Dasar Dasar Logika
Dasar Dasar Logika
(analog)
Term menurut kodrat referent
Term konkrit. Yaitu term yang memiliki objek
yang mudah diamati. Contoh: kacamata, ballpoint.
Term abstrak. Yaitu term yang memiliki objek
yang baru dapat dimengerti setelah melalui proses
abstraksi. Contoh: keadilan, kebenaran.
Term nihil. Yaitu objek yang tidak memiliki objek
referent sama sekali, sebab objek-objek term ini
bersifat imajinatif, fiktif, dan sebagainya. Contoh:
malaikat, sorga, neraka, peri, dan sebagainya.
Suposisi term
Suposisi term ialah ketepatan makna yang
dimilki oleh sebuah term dalam sebuah
proposisi atau pernyataan. “Ketepatan
makna” berarti bahwa sebuah term
memberikan makna yang tepat pada satu
objek saja dari objek-objek yang dapat
diwakilinya.
Suposisi term terdiri dari:
1. Intuisi.
Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi adalah
pengambilan keputusan yang berdasarkan perasaan
yang sifatnya subyektif.
2. Pengalaman.
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman
memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena
dengan pengalaman yang dimiliki seseorang, maka dapat
memperkirakan keadaan sesuatu, dapat
memperhitungkan untung-ruginya dan baik-buruknya
keputusan yang akan dihasilkan.
3. Wewenang.
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya
dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya, atau oleh
orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang
lebih rendah kedudukannya.
4. Fakta.
Pengambilan keputusan berdasarkan data dan fakta empiris
dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik.
5. Rasional.
Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasio,
keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih
transparan dan konsisten.
Ilmu tentang Argumentasi
Contoh :
Semua mamalia menyusui anaknya. → Premis Mayor
M P
Semua kerbau mamalia → Premis Minor
S M
Semua kerbau menyusui anaknya → Konklusi
S P
Silogisme hipotetik adalah pernyataan
yang premis mayornya berupa proposisi
hipotetik, tapi untuk premis minornya
adalah proposisi kategorik yang
menetapkan atau mengingkari term
antecedent atau term konklusi premis
mayornya. Silogisme hipotetik terdiri dari
4 jenis, yaitu:
1. Silogisme hipotetik yang premis
minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
Jika lapar, saya makan nasi.
Sekarang saya lapar.
Jadi, saya makan nasi.
2. Silogisme hipotetik yang premis
minornya mengakui bagian
konsekuensinya.
Contoh:
Jika saya makan maka kenyang.
Saya kenyang.
Jadi, saya sudah makan.
Silogisme hipotetik yang premis
minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
Jika Adi berolahraga, maka badannya
akan sehat.
Adi tidak berolahraga.
Jadi, badannya tidak akan sehat.
Silogisme hipotetik yang premis
minornya mengingkari bagian
konsekuensinya.
Contoh:
Jika siswa protes, maka kepala sekolah
akan terdesak.
Kepala sekolah tidak terdesak.
Jadi, siswa tidak protes.
Defenisi
Apakah defenisi itu?
Kata defenisi berasal dari kata ‘definitio’ (bahasa
Latin) yang berarti ‘pembatasan’. Pembatasan dalam
kaitan ini ialah pembatasan terhadap suatu pengertian
dengan tepat. Dengan demikian defenisi merupakan
perumusan yang singkat, padat, jelas, dan tepat sehingga
jelas dapat dimengerti dan dibedakan dari semua hal lain.
Dalam kaitan ini definisi yang baik harus 1) merumuskan
dengan jelas, lengkap, dan singkat semua unsur pokok
(isi) pngertian tertentu itu, 2) Yaitu unsur-unsur yang
perlu dan cukup untuk mengetahui apa sebenarnya
barang itu (tidak lebih dan tidak kurang), 3) sehingga
dengan jelas dapat dibedakan dari semua hal yang lain.
Bagaimanakah cara menyusun defenisi itu?
Defenisi dapat disusun dengan cara
mengenali terlebih dahulu varian defenisi. Varian
itu ialah 1). Defenisi Nominal, 2). Defenisi Ril.
Apakah yang dimaksud dengan definisi
nominal itu?
Defenisi nominal disebut juga sebagai
defenisi menurut kata atau nama. Defenisi ini
hanyalah menerangkan arti ‘nama istilah tertentu’.
Artinya defenisi yang semata-mata menjelaskan
term sebagaimana disebutkan apa adanya, tanpa
melihat objek atau benda yang dikenai term
tersebut.
Untuk menyusun defenisi ini dapat dilakukan
melalui dua cara sebagai berikut:
a. meyusun defenisi dengan menelusuri asal
usul kata tertentu (etimologis) atau term, kata-
kata turunannya sampai dengan akar katanya.
Contoh: ‘Filsafat’ berasal dari kata
Yunani ‘philos’ dan ‘sophia’. ‘Philos’ berarti
‘cinta’ dan ‘sophia’ berarti ‘kebijaksanaan’.
menyusun defenisi yang didasarkan atas
sinonim atau kata-kata lain yang lebih
dikenal (defenisi biverbal), misalnya
melalui upaya mencarikan padanan kata
atau pun terjemahannya.
Contoh: piawai = ahli dan terampil;
expert = pakar.
Apakah yang dimaksud dengan definisi ril itu?
Defenisi ril menerangkan apa sebenarnya sesuatu itu dengan
menunjukkan realitas atau hakikat sesuatu itu bukan namanya
saja. Berdasarkan hal ini maka terdapat beberapa cara
menyusunnya, yaitu:
menerangkan sifat khas atau hakiki. Defenisi ini disebut juga
defenisi logis atau defenisi esensial. Definisi terdiri dari dua
bagian. Bagian pertama menunjukkan golongan ‘atasan’ atau
jenis terdekat, yang menyatakan kesamaan hal yang
didefinisikan itu dengan barang-barang lain (termasuk golongan
mana). Bagian kedua menunjukkan sifat khas atau hakiki yang
terdapat hanya pada barang itu saja, jadi menyatakan dalam hal
apa barang itu justru berbeda dari barang-barang lain.
Contoh: Kuda itu apa? Apakah sesuatu yang dapat dimakan?
Tidak. Kuda adalah sejenis binatang yang....
menerangkan kumpulan sifat-sifat yang terdapat
dalam objek referent sehingga semua sifat itu
bersama-sama cukup menerangkan objek itu dengan
jelas dan dapat dibedakan dari objek lainnya. Defenisi
ini disebut defenisi deskriptif.
Contoh: Defenisi’cinta kasih’.
Cinta kasih itu sabar, cinta kasih itu murah hati,
tidak memegahkan diri, tidak angkuh, tidak kurang
sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak
lekas marah, tidak menaruh prasangka buruk, tidak
bersuka cita atas keadilan, tetapi suka pada
kebenaran. Cinta kasih menutup segalanya,
mempercayai segalanya dengan sabar. Cinta kasih
tidak berkesudahan.