BAB V Yuri
BAB V Yuri
PEMBAHASAN
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai ρ<0,05
(p=0,004) sehingga secara statistik dapat diartikan bahwa ada hubungan antara bukti
langsung dengan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas Rambung Kota Tebing Tinggi
Tahun 2022. Menurut hasil peneliti, dari 52 responden yang menjawab baik bukti fisik dalam
mutu pelayanan yang diberikan, mayoritas responden merasa baik dalam mutu pelayanan
yang didapat sebanyak 46 responden (68,2%). Hal ini berarti responden merasa puas akan
kenyamanan berobat di Puskesmas Rambung Tebing Tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh
fasilitas fisik seperti ruang tunggu, dan peralatan yang digunakan. Ruang tunggu yang
digunakan oleh pasien dapat menampung seluruh pasien yang sedang menunggu antrian.
Semakin bukti langsung dirasakan oleh pasien maka semakin tinggi nilai dari kepuasan
pasien dan memberikan jawaban bahwa dari segi bukti langsung yang diberikan sudah baik.
Sehingga pasien mendapatkan kenyamanan yang dirasakan, responden merasa puas akan
kenyamanan berobat. Hal ini dapat dirasakan dan dilihat secara langsung oleh responden
dengan merasakan pelayanan dari fasilitas fisik dan sarana perlengkapan yang memadai di
Hal ini sejalan dengan penelitian di Kabupaten Sragen, dengan judul Pengaruh Mutu
Pelayanan Kesehatan dengan Mutu pelayanan Pasien Rawat Jalan Peserta Jaminan Kesehatan
Nasional di Wilayah Kerja Puskesmas Ngrampel. Dari 100 responden diperoleh nilai p-
value=0,049 nilai p < 0,05. Maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya bukti fisik berpengaruh
positif dan signifikan terhadap mutu pelayanan Kesehatan. Menurut maya dkk (2018),
variabel Bukti Langsung (Tangible) tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor
antara bukti fisik dengan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas Rantang Medan Petisah
Tahun 2019.
Hasil ini menguatkan teori Parasuraman, Zeithml dan Berry dalam Lidiana, (2017),
Mutu pelayanan kesehatan dapat dirasakan langsung oleh penggunanya dengan menyediakan
saranan dan prasarana yang memadai. Tenaga kesehatan akan mampu bekerja secara optimal
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai ρ>0,05
(p=0,485) sehingga secara statistik dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan antara
kehandalan dengan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas Rambung Kota Tebing Tinggi
Tahun 2022. Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Rambung, pasien memberikan nilai
bahwa faktor kehandalan (reliability) yang diberikan nilai kurang baik dengan mutu
pelayanan kesehatan yang kurang baik. Hal ini disebabkan oleh responden merasakan bahwa
pelayanan yang diberikan oleh dokter tidak teliti dan bersungguh-sungguh,. Sehingga hal
tersebut perlu diperhatikan kembali. Dengan kata lain, kehandalan berarti sejauh mana jasa
mampu memberikan apa yang telah dijanjikan kepada pasiennya yang kurang memuaskan.
Maka kehandalan dan mutu pelayanan kesehatan memiliki hubungan sebab akibat satu sama
pelayanan kesehatan secara tidak tepat dan tidak akurat dapat menjadi hal kurang baik
terhadap mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas Rambung Kota Tebing Tinggi, sehingga
Menurut Maya dkk (2018), tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor
reliability dengan mutu pelayanan kesehatan di puskesmas Karandenan dengan nilai ρ>0,05
(p=0,485). Namun menurut fitri dan herbert (2019), yang menyatakan ada pengaruh yang
signifikan antara kehandalan dengan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas Rantang
Medan Petisah Tahun 2019. Hal ini menguatkan teori Parasuraman Zeithml (2018),
kehandalan merupakan kemampuan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan janji yang
ditawarkan. Penilaian mutu pelayanan dilihat dari kemampuan tenaga kesehatan yang
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai ρ<0,05
(p=0,0001) sehingga secara statistik dapat diartikan bahwa ada hubungan antara daya tangap
dengan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas Rambung Kota Tebing Tinggi Tahun 2022.
Pelayanan yang diberikan oleh petugas dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik,
perhatian secara individual kepada pasien dan mengerti kebutuhan pasien dan sikap tim
medis maupun non medis dalam menanggapi keluhan serta masalah yang dihadapi oleh
pasien. Diantaranya adalah mudah diakses, tidak lama menunggu, dan bersedia mendengar
keluh kesah pasien. Indikator yang dinilai seperti merespon permintaan pasien, membantu
pasien dengan cepat dan tepat, pemberian informasi jasa secara cepat dan tepat juga sudah
dirasakan oleh pasie. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilaukan oleh Boy Susanto
(2011) tentang Pengaruh Kualitas Jasa Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Pada Rumah
Sakit Umum Kota Banjar yaitu terdapat pengaruh daya tanggap dengan mutu pelayanan
Kesehatan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilaukan oleh Boy Susanto (2011)
tentang Pengaruh Kualitas Jasa Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Pada Rumah Sakit
Umum Kota Banjar yaitu terdapat pengaruh daya tanggap dengan mutu pelayanan kesehatan.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian di Kabupaten Sragen, dengan judul Pengaruh Mutu
Pelayanan Kesehatan dengan Mutu pelayanan Pasien Rawat Jalan Peserta Jaminan Kesehatan
Nasional di Wilayah Kerja Puskesmas Ngrampel. Dari 100 responden diperoleh nilai
pvalue=0,568 nilai p > 0,05. Maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya daya tanggap tidak
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pasien. Artinya tinggi rendahnya daya tanggap
Menurut hasil peneliti bahwa dari 54 responden yang daya tanggap dalam pelayanan
kesehatan nya baik, mayoritas responden menjawab merasa baik dalam mutu pelayanan yang
didapat sebanyak 53 orang (98,1%), hal ini berarti responden merasa puas akan kecepatan
tindakan petugas kesehatan dalam melayani kebutuhan pasien. Hal ini menguatkan teori
Parasuraman Zeithml (2018), daya tanggap merupakan respon atau kesigapan dalam
memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap yang meliputi kecepatan petugas kesehatan
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai ρ<0,05
(p=0,0001) sehingga secara statistik dapat diartikan bahwa ada hubungan antara jaminan
dengan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas Rambung Kota Tebing Tinggi Tahun 2022.
Hal ini petugas kesehatan yang terdapat di Puskesmas Rambung mampu memberikan
pelayanan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan petugas mampu
menanamkan kepercayaan pasien terhadap Puskesmas. Sehingga pasien merasa aman dan
jaminan kesembuhan dan keamanan sehingga akibat pelayanan yang diberikan termasuk
pengetahuan petugas kesehatan dalam memberikan tindakan pelayanan. Aspek ini juga
mencakup kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh petugas, bebas dari bahaya,
resiko, keragu-raguan. Dari segi assurance, indicator yang dinlai berupa kesopanan dan
adanya tanggung jawab atas tindakan terhadap pasien. Indikator tersebut sudah dirasakan
baik bila dibandingkan hasil yang tidak setuju. Menurut hasil peneliti diketahui bahwa dari 62
responden yang jaminan dalam pelayanan kesehatan nya baik, mayoritas responden
menjawab mutu pelyanan yang baik sebanyak 54 responden (87,1%), berarti responden
merasa puas akan jaminan pelayanan yang diberikan puskesmas rambung dan responden
beranggapan bahwa yang terpenting adalah ketepatan dan keakuratan dalam pemberian
Hasil penelittian ini sejalan dengan penelitian Maya dkk (2018) terdapat hubungan
yang signifikan antara faktor assurance dengan mutu pelayanan kesehatan di puskesmas
karadenan . Namun, tidak sejalan dengan penelitian di Kabupaten Sragen, dengan judul
Pengaruh Mutu Pelayanan Kesehatan dengan Mutu pelayanan Pasien Rawat Jalan Peserta
Jaminan Kesehatan Nasional di Wilayah Kerja Puskesmas Ngrampel. Dari 100 responden
diperoleh nilai p-value=0,701 nilai p > 0,05. Maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai ρ<0,05
(p=0,0001) sehingga secara statistik dapat diartikan bahwa ada hubungan antara kepedulian
dengan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas Rambung Kota Tebing Tinggi Tahun 2022.
Kemampuan para dokter dan perawat untuk memberikan pelayanan secara individu,
memberikan bantuan dan perhatian khusus kepada pasien dan tanggung jawab pasien atas
kenyamanan dan keamanan dan keinginan dokter dan perawat untuk membuat para pasien
dan memberikan pelayanan dengan tanggap meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan
komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pasien yang terwujud dalam penuh
perhatian terhadap setiap pasien. Adapun indikator yang dijadikan pernyataan tentang
kualitas pelayanan variabel Empathy / empati terdiri dari 5 pertanyaan yang berkaitan
variabel empati yaitu perhatian, memahami kebutuhan, mudah dihubungi pasien dan
tersebut juga sudah dirasakan baik oleh pasien. Menurut Parasuraman et al. dalam Ojah
(2012), emphaty (empati) adalah perhatian yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan
kepada pelanggan. Hal ini dapat diartikan jika kemudahan untuk memberikan keterangan dan
perhatian kepada pasien dengan baik belum tentu meningkat, Artinya empati atau pemberian
perhatian dalam pelayanan kesehatan tidak terlalu berpengaruh karena pemberian perhatian
termasuk sikap individual tersendiri yang diberikan petugas kesehatan kepada pasien.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian di Kabupaten Sragen, dengan judul Pengaruh
Mutu Pelayanan Kesehatan dengan Mutu pelayanan Pasien Rawat Jalan Peserta Jaminan
Kesehatan Nasional di Wilayah Kerja Puskesmas Ngrampel. Dari 100 responden diperoleh
nilai p-value=0,001 nilai p < 0,05. Maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya empati
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pasien. Namun tidak sejalan dengan
penelitian di Sragen, dengan judul Kualitas Pelayanan Kepuasan Pasien Rumah Sakit Sarila
Husada. Dari 100 responden pasien rawat jalan diperoleh nilai p-value = 0,091 nilai p > 0,05.
Maka empati tidak mempunyai pengaruh posistif dan signifikan terhadap kepuasan pasien
rumah sakit Sarila Husada Sragen pada pasien rawat jalan. Hal ini dapat diartikan jika
kemudahan untuk memberikan keterangan dan perhatian kepada pasien dengan baik belum
tentu meningkat.
Menurut peneliti diketahui bahwa dari 49 responden yang empati dalam pelayanan
kesehatan nya baik, mayoritas responden menjawab mutu pelayanan lesehatan yang baik
sebanyak 48 responden (98%). Hal ini berarti responden merasa puas akan sikap kepedulian
atau keramahan petugas kesehatan saat melayani pasien. Hal ini menguatkan teori
Parasuraman Zeithml (1998), empati merupakan perhatian secara individual yang diberikan
tenaga kesehatan terhadap pasien meliputi kemampuan untuk berkomunikasi, perhatian dari
petugas kesehatan, kesempatan waktu lebih untuk pasien berkonsultasi kepada tenaga
kesehatan.