seperti perguruan tinggi, kompleks industri, dan terminal bus. Dalam teori ini
tidak ada urutan-urutan yang teratur dari zona-zona kota seperti halnya pada
teori kosentris dan sektoral.
i. Zona 1 Sebagai pusat kota dan kegiatan inti, seperti bisnis dan
pemerintahan atau central business district (CBD).
ii. Zona 2 adalah daerah grosir dan manufaktur, yang banyak terdapat
pada daerah ini.
iii. Zona 3 adalah permukiman kelas bawah. Zona ini dipilih karena
pekerja kelas bawah umumnya akan memilih tempat tinggal yang
mendekati pusat kota untuk meminimalisir biaya transportasi.
iv. Zona 4 adalah Permukiman kelas menengah. Daerah ini juga dekat
dengan pusat kota, namun tata letaknya tidak begitu menjamur
seperti daerah permukiman di zona 3
v. Zona 5 adalah permukiman bagi orang-orang yang menginginkan
tempat tinggal yang tenang dan jauh dari keramaian kota.
vi. Zona 6 adalah daerah manufaktur berat. Zona ini umumnya terletak
jauh dari permukiman atau pusat kota, agar tidak mengganggu
kenyamanan akibat hasil polusi industri
vii. Zona 7 khusus bagi daerah pusat bisnis di luar kota. Umumnya
terbentuk karena ada orang-orang yang memiliki kepentingan bisnis,
namun tidak ingin melakukannya di pusat kota.
viii. Zona 8 adalah permukiman di pinggiran kota (suburban)
ix. Zona 9 adalah daerah penunjang kota, namun terletak di pinggiran
kota untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tinggal di wilayah
pinggiran kota (suburban)