PROVINSI BANTEN
TENTANG
BUPATI TANGERANG,
2.Undang-Undang…
-2-
MEMUTUSKAN:
BAB I...
-3-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
PERUBAHAN PERUSAHAAN DAERAH MENJADI
PERUSAHAAN UMUM DAERAH
Pasal 2
Pasal 3
BAB III
NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 4
Pasal 5
BAB IV
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 6
BAB V...
-7-
BAB V
KEGIATAN USAHA
Pasal 7
BAB VI
JANGKA WAKTU BERDIRI
Pasal 8
BAB VII
MODAL BUMD
Bagian Kesatu
Modal Dasar
Pasal 9
Bagian Kedua
Sumber Modal
Pasal 10
Pasal 11…
-9-
Pasal 11
Bagian Ketiga
Penyertaan Modal Daerah
Pasal 12
(3) Barang milik Daerah dinilai sesuai nilai riil pada saat
barang milik Daerah dijadikan penyertaan modal
Daerah.
Pasal 13
Pasal 14
(2)Penyertaan...
-10-
Bagian Keempat
Perubahan Penyertaan Modal Daerah
Pasal 15
Bagian Kelima
Pinjaman
Pasal 16
Bagian Keenam
Hibah
Pasal 17
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 18
Pasal 19...
-11-
Pasal 19
Bagian Kedua
KPM
Pasal 20
Pasal 21…
-12-
Pasal 21
Bagian Ketiga
Dewan Pengawas
Paragraf 1
Pengangkatan dan Unsur Anggota Dewan Pengawas
Pasal 22
Pasal 23
k.tidak...
-13-
Pasal 24
Pasal 25
Paragraf 2...
-14-
Paragraf 2
Jumlah dan Komposisi Anggota Pengawas
Pasal 26
Paragraf 3
Masa Jabatan Anggota Dewan Pengawas
Pasal 27
Paragraf 4
Tugas dan Wewenang Dewan Pengawas
Pasal 28
Paragraf 5
Pemberhentian
Pasal 29
Pasal 30
Pasal 31
g.tidak...
-16-
Pasal 32
Paragraf 6
Larangan Jabatan Dewan Pengawas
Pasal 33
Paragraf 7
Tanggung Jawab Dewan Pengawas
Pasal 34
Paragraf 8
Penghasilan Anggota Dewan Pengawas
Pasal 35
Paragraf 9...
-17-
Paragraf 9
Sekretaris Dewan Pengawas
Pasal 36
Paragraf 10
Rapat Dewan Pengawas
Pasal 37
Pasal 38
Bagian Keempat
Direksi
Paragraf 1
Umum
Pasal 39
Paragraf 2...
-18-
Paragraf 2
Pengangkatan Direksi
Pasal 40
Pasal 41
Pasal 42
(2)Ketentuan…
-19-
Paragraf 3
Jumlah dan Komposisi Anggota Direksi
Pasal 43
Paragraf 4
Masa Jabatan, Tugas, dan Wewenang Anggota Direksi
Pasal 44
Paragraf 5…
-20-
Paragraf 5
Pemberhentian
Pasal 45
Pasal 46
Pasal 47
Paragraf 6
Larangan Jabatan Direksi
Pasal 48
Paragraf 7
Tanggung Jawab Direksi
Pasal 49
Paragraf 8…
-22-
Paragraf 8
Penghasilan Direksi
Pasal 50
Paragraf 9
Rapat Direksi
Pasal 51
Pasal 52
Bagian Kelima...
-23-
Bagian Kelima
Pegawai
Pasal 53
BAB IX
SATUAN PENGAWAS INTERN
Pasal 54
Pasal 55
Pasal 56
Pasal 57
Pasal 58
BAB X
KOMITE AUDIT DAN KOMITE LAINNYA
Pasal 59
Pasal 60
Pasal 61
BAB XI
PERENCANAAN, OPERASIONAL DAN PELAPORAN
Bagian Kesatu
Perencanaan
Paragraf 1
Rencana Bisnis
Pasal 62
Paragraf 2
RKA
Pasal 63
Pasal 64
Bagian Kedua
Operasional
Paragraf 1
Standar Operasional Prosedur
Pasal 65
Paragraf 2
Tata Kelola Perusahaan Yang Baik
Pasal 66
(4)Tata…
-28-
Paragraf 3
Pengadaan Barang/Jasa
Pasal 67
Paragraf 4
Kerjasama
Pasal 68
Paragraf 5
Pinjaman
Pasal 69
Bagian Ketiga
Tahun Buku dan Pelaporan
Paragraf 1
Pelaporan Dewan Pengawas
Pasal 70
(3)Laporan…
-30-
Paragraf 2
Pelaporan Direksi
Pasal 71
(7)Dalam…
-31-
Paragraf 3
Laporan TahunanPasar Niaga Kerta Raharja
Pasal 72
BAB XII
PENGGUNAAN LABA
Pasal 73
Pasal 74
Pasal 75
Pasal 76
Pasal 77
BAB XIII
ANAK PERUSAHAAN
Pasal 78
(4)Pembentukan…
-34-
BAB XIV
PENUGASAN PEMERINTAH
KEPADA PASAR NIAGA KERTA RAHARJA
Pasal 79
(7)Penugasan...
-35-
BAB XV
EVALUASI, RESTRUKTURISASI,
DAN PERUBAHAN BENTUK HUKUM
Bagian Kesatu
Evaluasi
Pasal 80
Pasal 81
Bagian ...
-36-
Bagian Kedua
Restrukturisasi
Paragraf 1
Maksud dan Tujuan Restrukturisasi
Pasal 82
Paragraf 2
Cakupan Restrukturisasi
Pasal 83
Bagian...
-37-
Bagian Ketiga
Perubahan Bentuk Hukum
Pasal 84
BAB XVI
PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGAMBILALIHAN
DAN PEMBUBARAN
Pasal 85
Pasal 86
Pasal 87
Pasal 88...
-38-
Pasal 88
BAB XVII
KEPAILITAN BUMD
Pasal 89
Pasal 90
BAB...
-39-
BAB XVIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian Kesatu
Pembinaan BUMD oleh Pemerintah Daerah
Pasal 91
Pasal 92
Pasal 93
Bagian Kedua...
-40-
Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 94
Pasal 95
BAB XIX
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 96
BAB XX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 97
b.Perjanjian...
-41-
Pasal 98
BAB XXI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 99
Pasal 100
Pasal 101...
-42-
Pasal 101
Ditetapkan di Tigaraksa
pada tanggal 1 Oktober 2019
BUPATITANGERANG,
Ttd
A. ZAKI ISKANDAR
Diundangkan di Tigaraksa
pada tanggal 1 Oktober 2019
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN TANGERANG,
Ttd
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG
NOMOR 7 TAHUN 2019
TENTANG
I. UMUM
dan...
-44-
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10...
-45-
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "APBD" meliputi pula proyek Pasar
Niaga Kerta Raharja yang dikelola oleh Pasar Niaga Kerta
Raharja dan/atau piutang Daerah pada Pasar Niaga Kerta
Raharja yang dijadikan sebagai penyertaan modal Daerah.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "konversi dari pinjaman” adalah
pinjaman Daerah yang dikonversi dalam bentuk penyertaan
modal Daerah pada Pasar Niaga Kerta Raharja.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “sumber lainnya” adalah
pinjaman yang berasal dari lembaga keuangan bank atau
nonbank sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Penugasan Pemerintah Daerah kepada Pasar Niaga Kerta
Raharja harus disesuaikan dengan jenis penugasan
pemerintah Daerah dan tujuan Pasar Niaga Kerta Raharja.
Ayat (2)...
-46-
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "rencana bisnis Pasar Niaga Kerta
Raharja" adalah rincian kegiatan dengan jangka waktu paling
singkat 3 (tiga) tahun atau yang disebut bussfness plan.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan ''unsur independen" adalah anggota
Dewan Pengawas yang tidak ada hubungan keluarga atau
hubungan bisnis dengan Direksi.
Ayat (4)
Pejabat Pemerintah Pusat dan pejabat Pemerintah Daerah
diprioritaskan dalam rangka evaluasi, pembinaan dan
pengawasan Pasar Niaga Kerta Raharja.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “lembaga profesional” adalah Lembaga
pemerintah atau swasta yang berkompeten di bidangnya.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 25…
-47-
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "keadaan tertentu" adalah keadaan
mendesak yang membutuhkan keputusan secara cepat dan
tidak mungkin diadakan rapat.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40…
-48-
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Ketentuan peraturan perundang-undangan seperti Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
yang mengatur bahwa anggota DPRD dilarang merangkap jabatan
sebagai pegawai BUMD atau badan lain yang anggarannya
bersumber dari APBD.
Huruf g
Cukup jelas.
Pasal 48
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c..
-49-
Huruf c
Yang dimaksud dengan "dapat menimbulkan konflik
kepentingan" adalah kondisi anggota Dewan Pengawas atau
anggota Komisaris yang memiliki kepentingan pribadi untuk
menguntungkan diri sendiri dan/atau orang lain dalam
penggunaan wewenang sehingga dapat mempengaruhi
netralitas dan kualitas keputusan dan/atau tindakan yang
dibuat dan/atau dilakukannya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Ayat (l)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan 'keadaan tertentu' adalah keadaan
mendesak yang membutuhkan keputusan secara cepat dan tidak
mungkin diadakan rapat.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "satuan pengawas intern" adalah unit
yang dibentuk oleh direktur utama untuk memberikan jaminan
(assurance) yang independen dan obyektif atas pelaporan
keuangan serta melakukan kegiatan konsultasi bagi manajemen
dengan tujuan untuk meningkatkan nilai (ualue) dan
memperbaiki operasional BUMD melalui evaluasi dan
peningkatan efektivitas manajemen resiko, pengendalian, dan
tata kelola perusahaan. Bentuk satuan pengawas intern
menyesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mengatur sektor usaha yang bersangkutan,
misalnya dalam bidang perbankan, satuan pengawas intern
dipimpin oleh direktur kepatuhan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 55…
-50-
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan prinsip "transparansi" adalah
keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam
mengungkapkan informasi yang relevan mengenai
perusahaan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan prinsip "akuntabilitas" adalah
kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan
perusahaan terlaksana secara efektif.
Huruf c
Yang dimaksud dengan prinsip "pertanggungjawaban"
adalah kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan
terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip
korporasi yang sehat.
Huruf d…
-51-
Huruf d
Yang dimaksud dengan prinsip "kemandirian" adalah
keadaan dimana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan
pengaruh/tekanan dan pihak manapun yang tidak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan prinsip korporasi yang sehat.
Huruf e
Yang dimaksud dengan prinsip "kewajaran" adalah
keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak
pemangku kepentingan (stakeholders) yang timbul
berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-
undangan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79…
-52-
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Cukup jelas.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas.
Pasal 84
Cukup jelas.
Pasal 85
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87
Cukup jelas.
Pasal 88
Cukup jelas.
Pasal 89
Cukup jelas.
Pasal 90
Cukup jelas.
Pasal 91
Cukup jelas.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.
Pasal 94
Cukup jelas.
Pasal 95
Cukup jelas.
Pasal 97
Cukup jelas.
Pasal 98
Cukup jelas.
Pasal 99…
-53-
Pasal 99
Cukup jelas.
Pasal 100
Cukup jelas.
Pasal 101
Cukup jelas.