Anda di halaman 1dari 23

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/303922541

PERILAKU PERKERASAN SISTEM PELAT TERPAKU PADA TANAH DASAR


LEMPUNG LUNAK

Conference Paper · November 2015

CITATIONS READS

4 1,898

4 authors, including:

Anas Puri Bambang Suhendro


Universitas Islam Riau Universitas Gadjah Mada
57 PUBLICATIONS   136 CITATIONS    71 PUBLICATIONS   350 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Ahmad Rifa'i
Universitas Gadjah Mada
66 PUBLICATIONS   291 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

STUDI PARAMETRIK PERKERASAN SISTEM PELAT TERPAKU TIANG TUNGGAL MENGGUNAKAN TIANG PIPA BAJA PADA TANAH LUNAK View project

VALIDASI METODE PERENCANAAN SISTEM PELAT TERPAKU PADA LEMPUNG LUNAK MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA View project

All content following this page was uploaded by Anas Puri on 13 June 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KNPTS 2015
Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil

Prosiding

Peran Peneliti Muda di Bidang Teknik Sipil dalam Menumbuhkan


Inovasi untuk Mewujudkan Infrastruktur yang Berkelanjutan

Editor :
Ir. Garup Lambang Goro, MT
Sylvia Indriany, ST., MT.
Herwan Dermawan, ST., MT.
Herwani, ST., MT.
Aghnia Alia Ayesha, ST
Gistya Gemma R.S.B., ST
Vinka Lyona, ST


ISSN 2477-0086






Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun, tanpa
izin tertulis dari penerbit

Isi makalah diluar tanggung jawab editor dan penerbit


Diterbitkan Oleh
Program studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologgi Bandung
Jl. Ganesha 10, Bandung
Tlp. 022-2502272; Fax. 022-2510714
Panitia Penyelenggara

Panitia Penyelenggara Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2015 adalah sebagai
berikut:

Penanggungjawab
Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB
Ketua Program Studi Magister dan Doktor Teknik Sipil ITB

Panitia Penyeleksi
Ir. Muhamad Abduh, M.T., Ph.D. (Koordinator)
Ir. Dhemi Harlan, M.T., M.Sc., Ph.D.
Dyah Kusumastuti, ST, M.T , Ph.D
Dr. Endra Susila, ST, M.T.
Ir. Russ Bona Frazila, M.T., Ph.D.

Panitia Pengarah
Prof. Ir. Ade Sjafruddin, M.Sc, Ph.D (Koordinator)
Ir. Made Suarjana, M.Sc, Ph.D
Ir. Biemo W. Soemardi, M.S.E, Ph.D

Reviewer Eksternal
Prof. Dr. Ir. Erika Buchari, M.Sc.
Prof. Dr. Ir. Suripin, M.Eng.
Prof. Ir. Sarwidi, MSCE., Ph.D.
Prof. Dr. Manlian Ronald A. S., S.T., M.T.
Prof. Dr. Ir. St. Roesyanto, MSCE.

Panitia Pelaksana
Ketua : Ir. Ferry Rusgiyarto, M.T.
Wakil Ketua : Ronald Simatupang, ST. MT.
Sekretaris : Yudi Herdiansah, ST., MT.
Ir. Effy Hidayaty, MT.
Wakil Sekretaris : Nia Handayani
Bendahara : Rosidawani, S.T, M.T.
Euis Kania Kurniawati, ST., MT.

Seksi Transportasi/ Perlengkapan : Bayu Kusuma, ST., MT. (Koordinator)


Anggota:
M. Ridwan Anas, S.T., M.T. Fauzi Akbar, ST.
Ir, Junaidi Utomo, M.Sc. Ridho, ST.
Agung Ziaulhaq, ST. Pandu Perdana
Amar Mufhidin, ST Gultom, ST
Seksi Konsumsi : Elsa Tri Mukti , ST., M.T (Koordinator)
Anggota:
Ir. Yati Muliati, , MT. Cut Zukhrina, ST., MT.
Caroline, ST., MT.

Seksi Acara : Ir. Iris Mahani, M.T. (Koordinator)


Anggota:
Deni Setiawan, ST., MT. Jessica, ST.
Lusiana, ST., MT.. Aulia, ST
Fransisca Maria Farida., ST., MT. Ratri, ST.
Reva, ST. Pureza, ST.

Seksi Kesekretariatan : Yudi Herdiyansah, ST, MT (Koordinator)


Anggota:
Ir. Effy Hidayati, MT
Ayu, ST.
Aulina, ST.
Azka, ST.

Seksi Prosiding : Garup Lambang Goro, ST., MT. (Koordinator)


Anggota:
Sylvia Indriany, ST., MT. Vinka Lyona, ST
Herwan Dermawan, ST., MT. Aghnia Alia Ayesha, ST
Herwani, ST., MT. Gistya Gemma R.S.B., ST

Seksi Publikasi/Dokumentasi : Johannes ES, ST., MT. (Koordinator)


Anggota:
Rudi S Suyono, ST., MT. Bram, ST (S2 MRK)
Trio Pahlawan, ST., MT. Hanafi, ST (S2 STJR)
Sri Indah SMSM, ST. MT Kevin William, ST.

Sekretariat
Untuk kebutuhan surat menyurat, pengiriman makalah, dan informasi mengenai kegiatan, maka
dapat menghubungi alamat:
Panitia Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil
Gedung ALSI Lt. 2
Program Studi Magister dan Doktor Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesa No. 10 Bandung 40132
Telp. (022) 250 2272, Fax. (022) 251 0714
Email: knpts2015@ftsl.itb.ac.id
Website: http://www.si.itb.ac.id/knpts
SAMBUTAN
KETUA PANITIA KNPTS 2015

Program Studi Magister dan Doktor Teknik Sipil ITB Bandung secara berkesinambungan
menyelenggarakan Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil, dimana pada tahun 2015 ini
merupakan pelaksanaan tahun yang ke-6. Pada Peran Peneliti
Muda di Bidang Teknik Sipil dalam Menumbuhkan Inovasi untuk Mewujudkan Infrastruktur yang
Berkelanjutan
Teknik Sipil di Indonesia, untuk saling bertukar informasi dan berdiskusi mengenai kegiatan
penelitiannya.
Panitia penyelenggara KNPTS 2015 mengucapkan banyak terima kasih atas kontribusi abstrak dan
makalah yang telah dikirimkan oleh pemakalah dari berbagai institusi pendidikan pascasarjana
Teknik Sipil di Indonesia. Setelah melalui proses review oleh para reviewer, dari 56 (lima puluh
enam) abstrak yang masuk, terdapat 28 (dua puluh delapan) makalah yang dipilih untuk
dipresentasikan dan dipublikasikan dalam Prosiding KNPTS 2015.
Meneruskan program yang dimulai sejak tahun 2014, pada tahun ini KNPTS 2015 memberikan

salah satu tokoh insinyur Indonesia dimana penemuan beliau yang terkenal adalah pondasi cakar
ayam. Beliau merupakan tokoh yang memiliki sikap rendah hati dan dedikasi yang tinggi terhadap
bangsa, dimana hal tersebut menjadi spirit bagi ciptaannya. Untuk menghargai dan mendorong para
peneliti muda dalam meneladani hidup beliau, maka kegiatan ini memberikan apresiasi bagi
pemakalah terbaik melalui Sedyatmo Awards. Selain itu, kegiatan ini juga mengadakan kompetisi
lainnya bagi pemakalah terbaik pada kategori A (makalah penelitian yang telah rampung), kategori
B (makalah penelitian yang sedang berjalan), kategori C (makalah rencana penelitian) dan presenter
terbaik 3MT/3MD.
Pada kesempatan ini pula, Panitia KNPTS 2015 mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan
yang diberikan oleh Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB, Prodi Magister dan Doktor Teknik
Sipil FTSL ITB, PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT. Waskita Karya (Persero) Tbk, PT. Pembangunan
Perumahan (Persero) Tbk., dan PT. Danayasa Arthatama Tbk.
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan terjadi alih informasi dan ilmu penelitian skala nasional,
sehingga hasil-hasil penelitian bermanfaat bagi pendidikan teknik sipil, industri konstruksi, industri
jasa konstruksi, pemerintah sebagai regulator, dan berbagai pihak pemangku kepenringan lainnya.
Para peserta konferensi juga diharapkan mendapatkan manfaat dalam rangka menjalin hubungan
kerjasama dan saling berkolaborasi satu sama lain di masa mendatang.
Panitia penyelenggara KNPTS 2015 menyampaikan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan
kata maupun tindakan sejak awal persiapan hingga penyelenggaraan pada hari ini.

Bandung, 12 November 2015
Ir. Ferry Rusgiyarto, MT.

i
SAMBUTAN
KETUA PROGRAM STUDI MAGISTER DAN DOKTOR TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Sejalan dengan kebijakan nasional, kini ITB yang sedang mempersiapkan dirinya sebagai PTN BH
(otonom) dan telah mencanangkan menjadi universitas yang berorientasi riset dan entrepreneurial
dimasa yang akan datang. Program Studi Magister dan Doktor Teknik Sipil FTSL ITB bersama
mahasiswa program pascasarjana (S2 dan S3) memiliki peran yang sangat penting dalam mengisi
visi dan arahan ini, khususnya turut serta menciptakan lingkungan dan suasana penelitian yang
kondusif, sebagai bagian dari kegiatan tri-dharma Perguruan Tinggi.

Selama ini Program Studi Magister dan Doktor Teknik Sipil sudah berupaya meningkatkan kualitas
proses pembelajaran dan iklim penelitian secara berkelanjutan. Ke depan Prodi Magister akan terus
berkembang lebih lanjut dengan berjalannya Program Jalur Cepat (yaitu Program S1 dan S2 yang

student exchange ke berbagai kampus di luar negeri serta student exchange yang berasal dari
berbagai kampus luar negeri ke Prodi Teknik Sipil ITB. Di dalam negeri, kerjasama Tripartit
bersama Universitas Indonesia dan Universitas Gajah Mada masih terus berlangsung untuk
pembelajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat dalam rangka mendorong kontribusi
Perguruan Tinggi dalam pembangunan nasional Indonesia, yang kali ini fokus kepada
pengembangan strategi kemaritiman.

Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) pada 12 November 2015, merupakan
penyelenggaraan yang ke-6 kalinya di Kampus Ganesha. KNPTS ini merupakan wadah interaksi dan
tukar informasi perkembangan ilmu ketekniksipilan untuk lulusan dan mahasiswa pascasarjana
bidang Teknik Sipil di seluruh Indonesia. Tema konferensi "Peran Peneliti Muda di Bidang Teknik
Sipil dalam Menumbuhkan Inovasi untuk Mewujudkan Infrastruktur yang Berkelanjutan" dipilih
untuk semakin mendorong kontribusi peneliti muda dalam kebutuhan aktual masyarakat yang
selayaknya dapat dijawab oleh para mahasiswa pascasarjana.

Program Studi Magister dan Doktor Teknik Sipil sangat menghargai dan mengucapkan terima kasih
atas partisipasi dari beragam pemangku kepentingan juga mitra dari beragam industri/jasa
konstruksi dalam menunjang kesuksesan konferensi ini. Sinergi yang baik antar sesama mahasiswa
dari beragam kampus, yang difasilitasi oleh ITB bersama pemerintah dan dunia industri konstruksi
diharapkan akan membuahkan peningkatan kualitas produk pekerjaan sipil (civil works) dalam
pembangunan infrastruktur nasional yang sedang giat berjalan.

Bandung, 12 November 2015
Ir. Harun al-Rasyid S. Lubis, MSc., Ph.D.

ii
DAFTAR ISI


Halaman

Sambutan Ketua Panitia i
Sambutan Ketua Program Pascasarjana Teknik Sipil ii
Daftar Isi iii - v

Kelompok Keahlian
Rekayasa Struktur

Kestabilan dan Daktilitas Subassemblage Balok-Kolom Reactive Powder
1 - 9
Concrete Prategang Parsial
Siti Aisyah Nurjannah

Studi Numerik Perilaku Hubungan Pelat-Kolom Pada Struktur Flat Slab 10 18
Menggunakan Beton Mutu Tinggi
Asdam Tambusay

Analisis Perbandingan Kekuatan Model Sambungan Baut dan Las 19 - 27
Terhadap Material Plat ST 42
Saripuddin. M

Analisa Pengaruh Mesh Refinement Terhadap Pemodelan Propagasi Retak
28 - 36
Pada Corrosion Induced Crack Dengan Menggunakan Model Xfem Crack
I Ketut Hartana

Tanggap Statistik Struktur dengan Eksitasi Stokastik (White Noise dan 37 - 47
Gelombang)
Anwar Dolu

Pasta Geopolimer Sebagai Passive Fire Protection Untuk Pipa Baja 48 - 56
Fransisca Maria Farida

Optimasi Struktur Jacket Dengan Kendala Reliability Kelelahan Pada Joint
Menggunakan Metode Genetic Algorithm (GA) 57 - 66
Augusta Adha

Analisis Penentuan Dimensi Plat Dalam Yang Telah Dikasarkan Pada
Peredam Viskos Tipe Dinding Dalam Meningkatkan Kinerjanya Terhadap 67 - 75
Beban Gempa
Effy Hidayaty

iii
Analisa Potensi Penggunaan Kayu Cepat Tumbuh Sebagai Elemen Struktur
Dengan Cara Laminasi (Sebuah Upaya Perlindungan Terhadap Hutan 76 - 86
Alami)
Sri Indah Setiyaningsih

Studi Eksperimental Karakteristik Beton Geopolimer Berbahan Dasar Fly
Ash 87 - 93
Herwani

Kajian Eksperimental Curing Internal Terhadap Susut Pada Mortar Beton
Mutu Tinggi 94 - 99
Euis Kania Kurniawati

Kelompok Keahlian
Rekayasa Geoteknik

Analisis Pengaruh Sudut Kemiringan Dasar Sayap pada Pondasi Telapak 1 - 6
Bersayap di atas Tanah Pasir
Syahirman Suriadi

Perilaku Perkerasan Sistem Pelat Terpaku pada Lempung Lunak 7 - 17
Anas Puri


Kelompok Keahlian
Rekayasa dan Manajemen Transportasi

Evaluasi Re-Aktivasi Rute Kereta Api Jember Panarukan Menurut 1 - 9
Persepsi Penumpang
Willy Kriswardhana

Optimasi Jaringan Angkutan Barang Multimoda Melalui Penerapan Jalur 10 - 17
Pelayaran Short Sea Shipping (SSS)
Johannes E. Simangunsong

Rekayasa Material Lokal untuk Menurunkan Suhu Pencampuran Aspal 18 - 24
dalam Meningkatkan Ketahanan Permukaan Jalan
Nurul Wahjuningsih

Perkembangan Transportasi dan Pengaruhnya Terhadap Tata Guna Lahan 25 - 31
Di Kota Makassar (Tinjauan Sub Urban Selatan Kota Makassar)
Sudirman Hi. Umar

Pengembangan Model Pembasahan Pengeringan Tanah Dasar 32 - 42
Perkerasan Jalan Lentur
Nasuhi Zain

iv
Kelompok Keahlian
Rekayasa dan Manajemen Sumber Daya air

Model Sediment Delivery Ratio untuk Daerah Aliran Sungai di Pulau Jawa 1 - 9
Muhammad Ramdhan Olii

Pengukuran Laju Sedimentasi Pada Saluran Irigasi Pada Daerah Irigasi 10 - 18
Sanrego Kecamatan Kahu Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan
Abdul Rivai Suleman


Kelompok Keahlian
Manajemen dan Rekayasa Konstruksi
Rekayasa dan Manajemen Infrastruktur

Implementasi Otomasi Konstruksi Di Indonesia 1 - 8
Rangga Risnu N. P.

Assesmen Tingkat Risiko Pelaksana Konstruksi Jalan Berbasis Budaya
9 - 19
Profesionalisme
Basyar Bustan

Aplikasi Value Engineering (Ve) Pada Proyek Pembangunan Gedung 20 - 28

Saja Saomiharja

Pemetaan Stakeholder Pada Siklus Proyek Dalam Upaya Mereduksi 29 - 38
Kerentanan Bangunan Gedung Terhadap Gempa
M. Heri Zulfiar

Klasifikasi Jalan Tol Tidak Layak Finansial Di Indonesia 39 - 45
Iris Mahani

Analisis Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Proyek 46 - 56
Infrastruktur Jalan
Riza Susanti

Identifikasi Faktor Risiko Dari Segi Implementasi Keselamatan Dan 57 - 68
Kesehatan Kerja Pada Proyek Pembanggunan Rumah Sakit Stella Maris
Makassar
Firdaus Chairuddin

Kajian Kesesuaian Pelaksanaan Uji Sertifikasi Kompetensi Terhadap 69 - 76


Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Keinsinyuran
Irika Widiasanti



Rekayasa Geoteknik
Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2015
12 November 2015
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2015,
12 Nopember 2015, ISSN 2477-0086

PERILAKU PERKERASAN SISTEM PELAT TERPAKU PADA


TANAH DASAR LEMPUNG LUNAK
Anas Puri1, Hary Christady Hardiyatmo2, Bambang Suhendro3, dan 4

1
Alumni Program Doktoral Teknik Sipil, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dan Staf Pengajar Jurusan
Teknik Sipil, Universitas Islam Riau, Jl. Kaharuddin Nasution 113 Pekanbaru,
Email: anaspuri@yahoo.com
2,3,4
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika 2 Kompleks
UGM, Bulak Sumur, Yogyakarta 55281, E-mail: harychristady@yahoo.com;
bbsuhendro@yahoo.com; ahmad.rifai@tsipil.ugm.ac.id

ABSTRAK
Perkerasan Sistem Pelat Terpaku merupakan salah satu metode peningkatan kinerja
perkerasan kaku pada tanah lunak yang dikembangkan dari Sistem Cakar Ayam Modifikasi,
sehingga diharapkan perkerasan memberikan kemampuan layan yang baik; terhindar dari
penurunan tidak seragam yang berlebihan dan pumping, serta mempunyai durabilitas yang
tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari perilaku perkerasan Sistem Pelat Terpaku
pada lempung lunak akibat pembebanan, sehingga dapat diketahui kontribusi tiang-tiang
dalam meningkatkan kekakuan sistem, dan meningkatkan modulus reaksi tanah dasar
ekivalen, serta sebagai validasi metode analisis yang diusulkan. Uji Sistem Pelat Terpaku
skala penuh telah dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Gadjah Mada.
Pelat Terpaku menggunakan konstruksi beton bertulang yang dipasang pada media lempung
lunak. Uji Pelat Terpaku dengan 3 baris tiang mempunyai ukuran pelat 600 cm × 354 cm,
tebal 15 cm, berada pada lempung lunak setebal 215 cm, dan diperkuat tiang mikro
berdiameter 20 cm, panjang 150 cm, dan jarak 120 cm. Sejumlah instrumentasi dipasang
untuk mengamati perilaku sistem. Pembebanan berupa beban statis dan monotonik. Pelat
Terpaku memperlihatkan perilaku lendutan pelat berbentuk mangkok. Hal ini
mengindikasikan semua tiang mampu memberikan respon yang sama dalam 3D. Tiang-tiang
memobilisasi kapasitas dukung tekan dan berfungsi sebagai angkur mencegah pelat terjungkit
pada bagian yang menerima jungkitan. Pelat Terpaku skala penuh mempunyai kekakuan yang
besar dalam memikul beban. Hingga beban sentris 160 kN memberikan respon lendutan yang
masih elastik-linier, dimana lendutannya kecil sebesar 4,35 mm akibat beban di tepi sebesar 2
kali beban roda tunggal. Persamaan dan kurva faktor perpindahan yang diusulkan peneliti
terdahulu untuk penentuan tambahan modulus reaksi tanah dasar dapat digunakan. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa kinerja sistem ini sangat menjanjikan untuk aplikasi lapangan.
Untuk itu perlu dilakukan field trial pada suatu ruas jalan dengan kondisi tanah dasar
lempung lunak.
Kata Kunci: perkerasan kaku, lempung lunak, pelat terpaku, tiang mikro, lendutan pelat.

1. PENDAHULUAN
Perkerasan kaku merupakan salah satu tipe perkerasan jalan yang umum digunakan pada tanah dasar lunak.
Perkerasan yang terletak pada timbunan di atas tanah lunak, penurunan terjadi cenderung bersifat tidak
seragam pada arah melintang maupun memanjang trase jalan sebagai akibat distribusi beban yang tidak
merata sepanjang lebar ataupun panjang perkerasan, atau disertai dengan penurunan tidak seragam akibat
ketidak-homogenan tanah. Pelat yang terletak di atas tanah, kekuatannya akan bergantung pada kekuatan
pelat, kapasitas dukung tanah dasar dan interaksi antara pelat dan tanah dasar dalam mendukung beban, yang
umumnya dipengaruhi oleh adanya rongga-rongga yang terbentuk di antara ke duanya. Rongga-rongga ini
dapat disebabkan oleh penurunan tak seragam antara pelat dan tanah dasar, maupun oleh proses pemompaan
butiran halus (pumping) ke permukaan pelat akibat beban siklik kendaraan (Hardiyatmo, 2009). Perkerasan

7
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2015,
12 Nopember 2015, ISSN 2477-0086

juga menerima beban akibat temperatur yang membuat perkerasan mengalami momen lentur bolak-balik.
Hal-hal tersebut dapat mengakibatkan bergelombangnya jalan dan/ atau patahnya struktur perkerasan.
Perkerasan jalan Sistem Pelat Terpaku (Nailed-slab System) merupakan salah satu alternatif solusi untuk
mengatasi permasalahan konstruksi jalan yang melalui tanah dasar lunak. Sistem ini berawal dari ide untuk
mengganti cakar pada perkerasan sistem cakar ayam dengan tiang-tiang pendek, untuk lebih efisien dalam
pelaksanaan konstruksi (Hardiyatmo, 2008). Sistem ini direkomendasikan menggunakan pile cap tipis (tebal
12 cm hingga 25 cm), dan bagian bawah pelat perkerasan terdapat tiang-tiang mikro pendek berdiameter 12
cm 20 cm dengan panjang 1,0 m 1,5 m, dan jarak antar tiang berkisar antara 1 m 2 m (Hardiyatmo,
2008). Jadi pelat tersebut berfungsi ganda yaitu sebagai struktur perkerasan sekaligus sebagai pile cap.
Namun belum ada pengamatan perilaku Sistem Pelat Terpaku skala penuh pada tanah lunak yang
mengakomodir penggunaan sejumlah tiang dan beban kerja yang setara dengan beban roda kendaraan di
lapangan. Sejumlah studi tentang sistem ini meliputi studi analitis dan model laboratorium (Hardiyatmo,
2008, 2009, 2011; Taa, 2010), dan skala 1:1 namun terbatas pada tiang tunggal untuk lempung kaku (Nasibu,
2009; Dewi, 2009), dan belum ada aplikasi lapangan. Penelitian terdahulu masih terbatas pada skala model di
laboratorium untuk lempung lunak dan skala penuh untuk tiang tunggal pada lempung kaku.
Permasalahannya adalah, apakah perilaku yang teramati pada uji model sudah sesuai dengan perilaku Sistem
Pelat Terpaku ukuran yang sebenarnya? Modulus reaksi tanah dasar ekivalen yang teramati terbatas
berdasarkan uji model. Apakah pendekatan-pendekatan yang telah diusulkan cukup valid digunakan dalam
desain Sistem Pelat Terpaku, dan belum ada rumusan perancangan praktis di lapangan, sehingga perlu
disusun kedua hal tersebut sebagai pedoman dalam perancangannya. Maka penelitian ini ditujukan untuk:
1. Mempelajari perilaku perkerasan Sistem Pelat Terpaku pada lempung lunak akibat pembebanan,
sehingga dapat diketahui bagaimana kontribusi tiang-tiang dalam meningkatkan kekakuan sistem ini.
2. Mempelajari sejauhmana kontribusi tiang-tiang dalam meningkatkan modulus reaksi tanah dasar.
3. Memformulasikan dan memvalidasi metode analitis perencanaan perkerasan Sistem Pelat Terpaku.
2. STATE OF THE ART PERKERASAN SISTEM PELAT TERPAKU
Hardiyatmo, dkk. (2002) meneliti perilaku pelat yang didukung oleh kelompok tiang pada tanah lunak dengan
melakukan uji model di laboratorium. Model fondasi tiang menggunakan pipa baja berdiamater 1,5 cm yang
diisi spesi. Modulus reaksi tanah dasar vertikal meningkat dan lendutan pile cap menurun oleh adanya
perlawanan tanah di sekitar tiang. Hardiyatmo (2008) melakukan studi analitis penggunaan tiang-tiang
pendek pada perkerasan kaku. Gambar 1 merupakan ilustrasi perbandingan perkerasan kaku konvensional
dengan perkerasan sistem pelat terpaku dan perlawanan tiang terhadap beban.

Gambar 1
beton (Hardiyatmo, 2008)

Tiang-tiang diharapkan dapat mereduksi perbedaan penurunan (Gambar 1a) sehingga perkerasan tetap rata
pada arah memanjang jalan (Gambar 1b). Perbedaan penurunan juga dapat direduksi pada arah melintang

8
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2015,
12 Nopember 2015, ISSN 2477-0086

jalan, dimana tiang dapat berfungsi sebagai angkur sehingga pelat tidak mengalami jungkitan (Gambar 1c).
Tiang-tiang berfungsi laksana paku bagi pelat beton, menambah kuat dukung sistem perkerasan, dan
mengurangi faktor kehilangan dukungan, sehingga meningkatkan modulus reaksi tanah dasar vertikal efektif,
serta terjadi efisiensi pelat beton (Hardiyatmo, 2008).
Analogi dengan sistem cakar ayam, tiang-tiang pada sistem pelat terpaku diharapkan berfungsi sebagai
angkur dan sekaligus berfungsi sebagai perlawanan lendutan. Kinerjanyapun diharapkan serupa dengan
kinerja sistem cakar ayam, namun konstruksinya lebih kecil, sehingga diperoleh keuntungan berupa
pelaksanaan yang lebih praktis dan biaya konstruksi lebih rendah dibanding cakar ayam. Lendutan maksimum
Pelat Terpaku terjadi tepat di bawah beban, dan semakin kecil bila semakin jauh dari beban (Hardiyatmo dan
Suhendro, 2003). Selain itu, jungkitan di ujung pelat (lendutan negatif) berkurang dengan semakin tebalnya
pelat (t), serta distribusi lendutan semakin menyebar. Tebal pelat juga cenderung mereduksi lendutan, oleh
karena kekakuan pelat meningkat sejalan dengan peningkatan tebalnya.
Keberadaan tiang-tiang dapat meningkatkan modulus reaksi tanah dasar ekivalen arah vertikal ( ) (Pujiastuti,
2001; Hardiyatmo dan Suhendro, 2003; Hardiyatmo, 2008, 2010; Dewi, 2009; Nasibu, 2009). Peningkatan k
dipengaruhi beberapa faktor seperti kekakuan tanah, kekakuan tiang dan pelat, dimensi tiang maupun pelat,
serta konfigurasi tiang. Hardiyatmo (2009) merekomendasikan metode analisis lendutan pelat fleksibel
menggunakan modulus reaksi tanah dasar ekivalen, dan mengusulkan pula cara penentuan nilai tambahan
modulus reaksi tanah dasar akibat dipasangnya tiang (Hardiyatmo, 2011a). Penggunaan modulus dalam
analisis lendutan pelat fleksibel berdasarkan teori balok pada fondasi elastis (BoEF) memberikan hasil
memuaskan bila dibandingkan dengan hasil pengukuran (Hardiyatmo, 2009). Perlu digaris-bawahi di sini,
bahwa Sistem Pelat Terpaku bukanlah metode perbaikan tanah melainkan salah satu alternatif metode
meningkatkan kinerja perkerasan kaku pada tanah lunak.
3. LANDASAN TEORI
Lendutan balok atau pelat pada permukaan tanah dapat dihitung menggunakan koefisien reaksi tanah dasar
arah vertikal (kv). Koefisien ini ditentukan sebagai tekanan fondasi (q) yang dibagi dengan penurunan yang
bersesuaian ( ) dari tanah di bawahnya. Dengan kata lain, reaksi tanah dasar tidak lain adalah distribusi reaksi
tanah (q) di bawah struktur fondasi rakit guna melawan beban fondasi. Selanjutnya modulus reaksi subgrade
(k) ditentukan dengan cara mengalikan nilai koefisien tersebut (kv) dengan lebar pelat (B). Reaksi subgrade
terdistribusi tidak linier akibat beban merata fondasi. Pada lempung, distribusi reaksi tanah berbentuk
cembung dengan reaksi maksimum di sekitar pinggir fondasi dan reaksi yang lebih kecil pada tengah-tengah
fondasi.
Pendekatan penentuan modulus reaksi subgrade ekivalen pada Sistem Pelat Terpaku ditentukan sebagai
(Hardiyatmo, 2011a; Dewi, 2009):
(1)
3
Dimana k : modulus reaksi subgrade dari tanah (kN/m ) dan k : tambahan modulus reaksi subgrade karena
adanya tiang (kN/m3). Selanjutnya dengan mempertimbangkan tiang tunggal yang terhubung dengan pelat
lingkaran yang berada di atas tanah, Hardiyatmo (2011a) mengusulkan Pers.(2) untuk penentuan nilai k.

k 0 As a c p 0 K d tan d (2)
2s2 d u
Dimana 0 : perpindahan relatif antara tanah dan tiang (m), : defleksi pada permukaan pelat (m), As : luas
selimut tiang (m2), s : jarak antar tiang (m), ad : faktor adhesi (non-dimensional), cu : kohesi undrained
(kN/m2) , po : tekanan overburden efektif rerata sepanjang tiang (kN/m2), Kd : koefisien tekanan tanah lateral
tanah di sekitar tiang, dan d : sudut gesek antara tanah-tiang (). Hubungan / 0 vs berdasarkan uji skala
penuh pelat terpaku tiang tunggal pada lempung kaku diberikan Hardiyatmo (2011b). Pada pengujian tersebut
digunakan tiang berdiameter 20 cm dimana hubungan pelat dan tiang menggunakan mur-baut. Untuk Pelat
Terpaku pada lempung lunak, faktor perpindahan = 0/ s diberikan pada Gambar 2.
Untuk keperluan desain praktis, penentuan reduksi tahanan tiang sulit dilakukan. (Puri, 2015) mengusulkan
suatu pendekatan dalam penentuan tambahan modulus reaksi subgrade dengan menggunakan penurunan izin/
toleransi pelat perkerasan. Untuk Pelat Terpaku yang berada di atas tanah lunak, maka tahanan ujung tiang
diabaikan. Tambahan modulus reaksi subgrade karena adanya tiang di bawah pelat ditentukan sebagai

9
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2015,
12 Nopember 2015, ISSN 2477-0086

0,4a d cu As
k (3)
a A ps
Dimana : modulus reaksi subgrade ekivalen pelat terpaku (kN/m3), k : modulus reaksi subgrade tanah
(kN/m ), ad : faktor adhesi (non-dimensional), cu : kohesi undrained (kN/m2) , a : penurunan toleransi
3

(tolerable settlement) pelat perkerasan kaku (m), As: luas selimut tiang (m2), Aps : luasan zona pelat yang
didukung oleh satu tiang (m2), Aps = s2 (Hardiyatmo, 2011), dan s : jarak antar tiang (m). Modulus reaksi
subgrade dari uji beban pelat (k) biasanya menggunakan pelat lingkaran dan mesti dikoreksi terhadap bentuk
pelat dari pelat terpaku.
0.35
0.30
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0.00 0.01 0.02 0.03
Rasio s/D

Gambar 2 Hubungan faktor perpindahan ( = / s) terhadap rasio s/D (Puri, 2015)

4. PROGRAM PENGUJIAN
Pengujian telah dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Gadjah Mada. Pada makalah
disajikan uji utama, yaitu uji Sistem Pelat Terpaku skala penuh 3 baris tiang.
Bahan dan Alat
Untuk uji Pelat Terpaku skala penuh digunakan bahan-bahan berupa tanah lempung lunak Ngawi, yaitu tanah
Lokasi 1 Dusun Widodaren dan tambahan tanah lempung dari Lokasi 2 yang berbeda letak namun berdekatan
(Dusun Gendhingan, Kec. Banjarrejo, Kab. Ngawi, Jawa Timur), pelat beton bertulang tebal 15 cm (mutu
beton fc tiang beton bertulang berdiameter 20 cm (mutu beton fc
(lean concrete) tebal 5 cm dengan mutu beton fc .
Peralatan yang digunakan adalah bak pengujian berukuran (panjang lebar tinggi) 700 cm 365 cm 250
cm beserta frame beban dan jangkar beton bertulang (bak uji berada di dalam tanah), dongkrak hidrolik
kapasitas 300 kN, dial gauge kapasitas 10 mm dengan ketelitian 0,01 mm, dan loadcell berkapasitas 600 kN,
peralatan pancang tiang dan gergaji beton. Skema uji diberikan pada Gambar 3.
Prosedur pelaksanaan
Pelaksanaan pembuatan Pelat Terpaku hingga pengujiannya dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut.
Bak uji diurug dengan lempung lunak lapis demi lapis hingga setebal 2,15 m. Tiap lapis, lempung disebar
merata setebal 0,15 m dengan kontrol kadar air, kemudian dipadatkan secara manual hingga berkurang
menjadi tebal 0,10 m. Guna mengurangi pengaruh kembang-susut tanah, lempung dirawat dengan cara
menutup dengan lembar plastik yang di atasnya diberi karpet basah dan disiram secara berkala. Sejumlah
pengujian tanah dilakukan meliputi soil boring, uji geser baling-baling, uji CBR, dan uji beban pelat.
Selanjutnya 15 belas buah tiang mikro dipancang dengan metode pre-drilled dan dilanjutkan dengan tekan
hidolik hingga bagian atas tiang mencapai level rencana. Dua buah tiang diberi instrumentasi guna mengukur
regangan beton permukaan tiang dan regangan tulangan. Beberapa tiang diuji kuat dukung, kuat cabut, dan
kuat dukung lateral. Lempung di bagian kepala tiang digali untuk penebalan pelat dan 4 buah pressure meter
dipasang di permukaan lempung pada lokasi berbeda. Lantai kerja setebal 0,05 m dicor di permukaan tanah.
Tanah pada bagian rencana kedua ujung pelat digali untuk pembuatan pelat penutup tepi sesuai ukurannya.
Tulangan pelat dan pelat penutup tepi beserta bekisting pelat dipasang dan dilanjutkan pengecoran
menggunakan beton ready mixed. Beton dipadatkan menggunakan vibrator. Dilanjutkan dengan pengambilan

10
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2015,
12 Nopember 2015, ISSN 2477-0086

sampel beton. Beton dirawat selama 28 hari. Set up uji pembebanan monotonik dan repetitif dilakukan pada
posisi beban yang berbeda. Pembebanan tidak mencapai kondisi runtuh, hanya sedikit mencapai awal zona
plastis. Beban ditransfer ke pelat melalui pelat besi lingkaran berdiameter 0,30 m (reperesentasi bidang
kontak beban roda ganda). Setelah uji beban monotonik, dilanjutkan uji beban repetitif. Beban diberikan
bertahap dengan peningkatan beban dua kali beban sebelumnya. Kemudian lendutan di semua titik yang
teramati dicatat. Sebagian foto pelaksanaan diberikan pada Gambar 4.
Cara Analisis
Hasil pengukuran digambarkan dalam bentuk grafik beban vs. lendutan. Data-data dianalisis menggunakan
persamaan desain praktis yang diusulkan di Bagian 3. Hasil uji skala penuh Pelat Terpaku 3 baris tiang
dibandingkan dengan hasil analisis BoEF dan simulasi elemen hingga (FEM) menggunakan software Plaxis
3D dan SAP2000. Hasil analisis numerik ini sebagai validasi tambahan untuk rumus perencanaan yang
diusulkan, selain validasi berdasarkan pengamatan. Parameter material untuk analisis FEM diberikan pada
Tabel 1.

Gambar 3 Skema uji Pelat Terpaku skala penuh (Puri, 2015)

11
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2015,
12 Nopember 2015, ISSN 2477-0086

Gambar 4 Uji pembebanan Pelat Terpaku skala penuh pada titik A (Puri, 2015)

Tabel 1. Model dan parameter tanah pada analisis 3D Plaxis


Parameter Nama/ Notasi Lempung lunak Pasir Satuan
Model material Model Mohr-Coulomb Mohr-Coulomb -
Perilaku material Tipe Undrained Drained -
Berat volume terendam sat 16,30 18,00 kN/m3
Berat volume kering d 10,90 20,00 kN/m3
Modulus Young's E 1.790,00 42.750,00 kPa
Rasio Poisson's v 0,45 0,35 -
Kohesi undrained cu 20,00 1,00 kPa
o
Sudut gesek internal 1,00 47,80
o
Sudut dilatansi 0,00 2,00
-
Kadar pori awal e0 1,19 0,50
Interface strength ratio R 0,80 0,70

5. HASIL DAN PEMBAHASAN


Bahan pada uji ini menggunakan lempung lunak Ngawi yang mempunyai kadar air cukup tinggi rerata
54,87%. Kuat geser undrained (Su) kondisi tidak terganggu rerata sebesar 20,14 kN/m2. Kondisi lunak
tersebut juga dibuktikan dengan nilai CBR lapangan rerata 0,83%. Nilai PI sebesar 59,98% membuat
lempung ini termasuk klasifikasi CH (lempung plastisitas tinggi) berdasarkan klasifikasi USCS (setara
klasifikasi A-7-6, AASHTO). Kuat tekan beton karak-teristik sebesar 29,21 MPa. Beton tiang diperoleh mutu
fc fc
Modulus elastisitas beton ditentukan dengan pendekatan umum sebesar 4.700 fc
Hasil Uji Pelat Terpaku Skala Penuh Tiga Baris Tiang
Lendutan Pelat Terpaku skala penuh pada beban sentris (Titik A) dan interior (Titik B dan D) lebih kecil
dibanding terhadap beban di tepi (Titik C) dan titik beban lainnya (E, F, dan G) (Gambar 5b). Dengan
demikian, beban di tepi dan pojok menjadi beban yang sangat penting diperhitungkan dalam desain. Terkait
titik E dan F, dapat dianggap mewakili perbandingan antara kondisi pinggir pelat yang diperkuat pelat
penutup tepi (Titik E) dengan tanpa pelat penutup tepi (Titik F) walaupun faktanya Titik E pada sisi
terpendek pelat yang berhubungan dengan lempung, sedangkan Titik F berada pada sisi terpanjang pelat yang
tidak berhubungan dengan lempung pada bagian luarnya. Terlihat bahwa lendutan Titik E lebih rendah
dibandingkan Titik F. Ini menunjukkan bahwa pelat penutup tepi dapat meningkatkan kekakuan ujung pelat
sehingga lendutan tereduksi. Titik G adalah titik terlemah, di lapangan dapat diberi balok lintang.

12
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2015,
12 Nopember 2015, ISSN 2477-0086

Beban, P (kN)
5 0 100 200
F
1 2 3 4 5 0
120
C B A
1 Titik A
6 7 8 9 1 Titik B
E D 120 2 Titik C
Titik D
11 12 13 14 1 3 Titik E
5
G Titik F
4 Titik G
5 60 120 120 120 120 60 50 5
a) b)
Gambar 5 Hubungan P- untuk seluruh titik beban, a) Denah titik beban A sampai G, b) Kurva P-
(Puri, 2015)

Pola lendutan maksimum akibat beban repetitif di A dan C bersesuaian dengan beban monotonik (Gambar 6).
Lendutan selain kedua titik tersebut, mempunyai pola yang sama dengan C. Beberapa kesimpulan penting
dapat diambil terkait respon lendutan yang elastik-linier hingga beban repetitif 160 kN yaitu
a. Repetisi pembebanan tidak mempengaruhi respon lendutan secara signifikan,
b. Pada beban roda tunggal, lendutan yang terjadi sangat kecil yaitu 0,48 mm,
c. Tiang-tiang mikro yang pendek setelah tertancap dalam tanah cukup kaku untuk berfungsi sebagai
pengaku pelat (slab stiffener),
d. Tiang-tiang memberikan respon yang baik dimana pada setiap repetisi beban dikembalikan ke nol maka
lendutan semua titik cenderung kembali ke nol lagi,
e. Bentuk lendutan pelat mendekati simetris mengindikasikan bahwa semua tiang mampu merespon secara
sama dalam 3D. Artinya, pelat penebalan mampu menghubungkan tiang dan pelat secara monolit,
f. Respon elastik-linier mencapai intensitas beban 160 kN untuk beban di A dan 80 kN untuk beban di C,
membuktikan perkerasan Sistem Pelat Terpaku ini mempunyai kekakuan yang besar.

Beban, P (kN) Beban, P (kN)


0 100 200 0 100 200
0 0

1 1

2 2

3 3

4 Repetitif-Titik A 4
Repetitif-titik C
Monotonik-Titik A Monotonik-titik C
5 5
a) Beban di A b) Beban di C
Gambar 6 Hubungan P- untuk semua repitisi pada beban repetitif

6. VALIDASI METODE HITUNGAN PERENCANAAN PELAT TERPAKU

Struktur perkerasan Sistem Pelat Terpaku skala penuh selanjutnya dihitung lendutan dan gaya dalam
menggunakan modulus reaksi tanah dasar ekivalen (k
Tabel 2 memberikan hasil hitungan k m baris tiang, yang dihitung menggunakan Persamaan (3) dan
Kurva Puri (Gambar 2).

13
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2015,
12 Nopember 2015, ISSN 2477-0086

Pelat Terpaku 3 baris tiang dianalisis menggunakan Plaxis 3D (model tanah Mohr-Coulomb) dan SAP 2000
yang mengacu pada Suhendro (2006) tiang dimodelkan sebagai elemen batang dan tanah sebagai konstanta
pegas. Konstanta pegas yang digunakan dan besarannya yaitu kv = 7.000 kN/m3, kh = 14.000 kN/m3, dan k =
7.000 kN/m3. Dianalisis beban merata pada titik-titik uji beban, kecuali F dan G. Elemen pelat lentur
menggunakan mid-surface sebagai acuan, maka beban kerja disebar ke tengah penampang pelat dengan sudut
45o. Pegas kv hanya memberikan respons tekan, sedang pegas kt berupa respon tekan dan tarik.

Tabel 2. Modulus reaksi tanah dasar ekivalen ( k)


Rumus Hardiyatmo dan Gambar 2
Persamaan (3)
Lokasi (Puri, 2015)
beban k k k k
k' (kN/m3) k' (kN/m3)
(kN/m3) (kN/m3) (kN/m3) (kN/m3)

Sentris 3.300 1.175 4.755 3.300 380 3.680


Di tepi 3.300 1.175 6.710* 3.300 380 5.520*
Catatan: * k' di tepi telah dikali dengan faktor pengali 1,5.

Hasil analisis lendutan berdasarkan Gambar 2 cenderung lebih besar dibanding Persamaan (3), oleh karena
modulus reaksi tanah dasar ekivelan berdasarkan Gambar 2 lebih rendah dibanding Persamaan (3). Perbedaan
lendutan berdasarkan Gambar 2 terhadap pengamatan cenderung berkurang dengan peningkatan beban,
sebagai contoh, terdapat perbedaan sebesar 52,11% pada beban 40 kN, dan 18,25% pada beban 150 kN.
Kedua persentase perbedaan tersebut untuk beban sentris. Hal yang sama juga terlihat pada beban di tepi,
dimana terdapat perbedaan sebesar 25,93% pada beban 40 kN, dan -2,45% pada beban 150 kN. Mengacu
pada hubungan P- untuk beban sentris (Gambar 7a) maupun untuk beban di tepi (Gambar 7c), tampak
bahwa hasil analisis lendutan masih berada pada zona elastik-linier, dan ini sesuai dengan asumsi pada kedua
metode yang digunakan.

Beban, P (kN)
0 100 200 Jarak dari beban (m)
-3 -2 -1 -2 0 1 2 3
0
0
2
4
5
Persamaan (3) 6
Gambar 2 Persamaan (3) Gambar 2
FEM 3D Plaxis FEM 3D Plaxis 8 FEM 3D-SAP2000
Pengamatan Pengamatan
10 10

a) P- beban sentris b) Distribusi lendutan-Pmaks = 160 kN sentris


Beban, P (kN)
0 50 100 150 Jarak dari beban (m)
0 -2 0 1 2 3 4 5 6
0
2
Persamaan (3)
5 4 Gambar 2
Persamaan (3) 6 FEM 3D Plaxis
Gambar 2 FEM 3D-SAP2000
FEM 3D Plaxis 8
Pengamatan
Pengamatan 10
10
c) P- beban di tepi d) Distribusi lendutan-Pmaks =140 kN di tepi

14
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2015,
12 Nopember 2015, ISSN 2477-0086

Gambar 7 Lendutan analisis dan pengamatan Pelat Terpaku tiga baris tiang

Seluruh hasil hitungan menggunakan BoEF cenderung over-estimated namun polanya bersesuaian dengan
pengamatan. Khusus untuk beban sentris, hasil hitungan FEM 3D-SAP2000 untuk kv 7.000 kN/m3 juga
bersesuaian dengan pengamatan dan selisihnya sangat rendah (Gambar 7b), akan tetapi under-estimated pada
beban di tepi (Gambar 7d). Secara umum, penggunaan konstanta pegas pada analisis Pelat Terpaku sudah
memadai BoEF maupun FEM 3D plate bending. Bila diaplikasikan pada desain akan menghasilkan desain
yang lebih aman. Untuk hasil FEM 3D-Plaxis secara umum cukup baik, kecuali terjadi lendutan negatif pada
ujung-ujung pelat akibat beban sentris (Gambar 7) dan juga terjadi di tengah pelat akibat beban di tepi
(Gambar 7d).
Momen maksimum pelat lebih besar 19,51% dibanding momen nominal penampang Mn, yang secara teoritis
penampang tidak aman. Namun, pengamatan lapangan membuktikan bahwa pelat dalam keadaan aman, tidak
terjadi keretakan maupun keruntuhan. Bila properties beton dan baja dinaikkan 30% (beban sementara), maka
diperoleh Mn = 19,02 kNm/m. Jadi momen maksimum dari SAP2000 sesuai dengan Mn sedangkan hasil
Plaxis 3D over-estimated 12,62%. Besar momen pada beban sentris 160 kN berdasarkan BoEF adalah 67,74
kNm/m, karena itu momen hasil hitungan BoEF cukup diambil sebesar 30% untuk keperluan perencanaan.
Momen tiang tidak melampaui momen nominal penampang (5,31 kNm).
Kemungkinan Aplikasi Praktis
Hasil pengujian perkerasan Sistem Pelat Terpaku skala penuh menunjukkan bahwa kinerja sistem ini sangat
menjanjikan untuk aplikasi. Pada kondisi yang sebenarnya, perkerasan Sistem Pelat Terpaku akan
mempunyai luasan yang lebih besar, sehingga keberadaan tiang sebagai pengaku akan semakin banyak ke
segala arah. Kinerjanya terkait kapasitas dukung dan reduksi lendutan pelat akan lebih baik lagi terhadap
beban monotonik dan repetitif. Sistem ini memungkinkan ditempatkan langsung pada tanah dasar lunak,
namun perlu terlebih dahulu dilakukan triping tanah permukaan. Sistem ini juga dapat ditempatkan di atas
perkerasan sementara (berupa lapisan sirtu setebal 35 cm dan lantai kerja setebal 15 cm) sebagai alas kerja
guna dilewati kendaraan berat atau ditempatkan di atas timbunan tanah (sekira tebal 30 cm hingga 50 cm).
Dalam hal elevasi perkerasan mesti dibuat lebih tinggi dari muka tanah guna menghindari genangan, sistem
ini dapat pula dikombinasikan dengan timbunan berbahan ringan guna mengurangi penurunan konsolidasi
tanah dasar lunak, oleh karena Sistem Pelat Terpaku ini bukanlah perbaikan tanah melainkan suatu metode
untuk meningkatkan kinerja perkerasan kaku pada tanah lunak. Sekalipun tanah dasar mengalami penurunan,
dan bila perkerasan Sistem Pelat Terpaku ini juga diizinkan mengalami penurunan, maka penurunan
perkerasannya akan berupa penurunan seragam yang terkurangi.
7. KESIMPULAN DAN SARAN
Pengujian perkerasan Sistem Pelat Terpaku skala penuh pada lempung lunak telah dilaksanakan serta analisis
dan pembahasan hasil pengujian telah pula dilakukan. Berdasarkan itu, dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Pelat Terpaku pada tanah dasar lempung lunak memperlihatkan perilaku lendutan pelat berbentuk
mangkok (deflected bowl). Hal ini mengindikasikan bahwa semua tiang mampu memberikan respon
yang sama dalam 3-D. Tiang-tiang tidak hanya memobilisasi kapasitas dukung tekannya namun juga
kapasitas dukung tarik sehingga menahan pelat untuk tetap kontak dengan tanah.
2. Pelat Terpaku mempunyai kekakuan yang besar dalam memikul beban. Untuk tebal pelat 15 cm,
terbukti hingga beban sentris 160 kN memberikan respon lendutan yang masih elastik-linier. Kekakuan
sistem ini terlihat pada lendutan yang kecil sekitar 4,35 mm untuk beban di tepi (P x beban
roda tunggal). Kekakuan pelat juga bertambah dengan peningkatan jumlah baris tiang dimana lendutan
pelat semakin berkurang.
3. Tiang-tiang memberikan respon yang baik dimana pada setiap repetisi beban dikembalikan ke nol maka
lendutan semua titik cenderung menuju ke nol lagi. Dengan demikian sistem ini mempunyai ketahanan
yang lebih tinggi terhadap beban berulang. Tahanan beban berulang semakin tinggi dengan
bertambahnya jumlah baris tiang.
4. Pola lendutan hasil numerik 3D plate bending dan momen maksimum pelat bersesuaian dengan momen
nominal penampang dan pengamatan lapangan membuktikan bahwa pelat dalam keadaan aman, tidak
terjadi keretakan maupun keruntuhan. Momen maksimum Plaxis 3D over-estimated 12,62%.

15
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2015,
12 Nopember 2015, ISSN 2477-0086

5. Peningkatan kekakuan pelat akibat penambahan tiang-tiang di bawahnya, dapat dinyatakan dengan
tambahan modulus reaksi tanah dasar ( k). Persamaan dan kurva faktor perpindahan yang diusulkan
Puri (2015) dalam penentuan k dapat digunakan untuk analisis Pelat Terpaku. Secara umum,
penggunaan konstanta pegas k
Metode yang diusulkan lebih praktis dalam penggunaannya, dan tidak memakan banyak waktu. Desain
Pelat Terpaku didasarkan pada analisis satu baris tiang menggunakan k akan menghasilkan desain yang
lebih aman.
6. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kinerja sistem ini sangat menjanjikan untuk aplikasi lapangan.
Untuk itu perlu dilakukan field trial pada suatu ruas jalan dengan kondisi tanah lempung lunak.

DAFTAR PUSTAKA
CSI, 1998, SAP2000 Integrated Finite Element Analysis and Design of Structures: Analysis Reference,
Computer and Structures Inc., Barkeley, California-USA.
Desrihadi, R., 2001, Uji Beban Fondasi Tiang dengan Pile Cap Tipis pada Tanah Lempung, Tugas Akhir,
Program Studi Teknik Sipil, Program Sarjana UGM, Yogyakarta, Indonesia.
Dewi, D.A., 2009, Kajian Pengaruh Tiang Tunggal Terhadap Nilai Koefisien Reaksi Subgrade Ekivalen pada
Uji Beban Skala Penuh, Tesis, Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta.
Firdiansyah, A., 2009, Evaluasi Dimensi Sistem Cakar Ayam Akibat Pengaruh Variasi Letak Beban dan
Kondisi Tanah, Tesis, Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta, Indonesia.
Hardiyatmo, H.C., 2008, Nailed Slab) Untuk Perkuatan Pelat Beton Pada Perkerasan
Kaku (Rigid Pavement), Prosiding Seminar Nasional Teknologi Tepat Guna dalam Penanganan
Sarana-prasarana, MPSP JTSL FT UGM., pp. M-1 M-7.
Hardiyatmo, H.C., 2009, Metode Hitungan Lendutan Pelat dengan Menggunakan Modulus Reaksi Tanah
Dasar Ekivalen untuk Struktur Pelat Fleksibel, Dinamika Teknik Sipil, Vol.9 No.2, pp. 149-154.
Hardiyatmo, H.C., 2010, Perancangan Sistem Cakar Ayam Modifikasi untuk Perkerasan Jalan Raya, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta, Indonesia.
Hardiyatmo, H.C., 2011a, Method to Analyze the Deflection of the Nailed-slab System, International Journal
of Civil and Environmental Engineering IJJCE-IJENS, Vol. 11 No. 4, pp. 22-28.
Hardiyatmo, H.C., 2011b, Perancangan Perkerasan Jalan dan Penyelidikan Tanah: perkerasan aspal,
perkerasan beton, Sistem Cakar Ayam Modifikasi, Sistem Pelat Terpaku, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, Indonesia.
Hardiyatmo, H.C. dan Suhendro, B., 2003, Fondasi Tiang dengan Pile Cap Tipis sebagai Alternatif untuk
Mengatasi Problem Penurunan Bangunan di Atas Tanah Lunak, Laporan Komprehensif Penelitian
Hibah Bersaing IX Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Hetenyi, M., 1974, Beams on Elastic Foundation: Theory with applications in the fields of civil and
mechanical engineering, The Univerrsity of Michigan Press, Ann Arbor.
Nasibu, R., 2009, Kajian Modulus Reaksi Tanah Dasar Akibat Pengaruh Tiang (Uji Beban pada Skala Penuh,
Tesis, Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta, Indonesia.
Plaxis 3D Foundation, Material Models Manual version 1.5.
Plaxis 3D Foundation, Scientific Manual version 1.5.
Pujiastuti, H., 2001, Uji Beban Pelat Fleksibel pada Tanah Lempung yang Diperkuat dengan Pemasangan
Tiang-tiang, Tesis, Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta, Indonesia.
Puri, A., 2015, Validation The Theory of Additional Modulus of Sub Grade Reaction For Pavement of
Nailed-Slab System Based on Full Scale Test: Developing The Curve of Displacement Factor Based on
Single Pile Nailed-Slab, Submitted on International Journal of Technology (IJTech).
Somantri, A.K., 2013, Kajian Lendutan Pelat Terpaku pada Tanah Pasir Dengan Menggunakan Metode Beam
on Elastic Foundation (BoEF) dan Metode Elemen Hingga, Tesis, Program Studi Teknik Sipil, Program
Pascasarjana UGM, Yogyakarta, Indonesia.

16
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2015,
12 Nopember 2015, ISSN 2477-0086

Suhendro, B., 2006, Sistem Cakar Ayam Modifikasi sebagai Alternatif Solusi Konstruksi Jalan di Atas Tanah
Lunak, Saduran dari Buku 60 Tahun Republik Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Suhendro, B., dan Hardiyatmo, H.C., 2010, Sistem Perkerasan Cakar Ayam Modifikasi (CAM) sebagai
Alternatif Solusi Konstruksi Jalan di Atas Tanah Lunak, Ekspansif, dan Timbunan, Prosiding Seminar
dan Pameran Sehari 2010 Inovasi Baru Teknologi Jalan dan Jembatan, DPD HPJI Jatim, Surabaya..
Taa, P.D.S., 2010, Pengaruh Pemasangan Kelompok Tiang Terhadap Kenaikan Pelat dalam Sistem Nailed-
Slab yang Terletak di Atas Tanah Dasar Ekspansif, Tesis, Program Studi Teknik Sipil, Program
Pascasarjana UGM, Yogyakarta, Indonesia.

17

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai