Anda di halaman 1dari 4

Women Centered Care ( WCC ) and Midwives roles

Empowering Women (Pemberdayaan Perempuan)


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etikolegal dan Profesionalisme Kebidanan

Di susun oleh :

Ida Nurfarida F622278


Ria Marsela
No Klisnawati
Nira Nurhayati
Dedah Kamilah
Fauziah
Meliyani F622379
Novianna Rusmadhita
Usriyah
Resna Tresnawati
Siti Maria Gunawan

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN ALIH JENJANG


INSTITUSI KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG
TAHUN 2023
A. Women Centered Care ( WCC ) and Midwives roles
Women Center  Care adalah asuhan yang berpusat pada wanita, maksudnya
bahwa asuhan yang diberikan oleh bidan harus berorientasi pada wanita
sehingga wanita tidak dipandang sebagai obyek melainkan dipandang sebagai
manusia secara utuh / holistic yang mempunyai hak pilih untuk memelihara
kesehatan reproduksinya.
1. Bentuk-bentuk ‘women center care’ di Indonesia merupakan program
untuk menurunkan angka kematian ibu yang merujuk pada program-
program sedunia yang didukung oleh WHO yaitu:
Terpusat pada ibu memiliki sifat holistic (menyeluruh) dalam
membahas kebutuhan dan ekspetasi, social, emosional, fisik, psikologis,
spiritual, dan kebudayaan ibu. Bentuk-bentuk women Center Care di
Indonesia merupakan progam untuk menurunkan angka kematian ibu yang
merujuk pada progam sedunia yang didukung oleh WHO yaitu:
a. Safe Motherhood   
b. The mother Friendly Movement Tahun 1996 yang diterjemahkan sebagai
Gerakan Sayang Ibu (GSI)
c.  Live Saving Skill
d.  Komunikasi Interpersonal dan konseling
e.   Asuhan Persalinan Dasar (APD) yang kemudian berkembang menjadi
AsuhanPersalinan Normal (APN)  Tahun 2000
f.  Making Pregnancy Safer (MPS) tahun 2000
g.   IBI mengeluarkan standar asuhan kebidanan dan usulan peningkatan
pendidikan  Kebidanan  dari D1, D3, D4, S2

2. Contoh Kasus Women Centered Care ( WCC ) yang ada di daerah

Ibu A adalah primigravida hamil aterm normal, masuk kamar bersalin


Puskesmaas P dalam keadaan inpartu.

Ibu A setiap ANC selalu datang ketempat bidan S. Sewaktu ANC di


bidan S ibu A mengutarakan keinginan melahirkan di bidan B karena rumah
ibu A dekat dengan rumah. Bidan B. Bidan mendukung keinginan ibu A dan
menganjurkan beberapa bulan sebelum HPL untuk ANC di bidan B, Tetapi,
ibu mertua dan sebagian keluarga besarnya menyuruh melahirkan di
Puskesmas P dengan alasan peralatan yang lebih lengkap dengan
terpaksa,ibu A menyanggupinya.

Sewaktu dilakukan anamnesa di Puskesmas P, ibu A mengatakan


keinginannya ingin persalinannya didampingi suami dan tidak mau di
episiotomi. Sekarang ini ibu A berada dalam kala II dan kala II yang
berlangsung agak lambat, tetapi ada kemajuan. Bidan di Puskesmas P
mempersilahkan suami ibu A untuk mendampingi ibu A selama proses
persalinan.

Pada proses persalinan tersebut, ibu A merasa nyaman dengan posisi


setengah duduk, tetapi bidan sering menyuruh ibu A dalam posisi miring dan
menjelaskan kepada ibu A bahwa posisi tersebut mempermudah mengamati
penurunan kepala bayi.

ANALISA KASUS

Wanita (ibu) menjadi pusat asuhan kebidanan dalam arti bahwa


asuhan yang diberikan harus berdasarkan pada kebutuhan ibu, bukan
kebutuhan dan kepentingan bidan. Asuhan yang diberikan hendaknya tidak
hanya melibatkan ibu hamil saja melainkan juga keluarganya, dan itu sangat
penting bagi ibu sebab keluarga menjadi bagian integral tak terpisahkan dari
ibu hamil.

Sikap, perilaku, dan kebiasaan ibu hamil sangat dipengaruhi oleh


keluarga. Kondisi yang dialami oleh ibu hamil juga akan mempengaruhi
seluruh anggota keluarga. Selain itu, keluarga juga merupakan unit sosial
yang terdekat dan dapat memberikan dukungan yang kuat bagi anggotanya..
Dalam hal pengambilan keputusan haruslah merupakan kesepakatan bersama
antara ibu, keluarganya, dan bidan, dengan ibu sebagai penentu utama dalam
proses pengambilan keputusan. Ibu mempunyai hak untuk memilih dan
memutuskan kepada siapa dan dimana ia akan memperoleh pelayanan
kebidanannya.

Pada kasus diatas dapat dilihat bahwa bidan S, sudah melakukan


tindakan asuhan sayang ibu pada ibu A, karena mendukung pilihan dan
keputusan ibu A untuk melahirkan di bidan B hanya saja, bidan B tidak
melibatkan keluarga ibu A dalam asuhan, agar keluarganya bisa mengerti
pilihan ibu A dan menyadari bahwa ibu A mempunyai hak untuk
memutuskan kepada siapa dan dimana ibu A akan memperoleh pelayanan
kebidananya karena bidan memegang kunci dalam menentukan asuhan
dimasa mendatang termasuk pelayanan kesehatan utama pada komunitas
untuk seluruh wanita dan keluarga.

Sewaktu di Puskesmas P, bidan di Puskesmas P telah melakukan


asuhan  kebidanan yang benar dengan  menawarkan kepada ibu A untuk
memilih didampingi suami atau keluarga sebagai support fisik dan emosional.
Tetapi bidan tersebut tidak menghargai keinginan ibu A dalam memberikan
kebebasan untuk memilih posisi bersalin sesuai keinginan ibu A .
Seharusnya, bidan dapat bekerjasama dengan ibu A dalam memberikan
asuhan sesuai harapan ibu A.

Anda mungkin juga menyukai