Anda di halaman 1dari 3

Kajian Fiqih Wanita episode 1: Interaksi sosial dan Aurat

Perempuan
Dimanapun kita berada, dimana pun kita mengaji, selalu ingat 3 hal yaitu Aqidah, Syari’ah islam
dan Akhlaq. Berbicara mengenai syari’at islam , meliputi halal, haram, makruh, mubah, shalat,
zakat, puasa, haji, nikah, tulus, talak, rujuk dan masalah hukum.

1. Shalat
Perempuan dalam shalat, lebih tertutup lebih baik (kecuali wajah dan telapak tangan), Syeh
Hasan At-Tsaqof dalam kitab shahih shalat nabi. Laki-laki dalam shalat, dari pusat – lutut. Jika
seorang lelaki hendak sholat memakai celana saja hingga lutut, bisa dibilang itu masih sah.
Namun akhlak nya kurang baik menutup aurat dalam shalat sama halnya berbicara masalah
kepantasan. Perihal sholat perempuan. Mungkin telah kita dengar bahwa bagaimana baiknya
shalat perempuan? Apakah di masjid atau dirumah? Sebagian berpendapat bahwa perempuan
lebih baik shalat dirumah, didalam kamar, tempat yg sempit, semakin tertutup suatu tempat itu
untuk shalat semakin baik. Memang benar, Namun mari kita lihat hadits lain. Pada zaman Nabi,
ada 1 pintu khusus di masjid Nabawi sebelah kiri menghadap kiblat arah pemakaman baqi’,
disana ada tulisan (babun nisa’ / pintu perempuan), itu menunjukkan ada perempuan yang
masuk masjid. Nabi mengatur shaf shalat, sebaik baik shaf laki-laki adalah di depan sedangkan
sebaik baik shaf perempuan dibelakang. Dengan maksud, bahwa ada perempuan dibelakang
shaf laki-laki. Namun seandainya tidak ada perempuan di shaf belakang, pasti Nabi berkata
“sebaik baik shaf perempuan ialah shalat dirumah”. Nabi, jika selesai sholat melarang laki-laki
untuk meninggalkan masjid sebelum perempuan pulang semua. Agar tidak terjadi Ikhtilath
(bercampur) , sedangkan ikhtilaf (berbeda pendapat) Hati-hati.

2. Puasa
Puasanya laki-laki dan perempuan sama, sama yg diartikan waktu dan Pelaksana nya sama
(puasa ramadhan, senin Kamis, Daud, ayyamul bidh) . Hanya saja perempuan diberi
keistimewaan, yakni haid. Perempuan dilarang mengkonsumsi pil supaya bisa puasa penuh,
namun ketika masa haid tiba perempuan dianjurkan untuk mengganti dilain waktu.

3. Zakat
Zakat laki-laki dan perempuan sama, yakni mengeluarkan 2,5%. Menurut imam Hanbali, zakat
perhiasan perempuan hanya dilakukan seumur hidup sekali. Yakni sebesar 2,5% dan tanpa
nisab. Zakat perhiasan perempuan tidak ada zakat secara khusus sampai beratnya 200 dinar.
200 dinar = 850gr, 850gr = 1 kilo kurang 1 ons ½

4. Haji
Haji laki-laki dan perempuan sama Sedikit perbedaan bahwa laki-laki tidak pakai mahram,
sedangkan perempuan pakai mahram Imam nahrawi dari kalangan syafi’i, jika perjalanan
sebuah haji itu aman, banyak perempuan yang amanah maka boleh tidak pakai mahram

Perempuan adalah salah satu makhluk Allah yang paling istimewa. Banyak kekhususan yang
diberikan kepada perempuan yang  tidak diberikan kepada laki-laki. Di antaranya, perempuan
diberikan keistimewaan untuk mengandung, melahirkan, dan menyusui. Bahkan, dalam Alquran
terdapat satu surah yang bernama an-Nisaa yang bermakna perempuan. Surah ini terdiri atas
176 ayat dan masuk dalam kategori surah Madaniyyah, yang diturunkan di Madinah. Surah ini
merupakan yang terpanjang dalam kategori Madaniyyah sesudah surah al-Baqarah .

Melihat diri sendiri


Dalam hal melihat dirinya sendiri, Imam Hanafi dan Hanbali menyatakan, orang yang sudah
mukallaf atau sudah terkena kewajiban mendirikan shalat dan ibadah fardhu lainnya atau
dewasa tidak boleh membuka auratnya di samping orang yang tidak dihalalkan untuk
melihatnya. Begitu juga kalau sendiri, kecuali karena darurat seperti buang air besar atau kecil
atau mandi. Imam Syafii dan Maliki menyatakan, melihat aurat sendiri tidak haram, tetapi
hukumnya makruh, kecuali dalam keadaan darurat sehingga diperbolehkan.

Bersama Muhrim
Ulama mazhab berbeda pendapat tentang anggota badan yang wajib ditutupi dari pandangan
muhrimnya yang laki-laki selain suaminya. Sedangkan sesama perempuan yang merupakan
familinya, masih diperbolehkan, namun masih dalam batas kewajaran sebagaimana surah an-
Nuur ayat 31. Menurut Hanafi dan Syafii, bila berada di hadapan muhrimnya, mereka
diwajibkan menutupi aurat antara pusar dan lutut. Sedangkan Maliki dan Hambali menyatakan,
bila dihadapan sesama perempuan wajib ditutupi antara pusar dan lutut sedagkan di hadapan
muhrimnya yang laki-laki adalah seluruh badannya kecuali bagian yang ujung-ujungnya seperti
kepala dan dua tangan.

Di hadapan Laki-laki lain


Seorang perempuan, apabila berada di hadapan laki-laki lain selain suami dan anggota
muhrimnya, maka ia wajib menutup seluruh badannya. Dan para ulama telah menyepakati hal
ini. Mereka berpandangan, sebagaimana hadis yang diriwayatkan Tirmidzi, bahwa perempuan
itu adalah aurat. Dan bila berada di hadapan laki-laki yang bukan muhrimnya ini, maka anggota
badan yang boleh terlihat hanyalah muka dan dua telapak tangan. ”Dan janganlah mereka
(para wanita) menampakkan perhiasan kecuali yang biasa nampak, dan hendaklah mereka
menutupkan kain kerudungnya hingga ke dadanya.” (QS An-Nuur : 31). Pandangan ini berlaku
dalam setiap kesempatan, baik di rumah, bertetangga, maupun saat berinteraksi sosial dengan
masyarakat umum.

Dr Yusuf al-Qaradhawi, menyatakan, Islam tidak melarang hubungan laki-laki dan perempuan.
Namun demikian, Islam mengajarkan etika dan adab yang harus dipatuhi dalam pergaulan
tersebut, yakni bagi seorang perempuan hendaknya menutup auratnya dan memakai pakaian
yang sopan, yakni longgar dan tertutup (tidak menampakkan anggota tubuh).

Sementara itu, Abdul Halim Abu Syuqqah menyatakan, perempuan diperbolehkan berinteraksi
sosial namun mereka memiliki kewajiban untuk mematuhi adab, etika, dan moral, dalam
pergaulan. Adab pergaulan itu antara lain, menutupi auratnya kecuali wajah, tangan, dan kaki;
sederhana dalam berpakaian; menggunakan pakaian yang longgar dan tidak transparan;
berbeda dengan pakaian laki-laki; dan berbeda dengan wanita non-Muslim.

Perempuan adalah makhluk yang paling indah dan menarik, seperti perhiasan. Karena itu,
banyak orang yang senantiasa menyukai dan menyenanginya. Dalam salah satu sabda Nabi
Muhammad, Rasulullah SAW mengatakan, ”Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya
perhiasan adalah istri yang salehah.” (HR Muslim). Karena itulah, perempuan banyak menarik
perhatian terutama lawan jenisnya (laki-laki).

Dalam hal demikian, agama Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa bergaul dengan
baik, namun tetap menjaga etika, adab, dan moralnya, termasuk dalam hal berpakaian untuk
menutupi auratnya. Sebagaimana dijelaskan dalam berbagai kitab fikih, aurat wanita adalah
seluruh badannya kecuali muka dan telapak tangan. Dalam sebuah hadis hasan sahih yang
diriwayatkan Tirmidzi, dikatakan, Sesungguhnya seluruh tubuh perempuan adalah aurat.
”Perempuan itu adalah aurat.” Berkaitan dengan hal ini, kapankah seluruh tubuh wanita kecuali
muka dan dua telapak tangan menjadi bukan aurat, terutama saat berinteraksi sosial dengan
orang lain? Padahal, dalam kehidupan dunia modern saat ini, sangat sulit menghindari
pertemuan antara laki-laki dan perempuan. Bahkan, tak jarang keduanya saling membutuhkan
untuk kerjasama dalam banyak bidang. Menurut Imam Muhammad bin Idris As-Syafii (150-204
H), batas aurat perempuan adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan dua telapak tangan.
Mayoritas ulama juga menyepakatinya.

Lalu sampai batas mana, khususnya bagi perempuan untuk diperkenankan atau diperbolehkan
membuka auratnya? Apakah saat sendirian, di hadapan suaminya, anggota keluarganya, atau
lainnya?

Perempuan bekerja
Nabi melihat Asma’ mengambil makan untuk onta dengan menjunjung diatas kepalanya, namun
Nabi tidak memarahinya. Jika nabi marah bahkan melarang perempuan untuk tidak boleh
bekerja, maka Nabi akan berkata ‘Hai asma’ pulanglah kerumah’. Namun Nabi tidak melakukan
itu, justru Nabi menolong asma’ dengan membawakan makanan onta tersebut ke rumahnya.
Syarat dan ketentuan masih tetap berlaku bagi perempuan yang bekerja, yakni : Tidak berdua
duaan dengan yg bukan mahram, Tidak bersolek, Izin kepada orang tua/suami

Suara
Jika perempuan dilarang untuk bersuara, maka tidak mungkin Aisyah mengajar murid²nya
dengan suaranya. Suara yang dilarang bagi perempuan ialah mendesah kepada laki-laki,
merayu rayu, bahkan mengeluarkan suara yang manja. (Bidang Immawati PC IMM Kota
Surabaya Periode 2020).

Anda mungkin juga menyukai