Diktat HAMARTIOLOGY
Diktat HAMARTIOLOGY
a. Hatta
Dosa dalam bahasa Ibrani adalah "hatta", berarti "tidak kena
atau tidak sampai." Pengertian tersebut dapat dihubungkan
dengan anak panah yang "tidak kena" sasarannya. Dosa
menurut istilah ini berarti tidak kena, tidak sampai, atau
menyimpang dari tujuan dan maksud Allah. Dosa menurut
istilah tersebut bukan hanya mencakup perbuatan dosa, tetapi
juga keadaan hati dan maksud hati yang berdosa (Kejadian
4:7; Keluaran 9:27; Bilangan 6:11; Mazmur 51:4,6; Amsal 8:36).
"Hatta" berarti jauh dan mengurangi standard dari Tuhan yang
Mahasuci. Allah telah menetapkan suatu standard, namun manusia
justru jatuh dan turun dari standard yang telah ditetapkan oleh
Allah. Itulah yang disebut dengan "hatta". Alkitab memakai istilah
ini sebanyak 580 kali dalam Perjanjian Lama. Istilah "hatta" menjadi
sesuatu yang sangat menyedihkan hati Tuhan, sebab manusia gagal
untuk hidup sesuai dengan standard atau patokan yang telah
ditetapkan oleh Tuhan.
b. Avon
Dalam bahasa Ibrani, kata yang dipakai adalah "avon" yang
berarti "bengkok atau diputar". Dalam hal ini berarti hati yang
bengkok, yang diputar dari yang benar. Kata tersebut tidak
terlalu menjurus kepada perbuatan jahat, melainkan berkenaan
dengan hati dan tabiat yang jahat (Kejadian 15:16; Mazmur
32:5; Yesaya 5:18), yang mengakibatkan manusia pantas untuk
dihukum.
Kata "avon" sangat sulit untuk diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia, namun pada akhirnya istilah ini diterjemahkan
sebagai suatu perasaan dalam diri manusia yang menganggap
dirinya cacat atau perasaan di dalam jiwa yang membuat diri
merasa kurang benar, sehingga perlu untuk menegur diri
sendiri.
c. Pesha
Dalam bahasa Ibrani, kata yang dipakai adalah "pesha" yang
berarti "melawan yang berhak, melawan perintah Allah, dan
melakukan bidat," (Mazmur 51:3; Amsal 28:2). "Pesha" juga
berarti pelanggaran atas suatu batas yang sudah ditetapkan
tetapi manusia justru melewati batas itu. Oleh sebab itu,
manusia sudah gagal karena telah berjalan melampaui batas
yang sudah ditetapkan oleh Allah. Penyelewengan dari jalan
yang telah Tuhan tetapkan ini disebut dosa.
a. Hamartia
Kata "Hamartia" merupakan istilah dosa yang sering muncul
dalam Perjanjian Baru, kata ini dituliskan sebanyak 174 kali
dalam Perjanjian Baru, dan 71 kali dalam tulisan-tulisan
Paulus. Kata ini tidak hanya mengenai perbuatan dosa,
melainkan juga keadaan hati dan pikiran yang jahat. Arti dari
kata tersebut adalah "manusia ada dalam keadaan ditipu"
(Roma 3:23).
2. Perjanjian Baru
b. Adikia
c. Parabasis
Parabasis mengandung arti "menyimpang dari yang
seharusnya." Kata ini selalu dipakai dalam hal yang
berhubungan dengan pelanggaran terhadap hukum yang pasti
(Roma 4:15). Hukum-hukum Allah menuntut supaya manusia
menaatinya, dan bilamana manusia tidak mau menaatinya,
berarti ia adalah pelanggar hukum dan berdosa. Dan tentu
saja murka Allah akan jatuh ke atasnya (Roma 4:15).
B. FAKTA TENTANG DOSA
1. Penciptaan mengatakannya.
Manusia yang jujur akan mengakui bahwa ada yang salah di dalam
dirinya. Ia mengakui bahwa ia tidak harmonis di dalam dirinya.
Inilah fakta adanya dosa di dalam diri yang bersangkutan. Seorang
yang jujur dengan dirinya, mengakui di Alkitab, “Karena bukan apa
yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci,
itulah yang aku perbuat. Sebab bukan apa yang aku kehendaki,
yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku
kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.” (Roma 7:14,19).
Manusia melakukan yang salah karena ia orang berdosa.
B. FAKTA TENTANG DOSA
4. Kata hati manusia menyatakannya.
Kata hati manusia adalah saksi tentang dosa yang ada pada
manusia. Pada saat seseorang melakukan yang salah, kata hatinya
menyalahkan dia, menuduh dan menghukum dia. “Suara hati
mereka saling menuduh atau saling membela.” (Roma 2:15). Kata
hati membuktikan adanya dosa pada manusia.
B. FAKTA TENTANG DOSA
5. Pengalaman manusia menyatakannya.
“Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan,
pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa
nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.” (Markus 7:20,21). “Mereka akan
membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan
berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak memperdulikan
agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak
dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak
berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu daripada menuruti Allah.”
(2 Timotius 3:2-4). Ayat-ayat Firman Tuhan ini dan ayat-ayat lainnya mengatakan
tentang dosa dalam hidup manusia dan pengalaman manusia mengesahkan bahwa
apa yang dikatakan Firman Allah benar. Pengalaman manusia menyatakan bahwa
dosa itu ada dalam hidup manusia.
B. FAKTA TENTANG DOSA
6. Agama-agama manusia menyatakannya.
a. Kesombongan.
Lucifer menjadi sombong (Yehezkiel 28:5), dan berkata ia adalah Allah
(ayat 2), dan menempatkan diri sama dengan Allah (ayat 6).
“Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului
kejatuhan.” (Amsal 16:18).
b. Ketamakan atau hawa nafsu.
Lucifer menyatakan keinginan yang tamak waktu ia berkata: “Aku
hendak naik mengatasi awan-awan, hendak menyamai Yang
Mahatinggi” (Yesaya 14:14). Ia menginginkan posisi Allah dan
penyembahan yang hanya menjadi hak Allah. Ia bangkit melawan
Firman, Allah yang benar.
D. EKSISTENSI DOSA
c. Kehendak diri.
Nabi Yesaya dalam membicarakan kejatuhan Lucifer, mendaftarkan
lima ungkapan kehendak-diri (Yesaya 14:13,14).
1) Menaikkan diri. “Aku hendak naik ke langit.”
2) Pengangkatan diri. “Aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi
bintang-bintang Allah.”
3) Penobatan diri. “Aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di
sebelah utara.”
4) Kepercayaan diri. “Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-
awan.”
5) Pemujaan diri. “Aku hendak menyamai Yang Mahatinggi.”
Kehendak-diri menjadi dosa-benih dari semua dosa. Semua buah
dosa ada di dalam bentuk benih itu.
D. EKSISTENSI DOSA
Jadi iblis, mahluk roh, mahluk moral dan berkehendak bebas yang
diciptakan, bangkit melawan Allah Pencipta, dengan kesombongan,
ketamakan dan kehendak diri penuh pemberontakan. Tetapi iblis
bukannya naik melainkan jatuh.
Iblis adalah pendusta pertama, yang bertanggungjawab atas masuknya
dosa ke alam semesta. Ia memimpin pemberontakan malaikat, dan
akhirnya adalah kejatuhan manusia melalui Adam.
D. EKSISTENSI DOSA
2. Masuknya dosa ke dalam manusia.
Dalam Kejadian 3:1-6 kita mendapat laporan tentang godaan pada manusia
dan masuknya dosa ke dalam ras manusia. Percobaan pada manusia
terpusat di sekitar suatu pohon di Taman Eden, pohon pengetahuan baik
dan jahat. Secara khusus meliputi kedengar-dengaran pada perintah Allah
yang diberikan di Kejadian 2:17. Manusia boleh makan dari semua pohon,
kecuali buah yang dilarang, buah pohon pengetahuan baik dan jahat. Di
sini manusia diperhadapkan pada pilihan, kepatuhan atau ketidakpatuhan
pada kehendak Allah. Manusia juga mengetahui konsekuensi pilihannya
yaitu kematian atau kehidupan. Sebagai mahluk yang berkehendak bebas,
ia mempunyai kuasa untuk memilih.
D. EKSISTENSI DOSA
Di dalam percobaan pada manusia, Allah mengijinkan Iblis, pendosa yang
pertama itu, untuk mencobai manusia. Cobaan pada manusia meliputi:
2) Kesombongan.
Pencobaan juga meliputi apa yang muncul dari keinginan yang tidak wajar,
yaitu kesombongan. Pernyataan Iblis, “Kamu akan menjadi seperti Allah,
tahu tentang yang baik dan yang jahat”, merupakan bujukan ego manusia.
Ini adalah bujukan dari kesombongan. Pencobaan Iblis membujuk manusia
agar jatuh dalam kesombongan, yaitu bahwa manusia akan menjadi seperti
Allah, yang tahu tentang yang baik dan yang jahat.
D. EKSISTENSI DOSA
b. Pencobaan dalam hal keinginan, kesombongan dan kehendak-diri.
3) Kehendak-sendiri.
Setelah manusia terbujuk oleh si ular, manusia tetap bebas untuk melakukan
atau tidak melakukan apa yang ditawarkan Iblis. Tujuan Iblis memang adalah
untuk menguasai kehendak-sendiri manusia itu. Ia mau supaya manusia
mempraktekkan kehendak-sendiri, yang bertentangan dengan kehendak
Allah. Manusia membuat keputusan untuk tidak menaati kehendak Allah.
Manusia mempraktekkan kehendak bebasnya, mengikuti kehendak-sendiri,
dan manusia jatuh dalam dosa. Dengan demikian dosa ada dalam
kehendak-sendiri manusia.
D. EKSISTENSI DOSA
c. Pencobaan dalam hubungan dengan hukum.
Pada saat manusia berdosa, hukum kata hati mulai bekerja. Kata
hati menghasilkan yang salah.
D. EKSISTENSI DOSA
3. Kejatuhan manusia dan akibatnya.
4) Hukum pekerjaan.
Kata hati yang tertuduh membawa mereka pada usaha, supaya mereka
dapat menghadap Allah. Mereka menyemat daun ara untuk menutup
badan mereka (Kejadian 3:7).
Thomas Sappington, Th.D., Hancurkan Kuasa Iblis dalam Diri Anda, (Yogyakarta:
Yayasan Andi, 1998),79.