Anda di halaman 1dari 122

SILABUS

Dr. Gusti Ngurah Sukadana, M.Th


MATA KULIAH
PENGEMBANGAN
KEPRIBADIAN
 NAMA MATA KULIAH : LOGIKA
 KODE : MPK 0004
 BOBOT : 2 SKS
 SEMESTER : 2 (DUA)
 PRASYARAT :
 PERTEMUAN : 14 X (2 X 50 MENIT)
STANDAR KOMPETENSI:
Mahasiswa memiliki pengetahuan tentang
logika, menyadari pentingnya berpikir
logis sehingga dapat menerapkan
kebiasaan berpikir logis dalam proses
studi dan kehidupan sehari-hari.
KOMPETENSI DASAR
Mampu menguraikan Pengertian Logika,
Logika Natural dan Tradisional
Mampu menjelaskan Logika Formal, Logika
Simbolik, Proposional, dan Kuantifikasional
Mampu menerangkan Proposisi Kategoris
dan Proposisi hipotesis
Mampu Menguraikan pengertian,
Pembagian dan Keputusan
Mampu mendefinisikan Pembalikan dan
Perlawanan
Mampu menjelaskan Silogisme Kategoris
dan Silogisme Hipotesis
Mampu menyelesaikan soal-soal Logika
Mampu mendefinisikan kausalitas,
hipotesa, dan Probabilitas
Menunjukan Kebiasaan berpikir logis
dalam proses studi
URUTAN MATERI
 Pengertian Logika, Logika Natural dan Tradisional
 Logika Formal, Logika Simbolik, Proposional, dan
Kuantifikasional
 Proposisi Kategoris dan Proposisi hipotesis
 Pengertian, Pembagian dan Keputusan
 Pembalikan dan Perlawanan
 Silogisme Kategoris dan Silogisme Hipotesis
 Logika induktif, Deduktif dan Analogis
 Kausalitas, hipotesa, dan Probabilitas
STANDAR PENILAIAN
Kehadiran : 20 %
Quis Awal Pertemuan : 20 %
Presentasi : 30 %
UAS : 30 %
Pertemuan Pertama: (Teks Alkitab Yg Sulit)
Coba membuat suatu analisa terhadap ayat atau
teks Alkitab yang sulit. (Silahkan menemukan,
mungkin 3 teks yang sulit menurut mahasiswa).
Alamat Ayat dan bunyinya
Mengapa ini sulit menurut Anda
Bagaimana menjelaskan hal ini secara logika
Apa yang bisa kita terapkan dari teks ini.
Pertemuan Kedua: (Presentasi)
Pertemuan Ketiga: (Iman dan Logika)
Apakah Iman bertentangan dengan Logika? (Jika ada
sumber referensi (tidak harus ada), bisa cantumkan,
ayat Alkitab atau buku, dll.)
Dalam pengambilan keputusan, Iman atau Logika
yang diutamakan? Berikan contoh penerapannya!
Manakah menurut Anda yg lebih penting: Iman atau
Logika? Berikan argumentasinya.
Pertemuan Keempat: (Presentasi dan Review)
Pertemuan kelima: Ujian
Dasar-dasar Logika

Dr. Gusti Ngurah Sukadana, M.Th


Pengertian
Logika berasal dari kata Yunani λόγος
(logos) yang berarti hasil pertimbangan
akal pikiran yang diutarakan lewat kata
dan dinyatakan dalam bahasa. Logika
adalah salah satu cabang filsfat.
Sejarah Logika

Logika dimulai sejak Thales (624 SM -


548 SM), filsuf Yunani pertama yang
meninggalkan segala dongeng, takhayul,
dan cerita-cerita isapan jempol dan
berpaling kepada akal budi untuk
memecahkan rahasia alam semesta.
Aristoteles kemudian mengenalkan logika
sebagai ilmu, yang kemudian disebut
logica scientica. Aristoteles mengatakan
bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa
air adalah arkhe alam semesta dengan
alasan bahwa air adalah jiwa segala
sesuatu.
Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan
(karena tanpa air tumbuhan mati)
Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
Air jugalah uap
Air jugalah es
Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu,
yang berarti, air adalah arkhe alam
semesta.
Buku Aristoteles to Oraganon (alat) berjumlah enam,
yaitu:
 Categoriae menguraikan pengertian-pengertian
 De interpretatione tentang keputusan-keputusan
 Analytica Posteriora tentang pembuktian.
 Analytica Priora tentang Silogisme.
 Topica tentang argumentasi dan metode berdebat.
 De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan
berpikir.
Kegunaan logika

 Membantu setiap orang yang


mempelajari logika untuk berpikir secara
rasional, kritis, lurus, tetap, tertib,
metodis dan koheren.
 Meningkatkan kemampuan berpikir
secara abstrak, cermat, dan objektif.
 Menambah kecerdasan dan
meningkatkan kemampuan berpikir
secara tajam dan mandiri.
 Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri
dengan menggunakan asas-asas sistematis
 Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari
kesalahan-kesalahan berpikir, kekeliruan serta
kesesatan.
 Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
 Terhindar dari klenik , keto kone ( bahasa Bali )
 Apabila sudah mampu berpikir rasional, kritis, lurus,
metodis dan analitis sebagaimana tersebut pada butir
pertama maka akan meningkatkan citra diri seseorang.
Macam-macam logika
Logika alamiah
Logika alamiah adalah kinerja akal budi
manusia yang berpikir secara tepat dan lurus
sebelum dipengaruhi oleh keinginan-
keinginan dan kecenderungan-
kecenderungan yang subyektif. Kemampuan
logika alamiah manusia ada sejak lahir.
Logika ini bisa dipelajari dengan memberi
contoh penerapan dalam kehidupan nyata.
Logika Modern dan Logika
Tradisional
Logika modern atau logika simbolik,
Karena menggunakan tanda-tanda atau
symbol-simbol matematik, hanya
sanggup membahas hubungan antara
tanda-tanda itu, padahal realitas tak
mungkin dapat ditangkap sepenuhnya
dan setepat-tepatnya oleh simbol-simbol
matematik.
Logika tradisoinal membahas dan
mempersoalkan definisi, konsep, dan
term menurut struktur, susunan dan
nuansanya, serta seluk-beluk
penalaran untuk memperoleh
kebenaran yang lebih susuai dengan
realitas.
Logika ilmiah memperhalus, mempertajam
pikiran, serta akal budi.
Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang
merumuskan azas-azas yang harus ditepati
dalam setiap pemikiran. Berkat pertolongan
logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja
dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah,
dan lebih aman.
Logika ilmiah dimaksudkan untuk
menghindarkan kesesatan atau, paling tidak,
dikurangi.
Logika terbagi dalam beberapa bidang ,
yaitu:

Logika sebagai ilmu.

Ilmu di sini mengacu pada kemampuan


rasional untuk mengetahui dan kecakapan
mengacu pada kesanggupan akal budi untuk
mewujudkan pengetahuan ke dalam
tindakan.
Logika sebagai ilmu pengetahuan

Logika merupakan sebuah ilmu


pengetahuan di mana obyek materialnya
adalah berpikir (khususnya
penalaran/proses penalaran) dan obyek
formal logika adalah berpikir/penalaran
yang ditinjau dari segi ketepatannya.
Logika sebagai cabang filsafat
Logika adalah sebuah cabang filsafat yang
praktis. Praktis di sini berarti logika dapat
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Logika lahir bersama-sama dengan
lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha
untuk memasarkan pikiran-pikirannya
serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf
Yunani kuno tidak jarang mencoba
membantah pikiran yang lain dengan
menunjukkan kesesatan penalarannya.
Logika digunakan untuk melakukan
pembuktian. Logika mengatakan
yang bentuk inferensi yang berlaku
dan yang tidak. Secara tradisional,
logika dipelajari sebagai cabang
filosofi, tetapi juga bisa dianggap
sebagai cabang matematika. logika
tidak bisa dihindarkan dalam proses
hidup mencari kebenaran
Logika sebagai matematika murni

Logika masuk ke dalam kategori


matematika murni karena matematika
adalah logika yang tersistematisasi.
Matematika adalah pendekatan logika
kepada metode ilmu ukur yang
menggunakan tanda-tanda atau simbol-
simbol matematik (logika simbolik).
Dasar-Dasar Logika
Konsep bentuk logis adalah inti dari logika.
Konsep itu menyatakan bahwa kepastian
sebuah argumen ditentukan oleh bentuk
logisnya, bukan oleh isinya.
Dalam hal ini logika menjadi alat untuk
menganalisis argumen, yakni hubungan
antara kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti
yang diberikan.
Dasar penalaran dalam logika ada
dua, yakni deduktif dan induktif. 
1. Penalaran deduktif (logika deduktif)
adalah penalaran yang membangun atau
mengevaluasi argumen deduktif.
2. Penalaran induktif (logika induktif)
adalah penalaran yang berangkat dari
serangkaian fakta-fakta khusus untuk
mencapai kesimpulan umum.
Logika Deduktif
Argumen dinyatakan deduktif jika
kebenaran dari kesimpulan ditarik atau
merupakan konsekuensi logis dari premis-
premisnya. Argumen deduktif dinyatakan
valid atau tidak valid, bukan benar atau
salah. Sebuah argumen deduktif
dinyatakan valid jika dan hanya jika
kesimpulannya merupakan konsekuensi
logis dari premis-premisnya.
Contoh argumen deduktif:
Setiap mamalia punya sebuah jantung
Semua kuda adalah mamalia
∴ Setiap kuda punya sebuah jantung
Deduksi adalah kegiatan berpikir
merupakan kebalikan dari penalaran
induksi. Deduksi adalah cara berpikir dari
pernyataan yang bersifat umum, menuju
kesimpulan yang bersifat khusus.
Contoh:
Semua logam bila dipanaskan, memuai
Tembaga adalah logam
Jadi, tembaga bila dipanaskan, memuai.
Keuntungan dari metode deduksi
adalah kita bisa mendapatkan
pengetahuan tanpa melalui penelitian
terlebih dahulu.
Logika induktif
Penalaran induktif, kadang disebut logika
induktif—adalah penalaran yang berangkat
dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk
mencapai kesimpulan umum.
Contoh argumen induktif:
Kuda Sumba punya sebuah jantung
Kuda Australia punya sebuah jantung
Kuda Amerika punya sebuah jantung
Kuda Inggris punya sebuah jantung
∴ Setiap kuda punya sebuah jantung
Induksi adalah cara berpikir untuk
menarik kesimpulan yang bersifat umum
dari kasus-kasus yang bersifat individual.
Penalaran ini dimulai dari kenyataan-
kenyataan yang bersifat khusus dan
terbatas kemudian diakhiri dengan
peryataan yang bersifat umum.
Contoh
 Besi dipanaskan memuai
Seng dipanaskan memuai
    Emas dipanaskan memuai
    Timah dipanaskan memuai
    Platina dipanaskan memuai
    Jadi, Semua logam jika dipanaskan
memuai.
Keuntungan cara penalaran
menggunakan metode induksi :
~Kita dapat berpikir secara ekonomis.
~Pernyataan yang dihasilkan melalui
cara berpikir induksi tadi
memungkinkan proses penalaran
selanjutnya, baik secara induktif
maupun deduktif.
Pengetahuan yang benar adalah dengan
menggabungkan dua metode ini secara
cermat dan kritis. Pengembangan
pengetahuan bila hanya
menggantungkan penalaran induksi
akan sangat lambat dan boros.
Sebaliknya deduksi meminta jasa
induksi dalam menggunakan dasar
pemikiranya.
Logika & Bahasa
 Mulai dari mana logika sebagai ilmu
dipelajari?
 Sudah dijelaskan di atas bahwa logika
merupakan hasil pertimbangan akal pikiran
yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan
dalam bahasa. Jelaslah bahwa logika
memiliki pertalian yang erat dengan bahasa.
Jadi apabila kita ingin mempelajari logika,
mulailah dengan melihat hubungan antara
bahasa dan logika atau sebaliknya.
Bahasa (yang diucapkan) adalah bentuk lahir dari
proses berpikir yang bersifat batiniah. Dalam
konteks ini berpikir dapat dirumuskan sebagai
‘berbicara dengan diri sendiri di dalam batin’
Proses berbicara sendiri di dalam batin tidak
dapat dilihat. Apa yang dipikirkan oleh seseorang
tidak dapat diketahui. Hanya apabila seseorang
telah mengatakan atau mengucapkan apa yang
dipikirkannyalah dapat diketahui isi pikiran
orang itu.
Jadi, bahasa adalah ungkapan pikiran.
Bahasa yang diungkapkan dengan baik
merupakan hasil dari proses berpikir yang
baik dan tertib. Demikian pula bahasa
yang diungkapkan dengan berbelit-belit,
tidak tertata merupakan penanda proses
berpikir yang rancu.
Bahasa buatan ialah bahasa yang disusun
sedemikian rupa berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan akal pikiran
untuk maksud tertentu, yang dibedakan
antara bahasa istilahi dan bahasa artifisial.
Bahasa Alami & Bahasa Buatan
Bahasa alami ialah bahasa sehari-hari
yang biasa digunakan untuk menyatakan
sesuatu, yang tumbuh atas dasar pengaruh
alam sekelilingnya, dibedakan antara
bahasa isyarat dan bahasa biasa.
Bahasa buatan inilah yang dimaksudkan
bahasa ilmiah, dirumuskan bahasa buatan
yang diciptakan oleh para ahli dalam
bidangnya dengan menggunakan istilah-
istilah atau lambang-lambang untuk
mewakili pengertian-pengertian tertentu.
Dasar-Dasar Logika (2)
Aneka Ungkapan
·Kata
·Term
·Pengertian (Arti-Isi-Luas)
·Pembagian kata (Nilai rasa dan kata-kata
emosional)
·Penggolongan (Aturan-aturan penggolongan dan
beberapa kesulitannya)
·Defenisi (Jenis-jenis defenisi dan aturan-aturan
defenisi)
PENGERTIAN
Pengertian
Pengertian (Arti-Isi-Luas)
Pengertian adalah suatu gambaran akal
budi yang abstrak, yang batiniah, tentang
sesuatu.
Gambaran akal budi yang abstrak, yang
batiniah, tentang sesuatu sebagaimana
dimaksudkan di atas disebut juga konsep.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
konsep didefinisikan sebagai: 1).
Rancangan atau buram surat dsb., 2). Ide
atau pengertian yang diabstrakan dari
peristiwa kongkret, 3). Gambaran mental
dari obyek, proses, atau apa pun yang ada
di luar bahasa, yang digunakan oleh akal
budi untuk memahami hal-hal lain
Dengan demikian pengertian identik
dengan konsep sebagai hasil pekerjaan
akal budi yang selalu menangkap dan
membentuk sesuatu gambaran. Pengertian
berada dalam wilayah akal budi atau
pikiran sementara konsep berada dalam
wilayah kebahasaan. Perhatikan gambar
di bawah ini.
Pengertian Konsep

Wilayah akal budi


atau pikiran Wilayah
kebahasaan
Kata Kursi ialah konsep. Sebelum
menjadi konsep kata kursi merupakan
pengertian yang dibentuk oleh akal budi
atau pikiran. Selanjutnya dengan kata
kursi itu kita dapat berpikir atau berbicara
hal ihwal mengenai kursi tanpa harus
menghadirkan benda kongkret yang
bernama kursi karena kursi itu telah ada di
dalam akal budi atau pikiran.
Kehadiran kursi di dalam akal budi atau
pikiran ialah karena panca indera
menangkap benda kongkret yang
kemudian diberi nama kursi. Lalu akal
budi atau pikiran memberinya pengertian
dan mengungkapkannya melalui bahasa
dengan konsep kursi atau gagasan
lainnya.
Isi Pengertian
Isipengertian ialah semua unsur yang termuat di
dalam pengertian itu. Contoh: Mahasiswa STTII-
Bali. Apabila kalimat itu diuraikan maka akan terdiri
dari unsur-unsur mahasiswa dan STTII-Bali.
Kata mahasiswa terdiri dari unsur: manusia-dewasa-
yang melanjutkan pendidikan-di sekolah tinggi-yang
bernama STTII-Bali-yang terletak di Kec. Kuta
Utara-Kabupaten Badung-Bali. Demikan juga
dengan kata STTII-Bali, apabila kata itu diurai maka
di dalamnya akan terdapat sejumlah unsur yang
memuat isi pengertian yang relevan.
Luas Pengertian
Pengertian selain memiliki isi seperti terurai di atas,
juga memiliki luas. Artinya tiap-tiap pengertian
memiliki lingkup dan lingkungannya sendiri.
Lingkup dan lingkungan itu berisikan semua barang
atau hal yang dapat ditunjuk atau disebut dengan
pengertian atau kata itu. Misalnya pengertian
Mahasiswa STTII-Bali mencakup semua mahasiswa
baik yang ada di jurusan Teologi Kependetaan atau
S.Pdk perempuan atau laki-laki, kurus atau gemuk,
tak ada yang dikecualikan. Mahasiswa selain dari
Mahasiswa STTII-Bali semua itu di luar lingkup dan
lingkungan pengertian Mahasiswa STTII-Bali.
KATA
Kata, pembagian kata, nilai rasa
kata dan kata-kata emosional
Apa yang dimaksud dengan kata dalam
konteks hubungan logika dan bahasa,
khususnya dalam hubungan dengan
penjelasan pengertian?
Pengertian adalah sesuatu yang abstrak.
Untuk menunjukkan sebuah pengertian
dipergunakan bahasa. Di dalam bahasa
pengertian diurai dengan kata. Dengan
demikian kata adalah tanda lahir atau
pernyataan dari pengertian
Univok(al) (sama suara, sama
artinya)
Artinya, kata yang menunjukkan pengertian
yang sama antara suara dan arti. Contoh,
kata ‘Mahasiswa’ hanya menunjukkan
‘pengertian’ yang dinyatakan oleh kata itu
saja.
Kata univokal merupakan kata yang
dipergunakan dalam pemikiran dan ilmu
pengetahuan seperti diskusi ilmiah dan
karya tulis ilmiah.
Ekuivok(al) (sama suara, tetapi tidak
sama artinya)
Sebuah kata yang menunjukkan pengertian
yang berbeda atau berlainan. Kata ‘bisa’
misalnya dapat berarti ‘mampu’ atau ‘racun
yang dikeluarkan oleh ular.
Kata-kata ekuivokal baik untuk lelucon
tetapi tidak baik untuk diskusi dan karya
ilmiah. Dunia politik dan propaganda lazim
menggunakan kata-kata yang ekuivok.
Analogis (sama suara, memiliki
kesamaan dan juga perbedaan arti).
Misalnya: ‘sehat’ sebenarnya dikatakan tentang
orang, khususnya badannya, tetapi juga dapat
dikatakan tentang jiwanya, tentang obat
(karena dapat menyembuhkan ganguan-
ganguan kesehatan), tentang makanan (karena
berguna untuk memelihara kesehatan), tentang
hawa (karena baik untuk kesehatan), dan
sebagainya.
Jadi dalam kata analogis ada unsur kiasan atau
perbandingan.
Kata juga dapat dibagi menurut
isinya
Abstrak, yang menunjukkan suatu
bentuk atau sifat tanpa bendanya
(misalnya, ‘kemanusiaan’, ‘keindahan’)
dan konkret, yang menunjukkan suatu
benda dengan bentuk atau sifatnya
(misalnya, ‘manusia’);
Kolektif, yang menunjukkan suatu
kelompok (misalnya, ‘tentara’) dan
individual yang menunjukkan suatu
individu saja (misalnya, ‘Narto’ sama
dengan nama seorang anggota tentara).
Sehubungan dengan ini perlu dicatat: apa
yang dapat dikatakan tentang seluruh
kelompok, belum tentu dapat dikatakan pula
tentang setiap anggota kelompok. Demikian
pula sebaliknya;
Sederhana, yang terdiri dari satu ciri saja
(misalnya, kata ‘ada’ yang tidak dapat
diuraikan lagi) dan jamak, yang terdiri
dari beberap atau banyak ciri (misalnya,
kata ‘manusia’, yang dapat diuraikan
menjadi ‘makhluk’ dan ‘berbudi’).
‘nilai rasa, dan ‘kata-kata
emosional’
Yang dimaksud nilai rasa ialah kata
dengan nilai-nilai tertentu dengan maksud
menyatakan sikap dan atau perasaan
terhadap kenyataan objektif. Dengan
demikian sikap dan perasaan tertentu
sangat menentukan nilai rasa kata yang
tertentu pula.
Sikap dan perasaan senang terhadap kenyataan
objektif akan menentukan pilihan kata yang
selaras dengan sikap dan perasaan itu. Demikian
juga sebaliknya. Panggilan dengan kata ‘Anda’
berbeda dengan ,Tuan’, berbeda pula ‘Lu’.
Dalam hubungan inilah perlu diperhatikan
supaya pemakaian kata-kata itu tepat. Yakni,
untuk setiap situasi diperlukan pilihan kata
dengan nilai rasa kata yang cocok, sesuai,
dengan nilai rasa kata yang hendak dinyatakan.
Kata-kata emosional
Kata-kata emosional ialah kata-kata yang
dimaksudkan untuk menimbulkan
perasaan tertentu terhadap kenyataan
objektif tertentu. Kata-kata itu misalnya
kata untuk mengungkapkan kebencian,
pengutukan, kecintaan, pemujaan dan
dukungan.
Pilihan kata yang selaras dengan
pengungkapan perasaan itu menimbulkan
perasaan tertentu bagi yang mendengarnya.
Pilihan kata demikian tidak lahir dari akal
pikiran sehingga tidak mengajak untuk
berpikir. Bahkan kata itu pada gilirannya
mampu menghambat pemikiran,
mengacaukan jalan pikiran, dan
memustahilkan berpikir secara jernih,
objektif, karena menutup mata terhadap
realitas.
Dalam konteks inilah, misalnya, seorang
politisi mencerca lawan politiknya.
Dalam konteks ini pula para pengiklan
mengklaim produknya bermutu
dibanding produk lain yang sejenis.
Kata-kata emosional lazim digunakan
dalam dunia perpolitikan dan dunia
periklanan.
TERM
Term
Kata adalah tanda lahir atau pernyataan dari
pengertian. Term adalah bagian dari suatu
kalimat yang berfungsi sebagai subjek atau
predikat ( S atau P). Dengan demikian term
ialah gabungan dari sejumlah kata (kalimat)
yang terdiri subjek, predikat, dan kata
penghubung. Kata penghubung seperti,
antara lain, jika, dan, oleh, dalam, akan,
adalah, merupakan, tidak terkategori ke
dalam term.
Term dipahami juga sebagai sebuah gagasan atau
segugus gagasan yang dinyatakan dalam wujud
kata-kata. Gagasan dalam hal ini berarti juga
pengertian yang membentuk kata. Selanjutnya
kata membentuk term sebagai sarana komunikasi
atau bahasa. Bahasa diproduksi manusia.
Manusia menyatakan pikirannya melalui bahasa.
Dengan begitu pemikiran yang diungkapkan tidak
terdiri dari kata-kata yang satu sama lain terlepas,
tetapi kata-kata yang tersusun dalam bentuk
kalimat yang dapat dimengerti. Itulah
sesunguhnya yang dimaksud dengan term.
Contoh: Gusti Sukadana seorang dosen
(Gusti Sukadana = S; seorang dosen = P).
Kalimat itu dapat berfungsi hanya sebagai
subjek ketika diperluas dengan tambahan
‘Dia adalah kakak saya’ yang berfungsi
sebagai predikat. Berbeda dengan
linguistik, di dalam logika sebuah kalimat
(term) hanya terdiri dari subjek atau
predikat.
Term menurut luasnya
Term singular. Term ini dengan tegas
menunjukkan satu individu, barang atau
golongan yang tertentu. Misalnya, Slamet,
orang itu, kesebelasan itu, yang terpandai,
dan sebagainya;
Term partikular. Term ini menunjukkan
hanya sebagian saja dari seluruh luasnya.
Artinya, menunjukkan lebih dari satu,
tetapi tidak semua bawahannya. Misalnya,
beberapa mahasiswa, kebanyakan orang,
empat orang muda, dan sebagainya;
Term universal. Term ini mernunjukkan
seluruh lingkungan dan bawahannya
masing-masing tanpa ada yang
dikecualikan. Misalnya, semua orang,
setiap dosen; kera adalah binatang, dan
sebagainya
Term kolektif. Term yang
menggambarkan sekelompok objek atau
koleksi objek sebagai sebuah unit.
Contoh: keluarga, angkatan bersenjata,
himpunan mahasiswa jurusan. Term
kolektif dapat bersifat singular (misalnya
TNI), particular (misalnya beberapa
anggota TNI), serta universal (misalnya
tentara)
Menurut asas perlawanan gagasan
dasarnya, term memiliki jenis
sebagai berikut

Term kontradiktoris. Yaitu term dimana


term yang satu mempertegas makna term
yang lain melalui pengingkarannya. Disini
term yang satu mengingkari term yang
lainnya. Contoh: hidup mati, benar salah.
Term kontraris. Yaitu pasangan term yang
menunjukkan sudut-sudut ekstrem di
antara objek-objek yang tersusun dalam
satu kelas tertentu. Contoh: panas dingin
(suhu), hitam putih (warna).
Term menurut ketepannya
Term univok. Yaitu term yang hanya
menerangkan satu objek tertentu atau
dalam arti yang persis sama. Contoh:
rokok, pohon, rumah.
Term ekuivok. Yaitu term yang
memungkinkan terbentuknya makna ganda,
atau term-term yang mempunyai bunyi yang
persis sama, tetapi arti yang terkandung di
dalam masing-masing term berbeda satu sama
lain.
Contoh:
 Halaman dapat berarti:

tanah kosong di sekitar rumah

lembar-lembar sebuah buku


Term analog. Yaitu term yang data
menerangkan dua hal atau lebih dalam arti
yang berbeda satu sama lain, namun kadang-
kadang ada kesamaannya juga. Contoh:
Kaki dapat berarti:
Bagian tubuh (arti sebenarnya)

Bagian benda yang berfungsi seperti kaki

(analog)
Term menurut kodrat referent
Term konkrit. Yaitu term yang memiliki objek
yang mudah diamati. Contoh: kacamata, ballpoint.
Term abstrak. Yaitu term yang memiliki objek
yang baru dapat dimengerti setelah melalui proses
abstraksi. Contoh: keadilan, kebenaran.
Term nihil. Yaitu objek yang tidak memiliki objek
referent sama sekali, sebab objek-objek term ini
bersifat imajinatif, fiktif, dan sebagainya. Contoh:
malaikat, sorga, neraka, peri, dan sebagainya.
Suposisi term
Suposisi term ialah ketepatan makna yang
dimilki oleh sebuah term dalam sebuah
proposisi atau pernyataan. “Ketepatan
makna” berarti bahwa sebuah term
memberikan makna yang tepat pada satu
objek saja dari objek-objek yang dapat
diwakilinya.
Suposisi term terdiri dari:

1. Suposisi material. Suposisi material


ialah penggunaan term dengan makna
sebagaimana term itu diucapkan atau
ditulis. Suposisi ini semata-mata hanya
menerangkan sebuah term sebagai term
apa adanya, terlepas dari makna yang
terkandung di dalamnya.
 Contoh: Cinta adalah kata yang
tersusun dari lima hurup c-i-n-t-a.
2. Suposisi formal. Suposisi formal ialah
penggunaan term sesuai dengan apa yang
dimaksudkan atau ditandainya. Jadi, term,
menunjukkan pada bentuk atau forma
objek yang dimaksud.
Contoh:
 Manusia adalah animal rational.
 Ballpoint adalah alat tulis yang ujung
runcingnya terbuat dari bolabesi.
Suposisi logis. Suposisi logis ialah
penggunaan term dalam sebuah konsep
dengan maksud untuk menuntun akal budi
atau pikiran kita kepada konsep-konsep yang
bersifat abstrak dan melulu rasional.
Contoh:
Kemanusiaan adalah sebuah konsep
universal.
Keadilan berarti”memberikan kepada orang
lain apa yang menjadi haknya”.
Hukum adalah sarana penataan hidup sosial.
Suposisi ril. Suposisi ril ialah penggunaan
term untuk menyebutkan hal-hal yang di
dalam realitasnya benar-benar ada.
Contoh: Manusia adalah makhluk mortal.
Suposisi semestinya/selayaknya. Suposisi
ini dimaksudkan untuk menyebut hal-hal
yang sesuai dengan tempat yang
benar/selayaknya.
 Contoh: Manusia mempunyai mulut.
 Anjing mempunyai moncong.
Suposisi metaforis. Suposisi metaforis
ialah penggunaan term dalam konotasi
analogis.
 Contoh:
Ombak di pantai bergulung dan
berkejaran.
Nyiur melambai
Warna bajunya mencolok mata.
PENGGOLONGAN
(Pembagian)
Penggolongan (ada pula yang menyebutnya
dengan pembagian atau klasifikasi) ialah
pekerjaan akal budi kita untuk menganalisis,
membagi-bagi, menggolong-golongkan, dan
menyusun pengertian-pengertian dan
barang-barang menurut kesamaan dan
perbedaannya.
Bagaimana tata cara, aturan, atau
hukum penggolongan?
Penggolongan harus lengkap.
 Artinya dalam proses penggolongan segala
sesuatu yang digolong-golongkan itu harus
meliputi semua bagian yang hendak
digolongkan sehingga apabila bagian-bagian itu
disatukan kembali menjadi sebuah kesatuan
yang utuh menyeluruh dan lengkap.
Contoh: ‘Makhluk Hidup’ digolongkan menjadi
‘manusia’, ‘binatang’, ‘tumbuh-tumbuhan’
Penggolongan harus sungguh-sungguh
memisahkan
Artinya, bagian yang satu yang kita
golongkan, tidak boleh menjadi bagian
dari yang lain yang juga digolongkan.
Penggolongan tidak boleh tumpang tindih.
Penggolongan harus jelas dan tegas.
Contoh: Manusia (Pria-Wanita). Pria-
Wanita (Bayi-Anak-anak-Remaja-
Dewasa-Orang tua), dan lain-lain.
Penggolongan harus menurut dasar, prinsip,
atau garis yang sama
 Artinya bahwa penggolongan harus
konsekwen dan tidak memakai dua atau lebih
dasar sekaligus dalam pembagian yang sama.
 Contoh: Kalau ‘kendaraan’ digolong-
golongkan ke dalam ‘yang bergerak di daratan’,
‘yang bergerak di perairan’, dan ‘yang ditarik oleh
tenaga binatang’, maka disini dua hal
dicampuradukan (tidak menurut dasar, prinsip,
atau garis yang sama) antara: dimana bergeraknya
(darat-perairan) dengan bagaimana bergeraknya
(ditarik oleh tenaga binatang).
Penggolongan harus cocok untuk tujuan
yang hendak dicapai
 Artinya penggolongan harus
menunjukkan tujuan yang dinginkan untuk
apa penggolongan itu dilakukan.
 Contoh: Penggolongan nilai A, B, C, D,
dan E, atau Gagal yang diberikan oleh
seorang dosen kepada mahasiswa bertujuan
membedakan tingkat daya serap materi suatu
perkuliahan oleh mahasiswa.
Pengambilan Keputusan
Suatu hasil atau keluaran dari proses mental
atau kognitif yang membawa pada
pemilihan suatu jalur tindakan di antara
beberapa alternatif yang tersedia.
Setiap proses pengambilan keputusan selalu
menghasilkan satu pilihan final.
Keluarannya bisa berupa
suatu tindakan (aksi) atau
suatu opini terhadap pilihan.
5 dasar (basis) dalam pengambilan keputusan, menurut
George R. Terry yaitu:

1. Intuisi.
 Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi adalah
pengambilan keputusan  yang berdasarkan perasaan
yang sifatnya subyektif.
2. Pengalaman.
 Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman
memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena
dengan pengalaman yang dimiliki seseorang, maka dapat
memperkirakan keadaan sesuatu, dapat
memperhitungkan untung-ruginya dan baik-buruknya
keputusan yang akan dihasilkan.
3. Wewenang.
 Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya
dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya, atau oleh
orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang
lebih rendah kedudukannya.
4. Fakta.
 Pengambilan keputusan berdasarkan data dan fakta empiris
dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik.
5. Rasional.
 Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasio,
keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih
transparan dan konsisten.
Ilmu tentang Argumentasi

Pada dasarnya, logika menganalisa dan


mengevaluasi aktivitas manusia yang
dikenal sebagai argumentasi. Argumentasi
dalam bahasa sehari-hari kadang-kadang
mengungkapkan konfrontasi yang penuh
dengan permusuhan, tetapi arti teknis dari
istilah ini tidak menyatakan demikian.
Sesungguhnya dalam pengertian teknisnya,
sebuah argumentasi bahkan tidak harus
terjadi antara dua orang atau lebih.
Dalam pengertian teknis, sebuah argumentasi
semata-mata adalah kesimpulan yang
didukung oleh dasar atau alasan yang
diungkapkan dalam kalimat-kalimat yang
disebut “premis”. Dalam contoh tradisional,
“Semua manusia bisa mati, Sokrates adalah
manusia; karena itu Sokrates bisa mati,” ada
dua premis dan satu kesimpulan. Jika sebuah
argumentasi diungkapkan dalam bentuk
formal (seperti contohnya argumentasi
tentang Sokrates), hal ini disebut dengan
“silogisme.”
Argumentasi dilakukan orang sepanjang
waktu, telah mereka lakukan sejak
permulaan sejarah. Manusia berargumentasi
sebelum ilmu logika diciptakan, dan mereka
berargumentasi pada saat ini, baik mereka
telah mempelajari logika ataupun tidak.
Dengan kata lain, kita semua berusaha
untuk mengemukakan alasan atas hal-hal
yang kita yakini dan lakukan. Orangtua
melakukan hal ini kepada anak-anak mereka
dan guru melakukan hal ini kepada murid-
murid mereka (dan sebaliknya).
Para pendeta melakukan hal ini di dalam
banyak situasi. Setiap kotbah merupakan
sebuah atau sekelompok argumentasi;
kotbah merupakan usaha untuk
mempengaruhi manusia mengubah
keyakinan atau tingkah laku mereka
dalam hal-hal tertentu, dan
mengemukakan alasan-alasan untuk
membuat perubahan tersebut.
Alat Hermeneutika

Karena Logika merupakan ilmu


pengetahuan tentang argumentasi, maka ia
juga merupakan ilmu pengetahuan tentang
argumentasi, maka ia juga merupakan alat
yang berharga dalam penafsiran bahasa.
Dalam teologi, logika membantu kita
untuk memahami Alkitab.
Dalam teologi, kesimpulan logis
mengemukakan arti Kitab Suci. “Mencuri
itu dosa; penggelapan berarti mencuri;
dengan demikian penggelapan itu dosa.”
Ini merupakan sejenis “silogisme moral”
yang umum pada penalaran etika.
Mendapatkan kesimpulan ini merupakan
semacam “aplikasi”, dan kita telah
berargumen bahwa aplikasi dari Kitab
Suci adalah artinya.
Jika seseeorang mengatakan ia percaya
mencuri itu dosa, tetapi yakin penggelapan
diizinkan, maka ia belum mengerti arti
perintah kedelapan. Contoh lainnya: “Setiap
orang yang percaya kepada Kristus beroleh
hidup yang kekal (Yoh. 3:16); Bill percaya
kepada Kristus; karena itu Bill beroleh hidup
yang kekal.” Argumentasi ini juga
mengemukakan sebagian makna teks Alkitab
tersebut. Dengan demikian kesimpulan logis
itu penting, bahkan dalam bidang yang vital
mengenai jaminan keselamatan.
Jika digunakan secara benar, kesimpulan
logis tidak menambahkan apa-apa pada
Kitab Suci. Kesimpulan itu hanya
mengemukakan apa yang ada dalam Kitab
Suci. Dengan demikian kita tidak perlu
merasa takut melanggar sola scriptura
selama kita menggunakan logika secara
bertanggung jawab. Logika itu
mengemukakan makna dari kitab suci.
Ilmu Tentang Komitmen
Ada “keharusan” yang aneh mengenai
kesimpulan logis. Kita merasa bahwa jika
kita menerima premis dari sebuah
argumentasi, maka kita “harus” menerima
kesimpulannya. Sejauh manakah
“keharusan” itu? Dalam pengertian
apakah kita “harus” menerima kesimpulan
logis?
Keharusan itu jelas tidak bersifat paksaan fisik.
Tidak seorangpun menarik pita suara kita dan
secara fisik memaksa kita untuk menyatakan
kesimpulan dari satu argumentasi yang valid.
Dorongan ini dapat dan seringkali dilawan;
banyak orang menolak untuk menyetujui
argumentasi yang bagus walaupun ada
“keharusan” dari kesimpulan logis. Demikian
pula keharusan itu tidak tidak bersifat pragmatis
dalam pengertian yang jelas.
Proposisi Kategoris
Ada 4 proposisi di dalam kelompok
Kategoris:
1) Proposisi Universal Afirmatif, disebut
proposisi tipe A dalam ilmu Logika, yaitu
proposisi yang menerangkan keadaan yang
berlaku kepada semua anggota di dalam
suatu kelompok benda tanpa kecuali.
Contoh: Seluruh bangsa Indonesia terdiri
dari manusia.
2. Proposisi Universal Negatif, disebut
proposisi tipe E dalam ilmu Logika, yaitu
proposisi yang menerangkan keadaan
yang tidak berlaku kepada semua anggota
di dalam kelompok suatu benda tanpa
kecuali.
Contoh: Semua manusia tidak abadi.
3. Proposisi Partikular Afirmatif,
disebut proposisi tipe I dalam ilmu
Logika, yaitu proposisi yang menjelaskan
keadaan yang hanya berlaku bagi
sebagian anggota di dalam kelompok
suatu benda.
Contoh: Beberapa orang ada yang jahat.
4. Proposisi Partikular Negatif, disebut
proposisi tipe O dalam ilmu Logika, yaitu
proposisi yang menjelaskan keadaan yang
tidak berlaku untuk sebagian anggota di
dalam kelompok suatu benda.
Contoh: Sebagian manusia tidak percaya
Tuhan.
SILOGISME

Berasal dari bahasa yunani syllogismos


(penggabungan, penalaran), dari syn
(dengan, bersama) dan logizhestai
(menggabungkan, menyimpulkan dengan
penalaran).
Silogisme kategorik adalah silogisme yang semua
proposisinya mempunyai proposisi kategorik.
Silogisme Kategorik Bentuk Standar
Silogisme kategorik bentuk standar adalah silogisme yang
terdiri tiga proposisi, tiga term (subjek, predikat, dan term
penengah), dan konklusi disebut setelah premis-premisnya.

Contoh :
Semua mamalia menyusui anaknya. → Premis Mayor
                 M                   P
Semua kerbau mamalia → Premis Minor
                S          M
Semua kerbau menyusui anaknya → Konklusi
                S                 P
Silogisme hipotetik adalah pernyataan
yang premis mayornya berupa proposisi
hipotetik, tapi untuk premis minornya
adalah proposisi kategorik yang
menetapkan atau mengingkari term
antecedent atau term konklusi premis
mayornya. Silogisme hipotetik terdiri dari
4 jenis, yaitu:
1. Silogisme hipotetik yang premis
minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
Jika lapar, saya makan nasi.
Sekarang saya lapar.
Jadi, saya makan nasi.
2. Silogisme hipotetik yang premis
minornya mengakui bagian
konsekuensinya.
Contoh:
Jika saya makan maka kenyang.
Saya kenyang.
Jadi, saya sudah makan.
Silogisme hipotetik yang premis
minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
Jika Adi berolahraga, maka badannya
akan sehat.
Adi tidak berolahraga.
Jadi, badannya tidak akan sehat.
Silogisme hipotetik yang premis
minornya mengingkari bagian
konsekuensinya.
Contoh:
Jika siswa protes, maka kepala sekolah
akan terdesak.
Kepala sekolah tidak terdesak.
Jadi, siswa tidak protes.
Defenisi
 Apakah defenisi itu?
 Kata defenisi berasal dari kata ‘definitio’ (bahasa
Latin) yang berarti ‘pembatasan’. Pembatasan dalam
kaitan ini ialah pembatasan terhadap suatu pengertian
dengan tepat. Dengan demikian defenisi merupakan
perumusan yang singkat, padat, jelas, dan tepat sehingga
jelas dapat dimengerti dan dibedakan dari semua hal lain.
Dalam kaitan ini definisi yang baik harus 1) merumuskan
dengan jelas, lengkap, dan singkat semua unsur pokok
(isi) pngertian tertentu itu, 2) Yaitu unsur-unsur yang
perlu dan cukup untuk mengetahui apa sebenarnya
barang itu (tidak lebih dan tidak kurang), 3) sehingga
dengan jelas dapat dibedakan dari semua hal yang lain.
Bagaimanakah cara menyusun defenisi itu?
 Defenisi dapat disusun dengan cara
mengenali terlebih dahulu varian defenisi. Varian
itu ialah 1). Defenisi Nominal, 2). Defenisi Ril.
 Apakah yang dimaksud dengan definisi
nominal itu?
 Defenisi nominal disebut juga sebagai
defenisi menurut kata atau nama. Defenisi ini
hanyalah menerangkan arti ‘nama istilah tertentu’.
Artinya defenisi yang semata-mata menjelaskan
term sebagaimana disebutkan apa adanya, tanpa
melihat objek atau benda yang dikenai term
tersebut.
Untuk menyusun defenisi ini dapat dilakukan
melalui dua cara sebagai berikut:
a. meyusun defenisi dengan menelusuri asal
usul kata tertentu (etimologis) atau term, kata-
kata turunannya sampai dengan akar katanya.
 Contoh: ‘Filsafat’ berasal dari kata
Yunani ‘philos’ dan ‘sophia’. ‘Philos’ berarti
‘cinta’ dan ‘sophia’ berarti ‘kebijaksanaan’.
menyusun defenisi yang didasarkan atas
sinonim atau kata-kata lain yang lebih
dikenal (defenisi biverbal), misalnya
melalui upaya mencarikan padanan kata
atau pun terjemahannya.
Contoh: piawai = ahli dan terampil;
expert = pakar.
 Apakah yang dimaksud dengan definisi ril itu?
 Defenisi ril menerangkan apa sebenarnya sesuatu itu dengan
menunjukkan realitas atau hakikat sesuatu itu bukan namanya
saja. Berdasarkan hal ini maka terdapat beberapa cara
menyusunnya, yaitu:
 menerangkan sifat khas atau hakiki. Defenisi ini disebut juga
defenisi logis atau defenisi esensial. Definisi terdiri dari dua
bagian. Bagian pertama menunjukkan golongan ‘atasan’ atau
jenis terdekat, yang menyatakan kesamaan hal yang
didefinisikan itu dengan barang-barang lain (termasuk golongan
mana). Bagian kedua menunjukkan sifat khas atau hakiki yang
terdapat hanya pada barang itu saja, jadi menyatakan dalam hal
apa barang itu justru berbeda dari barang-barang lain.
 Contoh: Kuda itu apa? Apakah sesuatu yang dapat dimakan?
Tidak. Kuda adalah sejenis binatang yang....
menerangkan kumpulan sifat-sifat yang terdapat
dalam objek referent sehingga semua sifat itu
bersama-sama cukup menerangkan objek itu dengan
jelas dan dapat dibedakan dari objek lainnya. Defenisi
ini disebut defenisi deskriptif.
 Contoh: Defenisi’cinta kasih’.
 Cinta kasih itu sabar, cinta kasih itu murah hati,
tidak memegahkan diri, tidak angkuh, tidak kurang
sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak
lekas marah, tidak menaruh prasangka buruk, tidak
bersuka cita atas keadilan, tetapi suka pada
kebenaran. Cinta kasih menutup segalanya,
mempercayai segalanya dengan sabar. Cinta kasih
tidak berkesudahan.

Anda mungkin juga menyukai