedung 20 Lantai). Jurnal Karya Teknik Sipil, 5(2), 220-229. Retrieved from
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkts/article/view/12641
Apriansyah, R. (2021). Implementasi Konsep Building Information (BIM) Dalam Estimasi Quantity Take Off
Material Pekerjaan Struktur. Yogyakarta.
Chuck Eastman, P. T. (2008). BIM Handbook A Guide To Building Information Modelling. Amerika.
Huzaini, S. (2021). Penerapan Konsep Building Information Modelling (BIM) 3D Dalam Mendukung Pengestimasian
Biaya Pekerjaan Struktur.Yogyakarta.
Kementrian PUPR. (2002). SNI Analisa Biaya Konstruksi Bangunan Gedung Dan Perumahan. Indonesia.
PUPR. (2020). Harga Satuan Pekerjaan Konstruksi Harga Satuan Dasar Bahan Bangunan & Upah Bidang Cipta
Karya Kabupaten Kota Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah.