Anda di halaman 1dari 5

JUDUL : POLITIK ETNIS DAN IDENTITAS

PENULIS : DWIGHT VICK & JOHN T. ISHIYAMA

LATAR BELAKANG
Identitas etnis adalah salah satu aspek sentral dalam kehidupan sosial dan politik suatu
masyarakat. Identitas etnis melibatkan persepsi individu tentang kelompok etnisnya sendiri
dan pengakuan oleh orang lain terhadap identitas etnis tersebut. Identitas etnis mencakup
aspek-aspek seperti bahasa, budaya, sejarah, dan keturunan yang membedakan satu kelompok
etnis dari kelompok etnis lainnya. Konsep identitas etnis telah menjadi topik yang signifikan
dalam studi ilmu politik, terutama dalam konteks negara-negara yang memiliki keragaman
etnis yang kaya. Studi mengenai identitas etnis melibatkan berbagai bidang penelitian,
termasuk ilmu politik, antropologi, sosiologi, dan psikologi sosial.
Identitas etnis bukanlah entitas yang statis, melainkan merupakan konstruksi sosial
yang dapat berubah seiring waktu dan konteks sosial. Identitas etnis dapat terbentuk melalui
proses historis, politis, budaya, dan interaksi sosial antara individu-individu dalam kelompok
etnis tertentu. Identitas etnis dapat dibentuk melalui faktor-faktor seperti warisan keluarga,
pendidikan, pengalaman migrasi, dan interaksi dengan kelompok etnis lainnya. Selain itu,
konflik, perubahan politik, atau pergeseran sosial juga dapat mempengaruhi identitas etnis
seseorang dan memicu perubahan dalam cara individu mengartikan dan mengidentifikasi diri
mereka sendiri secara etnis. Sering kali identitas etnis berhubungan erat dengan identitas
nasional. Identitas nasional adalah konsep yang lebih luas yang mencakup identitas etnis serta
elemen-elemen seperti kebangsaan, pemerintahan, dan kedaulatan. Identitas etnis dapat
memainkan peran penting dalam pembentukan identitas nasional, di mana identitas etnis
tertentu dapat menjadi bagian dari atau bahkan dominan dalam identitas nasional suatu
negara.

LANDASAN TEORI
Identitas Etnis
Pemahaman tentang identitas etnis melibatkan kesadaran individu dan kelompok
tentang keterhubungan mereka dengan kelompok etnis tertentu. Istilah ini berasal dari bahasa
Yunani "ethnos" yang secara umum diterjemahkan sebagai bangsa atau komunitas orang
yang memiliki bahasa atau budaya yang sama. Pada awalnya, pemahaman mengenai
kelompok etnis cenderung menganggap komunitas ini sebagai sesuatu yang alami. Namun,
Max Weber, seorang sosiolog Jerman pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, berpendapat
bahwa kelompok etnis sebenarnya dibentuk secara sosial dan didasarkan pada keyakinan
subjektif akan adanya komunitas bersama. Dalam pandangan Weber, kelompok etnis
bukanlah sesuatu yang ditentukan secara alami, tetapi merupakan konstruksi sosial yang
bergantung pada motivasi politik.

Pandangan Weber ini berbeda dengan pandangan sebelumnya pada abad ke-19 yang
mengaitkan perbedaan sosial-budaya antar bangsa dengan sifat dan kecenderungan yang
diwarisi dari leluhur yang sama, atau yang disebut ras. Weber menekankan bahwa kelompok
etnis tidaklah bersifat statis, melainkan terus berubah dan batas keanggotaan dalam kelompok
etnis sering kali dinegosiasikan tergantung pada pertarungan politik antar kelompok. Pemikir
lain, seperti Fredrik Barth, juga mendukung pandangan bahwa batas kelompok etnis sangat
fleksibel. Meskipun batas kelompok etnis dapat berubah-ubah, ada beberapa faktor objektif
yang membatasi identitas etnis. Sebagai contoh, seseorang tidak dapat secara tiba-tiba
menyatakan dirinya sebagai anggota kelompok etnis yang berbeda dan langsung diterima
sebagai anggota oleh kelompok tersebut. Identitas etnis melibatkan atribut objektif seperti
penampilan fisik, bahasa, dan budaya yang mempengaruhi cara orang lain memandang dan
mengidentifikasi seseorang. Dengan demikian, meskipun identitas etnis memiliki aspek
subjektif yang melibatkan keyakinan individu tentang afiliasi dengan suatu kelompok etnis,
terdapat juga faktor-faktor objektif yang membatasi apa yang dapat dibayangkan secara
subjektif.

Dalam literatur terkait politik perbandingan, konsep etnisitas digunakan dalam


pengertian yang mencakup atribut-atribut tersebut. Konsep etnisitas melibatkan banyak
penanda identitas lainnya seperti warna kulit, bahasa, dan agama. Beberapa ahli politik etnis
seperti Donald Horowitz menggambarkan etnisitas sebagai istilah yang mencakup kelompok-
kelompok yang dibedakan berdasarkan atribut-atribut tersebut. Meskipun batas kelompok
etnis dapat fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan politik, ini tidak berarti bahwa
identitas etnis semata-mata "diciptakan" dan sepenuhnya fleksibel serta mudah ditembus.
Terdapat keterkaitan kompleks antara faktor subjektif dan objektif yang membentuk identitas
etnis.

Identitas Nasional
Identitas nasional adalah konsep yang meliputi perasaan afeksi, persatuan, dan
kesetiaan individu terhadap negara atau komunitas nasional. Identitas nasional mencerminkan
identitas kolektif individu terhadap negara tempat mereka tinggal, termasuk nilai-nilai,
sejarah, budaya, dan simbol-simbol yang dianggap penting. Mengenai identitas nasional,
terdapat beberapa pendekatan yang berbeda. Salah satunya adalah perdebatan antara
konstruktivisme dan essentialisme dalam studi nasionalisme. Pendekatan konstruktivisme
menyatakan bahwa identitas nasional dibangun secara sadar melalui proses sosial, sedangkan
essentialisme berpendapat bahwa identitas nasional tumbuh secara alami dari identitas etnis
yang ada sebelumnya. Ada beberapa tokoh yang terlibat dalam debat ini, seperti Ernest
Gellner, Eric Hobsbawm, dan Benedict Anderson. Gellner berpendapat bahwa bangsa-bangsa
adalah hasil dari modernisasi, dan identitas nasional muncul setelah periode industrialisasi
dan modernisasi. Hobsbawm juga berpendapat bahwa etnisitas dan nasionalisme adalah
produk modern yang muncul setelah era industrialisasi. Mereka berpendapat bahwa identitas
nasional muncul saat orang-orang mulai merasakan keterhubungan melalui bahasa dan
praktik budaya yang sama.
Di sisi lain, Benedict Anderson berpendapat bahwa bangsa-bangsa adalah komunitas
"berimajinasi" yang diciptakan oleh individu melalui persepsi dan solidaritas mereka, tidak
terikat dengan kelompok etnis tertentu. Ia menganggap Filipina dan Indonesia sebagai contoh
negara-negara dengan banyak kelompok etnis yang membentuk komunitas nasional. Namun,
Smith dan Greenfeld memiliki pandangan yang berbeda. Smith berpendapat bahwa setiap
bangsa memiliki elemen etnis yang mendasari, dan bangsa-bangsa tidak hanya berdasarkan
imajinasi semata. Ia menekankan pentingnya kelompok etnis yang sudah ada sebelumnya
dalam pembentukan nasionalisme. Greenfeld berpendapat bahwa identitas nasional tidaklah
statis, melainkan dipengaruhi oleh pengalaman individu dalam hal sosial, politik, psikologis,
keagamaan, atau budaya yang mendorong mereka untuk menerima komunitas tertentu. Selain
itu, terdapat juga permasalahan terkait kriteria keanggotaan dalam komunitas nasional.
Beberapa sarjana membedakan antara negara etnis dan negara kewarganegaraan. Negara etnis
seperti Jerman menekankan pentingnya "darah" atau ikatan etnis sebagai kriteria keanggotaan
dalam komunitas nasional, sedangkan negara kewarganegaraan seperti Prancis menekankan
penerimaan terhadap budaya dan bahasa negara sebagai kriteria keanggotaan. Secara
keseluruhan, debat mengenai identitas nasional melibatkan perdebatan antara konstruktivisme
dan essentialisme, serta perbedaan dalam penafsiran dan penerapan kriteria keanggotaan
dalam komunitas nasional. Identitas nasional dipengaruhi oleh faktor-faktor historis, sosial,
budaya, dan politik yang kompleks, dan terus mengalami perubahan seiring dengan
perkembangan zaman.

TUJUAN PENULISAN
Penulisan bertujuan untuk menjawab 4 pertanyaan penelitian yaitu:
 Apa yang dimaksud dengan konsep identitas etnis?
 Bagaimana identitas etnis terbentuk dan berubah?
 Apa hubungan antara etnis dan identitas nasional?
 Apa konsekuensi politik dari identitas etnis (khususnya dalam hal pemungutan suara
dan partai politik)?

METODE PENELITIAN
Metode peneltian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Sumber-
sumber data dari penelitian tersebut adalah hasil wawancara dan library research yang di
lakukan oleh penulis.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Identitas etnis melibatkan kesadaran individu dan kelompok tentang keterhubungan
mereka dengan kelompok etnis tertentu. Identitas etnis tidak ditentukan secara alami, tetapi
merupakan konstruksi sosial yang terus berubah dan dipengaruhi oleh faktor subjektif dan
objektif. Identitas nasional mencakup perasaan afeksi, persatuan, dan kesetiaan individu
terhadap negara atau komunitas nasional. Pendekatan konstruktivisme dan essentialisme
berbeda dalam memahami pembentukan identitas nasional, namun faktor-faktor historis,
sosial, budaya, dan politik memengaruhi identitas nasional yang kompleks dan terus
berkembang.

Saran

1. Meneliti lebih lanjut tentang konsekuensi politik dari identitas etnis dalam hal
pemungutan suara dan partai politik. Melihat bagaimana identitas etnis mempengaruhi
preferensi pemilih dan dinamika politik.
2. Menggali lebih dalam tentang peran media sosial dan teknologi dalam membentuk
dan memengaruhi identitas etnis dan nasional di era digital saat ini.
3. Menyelidiki hubungan antara identitas etnis dan masalah sosial seperti rasisme,
diskriminasi, atau konflik antar kelompok, serta bagaimana identitas etnis dapat
menjadi landasan untuk membangun pemahaman dan rekonsiliasi yang lebih baik di
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai