Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
36699);
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Bengkayang.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur Penyelenggara
Pemerintah Daerah.
3. Bupati adalah Bupati Bengkayang.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bengkayang.
5. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang penyelenggaraan
pengelolaan pasar dan tempat berjualan pedagang berdasarkan tugas dan fungsinya
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan
Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau
Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koprasi, Dana
Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi Massa, Organisasi Sosial
Politik atau Organisasi yang sejenis, Lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk usaha
lainnya.
7. SPTU adalah Surat Penunjukan Tempat Usaha
8. Pasar adalah tempat bertemunya pihak penjual dan pihak pembeli untuk melaksanakan
transaksi dimana proses jual beli terjadi yang prasarananya disediakan oleh pihak
Pemerintah maupun swasta.
9. Pasar Daerah adalah pasar yang dibuat dan diselenggarakan serta dikelola oleh
Pemerintah Daerah pada lahan atau tanah yang dikuasai Pemerintah Daerah.
10. Pasar Swasta adalah pasar yang dibuat dan diselenggarakan serta dikelola oleh Swasta
pada lahan atau tanah yang dikuasai oleh swasta.
11. Pasar Tetap adalah pasar yang menempati tempat atau areal tertentu yang dikuasai atau
dimiliki dan dioperasionalkan oleh Pemerintah Daerah serta beroperasi secara
berkelanjutan setiap hari, dengan bangunan bersifat permanen yang dilengkapi dengan
sarana dan prasarana penunjang pasar.
12. Pasar Sementara adalah Pasar yang menempati tempat atau areal tertentu yang
diperbolehkan atau atas persetujuan Bupati atau Pejabat yang ditunjuk, dengan
bangunan tidak permanen atau tidak bersifat rutinitas.
13. Pedagang adalah orang yang jual beli barang dan atau jasa yang dilakukan secara terus
menerus dengan tujuan pengalihan barang/jasa dengan disertai imbalan atau
kompensasi.
14. Konsumen adalah setiap orang yang memakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat,baik bagi kepentingan diri sendiri,keluarga,orang lain maupun mahluk lain
dan tidak untuk diperdagangkan.
15. Izin pemakaian tempat usaha/berjualan adalah izin yang terbitkan oleh Bupati atau
Pejabat yang ditunjuk terhadap pemakaian tempat usaha/berjualan di pasar daerah dan
di tempat-tempat tertentu.
16. Izin Pengelolaan Pasar Swasta adalah izin yang diberikan oleh Pemerintah Daerah
untuk mengelola pasar.
17. Pemegang Izin adalah orang atau badan yang mempunyai izin di dalam pasar dan di
tempat-tempat lain yang diizinkan untuk memakai tempat berjualan barang dan jasa
baik berupa ruko, toko, kios, los, pelataran dan bangunan lainnya.
18. Pihak ketiga adalah Instansi atau Badan Usaha atau perorangan yang berada diluar
Organisasi Pemerintah Daerah antara lain Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
lainnya, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi, Swasta
Nasional dan atau swasta Asing yang tunduk pada hukum Indonesia.
19. Ruko/Toko/Kios adalah tempat berjualan di dalam lokasi pasar atau di tempat-tempat
lain yang diizinkan yang dipisahkan antara satu tempat dengan yang lain mulai dari
lantai, dinding, plafond dan atap yang sifatnya tetap atau permanen sebagai tempat
berjualan barang atau jasa.
20. Los adalah tempat berjualan didalam lokasi pasar atau ditempat-tempat lain yang
diizinkan yang beralas permanen dalam bentuk memanjang tanpa dilengkapi dengan
dinding pembatas ruangan atau tempat berjualan dan sebagai tempat berjualan barang
atau jasa.
21. Pelataran adalah tempat atau lahan kosong disekitar tempat berjualan dipasar atau
ditempat-tempat lain yang diizinkan yang dapat dimanfaatkan atau dipergunakan
sebagai tempat berjualan.
22. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengelola data dan atau
keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi Daerah
dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan di bidang pengelolaan pasar dan tempat berjualan pedagang.
BAB II
RUANG LINGKUP PENGELOLAAN PASAR
Pasal 2
(1) Pemerintah Daerah berwenang mengatur tempat usaha dan berjualan baik pasar yang
dikelola oleh Pemerintah Daerah maupun Swasta.
(2) Pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk menampung para pedagang
yang berjualan barang atau jasa pada pasar tetap dan pasar sementara.
Pasal 3
(1) Pengelolaan Pasar tetap dan Pasar sementara menjadi hak dan kewenangan Pemerintah
Daerah.
(2) Pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari :
a. pemakaian dan pengaturan ruko, toko dan los, pelataran, tempat berjualan atau
bangunan pasar yang sah;
b. pengaturan tempat parkir, keamanan dan ketertiban serta kebersihan dalam kawasan
pasar;
c. pengembangan, pembangunan dan pemeliharaan fasilitas umum pasar.
(3) Pengelolaan parkir,keamanan,kebersihan dan ketertiban sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b dilakukan oleh instansi yang terkait.
Pasal 4
(1) Pengelolaan pasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal (3), dapat diadakan kerjasama
dengan pihak ketiga dan ditindaklanjuti dengan Peraturan Bupati.
(2) Dalam pelaksanaan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
memperhatikan :
a. kejelasan hak dan kewajiban serta tanggung jawab para pihak;dan.
b. analisis kemampuan financial, tenaga dan keahlian dari pihak ketiga;
BAB III
STANDARISASI PASAR
Pasal 5
(1) Setiap pasar harus memenuhi standarisasi pasar.
(2) Standarisasi pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :
a. jalan masuk dan keluar bagi kendaraan bermotor;
b. jalan atau lorong atau lalu lintas barang dan atau orang dalam pasar;
c. tempat parkir ;
d. posko keamanan ;
e. tempat penampungan sampah sementara ;
f. toko/kios, los, pelataran dan bangunan lain yang sah ;
g. alat pemadam kebakaran ;
h. papan nama pasar ;
i. tempat ibadah ;
j. tempat mandi, Cuci dan Kakus (MCK) ;
k. unit pengelola pasar; dan
l. instalasi listrik sesuai standar PLN.
(3) Standarisasi pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku seluruhnya, kecuali
bagi pasar sementara.
Pasal 6
(1) Peningkatan sarana dan prasarana pasar daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (2), dapat dilakukan melalui kerjasama dengan pihak ketiga.
(2) Pelaksanaan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus mendapat
persetujuan DPRD apabila membebani masyarakat dan Daerah.
BAB IV
KLASIFIKASI PASAR DAERAH
Pasal 7
(1) Pasar Daerah diklasifikasikan berdasarkan kelengkapan sarana dan prasarana bangunan
pasar, jumlah tempat berjualan, lokasi pasar dan fasilitas sosial.
(2) Klasifikasi pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :
a. pasar kelas I adalah pasar dengan komponen bangunan-bangunan yang lengkap,
sistem arus barang dan orang baik didalam maupaun diluar bangunan dan melayani
perdagangan tingkat regional ( pasar regional);
b. pasar kelas II adalah pasar dengan komponen bangunan-bangunan sistem arus
barang dan orang baik didalam maupaun diluar bangunan dan melayani
perdagangan tingkat kota ( pasar kota) ;
c. pasar Kelas III adalah pasar dengan komponen bangunan-bangunan sistem arus
barang dan orang baik didalam maupaun diluar bangunan dan melayani
perdagangan tingkat wilayah bagian kota ( pasar wilayah) ;
d. pasar Kelas IV. adalah pasar dengan komponen bangunan-bangunan sistem arus
barang dan orang baik didalam maupaun diluar bangunan dan melayani
perdagangan tingkat lingkungan ( pasar lingkungan ).
(3) Klasifikasi pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) kriteriannya akan
diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 8
(1) Klasifikasi pasar sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat (2) dapat berubah sesuai
dengan perkembangan pasar.
(2) Perubahan klasifikasi pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan
Peraturan Bupati.
BAB V
PERIZINAN
Bagian Pertama
Pasar Daerah
Pasal 9
(1) Setiap pedagang baik perorangan atau yang berbentuk Badan Hukum dapat memakai
tempat usaha/berjualan secara tetap dipasar atau ditempat lain yang dikuasai atau
dikelola oleh Pemerintah Daerah dengan terlebih dahulu memiliki surat izin
penunjukan tempat usaha (SPTU) dari Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
(2) Tata cara perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati.
Pasal 10
(1) Izin pemakaian tempat ditetapkan jangka waktunya sebagai berikut :
a. rumah toko (ruko) dan toko paling lama 5 (lima) Tahun;
b. kios dan Los pasar paling lama 3 (tiga) tahun.
(2) Izin yang telah habis jangka waktunya, dapat diperpanjang setelah mendapat
persetujuan Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dengan memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan.
(3) Permohonan perpanjangan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan paling
lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum habis masa berlakunya.
(4) Pemegang izin wajib menggunakan tempat usahanya paling lambat 1 (satu) bulan sejak
dikeluarkan izin.
Pasal 11
Setiap pemegang izin Penunjukan tempat usaha atau berjualan di Pasar Daerah dilarang :
a. memindahkan atau mengalihkan pemakaian tempat berjualan kepada pihak lain
tanpa persetujuan Bupati atau Pejabat yang ditunjuk;
b. menggunakan tempat berjualan yang tidak sesuai dengan izin yang diberikan;
c. merubah, menambah atau mengurangi bentuk bangunan dalam pasar atau ditempat
berjualan tanpa izin Bupati atau Pejabat yang ditunjuk;
d. menutup tempat usaha (tidak memanfaatkan/tidak melakukan aktifitas) dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan berturut-turut atau 6 (enam) bulan terputus-putus
kecuali atas persetujuan Bupati atau Pejabat yang ditunjuk;
e. melakukan kegiatan usaha atau perbuatan yang dapat membahayakan keselamatan
orang banyak; dan
f. melakukan kegiatan usaha dengan menggunakan fasilitas umum yang
peruntukannya bukan untuk kegiatan usaha;
g. melakukan kegiatan usaha yang dilarang Undang-Undang.
Bagian Kedua
Pasar Swasta
Pasal 12
(1) Setiap badan yang membangun dan mengelola sendiri pasar harus terlebih dahulu
memiliki izin pengelolaan pasar dari Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
(2) Untuk mendapatkan Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. photo copy sertifikat tanah;
b. persetujuan dari pemilik tanah yang bukan miliknya;
c. photo copy pajak bumi dan bangunan tahun terakir;
d. photo copy kartu tanda penduduk pemohon ;
e. gambar lokasi;
f. photo copy akta pendirian perusahaan;
g. rekomendasi mendirikan bangunan (advice planning);
h. memiliki dokumen amdal/UKL dan UPL yang telah disahkan oleh pejabat yang
berwenang.
(3) Selain persyaratan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) harus memenuhi
standarisasi pasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2).
(4) Tata Cara perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati.
Pasal 13
Izin Pengelolaan dapat dialihkan kepada pihak lain dengan terlebih dahulu memberitahukan
kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
Pasal 14
Setiap pemegang Izin pengelolaan pasar swasta wajib memelihara keamanan, ketertiban
dan kebersihan dengan menyediakan tempat sampah dilingkungannya, memelihara
kerapian dan kenyamanan tempat berjualan, barang dagangan maupun perlengkapannya
berdasarkan ketentuan yang berlaku.
BAB VI
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 15
(1) Setiap pedagang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(1), Pasal 10 ayat (4) dan Pasal 11 dikenakan sanksi Administrasi Pencabutan Izin.
(2) Pencabutan Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah diberikan
peringatan berupa teguran tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut dengan tenggang
waktu masing-masing 7 (tujuh) hari kerja.
Pasal 16
(1) Setiap penggelola pasar swasta yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (1) dikenakan sanksi Administrasi Penghentian Kegiatan Usaha
secara paksa.
(2) Penghentian kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah
diberikan peringatan berupa teguran tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut
dengan tenggang waktu masing-masing 7 (tujuh) hari kerja.
Pasal 17
(1) Setiap Badan hukum yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 13
dikenakan sanksi administrasi berupa penghentian kegiatan usaha secara paksa.
(2) Upaya paksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah diberikan
peringatan teguran tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu
7 (tujuh) hari kerja.
Pasal 18
(1) Apabila Izin telah dicabut sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dikenakan
sanksi administrasi berupa pengosongan tempat usaha dengan upaya paksa oleh
Pemerintah Daerah.
(2) Upaya paksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah diberikan
peringatan teguran tertulis sebanyak 1(satu) kali dengan tenggang waktu 7 (tujuh) hari
kerja.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 19
(1) Izin penunjukan pemakaian tempat usaha/berjualan yang telah diterbitkan sebelum
berlakunya Peraturan Daerah ini dan belum berakhir masa berlakunya dinyatakan tetap
berlaku.
(2) Semua Izin pemakaian tempat usaha/berjualan yang telah berakhir masa berlakunya
atau yang belum memiliki izin pada saat Peraturan Daerah ini diberlakukan, harus
menyesuaikan dengan Peraturan Daerah ini.
(3) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka ketentuan yang pernah ada sepanjang
mengatur masalah yang sama dan bertentangan dengan Peraturan Daerah ini,
dinyatakan tidak berlaku lagi.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 20
(1) Hal-hal yang belum diatur atau yang belum cukup diatur dalam Peraturan daerah
ini,akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati sepanjang mengenai
pelaksanaanya.
(2) Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan,agar setiap orang dapat
mengetahuinya,memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatanya dalam lembaran Daerah Kabupaten Bengkayang.
Ditetapkan di Bengkayang
pada tanggal 2010
BUPATI BENGKAYANG,
JACOBUS LUNA
Diundangkan di Bengkayang
pada tanggal Agustus 2010
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN BENGKAYANG,
Drs.KRISTIANUS ANYIM,M.Si
Pembina Utama Muda
Nip.19560820 198503 1 010
I. PENJELASAN UMUM
Pasal 18
Ayat (1)
Ketentuan ini dimaksudkan guna memberikan kepastian hukum bagi
Wajib Retribusi.
Ayat (2)
Cukup jelas