Anda di halaman 1dari 53

A.

DEFINISI ALKITAB MENGENAI


DOSA
Alkitab menjelaskan bahwa manusia telah jatuh ke dalam dosa.
Kehendak bebas yang diberikan Allah, justru menjadi jerat bagi
manusia untuk melanggar perintah Tuhan, yaitu tidak boleh
mengambil buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat
yang ada di tengah-tengah taman. Manusia telah gagal dalam
menggunakan kehendak bebasnya sehingga merusak gambar dan
rupa Allah yang diberikan bagi manusia. Akibatnya, kegagalan
tersebut melahirkan sesuatu yang buruk dalam kehidupan
manusia, yaitu dosa.
Secara etimologis dosa berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata
"hamartia" yang artinya adalah "tidak mencapai target atau
sasaran". Ketika Allah menciptakan manusia dan menempatkan
mereka di dalam taman Eden, Allah memberikan satu perintah
kepada manusia untuk tidak memakan buah dari pohon pengetahuan
yang baik dan yang jahat, sebab pada hari manusia memakannya,
pastilah mereka akan mati.
Dituliskan dalam Kejadian 3, manusia gagal dan tidak menuruti
perintah Allah itu. Manusia tergoda dengan bujuk rayu iblis sehingga
mengambil buah dari pohon itu. Kegagalan manusia inilah yang
dinamakan dosa.
Istilah "dosa" muncul sangat banyak dalam Alkitab, baik dalam
Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Berikut ini
pemakaian istilah-istilah dosa dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru:

1. Dalam Perjanjian Lama

a. Hatta
Dosa dalam bahasa Ibrani adalah "hatta", berarti "tidak kena
atau tidak sampai." Pengertian tersebut dapat dihubungkan
dengan anak panah yang "tidak kena" sasarannya. Dosa
menurut istilah ini berarti tidak kena, tidak sampai, atau
menyimpang dari tujuan dan maksud Allah. Dosa menurut
istilah tersebut bukan hanya mencakup perbuatan dosa, tetapi
juga keadaan hati dan maksud hati yang berdosa (Kejadian
4:7; Keluaran 9:27; Bilangan 6:11; Mazmur 51:4,6; Amsal 8:36).
"Hatta" berarti jauh dan mengurangi standard dari Tuhan yang
Mahasuci. Allah telah menetapkan suatu standard, namun manusia
justru jatuh dan turun dari standard yang telah ditetapkan oleh
Allah. Itulah yang disebut dengan "hatta". Alkitab memakai istilah
ini sebanyak 580 kali dalam Perjanjian Lama. Istilah "hatta" menjadi
sesuatu yang sangat menyedihkan hati Tuhan, sebab manusia gagal
untuk hidup sesuai dengan standard atau patokan yang telah
ditetapkan oleh Tuhan.
b. Avon
Dalam bahasa Ibrani, kata yang dipakai adalah "avon" yang
berarti "bengkok atau diputar". Dalam hal ini berarti hati yang
bengkok, yang diputar dari yang benar. Kata tersebut tidak
terlalu menjurus kepada perbuatan jahat, melainkan berkenaan
dengan hati dan tabiat yang jahat (Kejadian 15:16; Mazmur
32:5; Yesaya 5:18), yang mengakibatkan manusia pantas untuk
dihukum.
Kata "avon" sangat sulit untuk diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia, namun pada akhirnya istilah ini diterjemahkan
sebagai suatu perasaan dalam diri manusia yang menganggap
dirinya cacat atau perasaan di dalam jiwa yang membuat diri
merasa kurang benar, sehingga perlu untuk menegur diri
sendiri.
c. Pesha
Dalam bahasa Ibrani, kata yang dipakai adalah "pesha" yang
berarti "melawan yang berhak, melawan perintah Allah, dan
melakukan bidat," (Mazmur 51:3; Amsal 28:2). "Pesha" juga
berarti pelanggaran atas suatu batas yang sudah ditetapkan
tetapi manusia justru melewati batas itu. Oleh sebab itu,
manusia sudah gagal karena telah berjalan melampaui batas
yang sudah ditetapkan oleh Allah. Penyelewengan dari jalan
yang telah Tuhan tetapkan ini disebut dosa.

Masih ada beberapa istilah lain untuk dosa, seperti:


Pendurhakaan, kejahatan, pelanggaran karena ketidaktahuan,
penyimpangan, kebencian, kenakalan, dll. (Kejadian
41:9; Imamat 4:13; Yehezkiel 34:6; Mazmur 119:21; Imamat
19:17; Mazmur 94:20).
2. Perjanjian Baru

a. Hamartia
Kata "Hamartia" merupakan istilah dosa yang sering muncul
dalam Perjanjian Baru, kata ini dituliskan sebanyak 174 kali
dalam Perjanjian Baru, dan 71 kali dalam tulisan-tulisan
Paulus. Kata ini tidak hanya mengenai perbuatan dosa,
melainkan juga keadaan hati dan pikiran yang jahat. Arti dari
kata tersebut adalah "manusia ada dalam keadaan ditipu"
(Roma 3:23).
2. Perjanjian Baru

b. Adikia

Kata "Adikia" memiliki arti "kejahatan". Seperti halnya


dalam I Yohanes 1:9, kata tersebut diterjemahkan
"kejahatan". Kata ini muncul dalam I Yohanes 5:17 yang juga
diterjemahkan "kejahatan". Istilah ini menunjuk kepada suatu
keadaan hati dan pikiran yang jahat. Oleh sebab itu Yohanes
berkata bahwa dosa-dosa kita diampuni dan kita disucikan
dari kejahatan.
2. Perjanjian Baru

c. Parabasis
Parabasis mengandung arti "menyimpang dari yang
seharusnya." Kata ini selalu dipakai dalam hal yang
berhubungan dengan pelanggaran terhadap hukum yang pasti
(Roma 4:15). Hukum-hukum Allah menuntut supaya manusia
menaatinya, dan bilamana manusia tidak mau menaatinya,
berarti ia adalah pelanggar hukum dan berdosa. Dan tentu
saja murka Allah akan jatuh ke atasnya (Roma 4:15).
B. FAKTA TENTANG DOSA
1. Penciptaan mengatakannya.

Segenap alam mengatakan bahwa ada sesuatu yang salah.


Alam membuktikan bahwa ada kehidupan dan kematian, ada
keharmonisan dan perselisihan, ada keindahan dan keburukan,
terang dan gelap, yang menyatakan fakta adanya dosa.
Kekuatan-kekuatan alam dapat menjadi berkat tetapi dapat juga
menjadi kutuk. Bumi yang dimaksudkan memberkati manusia,
tetapi ada waktunya mendatangkan kesengsaraan. Ini semua
jadi karena dosa telah masuk ke alam semesta. “Karena engkau
mendengarkan perkataan istrimu dan memakan dari buah pohon
yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari
padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau.” (Kejadian
3:17).
B. FAKTA TENTANG DOSA
2. Sejarah manusia mengatakannya.

Pandangan singkat atas sejarah, dengan adanya perang,


pertumpahan darah, kebencian, pembunuhan, kebejatan moral dan
ketamakan, menunjukkan bahwa ada yang salah pada manusia
bangsa-bangsa di bumi. Alkitab mengatakan bahwa perang dan
perkelahian, pertengkaran dan pembunuhan adalah karena dosa.
(Yakobus 4:1-2).
B. FAKTA TENTANG DOSA
3. Logika manusia menyatakannya.

Manusia yang jujur akan mengakui bahwa ada yang salah di dalam
dirinya. Ia mengakui bahwa ia tidak harmonis di dalam dirinya.
Inilah fakta adanya dosa di dalam diri yang bersangkutan. Seorang
yang jujur dengan dirinya, mengakui di Alkitab, “Karena bukan apa
yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci,
itulah yang aku perbuat. Sebab bukan apa yang aku kehendaki,
yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku
kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.” (Roma 7:14,19).
Manusia melakukan yang salah karena ia orang berdosa.
B. FAKTA TENTANG DOSA
4. Kata hati manusia menyatakannya.

Kata hati manusia adalah saksi tentang dosa yang ada pada
manusia. Pada saat seseorang melakukan yang salah, kata hatinya
menyalahkan dia, menuduh dan menghukum dia. “Suara hati
mereka saling menuduh atau saling membela.” (Roma 2:15). Kata
hati membuktikan adanya dosa pada manusia.
B. FAKTA TENTANG DOSA
5. Pengalaman manusia menyatakannya.

“Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan,
pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa
nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.” (Markus 7:20,21). “Mereka akan
membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan
berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak memperdulikan
agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak
dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak
berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu daripada menuruti Allah.”
(2 Timotius 3:2-4). Ayat-ayat Firman Tuhan ini dan ayat-ayat lainnya mengatakan
tentang dosa dalam hidup manusia dan pengalaman manusia mengesahkan bahwa
apa yang dikatakan Firman Allah benar. Pengalaman manusia menyatakan bahwa
dosa itu ada dalam hidup manusia.
B. FAKTA TENTANG DOSA
6. Agama-agama manusia menyatakannya.

Bangsa-bangsa di dunia mempunyai allah atau allah-allah yang


disembah. Dengan korban-korban dan ibadah mereka berusaha
menyenangkan dewa-dewa karena rasa bersalah atau dosa di hati
mereka. Kepercayaan atau agama bangsa-bangsa di dunia
membuktikan adanya dosa pada manusia. Manusia dengan
agamanya mau menutupi atau menyelesaikan dosa itu.
B. FAKTA TENTANG DOSA
7. Orang percaya menyatakannya.

Orang percaya yang telah percaya Kristus sebagai Tuhan dan


Juruselamatnya yang lebih menyadari adanya dosa. Setelah
mendengar Injil, percaya dan bertobat dan dilepaskan dari dosa
yang menguasainya, orang percaya lebih menyadari realitas dosa
itu. Tetapi orang percaya yang menyadari bahwa untuk
menyelesaikan dosa yang menguasai manusia, harus disucikan dan
dikuasai oleh Firman Allah dan Roh Kudus.
B. FAKTA TENTANG DOSA
8. Kitab Suci menyatakannya.

Pengadilan tertinggi untuk membuktikan sesuatu adalah Firman


Allah. Justru Firman Allah yang mengatakan bahwa semua manusia
berdosa. “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah
kehilangan kemuliaan Allah.” (Roma 3:23). “Sebab itu, sama seperti
dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu
juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua
orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” (Roma 5:12).
C. DEFINISI ALKITAB MENGENAI DOSA
1. Definisi-definisi Alkitab tentang dosa.

a. Dosa adalah pelanggaran hukum (1 Yohanes 3:4).


b. Kejahatan adalah dosa (1 Yohanes 5:17).
c. Tidak melakukan yang baik adalah dosa ( Yakobus 4:17 ).
d. Ketidakpercayaan adalah dosa (Roma 14:23).
e. Memikirkan kebodohan adalah dosa (Amsal 24:10).
C. DEFINISI ALKITAB MENGENAI DOSA
2. Kata-kata Ibrani untuk dosa.

a. Chattath, yang berarti kejahatan, pelanggaran, keberdosaan


disengaja.
b. Avon, Avown, yang berarti kejahatan, pelanggaran, dosa.
c. Pasha, yang berarti pelanggaran, pemberontakan.
d. Asham, yang berarti pelanggaran, rasa salah.
C. DEFINISI ALKITAB MENGENAI DOSA
3. Kata-kata Grika untuk dosa.
a. Hamartia – digunakan 174 kali di Perjanjian Baru, artinya dosa.
b. Hamartema – digunakan 4 kali di Perjanjian Baru, artinya dosa. Hamartema
terutama untuk pengungkapan luar dari dosa atau ketidakpatuhan pada
hukum Ilahi.
c. Parakoe – digunakan 5 kali di Perjanjian Baru, artinya ketidaktaatan atau
ketidakpedulian terhadap Firman Allah.
d. Anomia – digunakan 15 kali di Perjanjian Baru, artinya pelanggaran hukum
kedurhakaan. Pelanggaran hukum berasal dari pemberontakan di hati.
e. Parabasis – digunakan 16 kali di Perjanjian Baru, artinya pelanggaran,
melanggar hukum Allah.
f. Paraptoma – digunakan 23 kali di Perjanjian Baru, artinya kejatuhan,
pelanggaran, kesalahan, penyimpangan.
g. Agnoema – digunakan hanya sekali di Perjanjian Baru, artinya pelanggaran,
dosa karena tidak peduli.
D. EKSISTENSI DOSA
1. Masuknya dosa ke alam semesta.
Kitab Suci menunjukkan dengan jelas bahwa mahluk moral yang pertama
diciptakan adalah rombongan malaekat, dan bahwa Lucifer dan malaekatnya
adalah pendosa-pendosa pertama dan yang asli. Jadi dosa mulai di sorga di
antara para malaikat. Kemudian turun ke bumi di mahluk penggoda yaitu
iblis.
Lucifer adalah mahluk malaekat, penghulu malaekat, yang dipakaikan
dengan hikmat, terang dan keindahan. Ia ditugaskan sebagai pemimpin di
dalam pelayanan penyembahan. Ia diurapi menjadi kerub yang mengawal
takhta Allah. Ia tidak bercela di dalam tingkah lakunya sejak penciptaannya.
Ini ada padanya sampai didapati ada kecurangan kepadanya. Keadaan dari
Lucifer dapat dilihat dari Firman Tuhan yang menggambarkan mengenai raja
Babel, seperti yang tertulis dalam Yesaya 14:12-14, dan raja Tirus seperti
tertulis dalam Yehezkiel 28:1-19.
D. EKSISTENSI DOSA
Esensi yang ada pada Lucifer yaitu keterpusatan-diri, yang menyatakan dalam
tritunggal dosa: kesombongan, ketamakan (hawa nafsu) dan kehendak-diri.

a. Kesombongan.
Lucifer menjadi sombong (Yehezkiel 28:5), dan berkata ia adalah Allah
(ayat 2), dan menempatkan diri sama dengan Allah (ayat 6).
“Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului
kejatuhan.” (Amsal 16:18).
b. Ketamakan atau hawa nafsu.
Lucifer menyatakan keinginan yang tamak waktu ia berkata: “Aku
hendak naik mengatasi awan-awan, hendak menyamai Yang
Mahatinggi” (Yesaya 14:14). Ia menginginkan posisi Allah dan
penyembahan yang hanya menjadi hak Allah. Ia bangkit melawan
Firman, Allah yang benar.
D. EKSISTENSI DOSA
c. Kehendak diri.
Nabi Yesaya dalam membicarakan kejatuhan Lucifer, mendaftarkan
lima ungkapan kehendak-diri (Yesaya 14:13,14).
1) Menaikkan diri. “Aku hendak naik ke langit.”
2) Pengangkatan diri. “Aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi
bintang-bintang Allah.”
3) Penobatan diri. “Aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di
sebelah utara.”
4) Kepercayaan diri. “Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-
awan.”
5) Pemujaan diri. “Aku hendak menyamai Yang Mahatinggi.”
Kehendak-diri menjadi dosa-benih dari semua dosa. Semua buah
dosa ada di dalam bentuk benih itu.
D. EKSISTENSI DOSA
Jadi iblis, mahluk roh, mahluk moral dan berkehendak bebas yang
diciptakan, bangkit melawan Allah Pencipta, dengan kesombongan,
ketamakan dan kehendak diri penuh pemberontakan. Tetapi iblis
bukannya naik melainkan jatuh.
Iblis adalah pendusta pertama, yang bertanggungjawab atas masuknya
dosa ke alam semesta. Ia memimpin pemberontakan malaikat, dan
akhirnya adalah kejatuhan manusia melalui Adam.
D. EKSISTENSI DOSA
2. Masuknya dosa ke dalam manusia.

Dalam Kejadian 3:1-6 kita mendapat laporan tentang godaan pada manusia
dan masuknya dosa ke dalam ras manusia. Percobaan pada manusia
terpusat di sekitar suatu pohon di Taman Eden, pohon pengetahuan baik
dan jahat. Secara khusus meliputi kedengar-dengaran pada perintah Allah
yang diberikan di Kejadian 2:17. Manusia boleh makan dari semua pohon,
kecuali buah yang dilarang, buah pohon pengetahuan baik dan jahat. Di
sini manusia diperhadapkan pada pilihan, kepatuhan atau ketidakpatuhan
pada kehendak Allah. Manusia juga mengetahui konsekuensi pilihannya
yaitu kematian atau kehidupan. Sebagai mahluk yang berkehendak bebas,
ia mempunyai kuasa untuk memilih.
D. EKSISTENSI DOSA
Di dalam percobaan pada manusia, Allah mengijinkan Iblis, pendosa yang
pertama itu, untuk mencobai manusia. Cobaan pada manusia meliputi:

a. Pencobaan yang menyangkut tubuh, jiwa dan roh. Waktu Allah


mengijinkan Adam dan Hawa dicobai ular, mereka digoda dalam:
1) Tubuh, yaitu keinginan daging. “Pohon itu baik untuk dimakan.”
2) Jiwa, yaitu keinginan mata. “Pohon itu sedap kelihatannya.”
3) Roh, yaitu kesombongan hidup. “Pohon itu menarik hati karena
memberi pengertian “Kamu akan menjadi seperti Allah, tahu
tentang yang baik dan yang jahat.”
Jadi manusia di dalam ketritunggalannya dicobai menurut ketiga hal
yang disebutkan di 1 Yohanes 2:15-17. Jadi waktu manusia jatuh,
manusia jatuh secara tubuh, jiwa dan roh, yaitu manusia berdosa
dalam tubuh, jiwa dan roh. Ini menyebabkan kerusakan total.
D. EKSISTENSI DOSA
b. Pencobaan dalam hal keinginan, kesombongan dan kehendak-diri.

1) Pencobaan menyangkut keinginan.


Allah telah memberikan kepada manusia lima instink mendasar yaitu:
a) Hukum pemeliharaan diri, yang memungkinkan manusia
memelihara dirinya.
b) Hukum penambahan diri, yang memungkinkan manusia
memperoleh kebutuhan hidup untuk mencukupi diri.
c) Hukum pemberian makan pada diri, yaitu instink mencari makan.
d) Hukum pembiakan diri, yaitu instink kelamin, yang dengannya
manusia bertambah-tambah.
e) Hukum penonjolan diri, yang dengannya manusia dapat
menaklukkan dan menguasai bumi.
D. EKSISTENSI DOSA
Instink-instink ini merupakan kemampuan manusia dan bukan dosa. Tetapi
Iblis menjadikannya keinginan yang tidak terkontrol sehingga manusia
ditaklukkan oleh keinginan. Pencobaan merupakan eksploitasi atas
kemampuan manusia dan penyelewengan atas instink yang diberikan oleh
Allah. Ular membujuk perempuan itu untuk melanggar hukum Allah. Manusia
mengikuti keinginannya, dan itulah dosa.
D. EKSISTENSI DOSA
b. Pencobaan dalam hal keinginan, kesombongan dan kehendak-diri.

2) Kesombongan.

Pencobaan juga meliputi apa yang muncul dari keinginan yang tidak wajar,
yaitu kesombongan. Pernyataan Iblis, “Kamu akan menjadi seperti Allah,
tahu tentang yang baik dan yang jahat”, merupakan bujukan ego manusia.
Ini adalah bujukan dari kesombongan. Pencobaan Iblis membujuk manusia
agar jatuh dalam kesombongan, yaitu bahwa manusia akan menjadi seperti
Allah, yang tahu tentang yang baik dan yang jahat.
D. EKSISTENSI DOSA
b. Pencobaan dalam hal keinginan, kesombongan dan kehendak-diri.

3) Kehendak-sendiri.

Setelah manusia terbujuk oleh si ular, manusia tetap bebas untuk melakukan
atau tidak melakukan apa yang ditawarkan Iblis. Tujuan Iblis memang adalah
untuk menguasai kehendak-sendiri manusia itu. Ia mau supaya manusia
mempraktekkan kehendak-sendiri, yang bertentangan dengan kehendak
Allah. Manusia membuat keputusan untuk tidak menaati kehendak Allah.
Manusia mempraktekkan kehendak bebasnya, mengikuti kehendak-sendiri,
dan manusia jatuh dalam dosa. Dengan demikian dosa ada dalam
kehendak-sendiri manusia.
D. EKSISTENSI DOSA
c. Pencobaan dalam hubungan dengan hukum.

Pencobaan pada manusia menyangkut serangan pada hukum Allah. Larangan


yang diberikan Allah pada manusia di Kejadian 2:17 merupakan hukum Allah.
Iblis harus menyerang hukum Allah untuk dapat menaklukkan manusia.

Urutan langkah Iblis dalam menaklukkan kepatuhan pada hukum:

1) Ular mendatangkan keragu-raguan pada pikiran wanita itu mengenai


Firman Allah dan hukum Allah. Ia menganggu dengan pertanyaan,
“Tentu Allah berfirman,…bukan?” Ini adalah keraguan atas otoritas
firman yang dikatakan Tuhan. Inilah awal ketidakpercayaan.
D. EKSISTENSI DOSA

Urutan langkah Iblis dalam menaklukkan kepatuhan pada hukum:

2) Perempuan itu menambah Firman dengan mengatakan bahwa mereka


tidak boleh menjamah pohon itu.
3) Perempuan itu juga memalsukan Firman. Bila dibandingkan Kejadian 3:3
dengan 2:17, perempuan itu telah menambah “nanti”.
4) Ular itu berdusta dengan mengatakan, “Sekali-kali kamu tidak akan mati.”
5) Ular itu memfitnah Firman dengan menyerang maksud Allah, dengan
mengatakan bahwa Allah menyembunyikan dari mereka hak untuk
menjadi seperti Allah, yang mengetahui yang baik dan yang jahat.
6) Perempuan itu tertipu dan percaya omongan Iblis ganti Firman Allah, dan
jatuh dari iman kepada ketidakpercayaan.
D. EKSISTENSI DOSA

Manusia melanggar hukum Allah. “Dosa ialah pelanggaran hukum Allah.”


(1 Yohanes 3:4). Dengan melanggar satu hukum Allah maka semua
hukum dilanggar. “Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi
mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap
seluruhnya.” (Yakobus 2:10).
Dengan demikian pencobaan Iblis pada manusia adalah pencobaan
pada tubuh, jiwa dan roh manusia, pencobaan dalam keinginan,
kesombongan dan kehendak diri, dan pencobaan dalam hal pelanggaran
hukum Allah.
D. EKSISTENSI DOSA
3. Kejatuhan manusia dan akibatnya.

a. Akibat segera dari kejatuhan.

1) Kesucian hilang (Kejadian 3:7; 2:25).


Mereka tahu bahwa mereka telanjang. Suatu perasaan malu
datang pada Adam dan Hawa karena ketidak-patuhan mereka.

2) Pengetahuan akan yang baik dan yang jahat.


Mereka mengetahui yang baik dan yang jahat, dan yang jahat
masuk dalam pikiran mereka. Walaupun mengetahui yang baik dan
yang jahat, tetapi mereka lebih dapat melakukan yang jahat.
D. EKSISTENSI DOSA
3. Kejatuhan manusia dan akibatnya.

a. Akibat segera dari kejatuhan.

3) Hukum kata hati bekerja.

Pada saat manusia berdosa, hukum kata hati mulai bekerja. Kata
hati menghasilkan yang salah.
D. EKSISTENSI DOSA
3. Kejatuhan manusia dan akibatnya.

a. Akibat segera dari kejatuhan.

4) Hukum pekerjaan.
Kata hati yang tertuduh membawa mereka pada usaha, supaya mereka
dapat menghadap Allah. Mereka menyemat daun ara untuk menutup
badan mereka (Kejadian 3:7).

5) Takut akan Allah.


Dosa dan kata hati yang merasa salah mendorong mereka untuk
menyembunyikan diri dari hadirat Allah. Dosa mendatangkan ketakutan.
Waktu Allah datang, mereka menyembunyikan diri mereka di antara
pohon-pohon (Kejadian 3:8).
D. EKSISTENSI DOSA
3. Kejatuhan manusia dan akibatnya.

a. Akibat segera dari kejatuhan.

6) Menyalahkan orang lain.


Waktu Tuhan datang dan memanggil mereka, Adam dan Hawa
bersembunyi. Sebenarnya Allah menunggu pengakuan dosa mereka.
Tetapi mereka masing-masing hanya menyalahkan seorang terhadap
yang lain. Adam menyalahkan perempuan itu. “Perempuan… dialah
yang memberi dari buah pohon itu, maka kumakan.” Perempuan itu
menyalahkan ular. “Ular itu yang memperdayakan aku, maka
kumakan.” Mereka mau menyeimbangkan rasa salah mereka dengan
menyalahkan orang lain (Kejadian 3:9-13).
D. EKSISTENSI DOSA
3. Kejatuhan manusia dan akibatnya.
a. Akibat segera dari kejatuhan.
7) Sifat-sifat manusia menjadi rusak.
Waktu dosa memasuki manusia, menyebabkan kerusakan keseluruhan
sifat dasar manusia: roh, jiwa dan tubuh.
a) Roh manusia. Roh manusia, yang adalah lampunya Tuhan
(Amsal 20:27) terbuang ke dalam kegelapan dan kehilangan
kontaknya dengan Allah.
b) Jiwa manusia. Jiwa dengan kemampuannya yaitu pikiran,
kehendak dan perasaan, dipengaruhi. Pikiran menjadi terpusat
pada diri, perasaan menjadi tak terkendali dan kehendak
dibengkokkan dari kehendak Allah.
c) Tubuh manusia. Tubuh manusia dengan alat-alat inderanya
menjadi tunduk pada instink-instink yang salah, penyakit dan
kematian.
D. EKSISTENSI DOSA
3. Kejatuhan manusia dan akibatnya.
b. Akibat jangka panjang dari kejatuhan.

1) Dosa melanda semua manusia. Roma 5:12 menerangkan secara


jelas bahwa oleh seorang manusia, dosa memasuki dunia dan semua
telah berdosa di dalam Adam. Waktu Adam berdosa, semua manusia
berdosa, walaupun mereka masih “di pinggang Adam”. Semua
manusia menjadi orang berdosa di dalam Adam, karena Adam adalah
sebagai kepala perwakilan seluruh ras manusia (Roma 5:19). Semua
keturunan Adam dilahirkan di dalam dosa. Semua dilahirkan dengan
sifat dasar yang berdosa dan telah rusak. Itu sebabnya semua perlu
dilahirkan kembali.
D. EKSISTENSI DOSA
3. Kejatuhan manusia dan akibatnya.
b. Akibat jangka panjang dari kejatuhan.

2) Kematian melanda semua manusia. Sebagaimana dosa memasuki


dunia melalui seorang manusia, demikian pula hukuman dosa yaitu maut.
(Kejadian 2:17; Roma 5:12-21; 6:23). Semua manusia telah berdosa dan
semua mati “di dalam Adam”, bapa dan wakil ras manusia (1 Korintus
15:21-23; 45-50).
D. EKSISTENSI DOSA
3. Kejatuhan manusia dan akibatnya.
c. Pehukuman Ilahi diumumkan dan dilaksanakan.
1) Pehukuman atas ular. Ular dihukum dengan kutuk yang tak dapat
diperbaiki. Namun di tengah penyampaian keputusan pehukuman, janji
kelepasan Mesianik diberikan. Benih perempuan itu akan meremukkan
kepala ular itu nanti pada waktunya (Kejadian 3:14,15; Lukas 10:18;
Roma 16:20; Wahyu 20:3,10).
2) Pehukuman atas perempuan. Kesusahan dan kesakitan waktu
melahirkan anak, berada di bawah kekuasaan suami, merupakan
hukuman yang diberikan kepada perempuan (Kejadian 3:16).
D. EKSISTENSI DOSA
3. Kejatuhan manusia dan akibatnya.
c. Pehukuman Ilahi diumumkan dan dilaksanakan.
3) Pehukuman atas laki-laki. Pehukuman yang diberikan kepada
manusia ( laki-laki ) adalah bahwa ia harus berpeluh di dalam bekerja
untuk mendapat nafkahnya dan kemudian kematian akan menyusul
(Kejadian 3:17-19).
4) Pehukuman atas bumi. Bumi dikutuki dengan semak duri. Bumi
bukanlah Eden tetapi menjadi kutuk (Kejadian 3:17,18). Pengaruhnya
yaitu hewan menjadi liar, bermusuhan dan memberontak pada
kekuasaan manusia.
D. EKSISTENSI DOSA
3. Kejatuhan manusia dan akibatnya.
c. Pehukuman Ilahi diumumkan dan dilaksanakan.
5) Pehukuman atas dosa oleh kematian. Roma 6:23 mengatakan,
“Upah dosa adalah maut.” Allah berkata kepada Adam, “Pada hari
engkau berdosa, engkau pasti akan mati.” Hukuman kematian
menyangkut tiga bidang pada manusia:
❖ Kematian fisik – perpisahan roh dari tubuh. (Kejadian 2:17).
❖ Kematian roh – perpisahan roh dari Allah. Ini berbicara tentang
manusia yang mati di dalam pelanggaran dan dosa, yang
terkeluar dari persekutuan dengan Allah (Yohanes 5:24; Roma
8:6; Efesus 2:1; Roma 5:12-21).
❖ Kematian yang kekal – pemisahan roh dan jiwa dari Allah di
kekekalan di laut Api. Ini adalah perpisahan yang kekal dari Allah
karena dosa (Matius 5:41; 2 Tesalonika 1:9; Wahyu 20:11-15).
D. EKSISTENSI DOSA
3. Kejatuhan manusia dan akibatnya.
c. Pehukuman Ilahi diumumkan dan dilaksanakan.
6) Pehukuman dengan pengusiran dari Eden. Laporan dari Kejadian
bahwa Allah menyediakan penutup tubuh manusia dengan adanya kulit
dari korban hewan, dan kemudian mengusir manusia keluar dari Eden.
Allah menempatkan kerub dengan pedang bernyala-nyala yang
menutup semua jalan ke Eden, sehingga menahan manusia dari
pohon kehidupan. Pada waktunya nanti Kristus datang dan menangani
dosa, dan membuka jalan ke Eden kembali dan memulihkan pohon
kehidupan untuk manusia (Wahyu 22:14). “Berbahagialah orang yang
menurut perkataan-perkataan nubuat kitab ini. Berbahagialah mereka
yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-
pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam
kota itu.” (Wahyu 22:7,14). Adam kehilangan pohon kehidupan karena
ketidak-dengar-dengaran pada perintah. Tetapi ini dipulihkan karena
kepatuhan-Nya pada perintah Allah.
D. EKSISTENSI DOSA
.

Diktat Pastoral Konseling yang ditulis oleh Kevin Humble


memberikan suatu penjelasan dengan sebuah gambar,
dan penjelasannya adalah sebagai berikut:”Akibat
Kejatuhan Manusia”
Terry Christ memberikan penjelasan sebagai berikut:
Gambar asli manusia mencerminkan kemampuan untuk
mengasihi, tanpa mementingkan diri sendiri. Namun
manusia yang sudah jatuh, kini mengasihi apabila hal itu
dapat memuaskan keinginan-keinginannya. Gambar asli
manusia mencerminkan kebenaran Sang pembuat citra,
tetapi manusia yang sudah jatuh, sekarang berusaha
membangun kebenarannya terlepas dari Allah. Demikian
juga gambar asli dari manusia menyatakan makna dan
tujuan hidupnya, namun manusia yang sudah jatuh, kini
bergumul untuk menemukan alasan keberadaannya.
Gambar asli manusia menunjukkan penerimaan tanpa
syarat, manusia kini bergumul untuk menemukan nilai
luhurnya.

Terry Christ, The Image Maker, (Jakarta: Metanoia,2001),38.


Kevin Humble memberikan penjelasan bahwa
akibat kejatuhan, maka rasa selamat dan aman,
rasa dimiliki pada diri Adam digantikan oleh
rasa takut, cemas, malu, bersalah,
depresi dan marah.
Kevin Humble, Diktat Pastoral Konseling, (Yogyakarta: STII,1997),17
E. CARA KERJA IBLIS .

Dalam 2 Korintus 4:4 dijelaskan bahwa Iblis sebagai pribadi


yang membutakan pikiran manusia, ayat tersebut berbunyi
sebagai berikut: ”yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang
pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka
tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang
adalah gambaran Allah.” Iblis memakai sistem dunia untuk
membawa manusia jatuh dalam dosa sehingga manusia
cenderung untuk mengikuti illah zaman ini.
E. CARA KERJA IBLIS .

Thomas Sappington juga menjelaskan tentang cara kerja Iblis dalam


kehidupan manusia, penjelasannya adalah sebagai berikut:

Iblis itu sama seperti seorang petinju pandai memakai pukulan


”one two punch” dengan tujuan supaya kita melakukan dosa-dosa
tertentu berulang kali, kemudian ia langsung menuduh kita karena
dosa yang sering kita perbuat dan membuat kita ragu atas
panggilan kita dengan memunculkan pikiran-pikiran seperti ini.
Siasat ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Thomas Sappington, Th.D., Hancurkan Kuasa Iblis dalam Diri Anda, (Yogyakarta:
Yayasan Andi, 1998),79.

Anda mungkin juga menyukai