Terlalu banyak petuah yang mungkin telah berdatangan melewati telinga,
hingga masuk ke dalam pikiran. Umumnya disampaikan dari mereka yang umurnya lebih tua daripada kita. Pemuda adalah sarangnya kesalahan. Banyak kenakalan-kenakalan yang dimulai di saat usia ‘muda’. Oleh karena itu, banyak orang-orang yang datang menghampiri kita lebih dari sekadar bertegur sapa. Orangtua kita sendiri, atau bahkan orangtua teman saya pun sampai ikut campur tangan. Memberi tahukan hal-hal semacam, “Jangan coba-coba merokok walau sedikit, nanti ketagihan”, “Tak perlu pacaran, buang-buang waktu saja”, dan masih banyak lagi. Wahai orangtua, kami mendengarkannya, namun sayang melakukannya adalah hal yang berbeda. Kita tahu apa yang kita lakukan mungkin hanya akan berakhir dengan penyesalan, namun manusia perlu pembuktian. Mencoba, mengalami, merasakan hal-hal yang baru akan muncul diakhir seperti keputusasaan, hingga yang paling penting, penyesalan. Maka dari itulah, pengalaman disebut sebagai guru terbaik. Namun disaat yang bersamaan, dapat dengan mudahnya kita ikuti saja apa kata mereka tanpa perlu merasakannya terlebih dahulu, disaat itulah kita menjadi orang yang cerdas, yakni orang yang belajar dari pengalaman orang lain. Sebab tanpa perlu kita ikut merasakan, hanya mendengar dengan kepercayaan.