Anda di halaman 1dari 268

IKATAN DOKTER INDONESIA

[THE INDONESIAN MEDICAL ASSOCIATION]


CABANG KOTA BANDUNG
Sekretariat : Jl. Surya sumantri ruko Setrasari Mall Block C1 No 51 Telp (022) 2020474 Bandung
mail: idi_bandung@yahoo.com. website:www.idikotabandung.com

Masa Bakti :2021-2024 No Surat: 00083/A.4/IDI-Bd/V/2023


Lampiran : 1 (satu) berkas
Ketua: Edaran terkait Peredaran dan Penyalahgunaan Obat
Dr. R. Dadan Gardea Perihal :
Psikotropika
Gandadikusumah, Sp.OT

Wakil Ketua I:
Dr. Dony Septriana Rosady, MBA,
Kepada Yth,
MH.Kes.,MTrAP Sejawat Dokter Umum/Spesialis
Wakil Ketua II: Anggota IDI Cabang Kota Bandung
Dr. Ahmad Iffa Maududy, SpB
di tempat
Sekretaris :
dr. Eva Noviani Lestari, Sp.PD.,
M.MRS., MH.Kes
Dengan hormat,

Wakil Sekretaris I :
Dr. Dian Marina Intansari, MARS Semoga Sejawat selalu sehat dalam lindungan Allah SWT sehingga dapat menjalankan
aktivitas sehari-hari dengan baik.
Wakil Sekretaris II :
Dr. Marry Nadya Elmiera, MMRS
Terkait dengan Peredaran dan Penyalahgunaan Obat Psikotropika, Berdasarkan kepada
Bendahara : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/6485/2021
Dr.Anne Suria Marliane, MMRS
tentang Formularium Nasional dan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 11
Wakil Bendahara I : Tahun 2012 tentang Standar Kompetensi Dokter Indonesia, maka melalui surat ini Kami,
Dr. H. R. Garna Wibawa Soemantri, Pengurus IDI Cabang Kota Bandung, menghimbau kepada Seluruh Anggota IDI Cabang
MMRS
Kota Bandung untuk tidak melakukan peresepan Obat Psikotropika di luar Kompetensi
Wakil Bendahara II : dan Kewenangan Klinis yang dimiliki oleh masing-masing Sejawat.
Dr. Firla Rachmina Irvan

Ketua Bidang Organisasi, Advokasi,


Kemitraan dan Kerjasama Antar Demikian surat ini Kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasama yang diberikan Kami
Lembaga : ucapkan terima kasih.
Dr. NR Ratih Rustiati

Ketua Bidang IPTEK dan Penelitian


Kedokteran : Bandung, 31 Mei 2023
Dr. Agung Firmansyah Sumantri,
Pengurus IDI Cabang Kota Bandung
SpPDKHOM., MMRS
Ketua,
Ketua Bidang Pengembangan
Pelayanan Kedokteran dan
Kesejahteraan Anggota :
Dr. Hilman, SpRad (K)

Ketua Pengabdian Masyarakat dan


Tanggap Bencana :
Dr. Richard Sumihar Hasudungan
Lumban Tobing, SpB

Ketua Jaminan Kesehatan Nasional


:
Dr. Umar Seno Waskito, SpOG(k)- Dr. R. Dadan Gardea Gandadikusumah, Sp.OT
FKM, MKes
NPA IDI: 57836
Ketua Biro Hukum Pembinaan dan
Pembelaan Anggota (BHP2A) :
Dr. Noorman Herryadi, SpF, SH

Ketua Data Diri dan Informasi :


Dr. Rahmat Fitra, SpM

Ketua Tim Pengembangan dan


Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan (Tim-P2KB) :
Dr. Dini Hidayat, SpOG(K)., MKes

Ketua Majelis Kehormatan Etik


Kedokteran (MKEK) :
Dr. Tri Wahyu Murni, SpB, SpB-
TKV, MH.Kes
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.01.07/MENKES/6485/2021
TENTANG
FORMULARIUM NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan


kesehatan perlu menjamin aksesibilitas obat yang aman,
berkhasiat, bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan
jumlah yang cukup;
b. bahwa dalam rangka pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Nasional perlu disusun daftar obat dalam bentuk
Formularium Nasional;
c. bahwa Formularium Nasional sebagaimana telah
ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/MENKES/813/2019 tentang Formularium
Nasional sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/350/2020
tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor HK.01.07/MENKES/813/2019 tentang
Formularium Nasional, perlu disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perkembangan hukum sesuai kajian pola penyakit yang
terjadi di masyarakat;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu
menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang
Formularium Nasional;

jdih.kemkes.go.id
-2-

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang


Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3671) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6573);
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4456) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5062) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6573);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6573);
5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020

jdih.kemkes.go.id
-3-

Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik


Indonesia Nomor 6573);
6. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggaraan Jaminan Sosial (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256);
7. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang
Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 165) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 64 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang
Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 130) ;
8. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2021 tentang
Kementerian Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 83);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013
tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan
Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 1400) sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7
Tahun 2021 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang
Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 3);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016
tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan
Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan
Dukungan Biaya Operasional pada Fasilitas Kesehatan
Tingkatan Pertama Milik Pemerintah Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 761);
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2020
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 1146);

jdih.kemkes.go.id
-4-

12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


189/MENKES/SK/III/2006 tentang Kebijakan Obat
Nasional;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang Kewajiban
Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Pemerintah;
14. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/MENKES/498/2020 tentang Komite Nasional
Penyusunan Formularium Nasional;
15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/MENKES/6477/2021 tentang Daftar Obat
Esensial Nasional;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
FORMULARIUM NASIONAL.

KESATU : Menetapkan Formularium Nasional sebagaimana tercantum


dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Keputusan Menteri ini.
KEDUA : Formularium Nasional sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KESATU merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan
digunakan sebagai acuan penulisan resep pada pelaksanaan
pelayanan kesehatan dalam penyelenggaraan program
jaminan kesehatan.
KETIGA : Dalam hal obat yang dibutuhkan tidak tercantum dalam
Formularium Nasional, dapat digunakan obat lain secara
terbatas berdasarkan persetujuan Kepala atau Direktur
Rumah Sakit setempat.
KEEMPAT : Setiap perubahan dalam Lampiran ini ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan setelah mendapat rekomendasi dari Komite
Nasional Penyusunan Formularium Nasional.
KELIMA : Pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan Keputusan
Menteri ini dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan, Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, Dinas Kesehatan
Provinsi, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan
tugas dan fungsi masing-masing.

jdih.kemkes.go.id
-5-

KEENAM : Peserta Jaminan Kesehatan Nasional penderita Non small Cell


Lung Cancer (NSCLC) jenis non squamous yang locally advance
atau metastatik dengan Epidermal Growth Factor Receptor
(EGFR) exon 19 delesi atau mutasi subsitusi exon 21 (L858R),
dan yang belum pernah mendapatkan Tyrosine Kinase
Inhibitor (TKI) sebelumnya, yang sedang dalam proses
pengobatan dengan afatinib, tetap berhak menerima obat
afatinib sesuai dengan siklus terapinya atau obat dihentikan
jika respons terhadap obat kurang dari 50% (lima puluh
persen), setelah 3 (tiga) siklus.
KETUJUH : Pada saat Keputusan Menteri ini mulai berlaku:
a. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/MENKES/813/2020 tentang Formularium
Nasional; dan
b. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/MENKES/350/2020 tentang Perubahan atas
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/MENKES/813/2020 tentang Formularium
Nasional;
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
KEDELAPAN : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari
2022.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 14 Oktober 2021

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI G. SADIKIN

jdih.kemkes.go.id
-6-

LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.01.07/MENKES/6485/2021
TENTANG
FORMULARIUM NASIONAL

DAFTAR OBAT FORMULARIUM NASIONAL

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1. ANALGESIK, ANTIPIRETIK, ANTIINFLAMASI NON STEROID, ANTIPIRAI
1.1 ANALGESIK NARKOTIK
1 fentanil
a) inj: Hanya untuk nyeri berat dan
harus diberikan oleh tim medis
yang dapat melakukan
resusitasi.
b) patch:
- Untuk nyeri kronik pada
pasien kanker yang tidak
terkendali.
- Tidak untuk nyeri akut.
1. inj 0,05 mg/mL (i.m./i.v.)   5 amp/kasus.
2. patch 12,5 mcg/jam   10 patch/bulan.
3. patch 25 mcg/jam   10 patch/bulan.
4. patch 50 mcg/jam   5 patch/bulan.
Hanya boleh diresepkan oleh tim
manajemen nyeri RS atau tim
onkologi (tumor board) RS.
2 hidromorfon
1. tab lepas lambat 8 mg   30 tab/bulan.
2. tab lepas lambat 16 mg   30 tab/bulan.
3 kodein
1. tab 10 mg    30 tab/bulan.

jdih.kemkes.go.id
-7-

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
2. tab 20 mg    30 tab/bulan.
4 morfin
a) Hanya untuk pemakaian pada
tindakan anestesi atau
perawatan di Rumah Sakit;
b) Untuk mengatasi nyeri kanker
yang tidak respons terhadap
analgesik non narkotik;
c) Untuk nyeri pada serangan
jantung.
1. tab 10 mg   Initial dosis 3−4
tab/hari.
2. tab lepas lambat 10 mg   60 tab/bulan.
3. tab lepas lambat 15 mg   60 tab/bulan.
4. tab lepas lambat 30 mg   60 tab/bulan.
5. inj 10 mg/mL (i.m./s.k./i.v.)   Infus per 24 jam.
5 oksikodon
a) kaps/tab lepas lambat:
- Untuk nyeri berat yang
memerlukan terapi opioid
jangka panjang, around-the-
clock.
- Tidak untuk terapi as needed
(prn).
- Pasien tidak memiliki
gangguan respirasi.
- Harus dimulai dengan dosis
paling rendah pada pasien
yang belum pernah mendapat
opioid sebelumnya.
b) larutan oral:
- Hanya untuk breakthrough
pain dan emergency pain.

jdih.kemkes.go.id
-8-

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
- Pasien tidak memiliki
gangguan respirasi.
- Harus dimulai dengan dosis
paling rendah pada pasien
yang belum pernah mendapat
opioid sebelumnya.
c) inj:
- Hanya untuk nyeri akut.
- Pasien tidak memiliki
gangguan respirasi.
- Harus dimulai dengan dosis
paling rendah pada pasien
yang belum pernah mendapat
opioid sebelumnya.
1. kaps 5 mg   60 kaps/bulan.
2. kaps 10 mg   60 kaps/bulan.
3. kaps 20 mg  60 kaps/bulan.
4. tab lepas lambat 10 mg   60 tab/bulan.
5. tab lepas lambat 15 mg   60 tab/bulan.
6. tab lepas lambat 20 mg   60 tab/bulan.
7. lar oral 5 mg/5 mL   2 btl/bulan.
8. lar oral concentrate 10 mg/mL   2 btl/bulan.
Tidak digunakan untuk anak
usia < 18 tahun
9. inj 10 mg/mL   2 amp/hari.
6 petidin
1. inj 50 mg/mL (i.m./i.v.)   2 amp/hari.
a) Hanya untuk nyeri sedang
hingga berat pada pasien
yang dirawat di Rumah Sakit.
b) Tidak digunakan untuk nyeri
kanker.

jdih.kemkes.go.id
-9-

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
7 remifentanil
Hanya untuk tindakan anestesi yang
diberikan dokter anestesi.
1. inj 1 mg  
2. inj 2 mg  
3. inj 5 mg  
8 sufentanil
1. inj 5 mcg/mL (i.v.)   3 vial/kasus.
Hanya untuk tindakan anestesi
yang diberikan dokter anestesi.
9 tramadol
Hanya untuk nyeri sedang sampai
berat yang intoleran terhadap NSAID.
1. inj 50 mg/mL   2 amp/hari, maks 3
hari dalam 1 bulan.
1.2 ANALGESIK NON NARKOTIK
1 asam mefenamat
1. kaps 250 mg    30 kaps/bulan.
2. tab 500 mg    30 tab/bulan.
2 ibuprofen*
1. tab 200 mg    30 tab/bulan.
2. tab 400 mg    - Untuk nyeri akut:
14 tab/kasus.
- Untuk nyeri kronis:
60 tab/bulan.
3. susp 100 mg/5 mL    1 btl/kasus.
4. susp 200 mg/5 mL    1 btl/kasus.
5. inj 100 mg/mL   Maks 3 vial/kasus.
Digunakan untuk analgesik
perioperatif.
3 ketoprofen
1. inj 50 mg/mL  

jdih.kemkes.go.id
- 10 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
2. sup 100 mg   2 sup/hari, maks 3
hari.
Untuk nyeri sedang sampai berat
pada pasien yang tidak dapat
menggunakan analgesik secara
oral.
4 ketorolak
1. inj 30 mg/mL   2-3 amp/hari,
maks 2 hari.
Untuk nyeri sedang sampai berat
pada pasien yang tidak dapat
menggunakan analgesik secara
oral.
5 metamizol
Untuk nyeri post operatif dan hanya
dalam waktu singkat.
1. inj 500 mg/mL   4 amp selama
dirawat.
6 natrium diklofenak
1. tab sal enterik 25 mg*    30 tab/bulan.
2. tab sal enterik 50 mg*    30 tab/bulan.
3. inj 25 mg/mL   Maks 2 hari.
Hanya untuk nyeri akut
pascaoperasi.
7 parasetamol
1. tab 500 mg    30 tab/bulan.
2. sir 120 mg/5 mL    2 btl/kasus.
3. drops 100 mg/mL    1 btl/kasus.
4. inf 10 mg/mL  3 btl/kasus.
Hanya untuk pasien di ruang
perawatan intensif yang
memerlukan analgesik

jdih.kemkes.go.id
- 11 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
berkelanjutan.
1.3 ANTIPIRAI
1 alopurinol
Tidak diberikan pada saat nyeri
akut.
1. tab 100 mg*    30 tab/bulan.
2. tab 300 mg    60 tab/bulan.
2 kolkisin
1. tab 500 mcg    30 tab/bulan.
3 probenesid
1. tab 500 mg    30 tab/bulan.
1.4 NYERI NEUROPATIK
1 amitriptilin
1. tab 25 mg    30 tab/bulan.
2 gabapentin
Hanya untuk neuralgia pascaherpes
atau nyeri neuropati diabetik.
1. kaps 100 mg   60 kaps/bulan.
2. kaps 300 mg   30 kaps/bulan.
3 karbamazepin
Hanya untuk neuralgia trigeminal.
1. tab 200 mg    120 tab/bulan.
4 pregabalin
Hanya untuk neuralgia pascaherpes
atau nyeri neuropati diabetik.
1. kaps 75 mg   120 kaps/bulan.
2. ANESTETIK
2.1 ANESTETIK LOKAL
1 bupivakain
1. inj 0,5%  
2 bupivakain heavy
Khusus untuk analgesia spinal.

jdih.kemkes.go.id
- 12 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1. inj 0,5% + glukosa 8%  
3 etil klorida
1. spray 100 mL   
4 lidokain
1. inj 2%   
2. gel 2%  PP  
3. spray topikal 10%   
5 ropivakain
1. inj 7,5 mg/mL  
2.2 ANESTETIK UMUM dan OKSIGEN
1 deksmedetomidin
Untuk sedasi pada pasien di ICU,
kraniotomi, bedah jantung dan
operasi yang memerlukan waktu
pembedahan yang lama.
1. inj 100 mcg/mL  
2 desfluran
1. ih  
3 halotan
a) Tidak boleh digunakan berulang.
b) Tidak untuk pasien dengan
gangguan fungsi hati.
1. ih  
4 isofluran
1. ih  
5 ketamin
1. inj 50 mg/mL (i.v.)  
2. inj 100 mg/mL (i.v.)  
6 nitrogen oksida
1. ih, gas dalam tabung  
7 oksigen
1. ih, gas dalam tabung   

jdih.kemkes.go.id
- 13 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
8 propofol
1. inj 1%  
9 sevofluran
1. ih  
10 tiopental
1. inj 500 mg (i.v.)  
2. inj 1.000 mg (i.v.)  
2.3 OBAT untuk PROSEDUR PRE OPERATIF
1 atropin
1. inj 0,25 mg/mL (i.v./s.k.)   
2 diazepam
1. inj 5 mg/mL   
3 midazolam
Dapat digunakan untuk premedikasi
sebelum induksi anestesi dan
rumatan selama anestesi umum.
1. inj 1 mg/mL (i.v.)   - Dosis rumatan:
2. inj 5 mg/mL (i.v.)   1 mg/jam (24
mg/hari).
- Dosis premedikasi:
8 vial/kasus.
Dapat digunakan untuk sedasi
pada pasien ICU dan HCU.
3. ANTIALERGI dan OBAT untuk ANAFILAKSIS
1 deksametason
1. inj 5 mg/mL    20 mg/hari.
2 difenhidramin
1. inj 10 mg/mL (i.v./i.m.)    30 mg/hari.
3 epinefrin (adrenalin)
1. inj 1 mg/mL   
4 hidrokortison
1. inj 100 mg   

jdih.kemkes.go.id
- 14 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
5 klorfeniramin
1. tab 4 mg    3 tab/hari, maks 5
hari.
6 loratadin
1. tab 10 mg    - Urtikaria akut:
1 tab/hari, maks 5
hari, dilakukan di
Faskes Tk. 1.
- Urtikaria kronik:
maks 30
tab/bulan, hanya
dilakukan di
Faskes Tk. 2 dan 3.
7 setirizin
1. tab 10 mg    - Urtikaria akut:
1 tab/hari, maks 5
hari.
- Urtikaria kronik:
maks 30
tab/bulan.
2. sir 5 mg/5 mL    1 btl/kasus.
4. ANTIDOT dan OBAT LAIN untuk KERACUNAN
4.1 KHUSUS
1 atropin
1. tab 0,5 mg   
2. inj 0,25 mg/mL (i.v.)   
2 kalsium glukonat
1. inj 10%   
3 nalokson
Hanya untuk mengatasi depresi
pernapasan akibat morfin atau
opioid.

jdih.kemkes.go.id
- 15 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1. inj 0,4 mg/mL  
4 natrium bikarbonat
1. tab 500 mg   
2. inj 8,4% (i.v.)  
High alert medicine.
5 natrium tiosulfat
1. inj 25% (i.v.)   
6 neostigmin
1. inj 0,5 mg/mL  
7 protamin sulfat
1. inj 10 mg/mL (i.v.)  
4.2 UMUM
1 magnesium sulfat
1. serb   
5. ANTIEPILEPSI - ANTIKONVULSI
1 diazepam
1. inj 5 mg/mL    10 amp/kasus,
kecuali untuk kasus
di ICU.
Tidak untuk i.m.
2. enema 5 mg/2,5 mL    2 tube/hari, bila
kejang.
3. enema 10 mg/2,5 mL    2 tube/hari, bila
kejang.
2 fenitoin
1. kaps 30 mg*    90 kaps/bulan.
2. kaps 100 mg*    120 kaps/bulan.
3. inj 50 mg/mL   
3 fenobarbital
1. tab 30 mg*    120 tab/bulan.
2. tab 100 mg*    60 tab/bulan.
3. inj 50 mg/mL    40 mg/kgBB.

jdih.kemkes.go.id
- 16 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
4. inj 100 mg/mL  
4 karbamazepin*
1. tab 200 mg    120 tab/bulan.
2. sir 100 mg/5 mL    4 btl/bulan.
5 klonazepam
1. tab 2 mg   30 tab/bulan.
6 lamotrigin
a) Tidak digunakan sebagai lini
pertama untuk epilepsi.
b) Dapat digunakan sebagai lini
kedua pada ibu hamil atau
pasien usia lanjut (> 65 tahun).
1. tab dispersible 25 mg   30 tab/bulan (hanya
untuk titrasi dosis).
2. tab 50 mg   400 mg/hari.
3. tab 100 mg   120 tab/bulan.
7 levetirasetam
Sebagai terapi tambahan pada
pasien epilepsi onset parsial.
1. tab 250 mg  60 tab/bulan.
2. tab 500 mg  90 tab/bulan.
8 magnesium sulfat
Hanya untuk kejang pada
preeklampsia dan eklampsia. Tidak
digunakan untuk kejang lainnya.
1. inj 20% (i.v.)   
2. inj 40% (i.v.)   
9 okskarbazepin
1. susp 60 mg/mL*  
10 topiramat
Digunakan untuk terapi pada
epilepsi parsial.

jdih.kemkes.go.id
- 17 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1. tab 25 mg  
2. tab 50 mg  
3. tab 100 mg   90 tab/bulan.
11 valproat*
Dapat digunakan untuk epilepsi
umum (general epilepsy).
1. tab lepas lambat 250 mg    120 tab/bulan.
2. tab lepas lambat 500 mg    60 tab/bulan.
3. tab sal enterik 250 mg    90 tab/bulan.
4. sir 250 mg/5 mL    5 btl/bulan.
12 zonisamid
Hanya digunakan pada pasien yang
sudah pernah mendapat topiramat
atau levetirasetam, namun tidak
mencapai remisi (bebas serangan 1
tahun berturut-turut).
1. tab sal selaput 100 mg  60 tab/bulan.
6. ANTIINFEKSI
6.1 ANTELMINTIK
6.1.1 Antelmintik Intestinal
1 albendazol
1. tab 400 mg   
2. susp 200 mg/5 mL   
2 mebendazol
1. tab 100 mg   
2. tab 500 mg   
3. sir 100 mg/5 mL   
3 pirantel pamoat
1. tab 125 mg   
2. tab 250 mg   
3. susp 125 mg/5 mL   

jdih.kemkes.go.id
- 18 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
4 prazikuantel
1. tab 600 mg   
6.1.2 Antifilaria
1 dietilkarbamazin
1. tab 100 mg   
Tidak digunakan untuk ibu
hamil atau ibu menyusui.
6.1.3 Antisistosoma
1 prazikuantel
a) Hanya untuk daerah Sulawesi
Tengah.
b) Khusus di Kalimantan Selatan
untuk pengobatan Fasciolopsis
buski.
1. tab 600 mg   
6.2 ANTIBAKTERI
6.2.1. Beta laktam
1 amoksisilin
1. tab 250 mg    10 hari.
2. tab 500 mg    10 hari.
3. drops 100 mg/mL    1 btl/kasus.
4. sir kering 125 mg/5 mL    1 btl/kasus.
5. sir kering 250 mg/5 mL    1 btl/kasus.
2 ampisilin
1. inj 250 mg (i.m./i.v.)  PP   10 hari.
2. inj 1.000 mg (i.v.)  PP   10 hari.
3 benzatin benzilpenisilin
1. inj 1,2 juta IU/mL (i.m.)    2 vial/bulan.
2. inj 2,4 juta IU/mL (i.m.)    1 vial/bulan.
4 fenoksimetil penisilin (penisilin V)
1. tab 250 mg    40 tab/bulan.
2. tab 500 mg    20 tab/bulan.

jdih.kemkes.go.id
- 19 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
Catatan: Direkonstitusi sesaat
sebelum disuntikkan untuk mencegah
hilangnya efikasi asam klavulanat.
5 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. amoksisilin 1.000 mg
b. asam klavulanat 200 mg
1. inj 1.200 mg 
6 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. ampisilin 500 mg
b. sulbaktam 250 mg
1. serb inj 750 mg  10 hari.
7 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. ampisilin 1.000 mg
b. sulbaktam 500 mg
1. serb inj 1.500 mg  10 hari.
8 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. sefoperazon 500 mg
b. sulbaktam 500 mg
Diberikan atas persetujuan
KFT/KPRA/pimpinan RS untuk:
a) Antibiotik lini ketiga (reserved
antibiotic).
b) Infeksi berat yang tidak bisa
diatasi dengan antibiotik
tunggal.
1. serb inj 1.000 mg  10 hari.
9 prokain benzilpenisilin
1. inj 3 juta IU (i.m.)    3 vial/kasus.
10 sefadroksil
1. kaps 250 mg    5 hari.
2. kaps 500 mg    5 hari.
3. sir kering 125 mg/5 mL    1 btl/kasus.

jdih.kemkes.go.id
- 20 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
4. sir kering 250 mg/5 mL    1 btl/kasus.
11 sefaleksin
1. kaps 500 mg   5 hari.
12 sefazolin
1. inj 1.000 mg   Selama 24 jam.
Digunakan pada profilaksis
bedah untuk mencegah
terjadinya infeksi luka operasi.
13 sefepim
a) Antibiotik lini ketiga (reserved
antibiotic). Diberikan atas
persetujuan
KFT/KPRA/pimpinan RS.
b) Untuk demam neutropenia
karena penggunaan kemoterapi
atau radioterapi, dapat diberikan
sebagai terapi empiris.
1. serb inj 1.000 mg   3 g/hari sampai ANC
> 500/mm3.
14 sefiksim
Hanya untuk pasien rawat inap yang
sebelumnya mendapatkan antibiotik
parenteral sefalosporin generasi tiga
atau sesuai hasil uji resistensi.
1. tab/kaps 100 mg   10 hari.
2. tab/kaps 200 mg   10 hari.
3. sir 100 mg/5 mL   1 btl/kasus.
15 sefoperazon
1. serb inj 1.000 mg   3 g/hari selama 7
hari.
Diberikan atas persetujuan
KFT/KPRA/pimpinan RS untuk:

jdih.kemkes.go.id
- 21 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
a) Antibiotik lini ketiga (reserved
antibiotic).
b) Mengatasi infeksi pada
pasien yang mengalami
penurunan fungsi ginjal.
16 sefotaksim
1. serb inj 500 mg   10 hari.
2. serb inj 1.000 mg   10 hari.
17 sefpirom
a) Antibiotik lini ketiga (reserved
antibiotic). Diberikan atas
persetujuan
KFT/KPRA/pimpinan RS.
b) Untuk demam neutropenia
karena penggunaan kemoterapi
atau radioterapi, dapat diberikan
sebagai terapi empiris.
1. serb inj 1.000 mg   3 g/hari sampai ANC
> 500/mm3.
18 sefpodoksim proksetil
1. tab sal selaput 100 mg   2 tab/hari selama 7
hari.
19 seftazidim
1. serb inj 1.000 mg   3 g/hari selama 7
hari.
Antibiotik lini ketiga (reserved
antibiotic), untuk infeksi yang
terbukti disebabkan oleh
Pseudomonas aeruginosa.
Diberikan atas persetujuan
KFT/KPRA/pimpinan RS.

jdih.kemkes.go.id
- 22 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
20 seftriakson
1. inj 1.000 mg   2 g/hari selama 7
hari. Untuk
meningitis 4 g/hari
selama 14 hari.
21 sefuroksim
1. tab sal selaput 250 mg   10 tab/kasus.
2. tab sal selaput 500 mg   10 tab/kasus.
3. serb inj 750 mg   3 g/kasus.
6.2.2 Antibakteri Lain
6.2.2.1 Tetrasiklin
1 doksisiklin
Tidak digunakan untuk anak usia
< 6 tahun, ibu hamil, atau ibu
menyusui.
1. kaps 50 mg   - 2 kaps/hari
Hanya untuk penggunaan pada selama 10 hari.
mata dan kulit. - Acne vulgaris:
2. kaps 100 mg    50−100 mg/ hari
hingga 12 minggu.
2 oksitetrasiklin
1. inj 50 mg/mL (i.m.)  
3 tetrasiklin
Tidak digunakan untuk anak usia
< 6 tahun, ibu hamil, atau ibu
menyusui.
1. kaps 250 mg    4 kaps/hari selama 5
2. kaps 500 mg    hari.

6.2.2.2 Kloramfenikol
1 kloramfenikol
1. kaps 250 mg    - 4 kaps/hari selama
2. kaps 500 mg   5 hari.

jdih.kemkes.go.id
- 23 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
- Untuk meningitis:
Anak: 2 g/hari
selama 14 hari.
Dewasa: 4 g/hari
selama 14 hari.
3. susp 125 mg/5 mL    - 5 hari.
- Untuk meningitis:
maks 14 hari.
4. inj 1.000 mg  PP   14 hari.
6.2.2.3 Sulfametoksazol-Trimetoprim
1 kotrimoksazol (dewasa)
1. tab 400/80 mg    4 tab/hari selama 10
hari kecuali pada
immunocompromised
selama 21 hari.
2 kotrimoksazol forte (dewasa)
1. tab 800/160 mg    - Profilaksis pada
pasien HIV:
1 tab/hari sampai
CD4 > 200
sel/mikroliter.
- Infeksi yang
sensitif terhadap
kotrimoksazol:
2 tab/hari selama
10 hari.
- PCP:
3-6 tab/hari
selama 21−28 hari.
3 kotrimoksazol
1. susp 200/40 mg per 5 mL    5 hari.
6.2.2.4 Makrolid

jdih.kemkes.go.id
- 24 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1 azitromisin
1. tab 250 mg   3 hari.
2. tab sal selaput 500 mg  
3. sir kering 200 mg/5 mL  
4. serb inj 500 mg  
2 eritromisin
1. tab/kaps 250 mg    - 4 tab/kaps per hari
2. tab/kaps 500 mg    selama 5 hari.
- Untuk
Streptococcus
pyogenes dan
difteri: 10 hari.
3. sir kering 200 mg/5 mL    - 5 hari.
- Untuk
Streptococcus
Pyogenes dan
difetri: 10 hari.
3 klaritromisin
1. tab sal selaput 500 mg   14 hari.
2. sir kering 125 mg/5 mL  
3. sir kering 250 mg/5 mL  
4 spiramisin
Dapat digunakan untuk
toksoplasmosis pada kehamilan.
1. tab sal selaput 500 mg   3 g/hari selama 6
minggu.
6.2.2.5 Aminoglikosida
1 amikasin
Hanya digunakan untuk infeksi oleh
bakteri gram negatif yang resisten
terhadap gentamisin.
1. inj 250 mg/mL  

jdih.kemkes.go.id
- 25 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
2 gentamisin
1. inj 40 mg/mL  
3 streptomisin
1. serb inj 1.000 mg   
6.2.2.6 Kuinolon
1 levofloksasin
Tidak digunakan untuk pasien usia
< 18 tahun, ibu hamil, atau ibu
menyusui.
1. tab sal selaput 500 mg   10 hari.
2. inf 5 mg/mL   10 hari.
2 moksifloksasin
Tidak digunakan untuk pasien usia
< 18 tahun, ibu hamil, atau ibu
menyusui.
1. tab sal selaput 400 mg  10 hari.
2. inf 1,6 mg/mL  10 hari.
3 ofloksasin
Tidak digunakan untuk pasien usia
< 18 tahun, ibu hamil, atau ibu
menyusui.
1. tab sal selaput 200 mg   10 hari.
2. tab sal selaput 400 mg   10 hari.
4 siprofloksasin
Tidak digunakan untuk pasien usia
< 18 tahun, ibu hamil, atau ibu
menyusui.
1. tab 500 mg   
2. inf 2 mg/mL   4 btl/hari.
6.2.2.7 Linkosamid
1 klindamisin

jdih.kemkes.go.id
- 26 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1. kaps 150 mg    4 kaps/hari selama 5
hari kecuali untuk
toksoplasmosis
selama 6 minggu.
2. kaps 300 mg    - 4 kaps/hari
selama 5 hari
kecuali untuk
toksoplasmosis 8
kaps/hari selama
6 minggu.
- Untuk abses paru
atau empiema:
3−4 kaps/hari
selama 14 hari.
6.2.2.8 Lain–Lain
1 fosfomisin trometamol
Hanya untuk wanita hamil dengan
infeksi saluran kemih (ISK) tanpa
komplikasi dan dibuktikan dengan
hasil kultur.
1. granula 3 g  
2 meropenem
a) Diberikan atas persetujuan
KFT/KPRA/pimpinan RS untuk
antibiotik lini ketiga (reserved
antibiotic) pada infeksi oleh
kuman penghasil ESBL.
b) Tidak untuk profilaksis
prabedah.
1. serb inj 500 mg   a) Febrile
2. serb inj 1.000 mg   neutropenia:
Dosis 1−3 g/hari,
sampai ANC >

jdih.kemkes.go.id
- 27 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
500/mm3.
b) Sepsis dan infeksi
berat mengancam
jiwa:
- Dosis 1−3 g/hari
sampai diperoleh
hasil kultur,
maks 7 hari.
- Setelah hasil
kultur diperoleh,
maka digantikan
dengan
antibiotika
spektrum sempit
yang masih
efektif.
- Meropenem
hanya dapat
dilanjutkan
apabila hasil
kultur yang
diambil dari
tempat yang
dicurigai sebagai
sumber infeksi
menunjukkan
bahwa bakteri
penyebab hanya
sensitif terhadap
meropenem.
3 metronidazol
1. tab 250 mg    Untuk infeksi akibat
2. tab 500 mg    bakteri anaerob,

jdih.kemkes.go.id
- 28 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
3. susp 125 mg/5 mL    dapat diberikan
maksimum 2
minggu/kasus,
kecuali pada kasus
abses paru, otak,
hepar dan organ lain
disesuaikan dengan
kebutuhan pasien.
4. inf 5 mg/mL   3 btl/hari.
5. sup 500 mg  
6. ovula 500 mg   Maks 15
ovula/kasus.
4 pirimetamin
Dalam bentuk kombinasi dengan
sulfadiazin atau klindamisin dan
leukovorin untuk toksoplasmosis
serebral/retinitis pada pasien
immunocompromised.
1. tab 25 mg  
5 sulfadiazin
1. tab 500 mg  
6 vankomisin
Diberikan atas persetujuan
KFT/KPRA/pimpinan RS untuk
antibiotik lini ketiga (reserved
antibiotic) pada infeksi oleh kuman
MRSA atau MRSE positif (dibuktikan
dengan hasil kultur).
1. inj 500 mg  Maks 10 hari/kasus.
6.3 ANTIINFEKSI KHUSUS
6.3.1 Antilepra
1 dapson

jdih.kemkes.go.id
- 29 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1. tab 100 mg   
2 klofazimin
1. kaps dalam minyak 50 mg   
2. kaps dalam minyak 100 mg   
3 rifampisin
1. kaps 300 mg   
2. tab 450 mg  
3. tab 600 mg  
6.3.2 Antituberkulosis
Catatan:
a) Disediakan oleh Program Kemenkes.
b) Penggunaan sesuai dengan Program
Nasional Pengendalian TB.
1 bedakuilin fumarat
a) Hanya dapat diberikan di Faskes
Tk. 3, sesuai dengan SK
Penetapan Rumah Sakit dan
Balai Kesehatan Pelaksana
Layanan Tuberkulosis Resistan
Obat. (Kepmenkes No.
HK.01.07/MENKES/350/2017).
b) Diperlukan pemeriksaan EKG
sebelum memulai pengobatan
(obat ini menyebabkan QTc
prolongation).
c) Jika diberikan bersama obat lain
yang juga menginduksi QT
prolongation, maka pemeriksaan
EKG harus dilakukan setiap
minggu.

jdih.kemkes.go.id
- 30 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1. tab 100 mg  - Minggu 1−2: 400
mg/hari.
- Minggu 3−24: 200
mg, setiap 48 jam.
2 delamanid
a) Hanya dapat diberikan di Faskes
Tk. 2 dan 3, sesuai dengan SK
Penetapan Rumah Sakit dan
Balai Kesehatan Pelaksana
Layanan Tuberkulosis Resistan
Obat. (Kepmenkes No.
HK.01.07/MENKES/350/2017).
b) Hanya digunakan untuk paduan
pada TB Resistan Obat.
1. tab 50 mg  
3 isoniazid
1. tab 100 mg    10 mg/kgBB, maks 6
bulan setiap hari.
Dapat digunakan untuk
profilaksis TB pada anak.
2. tab 300 mg    1 tab (300 mg)/hari,
maks 6 bulan.
Dapat digunakan untuk
profilaksis TB pada ODHA
dewasa.
4 OAT KDT Kategori 1
Paduan dalam bentuk Kombinasi
Dosis Tetap (KDT/FDC) untuk
Dewasa terdiri dari:
4 KDT/FDC mengandung: Digunakan pada:
a. rifampisin 150 mg a) Pengobatan TB
b. isoniazid 75 mg tahap awal:

jdih.kemkes.go.id
- 31 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
c. pirazinamid 400 mg 1 tab/15 kgBB,
d. etambutol 275 mg maks selama 2

1. tab    bulan pertama.

2 KDT/FDC mengandung: b) Pengobatan TB

a. rifampisin 150 mg tahap lanjutan:


1 tab/15 kgBB,
b. isoniazid 150 mg
maks selama 4
1. tab   
bulan tahap
lanjutan,
pemberian 3x
seminggu.
c) Dapat
diperpanjang bila
perlu.
5 OAT KDT Kategori 2
Paduan dalam bentuk Kombinasi
Dosis Tetap (KDT/FDC) untuk
Dewasa terdiri dari:
4 KDT/FDC mengandung: Digunakan pada:
a. rifampisin 150 mg a) Pengobatan TB
b. isoniazid 75 mg tahap awal:

c. pirazinamid 400 mg 1 tab/15 kgBB,

d. etambutol 275 mg maks selama 3


bulan pertama.
1. tab   
b) Pengobatan TB
2 KDT/FDC mengandung:
tahap lanjutan:
a. rifampisin 150 mg
1 tab/15 kgBB,
b. isoniazid 150 mg
maks selama 5
1. tab   
bulan tahap
etambutol tab 400 mg    lanjutan,
streptomisin serb inj 1.000 mg    diberikan
bersamaan
dengan

jdih.kemkes.go.id
- 32 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
Etambutol,
pemberian 3x
seminggu.
6 OAT KDT Kategori Anak
Paduan dalam bentuk Kombinasi
Dosis Tetap (KDT/FDC) untuk Anak
terdiri dari:
3 KDT/FDC mengandung:
a. rifampisin 75 mg Digunakan pada
b. isoniazid 50 mg pengobatan TB tahap
c. pirazinamid 150 mg awal.
1 tab/5−8 kgBB,
maks 2 bulan
pertama, pemberian
setiap hari.
1. tab   
2 KDT/FDC mengandung:
a. rifampisin 75 mg Digunakan pada
b. isoniazid 50 mg pengobatan TB tahap
lanjutan.
1 tab/5−8 kgBB,
maks 4 bulan tahap
lanjutan, pemberian
setiap hari.
1. tab   
7 OAT Kombipak Kategori 1   
Diberikan untuk pasien TB yang
tidak bisa menggunakan OAT bentuk
FDC/KDT.
Paduan dalam bentuk paket
Kombipak untuk dewasa terdiri dari:

jdih.kemkes.go.id
- 33 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
Kombipak II terdiri dari:
a. rifampisin kapl 450 Digunakan pada
mg pengobatan TB tahap
b. isoniazid tab 300 mg awal.
Kategori 1:
c. pirazinamid tab 500 mg
Maks 448 tab (56
d. etambutol tab 250 mg
blister) selama 2
bulan pertama,
pemberian setiap
hari.
Kombipak III terdiri dari:
a. rifampisin kapl 450 Digunakan pada
mg pengobatan TB tahap
b. isoniazid tab 300 mg lanjutan.
Kategori 1:
Maks 144 tab selama
4 bulan (48 blister
Kombipak III),
pemberian 3x
seminggu.
8 OAT Kombipak Kategori Anak   
Diberikan untuk pasien TB yang
tidak bisa menggunakan OAT bentuk
FDC/KDT.
Paduan dalam bentuk paket
Kombipak untuk anak terdiri dari:
Kombipak A terdiri dari:
a. rifampisin kapl 75 mg Digunakan pada
b. isoniazid tab 100 mg pengobatan TB tahap

jdih.kemkes.go.id
- 34 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
c. pirazinamid tab 200 mg awal.
Maks 280 tab (28
sachet Kombipak A)
selama 2 bulan
pertama pemberian
setiap hari.
Kombipak B terdiri dari:
a. rifampisin kapl 75 mg Digunakan pada
pengobatan TB tahap
b. isoniazid tab 100 mg
lanjutan. Maks 336
tab selama 4 bulan
lanjutan pemberian
setiap hari.
9 pirazinamid
a) Hanya dapat diberikan di Faskes
Tk. 2 dan 3, sesuai dengan SK
Penetapan Rumah Sakit dan
Balai Kesehatan Pelaksana
Layanan Tuberkulosis Resistan
Obat. (Kepmenkes No.
HK.01.07/MENKES/350/2017).
b) Hanya digunakan untuk paduan
pada TB Resistan Obat.
1. tab 500 mg  
10 streptomisin
a) Digunakan untuk paduan OAT
kategori 2, tahap awal.
b) Untuk kombinasi pengobatan
pasien TB Kambuh BTA (+).
c) Digunakan untuk paduan
pengobatan TB Resistan Obat.

jdih.kemkes.go.id
- 35 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1. serb inj 1.000 mg    - 15 mg/kgBB maks
2 bulan pertama
pemberian setiap
hari.
- Untuk TB RO:
12−18 mg/kgBB,
maks 8 bulan.
6.3.3 Antiseptik Saluran kemih
1 asam pipemidat
1. kaps 400 mg   28 kaps/kasus.
2 metenamin mandelat (heksamin
mandelat)
1. tab sal enterik 500 mg   
6.4 ANTIFUNGI
6.4.1 Antifungi Sistemik
1 amfoterisin B
1. inj 5 mg/mL (i.v.)  
2 flukonazol
a) Digunakan untuk kandidiasis
sistemik/pada pasien
immunocompromised.
b) Digunakan untuk berbagai
bentuk kriptokokosis.
1. kaps 50 mg  
2. kaps 150 mg  
3. inf 2 mg/mL  
3 griseofulvin
1. tab 125 mg   
2. tab 250 mg   
3. tab 500 mg   
4 itrakonazol
a) Hanya untuk aspergilosis,

jdih.kemkes.go.id
- 36 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
onikomikosis, deep mycosis yang
dibuktikan dengan hasil
pemeriksaan kultur.
b) Untuk histoplasmosis,
penegakan diagnosis melalui
pemeriksaan biopsi sumsum
tulang, organ yang diduga
terinfeksi atau kultur darah.
c) Tidak diberikan bersama dengan
obat lain yang terbukti dapat
berinteraksi dengan itrakonazol.
1. kaps 100 mg  
5 ketokonazol
1. tab 200 mg    Maks 30 tab/kasus.
6 mikafungin
Hanya digunakan untuk kandidiasis
sistemik yang sudah tidak respons
dengan flukonazol.
1. serb inj 50 mg 
7 nistatin
1. tab 500.000 IU    30 tab/bulan.
2. susp 100.000 IU/mL    2 btl/kasus untuk 1
minggu.
8 terbinafin
1. tab 250 mg  
9 vorikonazol
a) Hanya untuk akut invasif
aspergilosis.
b) Diagnosis harus dibuktikan
dengan pemeriksaan kultur
jaringan atau kultur aspirat paru
atau serologi.

jdih.kemkes.go.id
- 37 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
c) Hanya dapat diberikan di ICU
atau pasien yang memenuhi
persyaratan untuk masuk ICU.
1. tab sal selaput 200 mg  Selama 4 minggu.
2. inj 200 mg  Selama 14 hari,
kemudian
dilanjutkan dengan
pemberian oral.
6.5 ANTIPROTOZOA
6.5.1 Antiamubiasis dan Antigiardiasis
1 metronidazol
1. tab 250 mg   
2. tab 500 mg   
3. susp 125 mg/5 mL   
4. inf 5 mg/mL   3 btl/hari.
6.5.2 Antimalaria
Catatan: Disediakan oleh Program
Kemenkes.
1 artesunat
a) Diberikan pada malaria
berat/dapat diberikan pra
rujukan.
b) Hanya dapat diberikan di
puskesmas perawatan atau
untuk 1 kali pemberian pada
malaria berat yang segera
dirujuk ke Faskes Tk. 2.
1. inj 60 mg (i.v./i.m.)   
Catatan: Disediakan oleh Program
Kemenkes.
2 doksisiklin
1. kaps 100 mg   

jdih.kemkes.go.id
- 38 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
3 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. artemether 20 mg
b. lumefantrin 120 mg
Terapi lini pertama untuk malaria
falsiparum.
1. tab   
Catatan: Disediakan oleh Program
Kemenkes.
4 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. dihidroartemisinin 40 mg
b. piperakuin 320 mg
1. tab   
Catatan: Disediakan oleh Program
Kemenkes.
5 kuinin
1. tab 200 mg   
Untuk terapi lini kedua pada
malaria.
2. inj 25% (i.v.)  
Hanya digunakan untuk malaria
dengan komplikasi/malaria
berat.
Catatan: Disediakan oleh Program
Kemenkes.
6 primakuin
1. tab 15 mg   
6.6 ANTIVIRUS
6.6.1 Antiherpes
1 asiklovir
1. tab 200 mg   
2. tab 400 mg   
3. serb inj 250 mg  

jdih.kemkes.go.id
- 39 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
2 valasiklovir
1. tab 500 mg  
6.6.2 Anti Sitomegalovirus (CMV)
Hanya untuk pasien immunocompromised (CD
4 <100) serta dibuktikan ada kelainan organik
(retinitis CMV/CMV serebral). Untuk
transplantasi organ dari donor yang menderita
CMV.
1 gansiklovir
1. serb inj 500 mg  
2 valgansiklovir
a) Untuk profilaksis pada donor
positif - resipien negatif atau
donor positif - resipien positif.
b) Kadar transaminase serum
dalam batas normal.
1. tab sal 450 mg  
6.6.3 Antiretroviral
6.6.3.1 Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)
Catatan: Disediakan oleh Program Kemenkes.
1 abakavir
1. tab 300 mg  
2 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. zidovudin 300 mg
b. lamivudin 150 mg
Dapat diberikan oleh Faskes Tk.1
yang memiliki kemampuan
pengobatan antiretroviral dengan
persyaratan memiliki SK Penunjukan
sebagai unit pelayanan yang berhak
memberikan obat ARV dari Dinas
Kesehatan setempat.

jdih.kemkes.go.id
- 40 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1. tab   
3 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. tenofovir 300 mg
b. emtrisitabin 200 mg
Dapat diberikan oleh Faskes Tk.1
yang memiliki kemampuan
pengobatan antiretroviral dengan
persyaratan memiliki SK Penunjukan
sebagai unit pelayanan yang berhak
memberikan obat ARV dari Dinas
Kesehatan setempat.
1. tab   
4 lamivudin
Dapat diberikan oleh Faskes Tk.1
yang memiliki kemampuan
pengobatan antiretroviral dengan
persyaratan memiliki SK Penunjukan
sebagai unit pelayanan yang berhak
memberikan obat ARV dari Dinas
Kesehatan setempat.
1. tab 150 mg   
5 tenofovir
Dapat diberikan oleh Faskes Tk.1
yang memiliki kemampuan
pengobatan antiretroviral dengan
persyaratan memiliki SK Penunjukan
sebagai unit pelayanan yang berhak
memberikan obat ARV dari Dinas
Kesehatan setempat.
1. tab 300 mg   
6 zidovudin
Dapat diberikan oleh Faskes Tk.1
yang memiliki kemampuan

jdih.kemkes.go.id
- 41 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
pengobatan antiretroviral dengan
persyaratan memiliki SK Penunjukan
sebagai unit pelayanan yang berhak
memberikan obat ARV dari Dinas
Kesehatan setempat.
1. kaps 100 mg   
6.6.3.2 Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI)
Catatan: Disediakan oleh Program Kemenkes.
1 efavirenz
Dapat diberikan oleh Faskes Tk.1
yang memiliki kemampuan
pengobatan antiretroviral dengan
persyaratan memiliki SK Penunjukan
sebagai unit pelayanan yang berhak
memberikan obat ARV dari Dinas
Kesehatan setempat.
1. tab/kaps 200 mg   
2. tab/kaps 600 mg   
2 nevirapin
Dapat diberikan oleh Faskes Tk.1
yang memiliki kemampuan
pengobatan antiretroviral dengan
persyaratan memiliki SK Penunjukan
sebagai unit pelayanan yang berhak
memberikan obat ARV dari Dinas
Kesehatan setempat.
1. tab 200 mg   
6.6.3.3 Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)+Non-Nucleoside Reverse
Transcriptase Inhibitor (NNRTI)
Catatan: Disediakan oleh Program Kemenkes.
1 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. tenofovir 300 mg
b. lamivudin 300 mg

jdih.kemkes.go.id
- 42 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
c. efavirenz 600 mg
Dapat diberikan oleh Faskes Tk.1
yang memiliki kemampuan
pengobatan antiretroviral dengan
persyaratan memiliki SK Penunjukan
sebagai unit pelayanan yang berhak
memberikan obat ARV dari Dinas
Kesehatan setempat.
1. tab   
2 kombinasi KDT/FDC (anak)
mengandung:
a. zidovudin 60 mg
b. lamivudin 30 mg
c. nevirapin 50 mg
a) Terapi awal dilakukan di
Faskes Tk. 2 dan 3.
b) Setelah stabil, pemberian
dapat dilanjutkan oleh
Faskes Tk.1 yang memiliki
kemampuan pengobatan
antiretroviral dengan
persyaratan memiliki SK
Penunjukan sebagai unit
pelayanan yang berhak
memberikan obat ARV dari
Dinas Kesehatan setempat.
1. tab dispersible  
6.6.3.4 Protease Inhibitor
Catatan: Disediakan oleh Program
Kemenkes.
1 kombinasi KDT/FDC (LPV/r)
mengandung:
a. lopinavir 200 mg

jdih.kemkes.go.id
- 43 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
b. ritonavir 50 mg
a) Hanya digunakan sebagai lini
kedua terapi antiretroviral.
b) Dapat diberikan oleh Faskes
Tk.1 yang memiliki
kemampuan pengobatan
antiretroviral dengan
persyaratan memiliki SK
Penunjukan sebagai unit
pelayanan yang berhak
memberikan obat ARV dari
Dinas Kesehatan setempat.
1. tab   
6.6.3.5 Integrase Inhibitor
Catatan: Disediakan oleh Program
Kemenkes.
1 dolutegravir
Dapat diberikan oleh Faskes Tk.1
yang memiliki kemampuan
pengobatan antiretroviral dengan
persyaratan memiliki SK Penunjukan
sebagai unit pelayanan yang berhak
memberikan obat ARV dari Dinas
Kesehatan setempat.
1. tab 50 mg   
6.6.3.6 Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)+Integrase Inhibitor
Catatan: Disediakan oleh Program
Kemenkes
1 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. tenofovir 300 mg
b. lamivudin 300 mg
c. dolutegravir 50 mg

jdih.kemkes.go.id
- 44 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
Dapat diberikan oleh Faskes Tk.1
yang memiliki kemampuan
pengobatan antiretroviral dengan
persyaratan memiliki SK Penunjukan
sebagai unit pelayanan yang berhak
memberikan obat ARV dari Dinas
Kesehatan setempat.
1. tab   
6.6.4 Antihepatitis
1 adefovir dipivoksil
Diberikan pada:
a) Pasien Hepatitis B kronik HBeAg
negatif dengan HBV DNA rendah
dan ALT tinggi.
b) Pasien dengan riwayat gagal
terapi dengan pemberian analog
nukleosida.
c) Hanya diberikan oleh KGEH atau
Dokter Spesialis Penyakit Dalam.
Tidak diberikan pada:
a) Pasien Hepatitis B kronik dengan
gangguan ginjal.
b) Pasien dalam pengobatan
adefovir yang tidak menunjukkan
respons pada minggu ke 10-20.
1. tab 10 mg   30 tab/bulan,
dievaluasi setiap 6
bulan.
Catatan: Disediakan oleh Program
Kemenkes.
2 daklatasvir
a) Hanya diberikan bersama dengan
sofosbuvir untuk pasien hepatitis

jdih.kemkes.go.id
- 45 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
C, genotipe 1, 3, atau 4.
b) Diberikan oleh KGEH atau dokter
spesialis penyakit dalam.
c) Dapat diberikan tanpa
melakukan pemeriksaan
genotipe, sesuai dengan SK
Penetapan Rumah Sakit Layanan
Hepatitis C dari Kementerian
Kesehatan.
1. tab sal selaput 30 mg   - 12 minggu
2. tab sal selaput 60 mg   kombinasi dengan
sofosbuvir untuk
pasien non
sirosis.
- 24 minggu
kombinasi dengan
sofosbuvir untuk
pasien sirosis.
3 entekavir
Hanya diberikan oleh KGEH dan
spesialis anak KGEH atau Dokter
Spesialis Penyakit Dalam dengan
melampirkan:
a) Hasil pemeriksaan HBeAg.
b) Pemeriksaan ALT meningkat 2x
di atas batas atas normal dalam
3 bulan, atau
c) Histologi/transient elastography
atau AST Platelet Ratio Index
(APRI) sesuai minimal dengan F2.
1. tab sal selaput 0,5 mg  
2. tab sal selaput 1 mg  

jdih.kemkes.go.id
- 46 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
4 lamivudin
Hanya diberikan oleh KGEH atau
spesialis anak KGEH atau Dokter
Spesialis Penyakit Dalam dengan
melampirkan:
a) Hasil pemeriksaan HBeAg.
b) Pemeriksaan ALT meningkat 2x
di atas batas atas normal dalam
3 bulan, atau
c) Histologi/transient elastography
atau AST Platelet Ratio Index
(APRI) sesuai minimal dengan F2.

d) Pengobatan dihentikan apabila


terjadi serokonversi HBsAg.
e) Apabila HBV DNA setelah 6
bulan masih positif harus
ditambahkan atau digantikan
obat lain.
1. tab 100 mg  
5 pegylated interferon alfa-2a
a) Digunakan bersama dengan
ribavirin pada pasien dengan
hepatitis C genotipe 1, 2, atau 3
yang compensated.
b) Untuk pasien hepatitis B dengan
HBeAg-positif dan HBeAg-negatif.
c) Hanya boleh diresepkan oleh
KGEH.
1. inj 135 mcg/0,5 mL  
2. inj 180 mcg/0,5 mL  
6 pegylated interferon alfa-2b

jdih.kemkes.go.id
- 47 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
a) Digunakan bersama ribavirin
untuk pasien hepatitis C
genotipe 1, 2, atau 3 yang
compensated.
b) Hanya boleh diresepkan oleh
KGEH.
1. serb inj 50 mcg  
2. serb inj 80 mcg  
3. serb inj 100 mcg  
7 ribavirin
a) Digunakan bersama pegylated
interferon alfa-2a untuk hepatitis
C genotipe 1, 2 atau 3 yang
compensated.
b) Digunakan bersama pegylated
interferon alfa-2b untuk hepatitis
C genotipe 1, 2 atau 3 yang
compensated.
c) Diberikan oleh KGEH atau dokter
spesialis penyakit dalam.
1. tab sal selaput 200 mg  
Catatan: Disediakan oleh Program
Kemenkes.
8 sofosbuvir
a) Tidak digunakan sebagai
monoterapi.
b) Diberikan bersama dengan
daklatasvir untuk hepatitis C
genotipe 1, 3, atau 4.
c) Diberikan oleh KGEH atau
Dokter Spesialis Penyakit Dalam.

jdih.kemkes.go.id
- 48 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
d) Dapat diberikan tanpa
melakukan pemeriksaan
genotipe, sesuai dengan SK
Penetapan Rumah Sakit Layanan
Hepatitis C dari Kementerian
Kesehatan.
1. tab sal selaput 400 mg   - 12 minggu
kombinasi dengan
daklatasvir untuk
pasien non sirosis.
- 24 minggu
kombinasi dengan
daklatasvir untuk
pasien sirosis.
9 telbivudin
a) Hanya untuk pasien Hepatitis B
kronik. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan hasil pemeriksaan
HBV-DNA.
b) Pengobatan dihentikan apabila
terjadi serokonversi HBsAg.
c) Apabila HBV DNA setelah 6
bulan masih positif harus
ditambahkan atau digantikan
obat lain.
d) Hanya diberikan oleh KGEH
atau spesialis anak KGEH atau
Dokter Spesialis Penyakit Dalam.
1. tab 600 mg  
10 tenofovir
a) Hanya untuk pasien Hepatitis B
kronik. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan hasil pemeriksaan

jdih.kemkes.go.id
- 49 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
HBV-DNA.
b) Hanya diberikan oleh KGEH atau
Dokter Spesialis Penyakit Dalam.
c) Tidak diberikan untuk pasien
< 18 tahun.
1. tab sal selaput 300 mg  
7. ANTIMIGREN dan ANTIVERTIGO
7.1 ANTIMIGREN
7.1.1 Profilaksis
1 propranolol
1. tab 10 mg   
2. tab 40 mg  
2 valproat
Hanya digunakan pada pasien yang
memiliki kontraindikasi atau gagal
profilaksis dengan beta bloker.
1. tab lepas lambat 250 mg   60 tab/bulan.
2. tab lepas lambat 500 mg   30 tab/bulan.
7.1.2 Serangan Akut
1 ergotamin
Hanya digunakan untuk serangan
migren akut dan cluster headache.
1. tab 1 mg    8 tab/minggu.
2 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. ergotamin 1 mg
b. kafein 50 mg
1. tab    8 tab/minggu.
7.2 ANTIVERTIGO
1 betahistin

jdih.kemkes.go.id
- 50 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1. tab 6 mg    Untuk vertigo perifer:
- BPPV: 1 minggu.
- Non BPPV: 30
tab/bulan.
a) Hanya untuk sindrom
meniere atau vertigo perifer.
b) Untuk sindrom meniere atau
vertigo non BPPV hanya di
Faskes Tk. 2 dan 3.
2. tab 24 mg   90 tab/bulan.
Hanya untuk sindrom meniere.
8. ANTINEOPLASTIK, IMUNOSUPRESAN dan OBAT untuk TERAPI PALIATIF
8.1 HORMON dan ANTIHORMON
1 anastrozol
Dapat digunakan untuk kanker
payudara post menopause dengan
pemeriksaan reseptor
estrogen/progesteron positif.
1. tab 1 mg  30 tab/bulan.
2 bikalutamid
1. tab sal 50 mg  30 tab/bulan.
a) Untuk kanker prostat,
diberikan 5-7 hari sebelum
atau bersamaan dengan
pemberian goserelin asetat
atau leuprorelin asetat.
Diberikan sampai PSA
(Prostate Spesific Antigen)
membaik atau terjadi
progres.
b) Pemeriksaan PSA dilakukan
setiap 3 bulan.
c) Obat dihentikan jika terjadi

jdih.kemkes.go.id
- 51 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
progres (2 kali pemeriksaan
PSA berturut-turut terjadi
peningkatan > 50%).
2. tab sal 150 mg 
Hanya diberikan untuk kanker
prostat.
3 deksametason
1. tab 0,5 mg  
2. inj 5 mg/mL  PP  
4 dienogest
Hanya untuk endometriosis.
1. tab 2 mg   30 tab/bulan selama
maks 6 bulan.
5 eksemestan
Dapat digunakan untuk kanker
payudara post menopause, ER
dan/atau PR positif.
1. tab sal 25 mg  30 tab/bulan.
6 goserelin asetat
1. inj 3,6 mg/depot 
a) Dapat digunakan untuk 1 vial/bulan.
kanker payudara dengan
hormonal reseptor ER
dan/atau PR positif
premenopause.
b) Dapat digunakan untuk
kanker prostat, boleh
diberikan bersama dengan
bikalutamid tab 50 mg.
c) Dapat digunakan untuk 1 vial/bulan; maks 3
endometriosis. vial/kasus.
2. inj 10,8 mg/depot  1 vial/3 bulan.

jdih.kemkes.go.id
- 52 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
a) Dapat digunakan untuk
kanker payudara dengan
hormonal reseptor ER
dan/atau PR positif
premenopause.
b) Dapat digunakan untuk
kanker prostat, boleh
diberikan bersama dengan
bikalutamid tab 50 mg.
7 letrozol
Untuk kanker payudara pada post
menopause dengan reseptor ER
dan/atau PR positif.
1. tab 2,5 mg  30 tab/bulan.
8 leuprorelin asetat
1. serb inj 1,88 mg  1 vial/bulan selama
3 bulan.
Untuk endometriosis,
adenomiosis atau mioma uteri.
2. serb inj 3,75 mg  1 vial/bulan.
a) Dapat digunakan untuk
kanker payudara dengan
hormonal reseptor ER
dan/atau PR positif
premenopause.
b) Dapat digunakan untuk 1 vial/bulan selama
endometriosis. 3 bulan.
c) Adenomiosis atau mioma
uteri.
d) Dapat digunakan untuk
kanker prostat, boleh
diberikan bersama dengan
bikalutamid tab 50 mg.

jdih.kemkes.go.id
- 53 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
e) Untuk terapi pubertas
prekoks disertai dengan
pemeriksaan 2 dari 3 tanda-
tanda seks sekunder
pubertas prekoks.
f) Kadar LH > 0,8 IU/L.
3. serb inj 7,5 mg   1 vial/bulan.
a) Diagnosis ditegakkan dengan
pemeriksaan hasil PA.
b) Diberikan di Faskes Tk. 2
atau Faskes Tk. 3 yang dapat
melakukan pemeriksaan
PSA.
c) Dapat digunakan untuk
kanker prostat, boleh
diberikan bersama dengan
bikalutamid tab 50 mg.
4. serb inj 11,25 mg  1 vial/3 bulan.
a) Dapat digunakan untuk
kanker payudara dengan
hormonal reseptor ER
dan/atau PR positif
premenopause.
b) Dapat digunakan untuk
kanker prostat, boleh
diberikan bersama dengan
bikalutamid tab 50 mg.
5. serb inj 22,5 mg   1 vial/3 bulan.
a) Diagnosis ditegakkan dengan
pemeriksaan hasil PA.
b) Diberikan di Faskes Tk. 2
atau Faskes Tk. 3 yang dapat
melakukan pemeriksaan

jdih.kemkes.go.id
- 54 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
PSA.
c) Dapat digunakan untuk
kanker prostat, boleh
diberikan bersama dengan
bikalutamid tab 50 mg.
9 medroksi progesteron asetat
1. tab 100 mg  
2. inj 50 mg/mL  
3. inj 150 mg/mL  
10 metilprednisolon
1. tab 4 mg  
2. tab 16 mg  
11 tamoksifen
Untuk kanker payudara pada
premenopause atau post menopause
dengan reseptor ER dan/atau PR
positif.
1. tab 10 mg  60 tab/bulan.
2. tab 20 mg  30 tab/bulan.
12 testosteron
1. kaps lunak 40 mg  
Hanya untuk defisiensi hormon.
2. inj 250 mg/mL  
8.2 IMUNOSUPRESAN
1 azatioprin
1. tab 50 mg   90 tab/bulan.
2 basiliksimab
a) Diberikan 20 mg pada 2 jam
sebelum dilakukan transplantasi,
dan 20 mg diberikan 4 hari
setelah transplantasi.
b) Diberikan bersama dengan

jdih.kemkes.go.id
- 55 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
siklosporin dan kortikosteroid.
1. inj 20 mg 
3 etanercept
a) Digunakan untuk pasien
Rheumatoid Arthritis (RA) yang
telah gagal minimal dengan dua
(2) DMARDs konvensional pada
dosis maksimal, yaitu 3 bulan
tidak memberikan perbaikan
atau 6 bulan tidak mencapai
target terapi (masih high disease
activity).
b) Digunakan untuk pasien
Ankylosing Spondylitis (AS) yang
tidak respons dengan NSAID.
c) Hanya boleh diresepkan oleh
dokter spesialis reumatologi dan
disetujui oleh KFT dan/atau
komite medik dan/atau
Pimpinan RS.
1. inj 50 mg/mL  4 vial/bulan.
4 everolimus
Digunakan untuk pencegahan
penolakan organ pada pasien dewasa
dengan risiko imunologi rendah
hingga sedang yang menerima
transplantasi alogenik ginjal atau
hati.
1. tab 0,25 mg 
2. tab 0,5 mg 
3. tab 0,75 mg 
5 hidroksiklorokuin
a) Untuk kasus SLE (Systemic

jdih.kemkes.go.id
- 56 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
Lupus Erythematosus).
b) Untuk kasus RA (Rheumatoid
Arthritis).
1. tab 200 mg*  60 tab/bulan.
6 klorokuin
a) Untuk kasus SLE (Systemic
Lupus Erythematosus).
b) Untuk kasus RA (Rheumatoid
Arthritis).
1. tab 250 mg 
7 leflunomid
a) Untuk penderita RA (Rheumatoid
Arthritis) yang telah gagal dengan
DMARD. Bukan sebagai initial
treatment.
b) Hanya boleh diresepkan oleh
dokter spesialis reumatologi.
1. tab sal selaput 20 mg  30 tab/bulan.
8 metotreksat
1. tab 2,5 mg  
a) Untuk imunosupresi.
b) Untuk pasien dengan luas
psoriasis di atas 10%.
2. inj 2,5 mg/mL (i.t.)  
a) Untuk penggunaan
intratekal, hanya boleh
digunakan sediaan
preservative free.
b) Hanya boleh diresepkan oleh
Konsultan Hematologi dan
Onkologi Medik (KHOM) dan
Dokter Spesialis Neurologi

jdih.kemkes.go.id
- 57 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
Konsultan Onkologi.
9 mikofenolat mofetil
a) Untuk kasus transplantasi organ
ginjal, jantung, atau hati.
b) Untuk lupus nefritis.
1. tab 500 mg  120 tab/bulan.
10 mikofenolat sodium
1. tab sal 180 mg  Untuk dewasa: 60
tab/bulan.
2. tab sal 360 mg  120 tab/bulan.
11 secukinumab
a) Digunakan untuk pasien
psoriaris berat yang telah
terbukti gagal dengan dua (2)
terapi sistemik (metotreksat,
siklosporin atau narrowband
ultraviolet B).
b) Digunakan untuk pasien artritis
psoriasis yang gagal atau
intoleran minimal dengan 1
DMARD konvensional.
c) Digunakan untuk pasien
Ankylosing Spondylitis (AS) yang
tidak memberikan respons
adekuat dengan NSAID.
1. serb inj 150 mg  - Untuk psoriasis
berat: 8x pemberian
@300 mg/siklus
pengobatan.
- Untuk artritis
psoriasis dan
Ankylosing
Spondylitis: 16x

jdih.kemkes.go.id
- 58 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
pemberian @150
mg/siklus
pengobatan.
12 siklosporin
1. kaps lunak 25 mg  5 mg/kgBB/hari.
Untuk kasus transplantasi organ
atau penyakit autoimun.
2. kaps lunak 50 mg  5 mg/kgBB/hari.
Untuk kasus transplantasi organ
atau penyakit autoimun.
3. kaps lunak 100 mg  90 kaps/bulan.
Untuk kasus transplantasi organ
atau penyakit autoimun.
4. inj 50 mg/mL 
5. inj 100 mg/mL 
13 takrolimus
a) Untuk pasien pascatransplantasi
hati atau ginjal yang telah
mendapat imunosupresan
lainnya, tetapi tidak respons.
b) Untuk pencegahan rejeksi pada
transplantasi hati atau ginjal.
1. kaps 0,5 mg 
2. kaps 1 mg 
3. kaps lepas lambat 0,5 mg  - Dosis awal
4. kaps lepas lambat 1 mg  Transplantasi
Ginjal: 0,2−0,3
mg/kg/hari.
- Dosis awal
Transplantasi Hati:
0,1−0,2
mg/kg/hari.

jdih.kemkes.go.id
- 59 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
- Dosis rumatan
disesuaikan dengan
kebutuhan pasien
berdasarkan
pemantauan kadar
obat dalam darah.
14 tosilizumab
a) Hanya untuk RA (Rheumatoid
Arthritis) berat yang telah gagal
dengan DMARD konvensional.
b) Tidak digunakan sebagai lini
pertama.
c) Telah dibukikan bahwa pasien
tidak menderita infeksi sistemik
termasuk TBC.
d) Hanya boleh diresepkan oleh
dokter spesialis reumatologi dan
disetujui oleh KFT dan/atau
komite medik dan/atau
Pimpinan RS.
1. inf 20 mg/mL  - 8 mg/kgBB tiap 4
minggu sekali.
- Pemberian paling
lama 6 bulan (24
minggu).
8.3 SITOTOKSIK
1 afatinib
a) Untuk NSCLC jenis non
squamous yang locally advanced
atau metastatik dengan EGFR
exon 19 delesi atau mutasi
subsitusi exon 21 (L858R dan
L861Q), substitusi exon 18

jdih.kemkes.go.id
- 60 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
(G719X), atau substitusi mutasi
exon 20 (S7681), pada pasien
yang belum pernah
mendapatkan TKI sebelumnya.
b) Dosis terapi adalah 40 mg,
diberikan 1x1 sehari.
c) Tidak digunakan sebagai lini
kedua.
d) Jika terjadi progresi pada salah
satu (gefitinib, erlotinib, atau
afatinib), maka tidak dapat
diganti dengan obat-obat
tersebut.
1. tab sal selaput 20 mg  Obat dihentikan jika
respons terhadap
obat kurang dari
50%, setelah 3
siklus.
Dosis 20 mg bukan dosis
terapeutik tetapi digunakan
apabila muncul efek samping.
Dosis dikembalikan ke 40 mg
untuk mendapat efikasi yang
diharapkan.
2. tab sal selaput 30 mg  Obat dihentikan jika
respons terhadap
obat kurang dari
50%, setelah 3
siklus.
Dosis 30 mg bukan dosis
terapeutik tetapi digunakan
apabila muncul efek samping.
Dosis dikembalikan ke 40 mg

jdih.kemkes.go.id
- 61 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
untuk mendapat efikasi yang
diharapkan.
3. tab sal selaput 40 mg  - 30 tab/bulan.
- Obat dihentikan
jika respons
terhadap obat
kurang dari 50%,
setelah 3 siklus.
2 asparaginase
Untuk leukemia limfoblastik akut.
1. inj 10.000 IU 
3 bendamustin
a) Untuk Chronic Lymphocytic
Leukemia (CLL) (stadium B atau
C).
b) Untuk Multiple Myeloma (MM)
(stadium II atau III) setelah gagal
dengan pengobatan lini pertama
sebelumnya.
1. serb inj 25 mg  - Untuk CLL: 100
2. serb inj 100 mg  mg/m2 pada hari 1
dan 2 pada siklus
28 hari. Pemberian
maks 6 siklus.
- Untuk MM: 120-150
mg/m2 pada hari 1
dan 2,
dikombinasikan
dengan 60 mg/m2
prednison secara
intravena atau
peroral pada hari 1
sampai 4, pada

jdih.kemkes.go.id
- 62 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
siklus 28 hari.
4 bleomisin
a) Untuk squamous cell carcinoma
pada daerah kepala dan leher,
esofagus, serviks, ovarium, penis,
testis, kulit, paru, glioma,
limfoma, germ cell tumor,
dibuktikan dengan hasil
pemeriksaan PA.
b) Sebagai terapi lini pertama pada
Hodgkin atau Non Hodgkin
disease dibuktikan dengan hasil
pemeriksaan PA.
c) Pemeriksaan PA dapat
dikecualikan untuk
nefroblastoma, pleurodesis, dan
tumor otak.
1. inj 15 mg  12x pemberian.
5 bortezomib
a) Hanya untuk pasien dengan
Multiple Myeloma.
b) Hanya boleh diresepkan oleh
Konsultan Hematologi Onkologi
Medik (KHOM).
1. serb inj 3,5 mg  Diberikan hari ke-1,
4, 8, dan 11 setiap
siklus 3 minggu.
Maks 8 siklus atau
sampai terjadi
progres.
6 busulfan
1. tab 2 mg 
7 dakarbazin

jdih.kemkes.go.id
- 63 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
Untuk melanoma maligna
metastatik, sarkoma, penyakit
Hodgkin.
1. inj 100 mg  12x pemberian.
2. inj 200 mg  12x pemberian.
8 daktinomisin
a) Untuk tumor Wilms,
rabdomiosarkom pada anak,
sarkoma Ewings, kanker testis
non seminoma metastatik.
b) Neoplasia trofoblastik
gestasional.
c) Untuk soft tissue sarcoma,
kecuali leiomyosarcoma dan
angiosarcoma.
1. inj 0,5 mg (i.v.)  12x pemberian.
9 daunorubisin
Untuk leukemia akut.
1. inj 20 mg 
10 doksorubisin
Pemeriksaan echocardiogram
dilakukan setiap 2 siklus terapi.
1. inj 10 mg (i.v.)  Dosis kumulatif
2. inj 50 mg (i.v.)  maks (seumur
hidup): 500 mg/m².
11 dosetaksel
Untuk kanker kepala dan leher,
paru, payudara, ovarium, prostat,
adenokarsinoma gaster.
1. inj 20 mg  - Untuk kombinasi:
2. inj 40 mg  75 mg/m² setiap 3

jdih.kemkes.go.id
- 64 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
3. inj 80 mg  minggu.
- Untuk kemoterapi
tunggal: 100 mg/m²
setiap 3 minggu.
12 epirubisin
Pemeriksaan echocardiogram
dilakukan setiap 2 siklus terapi.
1. inj 2 mg/mL  Dosis kumulatif
2. serb inj 50 mg  seumur hidup maks
900 mg/m2 LPT.
13 eribulin
a) Untuk kanker payudara
metastatik, triple negative, yang
sudah pernah mendapatkan
terapi antrasiklin dan taksan
sebelumnya.
b) Untuk Liposarcoma
nonoperable/metastatik yang
sudah pernah menjalani
kemoterapi antrasiklin
sebelumnya (hari ke 1 dan 8,
siklus 21 hari).
1. inj 0,44 mg/mL  Maks 6 siklus atau
bila terjadi progres
sebelumnya.
14 erlotinib
a) Untuk NSCLC jenis non
squamous yang locally advanced
atau metastatik dengan EGFR
exon 19 delesi atau mutasi
subsitusi exon 21 (L858R), pada
pasien yang belum pernah
mendapatkan TKI sebelumnya.

jdih.kemkes.go.id
- 65 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
b) Jika terjadi progresi pada salah
satu (gefitinib, erlotinib, atau
afatinib), maka tidak dapat
diganti dengan obat-obat
tersebut.
1. tab sal selaput 100 mg  - 30 tab/bulan.
2. tab sal selaput 150 mg  - Obat dihentikan
jika respons
terhadap obat
kurang dari 50%,
setelah 3 siklus.
15 etoposid
Untuk kanker testis, Small Cell Lung
Cancer, limfoma maligna.
1. inj 20 mg/mL  100 mg/m²/hari,
selama 3−5 hari.
16 fludarabin
a) Hanya untuk BCLL.
b) Sebagai alternatif pengganti
klorambusil untuk terapi CLL
(Chronic Lymphocytic Leukemia).
1. tab sal 10 mg  30 mg/m²/hari
2. serb inj 50 mg  selama 5 hari.

17 fluorourasil
Untuk kanker kepala dan leher,
saluran cerna, payudara, leher
rahim.

jdih.kemkes.go.id
- 66 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1. inj 50 mg/mL  - Untuk nasofaring:
1.000 mg/m²/hari
selama seminggu.
- Untuk kolorektal:
2.800 mg/m²/46
jam diulang tiap 2
minggu.
18 gefitinib
a) Untuk NSCLC jenis non
squamous yang locally advanced
atau metastatik dengan EGFR
exon 19 delesi atau mutasi
subsitusi exon 21 (L858R), pada
pasien yang belum pernah
mendapatkan TKI sebelumnya.
b) Jika terjadi progresi pada salah
satu (gefitinib, erlotinib, atau
afatinib), maka tidak dapat
diganti dengan obat-obat
tersebut.
1. tab 250 mg  - 30 tab/bulan.
- Obat dihentikan
jika respons
terhadap obat
kurang dari 50%,
setelah 3 siklus.
19 gemsitabin
a) Untuk NSCLC yang locally
advanced (stadium IIIA, IIIB) atau
metastatik (stadium IV).
b) Untuk adenokarsinoma pankreas
yang locally advanced (non
resectable stadium II atau

jdih.kemkes.go.id
- 67 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
stadium III) atau metastatik
(stadium IV).
c) Hanya untuk muscle invasif
bladder cancer.
d) Kombinasi dengan paklitaksel
untuk kanker payudara stadium
lanjut yang telah mengalami
kekambuhan setelah menjalani
pengobatan sekurang-kurangnya
dengan golongan antrasiklin
sebelumnya.
e) Untuk kanker ovarium yang
mengalami kekambuhan setelah
menggunakan terapi berbasis
platinum.
1. inj 200 mg  1.000
2. inj 1.000 mg  mg/m²/minggu.

20 hidroksiurea
a) Untuk CML.
b) Untuk polisitemia vera.
1. kaps 500 mg  40 mg/kgBB/hari
selama 30 hari.
21 idarubisin
1. serb inj 20 mg (i.v.)  12 mg/m² selama 3
hari dikombinasi
dengan sitarabin.
22 ifosfamid
Diberikan bersama mesna.
1. inj 500 mg  5.000 mg/m²/hari
2. inj 1.000 mg  setiap 3 minggu

3. inj 2.000 mg  bersama mesna.

23 imatinib mesilat

jdih.kemkes.go.id
- 68 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
Diindikasikan pada:
a) LGK/CML atau LLA/ALL dengan
pemeriksaan kromosom
philadelphia positif atau BCR-
ABL positif.
b) GIST yang unresectable dengan
hasil pemeriksaan CD 117
positif.
c) Pasien dewasa dengan
unresectable, recurrent dan/atau
metastatic.
1. tab 100 mg  120 tab/bulan.
2. tab 400 mg  - Untuk GIST: 60
tab/bulan.
- Untuk CML: 30
tab/bulan.
24 irinotekan
a) Hanya digunakan untuk kanker
kolorektal. Harus diberikan
bersama dengan 5-FU dan
kalsium folinat (leukovorin, Ca).
b) Untuk terapi pasien dengan
Small Cell Lung Cancer (SCLC)
dikombinasikan dengan
sisplatin.
1. inj 20 mg/mL  125 mg/m2 setiap
2. inf 20 mg/mL  minggu diulang tiap
3 minggu atau
180 mg/m2 tiap 2
minggu.
25 kapesitabin
a) Untuk kanker kolorektal.

jdih.kemkes.go.id
- 69 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
b) Untuk kanker payudara
metastatik setelah gagal dengan
kemoterapi lain yang
mengandung antrasiklin atau
taksan.
1. tab sal 500 mg  2.500 mg/m²/hari
selama 2 minggu
diulang tiap 3
minggu.
26 karboplatin
1. inj 10 mg/mL  AUC (Area Under the
Curve) 5−6 setiap 3
minggu.
27 klorambusil
1. tab 5 mg 
28 lapatinib
a) Kombinasi dengan kapesitabin
untuk kanker payudara
metastatik dengan hasil
pemeriksaan HER2 (ErbB2)
positif 3. Bila HER2 positif 2
maka pemeriksaan FISH atau
CISH harus positif. Semua harus
telah mendapat terapi
sebelumnya termasuk
trastuzumab.
b) Kombinasi dengan letrozol untuk
kanker payudara metastatik
pada post menopause dengan
reseptor hormon positif (ER/PR
positif) dan memerlukan terapi
hormon.
1. tab 250 mg  a) Untuk HER2

jdih.kemkes.go.id
- 70 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
positif bersama
dengan
kapesitabin, dosis
1.250 mg/hari (5
tab/hari).
b) Untuk HER2
positif+hormon ER
dan/atau PR
positif dan post
menopause
pemberian
bersama letrozol,
dosis 1.500
mg/hari (6
tab/hari).
29 melfalan
Untuk Multiple Myeloma.
1. tab 2 mg 
30 merkaptopurin
1. tab 50 mg 
31 metotreksat
1. tab 2,5 mg  - Untuk maintenance
leukemia: 7,5
mg/hari setiap
minggu.
- Untuk trofoblastik
ganas: 30 mg/hari
selama 5 hari.
2. inj 2,5 mg/mL  Untuk trofoblastik
ganas: 12.000
mg/m²/hari.
a) Untuk penggunaan
intratekal, hanya boleh

jdih.kemkes.go.id
- 71 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
digunakan sediaan
preservative free.
b) Jika diperlukan dapat
diberikan bersama kalsium
folinat (leukovorin, Ca)
sebagai rescue medication.
3. inj 5 mg (i.v./i.m./i.t.)  15 mg/minggu.
Untuk penggunaan intratekal,
hanya boleh digunakan sediaan
preservative free.
4. inj 10 mg/mL  Untuk trofoblastik
ganas: 12.000
mg/m²/hari.
a) Untuk penggunaan
intratekal, hanya boleh
digunakan sediaan
preservative free.
b) Jika diperlukan dapat
diberikan bersama kalsium
folinat (leukovorin, Ca)
sebagai rescue medication.
5. inj 25 mg/mL 
a) Untuk penggunaan
intratekal, hanya boleh
digunakan sediaan
preservative free.
b) Jika diperlukan dapat
diberikan bersama kalsium
folinat (leukovorin, Ca)
sebagai rescue medication.
32 mitomisin
Hanya digunakan secara kombinasi
dengan kemoterapi lain untuk kasus

jdih.kemkes.go.id
- 72 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
adenokarsinoma gaster atau
pankreas yang gagal dengan
kemoterapi lini pertama.
1. serb inj 2 mg 
2. serb inj 10 mg 
Untuk kemoterapi lokal (instilasi
vesika) pada kanker kandung
kemih.
33 nilotinib
Hanya diresepkan oleh konsultan
hematologi dan onkologi medik
(KHOM).
1. kaps 150 mg  120
kaps/bulan/kasus.
Untuk kasus LGK (Leukemia
Granulositik Kronik)/CML
dengan hasil philadelphia
chromosome positif atau BCR-
ABL positif.
2. kaps 200 mg  120
kaps/bulan/kasus.
Untuk kasus LGK (Leukemia
Granulositik Kronik)/CML
dengan hasil philadelphia
chromosome positif atau BCR-
ABL positif yang resisten atau
intoleran terhadap imatinib.
34 oksaliplatin
a) Untuk terapi ajuvan kanker
kolorektal stadium III.
b) Dapat digunakan untuk kanker
kolorektal metastatik.
1. serb inj 50 mg  12x pemberian.

jdih.kemkes.go.id
- 73 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
2. serb inj 100 mg  12x pemberian.
35 oktreotid LAR
Untuk akromegali atau tumor
karsinoid.
1. serb inj 20 mg  - Untuk pasien
2. serb inj 30 mg  akromegali yang
baru pertama
mendapat 150
mg/hari selama 2
minggu, 20−30
mg/bulan setiap 4
minggu.
- Untuk tumor
karsinoid 20−30
mg/bulan, maks 6
bulan.
36 paklitaksel
1. inj 6 mg/mL  Untuk kanker
ovarium diberikan
dalam kombinasi
dengan sisplatin atau
karboplatin setiap 3
minggu.
Dosis paklitaksel:
175 mg/m2/kali.
37 pazopanib
Hanya digunakan untuk kanker
ginjal metastatik.
1. tab sal selaput 200 mg  120 tab/bulan.
2. tab sal selaput 400 mg  60 tab/bulan.
38 pemetreksed
a) Untuk terapi non squamous
NSCLC locally advanced atau

jdih.kemkes.go.id
- 74 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
metastatik EGFR wild type dalam
kombinasi dengan sisplatin.
b) Untuk lini kedua pada non
squamous NSCLC locally
advanced atau metastatik EGFR
wild type yang gagal diatasi
dengan kemoterapi lain.
c) Jika terjadi progresi setelah
terapi lini pertama dengan
pemetreksed, maka tidak dapat
dilanjutkan dengan pemetreksed
sebagai lini kedua.
1. serb inj 500 mg  500 mg/m2 setiap 21
hari, maks 6 siklus.
39 rituksimab
a) Untuk Diffuse Large B-Cell
Lymphoma (DLBCL) dengan hasil
pemeriksaaan CD20 Positif.
b) Untuk terapi Chronic lymphocytic
leukemia (CLL) dengan hasil
pemeriksaan CD20 positif.
1. inj 10 mg/mL  375 mg/m2 setiap 3
minggu, maks 6
siklus.
40 setuksimab
a) Sebagai terapi lini kedua kanker
kepala dan leher jenis squamous
dan dikombinasi dengan
kemoterapi atau radiasi.
b) Tidak digunakan untuk kanker
nasofaring.
1. inj 5 mg/mL  - Pemberian tiap
minggu: Dosis

jdih.kemkes.go.id
- 75 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
pertama 400
mg/m2, dosis
selanjutnya 250
mg/m2 tiap minggu.
- Maks 6 siklus atau
sampai terjadi
progres atau timbul
efek samping yang
tidak dapat
ditoleransi, mana
yang terjadi lebih
dulu.
41 siklofosfamid
1. inj 200 mg (i.v.) 
2. inj 500 mg (i.v.) 
3. inj 1.000 mg (i.v.) 
42 sisplatin
1. inj 1 mg/mL  100 mg/m2/hari
diulang tiap 3
minggu.
43 sitarabin
a) Untuk leukemia akut.
b) Untuk limfoma maligna.
c) Tidak digunakan untuk
intratekal.
1. inj 100 mg/mL 
44 temozolomid
a) Untuk glioblastoma.
b) Untuk anaplastic astrocytoma.
1. kaps 20 mg  a) Jika menggunakan
2. kaps 100 mg  fasilitas
radioterapi: 75

jdih.kemkes.go.id
- 76 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
mg/m2/hari
selama pasien
disinar kemudian
dilanjutkan
150−200
mg/m2/hari
selama 5 hari
berturut-turut
diulang setiap 4
minggu, maks 6
siklus.
b) Jika tidak
menggunakan
fasilitas
radioterapi:
150−200
mg/m2/hari
selama 5 hari
berturut-turut
diulang setiap 4
minggu, maks 6
siklus.
45 trastuzumab
Untuk kanker payudara metastatik
dengan hasil pemeriksaan HER2
positif 3 (+++).
1. serb inj 440 mg  8 siklus atau hingga
terjadi progress
diseases, mana yang
lebih dahulu dicapai.
46 vinblastin
1. inj 1 mg/mL  6 mg/m2 setiap 2
minggu.

jdih.kemkes.go.id
- 77 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
Catatan: Hanya diberikan secara
intravena.
47 vinkristin
1. inj 1 mg/mL  1,5 mg/m2 maks
weekly dose 2 mg.
Kecuali untuk ALL
maks 3 tahun.
48 vinorelbin
a) Untuk Non Small Cell Lung
Cancer (NSCLC).
b) Untuk kanker payudara
metastatik.
1. inj 10 mg/mL  25 mg/m2 hari 1 dan
8 diulang setiap 3
minggu.
8.4 LAIN–LAIN
1 asam ibandronat
a) Hiperkalsemia akibat keganasan.
b) Metastatik tulang.
1. inj 1 mg/mL  1 vial/bulan.
2 asam zoledronat
a) Hiperkalsemia akibat keganasan.
b) Metastatik tulang.
1. inf 4 mg/100 mL  1 vial/bulan.
3 dinatrium klodronat
a) Untuk hiperkalsemia akibat
keganasan.
b) Metastatik tulang.
1. inj 60 mg/mL  Dosis kumulatif
maks 1.500 mg/hari
selama 5 hari.

jdih.kemkes.go.id
- 78 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
4 kalsium folinat (leukovorin, Ca)
a) Untuk pencegahan efek toksik
metotreksat.
b) Memperkuat efek 5−fluorourasil.
1. tab 15 mg  Sesuai dengan dosis
2. inj 10 mg/mL  metotreksat atau 400
mg/m2 setiap 2
minggu bersama
dengan 5−FU.
5 mesna
Hanya diberikan untuk terapi yang
menggunakan ifosfamid atau
siklofosfamid dosis tinggi.
1. inj 100 mg/mL  a) Untuk pemberian
bersama ifosfamid,
mesna diberikan
dengan dosis maks
60% dari dosis
ifosfamid/ hari,
maks selama 5 hari
tiap 3 minggu.
b) Untuk pemberian
bersama
siklofosfamid dosis
tinggi (>1 g/m2),
mesna diberikan
dengan dosis maks
100% dari dosis
siklofosfamid/
hari.

jdih.kemkes.go.id
- 79 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
9. ANTIPARKINSON
1 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. benserazid 25 mg
b. levodopa 100 mg
Hanya diresepkan oleh dokter
spesialis neurologi.
1. tab   120 tab/bulan.
2. tab dispersible   120 tab/bulan.
2 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. levodopa 100 mg
b. karbidopa 25 mg
c. entekapon 200 mg
Hanya diresepkan oleh dokter
spesialis neurologi.
1. tab   90 tab/bulan.
3 pramipeksol
Hanya diresepkan oleh dokter
spesialis neurologi.
1. tab 0,125 mg   60 tab/bulan.
Dosis 0,125 mg dapat juga
digunakan untuk Restless Leg
Syndrome (RLS).
2. tab lepas lambat 0,375 mg   30 tab/bulan.
3. tab lepas lambat 0,750 mg   30 tab/bulan.
4 ropinirol
Hanya diresepkan oleh dokter
spesialis neurologi.
1. tab lepas lambat 2 mg   30 tab/bulan.
Dosis 2 mg dapat juga digunakan
untuk Restless Leg Syndrome
(RLS).
2. tab lepas lambat 4 mg   30 tab/bulan.

jdih.kemkes.go.id
- 80 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
3. tab lepas lambat 8 mg   30 tab/bulan.
5 triheksifenidil*
a) Dapat digunakan pada gangguan
ekstrapiramidal karena obat.
b) Dalam penanganan gangguan
ekstrapiramidal perlu dilakukan
monitoring sesuai dengan
Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Jiwa di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer.
c) Terapi awal dapat diberikan di
puskesmas yang memiliki tenaga
kesehatan terlatih dan
mempunyai surat penugasan
dari Kementerian Kesehatan.
1. tab 2 mg    90 tab/bulan.
10. OBAT yang MEMENGARUHI DARAH
10.1 ANTIANEMI
1 asam folat
1. tab 0,4 mg   
2. tab 1 mg   
3. tab 5 mg   
2 ferro sulfat
1. tab sal selaput 300 mg   
2. sir 150 mg/5 mL   
Catatan: Disediakan oleh Program
Kemenkes.
3 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. Fe sulfat/Fe (setara
fumarat/Fe dengan 60
glukonat mg Fe
elemental)

jdih.kemkes.go.id
- 81 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
b. asam folat 0,4 mg
1. tab sal   
4 low molecule ferri sucrose
Hanya untuk kasus dialisis dengan
defisiensi zat besi dan kadar Hb < 10
g/dL.
1. inj 20 mg/mL (i.v.)  
5 sianokobalamin (vitamin B12)
1. tab 50 mcg   
2. inj 500 mcg/mL   
10.2 OBAT yang MEMENGARUHI KOAGULASI
1 asam traneksamat
Untuk perdarahan masif atau
berpotensi perdarahan > 600 cc.
1. tab sal selaput 500 mg  
2. inj 50 mg/mL  
3. inj 100 mg/mL  
2 dabigatran eteksilat
Untuk pencegahan VTE (Venous
Thrombo Embolism) pada hip dan
knee replacement.
1. kaps 75 mg   30 kaps,
pascaoperasi.
2. kaps 110 mg   30 kaps,
pascaoperasi.
3 enoksaparin sodium
a) "Bahan dasar terbuat dari babi."
b) Dapat digunakan untuk
tromboemboli dan sindrom
koroner akut serta pencegahan
clotting pada hemodialisis, pada
bedridden post operasi, medium

jdih.kemkes.go.id
- 82 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
dan high risk.
1. inj 10.000 IU/mL   2 vial/hari.
4 faktor koagulasi II, faktor koagulasi
VII, faktor koagulasi IX, faktor
koagulasi X
Terapi perdarahan dan pencegahan
perdarahan pada pasien yang
mengalami defisiensi faktor
prothombin kompleks dapatan atau
turunan.
1. serb inj 250 IU/10 mL 
2. serb inj 500 IU/20 mL 
5 fitomenadion (vitamin K1)
1. tab 10 mg   
2. inj 2 mg/mL (i.m.)   
a) Dosis untuk bayi baru lahir 1
mg.
b) Dosis untuk bayi prematur
0,5 mg.
3. inj 10 mg/mL (i.m.)   
6 fondaparinuks
a) Digunakan untuk tromboemboli
dan sindrom koroner akut.
b) Tidak digunakan sebelum dan
selama prosedur Intervensi
Koroner Perkutan (IKP/PCI) pada
pasien sindrom koroner akut
(ACS).
c) Diberikan 6 jam setelah operasi
ortopedi tungkai bawah dan
tulang belakang, dan operasi
abdominal.

jdih.kemkes.go.id
- 83 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1. inj 2,5 mg/0,5 mL   1 vial/hari.
7 heparin, Na (non porcine)
1. inj 5.000 IU/mL (i.v./s.k.)   Dosis sesuai dengan
target APTT (maks
20.000−40.000
IU/hari).
8 nadroparin
a) "Bahan dasar terbuat dari babi."
b) Untuk tromboemboli dan
sindrom koroner akut.
1. inj 9.500 AXa/mL  
9 protamin sulfat
1. inj 10 mg/mL (i.v.)  
10 rivaroksaban
1. tab sal 10 mg   a) Untuk knee
Untuk pencegahan VTE (Venous replacement 12
Thrombo Embolism) pada pasien tab/kasus.
dewasa yang menjalani hip or b) Untuk hip
knee replacement surgery. replacement 35
tab/kasus.
2. tab sal 15 mg   42 tab/kasus.
Untuk terapi DVT (Deep Vein
Thrombosis).
3. tab sal 20 mg   30 tab/bulan, maks
3 bulan.
Untuk terapi DVT (Deep Vein
Thrombosis).
11 warfarin
a) Untuk pencegahan dan terapi
thromboembolism.
b) Dosis harian disesuaikan dengan
target INR (2−3).

jdih.kemkes.go.id
- 84 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1. tab 1 mg  
2. tab 2 mg  
10.3 OBAT untuk KELEBIHAN BESI
1 deferasiroks
a) Untuk terapi kelasi besi.
b) Tidak diberikan untuk anak usia
< 2 tahun.
c) Terapi awal harus ditentukan
oleh hematolog anak atau
hematolog dewasa.
1. tab dispersible 250 mg  Maks 40 mg/kgBB
2. tab dispersible 500 mg  diberikan per bulan.
3. tab sal selaput 180 mg 
4. tab sal selaput 360 mg 
2 deferipron
1. tab sal selaput 500 mg  50−75
mg/kgBB/hari.
a) Untuk terapi kelasi besi.
b) Terapi awal harus ditentukan
oleh hematolog anak atau
hematolog dewasa.
2. sir 100 mg/mL  50−75
mg/kgBB/hari, maks
1 btl/bulan.
Terapi awal harus ditentukan
oleh hematolog anak atau
hematolog dewasa.
3 deferoksamin

jdih.kemkes.go.id
- 85 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1. inj 500 mg   - Dosis anak usia
< 3 tahun: 20−30
mg/kgBB/hari,
maks 5−7 hari.
- Dosis usia > 3
tahun: 40−60
mg/kgBB/hari,
maks 5−7 hari.
10.4 HEMATOPOETIK
1 eltrombopag
a) Untuk Trombositopenia pada
pasien Idiopathic
Thrombocytopenic Purpura (ITP)
kronik yang tidak respons
terhadap terapi kortikosteroid,
imunoglobulin atau splenektomi.
b) Hanya digunakan untuk pasien
ITP yang memiliki risiko tinggi
untuk terjadinya perdarahan
(trombosit < 30.000/mm3).
c) Obat diberikan dengan target
trombosit > 30.000/mm3,
dipertahankan stabil minimal
selama 2 minggu lalu
dikembalikan ke pengobatan
awal.
1. tab sal selaput 25 mg  - Platelet telah
2. tab sal selaput 50 mg  mencapai
> 30.000/mm3
tanpa disertai
perdarahan.
- Maks pemberian 2
minggu.

jdih.kemkes.go.id
- 86 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
2 eritropoietin-alfa
1. inj 2.000 IU   50−100 IU/kgBB
Hanya untuk penderita CKD diberikan maks 2x
Stadium 4, 5, dan 5 dengan seminggu.
dialisis (HD, CAPD) dengan
kriteria berikut:
a) Kadar Hb < 10 g/dL (terapi
awal) dan 10−12 g/dL (terapi
rumatan).
b) Kadar besi normal (SI > 60
mcg/dL) dan/atau indeks
saturasi besi (SI/TIBC x
100%) > 20%.
2. inj 3.000 IU  
Hanya untuk penderita CKD
Stadium 4, 5, dan 5 dengan
dialisis (HD, CAPD) dengan
kriteria berikut:
a) Kadar Hb < 10 g/dL (terapi
awal) dan 10−12 g/dL (terapi
rumatan).
b) Kadar besi normal (SI > 60
mcg/dL) dan/atau indeks
saturasi besi (SI/TIBC x
100%) > 20%.
3. inj 4.000 IU  
Hanya untuk penderita CKD
Stadium 4, 5, dan 5 dengan
dialisis (HD, CAPD) dengan
kriteria berikut:
a) Kadar Hb < 10 g/dL (terapi
awal) dan 10−12 g/dL (terapi
rumatan).

jdih.kemkes.go.id
- 87 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
b) Kadar besi normal (SI > 60
mcg/dL) dan/atau indeks
saturasi besi (SI/TIBC x
100%) > 20%.
4. inj 10.000 IU  
a) Hanya untuk pasien kanker
yang mengalami anemia pada
penggunaan kemoterapi yang
myelosupresif, dengan kadar
Hb < 10 g/dL.
b) Hanya boleh diresepkan oleh
KHOM atau KGH atau
Spesialis Penyakit Dalam
yang bersertifikasi.
5. inj 40.000 IU   1x per minggu.
a) Hanya untuk pasien kanker
yang mengalami anemia pada
penggunaan kemoterapi yang
myelosupresif, dengan kadar
Hb < 10 g/dL.
b) Hanya boleh diresepkan oleh
KHOM.
3 eritropoietin-beta
Hanya untuk penderita CKD dengan
kriteria berikut:
a) Kadar Hb < 10 g/dL (terapi awal)
dan 10−12 g/dL (terapi
rumatan).
b) Kadar besi normal (SI > 60
mcg/dL) dan/atau indeks
saturasi besi (SI/TIBC x 100%)
> 20%.

jdih.kemkes.go.id
- 88 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1. inj 2.000 IU   50−100 IU/kg BB
diberikan maks 2x
seminggu.
4 filgrastim
a) Hanya untuk leukopenia berat
pra dan pascakemoterapi
(leukosit kurang dari 4.000/mm3
dan neutrofil kurang dari
1.500/mm3).
b) Pemakaian protokol FLAG dan
RICE.
1. inj 300 mcg  1 vial/hari selama 5
hari.
5 lenograstim
a) Hanya untuk leukopenia berat
pra dan pascakemoterapi
(leukosit kurang dari 4.000/mm3
dan neutrofil kurang dari
1.500/mm3).
b) Pemakaian protokol FLAG dan
RICE.
1. serb inj 263 mcg  1 vial/hari selama 5
hari.
6 metoksi polietilen glikol-epoetin beta
Hanya untuk penderita CKD
Stadium 4, 5, dan 5 dengan dialisis
(HD, CAPD) dengan kriteria berikut:
a) Kadar Hb <10 g/dL (terapi awal)
dan 10−12 g/dL (terapi
rumatan).
b) Kadar besi normal (SI > 60
mcg/dL) dan/atau indeks
saturasi besi (SI/TIBC X 100%)

jdih.kemkes.go.id
- 89 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
> 20%.
c) Tidak digunakan untuk pasien
anak.
1. inj 50 mcg/0,3 mL   1 vial/bulan.
2. inj 75 mcg/0,3 mL   1 vial/bulan.
11. PRODUK DARAH dan PENGGANTI PLASMA
11.1 PRODUK DARAH
1 faktor VIIa (rekombinan)
Hanya diberikan untuk:
a) Penderita hemofilia dengan
inhibitor terhadap faktor VIII
atau faktor IX.
b) Penderita dengan hemofilia
kongenital yang memiliki respons
anamnestik tinggi terhadap
pemberian faktor VIII atau faktor
IX.
c) Mencegah episode perdarahan
pada penderita dengan defisiensi
faktor VII kongenital, penderita
hemofilia didapat (acquired) dan
penderita glanzmann
thrombastenia.
d) Hanya boleh diberikan oleh
hematolog dewasa atau
hematolog anak.
1. inj 1 mg 
2 faktor VIII (konsentrat)
FVIII (unit) = BB (kg) x % (target
kadar plasma-kadar FVIII pasien).
1. inj 250 IU 
a) Untuk terapi kasus hemofilia
A dengan perdarahan.

jdih.kemkes.go.id
- 90 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
b) Dibawah pengawasan ahli
hematologi dan/atau ahli
penyakit dalam dan anak.
2. inj 500 IU 
a) Untuk terapi kasus hemofilia
A dengan perdarahan.
b) Dibawah pengawasan ahli
hematologi dan/atau ahli
penyakit dalam dan anak.
3. inj 230−340 IU 
4. inj 480−600 IU 
5. inj 1.000 IU 
3 faktor IX kompleks
Hanya digunakan untuk penderita
dengan defisiensi faktor IX.
1. inj 500 IU 
2. inj 1.000 IU 
3. inj 50 IU/mL 
11.2 PENGGANTI PLASMA dan PLASMA EKSPANDER
1 albumin serum normal (human
albumin)
1. inj 5%   Diberikan selama 24
a) Untuk luka bakar tingkat 2 jam. Perhitungkan
(luas permukaan terbakar kebutuhan albumin
lebih dari 30%) dan kadar berdasarkan BB.
albumin < 2,5 g/dL.
b) Untuk plasmaferesis.
2. inj 20%   100 mL/hari, 300
a) Kadar albumin < 2,5 g/dL, mL/minggu.
dan/atau untuk kasus
perioperatif, dan/atau untuk
sindrom nefrotik.

jdih.kemkes.go.id
- 91 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
b) Hanya diberikan apabila
terdapat kondisi presyok
atau syok, dan/atau untuk
kasus asites yang
masif/intens dengan
penekanan organ pernafasan
atau perut.
3. inj 25%   100 mL/hari, 300
a) Untuk bayi dan anak dengan mL/minggu.
kadar albumin < 2,5 g/dL,
dan/atau untuk kasus
perioperatif, dan/atau untuk
sindrom nefrotik.
b) Hanya diberikan apabila
terdapat kondisi presyok
atau syok, dan/atau untuk
kasus asites yang
masif/intens dengan
penekanan organ pernafasan
atau perut.
2 fraksi protein plasma
1. inf 5% 
3 pengganti plasma golongan gelatin
Untuk penatalaksanaan syok
hipovolemik.
1. inf   6 btl/hari, maks 2
hari.
12. DIAGNOSTIK
12.1 BAHAN KONTRAS RADIOLOGI
12.1.1 Gastrointestinal
1 barium sulfat
1. serb 92 g/100 g  
2. susp 95%  

jdih.kemkes.go.id
- 92 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
12.1.2 Intravaskular
1 iodiksanol
1. inj 320 mg Iodium/mL  
2 ioheksol
1. inj 140−350 mg Iodium/mL  
2. inj 240−350 mg Iodium/mL  
3 iopamidol
1. inj 300−370 mg/mL  
4 iopromid
1. inf 300−370 mg Iodium/mL  
12.1.3 Intratekal
1 ioheksol
1. inj 180−300 mg Iodium/mL 
2 iopamidol
1. inj 300 mg/mL 
12.1.4 Body cavity
1 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. meglumin amidotrizoat
b. sodium amidotrizoat
1. inj 76% 
12.2 MAGNETIC RESONANCE CONTRAST MEDIA
1 gadobutrol
1. inj 1 mmol/mL 
2 gadoksetat disodium
1. inj 0,25 mmol/mL 
3 gadoteric acid
Dapat digunakan pada bayi baru
lahir cukup bulan (full term neonates)
atau pasien anak atau pasien
dewasa.
1. inj 279,32 mg/mL 
12.3 ULTRASOUND

jdih.kemkes.go.id
- 93 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1 galactose microparticle
Dapat diberikan di Faskes Tk. 1 yang
memiliki fasilitas USG.
1. 200−400 mg micropart/mL   
12.4 RADIOFARMAKA KEDOKTERAN NUKLIR
12.4.1 Radiofarmaka Kedokteran Nuklir Diagnostik
1 FDG (fluoro deoxy glucose)
1. sesuai kebutuhan 
2 iodium 131
1. lar oral 
3 technetium 99m
1. 740 MBq-3,7 GBq (20 to 100 
millicuries)/mL
4 thallous chloride Tl-201
1. 37 MBq Tl 201/mL 
12.4.2 Farmaka Kedokteran Nuklir
1 DMSA (dimercaptosuccinic acid)
1. 1,1 mg meso-2, 3- 
dimercaptosuccinic acid/vial
2 DTPA (diethylenetriamine pentaacetic
acid)
1. 2,06−2,5 mg pentetate calcium 
trisodium/mL
3 iodohippurate sodium I 131
1. 37−74 MBq/multiple-dose vial 
4 MAA (macro agregate albumin)
1. 0,11−2,5 mg albumin 
aggregated/reaction vial
5 MAG3 (mercaptoacetyltriglysine)
1. 1 mg betiatide/vial 
6 MDP (methylene diphosphonate)
1. 1 mg methylene diphosphonic 

jdih.kemkes.go.id
- 94 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
acid/mL
7 MIBG (meta-iodobenzylguanidine)
1. sesuai kebutuhan 
8 MIBI (methoxyisobutyl isonitrile)
1. 5-mL reaction vial 
9 oktreotid asetat
1. 0,05−6 mg/mL 
10 stannous pyrophosphate
1. 27,6 mg sodium 
pyrophosphate/vial
11 sulfur colloid
1. 4,5 mg gelatin/reaction vial 
12.4.3 Radiofarmaka Kedokteran Nuklir untuk Terapi
1 153-Sm-EDTMP (ethylenediamine
tetramethylene phosphonic acid)
1. 44 mg Ca/Na EDTMP, 5-46 μg 
samarium, dan 1850 ± 185 MBq
samarium 153 per mL
2 iodium 131
1. lar oral 
12.5 TES FUNGSI
12.5.1 Ginjal
1 natrium aminohipurat
1. inj 200 mg/mL (i.v.) 
12.5.2 Mata
1 natrium fluoresein
1. tts mata 2%   
2. inj 100 mg/mL  
Digunakan di fasilitas kesehatan
dengan ketentuan:
a) Memiliki dokter yang
kompeten untuk

jdih.kemkes.go.id
- 95 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
mengantisipasi reaksi
anafilaksis.
b) Memiliki alat untuk
melakukan Fundus
Fluorescein Angiography
(FFA) dan/atau Indocyanine
Green (ICG)
fotografi/videografi.
2 tropikamid
1. tts mata 0,5%   
2. tts mata 1%   
12.5.3 Tes Kulit
1 tuberkulin protein purified derivative
1. inj 2 TU/0,1 mL   
12.6 LAIN–LAIN
1 K.Y jelly
1. gel  
13. ANTISEPTIK dan DISINFEKTAN
13.1 ANTISEPTIK
1 hidrogen peroksida
1. cairan 3%   
2 klorheksidin
1. lar 15%   
Untuk diencerkan bila akan
digunakan.
3 povidon iodin
1. lar 100 mg/mL   
13.2 DISINFEKTAN
1 etanol 70%
1. cairan 70%   
2 kalsium hipoklorit
1. serb   

jdih.kemkes.go.id
- 96 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
13.3 LAIN–LAIN
1 paraformaldehid
1. lar buffer 10% 
2. tab 1 g   
14. OBAT dan BAHAN untuk GIGI
14.1 ANTISEPTIK dan BAHAN untuk PERAWATAN SALURAN AKAR GIGI
1 eugenol
1. cairan   
2 formokresol
1. cairan   
3 gutta percha dan paper points
1. 15−40 mm   
2. 45−80 mm   
4 kalsium hidroksida
1. bubuk, pasta   
5 klorfenol kamfer mentol (CHKM)
1. cairan   
6 klorheksidin
1. lar 0,2%   
7 kombinasi :
a. deksametason 0,1 %
asetat
b. thymol 5%
c. paraklorphenol 30%
d. campor 64%
1. cairan   
8 kombinasi :
a. lidokain
b. medisinal creosote phenol
c. eugenol
d. benzil alkohol
1. cairan   

jdih.kemkes.go.id
- 97 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
9 natrium hipoklorit
1. cairan konsentrat 5%   
Untuk diencerkan.
10 pasta pengisi saluran akar
1. pasta   
11 povidon iodin
1. lar obat kumur 1%   
14.2 ANTIFUNGI OROFARINGEAL
1 nistatin
1. susp 100.000 IU/mL   
14.3 OBAT untuk PENCEGAHAN KARIES
1 fluor
1. tab 1 mg   
2. sediaan topikal   
14.4 BAHAN TUMPAT
1 bahan tumpatan sementara
1. lar, serb   
2 glass ionomer ART (Atraumatic
Restorative Treatment)
1. serb   
2. lar   
3. cocoa butter 5 g   
3 komposit resin
1. set   
14.5 PREPARAT LAINNYA
1 anestetik lokal gigi, kombinasi
KDT/FDC mengandung:
a. lidokain 2%
b. epinefrin 1 : 80.000
1. inj 2 mL   
2 aquadest
1. cairan 500 mL   

jdih.kemkes.go.id
- 98 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
3 articulating paper
1. kertas warna penanda oklusi   
4 etil klorida
1. spray 100 mL   
5 ferrakrilum
1. cairan 1%   
6 kombinasi:
a. triamsinolon asetonid
b. dimetil-klortetrasiklin
1. pasta   
7 lidokain
1. inj 2%   
2. salep 5%   
3. spray topikal 10%   
8 pasta devitalisasi (non arsen)
1. pasta   
9 surgical ginggival pack
1. pasta   
15. DIURETIK dan OBAT untuk HIPERTROFI PROSTAT
15.1 DIURETIK
1 furosemid
1. tab 40 mg    90 tab/bulan.
2. inj 10 mg/mL (i.v./i.m.)  
2 hidroklorotiazid
1. tab 12,5 mg   30 tab/bulan.
2. tab 25 mg    30 tab/bulan.
3 manitol
1. inf 20%  PP   2 btl/hari.
4 spironolakton
1. tab 25 mg*    30 tab/bulan.
2. tab 100 mg   30 tab/bulan.
15.2 OBAT untuk HIPERTROFI PROSTAT

jdih.kemkes.go.id
- 99 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1 doksazosin
1. tab 1 mg   30 tab/bulan.
2. tab 2 mg   30 tab/bulan.
2 dutasterid
1. kaps lunak 0,5 mg   30 kaps/bulan.
3 finasterid
1. tab 5 mg   30 tab/bulan.
4 silodosin
Hanya diberikan pada pasien yang
sebelumnya telah mendapat
terazosin.
1. tab 4 mg   60 tab/bulan.
5 tamsulosin
1. tab 0,2 mg   30 tab/bulan.
2. tab lepas lambat 0,4 mg   30 tab/bulan.
6 terazosin
1. tab 1 mg   30 tab/bulan.
2. tab 2 mg   30 tab/bulan.
16. HORMON, OBAT ENDOKRIN LAIN dan KONTRASEPSI
16.1 HORMON ANTIDIURETIK
1 desmopresin
1. tab 0,1 mg  
2. tab 0,2 mg  
3. nasal spray 10 mcg/puff  3 btl spray/bulan.
2 vasopresin
1. inj 20 IU/mL  
16.2 ANTIDIABETES
16.2.1 Antidiabetes Oral
1 akarbose*
1. tab 50 mg   90 tab/bulan.
2. tab 100 mg   90 tab/bulan.

jdih.kemkes.go.id
- 100 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
2 glibenklamid*
1. tab 2,5 mg    Dosis maks 15 mg
2. tab 5 mg    per hari. Maks 90
tab/bulan.
3 gliklazid*
1. tab lepas lambat 30 mg   30 tab/bulan.
2. tab lepas lambat 60 mg   30 tab/bulan.
3. tab 80 mg   60 tab/bulan.
4 glikuidon*
1. tab 30 mg   90 tab/bulan.
5 glimepirid*
1. tab 1 mg    60 tab/bulan.
2. tab 2 mg    60 tab/bulan.
3. tab 3 mg    60 tab/bulan.
4. tab 4 mg    30 tab/bulan.
6 glipizid*
1. tab 5 mg    90 tab/bulan.
2. tab 10 mg    90 tab/bulan.
7 metformin*
1. tab 500 mg    120 tab/bulan.
2. tab 850 mg    60 tab/bulan.
8 pioglitazon
Tidak diberikan pada pasien dengan
gagal jantung atau edema karena
sebab lain, dan/atau riwayat
keluarga bladder cancer.
1. tab 15 mg   30 tab/bulan.
2. tab 30 mg   30 tab/bulan.
9 sitagliptin*
a) Tidak digunakan sebagai lini
pertama/terapi inisial.
b) Sebagai terapi tambahan pada

jdih.kemkes.go.id
- 101 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
metformin dan/atau sulfonilurea
dengan dosis optimal yang masih
dapat ditoleransi oleh pasien.
c) Tidak digunakan sebagai obat
tunggal.
1. tab sal selaput 100 mg   30 tab/bulan.
10 vildagliptin*
a) Tidak digunakan sebagai lini
pertama/terapi inisial.
b) Sebagai terapi tambahan pada
metformin dan/atau sulfonilurea
dengan dosis optimal yang masih
dapat ditoleransi oleh pasien.
c) Tidak digunakan sebagai obat
tunggal.
1. tab 50 mg   60 tab/bulan.
16.2.2 Antidiabetes Parenteral
Human Insulin
Wanita hamil yang memerlukan insulin maka
diutamakan menggunakan human insulin.
1 insulin basal*
a) Pasien diabetes melitus tipe 2
yang sudah diberikan kombinasi
metformin dosis optimal dan obat
diabetes oral lainnya namun
kadar glukosa darahnya belum
terkendali (HbA1C > 7,5% atau
gula darah rerata > 169 mg/dL).
atau
b) Pasien diabetes melitus tipe 2
dengan kadar HbA1C nya > 9%
disertai dengan gejala-gejala
dekompensasi metabolik.

jdih.kemkes.go.id
- 102 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
c) Pemberian insulin pada (a) dan
(b) dapat dilanjutkan untuk
pasien diabetes melitus tipe 2,
jika insulin dibutuhkan untuk
mempertahankan pengendalian
glukosa darah.
1. inj 100 IU/mL (kemasan vial,   Dalam kondisi
disposable cartridge, penfill tertentu, Dokter di
cartridge) Faskes Tk. 1 dapat
melakukan
penyesuaian dosis
(titrasi) insulin basal
hingga 20 IU/hari.
2 insulin prandial*
1. inj 100 IU/mL (kemasan vial,  
disposable cartridge, penfill
cartridge)
3 insulin campuran*
a) Pasien diabetes melitus tipe 2
yang sudah diberikan kombinasi
metformin dosis optimal dan obat
diabetes oral lainnya namun
kadar glukosa darahnya belum
terkendali (HbA1C > 7,5% atau
gula darah rerata > 169 mg/dL).
atau
b) Pasien diabetes melitus tipe 2
dengan kadar HbA1C nya > 9%
disertai dengan gejala-gejala
dekompensasi metabolik.

jdih.kemkes.go.id
- 103 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
c) Pemberian insulin pada (a) dan
(b) dapat dilanjutkan untuk
pasien diabetes melitus tipe 2,
jika insulin dibutuhkan untuk
mempertahankan pengendalian
glukosa darah.
1. inj 100 IU/mL (kemasan vial,  
disposable cartridge, penfill
cartridge)
Analog Insulin
1 insulin basal
a) Pasien diabetes melitus tipe 2
yang sudah diberikan kombinasi
metformin dosis optimal dan obat
diabetes oral lainnya namun
kadar glukosa darahnya belum
terkendali (HbA1C > 7,5% atau
gula darah rerata > 169 mg/dL).
atau
b) Pasien diabetes melitus tipe 2
dengan kadar HbA1C nya > 9%
disertai dengan gejala-gejala
dekompensasi metabolik.

c) Pemberian insulin pada (a) dan


(b) dapat dilanjutkan untuk
pasien diabetes melitus tipe 2,
jika insulin dibutuhkan untuk
mempertahankan pengendalian
glukosa darah.
1. inj 100 IU/mL (kemasan vial,   Dalam kondisi
disposable cartridge, penfill tertentu, Dokter di
cartridge)* Faskes Tk. 1 dapat
melakukan

jdih.kemkes.go.id
- 104 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
penyesuaian dosis
(titrasi) insulin basal
hingga 20 IU/hari.
2. inj 300 IU/mL (kemasan vial,  
disposable cartridge, penfill
cartridge)
2 insulin prandial*
1. inj 100 IU/mL (kemasan vial,  
disposable cartridge, penfill
cartridge)
3 insulin campuran*
a) Pasien diabetes melitus tipe 2
yang sudah diberikan kombinasi
metformin dosis optimal dan obat
diabetes oral lainnya namun
kadar glukosa darahnya belum
terkendali (HbA1C > 7,5% atau
gula darah rerata >169 mg/dL).
atau
b) Pasien diabetes melitus tipe 2
dengan kadar HbA1C nya > 9%
disertai dengan gejala-gejala
dekompensasi metabolik.
c) Pemberian insulin pada (a) dan
(b) dapat dilanjutkan untuk
pasien diabetes melitus tipe 2,
jika insulin dibutuhkan untuk
mempertahankan pengendalian
glukosa darah.
1. inj 100 IU/mL (kemasan vial,  
disposable cartridge, penfill
cartridge)

jdih.kemkes.go.id
- 105 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
16.3 HORMON KELAMIN dan OBAT yang MEMENGARUHI FERTILITAS
16.3.1 Androgen
1 testosteron
1. inj 250 mg/mL 
Hanya untuk defisiensi hormon
(dengan kadar testosteron
250−300).
16.3.2 Estrogen
1 estrogen terkonjugasi
1. tab 0,625 mg 
16.3.3 Progestogen
1 linestrenol
1. tab 5 mg  
2 medroksi progesteron asetat
Hanya untuk amenorea sekunder,
perdarahan uterus abnormal dan
endometriosis.
1. tab 5 mg   30 tab/bulan.
2. tab 10 mg   30 tab/bulan.
3. inj 150 mg/mL  
3 nomegestrol asetat
1. tab/kaps 5 mg  
4 noretisteron
Hanya untuk amenorea sekunder,
perdarahan uterus abnormal dan
endometriosis.
1. tab 5 mg   30 tab/bulan.
16.3.4 Kontrasepsi
16.3.4.1 Kontrasepsi, Oral
1 desogestrel
1. tab 75 mcg  

jdih.kemkes.go.id
- 106 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
2 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. desogestrel 150 mcg
b. etinilestradiol 30 mcg
1. tab  
Catatan: Disediakan oleh program
BKKBN.
3 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. levonorgestrel 150 mcg
b. etinilestradiol 30 mcg
1. tab   
4 linestrenol
1. tab 0,5 mg   
16.3.4.2 Kontrasepsi, Parenteral
1 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. medroksi 25 mg
progesteron asetat
b. estradiol sipionat 5 mg
1. inj  
Catatan: Disediakan oleh program
BKKBN.
2 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. medroksi 120 mg
progesteron asetat
b. estradiol sipionat 10 mg
1. inj  
Catatan: Disediakan oleh program
BKKBN.
3 medroksi progesteron asetat
1. inj 150 mg/mL   
16.3.4.3 Kontrasepsi, AKDR (IUD)

jdih.kemkes.go.id
- 107 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
Catatan: Disediakan oleh program
BKKBN.
1 copper T
1. set   
2 IUD Cu T 380 A
1. set   
3 IUD levonorgestrel
1. set  
16.3.4.4 Kontrasepsi, Implan
1 etonogestrel
1. implan 68 mg   
Catatan: Disediakan oleh program
BKKBN.
2 levonorgestrel
1. implan 2 rods, @ 75 mg (3-4   
tahun)
16.3.5 Lain–Lain
1 bromokriptin
Untuk hiperprolaktinemia atau
hipogonadisme pada pria.
1. tab 2,5 mg 
16.4 HORMON TIROID dan ANTITIROID
1 karbimazol
1. tab 5 mg   Untuk bulan pertama
maks 180 tab/bulan.
2 levotiroksin
1. tab 50 mcg   Untuk substitusi
150−200 mcg/hari.
90 tab/bulan.
2. tab 100 mcg   60 tab/bulan.
3 propiltiourasil

jdih.kemkes.go.id
- 108 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1. tab 100 mg   Untuk bulan pertama
maks 180 tab/bulan.
4 tiamazol
1. tab 5 mg   120 tab/bulan.
2. tab 10 mg   Untuk bulan pertama
maks 90 tab/bulan.
16.5 KORTIKOSTEROID
1 deksametason
1. tab 0,5 mg  
2. inj 5 mg/mL  
2 hidrokortison
1. tab 20 mg  
2. inj 100 mg   
3 metilprednisolon
1. tab 4 mg*  
2. tab 8 mg*  
3. tab 16 mg*  
4. inj 125 mg  PP  
Hanya digunakan untuk kasus
spesialistik, digunakan dalam
waktu relatif singkat.
5. inj 500 mg  
Hanya digunakan untuk kasus
spesialistik, digunakan dalam
waktu relatif singkat.
4 prednison*
1. tab 5 mg   
5 triamsinolon asetonid
1. inj 10 mg/mL  
17. OBAT KARDIOVASKULAR
17.1 ANTIANGINA

jdih.kemkes.go.id
- 109 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1 amlodipin*
Untuk angina dengan bradiaritmia.
1. tab 5 mg   30 tab/bulan.
2 atenolol*
1. tab 50 mg   30 tab/bulan.
3 diltiazem*
1. tab 30 mg   90 tab/bulan.
4 gliseril trinitrat
1. tab 0,5 mg*   
2. kaps lepas lambat 2,5 mg*   90 kaps/bulan.
3. kaps lepas lambat 5 mg*   90 kaps/bulan.
4. inj 5 mg/mL  
5 isosorbid dinitrat
1. tab 5 mg*    90 tab/bulan.
2. tab 10 mg*   90 tab/bulan.
3. inj 1 mg/mL (i.v.)  
Untuk kasus rawat inap dan
UGD.
6 ivabradin
Digunakan untuk pengobatan
simptomatik angina pektoris yang
kronik stabil pada pasien dengan
ritme sinus normal yang telah gagal
dengan beta bloker.
1. tab 5 mg  60 tab/bulan, maks
3 bulan.
17.2 ANTIARITMIA
1 adenosin
a) Digunakan untuk mengatasi SVT
(dibuktikan dengan EKG).
b) Digunakan untuk uji
pembebanan jantung.

jdih.kemkes.go.id
- 110 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1. inj 3 mg/mL   Maks 5 ampul.
2 amiodaron
1. tab 200 mg*   30 tab/bulan.
2. inj 50 mg/mL  
Untuk kasus rawat inap.
3 digoksin
1. tab 0,25 mg*   30 tab/bulan.
2. inj 0,25 mg/mL  
4 diltiazem
1. inj 50 mg  
5 lidokain
1. inj 50 mg/mL (i.v.)  
6 propranolol
1. tab 10 mg*    90 tab/bulan.
a) Untuk kasus-kasus dengan
gangguan tiroid.
b) Untuk tremor esensial,
tremor distonia, dan tremor
holmes.
2. inj 1 mg/mL (i.v.)  
Hanya untuk krisis tiroid atau
aritmia dengan palpitasi
berlebihan.
7 verapamil
Untuk aritmia supraventrikular.
1. tab 80 mg*   90 tab/bulan.
2. inj 2,5 mg/mL  
17.3 ANTIHIPERTENSI
17.3.1 Antihipertensi Sistemik
Catatan :
Pemberian obat antihipertensi harus didasarkan
pada prinsip dosis titrasi, mulai dari dosis

jdih.kemkes.go.id
- 111 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
terkecil hingga tercapai dosis dengan outcome
tekanan darah terbaik.
1 amlodipin*
1. tab 5 mg    30 tab/bulan.
2. tab 10 mg    30 tab/bulan.
2 atenolol*
1. tab 50 mg    30 tab/bulan.
2. tab 100 mg   30 tab/bulan.
3 bisoprolol*
1. tab 2,5 mg    30 tab/bulan.
2. tab 5 mg   30 tab/bulan.
3. tab 10 mg   30 tab/bulan.
4 diltiazem
1. kaps lepas lambat 100 mg*   30 kaps/bulan.
2. kaps lepas lambat 200 mg*   30 kaps/bulan.
3. inj 5 mg/mL  
Untuk hipertensi berat atau
angina pektoris pada kasus
rawat inap.
4. inj 10 mg  
Untuk hipertensi berat.
5. inj 50 mg  
Untuk hipertensi berat atau
angina pektoris pada kasus
rawat inap.
5 doksazosin*
1. tab 1 mg   30 tab/bulan.
2. tab 2 mg   30 tab/bulan.
6 hidroklorotiazid*
1. tab 25 mg    30 tab/bulan.
7 imidapril*
1. tab 5 mg   30 tab/bulan.

jdih.kemkes.go.id
- 112 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
2. tab 10 mg   30 tab/bulan.
8 irbesartan*
Untuk pasien yang telah mendapat
ACE inhibitor sebelumnya sekurang-
kurangnya 1 bulan dan mengalami
intoleransi terhadap ACE inhibitor
yang dibuktikan dengan
melampirkan resep sebelumnya.
1. tab 150 mg   30 tab/bulan.
2. tab 300 mg   30 tab/bulan.
9 kandesartan*
Untuk pasien yang telah mendapat
ACE inhibitor sebelumnya sekurang-
kurangnya 1 bulan dan mengalami
intoleransi terhadap ACE inhibitor
yang dibuktikan dengan
melampirkan resep sebelumnya.
1. tab 8 mg   30 tab/bulan.
2. tab 16 mg   30 tab/bulan.
10 kaptopril*
1. tab 12,5 mg    90 tab/bulan.
2. tab 25 mg    90 tab/bulan.
3. tab 50 mg   90 tab/bulan.
11 klonidin
1. tab 0,15 mg*   90 tab/bulan.
2. inj 150 mcg/mL (i.v.)  
12 klortalidon
1. tab 50 mg    30 tab/bulan.
13 lisinopril*
1. tab 5 mg    30 tab/bulan.
2. tab 10 mg    30 tab/bulan.
3. tab 20 mg    30 tab/bulan.

jdih.kemkes.go.id
- 113 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
14 metildopa*
Untuk hipertensi pada wanita hamil.
1. tab 250 mg    90 tab/bulan.
15 metoprolol tartat
Emergency anaesthesia, krisis
hipertiroid.
1. inj 1 mg/mL  
16 nifedipin*
1. tab 10 mg   90 tab/bulan.
2. tab lepas lambat 20 mg   30 tab/bulan.
3. tab lepas lambat 30 mg   30 tab/bulan.
17 nikardipin
Hanya untuk pasien dengan
hipertensi berat dan memerlukan
perawatan.
1. inj 1 mg/mL  
18 nimodipin
a) Untuk pencegahan kasus
vasospasme pada pengobatan
perdarahan subarachnoid.
b) Hanya diberikan di ruang
perawatan.
1. tab sal selaput 30 mg  8 tab/hari, maks 18
hari.
2. inf 0,2 mg/mL  Maks 3 hari.
19 perindopril arginin*
1. tab 5 mg   60 tab/bulan.
20 prostaglandin (PGE 1)
Untuk bayi dengan kelainan jantung
bawaan sianosis yang ductus
dependent.
1. inj 500 mcg/mL 

jdih.kemkes.go.id
- 114 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
21 ramipril*
1. tab 2,5 mg   30 tab/bulan.
2. tab 5 mg   30 tab/bulan.
3. tab 10 mg   30 tab/bulan.
22 telmisartan*
Digunakan untuk hipertensi dengan
nilai eGFR < 30 mL/menit/1,73 m2.
1. tab 40 mg   30 tab/bulan.
2. tab 80 mg   30 tab/bulan.
23 valsartan*
Untuk pasien yang telah mendapat
ACE inhibitor sebelumnya sekurang-
kurangnya 1 bulan dan mengalami
intoleransi terhadap ACE inhibitor
yang dibuktikan dengan
melampirkan resep sebelumnya.
1. tab 80 mg   30 tab/bulan.
2. tab 160 mg   30 tab/bulan.
24 verapamil*
1. tab 80 mg   90 tab/bulan.
2. tab lepas lambat 240 mg   30 tab/ bulan.
17.3.2 Antihipertensi Pulmonal
1 beraprost sodium
1. tab 20 mcg   90 tab/bulan.
2 iloprost
a) Hanya digunakan di ICU.
b) Diagnosis ditegakkan melalui
kateter arteri pulmonalis.
c) Tidak diberikan untuk pasien
anak.
1. ih 10 mcg/mL 

jdih.kemkes.go.id
- 115 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
3 sildenafil
1. tab 20 mg   90 tab/bulan.
a) Digunakan untuk Hipertensi
Arteri Pulmonal (HAP) pada
pasien dewasa. Diagnosis
ditegakkan dengan
echocardiography.
b) Hanya dapat diresepkan oleh
Dokter Spesialis Jantung
atau Bedah Jantung.
2. sir kering 10 mg/mL   5 btl/bulan.
a) Digunakan untuk Hipertensi
Arteri Pulmonal (HAP) pada
pasien anak. Diagnosis
ditegakkan dengan
echocardiography.
b) Hanya dapat diresepkan oleh
Dokter Spesialis Anak
Konsultan Jantung atau
Dokter Spesialis Jantung dan
Pembuluh Darah.
17.4 ANTIAGREGASI PLATELET
1 asam asetilsalisilat (asetosal)*
1. tab 80 mg    30 tab/bulan.
2. tab sal enterik 100 mg   30 tab/bulan.
2 klopidogrel
a) Diberikan pada pasien yang Diberikan 1 x 75 mg
direncanakan untuk dilakukan selama 10 hari
prosedur PCI elektif. sebelum
PCI/kateterisasi dan
dilanjutkan dosis
rumatan
(maintenance) 1 x 75

jdih.kemkes.go.id
- 116 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
mg/hari maks
selama 12 bulan.
b) Diberikan pada pasien yang akan Diberikan loading
dilakukan prosedur primary PCI dose 600 mg pre
atau early PCI. tindakan dilanjutkan
dengan dosis
rumatan
(maintenance) 1 x 75
mg/hari maks
selama 12 bulan.
c) Pasien yang menderita recent Diberikan 1 x 75 mg
myocardial infarction, ischaemic maks selama 12
stroke atau established Peripheral bulan.
Arterial Disease (PAD).
d) Pasien yang menderita sindrom Diberikan 1 x 75 mg
koroner akut: NON STEMI maks selama 12
(unstable angina) dan STEMI. bulan.
e) Hati-hati interaksi obat pada
pasien yang menggunakan obat-
obat golongan Proton Pump
Inhibitor (PPI).
f) Lazimnya klopidogrel diberikan
bersama dengan antiplatelet
aspirin atau antiplatelet lainnya
dosis rendah.
1. tab 75 mg*  

2. tab sal selaput 300 mg  


Hanya untuk loading dose pada
pasien yang menjalani
Percutaneous Coronary
Intervention (PCI).
3 silostazol
Hanya dapat diresepkan oleh SpPD

jdih.kemkes.go.id
- 117 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
atau SpJP atau SpBV atau SpB-TKV
atau SpS.
1. tab 100 mg   60 tab/bulan.
Hanya untuk kasus Peripheral
Artherial Disease (PAD) atau
pasien yang terbukti telah
resisten terhadap asam
asetilsalisilat yang ditunjukkan
dengan hasil pemeriksaan
resistensi asam asetilsalisilat.
2. kaps pelepasan lambat 100 mg*  60 kaps/bulan.
Secondary prevention pada
pasien stroke dengan Cerebral
Small Vessel Disease (CSVD).
4 tikagrelor
Untuk pasien kasus PCI dengan
Acute Coronary Syndrome (ACS).
1. tab 90 mg   60 tab/bulan, maks
1 tahun.
17.5 TROMBOLITIK
1 alteplase
a) Kontraindikasi: tidak digunakan
untuk stroke iskemik dengan
riwayat perdarahan intrakranial
dan cedera kepala berat dalam
waktu 3 bulan terakhir, operasi
mayor dalam waktu 3 bulan
terakhir, riwayat gangguan
koagulasi, hipertensi yang tidak
terkendali.
b) Hanya untuk infark miokard
akut dengan onset < 12 jam.

jdih.kemkes.go.id
- 118 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
c) Hanya untuk stroke non
hemoragik dengan onset < 4,5
jam.
d) Dapat diberikan di Faskes Tk. 2
yang memiliki fasilitas
ICCU/ICU/unit stroke.
1. serb inj 50 mg  
2 streptokinase
a) Kontraindikasi: tidak boleh
diberikan jika ditemukan
kontraindikasi fibrinolitik antara
lain: riwayat stroke hemoragik
atau riwayat stroke iskemik
dalam 6 bulan terakhir, AVM,
tumor otak, trauma kepala,
perdarahan aktif gastrointestinal,
pascaoperasi besar dalam 3
bulan, dan diseksi aorta.
b) Infark miokard akut dengan
onset < 12 jam.
c) Dapat diberikan di Faskes Tk. 2
yang memiliki fasilitas
ICCU/ICU/unit stroke.
1. inj 1,5 juta IU  
17.6 OBAT untuk GAGAL JANTUNG
1 bisoprolol
Hanya untuk gagal jantung kronis
dengan penurunan fungsi
ventrikular sistolik yang sudah
terkompensasi.
1. tab 1,25 mg*   30 tab/bulan.
2. tab 2,5 mg*   30 tab/bulan.
3. tab 5 mg*   30 tab/bulan.

jdih.kemkes.go.id
- 119 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
4. tab 10 mg   30 tab/bulan.
2 digoksin
1. tab 0,25 mg*   30 tab/bulan.
Hanya untuk gagal jantung
dengan atrial fibrilasi atau sinus
takikardia.
2. inj 0,25 mg/mL  
3 furosemid
1. tab 40 mg*    120 tab/bulan.
2. inj 10 mg/mL (i.v./i.m.)  PP  
4 isosorbid dinitrat
Untuk gagal jantung akut.
1. inj 1 mg/mL (i.v.)  
5 ivabradin
Hanya dapat digunakan untuk
pasien dengan ejection fraction
< 35%.
1. tab 5 mg  60 tab/bulan.
6 kandesartan*
Untuk pasien yang telah mendapat
ACE inhibitor sebelumnya sekurang-
kurangnya 1 bulan dan mengalami
intoleransi terhadap ACE inhibitor
yang dibuktikan dengan
melampirkan resep sebelumnya.
1. tab 8 mg   30 tab/bulan.
2. tab 16 mg   30 tab/bulan.
7 kaptopril*
1. tab 12,5 mg    90 tab/bulan.
2. tab 25 mg    90 tab/bulan.
3. tab 50 mg   90 tab/bulan.

jdih.kemkes.go.id
- 120 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
8 karvedilol
Hanya untuk gagal jantung kronis
dengan penurunan fungsi
ventrikular sistolik yang sudah
terkompensasi.
1. tab 6,25 mg*   60 tab/bulan.
2. tab 25 mg   60 tab/bulan.
9 milrinon
Hanya diberikan di ruang intensif.
1. inj 1 mg/mL  Maks 2 hari.
10 ramipril*
1. tab 5 mg   30 tab/bulan.
2. tab 10 mg   30 tab/bulan.
11 sacubitril valsartan
a) Hanya untuk pasien yang tidak
respons terhadap golongan ARB
dan ACE inhibitor.
b) Hanya pada pasien dengan
reduced ejection fraction (LVEF ≤
40%).
1. tab sal selaput 24,3/25,7 mg   60 tab/bulan.
2. tab sal selaput 48,6/51,4 mg   60 tab/bulan.
3. tab sal selaput 97,2/102,8 mg   60 tab/bulan.
12 spironolakton*
1. tab 25 mg    30 tab/bulan.
17.7 OBAT untuk SYOK KARDIOGENIK dan SEPSIS
1 dobutamin
1. inj 12,5 mg/mL  
Hanya untuk infark miokard
akut dan syok kardiogenik.
2. inj 25 mg/mL  
3. inj 50 mg/mL  

jdih.kemkes.go.id
- 121 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
2 dopamin
a) Hanya untuk syok kardiogenik,
dekompensasi kordis akut dan
syok septik.
b) Tidak untuk syok hipovolemik.
1. inj 40 mg/mL  
3 epinefrin (adrenalin)
1. inj 1 mg/mL  PP  
4 norepinefrin
1. inj 1 mg/mL  
17.8 ANTIHIPERLIPIDEMIA
Sebagai terapi tambahan terhadap terapi diet
pada pasien hiperlipidemia.
1 atorvastatin
a) Jika setelah pemberian
simvastatin selama 3 bulan
berturut-turut dengan dosis 40
mg/hari pasien tidak mencapai
target penurunan LDL < 100
mg/dL, disamping diet ketat
lemak.
atau
b) Pasien ASCVD (pasca PCI/CABG,
stroke iskemi dan/atau PAD,
pascainfark) yang dibuktikan
dengan EKG atau MSCT atau
riwayat angiografi. Target LDL
adalah ≤ 70 mg/dL, yang harus
diperiksa setiap 6 bulan.
1. tab sal selaput 10 mg   30 tab/bulan.
2. tab sal selaput 20 mg   60 tab/bulan.

jdih.kemkes.go.id
- 122 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
2 fenofibrat
a) Hanya untuk hipertrigliseridemia
dengan kadar trigliserida > 250
mg/dL.
b) Pemeriksaan trigliserida
dilakukan pada pasien yang
telah menjalani puasa minimal
12 jam.
1. kaps 100 mg   30 kaps/bulan.
2. kaps 300 mg   30 kaps/bulan.
3 gemfibrozil
a) Hanya untuk
hipertrigliseridemia.
b) Tidak dianjurkan diberikan
bersama statin.
1. kapl 300 mg   30 kapl/bulan.
2. kapl 600 mg   30 kapl/bulan.
4 kolestiramin
1. serb 4 g   4 sachet.
5 pravastatin
a) Hanya untuk hiperlipidemia
dengan kadar LDL >160 mg pada
penyakit jantung koroner dan
diabetes mellitus disertai
makroalbuminuria.
b) Pemberian selama 6 bulan,
selanjutnya harus dievaluasi
kembali.
1. tab 10 mg   30 tab/bulan.
2. tab 20 mg   30 tab/bulan.
6 rosuvastatin
a) Jika setelah pemberian

jdih.kemkes.go.id
- 123 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
simvastatin selama 3 bulan
berturut-turut dengan dosis 40
mg/hari pasien tidak mencapai
target penurunan LDL < 100
mg/dL, disamping diet ketat
lemak.
atau
b) Pasien ASCVD (pasca PCI/CABG,
stroke iskemi dan/atau PAD,
pascainfark) yang dibuktikan
dengan EKG atau MSCT atau
riwayat angiografi. Target LDL
adalah ≤ 70 mg/dL, yang harus
diperiksa setiap 6 bulan.
1. tab 10 mg   60 tab/bulan.
7 simvastatin
Sebagai terapi tambahan terhadap
terapi diet pada pasien
hiperlipidemia dengan:
a) kadar LDL > 160 mg/dL untuk
pasien tanpa komplikasi diabetes
melitus/PJK.
b) Pasien ASCVD (pasca PCI, CABG,
stroke iskemi dan/atau PAD,
pascainfark) yang dibuktikan
dengan EKG atau MSCT atau
riwayat angiografi. Target LDL
adalah ≤ 70 mg/dL, yang harus
diperiksa setiap 6 bulan.
c) kadar LDL > 130 mg/dL untuk
pasien diabetes melitus. Setelah
6 bulan dilakukan evaluasi
ketaatan pasien terhadap kontrol

jdih.kemkes.go.id
- 124 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
diet dan pemeriksaan
laboratorium LDL dilampirkan
setiap 6 bulan.
1. tab 10 mg*    30 tab/bulan.
2. tab 20 mg*    30 tab/bulan.
3. tab 40 mg    30 tab/bulan.
17.9 HIPOTENSI akibat ANESTESI REGIONAL
1 efedrin
1. inj 50 mg/mL  
18. OBAT TOPIKAL untuk KULIT
18.1 ANTIAKNE
1 asam retinoat
1. krim 0,05%   
2. krim 0,1%  
a) Tidak digunakan pada pagi
dan siang hari.
b) Tidak untuk ibu hamil.
18.2 ANTIBAKTERI
1 antibakteri, kombinasi KDT/FDC
mengandung:
a. basitrasin 500 IU/g
b. polimiksin B 10.000
IU/g
1. salep   
2 framisetin sulfat
1. tulle 1%   
3 mupirosin
Diagnosis MRSA harus ditegakkan
sebelum pemberian obat.
1. krim 2%   Maks 10 hari.
2. salep 2% 

jdih.kemkes.go.id
- 125 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
4 natrium fusidat
1. salep 2%  
2. krim 2%  
5 perak sulfadiazin
Hanya untuk luka bakar.
1. krim 1%   
18.3 ANTIFUNGI
1 antifungi, kombinasi KDT/FDC
mengandung:
a. asam benzoat 6%
b. asam salisilat 3%
1. salep   
2 ketokonazol
1. krim 2%   
2. scalp sol 2%   
Pada pitiriasis yang luas.
3 klotrimazol
1. tab vaginal 100 mg  
4 mikonazol
1. serb 2%   
2. krim 2%   
5 nistatin
1. tab vaginal 100.000 IU   
18.4 ANTIINFLAMASI dan ANTIPRURITIK
1 betametason
1. krim 0,05%   
2. krim 0,1%   
3. salep 0,1%   
2 desoksimetason
1. krim 0,25%  
2. salep 0,25%  
3. gel 0,05%  

jdih.kemkes.go.id
- 126 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
3 diflukortolon valerat
1. salep 0,1%  
4 flusinolon asetonid
1. krim 0,025%  
2. salep 0,025%  
5 hidrokortison
1. krim 1%   
2. krim 2,5%   
6 klobetasol propionat
Untuk dermatitis kronik berat yang
hiperkeratotik, yang tidak respons
terhadap steroid topikal lainnya.
1. krim 0,05 %  Maks 10 hari.
2. salep 0,05 % 
7 mometason furoat
1. krim 0,1%   
18.5 ANTISKABIES dan ANTIPEDIKULOSIS
1 permetrin
1. krim 5%   
2 salep 2−4
1. salep   
18.6 KAUSTIK
1 perak nitrat
1. lar 20%  
2 polikresulen
Untuk servisitis.
1. lar  
3 podofilin
a) Tidak boleh diberikan pada
wanita hamil.
b) Hanya diberikan oleh dokter dan
dilakukan di fasilitas pelayanan

jdih.kemkes.go.id
- 127 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
kesehatan.
1. tingtur 25%  
18.7 KERATOLITIK dan KERATOPLASTIK
1 asam salisilat
1. salep 2%   
2. salep 5%   
3. salep 10%   
Kulit disekitar lesi harus
dilindungi dengan pelembab.
2 liquor carbonis detergens
1. lar 5%   
18.8 LAIN–LAIN
1 asam salisilat
1. lar 0,1%   
2 bedak salisil
Hati-hati penggunaan pada bayi.
1. serb 2%   
3 kalamin
1. lotio   
4 triamsinolon asetonid
Hanya untuk keloid.
1. inj 10 mg/mL  
2. inj 40 mg/mL  
5 urea
1. krim 10%   
2. krim 20%   
19. LARUTAN DIALISIS PERITONEAL
1 dialisa peritoneal
1. lar intraperitoneal  
2 hemodialisa
1. lar  
20. LARUTAN ELEKTROLIT, NUTRISI, dan LAIN–LAIN

jdih.kemkes.go.id
- 128 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
20.1 ORAL
Catatan: Dilarutkan dalam 200 mL
air.
1 garam oralit
1. serb   
2 kalium klorida
1. tab lepas lambat 600 mg    90 tab/bulan.
3 kalium aspartat
1. tab sal selaput 300 mg   90 tab/bulan.
4 natrium bikarbonat
1. tab 500 mg    90 tab/bulan.
5 zinc
Untuk anak usia < 2 tahun.
1. drops 10 mg/mL    2 btl/kasus.
20.2 PARENTERAL
Larutan Mengandung Asam Amino  
Larutan Mengandung Elektrolit
1. larutan garam fisiologis   
2. larutan elektrolit pekat  
Larutan Mengandung Karbohidrat   
Larutan Mengandung Karbohidrat+Elektrolit   
Larutan Mengandung Lipid  
Larutan Mengandung Asam  
Amino+Elektrolit+Karbohidrat+Lipid
Hanya digunakan untuk pasien
dengan Total Parenteral Nutrition
(TPN).
Larutan Mengandung Fosfat Anorganik 
(NaH2PO4/KH2PO4) dengan/tanpa vitamin yang
larut dalam air
Larutan Mengandung Vitamin yang larut 
dalam lemak (Vitamin A, D, E, K)

jdih.kemkes.go.id
- 129 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
20.3 LAIN–LAIN
1 air untuk injeksi
1. cairan inj   
2 air untuk irigasi
1. inf  
3 manitol
1. inf 20%  
21. OBAT untuk MATA
1 manitol
Untuk glaukoma.
1. inf 20%  
21.1 ANESTETIK LOKAL
1 tetrakain
1. tts mata 0,5%   
21.2 ANTIMIKROBA
1 amfoterisin B
1. salep mata 1%  
2. salep mata 3%  
2 asam fusidat
1. tts mata 1%  
3 asiklovir
Hanya untuk kasus keratitis
herpetiformis.
1. salep mata 3%  
4 gentamisin
1. salep mata 0,3%   
2. tts mata 0,3%   
3. tts mata 1%  
5 kloramfenikol
1. tts mata 0,5%   
2. tts mata 1%   
3. salep mata 1%   

jdih.kemkes.go.id
- 130 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
6 levofloksasin
Hanya digunakan untuk operasi
intraokular, keratitis, operasi
katarak dan infeksi berat.
1. tts mata 0,5%  
7 moksifloksasin
1. tts mata 0,5%  
8 natamisin
1. tts mata 50 mg/mL  
Hanya untuk kasus
keratomikosis.
2. tts mata 5%  
a) Lini pertama terapi
keratomikosis yang pada
pemeriksaan KOH ditemukan
filamen.
b) Disertai hasil KOH dari
scraping kornea.
9 oksitetrasiklin
1. salep mata 1%   
10 tetrasiklin
Hanya untuk program bayi baru
lahir.
1. salep mata 1%   
11 tobramisin
Pada pasien yang resisten terhadap
kuinolon dengan kasus ulkus kornea
post operasi mata.
1. tts mata 0,3%  
21.3 ANTIINFLAMASI
1 betametason
1. tts mata 1 mg/mL  

jdih.kemkes.go.id
- 131 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
2 fluorometolon
1. tts mata 0,1%  
3 natrium diklofenak
1. tts mata 1 mg/mL   
4 olopatadin
1. tts mata 0,1%   
Tidak untuk profilaksis alergi.
5 prednisolon
1. tts mata 10 mg/mL  
6 triamsinolon asetonid
Untuk mata, dapat digunakan pada:
a) Macular edema.
b) Pasien wet AMD (Age-related
Macular Degeneration) yang
takifilaksis pada penggunaan
anti VEGF (Vascular Endothelial
Growth Factor).
c) Uveitis unilateral yang
penyebabnya non infeksi.
1. inj 40 mg/mL  Penggunaan 1x tiap 6
bulan.
21.4 MIDRIATIK
1 atropin
1. tts mata 0,5%  
2. tts mata 1%  
2 fenilefrin HCl
Tidak diberikan pada pasien
hipertensi.
1. tts mata 10%  
3 homatropin
1. tts mata 2%   1 btl/kasus.

jdih.kemkes.go.id
- 132 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
4 siklopentolat
Hanya digunakan sebagai
midriatikum untuk diagnostik dan
operasi yang memerlukan dilatasi
pupil.
1. tts mata 1%  
21.5 MIOTIK dan ANTIGLAUKOMA
1 asetazolamid
a) Tidak diberikan dalam jangka
panjang.
b) Hati-hati pemberian pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal.
c) Sebagai penanganan awal dan
sementara di Puskesmas pada
pasien glaukoma akut sebelum
dirujuk.
1. tab 250 mg    - 50 tab/bulan.
- Untuk glaukoma
akut: 1 minggu.
2 betaksolol
1. tts mata 0,5%   1 btl/bulan.
3 brinzolamid
1. tts mata 1%   1 btl/bulan.
4 gliserin
1. lar 50%  
5 kombinasi KDT/FDC, setiap mL
mengandung:
a. brinzolamid 1%
b. timolol 0,5%
1. tts mata   1 btl/bulan.
6 kombinasi KDT/FDC, setiap mL
mengandung:

jdih.kemkes.go.id
- 133 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
a. latanoprost 0,05 mg
b. timolol 5 mg
Hanya untuk pasien glaukoma.
1. tts mata   1 btl/bulan.
7 kombinasi KDT/FDC, setiap mL
mengandung:
a. travoprost 0,004%
b. timolol 0,50%
Hanya untuk pasien glaukoma.
1. tts mata   1 btl/bulan.
8 latanoprost
Hanya untuk pasien glaukoma yang
tidak memberikan respons pada
timolol.
1. tts mata 0,005%   1 btl/bulan.
9 pilokarpin
Dapat diberikan di Faskes Tk. 1 yang
memiliki fasilitas untuk mengukur
tekanan intraokuler.
1. tts mata 2%    2 btl/bulan.
10 timolol
Dapat diberikan di Faskes Tk. 1 yang
memiliki fasilitas untuk mengukur
tekanan intraokuler.
1. tts mata 0,25%    2 btl/bulan.
2. tts mata 0,5%    2 btl/bulan.
11 travoprost
Hanya untuk pasien glaukoma yang
tidak memberikan respons dengan
timolol.
1. tts mata 0,004%   1 btl/bulan.
21.6 LAIN–LAIN

jdih.kemkes.go.id
- 134 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1 dinatrium edetat
1. tts mata 3,5 mg/mL  
2 karboksimetilselulosa
1. tts mata   1 btl/bulan.
3 kombinasi KDT/FDC, setiap mL
mengandung:
a. natrium klorida 4,40 mg
b. kalium klorida 0,80 mg
1. tts mata   1 btl/bulan.
4 natrium hialuronat
1. tts mata  
5 natrium klorida
Untuk mengatasi edema kornea pada
pasien post operasi katarak.
1. tts mata 50 mg/mL  
6 povidon iodin
Hanya untuk pencegahan ophthalmia
neonatorum.
1. tts mata 2,5%    1 strip/kasus.
Diberikan selama 3
hari.
7 ranibizumab
a) Untuk wet AMD (Age-related
Macular Degeneration).
b) Harus dilakukan oleh sub
spesialis retina menggunakan
Optical Coherence Tomography
(OCT).
1. inj 10 mg/mL   6 vial/kasus.
22. OKSITOSIK
1 metilergometrin
1. tab 0,125 mg   

jdih.kemkes.go.id
- 135 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
2. inj 0,2 mg/mL   
2 oksitosin
1. inj 10 IU/mL   
23. PSIKOFARMAKA
23.1 ANTIANSIETAS
1 alprazolam
a) Hanya dapat diresepkan oleh
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa
dan Internis Psikosomatik.
b) Hanya untuk kasus:
- Panic attack
- Panic disorder
c) Peresepan oleh Dokter Spesialis
Penyakit Dalam maksimal 5
hari/bulan.
1. tab 0,25 mg   Maks 2
minggu/kasus, 30
tab/bulan.
2. tab 0,5 mg   Maks 2
minggu/kasus, 30
tab/bulan.
3. tab 1 mg   Maks 2
minggu/kasus, 30
tab/bulan.
2 diazepam
1. tab 2 mg    30 tab/bulan.
2. tab 5 mg    30 tab/bulan.
3. inj 5 mg/mL   
3 klobazam
1. tab 10 mg   60 tab/bulan.
4 lorazepam
1. tab 0,5 mg    30 tab/bulan.

jdih.kemkes.go.id
- 136 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
2. tab 1 mg    30 tab/bulan.
3. tab 2 mg    30 tab/bulan.
23.2 ANTIDEPRESI
1 amitriptilin
1. tab 25 mg    60 tab/bulan.
2 fluoksetin*
1. tab/kaps 10 mg    60 tab/kaps per
bulan.
Terapi awal dapat diberikan di
puskesmas yang memiliki tenaga
kesehatan terlatih dan
mempunyai surat penugasan
dari Kementerian Kesehatan.
2. tab/kaps 20 mg   30 tab/kaps per
bulan.
3 maprotilin
1. tab sal selaput 25 mg   30 tab/bulan.
2. tab sal selaput 50 mg   30 tab/bulan.
4 sertralin
Digunakan untuk depresi yang
disertai ansietas.
1. tab sal 50 mg   30 tab/bulan.
23.3 ANTIOBSESI KOMPULSI
1 fluoksetin
1. tab/kaps 10 mg    30 tab/kaps per
bulan.
2. tab/kaps 20 mg    30 tab/kaps per
bulan.
2 fluvoksamin
a) Digunakan hanya untuk OCD.
Tidak digunakan sebagai
antidepresan.

jdih.kemkes.go.id
- 137 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
b) Hanya boleh diresepkan oleh
Dokter Spesialis Kedokteran
Jiwa.
1. tab sal selaput 50 mg   Dosis awal: 50
2. tab sal selaput 100 mg   mg/hari (3−5 hari)
Dosis rumatan: maks
300 mg/hari.
3 klomipramin
Dapat digunakan untuk cataplexy
yang berhubungan dengan
narcolepsy.
1. tab 25 mg   30 tab/bulan.
23.4 ANTIPSIKOTIK
1 aripiprazol
Hanya dapat diresepkan oleh Dokter
Spesialis Kedokteran Jiwa.
1. tab 5 mg   30 tab/bulan.
2. tab dispersible 10 mg   30 tab/bulan.
3. tab dispersible 15 mg   30 tab/bulan.
4. oral solution 1 mg/mL   5 btl/bulan.
2 flufenazin dekanoat
a) Hanya untuk rumatan pada
pasien skizofrenia.
b) Terapi awal dapat diberikan di
puskesmas yang memiliki tenaga
kesehatan terlatih dan
mempunyai surat penugasan
dari Kementerian Kesehatan.
1. inj 25 mg/mL (i.m.)*    1 amp/2 minggu.
3 haloperidol
1. tab 0,5 mg*    90 tab/bulan.
2. tab 1,5 mg*    90 tab/bulan.

jdih.kemkes.go.id
- 138 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
3. tab 2 mg*    90 tab/bulan.
4. tab 5 mg*    90 tab/bulan.
5. drops 2 mg/mL    2 btl/bulan.
6. inj 5 mg/mL (i.m.)    4 amp/hari, maks 3
hari.
a) Untuk agitasi akut.
b) Untuk kasus kedaruratan
psikiatrik (tidak untuk
pemakaian jangka panjang).
4 haloperidol dekanoat
a) Untuk terapi rumatan pada
pasien skizofrenia.
b) Terapi awal dapat diberikan di
puskesmas yang memiliki tenaga
kesehatan terlatih dan
mempunyai surat penugasan
dari Kementerian Kesehatan.
1. inj 50 mg/mL*    1 amp/2 minggu.
5 klorpromazin
1. tab 25 mg   
2. tab 100 mg*    90 tab/bulan.
Terapi awal dapat diberikan di
puskesmas yang memiliki tenaga
kesehatan terlatih dan
mempunyai surat penugasan
dari Kementerian Kesehatan.
3. inj 5 mg/mL (i.m.)   
6 klozapin
Hanya untuk pengobatan psikosis
yang sudah resisten terhadap
antipsikotik lain.
1. tab 25 mg   60 tab/bulan.

jdih.kemkes.go.id
- 139 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
2. tab 100 mg   90 tab/bulan.
a) Hanya untuk skizofrenia
yang resisten/intoleran.
b) Lakukan cek leukosit secara
berkala (hati-hati
agranulositosis).
7 olanzapin
Hanya dapat diresepkan oleh Dokter
Spesialis Kedokteran Jiwa.
1. tab sal selaput 5 mg   60 tab/bulan.
a) Untuk skizofrenia.
b) Adjunctive treatment pada
kasus bipolar yang tidak
memberikan respons dengan
pemberian litium atau
valproat.
2. tab sal selaput 10 mg   60 tab/bulan.
a) Untuk skizofrenia.
b) Adjunctive treatment pada
kasus bipolar yang tidak
memberikan respons dengan
pemberian litium atau
valproat.
3. inj 10 mg   3 amp/hari, maks 3
hari.
a) Diperlukan hanya untuk
serangan skizofrenia akut
yang tidak memberikan
respons dengan terapi lini
pertama.
b) Tidak boleh digunakan untuk
pemakaian jangka panjang.

jdih.kemkes.go.id
- 140 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
c) Hanya untuk agitasi akut
pada penderita skizofrenia.

8 paliperidon palmitat*
Hanya dapat diresepkan oleh Dokter
Spesialis Kedokteran Jiwa.
1. inj 75 mg/0,75 mL   - Dosis awal: injeksi
2. inj 100 mg/mL   di hari ke-1 dan

3. inj 150 mg/1,5 mL   hari ke-8.


- Dosis rumatan:
maks 150
mg/bulan.
9 quetiapin
a) Untuk skizofrenia.
b) Untuk pasien bipolar yang tidak
memberikan respons terhadap
pemberian litium atau valproat.
c) Hanya dapat diresepkan oleh
Dokter Spesialis Kedokteran
Jiwa.
1. tab 100 mg   120 tab/bulan.
2. tab pelepasan lambat 150 mg*   60 tab/bulan.
3. tab pelepasan lambat 200 mg*   60 tab/bulan.
4. tab pelepasan lambat 300 mg*   60 tab/bulan.
5. tab pelepasan lambat 400 mg*   60 tab/bulan.
10 risperidon
a) Untuk skizofrenia.
b) Adjunctive treatment pada pasien
bipolar yang tidak memberikan
respons dengan pemberian litium
atau valproat.
1. tab 1 mg*   60 tab/bulan.
2. tab 2 mg*    90 tab/bulan.

jdih.kemkes.go.id
- 141 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
Terapi awal dapat diberikan di
puskesmas yang memiliki tenaga
kesehatan terlatih dan
mempunyai surat penugasan
dari Kementerian Kesehatan.
3. tab 3 mg*   60 tab/bulan.
Hanya dapat diresepkan oleh
Dokter Spesialis Kedokteran
Jiwa.
4. oral solution 1 mg/mL   5 btl/bulan.
11 trifluoperazin*
Hanya dapat diresepkan oleh Dokter
Spesialis Kedokteran Jiwa.
1. tab sal selaput 5 mg   90 tab/bulan.
23.5 OBAT untuk ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
1 metilfenidat
1. tab 10 mg   90 tab/bulan.
2. tab lepas lambat 18 mg   30 tab/bulan.
3. tab lepas lambat 36 mg   30 tab/bulan.
23.6 OBAT untuk GANGGUAN BIPOLAR
1 litium karbonat
Harus dilakukan pemeriksaan fungsi
ginjal (creatinin clearance > 60
mL/min).
1. tab 200 mg   180 tab/bulan.
2. tab 400 mg   90 tab/bulan.
2 valproat*
1. tab lepas lambat 250 mg   60 tab/bulan.
2. tab lepas lambat 500 mg   60 tab/bulan.
3. tab sal enterik 250 mg   60 tab/bulan.
23.7 OBAT untuk PROGRAM KETERGANTUNGAN

jdih.kemkes.go.id
- 142 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
Catatan: Disediakan oleh program
Kemenkes.
1 metadon
Hanya diberikan di puskesmas yang
sudah terlatih dan mempunyai
sertifikat yang ditunjuk oleh
Kementerian Kesehatan.
1. sir 50 mg/5 mL   
24. RELAKSAN OTOT PERIFER dan PENGHAMBAT KOLINESTERASE
24.1 RELAKSAN OTOT PERIFER
1 atrakurium
Hanya untuk tindakan anestesi dan
pasien ICU yang memerlukan,
karena menggunakan ventilator.
1. inj 10 mg/mL  
2 pankuronium
1. inj 2 mg/mL  
3 rokuronium
1. inj 10 mg/mL  
4 suksinilkolin
1. inj 20 mg/mL  
2. inj 50 mg/mL (i.v./i.m.)  
3. serb inj 100 mg (i.v./i.m.)  
24.2 REVERSAL RELAKSAN OTOT
1 neostigmin
1. inj 0,5 mg/mL  
2 sugammadeks
Hanya untuk pasien yang telah
mengalami desaturasi oksigen pada
kesulitan penguasaan jalan nafas
saat anestesi umum oleh relaksan
otot rokuronium.

jdih.kemkes.go.id
- 143 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1. inj 100 mg/mL 
24.3 OBAT untuk MIASTENIA GRAVIS
1 neostigmin
1. inj 0,5 mg/mL  
2 piridostigmin
1. tab 60 mg   120 tab/bulan.
24.4 OBAT ANTI DEMENSIA
1 donepezil
a) Hanya untuk demensia alzheimer
ringan sampai sedang.
b) Hanya diresepkan oleh dokter
spesialis neurologi berdasarkan
pemeriksaan neurobehaviour.
1. tab sal selaput 5 mg  30 tab/bulan.
2. tab dispersible 10 mg   30 tab/bulan.
25. OBAT untuk SALURAN CERNA
25.1 ANTASIDA dan ANTIULKUS
1 antasida
1. tab kunyah   
2. susp   
2 cisaprid
a) Tidak diberikan pada pasien
dengan QT interval awal ≥ 400
ms.
b) Dilakukan evaluasi EKG
(pengukuran QT interval) pada
akhir bulan pertama terapi
untuk menentukan obat
diteruskan atau tidak.
c) Jika tidak ada perbaikan setelah
2 minggu, maka terapi
dihentikan.

jdih.kemkes.go.id
- 144 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1. tab 5 mg   90 tab/bulan. Maks
3 bulan.
3 esomeprazol
1. serb inj 40 mg (i.v.)   1 amp/hari maks 3
hari.
4 lansoprazol
1. kaps 30 mg   30 kaps/bulan.
a) Untuk terapi jangka pendek
pada kasus tukak lambung,
tukak duodenum dan refluks
esofagitis.
b) Diberikan 1 jam sebelum
makan.
2. serb inj 30 mg   1−3 amp/hari maks
3 hari.
Untuk pasien IGD atau rawat
inap dengan riwayat perdarahan
saluran cerna.
5 omeprazol
1. kaps 20 mg    30 kaps/bulan.
a) Untuk terapi jangka pendek
pada kasus tukak lambung,
tukak duodenum dan refluks
esofagitis.
b) Diberikan 1 jam sebelum
makan.
2. inj 40 mg    1−3 amp/hari maks
3 hari.
Untuk pasien IGD atau rawat
inap dengan riwayat perdarahan
saluran cerna.
6 ranitidin
1. tab 150 mg    30 tab/bulan.

jdih.kemkes.go.id
- 145 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
2. inj 25 mg/mL   2 amp/hari.
7 sukralfat
1. tab 500 mg   60 tab/bulan.
2. susp 500 mg/5 mL  
25.2 ANTIEMETIK
1 deksametason
Hanya untuk menyertai terapi
antineoplastik.
1. inj 5 mg/mL  
2 dimenhidrinat
1. tab 50 mg   
3 domperidon
1. tab 10 mg   
2. sir 5 mg/5 mL   
3. drops 5 mg/mL  
4 klorpromazin
1. tab 25 mg   
2. inj 5 mg/mL (i.m.)   
3. inj 25 mg/mL (i.m.)   
5 metoklopramid
1. tab 5 mg   
2. tab 10 mg   
3. inj 5 mg/mL   
6 ondansetron
a) tab: Pencegahan mual dan
muntah pada kemoterapi dan
radioterapi. Tidak untuk
dispepsia.
b) inj: Untuk mencegah muntah
pada pemberian kemoterapi yang
highly emetogenic.
1. tab 4 mg   Maks 3 tab/hari

jdih.kemkes.go.id
- 146 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
2. tab 8 mg   pascakemoterapi
atau
pascaradioterapi,
maks 5 hari.
3. inj 2 mg/mL   Inj diberikan 1 amp
sebelum kemoterapi.
25.3 ANTIHEMOROID
1 antihemoroid, kombinasi KDT/FDC
mengandung:
a. bismut subgalat
b. heksaklorofen
c. lidokain
d. seng oksida
1. sup    5 sup/kasus.
25.4 ANTISPASMODIK
1 atropin
1. tab 0,5 mg   
2. inj 0,25 mg/mL (i.v./s.k.)   
2 hiosin butilbromida
1. tab 10 mg   
2. inj 20 mg/mL  
25.5 OBAT untuk DIARE
1 atapulgit
1. tab   
Catatan: Dilarutkan dalam 200 mL
air.
2 garam oralit
1 serb   
3 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. kaolin 550 mg
b. pektin 20 mg
1. tab   

jdih.kemkes.go.id
- 147 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
4 loperamid
Tidak digunakan untuk anak.
1. tab 2 mg   a) < 60 tahun: 10
tab/kasus.
b) ≥ 60 tahun: 4
tab/kasus.
5 zinc
Harus diberikan bersama oralit
selama 10 hari.
1. tab dispersible 20 mg   
2. sir 20 mg/5 mL   
3. drops 10 mg/mL    2 btl/kasus.
Untuk anak usia < 2 tahun.
25.6 KATARTIK
1 bisakodil
1. tab sal 5 mg    2 tab/hari selama 5
hari kecuali untuk
konstipasi kronis.
2. sup 5 mg    3 sup/kasus.
3. sup 10 mg    3 sup/kasus.
2 gliserin
1. obat luar 100 mg/mL   
3 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. parafin
b. gliserin
c. fenolftalein
1. emulsi  
4 laktulosa
1. sir 3,335 g/5 mL   
5 natrium fosfat
1. lar oral  

jdih.kemkes.go.id
- 148 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
Hanya digunakan pada tindakan
colonoscopy.
6 polietilen glikol
1. serb  
25.7 OBAT untuk ANTIINFLAMASI
1 mesalazin
1. tab sal enterik 250 mg  
Untuk episode akut colitis
ulcerativa atau colitis ulcerativa
yang hipersensitif terhadap
sulfonamida.
2. enema 4 gram   7 enema/kasus.
a) Hanya untuk ulcerative colitis
di rektum & sigmoid colon
dan descending colon dengan
kondisi akut atau
perdarahan.
b) Hanya boleh diresepkan oleh
dokter spesialis penyakit
dalam.
2 sulfasalazin
1. kapl sal enterik 500 mg  
25.8 LAIN–LAIN
1 asam ursodeoksikolat
1. kaps 250 mg  
2 somatostatin
a) Untuk kasus perdarahan varises
esofagus akut.
b) Diberikan intravenous drip 250
mcg per jam.
1. inj 3 mg   2 amp/hari, maks 5
hari.

jdih.kemkes.go.id
- 149 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
26. OBAT untuk SALURAN NAPAS
26.1 ANTIASMA
1 aminofilin
1. tab 150 mg   
2. tab 200 mg   
3. inj 24 mg/mL  PP  
2 budesonid
1. serb ih 100 mcg/dosis*    - Asma persisten
ringan-sedang: 1
tbg/bulan.
- Asma persisten
berat: 2 tbg/bulan.
Untuk rumatan asma (Tidak
untuk serangan asma akut).
2. serb ih 200 mcg/dosis*    Asma persisten
berat: 2 tbg/bulan.
Untuk rumatan asma (Tidak
untuk serangan asma akut).
3. cairan ih 0,25 mg/mL    Hari pertama maks
10 mL perhari,
selanjutnya 4−8 mL
perhari selama 5
hari.
Hanya untuk serangan asma
akut.
4. cairan ih 0,5 mg/mL    Hari pertama maks
10 mL perhari,
selanjutnya 4−8 mL
perhari selama 5
hari.
Hanya untuk serangan asma
akut.

jdih.kemkes.go.id
- 150 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
3 epinefrin (adrenalin)
1. inj 1 mg/mL   
4 fenoterol HBr*
Hanya untuk serangan asma akut.
1. aerosol 100 mcg/puff   1 tbg/bulan.
2. cairan ih 0,1%   1 tbg/bulan.
5 flutikason propionat
1. cairan ih 0,5 mg/dosis    Hari pertama maks 5
vial/hari, selanjutnya
2 vial/hari paling
lama 5 hari.
Hanya untuk serangan asma
akut.
2. MDI/ aerosol 50 mcg/dosis*   1 canister/bulan.
Untuk rumatan asma (Tidak
untuk serangan asma akut).
6 ipratropium bromida*
a) Untuk pasien PPOK dengan
eksaserbasi akut.
b) Tidak untuk jangka panjang.
1. aerosol 0,02 mg/dosis    1 canister/bulan.
7 kombinasi KDT/FDC, setiap dosis
mengandung:
a. budesonid 80 mcg
b. formoterol 4,5 mcg
a) Untuk terapi rumatan pada
pasien asma.
b) Untuk terapi pelega pada
asma persisten ringan-berat.
c) Tidak diindikasikan untuk
bronkospasme akut.

jdih.kemkes.go.id
- 151 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1. ih*   Asma persisten
ringan-sedang: 3
tbg/bulan.
Asma persisten
berat: 4 tbg/bulan.
8 kombinasi KDT/FDC, setiap dosis
mengandung:
a. budesonid 160 mcg
b. formoterol 4,5 mcg
a) Untuk terapi rumatan pada
pasien asma.
b) Untuk terapi pelega pada
asma dari intermiten sampai
persisten ringan-berat.
c) Untuk terapi rumatan pada
pasien PPOK.
d) Tidak diindikasikan untuk
bronkospasme akut.
1. ih*   - Asma intermiten: 1
tbg/bulan.
- Asma persisten
ringan: 2
tbg/bulan.
- Asma persisten
sedang-berat: 3−4
tbg/bulan.
- PPOK: 2 tbg/bulan.
9 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. ipratropium 0,02 mg
bromida
b. fenoterol 0,05 mg
hidrobromida
1. aerosol*  

jdih.kemkes.go.id
- 152 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
10 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. ipratropium 0,5 mg
bromida
b. salbutamol 2,5 mg
Hanya untuk:
a) Serangan asma akut.
b) Sebagai nebulizer di UGD dan
ruang perawatan.
1. cairan ih    Hari pertama maks 8
vial/hari, selanjutnya
maks 4 vial/hari
paling lama 5 hari.
Kasus ICU maks 10
vial/hari.
11 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. salmeterol 25 mcg
b. flutikason 50 mcg
propionat
Tidak diberikan pada kasus asma
akut.
1. ih*   1 tbg/bulan.
12 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. salmeterol 50 mcg
b. flutikason 100 mcg
propionat
Tidak diberikan pada kasus asma
akut.
1. serb ih*   1 diskus/bulan.
13 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. salmeterol 50 mcg
b. flutikason 250 mcg
propionat

jdih.kemkes.go.id
- 153 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
Tidak diberikan pada kasus asma
akut.
1. serb ih*   1 diskus atau 60
kapsul per bulan.
14 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. salmeterol 50 mcg
b. flutikason 500 mcg
propionat
Hanya untuk asma persisten berat.
1. serb ih   1 diskus atau 60
kapsul per bulan.
15 metilprednisolon
1. tab 4 mg*   Maks 10 tab/kasus.
2. tab 8 mg*  
3. tab 16 mg  
4. inj 125 mg   
Pemberian di Faskes Tk. 1 hanya
untuk serangan asma akut.
16 prednison
1. tab 5 mg   
17 prokaterol
Hanya untuk nocturnal asthma yang
tidak respons dengan pemberian
salbutamol.
1. serb ih 10 mcg  
2. cairan ih 30 mcg  
3. cairan ih 50 mcg  
18 salbutamol
1. tab 2 mg*   
2. cairan ih 1 mg/mL    Hari pertama maks 8
vial/hari, selanjutnya
maks 4 vial/hari.

jdih.kemkes.go.id
- 154 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
Kasus di ICU maks
10 vial/hari.
Hanya untuk serangan asma
akut dan/atau bronkospasme
yang menyertai PPOK atau SOPT
(Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis).
3. sir 2 mg/5 mL*  
4. MDI/aerosol 100 mcg/dosis*   - Asma persisten
ringan-berat,
SOPT: 1 tbg/bulan.
- PPOK: 2 tbg/bulan.
a) Sebagai pelega pada asma
kronis disertai pemberian
bersama kombinasi steroid
inhalasi dan beta 2 agonis
kerja panjang; atau
b) Digunakan untuk
bronkospasme yang
menyertai PPOK; atau
c) Digunakan untuk
bronkospasme yang
menyertai SOPT (Sindrom
Obstruksi Pasca
Tuberkulosis).
5. serb ih 200 mcg/kaps+rotahaler*  
19 teofilin*
1. tab 150 mg  
2. tab lepas lambat 300 mg  
20 terbutalin
1. tab 2,5 mg*  
2. sir 1,5 mg/5 mL   1 btl/kasus.

jdih.kemkes.go.id
- 155 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
3. inj 0,5 mg/mL (s.k./i.v.)    4 amp/hari.
Hanya untuk serangan asma
akut dan/atau PPOK.
4. cairan ih 2,5 mg/mL    Hari pertama maks 8
vial/hari, selanjutnya
maks 4 vial/hari.
Kasus di ICU maks
10 vial/hari.
Hanya untuk serangan asma
akut dan/atau PPOK.
5. serb ih 0,50 mg/dosis*   1 tbg/bulan.
Hanya untuk serangan asma
akut dan/atau PPOK.
21 tiotropium*
Hanya digunakan untuk asma
persisten berat.
1. cairan ih 2,5 mcg/semprot   1 cartridge/bulan, 1
alat respimat/3
bulan.
2. cairan ih 2,5 mcg/semprot, refill   1 cartridge/bulan.
26.2 ANTITUSIF
1 kodein
1. tab 10 mg   
2. tab 15 mg   
3. tab 20 mg   
26.3 EKSPEKTORAN
1 n-asetil sistein
1. ih 100 mg/mL   3 amp/hari paling
lama 10 hari.
2. kaps 200 mg*    Maks 10
kaps/kasus.
3. granula 200 mg   3 x sehari (600

jdih.kemkes.go.id
- 156 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
mg/hari).
26.4 OBAT untuk PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS
1 glikopironium
1. serb ih 50 mcg   30 kaps
inhalasi/bulan.
2 indakaterol*
1. serb ih 150 mcg   30 kaps
2. serb ih 300 mcg   inhalasi/bulan.

3 ipratropium bromida
a) Untuk pasien PPOK dengan
eksaserbasi akut.
b) Tidak untuk jangka panjang.
1. aerosol 0,02 mg/dosis*    1 canister/bulan.
2. cairan ih 0,025%  PP  
4 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. indakaterol 110 mcg
b. glikopironium 50 mcg
Obat lini kedua untuk PPOK berat
yang tidak respons lagi dengan LABA
atau LAMA atau LABACs.
1. serb ih+alat breezhaler  30 kaps/bulan.
5 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. ipratropium 0,5 mg
bromida
b. salbutamol 2,5 mg
Hanya untuk:
a) Bronkospasme yang
menyertai PPOK.
b) Sebagai nebulizer di UGD dan
ruang perawatan.
1. cairan ih    - Hari pertama maks
8 vial/hari,

jdih.kemkes.go.id
- 157 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
selanjutnya maks 6
vial/hari paling
lama 15 hari.
- Kasus ICU maks 10
vial/hari.
6 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. salmeterol 50 mcg
b. flutikason 250 mcg
propionat
1. serb ih*   1 diskus atau 60
kapsul per bulan.
7 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. salmeterol 50 mcg
b. flutikason 500 mcg
propionat
1. serb ih*   1 diskus atau 60
kapsul per bulan.
8 kombinasi KDT/FDC mengandung:

a. tiotropium 2,5 mcg

b. olodaterol 2,5 mcg

Obat lini kedua untuk PPOK berat


yang tidak respons lagi dengan LABA
atau LAMA atau LABACs.
1. cairan ih  1 cartridge/bulan, 1
alat respimat/3
bulan.
2. cairan ih, refill  1 cartridge /bulan.

9 olodaterol*
Tidak untuk mengatasi eksaserbasi
akut.
1. cairan ih 2,5 mcg/semprot   1 cartridge/bulan, 1
alat respimat/3

jdih.kemkes.go.id
- 158 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
bulan.
2. cairan ih 2,5 mcg/semprot, refill   1 cartridge/bulan.
10 tiotropium*
1. cairan ih 2,5 mcg/semprot   1 cartridge/bulan, 1
alat respimat/3
bulan.
2. cairan ih 2,5 mcg/semprot, refill   1 cartridge/bulan.
26.5 LAIN–LAIN
1 surfaktan
Hanya untuk IRDS (Idiopathic
Respiratory Distress Syndrome) pada
neonatus.
1. susp 25 mg/mL (intratrakeal)  
27. OBAT UNTUK SALURAN KEMIH
1 imidafenasin
a) Untuk indikasi Overactive
Bladder (OAB) atau
Inkontinensia tipe Desakan (Urge
Urinary Incontinence).
b) Didasarkan pada hasil
pemeriksaan urodinamik atau
memenuhi syarat minimum
sebagai berikut: anamnesa,
pemeriksaan fisik, urinalisa,
catatan harian berkemih
(Bladder Diary), kuesioner
(OABSS) dan pemeriksaan residu
urine.
c) Hanya boleh diresepkan oleh
dokter spesialis urologi atau
dokter spesialis uroginekologi.
1. tab sal selaput 0,1 mg   Maks 3 bulan.

jdih.kemkes.go.id
- 159 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
2 solifenasin
a) Untuk indikasi Overactive
Bladder (OAB) atau
Inkontinensia tipe Desakan (Urge
Urinary Incontinence).
b) Didasarkan pada hasil
pemeriksaan urodinamik atau
memenuhi syarat minimum
sebagai berikut: anamnesa,
pemeriksaan fisik, urinalisa,
catatan harian berkemih
(Bladder Diary), kuesioner
(OABSS) dan pemeriksaan residu
urine.
c) Hanya boleh diresepkan oleh
dokter spesialis urologi atau
dokter spesialis uroginekologi.
1. tab 5 mg   Maks 3 bulan.
2. tab 10 mg  

28. OBAT yang MEMENGARUHI SISTEM IMUN


28.1 SERUM dan IMUNOGLOBULIN
1 hepatitis B imunoglobulin (human)
Untuk bayi baru lahir dengan ibu
HBsAg positif.
1. inj 100−220 IU   
2 human tetanus imunoglobulin
Untuk:
a) Luka baru terkontaminasi pada
pasien dengan riwayat vaksinasi
tetanus yang tidak
diketahui/tidak lengkap.
b) Manifestasi tetanus secara klinis.

jdih.kemkes.go.id
- 160 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1. inj 250 IU (i.m.)   
2. inj 500 IU (i.m.)   
3 imunoglobulin intravena
a) Hanya digunakan apabila syarat
untuk plasmaferesis tidak
terpenuhi pada terapi:
- Guillain–Barré syndrome (GBS).
- Krisis miastenia.
b) Untuk krisis miastenia, dapat
diberikan di Faskes Tk. 2 dan 3
yang memiliki fasilitas ICU.
1. inj 50 mg/mL  40 amp/kasus.
4 serum anti bisa ular :
a) Khusus untuk daerah tertentu.
b) Disimpan pada suhu 2−8 0C.
A.B.U. I (khusus ular dari luar
Papua)
1. inj (i.m./i.v.)   
A.B.U.II (khusus ular dari Papua)
1. inj (i.m./i.v.)   
Catatan: Disediakan oleh Program
Kemenkes.
5 serum antidifteri (A.D.S)
Disimpan pada suhu 2−8 0C.
1. inj 10.000 IU  
6 serum antirabies
a) Digunakan untuk pengobatan
post exposure di daerah rabies.
b) Disimpan pada suhu 2−8 0C.
1. inj 150−400 IU/mL   
7 serum antitetanus (A.T.S)
Disimpan pada suhu 2−8 0C.

jdih.kemkes.go.id
- 161 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
Untuk pencegahan:
1. inj 1.500 IU/mL (i.m.)   
2. inj 5.000 IU/mL (i.m.)   
Untuk pengobatan :
1. inj 10.000 IU (i.m/i.v.)   
2. inj 20.000 IU (i.m/i.v.)   
8 tetanus toxoid
1. inj   
28.2 VAKSIN
Catatan:
a) Disediakan oleh Program Kemenkes.
b) Disimpan pada suhu 2−8 0C.
1 vaksin BCG
a) Disimpan dekat evaporator.
b) Vaksin yang telah dilarutkan
tetapi tidak segera digunakan
maka harus disimpan pada suhu
2−8 0C tidak lebih dari 3 jam
penyimpanan.
1. serb inj 0,75 mg/mL+pelarut   
(i.k.)
2 vaksin DPT-HB-Hib
1. inj (i.m.)   
3 vaksin hepatitis B rekombinan
Diberikan pada bayi < 24 jam
pascalahir dengan didahului
suntikan vitamin K1 2−3 jam
sebelumnya.
1. Prefilled Injection Device (Uniject)   
(i.m)
4 vaksin jerap difteri tetanus (DT)
Untuk anak < 7 tahun.

jdih.kemkes.go.id
- 162 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1. inj 40/15 lf/mL (i.m.)   
5 vaksin jerap tetanus difteri (Td)
Untuk anak dan dewasa ( ≥ 7 tahun)
1. inj 15/4 lf/mL (i.m.)   
6 vaksin measles rubella (MR)
a) Disimpan dekat evaporator.
b) Vaksin yang telah dilarutkan
disimpan pada suhu 2−8 0C
selama dan harus digunakan
sebelum lewat 6 jam.
c) Digunakan pada usia 9 bulan, 18
bulan, dan kelas 1 SD.
1. inj (s.k.)   
7 vaksin polio IPV
1. inj (i.m.)   
8 vaksin polio oral (b-OPV)
1. drops   
9 vaksin rabies, untuk manusia
Digunakan untuk post exposure di
daerah rabies.
1. inj+booster   
2. inj 2,5 IU   
29. OBAT untuk TELINGA, HIDUNG, dan TENGGOROK
Catatan: dibuat baru, recenter
paratus (r.p.).
1 asam asetat
1. tts telinga 2%   
2 flutikason furoat
Pemberian hanya pada pagi hari
dengan dosis 1 kali sehari.
1. susp 27,5 mcg/spray   1 btl/bulan.

jdih.kemkes.go.id
- 163 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
Catatan: Dibuat baru, recenter
paratus (r.p.).
3 hidrogen peroksida
a) Disimpan dalam botol kedap
udara, terlindung dari cahaya.
b) Untuk diencerkan sampai 3%.
1. cairan 3%   
4 karbogliserin
1. tts telinga 10 %   
5 kloral hidrat
1. lar  
6 kloramfenikol
Untuk infeksi telinga dengan
membran timpani yang utuh.
1. tts telinga   
7 lidokain
1. spray topikal 10%   
8 oksimetazolin
1. tts hidung 0,025%   
2. semprot hidung 0,05%   
9 ofloksasin
1. tts telinga 3%  
10 triamsinolon asetonid
1. nasal spray 55 mcg/puff  
30. VITAMIN dan MINERAL
1 asam askorbat (vitamin C)
1. tab 50 mg   
2. tab 250 mg   
2 ergokalsiferol (vitamin D2)
Hanya untuk pasien hipoparatiroid
pemeriksaan kadar kalsium ion 1,1−
2,5 mmol.

jdih.kemkes.go.id
- 164 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1. kaps 50.000 IU  
2. susp 10.000 IU/mL  
3 garam Fe
1. setara dengan Fe elemental 60   
mg.
4 kalsitriol*
Hanya untuk penyakit ginjal kronis
grade 5 atau pasien hipoparatiroid
pemeriksaan kadar kalsium ion
1,1−2,5 mmol.
1. kaps lunak 0,25 mcg   90 kaps/bulan.
2. kaps lunak 0,5 mcg   90 kaps/bulan.
5 kalsium glukonat
1. inj 10%   
6 kalsium karbonat*
1. tab 500 mg   
7 kalsium laktat (kalk)
Untuk hipoparatiroidisme.
1. tab 500 mg   
Catatan: Disediakan oleh Program
Kemenkes.
8 kombinasi KDT/FDC mengandung:
a. Fe sulfat/Fe (setara
fumarat/Fe dengan 60
glukonat mg Fe
elemental)
b. asam folat 0,4 mg
1. tab sal   
9 piridoksin (vitamin B6)
1. tab 10 mg*    30 tab/bulan.
2. tab 25 mg*    30 tab/bulan.
3. inj 50 mg/mL  

jdih.kemkes.go.id
- 165 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
10 retinol (vitamin A)
1. kaps lunak 100.000 IU   
2. kaps lunak 200.000 IU   
11 sianokobalamin (vitamin B12)*
1. tab 50 mcg    30 tab/bulan.
12 tiamin (vitamin B1)*
1. tab 50 mg    30 tab/bulan.
13 vitamin B kompleks
1. tab    30 tab/bulan.
31. OBAT yang MEMENGARUHI STRUKTUR dan MINERALISASI TULANG
1 alendronat
a) Pasien dengan osteoporosis, hasil
pemeriksaan BMD DXA, T score
< -2,5 (bukan BMD ultrasound);
atau
b) Riwayat fraktur osteoporosis.
1. tab 70 mg  4 tab/bulan.
2 asam zoledronat
a) Pasien dengan osteoporosis, hasil
pemeriksaan BMD DXA, T score
< -2,5 (bukan BMD ultrasound);
atau
b) Riwayat fraktur osteoporosis.
1. inf 5 mg/100 mL 
3 risedronat
a) Pasien dengan osteoporosis, hasil
pemeriksaan BMD DXA, T score
< -2,5 (bukan BMD ultrasound);
atau
b) Riwayat fraktur osteoporosis.
1. tab sal selaput 35 mg  4 tab/bulan.

jdih.kemkes.go.id
- 166 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
4 sodium hialuronat
a) Hanya diberikan untuk OA grade
II−III (klasifikasi Kellgren-
Lawrence).
b) Diberikan pada pasien yang
sudah tidak respons dengan
parasetamol atau NSAID atau
ada kontraindikasi.
c) Bila 3 kali pemberian tidak
memberikan respons klinis
signifikan, maka terapi
dihentikan.
1. inj 10 mg/mL   Diberikan 1 vial/pre-
filled syringe per
minggu. Maks 5
vial/pre-filled syringe
per kasus.
32. LAIN–LAIN
1 larutan kardioplegia
1. inj 
2 kalsium polistiren sulfonat
1. serb 5 g   15−30 gram/hari
dibagi dalam 2−3 kali
pemberian.
Maks selama 5 hari
sampai dengan
dialisis dilakukan.
3 sevelamer karbonat
Hanya untuk pasien CKD stage 5
dialisis dengan kadar fosfat > 5,5
mg/dL dan kadar kalsium > 9 mg/dL
yang tidak dapat diberikan kalsium
karbonat.

jdih.kemkes.go.id
- 167 -

SUB KELAS TERAPI/NAMA FASILITAS


KELAS GENERIK/SEDIAAN/KEKUATAN KESEHATAN PERESEPAN
TERAPI DAN MAKSIMAL
TK 1 TK 2 TK 3
RESTRIKSI PENGGUNAAN
1. tab 800 mg  

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI G. SADIKIN

jdih.kemkes.go.id
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

 
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

STANDAR KOMPETENSI
DOKTER INDONESIA

KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA


Indonesian Medical Council
Jakarta 2012

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

Edisi Kedua, 2012


Cetakan Pertama, Desember 2012

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Standar Kompetensi Dokter Indonesia.--


Jakarta : Konsil Kedokteran Indonesia, 2012
xx hlm.: 17,5 x 24 cm.

ISBN 979-15546-4-1
1. Kedokteran – Studi dan pengajaran 610.71

Penerbit :
Konsil Kedokteran Indonesia
Jalan Teuku Cik Di Tiro No. 6, Menteng, Jakarta Pusat
Telpon : 62-21-31923181, 31923197-99
Fax : 62-21-31923212

Standar Kompetensi Dokter Indonesia ii  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Kata Pengantar

Setelah 5 (lima) tahun Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) diterapkan, maka
perlu dilakukan evaluasi dan revisi, untuk disesuaikan dengan tuntutan pelayanan dan
kebutuhan masyarakat saat ini yang dikaitkan dengan Sistem Kesehatan dan Sistem
Jaminan Sosial Nasional.
Untuk melaksanakan hal tersebut, telah dilakukan perencanaan dan persiapan yang
matang, dengan membentuk Kelompok Kerja Standar Pendidikan Dokter Indonesia
oleh Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia, yang dalam langkah awal
evaluasi dan revisi SKDI ini, melakukan pengumpulan data dari berbagai para
pemangku kepentingan melalui beberapa kali survai dan proses validasi bersama para
pakar dalam bidang terkait serta para pemangku kepentingan lainnya termasuk para
pimpinan institusi pendidikan kedokteran dan Konsil Kedokteran Indonesia.
Setelah melalui proses yang panjang, revisi buku Standar Kompetensi Dokter
Indonesia yang disusun oleh kelompok kerja Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran
Indonesia (Prof. Rahmatina Bustami Herman, dr, Ph.D dkk), yang berkoordinasi dan
berdiskusi secara intensif dengan kelompok kerja Konsil Kedokteran, kelompok kerja
Ikatan Dokter Indonesia, kelompok kerja Perhimpunan Dokter Umum Indonesia, para
pengguna dan pemangku kepentingan lain, yaitu Kementerian Kesehatan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ikatan Dokter Indonesia, Kolegium Dokter
Indonesia, Kolegium-Kolegium Dokter Spesialis, Ikatan Rumah Sakit Pendidikan
Indonesia, Perhimpunan Dokter Umum Indonesia., maka setelah juga melalui proses
panjang pengkajian mendalam dan editing oleh kelompok kerja Konsil Kedokteran
(sebelum disahkan Konsil Kedokteran Indonesia), akhirnya revisi buku ini dapat
diselesaikan.
Walaupun begitu, sangat disadari bahwa tidak akan ada gading yang tidak retak,
karena disana-sini mungkin masih terdapat kekurangan,sehingga kritik dan saran
yang membangun akan kami terima dan sangat kami hargai.

Jakarta, Desember 2012

Wawang Setiawan Sukarya, dr, Sp.OG, MARS, MH.Kes


Ketua Divisi Standar Pendidikan Profesi Konsil Kedokteran - KKI

iii  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

Kontributor

A. Konsil Kedokteran
• Prof. Menaldi Rasmin, dr, Sp.P - Ketua Konsil Kedokteran Indonesia
• Prof. Dr. Hardyanto Soebono, dr, Sp.KK - Ketua Konsil Kedokteran
• Wawang S Sukarya, dr, Sp.OG, MARS, MH.Kes - Ketua Divisi Standar Pendidikan
Profesi, Konsil Kedokteran
• Dr.Yoga Yuniadi,dr,Sp.JP- Divisi Standar Pendidikan Profesi, Konsil Kedokteran
• Daryo Soemitro, dr, Sp.BS - Ketua Divisi Registrasi, Konsil Kedokteran
• Dr. Fachmi Idris, dr, M.Kes - Divisi Registrasi, Konsil Kedokteran
• Muhammad Toyibi, dr, Sp.JP - Ketua Divisi Pembinaan, Konsil Kedokteran
• Sumaryono Rahardjo, SE, MBA – Divisi Pembinaan, Konsil Kedokteran

B. Pokja Divisi Standar Pendidikan Profesi Konsil Kedokteran


• Prof. Errol Hutagalung, dr, Sp.B, Sp.OT - Anggota Pokja Divisi Standar
Pendidikan Profesi
• Prof. I.O.Marsis, dr, Sp.OG - Anggota Pokja Divisi Standar Pendidikan Profesi
• Dr. Siti Pariani, dr, M.Sc, PhD - Ketua Pokja Divisi Standar Pendidikan Profesi
• Kusmarinah Bramono, dr, Sp.KK, PhD - Anggota Pokja Divisi Standar Pendidikan
Profesi
• Rini Sundari, dr, Sp.PK, M.Kes - Anggota Pokja Divisi Standar Pendidikan Profesi
• Jan Prasetyo, dr, Sp.KJ - Anggota Pokja Divisi Standar Pendidikan Profesi
• Muzakir Tanzil, dr, Sp.M - Anggota Pokja Divisi Standar Pendidikan Profesi
• Setyo Widi Nugroho,dr,Sp.BS - Anggota Pokja Divisi Standar Pendidikan Profesi

C. Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia


• Prof. Ali Ghufron Mukti, dr, MSc, Ph.D - Ketua Asosiasi Institusi Pendidikan
Kedokteran Indonesia
• Prof. Rahmatina Bustami Herman, dr, Ph.D - Ketua Pokja Asosiasi Institusi
Pendidikan Kedokteran Indonesia
• Wiwik Kusumawati, dr, M.Kes - Sekretaris Pokja Asosiasi Institusi
Pendidikan Kedokteran Indonesia
• Bethy S. Hernowo, dr, Sp.PA, Ph.D - Anggota Pokja Asosiasi Institusi
Pendidikan Kedokteran Indonesia
• Dhanasari V. Trisna, dr, M.Sc, CM-FM - Anggota Pokja Asosiasi Institusi
Pendidikan Kedokteran Indonesia
ƒ Irwin Aras, dr, M.Epid - Anggota Pokja Asosiasi Institusi Pendidikan
Kedokteran Indonesia
ƒ Nur Azid Mahardinata, dr - Anggota Pokja Asosiasi Institusi Pendidikan
Kedokteran Indonesia
ƒ Rahmad Sarwo Bekti, dr - Anggota Pokja Asosiasi Institusi Pendidikan
Kedokteran Indonesia
ƒ Dr. med, Setiawan, dr - Anggota Pokja Asosiasi Institusi Pendidikan
Kedokteran Indonesia

Standar Kompetensi Dokter Indonesia iv  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

ƒ Rr. Titi Savitri Prihatiningsih, dr, M.A, M.Med.Ed., Ph.D - Anggota Pokja
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
ƒ Prof. Dr. Tri Nur Kristina, dr, DMM, M.Kes - Anggota Pokja Asosiasi
Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia
ƒ Syeida Handoyo, dr - Anggota Pokja Asosiasi Institusi Pendidikan
Kedokteran Indonesia
ƒ Hilda Dwijayanti, dr - Anggota Pokja Asosiasi Institusi Pendidikan
Kedokteran Indonesia

D. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI)


• Prijosidipratomo, dr, Sp.Rad – Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia
• Slamet Budiarto, dr, SH, MH – Sekretaris Jenderal PB Ikatan Dokter Indonesia

E. Kolegium Dokter Indonesia (KDI)


• Prof. Dr. Irawan Yusuf, dr, PhD – Ketua Kolegium Dokter Indonesia

F. Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI)


• Daeng M Faqih, dr, MH
• Tony S Natakarman, dr
• Fakhrurozy, dr
• Abraham Andi Padlan Patarai, dr, M.Kes
• Imelda Dataud. dr
• Dr. Dollar, dr, SH, MH, MM
• Dr. Darwis Hartono, dr, MHA
• Albert J Santoso, dr

G. Penunjang (Sekretariat KKI)


• Astrid Satwoko, drg, MH.Kes (Sekretaris KKI)
• Anggota :
o Zahrotiah Akib Lukman, S.Sos, M.Kes
o Cempaka Dewi, drg
o Moch. Chairul, S.Sos, MAP
o Agus Wihartono, SH, MH
o Murtini, SE
o Wahyu Winarto, S.Sos
o Solihin, SKM
o Wakhyu Winarni, Amd
o Ninik Puspitayuli, Amd

v  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

Ucapan Terima Kasih Kepada


Mitra Bestari

Konsil Kedokteran Indonesia menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi


tingginya kepada semua pihak yang telah membantu, dimulai dari usulan draf-1
(pertama) hingga diterbitkannya buku Standar Kompetensi Dokter Indonesia ini.

A. Fakultas Kedokteran/Program Studi Kedokteran


1. Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Aceh
2. Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama, Aceh
3. Fakultas Kedokteran Universitas Malikusaleh, Aceh
4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan
5. Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia, Medan
6. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, Medan
7. Program Studi Kedokteran Universitas Muhammadiyah, Medan
8. Program Studi Kedokteran Universitas HKBP Nonmensen, Medan
9. Program Studi Kedokteran Universitas Prima Indonesia, Medan
10. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang
11. Fakultas Kedokteran Universitas Baiturahmah, Padang
12. Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Pekanbaru
13. Program Studi Kedokteran Universitas Abdur Rab, Pekanbaru
14. Program Studi Kedokteran Universitas Batam, Batam
15. Fakultas Kedokteran Universitas Jambi, Jambi
16. Program Studi Kedokteran Universitas Bengkulu, Bengkulu
17. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang
18. Program Studi Kedokteran Universitas Muhammadiyah, Palembang
19. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, Lampung
20. Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati, Lampung
21. Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan, Banten
22. Program Studi Kedokteran Universitas Islam Negeri, Banten
23. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
24. Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta
25. Fakultas Kedokteran Universitas YARSI, Jakarta
26. Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional, Jakarta
27. Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara, Jakarta
28. Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana, Jakarta
29. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, Jakarta
30. Fakultas Kedokteran Universitas Atmajaya, Jakarta
31. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah, Jakarta
32. Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi
33. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung
34. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung, Bandung
35. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung
36. Program Studi Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon
37. Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

Standar Kompetensi Dokter Indonesia vi  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

38. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang


39. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung, Semarang
40. Program Studi Kedokteran Universitas Muhammadiyah, Semarang
41. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta
42. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah, Surakarta
43. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
44. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
45. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta
46. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta
47. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya
48. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya
49. Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah, Surabaya
50. Program Studi Kedokteran Universitas Kristen Widiyamandala, Surabaya
51. Fakultas Kedokteran Universitas Jember, Jember
52. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang
53. Fakultas Kedokteran Universitas Islam, Malang
54. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah, Malang
55. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali
56. Program Studi Kedokteran Universitas Warmadewa, Denpasar
57. Fakultas Kedokteran Universitas Tanjung Pura, Pontianak
58. Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman, Samarinda
59. Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin
60. Program Studi Kedokteran Universitas Palangkaraya, Kalteng
61. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin, Ujungpandang
62. Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia, Ujungpandang
63. Program Studi Kedokteran Universitas Muhammadiyah Ujungpandang
64. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado
65. Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, Lombok
66. Fakultas Kedokteran Universitas Al-Azhar, Mataram
67. Program Studi Kedokteran Universitas Nusa Cendana, NTT
68. Program Studi Kedokteran Universitas Al-Khaerat, Palu
69. Program Studi Kedokteran Universitas Tadulako, Palu
70. Program Studi Kedokteran Universitas Haluoleo, Kendari
71. Program Studi Kedokteran Universitas Patimura, Ambon
72. Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih, Jayapura

B. Kolegium Kedokteran
1) Ketua Kolegium Dokter Indonesia
2) Ketua Kolegium Ilmu Bedah Indonesia
3) Ketua Kolegium Ilmu Kesehatan Anak
4) Ketua Kolegium Penyakit Dalam
5) Ketua Kolegium Obstetri dan Ginekologi
6) Ketua Kolegium Paru dan Respirasi Indonesia
7) Ketua Kolegium Psikiatri Indonesia
8) Ketua Kolegium Ofthalmologi Indonesia
9) Ketua Kolegium Anestesiologi dan Reanimasi Indonesia
10) Ketua Kolegium Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

vii  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

11) Ketua Kolegium Patologi Anatomi


12) Ketua Kolegium Urologi Indonesia
13) Ketua Kolegium Telinga, Hidung, Tenggorokan & Kepala dan Leher
14) Ketua Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
15) Ketua Kolegium Patologi Klinik Indonesia
16) Ketua Kolegium Kedokteran Forensik Indonesia
17) Ketua Kolegium Bedah Anak
18) Ketua Kolegium Ilmu Bedah Thoraks dan Kardiovaskular
19) Ketua Kolegium Radiologi Indonesia
20) Ketua Kolegium Neurologi Indonesia
21) Ketua Kolegium Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik
22) Ketua Kolegium Bedah Syaraf
23) Ketua Kolegium Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia
24) Ketua Kolegium Farmakologi
25) Ketua Kolegium Mikrobiologi Klinik
26) Ketua Kolegium Bedah Plastik Indonesia
27) Ketua Kolegium Parasitologi Klinik
28) Ketua Kolegium Andrologi Indonesia
29) Ketua Kolegium Gizi Klinik
30) Ketua Kolegium Kedokteran Okupasi
31) Ketua Kolegium Kedokteran Penerbangan
32) Ketua Kolegium Kedokteran Olah Raga
33) Ketua Kolegium Ilmu Akupunktur Indonesia
34) Ketua Kolegium Kedokteran Nuklir Indonesia
35) Ketua Kolegium Kedokteran Kelautan Indonesia
36) Ketua Kolegium Onkologi Radiasi Indonesia

C. Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan Indonesia

Standar Kompetensi Dokter Indonesia viii  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Kata Sambutan
Ketua Konsil Kedokteran Indonesia

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini makin terasa begitu pesat. Bagi
bidang kedokteran, hal ini berimplikasi pada dua hal yaitu sisi kepada penyedia jasa
layanan kedokteran serta, pada sisi pengguna jasa layanan kedokteran.
Pada sisi penyedia jasa layanan kedokteran, harus diartikan sebagai penyedia sumber
daya manusia dokter yang profesional : beretika serta moral tertinggi, kaya dengan
pengetahuan dan keterampilan yang mutakhir serta, mampu melakukan komunikasi
yang berwujud hubungan dokter-pasien yang baik.
Di sisi lain, masyarakat sudah semakin mudah memperoleh akses informasi termasuk
pengetahuan hal-hal terkait kesehatan-kedokteran. Masyarakat semakin sadar
terhadap hak-hak mereka sebagai pasien atau pribadi yang menggunakan jasa
layanan kedokteran.
Kedua hal diatas menjadi tantangan tanpa henti dalam dunia kedokteran baik di sisi
penyelenggaraan praktik kedokteran, dan juga disisi hulu, pendidikan kedokteran,
karena dari sinilah semua disiapkan.
Konsil Kedokteran Indonesia sebagai regulator profesi kedokteran yang dilahirkan
sesuai amanat Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran antara
lain memiliki tugas dan kewenangan untuk mengesahkan Standar Pendidikan Profesi
dan Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Mengikuti perkembangan global dan lokal,
standar ini secara teratur dikaji ulang dan dilakukan revisi pada bagian-bagian yang
dibutuhkan. Buku Standar Pendidikan Profesi dan Standar Kompetensi Dokter ini
merupakan penguatan dan pengembangan sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran serta sebagai upaya menjawab kebutuhan
masyarakat terhadap penjaminan mutu pendidikan kedokteran sebagai bagian terawal
dari tercapainya patient safety dalam penyelenggaraan praktik kedokteran.
Saya sampaikan penghargaan serta ucapan selamat dan terima kasih atas dedikasi
Tim Penyusun serta kontributor.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, Desember 2012

Prof. Menaldi Rasmin, dr, Sp.P


Ketua Konsil Kedokteran Indonesia

ix  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

Kata Sambutan
Ketua Konsil Kedokteran

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, bimbingan, petunjuk dan kekuatan-Nya kepada kita, buku revisi Standar
Kompetensi Dokter Indonesia yang kedua di Indonesia ini dapat diselesaikan. Buku
ini merupakan hasil karya dan kerja keras semua pemangku kepentingan yang
difasilitasi oleh Konsil Kedokteran; dan disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia
sesuai dengan yang diamanahkan oleh Undang-Undang RI No. 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran. Proses penyusunannya memakan waktu yang cukup lama
dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan antara lain Organisasi Profesi (IDI),
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI), Kolegium, dan
Kementerian Kesehatan RI.
Perkembangan dunia yang sedang memasuki era globalisasi dan era
perdagangan bebas yang melibatkan hampir semua sektor kehidupan, tidak terkecuali
dunia kedokteran, menuntut kita untuk meningkatkan profesionalisme para pelaku
dunia kedokteran. Amanah Undang-Undang RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran untuk merevisi buku Standar Kompetensi Dokter Indonesia menjadi lebih
sempurna lagi.
Kami sangat berharap agar revisi buku ini dapat dijadikan acuan bagi seluruh
pemangku kepentingan dan para pengelola pendidikan kedokteran di Indonesia agar
dapat menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas seperti yang kita harapkan
bersama.
Sebagai Ketua Konsil Kedokteran, saya mengucapkan selamat dan penghargaan
yang tinggi kepada Divisi Standar Pendidikan Profesi Konsil Kedokteran Indonesia,
Kelompok Kerja (POKJA) Divisi Standar Pendidikan Profesi Konsil Kedokteran,
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI), Ikatan Dokter Indonesia
(IDI), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, serta Kementerian Kesehatan RI.
Semoga revisi buku Standar Kompetensi Dokter Indonesia ini bermanfaat bagi kita
semua dan segala upaya yang telah dilakukan ini akan bermanfaat dalam mencapai
tujuan kita bersama.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, Desember 2012

Prof. Dr. Hardyanto Soebono, dr, Sp.KK


Ketua Konsil Kedokteran

Standar Kompetensi Dokter Indonesia x  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Kata Sambutan
Ketua Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Pendidikan kedokteran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan
kesehatan nasional. Penguasaan keilmuan, keterampilan, dan perilaku lulusan dokter
menjadi salah satu penentu utama kualitas pelayanan asuhan medis kepada masyarakat.
Oleh karena itu, pentingnya penjaminan mutu pendidikan kedokteran harus disadari oleh
segenap pemangku kepentingan terkait sebagai upaya untuk menjawab kebutuhan
kesehatan masyarakat di Indonesia.
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) adalah satu-satunya
organisasi yang mewadahi seluruh institusi kedokteran Indonesia. AIPKI berperan dalam
mendorong dan membantu pengembangan pendidikan kedokteran serta mengarahkan
pendidikan kedokteran berkualitas secara berkesinambungan agar memberikan daya
ungkit nyata terhadap perbaikan pelayanan kesehatan di Indonesia. Sehubungan dengan
hal tersebut, AIPKI telah menjalankan amanah Undang-Undang no.29 tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran melalui pembentukan Kelompok Kerja Standar Pendidikan
untuk menyusun Standar Pendidikan Profesi Dokter dan Standar Kompetensi Dokter
Indonesia. Selama proses penyusunan tersebut, AIPKI bekerja keras dan tekun untuk
meminta masukan berbagai pihak, termasuk rekan profesi lain dan pemangku
kepentingan. Hal ini ditujukan agar tercapai kesamaan persepsi dan kesatuan pendapat
sehingga realisasi Standar Pendidikan Profesi Dokter dan Standar Kompetensi Dokter
Indonesia dapat mewakili berbagai komponen terkait dan mencapai tujuannya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dokter Indonesia.
Kami menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah
berperan serta aktif selama proses penyusunan. Penghargaan tak terhingga juga kami
sampaikan kepada Tim pokja Standar Pendidikan yang telah bekerja keras dan
mengorbankan waktu, tenaga, serta pikiran. Kami menyadari bahwa naskah yang telah
disusun ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala masukan yang membangun
untuk penyempurnaan di masa mendatang amat kami harapkan. Atas nama AIPKI dan
Tim Pokja Standar Pendidikan, kami memohon maaf apabila selama proses penyusunan
terdapat hal yang kurang berkenan. Semoga kerjasama yang baik dan telah terjalin akan
memberikan kemudahan dalam kerja sama di masa mendatang. Akhir kata, semoga
Pedoman Standar Pendidikan Profesi Dokter dan Pedoman Standar Kompetensi Dokter
Indonesia ini mampu menjawab tantangan dan bermanfaat sebagai acuan dalam
mewujudkan pelayanan kesehatan nasional yang bermutu, efisien, efektif, adil, dan
merata.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, Desember 2012

Prof. Ali Ghufron Mukti, dr, MSc, PhD


Ketua Asosiasi Institusi Pendidikan
Kedokteran Indonesia

xi  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA 

Daftar Isi

Kata Pengantar ……………………………………………………………………….... iii


Kontributor …………………………………………………………………………….. iv
Ucapan Terima Kasih Kepada Mitra Bestari ........................................................ vi
Kata Sambutan Ketua Konsil Kedokteran Indonesia ........................................... ix
Kata Sambutan Ketua Konsil Kedokteran ........................................................... x
Kata Sambutan Ketua Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia ....... xi
Daftar isi ............................................................................................................. xii
Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia .............................................................. xiii
Bab I Pendahuluan ......................................................................................... 1
Bab II Sistematika Standar Kompetensi Dokter Indonesia .............................. 3
Bab III Standar Kompetensi Dokter Indonesia .................................................. 5
Daftar Kepustakaan ............................................................................................... 13
Daftar Pokok Bahasan ......................................................................................... 14
Daftar Masalah ..................................................................................................... 20
Daftar Penyakit .................................................................................................... 30
Daftar Keterampilan Klinis .................................................................................... 58

Standar Kompetensi Dokter Indonesia xii  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA

NOMOR 11 TAHUN 2012

TENTANG

STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa pendidikan kedokteran pada dasarnya bertujuan untuk


menghasilkan dokter yang profesional melalui proses yang
terstandardisasi sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan
masyarakat;
b. bahwa standar kompetensi dokter yang diatur dalam Keputusan
Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 21A/KKI/KEP/IX/2006
tentang Pengesahan Standar Kompetensi Dokter perlu
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran;
c. bahwa untuk menyesuaikan kompetensi dokter dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran,
perlu disusun kembali standar kompetensi dokter;
d. bahwa telah disusun revisi standar kompetensi profesi dokter
yang merupakan acuan dalam penyelenggaraan pendidikan
profesi dokter;
e. bahwa mempertimbangkan pelaksanaan ketentuan pasal 8
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran;
f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, perlu
menetapkan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia tentang
Standar Kompetensi Dokter Indonesia;
Mengingat ..........

xiii  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);

2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4431);

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan


Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5336);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar


Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4496);

7. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 1 Tahun 2011


tentang Organisasi dan Tata Kerja Konsil Kedokteran Indonesia
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 351);

Standar Kompetensi Dokter Indonesia xiv  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA


TENTANG STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA.

Pasal 1
(1) Standar Kompetensi Dokter Indonesia merupakan bagian dari Standar
Pendidikan Profesi Dokter Indonesia yang disahkan oleh Konsil Kedokteran
Indonesia.
(2) Standar Kompetensi Dokter Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia ini.

Pasal 2
Setiap perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan profesi dokter,
dalam mengembangkan kurikulum harus menerapkan Standar Kompetensi
Dokter Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2).

Pasal 3
Pada saat peraturan ini mulai berlaku, Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia
Nomor 21A/KKI/KEP/IX/2006 tentang Pengesahan Standar Kompetensi Dokter,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 4........

xv  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

Standar Kompetensi Dokter Indonesia xvi  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) merupakan standar minimal kompetensi


lulusan dan bukan merupakan standar kewenangan dokter layanan primer. SKDI
pertama kali disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) pada tahun 2006 dan
telah digunakan sebagai acuan untuk pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
(KBK). SKDI juga menjadi acuan dalam pengembangan uji kompetensi dokter yang
bersifat nasional.
SKDI memerlukan revisi secara berkala, mengingat perkembangan yang ada terkait
sinergisme sistem pelayanan kesehatan dengan sistem pendidikan dokter,
perkembangan yang terjadi di masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran.
Berdasarkan pengalaman institusi pendidikan kedokteran dalam mengimplementasi-
kan SKDI tersebut, ditemukan beberapa hal yang mendapatkan perhatian, sebagai
berikut:
1. SKDI harus mengantisipasi kondisi pembangunan kesehatan di Indonesia dalam
kurun waktu 5 tahun ke depan. Sampai dengan tahun 2015, Millenium Development
Goals (MDGs) masih menjadi tujuan yang harus dicapai dengan baik. Untuk itu,
fokus pencapaian kompetensi terutama dalam hal yang terkait dengan kesehatan
ibu dan anak serta permasalahan gizi dan penyakit infeksi, tanpa mengesampingkan
permasalahan penyakit tidak menular.
2. Tantangan profesi kedokteran masih memerlukan penguatan dalam aspek
perilaku profesional, mawas diri, dan pengembangan diri serta komunikasi efektif
sebagai dasar dari rumah bangun kompetensi dokter Indonesia. Hal tersebut
sesuai dengan hasil pertemuan Konsil Kedokteran se-ASEAN yang memformulasikan
bahwa karakteristik dokter yang ideal, yaitu profesional, kompeten, beretika, serta
memiliki kemampuan manajerial dan kepemimpinan.
3. Dalam mengimplementasikan program elektif, institusi pendidikan kedokteran
perlu mengembangkan muatan lokal yang menjadi unggulan masing-masing
institusi sehingga memberikan kesempatan mobilitas mahasiswa secara regional,
nasional, maupun global.
4. Secara teknis, sistematika SKDI yang baru mengalami perubahan, yaitu:
ƒ Penambahan Daftar Masalah Profesi pada Lampiran Daftar Masalah, sebagai
tindak lanjut hasil kajian terhadap perilaku personal dokter.
ƒ Penambahan Lampiran Pokok Bahasan untuk Pencapaian 7 Area Kompetensi,
sebagai tindak lanjut hasil kajian mengenai implementasi SKDI di institusi
pendidikan kedokteran.
ƒ Konsistensi lampiran daftar masalah, penyakit dan keterampilan klinis
disusun berdasarkan organ sistem. Hal ini untuk memberikan arahan yang
lebih jelas bagi institusi pendidikan kedokteran dalam menyusun kurikulum,
serta mencegah terjadinya duplikasi yang tidak perlu. Sistematika
berdasarkan organ sistem ini juga mempermudah penyusun kurikulum dalam
menentukan urutan tematik tujuan pembelajaran secara sistematis

1  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

Agar SKDI dapat diimplementasikan secara konsisten oleh institusi pendidikan


kedokteran, maka berbagai sumber daya seperti dosen, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana serta pendanaan yang menunjang seluruh aktivitas perlu
disiapkan secara efektif dan efisien serta disesuaikan dengan SPPD.

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 2  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

BAB II
SISTEMATIKA STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA

Standar Kompetensi Dokter Indonesia terdiri atas 7 (tujuh) area kompetensi yang
diturunkan dari gambaran tugas, peran, dan fungsi dokter layanan primer. Setiap area
kompetensi ditetapkan definisinya, yang disebut kompetensi inti. Setiap area
kompetensi dijabarkan menjadi beberapa komponen kompetensi, yang dirinci lebih
lanjut menjadi kemampuan yang diharapkan di akhir pendidikan. Secara skematis,
susunan Standar Kompetensi Dokter Indonesia dapat digambarkan pada Gambar 1.

Area Kompetensi

Kompetensi Inti

Komponen Kompetensi

Kemampuan yang diharapkan


pada akhir pembelajaran

Lampiran

• Daftar Pokok bahasan


• Daftar Masalah
• Daftar Penyakit
• Daftar Keterampilan Klinis
Untuk pencapaian kompetensi

Gambar 1. skematis, susunan Standar Kompetensi Dokter Indonesia.

Standar Kompetensi Dokter Indonesia ini dilengkapi dengan Daftar Pokok Bahasan,
Daftar Masalah, Daftar Penyakit, dan Daftar Keterampilan Klinis. Fungsi utama
keempat daftar tersebut sebagai acuan bagi institusi pendidikan kedokteran dalam
mengembangkan kurikulum institusional.

3  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

Daftar Pokok Bahasan, memuat pokok bahasan dalam proses pembelajaran untuk
mencapai 7 area kompetensi. Materi tersebut dapat diuraikan lebih lanjut sesuai
bidang ilmu yang terkait, dan dipetakan sesuai dengan struktur kurikulum masing-
masing institusi.
Daftar Masalah, berisikan berbagai masalah yang akan dihadapi dokter layanan
primer. Oleh karena itu, institusi pendidikan kedokteran perlu memastikan bahwa
selama pendidikan, mahasiswa kedokteran dipaparkan pada masalah-masalah
tersebut dan diberi kesempatan berlatih menanganinya.
Daftar Penyakit, berisikan nama penyakit yang merupakan diagnosis banding dari
masalah yang dijumpai pada Daftar Masalah. Daftar Penyakit ini memberikan arah
bagi institusi pendidikan kedokteran untuk mengidentifikasikan isi kurikulum. Pada
setiap penyakit telah ditentukan tingkat kemampuan yang diharapkan, sehingga
memudahkan bagi institusi pendidikan kedokteran untuk menentukan kedalaman dan
keluasan dari isi kurikulum.
Daftar Keterampilan Klinis, berisikan keterampilan klinis yang perlu dikuasai oleh
dokter layanan primer di Indonesia. Pada setiap keterampilan telah ditentukan tingkat
kemampuan yang diharapkan. Daftar ini memudahkan institusi pendidikan
kedokteran untuk menentukan materi dan sarana pembelajaran keterampilan klinis.

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 4  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

BAB III
STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA

A. AREA KOMPETENSI
Kompetensi dibangun dengan pondasi yang terdiri atas profesionalitas yang luhur,
mawas diri dan pengembangan diri, serta komunikasi efektif, dan ditunjang oleh pilar
berupa pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis,
dan pengelolaan masalah kesehatan (Gambar 2). Oleh karena itu area kompetensi
disusun dengan urutan sebagai berikut:
1. Profesionalitas yang Luhur
2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri
3. Komunikasi Efektif
4. Pengelolaan Informasi
5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
6. Keterampilan Klinis
7. Pengelolaan Masalah Kesehatan

Gambar 2. Pondasi dan Pilar Kompetensi.

5  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

B. KOMPONEN KOMPETENSI
Area Profesionalitas yang Luhur
1. Berke-Tuhanan Yang Maha Esa/Yang Maha Kuasa
2. Bermoral, beretika dan disiplin
3. Sadar dan taat hukum
4. Berwawasan sosial budaya
5. Berperilaku profesional
Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri
6. Menerapkan mawas diri
7. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat
8. Mengembangkan pengetahuan
Area Komunikasi Efektif
9. Berkomunikasi dengan pasien dan keluarga
10. Berkomunikasi dengan mitra kerja
11. Berkomunikasi dengan masyarakat
Area Pengelolaan Informasi
12. Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan
13. Mendiseminasikan informasi dan pengetahuan secara efektif kepada
profesional kesehatan, pasien, masyarakat dan pihak terkait untuk
peningkatan mutu pelayanan kesehatan
Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
14. Menerapkan ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu
Kesehatan Masyarakat/ Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang
terkini untuk mengelola masalah kesehatan secara holistik dan komprehensif.
Area Keterampilan Klinis
15. Melakukan prosedur diagnosis
16. Melakukan prosedur penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif
Area Pengelolaan Masalah Kesehatan
17. Melaksanakan promosi kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat
18. Melaksanakan pencegahan dan deteksi dini terjadinya masalah kesehatan
pada individu, keluarga dan masyarakat
19. Melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat
20. Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan
21. Mengelola sumber daya secara efektif, efisien dan berkesinambungan dalam
penyelesaian masalah kesehatan
22. Mengakses dan menganalisis serta menerapkan kebijakan kesehatan
spesifik yang merupakan prioritas daerah masing-masing di Indonesia

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 6  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

C. PENJABARAN KOMPETENSI
1. Profesionalitas yang Luhur
1.1. Kompetensi Inti
Mampu melaksanakan praktik kedokteran yang profesional sesuai dengan nilai
dan prinsip ke-Tuhan-an, moral luhur, etika, disiplin, hukum, dan sosial budaya.
1.2. Lulusan Dokter Mampu
1. Berke-Tuhan-an (Yang Maha Esa/Yang Maha Kuasa)
ƒ Bersikap dan berperilaku yang berke-Tuhan-an dalam praktik kedokteran
ƒ Bersikap bahwa yang dilakukan dalam praktik kedokteran merupakan
upaya maksimal
2. Bermoral, beretika, dan berdisiplin
ƒ Bersikap dan berperilaku sesuai dengan standar nilai moral yang luhur
dalam praktik kedokteran
ƒ Bersikap sesuai dengan prinsip dasar etika kedokteran dan kode etik
kedokteran Indonesia
ƒ Mampu mengambil keputusan terhadap dilema etik yang terjadi pada
pelayanan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
ƒ Bersikap disiplin dalam menjalankan praktik kedokteran dan bermasyarakat
3. Sadar dan taat hukum
ƒ Mengidentifikasi masalah hukum dalam pelayanan kedokteran dan
memberikan saran cara pemecahannya
ƒ Menyadari tanggung jawab dokter dalam hukum dan ketertiban masyarakat
ƒ Taat terhadap perundang-undangan dan aturan yang berlaku
ƒ Membantu penegakkan hukum serta keadilan
4. Berwawasan sosial budaya
ƒ Mengenali sosial-budaya-ekonomi masyarakat yang dilayani
ƒ Menghargai perbedaan persepsi yang dipengaruhi oleh agama, usia,
gender, etnis, difabilitas, dan sosial-budaya-ekonomi dalam menjalankan
praktik kedokteran dan bermasyarakat
ƒ Menghargai dan melindungi kelompok rentan
ƒ Menghargai upaya kesehatan komplementer dan alternatif yang berkembang
di masyarakat multikultur
5. Berperilaku profesional
ƒ Menunjukkan karakter sebagai dokter yang profesional
ƒ Bersikap dan berbudaya menolong
ƒ Mengutamakan keselamatan pasien
ƒ Mampu bekerja sama intra- dan interprofesional dalam tim pelayanan
kesehatan demi keselamatan pasien
ƒ Melaksanakan upaya pelayanan kesehatan dalam kerangka sistem
kesehatan nasional dan global

7  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri


2.1. Kompetensi Inti
Mampu melakukan praktik kedokteran dengan menyadari keterbatasan,
mengatasi masalah personal, mengembangkan diri, mengikuti penyegaran dan
peningkatan pengetahuan secara berkesinambungan serta mengembangkan
pengetahuan demi keselamatan pasien.
2.2. Lulusan Dokter Mampu
1. Menerapkan mawas diri
ƒ Mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisik, psikis, sosial dan
budaya diri sendiri
ƒ Tanggap terhadap tantangan profesi
ƒ Menyadari keterbatasan kemampuan diri dan merujuk kepada yang lebih
mampu
ƒ Menerima dan merespons positif umpan balik dari pihak lain untuk
pengembangan diri
2. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat
ƒ Menyadari kinerja profesionalitas diri dan mengidentifikasi kebutuhan
belajar untuk mengatasi kelemahan
ƒ Berperan aktif dalam upaya pengembangan profesi
3. Mengembangkan pengetahuan baru
ƒ Melakukan penelitian ilmiah yang berkaitan dengan masalah kesehatan
pada individu, keluarga dan masyarakat serta mendiseminasikan hasilnya

3. Komunikasi Efektif
3.1. Kompetensi Inti
Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal dengan
pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega, dan profesi lain.
3.2. Lulusan Dokter Mampu
1. Berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya
ƒ Membangun hubungan melalui komunikasi verbal dan nonverbal
ƒ Berempati secara verbal dan nonverbal
ƒ Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang santun dan dapat
dimengerti
ƒ Mendengarkan dengan aktif untuk menggali permasalahan kesehatan
secara holistik dan komprehensif
ƒ Menyampaikan informasi yang terkait kesehatan (termasuk berita buruk,
informed consent) dan melakukan konseling dengan cara yang santun,
baik dan benar
ƒ Menunjukkan kepekaan terhadap aspek biopsikososiokultural dan spiritual
pasien dan keluarga

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 8  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

2. Berkomunikasi dengan mitra kerja (sejawat dan profesi lain)


ƒ Melakukan tatalaksana konsultasi dan rujukan yang baik dan benar
ƒ Membangun komunikasi interprofesional dalam pelayanan kesehatan
ƒ Memberikan informasi yang sebenarnya dan relevan kepada penegak
hukum, perusahaan asuransi kesehatan, media massa dan pihak lainnya
jika diperlukan
ƒ Mempresentasikan informasi ilmiah secara efektif
3. Berkomunikasi dengan masyarakat
ƒ Melakukan komunikasi dengan masyarakat dalam rangka mengidentifikasi
masalah kesehatan dan memecahkannya bersama-sama
ƒ Melakukan advokasi dengan pihak terkait dalam rangka pemecahan
masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat.

4. Pengelolaan Informasi
4.1. Kompetensi Inti
Mampu memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan
dalam praktik kedokteran.
4.2. Lulusan Dokter Mampu
1. Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan
ƒ Memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan
untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
ƒ Memanfaatkan keterampilan pengelolaan informasi kesehatan untuk
dapat belajar sepanjang hayat
2. Mendiseminasikan informasi dan pengetahuan secara efektif kepada profesi
kesehatan lain, pasien, masyarakat dan pihak terkait untuk peningkatan
mutu pelayanan kesehatan
ƒ Memanfaatkan keterampilan pengelolaan informasi untuk diseminasi
informasi dalam bidang kesehatan.

5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran


5.1. Kompetensi Inti
Mampu menyelesaikan masalah kesehatan berdasarkan landasan ilmiah
ilmu kedokteran dan kesehatan yang mutakhir untuk mendapat hasil yang
optimum.
5.2. Lulusan Dokter Mampu
Menerapkan ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu
Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang
terkini untuk mengelola masalah kesehatan secara holistik dan komprehensif.
ƒ Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran
Klinik, dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran
Komunitas yang berhubungan dengan promosi kesehatan individu, keluarga,
dan masyarakat

9  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

ƒ Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran


Klinik, dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran
Komunitas yang berhubungan dengan prevensi masalah kesehatan individu,
keluarga, dan masyarakat
ƒ Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran
Klinik, dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran
Komunitas untuk menentukan prioritas masalah kesehatan pada individu,
keluarga, dan masyarakat
ƒ Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran
Klinik, dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran
Komunitas yang berhubungan dengan terjadinya masalah kesehatan
individu, keluarga, dan masyarakat
ƒ Menggunakan data klinik dan pemeriksaan penunjang yang rasional
untuk menegakkan diagnosis
ƒ Menggunakan alasan ilmiah dalam menentukan penatalaksanaan
masalah kesehatan berdasarkan etiologi, patogenesis, dan patofisiologi
ƒ Menentukan prognosis penyakit melalui pemahaman prinsip-prinsip ilmu
Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu Kesehatan
Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas
ƒ Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran
Klinik, dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran
Komunitas yang berhubungan dengan rehabilitasi medik dan sosial pada
individu, keluarga dan masyarakat
ƒ Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran
Klinik, dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran
Komunitas yang berhubungan dengan kepentingan hukum dan peradilan
ƒ Mempertimbangkan kemampuan dan kemauan pasien, bukti ilmiah
kedokteran, dan keterbatasan sumber daya dalam pelayanan kesehatan
untuk mengambil keputusan

6. Keterampilan Klinis
6.1. Kompetensi Inti
Mampu melakukan prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah
kesehatan dengan menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri
sendiri, dan keselamatan orang lain.
6.2. Lulusan Dokter Mampu
1. Melakukan prosedur diagnosis
ƒ Melakukan dan menginterpretasi hasil auto-, allo- dan hetero-anamnesis,
pemeriksaan fisik umum dan khusus sesuai dengan masalah pasien
ƒ Melakukan dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang dasar dan
mengusulkan pemeriksaan penunjang lainnya yang rasional
2. Melakukan prosedur penatalaksanaan masalah kesehatan secara holistik dan
komprehensif
ƒ Melakukan edukasi dan konseling
ƒ Melaksanakan promosi kesehatan

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 10  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

ƒ Melakukan tindakan medis preventif


ƒ Melakukan tindakan medis kuratif
ƒ Melakukan tindakan medis rehabilitatif
ƒ Melakukan prosedur proteksi terhadap hal yang dapat membahayakan
diri sendiri dan orang lain
ƒ Melakukan tindakan medis pada kedaruratan klinis dengan menerapkan
prinsip keselamatan pasien
ƒ Melakukan tindakan medis dengan pendekatan medikolegal terhadap
masalah kesehatan/kecederaan yang berhubungan dengan hukum

7. Pengelolaan Masalah Kesehatan


7.1. Kompetensi Inti
Mampu mengelola masalah kesehatan individu, keluarga maupun
masyarakat secara komprehensif, holistik, terpadu dan berkesinambungan
dalam konteks pelayanan kesehatan primer.
7.2. Lulusan Dokter Mampu
1. Melaksanakan promosi kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat
ƒ Mengidentifikasi kebutuhan perubahan pola pikir, sikap dan perilaku, serta
modifikasi gaya hidup untuk promosi kesehatan pada berbagai kelompok
umur, agama, masyarakat, jenis kelamin, etnis, dan budaya
ƒ Merencanakan dan melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka
promosi kesehatan di tingkat individu, keluarga, dan masyarakat
2. Melaksanakan pencegahan dan deteksi dini terjadinya masalah kesehatan
pada individu, keluarga dan masyarakat
ƒ Melakukan pencegahan timbulnya masalah kesehatan
ƒ Melakukan kegiatan penapisan faktor risiko penyakit laten untuk
mencegah dan memperlambat timbulnya penyakit
ƒ Melakukan pencegahan untuk memperlambat progresi dan timbulnya
komplikasi penyakit dan atau kecacatan
3. Melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat
ƒ Menginterpretasi data klinis dan merumuskannya menjadi diagnosis
ƒ Menginterpretasi data kesehatan keluarga dalam rangka mengidentifikasi
masalah kesehatan keluarga
ƒ Menginterpretasi data kesehatan masyarakat dalam rangka mengidentifikasi
dan merumuskan diagnosis komunitas
ƒ Memilih dan menerapkan strategi penatalaksanaan yang paling tepat
berdasarkan prinsip kendali mutu, biaya, dan berbasis bukti
ƒ Mengelola masalah kesehatan secara mandiri dan bertanggung jawab (lihat
Daftar Pokok Bahasan dan Daftar Penyakit) dengan memperhatikan prinsip
keselamatan pasien
ƒ Mengkonsultasikan dan/atau merujuk sesuai dengan standar pelayanan
medis yang berlaku (lihat Daftar Penyakit)
ƒ Membuat instruksi medis tertulis secara jelas, lengkap, tepat, dan dapat
dibaca

11  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

ƒ Membuat surat keterangan medis seperti surat keterangan sakit, sehat,


kematian, laporan kejadian luar biasa, laporan medikolegal serta
keterangan medis lain sesuai kewenangannya termasuk visum et
repertum dan identifikasi jenasah
ƒ Menulis resep obat secara bijak dan rasional (tepat indikasi, tepat obat, tepat
dosis, tepat frekwensi dan cara pemberian, serta sesuai kondisi pasien),
jelas, lengkap, dan dapat dibaca.
ƒ Mengidentifikasi berbagai indikator keberhasilan pengobatan, memonitor
perkembangan penatalaksanaan, memperbaiki, dan mengubah terapi
dengan tepat
ƒ Menentukan prognosis masalah kesehatan pada individu, keluarga, dan
masyarakat
ƒ Melakukan rehabilitasi medik dasar dan rehabilitasi sosial pada individu,
keluarga, dan masyarakat
ƒ Menerapkan prinsip-prinsip epidemiologi dan pelayanan kedokteran
secara komprehensif, holistik, dan berkesinambungan dalam mengelola
masalah kesehatan
ƒ Melakukan tatalaksana pada keadaan wabah dan bencana mulai dari
identifikasi masalah hingga rehabilitasi komunitas
4. Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan
ƒ Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat agar mampu
mengidentifikasi masalah kesehatan actual yang terjadi serta mengatasinya
bersama-sama
ƒ Bekerja sama dengan profesi dan sektor lain dalam rangka pemberdayaan
masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan
5. Mengelola sumber daya secara efektif, efisien dan berkesinambungan dalam
penyelesaian masalah kesehatan
ƒ Mengelola sumber daya manusia, keuangan, sarana, dan prasarana
secara efektif dan efisien
ƒ Menerapkan manajemen mutu terpadu dalam pelayanan kesehatan
primer dengan pendekatan kedokteran keluarga
ƒ Menerapkan manajemen kesehatan dan institusi layanan kesehatan
6. Mengakses dan menganalisis serta menerapkan kebijakan kesehatan
spesifik yang merupakan prioritas daerah masing-masing di Indonesia
ƒ Menggambarkan bagaimana pilihan kebijakan dapat memengaruhi program
kesehatan masyarakat dari aspek fiskal, administrasi, hukum, etika, sosial,
dan politik.

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 12  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Daftar Kepustakaan
a. Anonim. Quality Improvement in Basic Medical Education: WFME International
Guidelines. University of Copenhagen, Denmark, 2000.
b. Cerraccio C, Wolfsthal SD, Englander R, Ferentz K, Martin C. Shifting paradigms:
From Flexner to competencies, Academic Medicine, 2002: 77(5).
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi.
e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran.
f. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen.
g. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2000 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
h. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia; Surat Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 045/U/2002.

13  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA

Lampiran-1

DAFTAR
POKOK BAHASAN

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 14  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Standar Kompetensi Dokter Indonesia


Daftar Pokok Bahasan

Pendahuluan
Salah satu tantangan terbesar bagi institusi pendidikan kedokteran dalam
melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah menerjemahkan standar
kompetensi ke dalam bentuk bahan atau tema pendidikan dan pengajaran. Daftar
Pokok Bahasan ini disusun berdasarkan masukan dari pemangku kepentingan yang
kemudian dianalisis dan divalidasi menggunakan metode focus group discussion
(FGD) dan nominal group technique (NGT) bersama dengan konsil kedokteran,
institusi pendidikan kedokteran, organisasi profesi, dan perhimpunan.

Tujuan
Daftar Pokok Bahasan ini ditujukan untuk membantu institusi pendidikan kedokteran
dalam penyusunan kurikulum, dan bukan untuk membatasi bahan atau tema
pendidikan dan pengajaran.

Sistematika
Daftar Pokok Bahasan ini disusun berdasarkan masing-masing area kompetensi.

1. Area Kompetensi 1: Profesionalitas yang Luhur


1.1. Agama sebagai nilai moral yang menentukan sikap dan perilaku manusia
1.2. Aspek agama dalam praktik kedokteran
1.3. Pluralisme keberagamaan sebagai nilai sosial di masyarakat dan toleransi
1.4. Konsep masyarakat (termasuk pasien) mengenai sehat dan sakit
1.5. Aspek-aspek sosial dan budaya masyarakat terkait dengan pelayanan
kedokteran (logiko sosio budaya)
1.6. Hak, kewajiban, dan tanggung jawab manusia terkait bidang kesehatan
1.7. Pengertian bioetika dan etika kedokteran (misalnya pengenalan teori-teori
bioetika, filsafat kedokteran, prinsip-prinsip etika terapan, etika klinik)
1.8. Kaidah Dasar Moral dalam praktik kedokteran
1.9. Pemahaman terhadap KODEKI, KODERSI, dan sistem nilai lain yang terkait
dengan pelayanan kesehatan
1.10. Teori-teori pemecahan kasus-kasus etika dalam pelayanan kedokteran
1.11. Penjelasan mengenai hubungan antara hukum dan etika (persamaan dan
perbedaan)
1.12. Prinsip-prinsip dan logika hukum dalam pelayanan kesehatan
1.13. Peraturan perundang-undangan dan peraturan-peraturan lain di bawahnya
yang terkait dengan praktik kedokteran
1.14. Alternatif penyelesaian masalah sengketa hukum dalam pelayanan kesehatan
1.15. Permasalahan etikomedikolegal dalam pelayanan kesehatan dan cara
pemecahannya
1.16. Hak dan kewajiban dokter

15  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

1.17. Profesionalisme dokter (sebagai bentuk kontrak sosial, pengenalan terhadap


karakter profesional, kerja sama tim, hubungan interprofesional dokter dengan
tenaga kesehatan yang lain)
1.18. Penyelenggaraan praktik kedokteran yang baik di Indonesia (termasuk aspek
kedisiplinan profesi)
1.19. Dokter sebagai bagian dari masyarakat umum dan masyarakat profesi (IDI
dan organisasi profesi lain yang berkaitan dengan profesi kedokteran)
1.20. Dokter sebagai bagian Sistem Kesehatan Nasional
1.21. Pancasila dan kewarganegaraan dalam konteks sistem pelayanan kesehatan

2. Area Kompetensi 2: Mawas Diri dan Pengembangan Diri


2.1. Prinsip pembelajaran orang dewasa (adult learning)
a. Belajar mandiri
b. Berpikir kritis
c. Umpan balik konstruktif
d. Refleksi diri
2.2. Dasar-dasar keterampilan belajar
a. Pengenalan gaya belajar (learning style)
b. Pencarian literatur (literature searching)
c. Penelusuran sumber belajar secara kritis
d. Mendengar aktif (active listening)
e. Membaca efektif (effective reading)
f. Konsentrasi dan memori (concentration and memory)
g. Manajemen waktu (time management)
h. Membuat catatan kuliah (note taking)
i. Persiapan ujian (test preparation)
2.3. Problem based learning
2.4. Problem solving
2.5. Metodologi penelitian dan statistika
a. Konsep dasar penulisan proposal dan hasil penelitian
b. Konsep dasar pengukuran
c. Konsep dasar disain penelitian
d. Konsep dasar uji hipotesis dan statistik inferensial
e. Telaah kritis
f. Prinsip-prinsip presentasi ilmiah

3. Area Kompetensi 3: Komunikasi Efektif


3.1. Penggunaan bahasa yang baik, benar, dan mudah dimengerti
3.2. Prinsip komunikasi dalam pelayanan kesehatan
a. Metode komunikasi oral dan tertulis yang efektif
b. Metode untuk memberikan situasi yang nyaman dan kondusif dalam
berkomunikasi efektif
c. Metode untuk mendorong pasien agar memberikan informasi dengan
sukarela
d. Metode melakukan anamnesis secara sistematis
e. Metode untuk mengidentifikasi tujuan pasien berkonsultasi
f. Melingkupi biopsikososiokultural spiritual

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 16  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

3.3. Berbagai elemen komunikasi efektif


a. Komunikasi intrapersonal, interpersonal dan komunikasi masa
b. Gaya dalam berkomunikasi
c. Bahasa tubuh, kontak mata, cara berbicara, tempo berbicara, tone suara,
kata-kata yang digunakan atau dihindari
d. Keterampilan untuk mendengarkan aktif
e. Teknik fasilitasi pada situasi yang sulit, misalnya pasien marah, sedih,
takut, atau kondisi khusus
f. Teknik negosiasi, persuasi, dan motivasi
3.4. Komunikasi lintasbudaya dan keberagaman
a. Perilaku yang tidak merendahkan atau menyalahkan pasien, bersikap
sabar, dan sensitif terhadap budaya
3.5. Kaidah penulisan dan laporan ilmiah
3.6. Komunikasi dalam public speaking

4. Area Kompetensi 4: Pengelolaan Informasi


4.1. Teknik keterampilan dasar pengelolaan informasi
4.2. Metode riset dan aplikasi statistik untuk menilai kesahihan informasi ilmiah
4.3. Keterampilan pemanfaatan evidence-based medicine (EBM)
4.4. Teknik pengisian rekam medis untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
4.5. Teknik diseminasi informasi dalam bidang kesehatan baik lisan maupun tulisan
dengan menggunakan media yang sesuai

5. Area Kompetensi 5: Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran


5.1. Struktur dan fungsi
a. Struktur dan fungsi pada tingkat molekular, selular, jaringan, dan organ
b. Prinsip homeostasis
c. Koordinasi regulasi fungsi antarorgan atau sistem:
• Integumen
• Skeletal
• Kardiovaskular
• Respirasi
• Gastrointestinal
• Reproduksi
• Tumbuh-kembang
• Endokrin
• Nefrogenitalia
• Darah dan sistem imun
• Saraf pusat-perifer dan indra

5.2. Penyebab penyakit


a. Lingkungan: biologis, fisik, dan kimia
b. Genetik
c. Psikologis dan perilaku
d. Nutrisi
e. Degeneratif

17  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

5.3. Patomekanisme penyakit


a. Trauma
b. Inflamasi
c. Infeksi
d. Respons imun
e. Gangguan hemodinamik (iskemik, infark, thrombosis, syok)
f. Proses penyembuhan (tissue repair and healing)
g. Neoplasia
h. Pencegahan secara aspek biomedik
i. Kelainan genetik
j. Nutrisi, lingkungan, dan gaya hidup
5.4. Etika kedokteran
5.5. Prinsip hukum kedokteran
5.6. Prinsip-prinsip pelayanan kesehatan (primer, sekunder, dan tersier)
5.7. Prinsip-prinsip pencegahan penyakit
5.8. Prinsip-prinsip pendekatan kedokteran keluarga
5.9. Mutu pelayanan kesehatan
5.10 Prinsip pendekatan sosio-budaya

6. Area Kompetensi 6: Keterampilan Klinis


6.1. Prinsip dan keterampilan anamnesis
6.2. Prinsip dan keterampilan pemeriksaan fisik
6.3. Prinsip pemeriksaan laboratorium dasar
6.4. Prinsip pemeriksaan penunjang lain
6.5. Prinsip keterampilan terapeutik (lihat daftar keterampilan klinik)
6.6. Prinsip kewaspadaan standar (standard precaution)
6.7. Kedaruratan klinik

7. Area Kompetensi 7: Pengelolaan Masalah Kesehatan


7.1. Prinsip dasar praktik kedokteran dan penatalaksanaan masalah kesehatan
akut, kronik, emergensi, dan gangguan perilaku pada berbagai tingkatan
usia dan jenis kelamin (Basic Medical Practice)
a. Pendokumentasian informasi medik dan nonmedik
b. Prinsip dasar berbagai pemeriksaan penunjang diagnostik (laboratorium
sederhana, USG, EKG, radiodiagnostik, biopsi jaringan)
c. Clinical reasoning
d. Prinsip keselamatan pasien
e. Dasar-dasar penatalaksanaan penyakit (farmakologis dan nonfarmakologis)
f. Prognosis
g. Pengertian dan prinsip evidence based medicine
h. Critical appraisal dalam diagnosis dan terapi
i. Rehabilitasi
j. Lima tingkat pencegahan penyakit
7.2. Kebijakan dan manajemen kesehatan
7.3. Standar Pelayanan Minimal (SPM)
7.4. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) termasuk sistem rujukan
7.5. Pembiayaan kesehatan

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 18  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

7.6. Penjaminan mutu pelayanan kesehatan


7.7. Pendidikan kesehatan
7.8. Promosi kesehatan
7.9. Konsultasi dan konseling
7.10. Faktor risiko masalah kesehatan
7.11. Epidemiologi
7.12. Faktor risiko penyakit
7.13. Surveilans
7.14. Statistik kesehatan
7.15. Prinsip pelayanan kesehatan primer
7.16. Prinsip keselamatan pasien (patient safety dan medication safety)
7.17. Prinsip interprofesionalisme dalam pendidikan kesehatan
7.18. Jaminan atau asuransi kesehatan masyarakat

19  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA

Lampiran-2

DAFTAR
MASALAH

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 20  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Standar Kompetensi Dokter Indonesia

Daftar Masalah

Pendahuluan
Dalam melaksanakan praktik kedokteran, dokter bekerja berdasarkan keluhan atau
masalah pasien/klien, kemudian dilanjutkan dengan penelusuran riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dalam melaksanakan semua
kegiatan tersebut, dokter harus memperhatikan kondisi pasien secara holistik dan
komprehensif, juga menjunjung tinggi profesionalisme serta etika profesi di atas
kepentingan/keuntungan pribadi. Selama pendidikan, mahasiswa perlu dipaparkan
pada berbagai masalah, keluhan/gejala tersebut, serta dilatih cara menanganinya
Setiap institusi harus menyadari bahwa masalah dalam pelayanan kedokteran tidak
hanya bersumber dari pasien atau masyarakat, tetapi juga dapat bersumber dari pribadi
dokter. Perspektif ini penting sebagai bahan pembelajaran dalam rangka membentuk
karakter dokter Indonesia yang baik. Daftar Masalah ini bersumber dari lampiran
Daftar Masalah SKDI 2006 yang kemudian direvisi berdasarkan data hasil kajian dan
masukan pemangku kepentingan. Draf revisi Daftar Masalah kemudian divalidasi
dengan metode focus group discussion (FGD) dan nominal group technique (NGT)
bersama para dokter dan pakar yang mewakili pemangku kepentingan.

Tujuan
Daftar Masalah ini disusun dengan tujuan untuk menjadi acuan bagi institusi
pendidikan dokter dalam menyiapkan sumber daya yang berkaitan dengan kasus
dan permasalahan kesehatan sebagai sumber pembelajaran mahasiswa.

Sistematika
Daftar Masalah ini terdiri atas 2 bagian sebagai berikut:
• Bagian I memuat daftar masalah kesehatan individu dan masyarakat. Daftar
Masalah individu berisi daftar masalah/gejala/keluhan yang banyak dijumpai dan
merupakan alasan utama yang sering menyebabkan pasien/klien datang menemui
dokter di tingkat pelayanan kesehatan primer. Sedangkan Daftar Masalah kesehatan
masyarakat berisi masalah kesehatan di masyarakat dan permasalahan pelayanan
kesehatan.
• Bagian II berisikan daftar masalah yang seringkali dihadapi dokter terkait dengan
profesinya, misalnya masalah etika, disiplin, hukum, dan aspek medikolegal yang
sering dihadapi oleh dokter layanan primer.

Susunan masalah kesehatan pada Daftar Masalah ini tidak menunjukkan urutan
prioritas masalah.

21  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA 

BAGIAN I
DAFTAR MASALAH KESEHATAN
INDIVIDU DAN MASYARAKAT
 

Masalah Kesehatan Individu


Sistem Saraf dan Perilaku/Psikiatri
Perubahan perilaku (termasuk perilaku
1 Sakit kepala 19
agresif)
Gangguan perkembangan (mental &
2 Pusing 20
intelektual)
3 Kejang 21 Gangguan belajar
4 Kejang demam 22 Gangguan komunikasi
5 Epilepsi 23 Penyalahgunaan obat
6 Pingsan/sinkop 24 Pelupa (gangguan memori), bingung
7 Hilang kesadaran 25 Penurunan fungsi berpikir
8 Terlambat bicara (speech delay) 26 Perubahan emosi, mood tidak stabil
Gangguan perilaku seksual
9 Gerakan tidak teratur 27
(nonorganik)
Gangguan pemusatan perhatian dan
10 Gangguan gerak dan koordinasi 28
hiperaktif
11 Gangguan penciuman 29 Kepercayaan yang aneh
12 Gangguan bicara 30 Gangguan perilaku makan
13 Wajah kaku 31 Gangguan tidur
14 Wajah perot 32 Stres
15 Kesemutan 33 Depresi
16 Mati rasa/baal 34 Cemas
17 Gemetar (tremor) 35 Pemarah
18 Lumpuh 36 Mengamuk

Sistem Indra
Masalah akibat penggunaan lensa
1 Mata merah 15
kontak
2 Mata gatal 16 Mata juling
Mata terlihat seperti mata kucing/
3 Mata berair 17
orang-orangan mata terlihat putih
4 Mata kering 18 Telinga nyeri/sakit
5 Mata nyeri 19 Keluar cairan dari liang telinga
6 Mata lelah 20 Telinga gatal
7 Kotoran mata 21 Telinga berdenging
8 Penglihatan kabur 22 Telinga terasa penuh
9 Penglihatan ganda 23 Tuli (gangguan fungsi pendengaran)
10 Penglihatan silau 24 Benjolan di telinga
11 Gangguan lapangan pandang 25 Daun telinga merah
12 Buta 26 Benda asing di dalam liang telinga
13 Bintit di kelopak mata 27 Telinga gatal
14 Kelilipan (benda asing di mata) 28 Gangguan penciuman

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 22  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Sistem Respirasi dan Kardiovaskular


1 Bersin-bersin 11 Tersedak
2 Pilek (ingusan) 12 Benda asing dalam kerongkongan
3 Mimisan 13 Batuk (kering, berdahak, darah)
4 Hidung tersumbat 14 Sakit/nyeri dada
5 Hidung berbau 15 Berdebar-debar
6 Benda asing dalam hidung 16 Sesak napas atau napas pendek
7 Suara sengau 17 Napas berbunyi
8 Nyeri menelan 18 Sumbatan jalan napas
9 Suara serak 19 Kebiruan
10 Suara hilang

Sistem Gastrointestinal, Hepatobilier, dan Pankreas


1 Mata kuning 15 Perut berbunyi
2 Mulut kering 16 Benjolan di daerah perut
3 Mulut berbau 17 Muntah
4 Sakit gigi 18 Muntah darah
5 Gusi bengkak 19 Sembelit atau tidak dapat berak
6 Sariawan 20 Diare
7 Bibir pecah-pecah 21 Berak berlendir dan berdarah
8 Bibir sumbing 22 Berak berwarna hitam
9 Sulit menelan 23 Berak seperti dempul
10 Cegukan/hiccup 24 Gatal daerah anus
11 Nyeri perut 25 Nyeri daerah anus
12 Nyeri ulu hati 26 Benjolan di anus
13 Perut kram 27 Keluar cacing
14 Perut kembung 28 Air kencing seperti teh

Sistem Ginjal dan Saluran Kemih


1 Nyeri pinggang 10 Kencing bercabang
Peningkatan atau penurunan Waktu kencing preputium
2 11
frekuensi buang air kecil (BAK) melembung/balloning
3 Berkurangnya jumlah air kencing 12 Air kencing merah (hematuria)
4 Tidak dapat menahan/urgensi kencing 13 Air kencing campur udara (pnemoturia)
5 Nyeri saat BAK 14 Air kencing campur tinja
6 BAK mengejan 15 Keluar darah dari saluran kencing
Pancaran kencing menurun Darah keluar bersama produk ejakulat
7 16
(poorstream) (hemospermia)
8 Akhir kencing menetes (dribling) 17 Duh (discharge) dari saluran kencing
9 BAK tidak puas 18 Benjolan saluran reproduksi eksternal

23  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA  
Sistem Reproduksi
1 ASI tidak keluar/kurang 17 Masalah nifas dan pascasalin
2 Benjolan di daerah payudara 18 Perdarahan saat berhubungan
3 Puting terluka 19 Keputihan
Gangguan daerah vagina (gatal, nyeri,
4 Payudara mengencang 20
rasa terbakar, benjolan)
Gangguan menstruasi (tidak menstruasi,
5 Puting tertarik ke dalam (retraksi) 21 menstruasi sedikit, menstruasi banyak,
menstruasi lama, nyeri saat menstruasi)
Gangguan masa menopause dan
6 Payudara seperti kulit jeruk 22
perimenopause
7 Nyeri perut waktu hamil 23 Sulit punya anak
8 Perdarahan vagina waktu hamil 24 Masalah kontrasepsi
9 Anyang-anyangan waktu hamil 25 Peranakan turun
10 Kaki bengkak waktu hamil 26 Nyeri buah zakar
11 Ambeien waktu hamil 27 Buah zakar tidak teraba
12 Kehamilan tidak diinginkan 28 Buah zakar bengkak
13 Persalinan prematur 29 Benjolan di lipat paha
14 Ketuban pecah dini 30 Gangguan fungsi ereksi (organik)
15 Perdarahan lewat vagina 31 Produk ejakulat sedikit atau encer
16 Duh (discharge) vagina 32 Bau pada kemaluan

Sistem Endokrin, Metabolisme, dan Nutrisi


1 Nafsu makan hilang 6 Tremor
Gangguan gizi (gizi buruk, kurang, Gangguan pertumbuhan
2 7
berlebih)
3 Berat bayi lahir rendah 8 Benjolan di leher
4 Kelelahan 9 Berkeringat banyak
Penurunan berat badan
5 10 Polifagi, polidipsi, dan poliuria
drastis/mendadak

Sistem Hematologi dan Imunologi


Masalah imunisasi (termasuk
Gatal-gatal (alergi makanan, alergi
1 Kejadian Ikutan Pascaimunisasi 4
kontak, danlain-lain
[KIPI])
2 Perdarahan spontan 5 Bercak merah di kulit

3 Pucat

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 24  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Sistem Muskuloskeletal
1 Patah tulang 6 Gerakan terbatas
2 Terkilir 7 Nyeri punggung
3 Gangguan jalan 8 Bengkak pada kaki dan tangan
4 Terlambat dapat berjalan 9 Varises
Gangguan sendi (nyeri, kaku, Gangguan otot, nyeri otot, kaku otot,
5 10
bengkak, kelainan bentuk) otot mengecil

Sistem Integumen
1 Kulit gatal 12 Kulit melepuh
2 Kulit nyeri 13 Benjolan kulit
3 Kulit mati rasa 14 Luka gores, tusuk, sayat
Kulit berubah warna (menjadi
4 15 Luka bakar
putih, hitam, merah, atau kuning)
5 Kulit kering 16 Kuku nyeri
6 Kulit berminyak 17 Kuku berubah warna atau bentuk
7 Kulit menebal 18 Ketombe
8 Kulit menipis 19 Rambut rontok
9 Kulit bersisik 20 Kebotakan
10 Kulit lecet, luka, tukak 21 Ruam kulit
11 Kulit bernanah

Multisistem
1 Demam 4 Bengkak/edema
2 Lemah/letih/lesu 5 Gatal
3 Kelainan/ cacat bawaan

25  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA 

Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Komunitas/Kedokteran Pencegahan


Kematian neonatus, bayi dan Kesehatan lansia
1 20
balita
Kematian Ibu akibat kehamilan Cakupan pelayanan kesehatan yang
2 21
dan persallinan masih rendah
“Tiga terlambat” pada
penatalaksanaan risiko tinggi
Perilaku pencarian pelayanan kesehatan
3 kehamilan: (terlambat mengambil 22
(care seeking behaviour)
keputusan; terlambat dirujuk,
terlambat ditangani)
“Empat Terlalu” pada deteksi
risiko tinggi kehamilan (terlalu Kepercayaan dan tradisi yang
4 23
muda, terlalu tua terlalu sering, mempengaruhi kesehatan
terlalu banyak)
Akses yang kurang terhadadap fasilitas
pelayanan kesehatan (misalnya
Tidak terlaksananya audit
5 24 masalah geografi, masalah
maternal perinatal
ketersediaan dan distribusi tenaga
kesehatan)
Laktasi (termasuk lingkungan
Kurangnya mutu fasilitas pelayanan
6 kerja yang tidak mendukung 25
kesehatan
fasilitas laktasi)
Sistem rujukan yang belum berjalan
7 Imunisasi 26
baik
8 Pola asuh 27 Cakupan program intervensi
Kurangnya pengetahuan keluarga dan
Perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat terkait program kesehatan
9 (PHBS) pada masyarakat 28 pemerintah (misalnya KIA, kesehatan
termasuk anak usia sekolah reproduksi, gizi masyarakat, TB Paru,
dll.)
Gaya hidup yang bermasalah (rokok,
10 Anak dengan difabilitas 29 narkoba, alkohol, sedentary life, pola
makan )
Perilaku berisiko pada masa
11 30 Kejadian Luar Biasa
pubertas
12 Kehamilan pada remaja 31 Kesehatan pariwisata (travel medicine)
Morbiditas dan mortalitas penyakit-
13 Kehamilan yang tidak dikehendaki 32
penyakit menular dan tidak menular
Kekerasan pada wanita dan anak
Kesehatan lingkungan (termasuk
(termasuk child abuse dan
14 33 sanitasi, air bersih, dan dampak
neglected, serta kekerasan dalam
pemanasan global)
rumah tangga)
15 Kejahatan seksual 34 Kejadian wabah (endemi, pandemi)
16 Penganiayaan/perlukaan 35 Rehabilitasi medik dan sosial
Pengelolaan pelayanan kesehatan
17 Kesehatan kerja 36
termasuk klinik, puskesmas, dll
Rekam Medik dan Pencatatan
18 Audit Medik 37 pelaporan masalah kejadian penyakit di
masyarakat
Pembiayaan pelayanan
19 38 Sistem asuransi pelayanan kesehatan
kesehatan

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 26  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Kedokteran Forensik dan Medikolegala


Kematian yang tidak jelas
1 10 Tenggelam
penyebabnya
2 Kekerasan tumpul 11 Pembunuhan anak sendiri
3 Kekerasan tajam 12 Pengguguran kandungan
4 Trauma kimia 13 Kematian mendadak
5 Luka tembak 14 Keracunan
6 Luka listrik dan petir 15 Jenasah yang tidak teridentifikasi
7 Barotrauma 16 Kebutuhan visum di layanan primer
8 Trauma suhu 17 Bunuh diri
9 Asfiksia

27  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

BAGIAN II
DAFTAR MASALAH

  TERKAIT PROFESI DOKTER

Yang dimaksud dengan permasalahan terkait dengan profesi adalah segala


masalah yang muncul dan berhubungan dengan penyelenggaraan praktik
kedokteran. Permasalahan tersebut dapat berasal dari pribadi dokter, institusi
kesehatan tempat dia bekerja, profesi kesehatan yang lain, atau pihak-pihak lain
yang terkait dengan pelayanan kesehatan. Bagian ini memberikan gambaran umum
mengenai berbagai permasalahan tersebut sehingga memungkinkan bagi para
penyelenggaran pendidikan kedokteran dapat mendiskusikannya dari berbagai sudut
pandang, baik dari segi profesionalisme, etika, disiplin, dan hukum.

Masalah Terkait Profesi Dokter


1 Melakukan praktik kedokteran tidak sesuai dengan kompetensinya
2 Melakukan praktik tanpa izin (tanpa SIP dan STR)
3 1
Melakukan praktik kedokteran lebih dari 3 tempat
Mengiklankan/mempromosikan diri dan institusi kesehatan yang tidak sesuai dengan
4
ketentuan KODEKI
Memberikan Surat Keterangan Sakit atau Sehat yang tidak sesuai kondisi
5
sebenarnya
Bertengkar dengan tenaga kesehatan lain atau dengan tenaga non-kesehatan di
6
insitusi pelayan kesehatan
7 Tidak melakukan informed consent dengan semestinya
Tidak mengikuti Prosedur Operasional Standar atau Standar Pelayanan Minimal yang
8
jelas
9 Tidak membuat dan menyimpan rekam medik sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Membuka rahasia medis pasien kepada pihak yang tidak berkepentingan dan tidak
10
sesuai denga ketentuan yang berlaku
Melakukan tindakan yang tidak seharusnya kepada pasien, misalnya pelecehan
11
seksual, berkata kotor, dan lain-lain
12 Meminta imbal jasa yang berlebihan
13 Menahan pasien di rumah sakit bukan karena alasan medis
14 Memberikan keterangan/kesaksian palsu di pengadilan
Tidak menangani pasien dengan baik sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
15 oleh Konsil Kedokteran Indonesia
16 Melakukan tindakan yang tergolong malpraktik
17 Tidak memperhatikan keselamatan diri sendiri dalam melakukan tugas profesinya
Melanggar ketentuan institusi tempat bekerja (hospital bylaws, peraturan
18
kepegawaian, dan lain-lain)

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 28  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Melakukan praktik kedokteran melebihi batas kewajaran dengan motivasi yang tidak
19
didasarkan pada keluhuran profesi dengan tidak memperhatikan kesehatan pribadi
20 Tidak mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran
Melakukan kejahatan asuransi kesehatan secara sendiri atau bersama dengan
21 pasien (misalnya pemalsuan hasil pemeriksaan, dan tindakan lain untuk kepentingan
pribadi)
22 Pelanggaran disiplin profesi2
Menggantikan praktik atau menggunakan pengganti praktik yang tidak memenuhi
23
syarat
Melakukan tindakan yang melanggar hukum (termasuk ketergantungan obat,
24
tindakan kriminal/perdata, penipuan, dan lain-lain)
Merujuk pasien dengan motivasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi, baik
25
kepada dokter spesialis, laboratorium, klinik swasta, dan lain-lain
26 Peresepan obat tidak rasional
Melakukan kolusi dengan perusahaan farmasi, meresepkan obat tertentu atas dasar
27
keuntungan pribadi
Menolak dan/atau tidak membuat Surat Keterangan Medis dan/atau Visum et
28
Repertum sesuai dengan standar keilmuan yang seharusnya wajib dikerjakan
1
Melanggar ketentuan Undang-Undang untuk tidak melakukan praktik dilebih dari 3 tempat praktik (3 SIP)
dengan tetap memperhatikan pengecualiannya.
2
Pelanggaran kedisiplinan profesi dijelaskan dalam buku pedoman profesi kedokteran yang dikeluarkan oleh Majelis
Kehormatan dan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI)

29  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA

Lampiran-3

DAFTAR
PENYAKIT

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 30  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Standar Kompetensi Dokter Indonesia


Daftar Penyakit

Pendahuluan
Daftar Penyakit ini disusun bersumber dari lampiran Daftar Penyakit SKDI 2006,
yang kemudian direvisi berdasarkan hasil survei dan masukan dari para pemangku
kepentingan. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dan divalidasi dengan
metode focus group discussion (FGD) dan nominal group technique (NGT) bersama
para dokter dan pakar yang mewakili pemangku kepentingan. Daftar Penyakit ini
penting sebagai acuan bagi institusi pendidikan dokter dalam menyelenggarakan
aktivitas pendidikan termasuk dalam menentukan wahana pendidikan.

Tujuan
Daftar penyakit ini disusun dengan tujuan untuk menjadi acuan bagi institusi
pendidikan dokter agar dokter yang dihasilkan memiliki kompetensi yang memadai
untuk membuat diagnosis yang tepat, memberi penanganan awal atau tuntas, dan
melakukan rujukan secara tepat dalam rangka penatalaksanaan pasien. Tingkat
kompetensi setiap penyakit merupakan kemampuan yang harus dicapai pada akhir
pendidikan dokter.

Sistematika
Penyakit di dalam daftar ini dikelompokkan menurut sistem tubuh manusia disertai
tingkat kemampuan yang harus dicapai pada akhir masa pendidikan.
Tingkat kemampuan yang harus dicapai:
Tingkat Kemampuan 1: mengenali dan menjelaskan
Lulusan dokter mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik penyakit,
dan mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih
lanjut mengenai penyakit tersebut, selanjutnya menentukan rujukan yang
paling tepat bagi pasien. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti
sesudah kembali dari rujukan.
Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit
tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan
pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah
kembali dari rujukan.
Tingkat Kemampuan 3: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan
merujuk
3A. Bukan gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter
mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari
rujukan.

31  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

3B. Gawat darurat


Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan
terapi pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan
nyawa atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien.
Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi
penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti
sesudah kembali dari rujukan.
Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara
mandiri dan tuntas
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.
4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter
4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip dan/atau
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB)
Dengan demikian didalam Daftar Penyakit ini level kompetensi tertinggi adalah 4A

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 32  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

SISTEM SARAF
 
 

Tingkat
No Daftar Penyakit
Kemampuan
Genetik dan Kongenital
1 Spina bifida 2
2 Fenilketonuria 1
Gangguan Neurologik Paediatrik
3 Duchene muscular dystrophy 1
4 Kejang demam 4A
Infeksi
5 Infeksi sitomegalovirus 2
6 Meningitis 3B
7 Ensefalitis 3B
8 Malaria serebral 3B
9 Tetanus 4A
10 Tetanus neonatorum 3B
11 Toksoplasmosis serebral 2
12 Abses otak 2
13 HIV AIDS tanpa komplikasi 4A
14 AIDS dengan komplikasi 3A
15 Hidrosefalus 2
16 Poliomielitis 3B
17 Rabies 3B
18 Spondilitis TB 3A
Tumor Sistem Saraf Pusat
19 Tumor primer 2
20 Tumor sekunder 2
Penurunan Kesadaran
21 Ensefalopati 3B
22 Koma 3B
23 Mati batang otak 2
Nyeri Kepala
24 Tension headache 4A
25 Migren 4A
26 Arteritis kranial 1
27 Neuralgia trigeminal 3A
28 Cluster headache 3A
Penyakit Neurovaskular
29 TIA 3B
30 Infark serebral 3B
31 Hematom intraserebral 3B
32 Perdarahan subarakhnoid 3B
33 Ensefalopati hipertensi 3B

33  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

Lesi Kranial dan Batang Otak


34 Bells’ palsy 4A
35 Lesi batang otak 2
Gangguan Sistem Vaskular
36 Meniere's disease 3A
37 Vertigo (Benign paroxysmal positional vertigo) 4A
38 Cerebral palsy 2
Defisit Memori
39 Demensia 3A
40 Penyakit Alzheimer 2
Gangguan Pergerakan
41 Parkinson 3A
42 Gangguan pergerakan lainnya 1
Epilepsi dan Kejang Lainnya
43 Kejang 3B
44 Epilepsi 3A
45 Status epileptikus 3B
Penyakit Demielinisasi
46 Sklerosis multipel 1
Penyakit pada Tulang Belakang dan Sumsum Tulang Belakang
47 Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) 1
48 Complete spinal transaction 3B
49 Sindrom kauda equine 2
50 Neurogenic bladder 3A
51 Siringomielia 2
52 Mielopati 2
53 Dorsal root syndrome 2
54 Acute medulla compression 3B
55 Radicular syndrome 3A
56 Hernia nucleus pulposus (HNP) 3A
Trauma
57 Hematom epidural 2
58 Hematom subdural 2
59 Trauma Medula Spinalis 2
Nyeri
60 Reffered pain 3A
61 Nyeri neuropatik 3A
Penyakit Neuromuskular dan Neuropati
62 Sindrom Horner 2
63 Carpal tunnel syndrome 3A
64 Tarsal tunnel syndrome 3A
65 Neuropati 3A
66 Peroneal palsy 3A
67 Guillain Barre syndrome 3B
68 Miastenia gravis 3B
69 Polimiositis 1
70 Neurofibromatosis (Von Recklaing Hausen disease) 2
Gangguan Neurobehaviour
71 Amnesia pascatrauma 3A
72 Afasia 2
73 Mild Cognitive Impairment (MCI) 2

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 34  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

PSIKIATRI
 
 

Tingkat
No Daftar Penyakit
Kemampuan
Gangguan Mental Organik
Delirium yang tidak diinduksi oleh alkohol atau zat
1 3A
psikoaktif lainnya
Gangguan Mental dan Perilaku akibat Penggunaan zat Psikoaktif
2 Intoksikasi akut zat psikoaktif 3B
3 Adiksi/ketergantungan Narkoba 3A
Delirium yang diinduksi oleh alkohol atau zat psikoaktif
4 3A
lainnya
Psikosis (Skizofrenia, Gangguan Waham menetap, Psikosis Akut dan Skizoafektif)
5 Skizofrenia 3A
6 Gangguan waham 3A
7 Gangguan psikotik 3A
8 Gangguan skizoafektif 3A

9 Gangguan bipolar, episode manik 3A


10 Gangguan bipolar, episode depresif 3A
11 Gangguan siklotimia 2
12 Depresi endogen, episode tunggal dan rekuran 2
13 Gangguan distimia (depresi neurosis) 2
14 Gangguan depresif yang tidak terklasifikasikan 2
15 Baby blues (post-partum depression) 3A
Gangguan Neurotik, Gangguan berhubungan dengan Stres, dan Gangguan
Somatoform
Gangguan Cemas Fobia
16 Agorafobia dengan/tanpa panik 2
17 Fobia sosial 2
18 Fobia spesifik 2
Gangguan Cemas Lainnya
19 Gangguan panik 3A
20 Gangguan cemas menyeluruh 3A
21 Gangguan campuran cemas depresi 3A
22 Gangguan obsesif-kompulsif 2
23 Reaksi terhadap stres yg berat, & gangguan penyesuaian 2
24 Post traumatic stress disorder 3A
25 Gangguan disosiasi (konversi) 2
26 Gangguan somatoform 4A
27 Trikotilomania 3A
Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa Dewasa
28 Gangguan kepribadian 2
29 Gangguan identitas gender 2
30 Gangguan preferensi seksual 2

35  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

Gangguan Emosional dan Perilaku dengan Onset Khusus pada Masa Anak dan
Remaja
31 Gangguan perkembangan pervasif 2
32 Retardasi mental 3A
Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif
33 2
(termasuk autisme)
34 Gangguan tingkah laku (conduct disorder) 2
Gangguan Makam
35 Anoreksia nervosa 2
36 Bulimia 2
37 Pica 2
Tics
38 Gilles de la tourette syndrome 2
39 Chronic motor of vocal tics disorder 2
40 Transient tics disorder 3A
Gangguan Ekskresi
41 Functional encoperasis 2
42 Functional enuresis 2
Gangguan Bicara
43 Uncoordinated speech 2
Kelainan dan Disfungsi Seksual
44 Parafilia 2
45 Gangguan keinginan dan gairah seksual 3A
Gangguan orgasmus, termasuk gangguan ejakulasi
46 3A
(ejakulasi dini)
Sexual pain disorder (termasuk vaginismus,
47 3A
diparenia)
Gangguan Tidur
48 Insomnia 4A
49 Hipersomnia 3A
50 Sleep-wake cycle disturbance 2
51 Nightmare 2
52 Sleep walking 2

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 36  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

SISTEM INDRA
 

Tingkat
No Daftar Penyakit
Kemampuan
MATA
Konjunctiva
1 Benda asing di konjungtiva 4A
2 Konjungtivitis 4A
3 Pterigium 3A
4 Perdarahan subkonjungtiva 4A
5 Mata kering 4A
Kelopak Mata
6 Blefaritis 4A
7 Hordeolum 4A
8 Chalazion 3A
9 Laserasi kelopak mata 3B
10 Entropion 2
11 Trikiasis 4A
12 Lagoftalmus 2
13 Epikantus 2
14 Ptosis 2
15 Retraksi kelopak mata 2
16 Xanthelasma 2
Aparatus Lakrimalis
17 Dakrioadenitis 3A
18 Dakriosistitis 3A
19 Dakriostenosis 2
20 Laserasi duktus lakrimal 2
Sklera
21 Skleritis 3A
22 Episkleritis 4A
Kornea
23 Erosi 2
24 Benda asing di kornea 2
25 Luka bakar kornea 2
26 Keratitis 3A
27 Kerato-konjungtivitis sicca 2
28 Edema kornea 2
29 Keratokonus 2
30 Xerophtalmia 3A

37  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

Bola Mata
31 Endoftalmitis 2
32 Mikroftalmos 2
Anterior Chamber
33 Hifema 3A
34 Hipopion 3A
Cairan Vitreous
35 Perdarahan Vitreous 1
Iris dan Badan Silier
36 Iridosisklitis, iritis 3A
37 Tumor iris 2
Lensa
38 Katarak 2
39 Afakia kongenital 2
40 Dislokasi lensa 2
Akomodasi dan Refraksi
41 Hipermetropia ringan 4A
42 Miopia ringan 4A
43 Astigmatism ringan 4A
44 Presbiopia 4A
45 Anisometropia pada dewasa 3A
46 Anisometropia pada anak 2
47 Ambliopia 2
48 Diplopia binokuler 2
49 Buta senja 4A
50 Skotoma 2
51 Hemianopia, bitemporal, and homonymous 2
52 Gangguan lapang pandang 2
Retina
53 Ablasio retina 2
54 Perdarahan retina, oklusi pembuluh darah retina 2
55 Degenerasi makula karena usia 2
56 Retinopati (diabetik, hipertensi, prematur) 2
57 Korioretinitis 1
Diskus Optik dan Saraf Mata
58 Optic disc cupping 2
59 Edema papil 2
60 Atrofi optik 2
61 Neuropati optik 2
62 Neuritis optik 2
Glaukoma
63 Glaukoma akut 3B
64 Glaukoma lainnya 3A

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 38  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

TELINGA
Telinga, Pendengaran, dan Keseimbangan
65 Tuli (kongenital, perseptif, konduktif) 2
66 Inflamasi pada aurikular 3A
67 Herpes zoster pada telinga 3A
68 Fistula pre-aurikular 3A
69 Labirintitis 2
70 Otitis eksterna 4A
71 Otitis media akut 4A
72 Otitis media serosa 3A
73 Otitis media kronik 3A
74 Mastoiditis 3A
75 Miringitis bullosa 3A
76 Benda asing 3A
77 Perforasi membran timpani 3A
78 Otosklerosis 3A
79 Timpanosklerosis 2
80 Kolesteatoma 1
81 Presbiakusis 3A
82 Serumen prop 4A
83 Mabuk perjalanan 4A
84 Trauma akustik akut 3A
85 Trauma aurikular 3B
HIDUNG
Hidung dan Sinus Hidung
86 Deviasi septum hidung 2
87 Furunkel pada hidung 4A
88 Rhinitis akut 4A
89 Rhinitis vasomotor 4A
90 Rhinitis alergika 4A
91 Rhinitis kronik 3A
92 Rhinitis medikamentosa 3A
93 Sinusitis 3A
94 Sinusitis frontal akut 2
95 Sinusitis maksilaris akut 2
96 Sinusitis kronik 3A
97 Benda asing 4A
98 Epistaksis 4A
99 Etmoiditis akut 1
100 Polip 2
Kepala dan Leher
101 Fistula dan kista brankial lateral dan medial 2
102 Higroma kistik 2
103 Tortikolis 3A
104 Abses Bezold 3A

39  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

SISTEM RESPIRASI
 

Tingkat
No Daftar Penyakit
Kemampuan

1 Influenza 4A
2 Pertusis 4A
3 Acute Respiratory distress syndrome (ARDS) 3B
4 SARS 3B
5 Flu burung 3B
Laring dan Faring
6 Faringitis 4A
7 Tonsilitis 4A
8 Laringitis 4A
9 Hipertrofi adenoid 2
10 Abses peritonsilar 3A
11 Pseudo-croop acute epiglotitis 3A
12 Difteria (THT) 3B
13 Karsinoma laring 2
14 Karsinoma nasofaring 2
Trakea
15 Trakeitis 2
16 Aspirasi 3B
17 Benda asing 2
Paru
18 Asma bronkial 4A
19 Status asmatikus (asma akut berat) 3B
20 Bronkitis akut 4A
21 Bronkiolitis akut 3B
22 Bronkiektasis 3A
23 Displasia bronkopulmonar 1
24 Karsinoma paru 2
25 Pneumonia, bronkopneumonia 4A
26 Pneumonia aspirasi 3B
27 Tuberkulosis paru tanpa komplikasi 4A
28 Tuberkulosis dengan HIV 3A
29 Multi Drug Resistance (MDR) TB 2
30 Pneumothorax ventil 3A
31 Pneumothorax 3A
32 Efusi pleura 2
33 Efusi pleura masif 3B
34 Emfisema paru 3A

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 40  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

35 Atelektasis 2
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) eksaserbasi
36 3B
akut
37 Edema paru 3B
38 Infark paru 1
39 Abses paru 3A
40 Emboli paru 1
41 Kistik fibrosis 1
42 Haematothorax 3B
43 Tumor mediastinum 2
44 Pnemokoniasis 2
45 Penyakit paru intersisial 1
46 Obstructive Sleep Apnea (OSA) 1

41  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

SISTEM KARDIOVASKULAR
 

Tingkat
No Daftar Penyakit
Kemampuan
Gangguan dan Kelainan pada Jantung
Kelainan jantung congenital (Ventricular Septal
1 Defect, Atrial Septal Defect, Patent Ductus Arteriosus, 2
Tetralogy of Fallot)
Radang pada dinding jantung (Endokarditis,
2 2
Miokarditis, Perikarditis)
3 Syok (septik, hipovolemik, kardiogenik, neurogenik) 3B
4 Angina pektoris 3B
5 Infark miokard 3B
6 Gagal jantung akut 3B
7 Gagal jantung kronik 3A
8 Cardiorespiratory arrest 3b
Kelainan katup jantung: Mitral stenosis, Mitral
9 regurgitation, Aortic stenosis, Aortic regurgitation,dan 2
Penyakit katup jantung lainnya
10 Takikardi: supraventrikular, ventrikular 3B
11 Fibrilasi atrial 3A
12 Fibrilasi ventrikular 3B
13 Atrial flutter 3B
14 Ekstrasistol supraventrikular, ventrikular 3A
15 Bundle Branch Block 2
16 Aritmia lainnya 2
17 Kardiomiopati 2
18 Kor pulmonale akut 3B
19 Kor pulmonale kronik 3A
Gangguan Aorta dan Arteri
20 Hipertensi esensial 4A
21 Hipertensi sekunder 3A
22 Hipertensi pulmoner 1
23 Penyakit Raynaud 2
24 Trombosis arteri 2
25 Koarktasio aorta 1
26 Penyakit Buerger's (Thromboangiitis Obliterans) 2
27 Emboli arteri 1
28 Aterosklerosis 1
29 Subclavian steal syndrome 1
30 Aneurisma Aorta 1
31 Aneurisma diseksi 1
32 Klaudikasio 2
33 Penyakit jantung reumatik 2

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 42  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Vena dan Pembuluh Limfe


34 Tromboflebitis 3A
35 Limfangitis 3A
36 Varises (primer, sekunder) 2
37 Obstructed venous return 2
38 Trombosis vena dalam 2
39 Emboli vena 2
40 Limfedema (primer, sekunder) 3A
41 Insufisiensi vena kronik 3A

43  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

SISTEM GASTROINTESTINAL,
HEPATOBILIER, & PANKREAS
Tingkat
No Daftar Penyakit
Kemampuan
Mulut
1 Sumbing pada bibir dan palatum 2
2 Micrognatia and macrognatia 2
3 Kandidiasis mulut 4A
4 Ulkus mulut (aptosa, herpes) 4A
5 Glositis 3A
6 Leukoplakia 2
7 Angina Ludwig 3A
8 Parotitis 4A
9 Karies gigi 3A
Esofagus
10 Atresia esofagus 2
11 Akalasia 2
12 Esofagitis refluks 3A
13 Lesi korosif pada esofagus 3B
14 Varises esofagus 2
15 Ruptur esofagus 1
Dinding, Rongga Abdomen, dan Hernia
Hernia (inguinalis, femoralis, skrotalis) reponibilis,
16 2
irreponibilis
Hernia (inguinalis, femoralis, skrotalis) strangulata,
17 3B
inkarserata
18 Hernia (diaframatika, hiatus) 2
19 Hernia umbilikalis 3A
20 Peritonitis 3B
21 Perforasi usus 2
22 Malrotasi traktus gastro-intestinal 2
23 Infeksi pada umbilikus 4A
24 Sindrom Reye 1
Lambung, Duodenum, Jejunum, Ileum
25 Gastritis 4A
26 Gastroenteritis (termasuk kolera, giardiasis) 4A
27 Refluks gastroesofagus 4A
28 Ulkus (gaster, duodenum) 3A
29 Stenosis pilorik 2
30 Atresia intestinal 2
31 Divertikulum Meckel 2
32 Fistula umbilikal, omphalocoele-gastroschisis 2
33 Apendisitis akut 3B

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 44  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

34 Abses apendiks 3B
35 Demam tifoid 4A
36 Perdarahan gastrointestinal 3B
37 Ileus 2
38 Malabsorbsi 3A
39 Intoleransi makanan 4A
40 Alergi makanan 4A
41 Keracunan makanan 4A
42 Botulisme 3B
Infestasi Cacing dan Lainnya
43 Penyakit cacing tambang 4A
44 Strongiloidiasis 4A
45 Askariasis 4A
46 Skistosomiasis 4A
47 Taeniasis 4A
48 Pes 1
Hepar
49 Hepatitis A 4A
50 Hepatitis B 3A
51 Hepatitis C 2
52 Abses hepar amoeba 3A
53 Perlemakan hepar 3A
54 Sirosis hepatis 2
55 Gagal hepar 2
56 Neoplasma hepar 2
Kandung Empedu, Saluran Empedu, dan Pankreas
57 Kolesistitis 3B
58 Kole(doko)litiasis 2
59 Empiema dan hidrops kandung empedu 2
60 Atresia biliaris 2
61 Pankreatitis 2
62 Karsinoma pankreas 2
Kolon
63 Divertikulosis/divertikulitis 3A
64 Kolitis 3A
65 Disentri basiler, disentri amuba 4A
66 Penyakit Crohn 1
67 Kolitis ulseratif 1
68 Irritable Bowel Syndrome 3A
69 Polip/adenoma 2
70 Karsinoma kolon 2
71 Penyakit Hirschsprung 2
72 Enterokolitis nekrotik 1
73 Intususepsi atau invaginasi 3B

45  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

74 Atresia anus 2
75 Proktitis 3A
76 Abses (peri)anal 3A
77 Hemoroid grade 1-2 4A
78 Hemoroid grade 3-4 3A
79 Fistula 2
80 Fisura anus 2
81 Prolaps rektum, anus 3A
Neoplasma Gastrointestinal
82 Limfoma 2
83 Gastrointestinal Stromal Tumor (GIST) 2

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 46  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

SISTEM GINJAL DAN


SALURAN KEMIH
Tingkat
No Daftar Penyakit
Kemampuan
1 Infeksi saluran kemih 4A
2 Glomerulonefritis akut 3A
3 Glomerulonefritis kronik 3A
4 Gonore 4A
5 Karsinoma sel renal 2
6 Tumor Wilms 2
7 Acute kidney injury 2
8 Penyakit ginjal kronik 2
9 Sindrom nefrotik 2
10 Kolik renal 3A
Batu saluran kemih (vesika urinaria, ureter, uretra )
11 3A
tanpa kolik
12 Ginjal polikistik simtomatik 2
13 Ginjal tapal kuda 1
14 Pielonefritis tanpa komplikasi 4A
15 Nekrosis tubular akut 2
Alat Kelamin Pria
16 Hipospadia 2
17 Epispadia 2
18 Testis tidak turun/ kriptorkidismus 2
19 Rectratile testis 2
20 Varikokel 2
21 Hidrokel 2
22 Fimosis 4A
23 Parafimosis 4A
24 Spermatokel 2
25 Epididimitis 2
26 Prostatitis 3A
27 Torsio testis 3B
28 Ruptur uretra 3B
29 Ruptur kandung kencing 3B
30 Ruptur ginjal 3B
31 Karsinoma uroterial 2
32 Seminoma testis 1
33 Teratoma testis 1
34 Hiperplasia prostat jinak 2
35 Karsinoma prostat 2
36 Striktura uretra 2
37 Priapismus 3B
38 Chancroid 3A

47  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

SISTEM REPRODUKSI
 

Tingkat
No Daftar Penyakit
Kemampuan
Infeksi
1 Sifilis 3A
2 Toksoplasmosis 2
Sindrom duh (discharge) genital (gonore dan
3 4A
nongonore)
4 Infeksi virus Herpes tipe 2 2
5 Infeksi saluran kemih bagian bawah 4A
6 Vulvitis 4A
7 Kondiloma akuminatum 3A
8 Vaginitis 4A
9 Vaginosis bakterialis 4A
10 Servisitis 3A
11 Salpingitis 4A
12 Abses tubo-ovarium 3B
13 Penyakit radang panggul 3A
Kehamilan
14 Kehamilan normal 4A
Gangguan pada Kehamilan
15 Infeksi intra-uterin: korioamnionitis 3A
16 Infeksi pada kehamilan: TORCH, hepatitis B, malaria 3B
17 Aborsi mengancam 3B
18 Aborsi spontan inkomplit 3B
19 Aborsi spontan komplit 4A
20 Hiperemesis gravidarum 3B
21 Inkompatibilitas darah 2
22 Mola hidatidosa 2
23 Hipertensi pada kehamilan 2
24 Preeklampsia 3B
25 Eklampsia 3B
26 Diabetes gestasional 2
27 Kehamilan posterm 2
28 Insufisiensi plasenta 2
29 Plasenta previa 2
30 Vasa previa 2
31 Abrupsio plasenta 2
32 Inkompeten serviks 2
33 Polihidramnion 2
34 Kelainan letak janin setelah 36 minggu 2
35 Kehamilan ganda 2
36 Janin tumbuh lambat 3A
37 Kelainan janin 2
38 Diproporsi kepala panggul 2
39 Anemia defisiensi besi pada kehamilan 4A

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 48  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Persalinan dan Nifas


40 Intra-Uterine Fetal Death (IUFD) 2
41 Persalinan preterm 3A
42 Ruptur uteri 2
43 Bayi post matur 3A
44 Ketuban pecah dini (KPD) 3A
45 Distosia 3B
46 Malpresentasi 2
47 Partus lama 3B
48 Prolaps tali pusat 3B
49 Hipoksia janin 3B
50 Ruptur serviks 3B
51 Ruptur perineum tingkat 1-2 4A
52 Ruptur perineum tingkat 3-4 3B
53 Retensi plasenta 3B
54 Inversio uterus 3B
55 Perdarahan post partum 3B
56 Tromboemboli 2
57 Endometritis 3B
58 Inkontinensia urine 2
59 Inkontinensia feses 2
60 Trombosis vena dalam 2
61 Tromboflebitis 2
62 Subinvolusio uterus 3B
Kelainan Organ Genital
63 Kista dan abses kelenjar bartolini 3A
64 Abses folikel rambut atau kelenjar sebasea 4A
65 Malformasi kongenital 1
66 Kistokel 1
67 Rektokel 1
68 Corpus alienum vaginae 3A
69 Kista Gartner 3A
70 Fistula (vesiko-vaginal, uretero-vagina, rektovagina) 2
71 Kista Nabotian 3A
72 Polip serviks 3A
73 Malformasi kongenital uterus 1
74 Prolaps uterus, sistokel, rektokel 3A
75 Hematokolpos 2
76 Endometriosis 2
77 Hiperplasia endometrium 1
78 Menopause, perimenopausal syndome 2
79 Polikistik ovarium 1
80 Kehamilan ektopik 2

49  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

Tumor dan Keganasan pada Organ Genital


81 Karsinoma serviks 2
82 Karsinoma endometrium 1
83 Karsinoma ovarium 1
84 Teratoma ovarium (kista dermoid) 2
85 Kista ovarium 2
86 Torsi dan ruptur kista 3B
87 Koriokarsinoma Adenomiosis, mioma 1
88 Malpresentasi 2
Payudara
89 Inflamasi, abses 2
90 Mastitis 4A
91 Cracked nipple 4A
92 Inverted nipple 4A
93 Fibrokista 2
94 Fibroadenoma mammae (FAM) 2
95 Tumor Filoides 1
96 Karsinoma payudara 2
97 Penyakit Paget 1
98 Ginekomastia 2
Masalah Reproduksi Pria
89 Infertilitas 3A
90 Gangguan ereksi 2
91 Gangguan ejakulasi 2

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 50  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

SISTEM ENDOKRIN,
METABOLIK, DAN NUTRISI
Tingkat
No Daftar Penyakit
Kemampuan
Kelenjar Endokrin
1 Diabetes melitus tipe 1 4A
2 Diabetes melitus tipe 2 4A
3 Diabetes melitus tipe lain (intoleransi glukosa akibat 3A
penyakit lain atau obat-obatan)
4 Ketoasidosis diabetikum nonketotik 3B
5 Hiperglikemi hiperosmolar 3B
6 Hipoglikemia ringan 4A
7 Hipoglikemia berat 3B
8 Diabetes insipidus 1
9 Akromegali, gigantisme 1
10 Defisiensi hormon pertumbuhan 1
11 Hiperparatiroid 1
12 Hipoparatiroid 3A
13 Hipertiroid 3A
14 Tirotoksikosis 3B
15 Hipotiroid 2
16 Goiter 3A
17 Tiroiditis 2
18 Cushing's disease 3B
19 Krisis adrenal 3B
20 Addison's disease 1
21 Pubertas prekoks 2
22 Hipogonadisme 2
23 Prolaktinemia 1
24 Adenoma tiroid 2
25 Karsinoma tiroid 2
Gizi dan Metabollisme
26 Malnutrisi energi-protein 4A
27 Defisiensi vitamin 4A
28 Defisiensi mineral 4A
29 Dislipidemia 4A
30 Porfiria 1
31 Hiperurisemia 4A
32 Obesitas 4A
33 Sindrom metabolik 3B

51  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

SISTEM HEMATOLOGI DAN


IMUNOLOGI
Tingkat
No Daftar Penyakit
Kemampuan
1 Anemia aplastik 2
2 Anemia defisiensi besi 4A
3 Anemia hemolitik 3A
4 Anemia makrositik 3A
5 Anemia megaloblastik 2
6 Hemoglobinopati 2
7 Polisitemia 2
Gangguan pembekuan darah (trombositopenia,
8 2
hemofilia, Von Willebrand's disease)
9 DIC 2
10 Agranulositosis 2
11 Inkompatibilitas golongan darah 2
Timus
12 Timoma 1
Kelenjar Limfe dan Darah
13 Limfoma non-Hodgkin's, Hodgkin's 1
14 Leukemia akut, kronik 2
15 Mieloma multipel 1
16 Limfadenopati 3A
17 Limfadenitis 4A
Infeksi
18 Bakteremia 3B
19 Demam dengue, DHF 4A
20 Dengue shock syndrome 3B
21 Malaria 4A
22 Leishmaniasis dan tripanosomiasis 2
23 Toksoplasmosis 3A
24 Leptospirosis (tanpa komplikasi) 4A
25 Sepsis 3B
Penyakit Autoimun
26 Lupus eritematosus sistemik 3A
27 Poliarteritis nodosa 1
28 Polimialgia reumatik 3A
29 Reaksi anafilaktik 4A
30 Demam reumatik 3A
31 Artritis reumatoid 3A
32 Juvenile chronic arthritis 2
33 Henoch-schoenlein purpura 2
34 Eritema multiformis 2
35 Imunodefisiensi 2

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 52  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

SISTEM MUSKULOSKELETAL
 

Tingkat
No Daftar Penyakit
Kemampuan
Tulang dan Sendi
1 Artritis, osteoarthritis 3A
2 Fraktur terbuka, tertutup 3B
3 Fraktur klavikula 3A
4 Fraktur patologis, 2
5 Fraktur dan dislokasi tulang belakang 2
6 Dislokasi pada sendi ekstremitas 2
7 Osteogenesis imperfekta 1
8 Ricketsia, osteomalasia 1
9 Osteoporosis 3A
10 Akondroplasia 1
11 Displasia fibrosa 1
12 Tenosinovitis supuratif 3A
13 Tumor tulang primer, sekunder 2
14 Osteosarkoma 1
15 Sarcoma Ewing 1
16 Kista ganglion 2
17 Trauma sendi 3A
Kelainan bentuk tulang belakang (skoliosis, kifosis,
18 2
lordosis)
19 Spondilitis, spondilodisitis 2
20 Teratoma sakrokoksigeal 2
21 Spondilolistesis 1
22 Spondilolisis 1
23 Lesi pada ligamentosa panggul 1
24 Displasia panggul 2
25 Nekrosis kaput femoris 1
26 Tendinitis Achilles 1
27 Ruptur tendon Achilles 3A
28 Lesi meniskus, medial, dan lateral 3A
29 Instabilitas sendi tumit 2
Malformasi kongenital (genovarum, genovalgum, club
30 2
foot, pes planus)
31 Claw foot, drop foot 2
32 Claw hand, drop hand 2
Otot dan Jaringan Lunak
33 Ulkus pada tungkai 4A
34 Osteomielitis 3B
35 Rhabdomiosarkoma 1
36 Leiomioma, leiomiosarkoma, liposarkoma 1
37 Lipoma 4A
38 Fibromatosis, fibroma, fibrosarkoma 1

53  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

SISTEM INTEGUMEN
 

Tingkat
No Daftar Penyakit
Kemampuan
KULIT
Infeksi Virus
1 Veruka vulgaris 4A
2 Kondiloma akuminatum 3A
3 Moluskum kontagiosum 4A
4 Herpes zoster tanpa komplikasi 4A
5 Morbili tanpa komplikasi 4A
6 Varisela tanpa komplikasi 4A
7 Herpes simpleks tanpa komplikasi 4A
Infeksi Bakteri
8 Impetigo 4A
9 Impetigo ulseratif (ektima) 4A
10 Folikulitis superfisialis 4A
11 Furunkel, karbunkel 4A
12 Eritrasma 4A
13 Erisipelas 4A
14 Skrofuloderma 4A
15 Lepra 4A
16 Reaksi lepra 3A
17 Sifilis stadium 1 dan 2 4A
Infeksi Jamur
18 Tinea kapitis 4A
19 Tinea barbe 4A
20 Tinea fasialis 4A
21 Tinea korporis 4A
22 Tinea manus 4A
23 Tinea unguium 4A
24 Tinea kruris 4A
25 Tinea pedis 4A
26 Pitiriasis vesikolor 4A
27 Kandidosis mukokutan ringan 4A
Gigitan Serangga dan Infestasi Parasit
28 Cutaneus larva migran 4A
29 Filariasis 4A
30 Pedikulosis kapitis 4A
31 Pedikulosis pubis 4A
32 Skabies 4A
33 Reaksi gigitan serangga 4A

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 54  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Dermatitis Eksim
34 Dermatitis kontak iritan 4A
35 Dermatitis kontak alergika 3A
36 Dermatitis atopik (kecuali recalcitrant) 4A
37 Dermatitis numularis 4A
38 Liken simpleks kronik/neurodermatitis 3A
39 Napkin eczema 4A
Lesi Eritro-Squamosa
40 Psoriasis vulgaris 3A
41 Dermatitis seboroik 4A
42 Pitiriasis rosea 4A
Kelainan Kelenjar Sebasea dan Ekrin
43 Akne vulgaris ringan 4A
44 Akne vulgaris sedang-berat 3A
45 Hidradenitis supuratif 4A
46 Dermatitis perioral 4A
47 Miliaria 4A
Penyakit Vesikobulosa
48 Toxic epidermal necrolysis 3B
49 Sindrom Stevens-Johnson 3B
Penyakit Kulit Alergi
50 Urtikaria akut 4A
51 Urtikaria kronis 3A
52 Angioedema 3B
Penyakit Autoimun
53 Lupus eritematosis kulit 2
Gangguan Keratinisasi
54 Ichthyosis vulgaris 3A
Reaksi Obat
55 Exanthematous drug eruption, fixed drug eruption 4A
Kelainan Pigmentasi
56 Vitiligo 3A
57 Melasma 3A
58 Albino 2
59 Hiperpigmentasi pascainflamasi 3A
60 Hipopigmentasi pascainflamasi 3A
Neoplasma
61 Keratosis seboroik 2
62 Kista epitel 3A
Tumor Epitel Premaligna dan Maligna
63 Squamous cell carcinoma (Karsinoma sel skuamosa) 2
64 Basal cell carcinoma (Karsinoma sel basal) 2
Tumor Dermis
65 Xanthoma 2
66 Hemangioma 2

55  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

Tumor Sel Melanosit


67 Lentigo 2
68 Nevus pigmentosus 2
69 Melanoma maligna 1
Rambut
70 Alopesia areata 2
71 Alopesia androgenik 2
72 Telogen eflluvium 2
73 Psoriasis vulgaris 2
Trauma
74 Vulnus laseratum, punctum 4A
75 Vulnus perforatum, penetratum 3B
76 Luka bakar derajat 1 dan 2 4A
77 Luka bakar derajat 3 dan 4 3B
78 Luka akibat bahan kimia 3B
79 Luka akibat sengatan listrik 3B

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 56  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


DAN MEDIKOLEGAL
Tingkat
No Daftar Penyakit
Kemampuan
1 Kekerasan tumpul 4A
2 Kekerasan tajam 4A
3 Trauma kimia 3A
4 Luka tembak 3A
5 Luka listrik dan petir 2
6 Barotrauma 2
7 Trauma suhu 2
8 Asfiksia 3A
9 Tenggelam 3A
10 Pembunuhan anak sendiri 3A
11 Pengguguran kandungan 3A
12 Kematian mendadak 3B
13 Toksikologi forensik 3A

57  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA

Lampiran-4

DAFTAR
KETERAMPILAN
KLINIS

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 58  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Standar Kompetensi Dokter Indonesia


Daftar Keterampilan Klinis

Pendahuluan
Keterampilan klinis perlu dilatihkan sejak awal hingga akhir pendidikan dokter secara
berkesinambungan. Dalam melaksanakan praktik, lulusan dokter harus menguasai
keterampilan klinis untuk mendiagnosis maupun melakukan penatalaksanaan masalah
kesehatan. Daftar Keterampilan Klinis ini disusun dari lampiran Daftar Keterampilan
Klinis SKDI 2006 yang kemudian direvisi berdasarkan hasil survei dan masukan dari
pemangku kepentingan. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dan divalidasi
dengan metode focus group discussion (FGD) dan nominal group technique (NGT)
bersama para dokter dan pakar yang mewakili pemangku kepentingan.
Kemampuan klinis di dalam standar kompetensi ini dapat ditingkatkan melalui
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dalam rangka menyerap perkembangan
ilmu dan teknologi kedokteran yang diselenggarakan oleh organisasi profesi atau
lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi profesi, demikian pula untuk
kemampuan klinis lain di luar standar kompetensi dokter yang telah ditetapkan.
Pengaturan pendidikan dan pelatihan kedua hal tersebut dibuat oleh organisasi
profesi, dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang terjangkau
dan berkeadilan (pasal 28 UU Praktik Kedokteran no.29/2004).

Tujuan
Daftar Keterampilan Klinis ini disusun dengan tujuan untuk menjadi acuan bagi institusi
pendidikan dokter dalam menyiapkan sumber daya yang berkaitan dengan
keterampilan minimal yang harus dikuasai oleh lulusan dokter layanan primer.

Sistematika
Daftar Keterampilan Klinis dikelompokkan menurut sistem tubuh manusia untuk
menghindari pengulangan. Pada setiap keterampilan klinis ditetapkan tingkat
kemampuan yang harus dicapai di akhir pendidikan dokter dengan menggunakan
Piramid Miller (knows, knows how, shows, does).
Gambar 3 menunjukkan pembagian tingkat kemampuan menurut Piramida Miller dan
alternatif cara mengujinya pada mahasiswa.

Tingkat kemampuan 1 (Knows): Mengetahui dan menjelaskan


Lulusan dokter mampu menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek biomedik
dan psikososial keterampilan tersebut sehingga dapat menjelaskan kepada
pasien/klien dan keluarganya, teman sejawat, serta profesi lainnya tentang prinsip,
indikasi, dan komplikasi yang mungkin timbul. Keterampilan ini dapat dicapai
mahasiswa melalui perkuliahan, diskusi, penugasan, dan belajar mandiri, sedangkan
penilaiannya dapat menggunakan ujian tulis.

59  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

 
Gambar 3. tingkat kemampuan menurut Piramida Miller dan alternatif cara mengujinya
pada mahasiswa. Dikutip dari Miller (1990), Shumway dan Harden (2003).
Tingkat kemampuan 2 (Knows How): Pernah melihat atau didemonstrasikan
Lulusan dokter menguasai pengetahuan teoritis dari keterampilan ini dengan
penekanan pada clinical reasoning dan problem solving serta berkesempatan
untuk melihat dan mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi
atau pelaksanaan langsung pada pasien/masyarakat. Pengujian keterampilan
tingkat kemampuan 2 dengan menggunakan ujian tulis pilihan berganda atau
penyelesaian kasus secara tertulis dan/atau lisan (oral test).

Tingkat kemampuan 3 (Shows): Pernah melakukan atau pernah menerapkan di


bawah supervisi
Lulusan dokter menguasai pengetahuan teori keterampilan ini termasuk latar
belakang biomedik dan dampak psikososial keterampilan tersebut,
berkesempatan untuk melihat dan mengamati keterampilan tersebut dalam
bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada pasien/masyarakat, serta
berlatih keterampilan tersebut pada alat peraga dan/atau standardized patient.
Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 3 dengan menggunakan Objective
Structured Clinical Examination (OSCE) atau Objective Structured Assessment
of Technical Skills (OSATS).

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 60  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tingkat kemampuan 4 (Does): Mampu melakukan secara mandiri


Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilannya tersebut dengan
menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan,
komplikasi, dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah
supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan
Workbased Assessment misalnya mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

4A. Keterampilan yang dicapai pada saat lulus dokter


4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip dan/atau
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB)

Dengan demikian di dalam Daftar Keterampilan Klinis ini tingkat kompetensi tertinggi
adalah 4A.

Tabel Matriks Tingkat Keterampilan Klinis, Metode Pembelajaran dan Metode


Penilaian untuk setiap tingkat kemampuan

61  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

SISTEM SARAF
 
 
Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
PEMERIKSAAN FISIK
Fungsi Saraf Kranial
1 Pemeriksaan indra penciuman 4A
2 Inspeksi lebar celah palpebra 4A
3 Inspeksi pupil (ukuran dan bentuk) 4A
4 Reaksi pupil terhadap cahaya 4A
5 Reaksi pupil terhadap obyek dekat 4A
6 Penilaian gerakan bola mata 4A
7 Penilaian diplopia 4A
8 Penilaian nistagmus 4A
9 Refleks kornea 4A
10 Pemeriksaan funduskopi 4A
11 Penilaian kesimetrisan wajah 4A
12 Penilaian kekuatan otot temporal dan masseter 4A
13 Penilaian sensasi wajah 4A
14 Penilaian pergerakan wajah 4A
15 Penilaian indra pengecapan 4A
16 Penilaian indra pendengaran (lateralisasi, konduksi
udara dan tulang) 4A
17 Penilaian kemampuan menelan 4A
18 Inspeksi palatum 4A
19 Pemeriksaan refleks Gag 3
20 Penilaian otot sternomastoid dan trapezius 4A
21 Lidah, inspeksi saat istirahat 4A
Lidah, inspeksi dan penilaian sistem motorik (misalnya
22 dengan dijulurkan keluar) 4A
Sistem Motorik
23 Inspeksi: postur, habitus, gerakan involunter 4A
24 Penilaian tonus otot 4A
25 Penilaian kekuatan otot 4A
Koordinasi
26 Inspeksi cara berjalan (gait) 4A
27 Shallow knee bend 4A
28 Tes Romberg 4A
29 Tes Romberg dipertajam 4A
30 Tes telunjuk hidung 4A
31 Tes tumit lutut 4A
32 Tes untuk disdiadokinesis 4A
Sistem Sensorik
33 Penilaian sensasi nyeri 4A
34 Penilaian sensasi suhu 4A
35 Penilaian sensasi raba halus 4A
36 Penilaian rasa posisi (proprioseptif) 4A
37 Penilaian sensasi diskriminatif (misal stereognosis) 4A

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 62  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Fungsi Luhur
Penilaian tingkat kesadaran dengan skala koma
38 Glasgow (GCS) 4A
39 Penilaian orientasi 4A
Penilaian kemampuan berbicara dan berbahasa,
40 termasuk penilaian afasia 4A
41 Penilaian apraksia 2
42 Penilaian agnosia 2
43 Penilaian kemampuan belajar baru 2
44 Penilaian daya ingat/memori 4A
45 Penilaian konsentrasi 4A
Refleks Fisiologis, Patologis, dan Primitif
Refleks tendon (bisep, trisep, pergelangan, platela,
46 tumit) 4A
47 Refleks abdominal 4A
48 Refleks kremaster 4A
49 Refleks anal 4A
50 Tanda Hoffmann-Tromner 4A
51 Respon plantar (termasuk grup Babinski) 4A
52 Snout reflex 4A
Refleks menghisap/rooting reflex menggengam
53 palmar/ grasp reflex glabela palmomental 4A
54 Refleks menggengam palmar/grasp reflex 4A
55 Refleks glabela 4A
56 Refleks palmomental 4A
Tulang Belakang
57 Inspeksi tulang belakang saat istirahat 4A
58 Inspeksi tulang belakang saat bergerak 4A
59 Perkusi tulang belakang 4A
60 Palpasi tulang belakang 4A
61 Mendeteksi nyeri diakibatkan tekanan vertikal 4A
62 Penilaian fleksi lumbal 4A
Pemeriksaan Fisik Lainnya
63 Deteksi kaku kuduk 4A
64 Penilaian fontanel 4A
65 Tanda Patrick dan kontra-Patrick 4A
66 Tanda Chvostek 4A
67 Tanda Lasegue 4A
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
68 Interpretasi X-Ray tengkorak 4A
69 Interpretasi X-Ray tulang belakang 4A
70 CT-Scan otak dan interpretasi 2
71 EEG dan interpretasi 2
72 EMG, EMNG dan interpretasi 2
73 Electronystagmography (ENG) 1
74 MRI 1
75 PET, SPECT 1
76 Angiography 1
77 Duplex-scan pembuluh darah 1
78 Punksi lumbal 2
KETERAMPILAN TERAPEUTIK
79 Therapeutic spinal tap 2

63  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

PSIKIATRI
 
 

Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
ANAMNESIS
1 Autoanamnesis dengan pasien 4A
Alloanamnesis dengan anggota keluarga/orang lain
2 4A
yang bermakna
3 Memperoleh data mengenai keluhan/masalah utama 4A
Menelusuri riwayat perjalanan penyakit
4 4A
sekarang/dahulu
Memperoleh data bermakna mengenai riwayat
5 perkembangan, pendidikan, pekerjaan, perkawinan, 4A
kehidupan keluarga
PEMERIKSAAN PSIKIATRI
6 Penilaian status mental 4A
7 Penilaian kesadaran 4A
8 Penilaian persepsi orientasi intelegensi secara klinis 4A
9 Penilaian orientasi 4A
10 Penilaian intelegensi secara klinis 4A
11 Penilaian bentuk dan isi pikir 4A
12 Penilaian mood dan afek 4A
13 Penilaian motorik 4A
14 Penilaian pengendalian impuls 4A
15 Penilaian kemampuan menilai realitas (judgement) 4A
16 Penilaian kemampuan tilikan (insight) 4A
Penilaian kemampuan fungsional (general
17 4A
assessment of functioning)
18 Tes kepribadian (proyektif, inventori, dll) 2
DIAGNOSIS DAN IDENTIFIKASI MASALAH
Menegakkan diagnosis kerja berdasarkan kriteria
19 4A
diagnosis multiaksial
20 Membuat diagnosis banding (diagnosis differensial) 4A
21 Identifikasi kedaruratan psikiatrik 4A
22 Identifikasi masalah di bidang fisik, psikologis, sosial 4A
23 Mempertimbangan prognosis 4A
24 Menentukan indikasi rujuk 4A
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
25 Melakukan Mini Mental State Examination 4A
26 Melakukan kunjungan rumah apabila diperlukan 4A
Melakukan kerja sama konsultatif dengan teman
27 4A
sejawat lainnya

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 64  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

TERAPITERAPI
Memberikan terapi psikofarmaka (obat-obat antipsiko-
28 3
tik, anticemas, antidepresan, antikolinergik, sedatif)
29 Electroconvulsion therapy (ECT) 2
30 Psikoterapi suportif: konselling 3
31 Psikoterapi modifikasi perilaku 2
32 Cognitive Behavior Therapy (CBT) 2
33 Psikoterapi psikoanalitik 1
34 Hipnoterapi dan terapi relaksasi 2
35 GroupTherapy 1
36 Family Therapy 2

65  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

SISTEM INDRA
 
 

Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK
Indra Penglihatan
Penglihatan
1 Penilaian penglihatan bayi, anak, dan dewasa 4A
Refraksi
2 Penilaian refraksi, subjektif 4A
3 Penilaian refraksi, objektif (refractometry keratometer) 2
Lapang Pandang
4 Lapang pandang, Donders confrontation test 4A
5 Lapang pandang, Amsler panes 4A
Penilaian Eksternal
6 Inspeksi kelopak mata 4A
7 Inspeksi kelopak mata dengan eversi kelopak atas 4A
8 Inspeksi bulu mata 4A
9 Inspeksi konjungtiva, termasuk forniks 4A
10 Inspeksi sklera 4A
11 Inspeksi orifisium duktus lakrimalis 4A
12 Palpasi limfonodus pre-aurikular 4A
Posisi Mata
13 Penilaian posisi dengan corneal reflex images 4A
14 Penilaian posisi dengan cover uncover test 4A
15 Pemeriksaan gerakan bola mata 4A
16 Penilaian penglihatan binokular 4A
Pupil
17 Inspeksi pupil 4A
Penilaian pupil dengan reaksi langsung terhadap
18 4A
cahaya dan konvergensi
Media
Inspeksi media refraksi dengan transilluminasi (pen
19 4A
light)
20 Inspeksi kornea 4A
21 Inspeksi kornea dengan fluoresensi 3
22 Tes sensivitas kornea 4A
23 Inspeksi bilik mata depan 4A
24 Inspeksi iris 4A
25 Inspeksi lensa 4A
26 Pemeriksaan dengan slit-lamp 3
Fundus
27 Fundoscopy untuk melihat fundus reflex 4A
Fundoscopy untuk melihat pembuluh darah, papil,
28 4A
makula

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 66  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tekanan Intraokular
29 Tekanan intraokular, estimasi dengan palpasi 4A
Tekanan intraokular, pengukuran dengan indentasi
30 4A
tonometer (Schiötz)
Tekanan intraokular, pengukuran dengan aplanasi
31 1
tonometer atau non-contact-tonometer
Pemeriksaan Oftamologi Lainnya
32 Penentuan refraksi setelah sikloplegia (skiascopy) 1
33 Pemeriksaan lensa kontak fundus, misalnya gonioscopy 1
34 Pengukuran produksi air mata 2
35 Pengukuran eksoftalmos (Hertel) 2
36 Pembilasan melalui saluran lakrimalis (Anel) 2
37 Pemeriksaan orthoptic 2
38 Perimetri 2
39 Pemeriksaan lensa kontak dengan komplikasi 3
40 Tes penglihatan warna (dengan buku Ishihara 12 plate) 4A
41 Elektroretinografi 1
42 Electro-oculography 1
43 Visual evoked potentials (VEP/VER) 1
44 Fluorescein angiography (FAG) 1
45 Echographic examination: ultrasonography (USG) 1
Indra Pendengaran dan Keseimbangan
46 Inspeksi aurikula, posisi telinga, dan mastoid 4A
Pemeriksaan meatus auditorius externus dengan
47 4A
otoskop
48 Pemeriksaan membran timpani dengan otoskop 4A
49 Menggunakan cermin kepala 4A
50 Menggunakan lampu kepala 4A
Tes pendengaran, pemeriksaan garpu tala (Weber,
51 4A
Rinne, Schwabach)
52 Tes pendengaran, tes berbisik 4A
53 Intepretasi hasil Audiometri - tone & speech audiometry 3
54 Pemeriksaan pendengaran pada anak-anak 4A
55 Otoscopy pneumatic (Siegle) 2
56 Melakukan dan menginterpretasikan timpanometri 2
57 Pemeriksaan vestibular 2
58 Tes Ewing 2
Indra Penciuman
59 Inspeksi bentuk hidung dan lubang hidung 4A
60 Penilaian obstruksi hidung 4A
61 Uji penciuman 4A
62 Rinoskopi anterior 4A
63 Transluminasi sinus frontalis & maksila 4A
64 Nasofaringoskopi 2
65 USG sinus 1
66 Radiologi sinus 2
67 Interpretasi radiologi sinus 3
Indra Pengecap
68 Penilaian pengecapan 4A

67  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

KETERAMPILAN TERAPEUTIK
Mata
Peresepan kacamata pada kelainan refraksi ringan
69 (sampai dengan 5D tanpa silindris) untuk mencapai 4A
visus 6/6
Peresepan kacamata baca pada penderita dengan
70 4A
visus jauh normal atau dapat dikoreksi menjadi 6/6
71 Pemberian obat tetes mata 4A
72 Aplikasi salep mata 4A
73 Flood ocular tissue 3
Eversi kelopak atas dengan kapas lidi (swab) untuk
74 3
membersihkan benda asing
75 To apply eyes dressing 4A
76 Melepaskan lensa kontak dengan komplikasi 3
77 Melepaskan protesa mata 4A
78 Mencabut bulu mata 4A
79 Membersihkan benda asing dan debris di konjungtiva 4A
Membersihkan benda asing dan debris di kornea
80 3
tanpa komplikasi
81 Terapi laser 1
82 Operasi katarak 2
83 Squint, surgery 1
84 Vitrectomi 1
85 Operasi glaukoma dengan trabekulotomi 1
86 Transplantasi kornea 1
87 Cryocoagulation misalnya cyclocryocoagulation 1
Bedah kelopak mata (chalazion, entropion, ektropion,
88 1
ptosis)
89 Operasi detached retina 1
THT
90 Manuver Politzer 2
91 Manuver Valsalva 4A
Pembersihan meatus auditorius eksternus dengan
92 4A
usapan
93 Pengambilan serumen menggunakan kait atau kuret 4A
94 Pengambilan benda asing di telinga 4A
95 Parasentesis 2
96 Insersi grommet tube 1
97 Menyesuaikan alat bantu dengar 2
98 Menghentikan perdarahan hidung 4A
99 Pengambilan benda asing dari hidung 4A
100 Bilas sinus/sinus lavage/pungsi sinus 2
101 Antroskopi 1
102 Trakeostomi 2
103 Krikotiroidektomi 2

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 68  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

SISTEM RESPIRASI
 
 

Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
PEMERIKSAAN FISIK
1 Inspeksi leher 4A
2 Palpasi kelenjar ludah (submandibular, parotid) 4A
3 Palpasi nodus limfatikus brakialis 4A
4 Palpasi kelenjar tiroid 4A
5 Rhinoskopi posterior 3
6 Laringoskopi, indirek 2
7 Laringoskopi, direk 2
8 Usap tenggorokan (throat swab) 4A
9 Oesophagoscopy 2
10 Penilaian respirasi 4A
11 Inspeksi dada 4A
12 Palpasi dada 4A
13 Perkusi dada 4A
14 Auskultasi dada 4A
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Persiapan, pemeriksaan sputum, dan interpretasinya
15 4A
(Gram dan Ziehl Nielsen [BTA])
16 Pengambilan cairan pleura (pleural tap) 3
17 Uji fungsi paru/spirometri dasar 4A
18 Tes provokasi bronkial 2
19 Interpretasi Rontgen/foto toraks 4A
20 Ventilation Perfusion Lung Scanning 1
21 Bronkoskopi 2
22 FNAB superfisial 2
23 Trans thoracal needle aspiration (TINA) 2
TERAPEUTIK
24 Dekompresi jarum 4A
25 Pemasangan WSD 3
26 Ventilasi tekanan positif pada bayi baru lahir 3
27 Perawatan WSD 4A
28 Pungsi pleura 3
29 Terapi inhalasi/nebulisasi 4A
30 Terapi oksigen 4A
31 Edukasi berhenti merokok 4A

69  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

SISTEM
  KARDIOVASKULAR

Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
PEMERIKSAAN FISIK
1 Inspeksi dada 4A
2 Palpasi denyut apeks jantung 4A
3 Palpasi arteri karotis 4A
4 Perkusi ukuran jantung 4A
5 Auskultasi jantung 4A
6 Pengukuran tekanan darah 4A
7 Pengukuran tekanan vena jugularis (JVP) 4A
8 Palpasi denyut arteri ekstremitas 4A
9 Penilaian denyut kapiler 4A
10 Penilaian pengisian ulang kapiler (capillary refill) 4A
11 Deteksi bruits 4A
PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK
12 Tes (Brodie) Trendelenburg 4A
13 Tes Perthes 3
14 Test Homan (Homan’s sign) 3
15 Uji postur untuk insufisiensi arteri 3
16 Tes hiperemia reaktif untuk insufisiensi arteri 3
17 Test ankle-brachial index (ABI) 3
18 Exercise ECG Testing 2
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Elektrokardiografi (EKG): pemasangan dan inter-
19 4A
pretasi hasil EKG sederhana (VES, AMI, VT, AF)
20 Ekokardiografi 2
21 Fonokardiografi 2
22 USG Doppler 2
RESUSITASI
23 Pijat jantung luar 4A
24 Resusitasi cairan 4A

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 70  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

SISTEM GASTROINTESTINAL,
  HEPATOBILIER, & PANKREAS
Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
PEMERIKSAAN FISIK
1 Inspeksi bibir dan kavitas oral 4A
2 Inspeksi tonsil 4A
3 Penilaian pergerakan otot-otot hipoglosus 4A
4 Inspeksi abdomen 4A
Inspeksi lipat paha/inguinal pada saat tekanan
5 4A
abdomen meningkat
Palpasi (dinding perut, kolon, hepar, lien, aorta,
6 4A
rigiditas dinding perut)
7 Palpasi hernia 4A
Pemeriksaan nyeri tekan dan nyeri lepas (Blumberg
8 4A
test)
9 Pemeriksaan psoas sign 4A
10 Pemeriksaan obturator sign 4A
11 Perkusi (pekak hati dan area traube) 4A
12 Pemeriksaan pekak beralih (shifting dullness) 4A
13 Pemeriksaan undulasi (fluid thrill) 4A
14 Pemeriksaan colok dubur (digital rectal examination) 4A
15 Palpasi sacrum 4A
16 Inspeksi sarung tangan pascacolok-dubur 4A
17 Persiapan dan pemeriksaan tinja 4A
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
18 Pemasangan pipa nasogastrik (NGT) 4A
19 Endoskopi 2
20 Nasogastric suction 4A
21 Mengganti kantong pada kolostomi 4A
22 Enema 4A
23 Anal swab 4A
24 Identifikasi parasit 4A
Pemeriksaan feses (termasuk darah samar, protozoa,
25 4A
parasit, cacing)
26 Endoskopi lambung 2
27 Proktoskopi 2
28 Biopsi hepar 1
29 Pengambilan cairan asites 3

71  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

SISTEM GINJAL DAN


  SALURAN KEMIH
Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
PEMERIKSAAN FISIK
1 Pemeriksaan bimanual ginjal 4A
2 Pemeriksaan nyeri ketok ginjal 4A
3 Perkusi kandung kemih 4A
4 Palpasi prostat 4A
5 Refleks bulbokavernosus 3
PROSEDUR DIAGNOSTIK
6 Swab uretra 4A
Persiapan dan pemeriksaan sedimen urine
7 4A
(menyiapkan slide dan uji mikroskopis urine)
8 Uroflowmetry 1
9 Micturating cystigraphy 1
10 Pemeriksaan urodinamik 1
11 Metode dip slide (kultur urine) 3
12 Permintaan pemeriksaan BNO IVP 4A
13 Interpretasi BNO-IVP 3
TERAPEUTIK
14 Pemasangan kateter uretra 4A
15 Clean intermitten chateterization (Neurogenic bladder) 3
16 Sirkumsisi 4A
17 Pungsi suprapubik 3
18 Dialisis ginjal 2

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 72  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

SISTEM REPRODUKSI
 
 

Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
SISTEM REPRODUKSI PRIA
1 Inspeksi penis 4A
2 Inspeksi skrotum 4A
3 Palpasi penis, testis, duktus spermatik epididimis 4A
4 Transluminasi skrotum 4A
SISTEM REPRODUKSI WANITA
GINEKOLOGI
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik umum termasuk pemeriksaan
5 4A
payudara (inspeksi dan palpasi)
6 Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna 4A
7 Pemeriksaan spekulum: inspeksi vagina dan serviks 4A
Pemeriksaan bimanual: palpasi vagina, serviks, korpus
8 4A
uteri, dan ovarium
Pemeriksaan rektal: palpasi kantung Douglas, uterus,
9 3
adneksa
10 Pemeriksaan combined recto-vaginal 3
Pemeriksaan Diagnostik
11 Melakukan swab vagina 4A
Duh (discharge) genital: bau, pH, pemeriksaan dengan
12 4A
pewarnaan Gram, salin, dan KOH
13 Melakukan Pap’s smear 4A
14 Pemeriksaan IVA 4A
15 Kolposkopi 2
16 Pemeriksaan kehamilan USG perabdominal 3
17 Kuretase 3
18 Laparoskopi diagnostik 2
Pemeriksaan Tambahan untuk Fertilitas
19 Penilaian hasil pemeriksaan semen 4A
20 Kurva temperatur basal, instruksi, penilaian hasil 4A
21 Pemeriksaan mukus serviks, Tes fern 4A
Uji pascakoitus, perolehan bahan uji, penyiapan dan
22 3
penilaian slide
23 Histerosalpingografi (HSG) 1
24 Peniupan tuba Fallopi 1
25 Inseminasi artifisial 1
Terapi dan Prevensi
26 Melatih pemeriksaan payudara sendiri 4A
27 Insersi pessarium 2
28 Electro or crycoagulation cervix 3
29 Laparoskopi, terapeutik 2
30 Insisi abses Bartholini 4A
31 Insisi abses lainnya 2

73  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

Konseling
32 Konseling kontrasepsi 4A
33 Insersi dan ekstraksi IUD 4A
34 Laparoskopi, sterilisasi 2
35 Insersi dan ekstraksi implant 3
36 Kontrasepsi injeksi 4A
37 Penanganan komplikasi KB (IUD, pil, suntik, implant) 4A
OBSTETRI
Kehamilan
38 Identifikasi kehamilan risiko tinggi 4A
39 Konseling prakonsepsi 4A
40 Pelayanan perawatan antenatal 4A
41 Inspeksi abdomen wanita hamil 4A
Palpasi: tinggi fundus, manuver Leopold, penilaian posisi
42 4A
dari luar
43 Mengukur denyut jantung janin 4A
44 Pemeriksaan dalam pada kehamilan muda 4A
45 Pemeriksaan pelvimetri klinis 4A
46 Tes kehamilan 4A
47 CTG: melakukan dan menginterpretasikan 3
48 Permintaan pemeriksaan USG obsgin 4A
49 Pemeriksaan USG obsgin (skrining obstetri) 4A
50 Amniosentesis 2
51 Chorionic villus sampling 2
Proses Melahirkan Normal
Pemeriksaan obstetri (penilaian serviks, dilatasi,
51 4A
membran, presentasi janin dan penurunan)
Menolong persalinan fisiologis sesuai Asuhan Persalinan
53 Normal (APN) 4A
54 Pemecahan membran ketuban sesaat sebelum melahirkan 4A
55 Insersi kateter untuk tekanan intrauterus 2
56 Anestesi lokal di perineum 4A
57 Anestesi pudendal 2
58 Anestesi epidural 2
59 Episiotomi 4A
60 Resusitasi bayi baru lahir 4A
61 Menilai skor Apgar 4A
62 Pemeriksaan fisik bayi baru lahir 4A
63 Postpartum: pemeriksaan tinggi fundus, plasenta: lepas/tersisa 4A
Memperkirakan/mengukur kehilangan darah sesudah
64 melahirkan 4A
65 Menjahit luka episiotomi serta laserasi derajat 1 dan 2 4A
66 Menjahit luka episiotomi serta laserasi derajat 3 3
67 Menjahit luka episiotomi derajat 4 2
68 Insiasi menyusui dini (IMD) 4A
69 Induksi kimiawi persalinan 3
Menolong persalinan dengan presentasi bokong (breech
70 3
presentation)
71 Pengambilan darah fetus 2
72 Operasi Caesar (Caesarean section) 2
73 Pengambilan plasenta secara manual 3
74 Ekstraksi vakum rendah 3
75 Pertolongan distosia bahu 3
76 Kompresi bimanual (eksterna, interna, aorta) 4A

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 74  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Perawatan Masa Nifas


77 Menilai lochia 4A
78 Palpasi posisi fundus 4A
79 Payudara: inspeksi, manajemen laktasi, masase 4A
80 Mengajarkan hygiene 4A
81 Konseling kontrasepsi/ KB pascasalin 4A
82 Perawatan luka episiotomi 4A
83 Perawatan luka operasi caesar 4A

75  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

SISTEM ENDOKRIN,
  METABOLISME, DAN NUTRISI

Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
Penilaian status gizi (termasuk pemeriksaan
1 4A
antropometri)
2 Penilaian kelenjar tiroid: hipertiroid dan hipotiroid 4A
3 Pengaturan diet 4A
4 Penatalaksanaan diabetes melitus tanpa komplikasi 4A
Pemberian insulin pada diabetes melitus tanpa
5 4A
komplikasi
Pemeriksaan gula darah (dengan Point of Care Test
6 4A
[POCT])
7 Pemeriksaan glukosa urine (Benedict) 4A
Anamnesis dan konseling kasus gangguan
8 4A
metabolisme dan endokrin

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 76  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

SISTEM HEMATOLOGI DAN


  IMUNOLOGI

Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
1 Palpasi kelenjar limfe 4A
2 Persiapan dan pemeriksaan hitung jenis leukosit 4A
3 Pemeriksaan darah rutin (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit) 4A
Pemeriksaan profil pembekuan (bleeding time, clotting
4 4A
time)
Pemeriksaan Laju endap darah/kecepatan endap
5 4A
darah (LED/KED)
Permintaan pemeriksaan hematologi berdasarkan
6 4A
indikasi
Permintaan pemeriksaan imunologi berdasarkan
7 4A
indikasi
8 Skin test sebelum pemberiaan obat injeksi 4A
9 Pemeriksaan golongan darah dan inkompatibilitas 4A
Anamnesis dan konseling anemia defisiensi besi,
10 4A
thalasemia, dan HIV
11 Penentuan indikasi dan jenis transfusi 4A

77  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

SISTEM MUSKULOSKELETAL
 
 

Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
PEMERIKSAAN FISIK
1 Inspeksi gait 4A
2 Inspeksi tulang belakang saat berbaring 4A
3 Inspeksi tulang belakang saat bergerak 4A
4 Inspeksi tonus otot ekstremitas 4A
5 Inspeksi sendi ekstremitas 4A
6 Inspeksi postur tulang belakang dan pelvis 4A
7 Inspeksi posisi skapula 4A
8 Inspeksi fleksi dan ekstensi punggung 4A
9 Penilaian fleksi lumbal 4A
Panggul: penilaian fleksi dan ekstensi, adduksi,
10 4A
abduksi dan rotasi
11 Menilai atrofi otot 4A
12 Lutut: menilai ligamen krusiatus dan kolateral 4A
13 Penilaian meniskus 4A
14 Kaki: inspeksi postur dan bentuk 4A
15 Kaki: penilaian fleksi dorsal/plantar, inversi dan eversi 4A
16 Palpation for tenderness 4A
Palpasi untuk mendeteksi nyeri diakibatkan tekanan
17 4A
vertikal
18 Palpasi tendon dan sendi 4A
Palpasi tulang belakang, sendi sakro-iliaka dan otot-
19 4A
otot punggung
20 Percussion for tenderness 4A
21 Penilaian range of motion (ROM) sendi 4A
22 Menetapkan ROM kepala 4A
23 Tes fungsi otot dan sendi bahu 4A
Tes fungsi sendi pergelangan tangan, metacarpal, dan
24 4A
jari-jari tangan
25 Pengukuran panjang ekstremitas bawah 4A
TERAPEUTIK
26 Reposisi fraktur tertutup 3
27 Stabilisasi fraktur (tanpa gips) 4A
28 Reduksi dislokasi 3
29 Melakukan dressing (sling, bandage) 4A
30 Nail bed cauterization 2
31 Aspirasi sendi 2
32 Mengobati ulkus tungkai 4A
33 Removal of splinter 3

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 78  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

SISTEM INTEGUMEN
 
 

Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
PEMERIKSAAN FISIK
1 Inspeksi kulit 4A
2 Inspeksi membran mukosa 4A
3 Inspeksi daerah perianal 4A
4 Inspeksi kuku 4A
5 Inspeksi rambut dan skalp 4A
6 Palpasi kulit 4A
Deskripsi lesi kulit dengan perubahan primer dan
7 sekunder, misal ukuran, distribusi, penyebaran, 4A
konfigurasi
Deskripsi lesi kulit dengan perubahan primer dan
8 sekunder, seperti uku distribusi, penyebaran dan 4A
konfigurasi
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
9 Pemeriksaan dermografisme 4A
10 Penyiapan dan penilaian sediaan kalium hidroksida 4A
11 Penyiapan dan penilaian sediaan metilen biru 4A
12 Penyiapan dan penilaian sediaan Gram 4A
13 Biopsi plong (punch biopsy) 2
14 Uji tempel (patch test) 2
15 Uji tusuk (prick test) 2
16 Pemeriksaan dengan sinar UVA (lampu Wood) 4A
TERAPEUTIK
17 Pemilihan obat topikal 4A
18 Insisi dan drainase abses 4A
19 Eksisi tumor jinak kulit 4A
20 Ekstraksi komedo 4A
21 Perawatan luka 4A
22 Kompres 4A
23 Bebat kompresi pada vena varikosum 4A
24 Rozerplasty kuku 4A
PENCEGAHAN
25 Pencarian kontak (case finding) 4A

79  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

LAIN-LAIN
 
 

Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
ANAK
Anamnesis
1 Anamnesis dari pihak ketiga 4A
2 Menelusuri riwayat makan 4A
3 Anamnesis anak yang lebih tua 4A
Berbicara dengan orang tua yang cemas dan/atau
4 orang tua dengan anak yang sakit berat 4A
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik umum dengan perhatian khusus
5 usia pasien 4A
6 Penilaian keadaan umum, gerakan, perilaku, tangisan 4A
7 Pengamatan malformasi kongenital 4A
8 Palpasi fontanella 4A
9 Respons moro 4A
10 Refleks menggenggam palmar 4A
11 Refleks mengisap 4A
12 Refleks melangkah/menendang 4A
13 Vertical suspension positioning 3
14 Asymmetric tonic neck reflex 3
15 Refleks anus 4A
16 Penilaian panggul 3
Penilaian pertumbuhan dan perkembangan anak (termasuk
17 penilaian motorik halus dan kasar, psikososial, bahasa) 4A
18 Pengukuran antropometri 4A
19 Pengukuran suhu 4A
20 Tes fungsi paru 2
21 Ultrasound kranial 1
22 Pungsi lumbal 2
23 Ekokardiografi 2
24 Tes Rumple Leed 4A
Terapeutik
25 Tatalaksana BBLR (KMC incubator) 4A
26 Tatalaksana bayi baru lahir dengan infeksi 3
Peresepan makanan untuk bayi yang mudah
27 dipahami ibu 4A
28 Tatalaksana gizi buruk 4A
29 Pungsi vena pada anak 4A
30 Insersi kanula (vena perifer) pada anak 4A
31 Insersi kanula (vena sentral) pada anak 1
32 Intubasi pada anak 3
33 Pemasangan pipa orofaring 2
34 Kateterisasi jantung 1
35 Vena seksi 3
36 Kanulasi intraoseus 2

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 80  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Resusitasi
37 Tatalaksana anak dengan tersedak 3
38 Tatalaksana jalan nafas 3
39 Cara pemberian oksigen 3
40 Tatalaksana anak dengan kondisi tidak sadar 3
41 Tatalaksana pemberian infus pada anak syok 3
42 Tatalaksana pemberian cairan glukosa IV 3
Tatalaksana dehidrasi berat pada kegawatdaruratan
43 setelah penatalaksanaan syok 4A
DEWASA
Pemeriksaan Fisik
44 Penilaian keadaan umum 4A
45 Penilaian antropologi (habitus dan postur) 4A
46 Penilaian kesadaran 4A
Penunjang
47 Punksi vena 4A
48 Punksi arteri 3
49 Finger prick 4A
Permintaan dan interpretasi pemeriksaan X-ray: foto
50 polos 4A
Permintaan dan interpretasi pemeriksaan X-ray
51 3
dengan kontras
52 Pemeriksaan skintigrafi 1
53 Ekokardiografi 1
54 Pemeriksaan patologi hasil biopsi 1
55 Artrografi 1
56 Ultrasound skrining abdomen 3
57 Biopsi 2
Terapeutik
58 Menasehati pasien tentang gaya hidup 4A
59 Peresepan rasional, lengkap, dan dapat dibaca 4A
60 Injeksi (intrakutan, intravena, subkutan, intramuskular) 4A
Menyiapkan pre-operasi lapangan operasi untuk
61 4A
bedah minor, asepsis, antisepsis, anestesi lokal
Persiapan untuk melihat atau menjadi asisten di kamar
62 operasi (cuci tangan, menggunakan baju operasi, 4A
menggunakan sarung tangan steril, dll)
63 Anestesi infiltrasi 4A
64 Blok saraf lokal 4A
65 Jahit luka 4A
66 Pengambilan benang jahitan 4A
67 Menggunakan anestesi topikal (tetes, semprot) 4A
68 Pemberian analgesik 4A
69 Vena seksi 3
KEGAWATDARURATAN
70 Bantuan hidup dasar 4A
71 Ventilasi masker 4A
72 Intubasi 3
73 Transpor pasien (transport of casualty) 4A
74 Manuver Heimlich 4A
75 Resusitasi cairan 4A
76 Pemeriksaan turgor kulit untuk menilai dehidrasi 4A

81  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

KOMUNIKASI
77 Menyelenggarakan komunikasi lisan maupun tulisan 4A
Edukasi, nasihat dan melatih individu dan kelompok
78 4A
mengenai kesehatan
79 Menyusun rencana manajemen kesehatan 4A
80 Konsultasi terapi 4A
81 Komunikasi lisan dan tulisan kepadateman sejawat atau 4A
petugas kesehatan lainnya (rujukan dan konsultasi)
82 Menulis rekam medik dan membuat pelaporan 4A
Menyusun tulisan ilmiah dan mengirimkan untuk
83 4A
publikasi
KESEHATAN MASYARAKAT / KEDOKTERAN PENCEGAHAN /
KEDOKTERAN KOMUNITAS
Perencanaan dan pelaksanaan, monitoring dan
84 evaluasi upaya pencegahan dalam berbagai tingkat 4A
pelayanan
85 Mengenali perilaku dan gayahidup yang membahayakan 4A
Memperlihatkan kemampuan pemeriksaan medis di
86 4A
komunitas
87 Penilaian terhadap risiko masalah kesehatan 4A
Memperlihatkan kemampuan penelitian yang berkaitan
88 4A
dengan lingkungan
Memperlihatkan kemampuan perencanaaan,
89 pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi suatu intervensi 4A
pencegahan kesehatan primer, sekunder, dan tersier
Melaksanakan kegiatan pencegahan spesifik seperti
90 vaksinasi, pemeriksaan medis berkala dan dukungan 4A
sosial
Melakukan pencegahan dan penatalaksanaan
91 kecelakaan kerja serta merancang program untuk 4A
individu, lingkungan, dan institusi kerja
92 Menerapkan 7 langkah keselamatan pasien 4A
Melakukan langkah-langkah diagnosis penyakit akibat
93 kerja dan penanganan pertama di tempat kerja, serta 4A
melakukan pelaporan PAK
Merencanakan program untuk meningkatkan
94 4A
kesehatan masyarakat termasuk kesehatan lingkungan
Melaksanakan 6 program dasar Puskesmas: 1)
promosi kesehatan, 2) Kesehatan Lingkungan, 3) KIA
95 termasuk KB, 4) Perbaikan gizi masyarakat, 5) 4A
Penanggulangan penyakit: imunisasi, ISPA, Diare, TB,
Malaria 6) Pengobatan dan penanganan
kegawatdaruratan
96 Pembinaan kesehatan usia lanjut 4A
Menegakkan diagnosis holistik pasien individu dan
97 4A
keluarga, dan melakukan terapi dasar secara holistik
98 Melakukan rehabilitasi medik dasar 4A
Melakukan rehabilitasi sosial pada individu, keluarga,
99 4A
dan masyarakat
Melakukan penatalaksanaan komprehensif pasien,
100 4A
keluarga, dan masyarakat

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 82  

 
 

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

SUPERVISI
Mengetahui penyakit-penyakit yang dapat dicegah
101 4A
dengan imunisasi dan pengendaliannya
Mengetahui jenis vaksin beserta
• cara penyimpanan 4A
• cara distribusi 4A
4A
102 • cara skrining dan konseling pada sasaran
4A
• cara pemberian 4A
• kontraindikasi efek samping yang mungkin terjadi dan 4A
upaya penanggulangannya
103 Menjelaskan mekanisme pencatatan dan pelaporan 4A
Merencanakan, mengelola, monitoring, dan evaluasi
104 asuransi pelayanan kesehatan misalnya BPJS, 4A
jamkesmas, jampersal, askes, dll
KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
Medikolegal
105 Prosedur medikolegal 4A
106 Pembuatan Visum et Repertum 4A
107 Pembuatan surat keterangan medis 4A
108 Penerbitan Sertifikat Kematian 4A
Forensik Klinik
109 Pemeriksaan selaput dara 3
110 Pemeriksaan anus 4A
111 Deskripsi luka 4A
112 Pemeriksaan derajat luka 4A
Korban Mati
113 Pemeriksaan label mayat 4A
114 Pemeriksaan baju mayat 4A
115 Pemeriksaan lebam mayat 4A
116 Pemeriksaan kaku mayat 4A
117 Pemeriksaan tanda-tanda asfiksia 4A
118 Pemeriksaan gigi mayat 4A
119 Pemeriksaan lubang-lubang pada tubuh 4A
120 Pemeriksaan korban trauma dan deskripsi luka 4A
121 Pemeriksaan patah tulang 4A
122 Pemeriksaan tanda tenggelam 4A
Teknik Otopsi
123 Pemeriksaan rongga kepala 2
124 Pemeriksaan rongga dada 2
125 Pemeriksaan rongga abdomen 2
126 Pemeriksaan sistem urogenital 2
127 Pemeriksaan saluran luka 2
128 Pemeriksaan uji apung paru 2
129 Pemeriksaan getah paru 2

83  Standar Kompetensi Dokter Indonesia


 
 
 

KONSIL KEDOKTERAN
 
INDONESIA

Teknik Pengambilan Sampel


130 Vaginal swab 4A
131 Buccal swab 4A
132 Pengambilan darah 4A
133 Pengambilan urine 4A
134 Pengambilan muntahan atau isi lambung 4A
135 Pengambilan jaringan 2
136 Pengambilan sampel tulang 2
137 Pengambilan sampel gigi 2
138 Pengumpulan dan pengemasan barang bukti 2
Pemeriksaan Penunjang / Laboratorium Forensik
139 Pemeriksaan bercak darah 3
140 Pemeriksaan cairan mani 3
141 Pemeriksaan sperma 3
142 Histopatologi forensik 1
143 Fotografo forensik 3

Standar Kompetensi Dokter Indonesia 84  

Anda mungkin juga menyukai