Anda di halaman 1dari 2

Pertunjukan Wayang golek biasanya disuguhkan untuk upacara keagamaan maupun untuk

hiburan. Dalang dalam setiap aksinya selalu dilengkapi gamelan dan sinden yang berlanggam
dengan menggunakan bahasa sunda. Sebagaimana alur cerita pewayangan umumnya, dalam
pertunjukan wayang golek juga memiliki lakon-lakon baik galur maupun carangan. Alur cerita
dapat diambil dari cerita rakyat seperti penyebaran agama Islam oleh Walangsungsang dan Rara
Santang maupun dari epik yang bersumber dari cerita Ramayana dan Mahabarata dengan
menggunakan bahasa Sunda dengan iringan gamelan Sunda (salendro), yang terdiri atas dua
buah saron, sebuah peking, sebuah selentem, satu perangkat bonang, satu perangkat bonang
rincik, satu perangkat kenong, sepasang gong (kempul dan goong), dan
seperangkat kendang (sebuah kendang Indung dan tiga buah kulanter), gambang dan rebab.

Wayang golek merupakan kesenian populer masyarakat Pasundan yang kental akan nilai-nilai
kebudayaan yaitu berupa pertunjukan boneka tiruan menyerupai manusia yang dimainkan oleh
seorang dalang dengan menggabungkan beberapa unsur seni. Unsur-unsur seni dalam Wayang
Golek itu yang menjadi daya tarik masyarakat, seperti seni suara, seni peran, seni musik, seni
sastra, seni tutur, seni lukis, seni pahat serta perlambang.  Wayang golek sebagai suatu kesenian
juga mengandung nilai estetika serta keseluruhan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat
pendukungnya. Pertunjukan wayang tidak hanya didudukkan sebagai seni tetapi juga sebagai
seni yang bersrata adhi-luhung. Salah satu ciri keadhi-luhungannya tersebut yaitu memiliki
muatan-muatan nilai filosofi kehidupan yang meliputi nilai moral, norma religi, etika, dan
estetika. Nilai-nilai tersebut dapat dijumpai dalam isi lakon atau cerita yang disajikan oleh
dalang, melalui pembendaharaan bentuk garap antawacana (dialog wayang) sesuai dengan tokoh
dan karakter wayangnya

Pertunjukan Wayang golek dapat ditemukan di acara keagamaan, hajatan, dan acara lain dalam
rangka hiburan. Dalang di setiap aksinya selalu dilengkapi iringan gamelan Sunda dan sinden
yang berlanggam dengan menggunakan bahasa sunda. Seperti alur cerita pewayangan umumnya,
pertunjukan wayang golek juga memiliki lakon-lakon baik galur maupun carangan. Alur cerita
dapat diambil dari cerita rakyat seperti penyebaran agama Islam oleh Walangsungsang dan Rara
Santang maupun dari epik yang bersumber dari cerita Ramayana dan Mahabarata.

Wayang golek berasal dari masyarakat Pasundan yang kental dengan nilai-nilai kebudayaan
yaitu berupa pertunjukan boneka tiruan menyerupai manusia yang dimainkan oleh seorang
dalang dengan menggabungkan beberapa unsur seni. Unsur-unsur seni dalam Wayang Golek itu
yang menjadi daya tarik masyarakat, seperti seni suara, seni peran, seni musik, seni sastra, seni
tutur, seni lukis, seni pahat serta perlambang.  Pertunjukan wayang tidak hanya didudukkan
sebagai seni tetapi juga sebagai seni yang bersrata adhi-luhung. Salah satu ciri keadhi-
luhungannya tersebut yaitu memiliki muatan-muatan nilai filosofi kehidupan yang meliputi nilai
moral, norma religi, etika, dan estetika.
Pertunjukan wayang golek teyeng ditemukna ing acara agama, hajatan, lan acara liya-
liyane kanggo hiburan. Dhalang ing saben aksine tansah dijangkepi iringan gendhing sundha lan
sinden kang nembang karo migunakake basa sundha. Kaya alur carita pewayangan liyane,
pertunjukan wayang golek uga nduweni lakon-lakon becik galur utawa carangan. Alur carita
dijupuk saka carita rakyat kaya panyebaran agama Islam dening Walangsungsang lan Rara
Santang utawa saka epik kang bersumber saka carita ramayana lan mahabarata.
Wayang golek asale saka masyrakat Pasundan kang kentel karo nile-nile kabudayan
yaiku arupa pertunjukan boneka tironan memper manungsa kang dinggo dening siji dhalang karo
nggabungake pirang-pirang unsur seni. Unsur-unsur seni ing wayang golek iku kang dadi daya
tarik masyarakat, kaya kagunan swara, kagunan peran, kagunan musik, kagunan susastra,
kagunan tutur, kagunan lukis, kagunan pahat sarta pralambang. Pertunjukan wayang ora mung
didudukkan dadi seni nanging uga dadi seni kang bersrata adhi-luhung. Salah siji ciri keadhi-
luhungane kasebut yaiku nduweni muatan-muatan nilai filosofi kauripan kang kalebu nilai moral,
norma religi, etika, lan estetika.

Anda mungkin juga menyukai