Anda di halaman 1dari 54

BUPATI TANGERANG

PROVINSI BANTEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG


NOMOR 7 TAHUN 2019

TENTANG

PERUSAHAAN UMUM DAERAH PASAR NIAGA KERTA RAHARJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG,

Menimbang : a. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor


25 Tahun 2004 tentang Perusahaan Daerah Pasar Niaga
Kerta Raharja Kabupaten Tangerang sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Daerah
Nomor 17 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Daerah Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Perusahaan Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja
Kabupaten Tangerang sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan masyarakat dan peraturan perundang-
undangan;

b. bahwa dalam rangka meningkatkan pertumbuhan


perekonomian masyarakat dan peningkatan pendapatan
asli daerah Kabupaten Tangerang, perlu melakukan
perubahan terhadap bentuk badan hukum Perusahaan
Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang
menjadi Perusahaan Umum Daerah Pasar Niaga Kerta
Raharja Kabupaten Tangerang;

c. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 331


ayat (2) dan Pasal 402 ayat (2) Undang-Undang Nomor
23 Tahun 20l4 tentang Pemerintahan Daerah, pendirian
BUMD ditetapkan dengan peraturan daerah, dan BUMD
yang telah ada wajib menyesuaikan dengan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 20l4;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang
tentang Perusahaan Umum Daerah Pasar Niaga Kerta
Raharja

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;

2.Undang-Undang…
-2-

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang


Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan
Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Tahun 1950)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten
Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang
Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan
Propinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran
Negara Republik indonesia Nomor 2851);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 182, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4010);
4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang
Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5512);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang
Badan Usaha Milik Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 305, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6173);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2018
tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota
Dewan Pengawas atau Anggota Komisaris dan Anggota
Direksi Badan Usaha Milik Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 700);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 118 Tahun
2018 tentang Rencana Bisnis, Rencana Kerja dan
Anggaran, Kerjasama, Pelaporan dan Evaluasi Badan
Usaha Milik Daerah (Berita Negara Republik
IndonesiaTahun 2018 Nomor 155);

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANGERANG
dan
BUPATI TANGERANG

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG


PERUSAHAAN UMUM DAERAH PASAR NIAGA KERTA
RAHARJA.

BAB I...
-3-

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:


1. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
2. Pemerintah Daerah adalah kepala Daerah sebagai unsur
penyelenggaran Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
3. Daerah adalah Kabupaten Tangerang.
4. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam negeri.
5. Bupati adalah Bupati Tangerang.
6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya
disingkat DPRD, adalah lembaga perwakilan rakyat
Daerah Kabupaten Tangerang yang berkedudukan
sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah.
7. Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disingkat
BUMD adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh Daerah.
8. Perusahaan Umum Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja,
yang selanjutnya disebut Pasar Niaga Kerta Raharja,
adalah perusahaan milik Daerah yang bergerak dalam
bidang Pasar.
9. Kepala Daerah Yang Mewakili Pemerintah Daerah Dalam
Kepemilikan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Pada
Perusahaan Umum Daerah, yang selanjutnya disebut
KPM, adalah organ perusahaan umum Daerah yang
memegang kekuasaan tertinggi dalam perusahaan
umum Daerah dan memegang segala kewenangan yang
tidak diserahkan kepada Direksi atau Dewan Pengawas.
10. Dewan Pengawas adalah organ Pasar Niaga Kerta
Raharja yang bertugas melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan
kegiatan pengurusan perusahaan umum Daerah.
11. Direksi adalah organ Pasar Niaga Kerta Raharja yang
bertanggung jawab atas pengurusan organ Pasar Niaga
Kerta Raharja untuk kepentingan dan tujuan
perusahaan perseroan Daerah, serta mewaliki organ
Pasar Niaga Kerta Raharja baik di dalam maupun di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
12. Peraturan Daerah yang selanjutnya disingkat PERDA
adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk
oleh DPRD dengan persetujuan bersama Bupati.
13.Pegawai...
-4-

13. Pegawai adalah pekerja yang pengangkatan,


pemberhentian, kedudukan, hak, dan kewajibannya
ditetapkan berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai ketenagakerjaan.
14. Rencana Bisnis adalah rincian kegiatan dengan jangka
waktu 5 (lima) tahun.
15. Indikator Kinerja Utama yang selanjutnya disebut IKU
adalah ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan
sasaran strategis operasional sesuai level BUMD.
16. Standar Operasional Prosedur adalah serangkaian
instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai
proses penyelenggaraan aktivitas organisasi,
bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan
oleh siapa dilakukan.
17. Tata Kelola Perusahaan Yang Baik adalah sistem
pengelolaan yang mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan agar menghasilkan kemanfaatan ekonomi
yang berkesinambungan dan keseimbangan hubungan
antar pemangku kepentingan.
18. Rencana Kerja dan Anggaran, yang selanjutnya
disingkat RKA, adalah penjabaran tahunan dari
Rencana Bisnis Perusahaan Umum Daerah.
19. Gaji adalah gaji pokok pegawai Pasar Niaga Kerta
Raharja.
20. Penghasilan adalah gaji yang ditambah dengan
tunjangan-tunjangan yang sah.
21. Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk
memperoleh Barang/Jasa oleh Pasar Niaga Kerta
Raharja yang prosesnya dimulai dari perencanaan
kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan
untuk memperoleh Barang/Jasa.
22. Pasar adalah lembaga ekonomi tempat bertemunya
pembeli dan penjual, baik secara langsung maupun
tidak langsung, untuk melakukan transaksi
Perdagangan.
23. Pengelolaan dan Pengembangan Pasar adalah
pengelolaan dan pengembangan usaha pasar yang
dikelola dan menjadi kewenangan Pasar Niaga Kerta
Raharja berdasarkan ketentuan Peraturan Daerah ini.
24. Tempat usaha adalah tempat jual beli barang dan/atau
jasa dalam area pasar yang merupakan alat produksi
Pasar Niaga Kerta Raharja.
25. Pedagang adalah setiap orang Warga Negara Indonesia
atau Badan Usaha yang berbentuk Badan Hukum atau
bukan Badan Hukum yang diberikan hak pemakaian
tempat usaha atau hak sewa tempat usaha atau hak
pinjam pakai tempat usaha oleh Pasar Niaga Kerta
Raharja untuk memperdagangkan barang/jasa.
26.Sarana...
-5-

26. Sarana Perpasaran adalah sarana berupa pasar rakyat,


pusat perbelanjaan dan toko swalayan untuk
mendukung pelayanan perpasaran kepada masyarakat.
27. Satuan Pengawas Intern, yang selanjutnya disingkat
SPI, adalah unit yang dibentuk oleh direktur utama
untuk memberikan jaminan (assurance) yang
independen dan obyektif atas pelaporan keuangan
serta melakukan kegiatan konsultasi bagi manajemen
dengan tujuan untuk meningkatkan nilai (value) dan
memperbaiki operasional BUMD melalui evaluasi dan
peningkatan efektivitas manajemen risiko,
pengendalian, dan tata kelola perusahaan.
28. Kontrak Kinerja adalah pernyataan kesepakatan
dengan perusahaan (statement of corporate intent) yang
memuat antara lain janji atau pernyataan anggota
Direksi dan/atau anggota Komisaris untuk memenuhi
target yang ditetapkan oleh RUPS.
29. Tahun Buku adalah tahun takwim sejak tanggal 1
Januari sampai dengan 31 Desember.
30. Modal Dasar adalah jumlah dan nominal modal
perusahaan umum Daerah yang ditetapkan dalam
Peraturan Daerah.
31. Modal Disetor adalah sejumlah uang dan/atau nilai
aset yang disetor oleh Pemerintah Daerah.
32. Laba bersih adalah laba Pasar Niaga Kerta Raharja
setelah dikurangi pajak.

BAB II
PERUBAHAN PERUSAHAAN DAERAH MENJADI
PERUSAHAAN UMUM DAERAH

Pasal 2

(1) Peraturan Daerah ini mengubah bentuk hukum


Perusahaan Daerah menjadi Perusahaan Umum
Daerah.

(2) Perubahan bentuk hukum menjadi perusahaan umum


Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pula kepemilikan atas aset dan/atau hubungan hukum
pengalihan yang terjadi pada Perusahaan Umum
Daerah.

(3) Dengan adanya perubahan sebagaimana dimaksud pada


ayat (2), perusahaan umum Daerah berhak melakukan
usaha berdasarkan Peraturan Daerah ini.

Pasal 3

Perubahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 berakibat


hukum berkenaan dengan hak, kewajiban, kekayaan,
usaha dan perizinan yang dimiliki Perusahaan Umum
Daerah.
BAB III...
-6-

BAB III
NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 4

Perusahaan Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten


Tangerang yang didirikan dengan Peraturan Daerah
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perusahaan Daerah Pasar
Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang diubah menjadi
Perusahaan Umum Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja, yang
selanjutnya disebut Pasar Niaga Kerta Raharja.

Pasal 5

(1) Pasar Niaga Kerta Raharja berkedudukan dan berkantor


pusat di Daerah.

(2) Wilayah kerja Pasar Kerta Niaga Raharja berada di


Daerah dan dapat melakukan usaha di luar Daerah
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.

BAB IV
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 6

Pasar Niaga Kerta Raharja didirikan dengan maksud dan


tujuan untuk:
a. membangun, memelihara dan mengembangkan Pasar
dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola
perusahan yang baik;
b. menyediakan dan meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat sesuai dengan lingkup usahanya;
c. memberikan dukungan dan kontribusi dalam
mendukung kebijakan serta program Pemerintah Daerah
di bidang ekonomi, perdagangan, ketahanan pangan,
perlindungan konsumen serta bidang terkait lainnya;
d. membantu ketersediaan pasokan, stabilitas dan
keterjangkauan harga barang kebutuhan pokok di
Daerah;
e. melakukan pembinaan dan pemberdayaan terhadap
pedagang Pasar;
f. memanfaatkan serta mendayagunakan sumber daya dan
aset yang dimiliki guna meningkatkan likuiditas,
aktivitas, dan profitabilitas serta daya saing perusahaan;
dan
g. meningkatkan pendapatan asli Daerah.

BAB V...
-7-

BAB V
KEGIATAN USAHA

Pasal 7

(1) Kegiatan usaha Pasar Niaga Kerta Raharja meliputi:


a. membangun, mengelola dan/atau mengembangkan
sarana perpasaran;
b. menyelenggarakan usaha-usaha di bidang properti
yang terintegrasi dengan fasilitas Pasar;
c. menyelenggarakan usaha jasa lainnya yang
berhubungan dengan kegiatan Pasar;
d. penyedia pasokan dan distribusi barang kebutuhan
pokok dan komoditi Pasar kepada Pedagang dan
konsumen; dan
e. melakukan usaha lain dalam mendukung maksud
dan tujuan pendirian perusahaan.

(2) Dalam melakukan kegiatan usaha sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), Pasar Niaga Kerta Raharja
dapat melakukan:
a. kerjasama dengan badan-badan atau instansi lain
baik Pemerintah, Pemerintah Daerah, badan usaha
milik negara, BUMD, badan hukum, badan usaha
dan swasta;
b. penganekaragaman usaha sebagai pengembangan
perusahaan;
c. membentuk anak perusahaan dan/atau memiliki
saham pada perusahaan lain; dan
d. penetapan hak pemakaian tempat usaha, hak sewa
tempat usaha dan hak pinjam pakai tempat usaha
pada bangunan di dalam area Pasar.

(3) Pelaksanaan kerjasama sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) huruf a khususnya kerjasama dengan badan-
badan atau instansi lain baik pemerintah, dan atau
Pemerintah Daerah lainnya dapat dilakukan dengan
persetujuan Bupati sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.

(4) Pelaksanaan kerjasama sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) huruf a khususnya kerjasama dengan badan
usaha milik negara, BUMD, badan hukum, badan
usaha dan swasta, dapat dilakukan dengan persetujuan
KPM.

(5) Dalam pelaksanaan pembentukan anak perusahaan


dan/atau memiliki saham pada perusahaan lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dilakukan
dengan persetujuan KPM sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
-8-

BAB VI
JANGKA WAKTU BERDIRI

Pasal 8

Pasar Niaga Kerta Raharja didirikan sejak tanggal


diundangkannya Peraturan Daerah ini dan berakhir
berdasarkan penetapan Peraturan Daerah.

BAB VII
MODAL BUMD

Bagian Kesatu
Modal Dasar

Pasal 9

Modal Dasar Pasar Niaga Kerta Raharja ditetapkan sebesar


Rp21.173.385.042,00 (dua puluh satu miliar seratus tujuh
puluh tiga juta tiga ratus delapan puluh lima ribu empat
puluh dua rupiah).

Bagian Kedua
Sumber Modal

Pasal 10

(1) Modal Pasar Niaga Kerta Raharja terdiri atas:


a. penyertaan modal Daerah;
b. pinjaman; dan
c. hibah.

(2) Penyertaan modal Daerah sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf a dapat bersumber dari:
a. APBD; dan/atau
b. konversi dari pinjaman.

(3) Pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b


dapat bersumber dari:
a. Daerah;
b. BUMD lainnya; dan/atau
c. sumber lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(4) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c


dapat bersumber dari:
a. Pemerintah Pusat;
b. Daerah;
c. BUMD lainnya; dan/atau
d. sumber lainnya sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.

Pasal 11…
-9-

Pasal 11

Modal Pasar Niaga Kerta Raharja yang bersumber dari


penyertaan modal Daerah merupakan batas
pertanggungjawaban Daerah atas kerugian Pasar Niaga
Kerta Raharja.

Bagian Ketiga
Penyertaan Modal Daerah

Pasal 12

(1) Penyertaan modal Daerah dilakukan untuk:


a. pendirian Pasar Niaga Kerta Raharja; dan
b. penambahan modal Pasar Niaga Kerta Raharja.

(2) Penyertaan modal Daerah dapat berupa uang dan


barang milik Daerah.

(3) Barang milik Daerah dinilai sesuai nilai riil pada saat
barang milik Daerah dijadikan penyertaan modal
Daerah.

(4) Nilai riil sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diperoleh


dengan melakukan penafsiran harga barang milik
Daerah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.

(5) Penyertaan modal Daerah sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) ditetapkan dengan PERDA.

Pasal 13

(1) Penyertaan modal Daerah dalam rangka pendirian Pasar


Niaga Kerta Raharja ditujukan untuk memenuhi Modal
Dasar dan Modal Disetor.

(2) Penyertaan modal Daerah untuk memenuhi modal dasar


sebagaimana dimaksud pada ayat (1, dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan yang mengatur mengenai pengelolaan
keuangan Daerah.

(3) Modal Disetor sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


dipenuhi paling lambat 2 tahun sejak berdiri.

Pasal 14

(1) Penyertaan Modal Daerah dalam rangka penambahan


modal Pasar Niaga Kerta Raharja dilakukan untuk:
a. pengembangan usaha;
b. penguatan struktur permodalan; dan
c. penugasan Pemerintah Daerah.

(2)Penyertaan...
-10-

(2) Penyertaan modal Daerah untuk penambahan modal


Pasar Niaga Kerta Raharja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan setelah dilakukan analisis
investasi oleh Pemerintah Daerah dan tersedianya
Rencana Bisnis Pasar Niaga Kerta Raharja.

Bagian Keempat
Perubahan Penyertaan Modal Daerah

Pasal 15

Penambahan modal Daerah dilaksanakan sesuai dengan


ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang mengatur
mengenai pengelolaan keuangan Daerah.

Bagian Kelima
Pinjaman

Pasal 16

(1) Pasar Niaga Kerta Raharja dapat melakukan


pinjaman sesuai dengan kelaziman dalam dunia usaha.

(2) Ketentuan mengenai penerimaan pinjaman


dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.

Bagian Keenam
Hibah

Pasal 17

(1) Pasar Niaga Kerta Raharja dapat menerima hibah.

(2) Ketentuan mengenai penerimaan hibah dilaksanakan


sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
BAB VIII
ORGAN DAN PEGAWAI

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 18

(1) Pengurusan Pasar Niaga Kerta Raharja dilakukan oleh


organ Pasar Niaga Kerta Raharja.

(2) Organ Pasar Niaga Kerta Raharja sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. KPM;
b. Dewan Pengawas; dan
c. Direksi.

Pasal 19...
-11-

Pasal 19

Setiap orang dalam pengurusan Pasar Niaga Kerta Raharja


dilarang memiliki hubungan keluarga sampai derajat ketiga
berdasarkan garis lurus ke atas, ke bawah, atau ke
samping, termasuk hubungan yang timbul karena
perkawinan.

Bagian Kedua
KPM

Pasal 20

(1) KPM memiliki wewenang untuk:


a. mengajukan usulan perubahan Peraturan Daerah
terkait Pasar Niaga Kerta Raharja;
b. mengangkat dan/atau memberhentikan Dewan
Pengawas dan Direksi;
c. melaksanakan perubahan jumlah modal dasar;
d. memberikan persetujuan dalam pemindahtanganan
asset Pasar Niaga Kerta Raharja;
e. menetapkan penggunaan laba;
f. mengesahkan rencana investasi dan pembiayaan
jangka panjang;
g. memberikan persetujuan terhadap kerjasama;
h. memberikan persetujuan terhadap penjaminan aset
Pasar Niaga Kerta Raharja;
i. memberikan persetujuan terhadap usulan likuidasi
Pasar Niaga Kerta Raharja;
j. memberikan persetujuan terhadap pembentukan
anak perusahaan dan/atau memiliki saham pada
perusahaan lain;
k. menerima dan mengesahkan Rencana Bisnis, RKA
Pasar Niaga Kerta Raharja tahunan, laporan kinerja
dan laporan keuangan Pasar Niaga Kerta Raharja
secara berkala termasuk neraca dan perhitungan
laba/rugi; dan
l. memberikan persetujuan terhadap rencana
penggabungan, peleburan, pengambilalihan dan
pembubaran Pasar Niaga Kerta Raharja.

(2) KPM tidak bertanggung jawab atas kerugian Pasar


Niaga Kerta Raharja apabila dapat membuktikan:
a. tidak mempunyai kepentingan pribadi baik
langsung maupun tidak langsung;
b. tidak terlibat dalam perbuatan melawan hukum
yang dilakukan oleh Pasar Niaga Kerta Raharja;
dan/atau
c. tidak terlibat baik secara langsung maupun tidak
langsung menggunakan kekayaan Pasar Niaga
Kerta Raharja secara melawan hukum.

(3) Kewenangan KPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf g, terhadap kerjasama dengan Pihak Lain berupa
pendayagunaan ekuitas.

Pasal 21…
-12-

Pasal 21

(1) KPM, Dewan Pengawas, dan Direksi melakukan rapat


dalam pengembangan usaha Pasar Niaga Kerta Raharja.

(2) Rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:


a. rapat tahunan;
b. rapat persetujuan RKA Pasar Niaga Kerta Raharja;
dan
c. rapat luar biasa.

Bagian Ketiga
Dewan Pengawas

Paragraf 1
Pengangkatan dan Unsur Anggota Dewan Pengawas

Pasal 22

(1) Pengawasan atas kebijakan pengurusan dan


pengelolaan Pasar Niaga Kerta Raharja dilakukan oleh
Dewan Pengawas.

(2) Anggota Dewan Pengawas diangkat oleh KPM.

(3) Anggota Dewan Pengawas dapat terdiri dari unsur


independen dan unsur lainnya sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.

(4) Unsur lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dapat terdiri atas pejabat Pemerintah Pusat dan pejabat
Pemerintah Daerah yang tidak bertugas melaksanakan
pelayanan publik.

Pasal 23

Untuk dapat diangkat sebagai anggota Dewan Pengawas


yang bersangkutan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. sehat jasmani dan rohani;
b. memiliki keahlian, integritas, kepemimpinan,
pengalaman, jujur, perilaku yang baik, dan dedikasi
yang tinggi untuk memajukan dan mengembangkan
perusahaan;
c. memahami penyelenggaraan pemerintahan Daerah;
d. memahami manajemen perusahaan yang berkaitan
dengan salah satu fungsi manajemen;
e. menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan
tugasnya;
f. berijazah paling rendah Strata I (S-1);
g. berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun pada saat
mendaftar pertama kali;
h. tidak pernah dinyatakan pailit;
i. tidak pernah menjadi anggota Direksi atau Dewan
Pengawas yang dinyatalan bersalah menyebabkan
badan usaha yang dipimpin dinyatakan pailit;
j. tidak sedang menjalani sanksi pidana; dan

k.tidak...
-13-

k. tidak sedang menjadi pengurus partai politik, calon


kepala daerah atau calon wakil kepala daerah, dan/atau
calon anggota legislatif.

Pasal 24

(1) Proses pemilihan anggota Dewan Pengawas dilakukan


melalui seleksi.

(2) Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-


kurangnya meliputi tahapan uji kelayakan dan
kepatutan yang dilakukan oleh tim atau lembaga
profesional.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemilihan anggota


Dewan Pengawas diatur berdasarkan ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan.

Pasal 25

(1) Calon anggota Dewan Pengawas yang dinyatakan lulus


seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 wajib
menandatangani Kontrak Kinerja sebelum diangkat
sebagai anggota Dewan Pengawas.

(2) Pengangkatan anggota Dewan Pengawas sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), tidak bersamaan waktunya
dengan pengangkatan anggota Direksi, kecuali untuk
pengangkatan pertama kali pada saat pendirian.

(3) Ketentuan mengenai seleksi sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 24 tidak berlaku bagi pengangkatan
kembali anggota Dewan Pengawas yang dinilai mampu
melaksanakan tugas dengan baik selama masa
jabatannya.

(4) Dalam hal anggota Dewan Pengawas diangkat kembali,


anggota Dewan Pengawas wajib menandatangani
Kontrak Kinerja.

(5) Penandatanganan Kontrak Kinerja sebagaimana


dimaksud pada ayat (4), dilakukan sebelum
pengangkatan kembali sebagai anggota Dewan
Pengawas.

(6) Pengangkatan kembali anggota Dewan Pelgawas yang


dinilai mampu melaksanakan tugas dengan baik selama
masa jabatannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan ayat (4) dilakukan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.

Paragraf 2...
-14-

Paragraf 2
Jumlah dan Komposisi Anggota Pengawas

Pasal 26

(1) Jumlah anggota Dewan Pengawas ditetapkan oleh KPM.

(2) Jumlah anggota Dewan Pengawas paling banyak sama


dengan jumlah Direksi.

(3) Dalam hal anggota Dewan Pengawas terdiri lebih dari 1


(satu) orang anggota, 1 (satu) orang anggota Dewan
Pengawas diangkat sebagai Ketua Dewan Pengawas.

(4) Penentuan jumlah anggota Dewan Pengawas


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilakukan berdasarkan asas efisiensi dan efektivitas
keputusan, pengawasan, dan pembiayaan bagi
kepentingan Pasar Niaga Kerta Raharja.

Paragraf 3
Masa Jabatan Anggota Dewan Pengawas

Pasal 27

Masa jabatan anggota Dewan Pengawas paling


lama 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali
untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Paragraf 4
Tugas dan Wewenang Dewan Pengawas

Pasal 28

(1) Dewan Pengawas bertugas:


a. melakukan pengawasan terhadap Pasar Niaga Kerta
Raharja; dan
b. mengawasi dan memberi nasihat kepada Direksi
dalam menjalankan pengurusan Pasar Niaga Kerta
Raharja.

(2) Dewan Pengawas wajib:


a. melaporkan hasil pengawasan kepada KPM; dan
b. membuat dan memelihara risalah rapat.

(3) Pengawasan terhadap Pasar Niaga Kerta Raharja


dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.

Paragraf 5
Pemberhentian

Pasal 29

Jabatan anggota Dewan Pengawas berakhir apabila:


a. meninggal dunia;
b.masa...
-15-

b. masa jabatannya berakhir; dan/ atau


c. diberhentikan sewaktu-waktu.

Pasal 30

(1) Dalam hal jabatan anggota Dewan Pengawas berakhir


karena masa jabatannya berakhir sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 huruf b, anggota Dewan
Pengawas wajib menyampaikan laporan pengawasan
tugas akhir masa jabatan paling lambat 3 (tiga) bulan
sebelum berakhir masa jabatannya.

(2) Anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) wajib melaporkan sisa pelaksanaan tugas
pengawasan yang belum dilaporkan paling lambat
1 (satu) bulan setelah berakhir masa jabatannya.

(3) Laporan pengurusan tugas akhir masa jabatan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai dasar
pertimbangan oleh KPM untuk memperpanjang atau
memberhentikan anggota Dewan Pengawas.

(4) Laporan pengurusan tugas akhir masa jabatan anggota


Dewan Pengawas yang berakhir masa jabatannya
dilaksanakan setelah hasil audit dengan tujuan tertentu
atau audit tahunan dari kantor akuntan publik kepada
KPM tahunan.

(5) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan seluruh anggota


Dewan Pengawas, pelaksanaan tugas pengawasan Pasar
Niaga Kerta Raharja dilaksanakan oleh KPM.

Pasal 31

(1) Dalam hal jabatan anggota Dewan Pengawas berakhir


karena diberhentikan sewaktu-waktu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 huruf c, pemberhentian
dimaksud wajib disertai alasan pemberhentian.

(2) Pemberhentian anggota Dewan Pengawas sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila berdasarkan
data dan informasi yang dapat dibuktikan secara sah,
anggota Dewan Pengawas yang bersangkutan:
a. tidak dapat melaksanakan tugas;
b. tidak melaksanakan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan dan/atau ketentuan anggaran dasar;
c. terlibat dalam tindakan kecurangan yang
mengakibatkan kerugian pada Pasar Niaga Kerta
Raharja, negara, dan/atau Daerah;
d. dinyatakan bersalah dengan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
e. mengundurkan diri;
f. tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai anggota
anggota Dewan Pengawas sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan; dan/atau

g.tidak...
-16-

g. tidak terpilih lagi dalam hal adanya perubahan


kebijakan Pemerintah Daerah seperti restrukturisasi,
likuidasi, akuisisi, dan pembubaran Pasar Niaga
Kerta Raharja.

Pasal 32

Anggota Dewan Pengawas diberhentikan oleh KPM.

Paragraf 6
Larangan Jabatan Dewan Pengawas

Pasal 33

(1) Anggota Dewan Pengawas dilarang memangku lebih


dari 2 (dua) jabatan anggota Dewan Pengawas.

(2) Pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dikenakan sanksi administratif berupa
diberhentikan sewaktu-waktu dari jabatan sebagai
anggota Dewan Pengawas.

(3) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat


(2) tidak dilaksanakan oleh KPM paling lama 20 (dua
puluh) hari kerja sejak yang bersangkutan diangkat
memangku jabatan baru sebagai anggota Dewan
Pengawas, jabatan yang bersangkutan sebagai anggota
Dewan Pengawas dinyatakan berakhir.

Paragraf 7
Tanggung Jawab Dewan Pengawas

Pasal 34

(1) Anggota Dewan Pengawas wajib dengan itikad baik dan


tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan
Pasar Niaga Kerta Raharja.

(2) Setiap anggota Dewan Pengawas bertanggung jawab


penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan
bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.

Paragraf 8
Penghasilan Anggota Dewan Pengawas

Pasal 35

(1) Penghasilan anggota Dewan Pengawas ditetapkan oleh


KPM.

(2) Penghasilan anggota Dewan Pengawas sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) paling banyak terdiri atas:
a. honorarium;
b. tunjangan;
c. fasilitas; dan/atau
d. tantiem atau insentif kinerja.

Paragraf 9...
-17-

Paragraf 9
Sekretaris Dewan Pengawas

Pasal 36

(1) Dewan Pengawas dapat mengangkat seorang sekretaris


yang dibiayai oleh Pasar Niaga Kerta Raharja.

(2) Tugas sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas Dewan
Pengawas..

(3) Pengangkatan sekretaris sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Dewan Pengawas.

Paragraf 10
Rapat Dewan Pengawas

Pasal 37

(1) Keputusan Dewan Pengawas diambil dalam rapat


Dewan Pengawas.

(2) Dalam keadaan tertentu, Keputusan Dewan Pengawas


dapat pula diambil di luar rapat Dewan Pengawas
sepanjang seluruh anggota Dewan Pengawas setuju
tentang cara dan materi yang diputuskan.

(3) Dalam setiap Dewan Pengawas dibuat risalah rapat


yang berisi hal yang dibicarakan dan diputuskan,
termasuk apabila terdapat pernyataan ketidaksetujuan
anggota Dewan Pengawas.

Pasal 38

Biaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas


anggota Dewan Pengawas dibebankan pada Pasar Niaga
Kerta Raharja dan dimuat dalam RKA Pasar Niaga Kerta
Raharja.

Bagian Keempat
Direksi

Paragraf 1
Umum

Pasal 39

(1) Direksi melakukan pengurusan terhadap Pasar Niaga


Kerta Raharja.

(2) Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat


dan diberhentikan oleh KPM.

Paragraf 2...
-18-

Paragraf 2
Pengangkatan Direksi

Pasal 40

Untuk dapat diangkat sebagai anggota Direksi, yang


bersangkutan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. sehat jasmani dan rohani;
b. memiliki keahlian, integritas, kepemimpinan,
pengalaman, jujur, perilaku yang baik, dan dedikasi yang
tinggi untuk memajukan dan mengembangkan
perusahaan;
c. memahami penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
d. memahami manajemen perusahaan;
e. memiliki pengetahuan yang memadai di bidang usaha
perusahaan;
f. berijazah paling rendah Strata 1 (S-1);
g. pengalaman kerja minimal 5 (lima) tahun di bidang
manajerial perusahaan berbadan hukum dan pernah
memimpin tim;
h. berusia paling rendah 35 (tiga puluh lima) tahun dan
paling tinggi 55 (lima puluh lima) tahun pada saat
mendaftar pertama kali;
i. tidak pernah menjadi anggota Direksi atau Dewan
Pengawas yang dinyatakan bersalah menyebabkan badan
usaha yang dipimpin dinyatakan pailit;
j. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana
yang merugikan keuangan negara atau keuangan
Daerah;
k. tidak sedang menjalani sanksi pidana; dan
l. tidak sedang menjadi pengurus partai politik, calon
kepala daerah atau calon wakil kepala daerah, dan/atau
calon anggota legislatif.

Pasal 41

(1) Proses pemilihan anggota Direksi dilakukan melalui


seleksi.

(2) Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-


kurangnya meliputi tahapan uji kelayakan dan
kepatutan yang dilakukan oleh tim atau lembaga
profesional.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai seleksi pemilihan


anggota Direksi diatur berdasarkan ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan.

Pasal 42

(1) Calon anggota Direksi yang dinyatakan lulus seleksi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) wajib
menandatangani Kontrak Kinerja sebelum diangkat
sebagai anggota Direksi.

(2)Ketentuan…
-19-

(2) Ketentuan mengenai seleksi sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 41 ayat (1) tidak berlaku bagi
pengangkatan kembali anggota Direksi yang dinilai
mampu melaksanakan tugas dengan baik selama masa
jabatannya.

(3) Dalam hal anggota Direksi diangkat kembali, anggota


Direksi wajib menandatangani Kontrak Kinerja.

(4) Penandatanganan Kontrak Kinerja sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) dilakukan sebelum
pengangkatan kembali sebagai anggota Direksi.

(5) Pengangkatan kembali anggota Direksi yang dinilai


mampu melaksanakan tugas dengan baik selama masa
jabatannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.

Paragraf 3
Jumlah dan Komposisi Anggota Direksi

Pasal 43

(1) Jumlah anggota Direksi Pasar Niaga Kerta Raharja


ditetapkan oleh KPM.

(2) Jumlah anggota Direksi Pasar Niaga Kerta Raharja


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit 1
(satu) orang dan paling banyak 5 (lima) orang.

(3) Penentuan jumlah anggota direksi sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan asas
efisiensi dan efektifitas pengurusan Pasar Niaga Kerta
Raharja.

(3) Direktur utama diangkat dari salah satu anggota Direksi


sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Paragraf 4
Masa Jabatan, Tugas, dan Wewenang Anggota Direksi

Pasal 44

(1) Anggota Direksi diangkat untuk masa jabatan paling


lama 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk
1 (satu) kali masa jabatan kecuali:
a. ditentukan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
b. dalam hal anggota Direksi memiliki keahlian khusus
dan/atau prestasi yang sangat baik, dapat diangkat
untuk masa jabatan yang ketiga.

(2) Pembagian tugas dan wewenang anggota Direksi Pasar


Niaga Kerta Raharja ditetapkan dalam anggaran dasar.

Paragraf 5…
-20-

Paragraf 5
Pemberhentian

Pasal 45

Jabatan anggota Direksi berakhir apabila anggota Direksi:


a. meninggal dunia;
b. masa jabatannya berakhir; atau
c. diberhentikan sewaktu-waktu.

Pasal 46

(1) Dalam hal jabatan anggota Direksi berakhir karena


masa jabatannya berakhir sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 huruf b, anggota Direksi wajib
menyampaikan laporan pengurusan tugas akhir masa
jabatan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhir
masa jabatannya.

(2) Anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


wajib melaporkan sisa pelaksanaan tugas pengurusan
yang belum dilaporkan paling lambat 1 (satu) bulan
setelah berakhir masa jabatannya.

(3) Berdasarkan laporan pengurusan tugas akhir masa


jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Dewan
Pengawas wajib menyampaikan penilaian dan
rekomendasi atas kinerja Direksi kepada pemegang
saham.

(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) serta


penilaian dan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) sebagai dasar pertimbangan KPM untuk
memperpanjang atau memberhentikan anggota Direksi.

(5) Laporan pengurusan tugas akhir masa jabatan anggota


Direksi yang berakhir masa jabatannya dilaksanakan
setelah hasil audit dengan tujuan tertentu atau audit
tahunan dari kantor akuntan publik dan disampaikan
kepada KPM tahunan.

Pasal 47

(1) Dalam hal jabatan anggota Direksi berakhir karena


diberhentikan sewaktu-waktu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 huruf c, pemberhentian dimaksud wajib
disertai alasan pemberhentian.

(2) Pemberhentian anggota Direksi sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilakukan apabila berdasarkan data dan
informasi yang dapat dibuktikan secara sah, anggota
Direksi yang bersangkutan:
a. tidak dapat melaksanakan tugas;
b. tidak melaksanakan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan dan/atau ketentuan anggaran
dasar;
c.terlibat…
-21-

c. terlibat dalam tindakan kecurangan yang


mengakibatkan kerugian pada Pasar Niaga Kerta
Raharja, negara, dan/ atau Daerah;
d. dinyatakan bersalah dengan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
e. mengundurkan diri;
f. tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai anggota
Direksi sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan; dan/atau
g. Tidak terpilih lagi karena adanya perubahan
kebijakan Pemerintah Daerah dalam hal
restrukturisasi, likuidasi, akuisisi, dan pembubaran
Pasar Niaga Kerta Raharja.

Paragraf 6
Larangan Jabatan Direksi

Pasal 48

(1) Anggota Direksi dilarang memangku jabatan rangkap


sebagai:
a. anggota Direksi pada BUMD lain, badan usaha milik
negara, dan badan usaha milik swasta;
b. jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan; dan/ atau
c. jabatan lain yang dapat menimbulkan konflik
kepentingan.

(2) Pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dikenakan sanksi administratif berupa
diberhentikan sewaktu-waktu dari jabatan sebagai
anggota Direksi.

(3) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat


(2) tidak dilaksanakan oleh KPM paling lama 20 (dua
puluh) hari kerja sejak yang bersangkutan diangkat
memangku jabatan baru sebagai anggota Direksi,
jabatan yang bersangkutan sebagai anggota Direksi
dinyatakan berakhir.

Paragraf 7
Tanggung Jawab Direksi

Pasal 49

(1) Anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan tanggung


jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha
Pasar Niaga Kerta Raharja.

(2) Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara


pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai
menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Paragraf 8…
-22-

Paragraf 8
Penghasilan Direksi

Pasal 50

(1) Penghasilan Direksi Psar Niaga Kerta Raharja ditetapkan


oleh KPM.

(2) Penghasilan anggota Direksi sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) paling banyak terdiri atas:
a. gaji;
b. tunjangan;
c. fasilitas; dan/atau
d. tantiem atau insentif pekerjaan.

Paragraf 9
Rapat Direksi

Pasal 51

(1) Segala Keputusan Direksi diambil dalam rapat Direksi.

(2) Dalam keadaan tertentu, Keputusan Direksi dapat


diambil di luar rapat Direksi sepanjang seluruh anggota
Direksi setuju tentang cara dan materi yang
diputuskan.

(3) Dalam setiap rapat Direksi dibuat risalah rapat yang


berisi hal yang dibicarakan dan diputuskan, termasuk
apabila terdapat pernyataan ketidaksetujuan anggota
Direksi.

Pasal 52

(1) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan seluruh anggota


Direksi, pelaksanaan tugas pengurusan Pasar Niaga
Kerta Raharja dilaksanakan oleh Dewan Pengawas.

(2) Dewan Pengawas dapat menunjuk pejabat dari internal


Pasar Niaga Kerta Raharja untuk membantu
pelaksanaan tugas Direksi sampai dengan
pengangkatan Direksi definitif paling lama 6 (enam)
bulan.

(3) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan seluruh anggota


Direksi dan seluruh anggota Dewan Pengawas,
pengurusan Pasar Niaga Kerta Raharja oleh KPM.

(4) KPM dapat menunjuk pejabat dari internal Pasar Niaga


Kerta Raharja untuk membantu pelaksanaan tugas
pengurusan Pasar Niaga Kerta Raharja sampai dengan
pengangkatan anggota Dewan Pengawas dan anggota
Direksi definitif paling lama 6 (enam) bulan.

Bagian Kelima...
-23-

Bagian Kelima
Pegawai

Pasal 53

(1) Pegawai memperoleh Penghasilan yang adil dan layak


sesuai dengan beban pekerjaan, tanggung jawab, dan
kinerja serta wajib diikutsertakan pada program
jaminan kesehatan, jaminan hari tua, dan jaminan
sosial lainnya sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan.

(2) Direksi menetapkan penghasilan Pegawai sesuai dengan


RKA.

(3) Penghasilan Pegawai Pasar Niaga Kerta Raharja paling


banyak terdiri atas:
a. gaji
b. tunjangan
c. Fasilitas;dan/atau
d. Bonus atau insentif pekerjaan.

(4) Pegawai Pasar Niaga Kerta Raharja dilarang menjadi


pengurus partai politik.

(5) Pasar Niaga Kerta Raharja melaksanakan program


peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kompetensi Pegawai.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaturan Pegawai


Pasar Niaga Kerta Raharja diatur dalam Peraturan
Bupati.

BAB IX
SATUAN PENGAWAS INTERN

Pasal 54

(1) Pasar Niaga Kerta Raharja membentuk SPI yang


merupakan pengawas intern perusahaan.

(2) SPI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh


seorang kepala yang bertanggung jawab kepada direktur
utama.

(3) Pengangkatan kepala SPI sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) dilakukan setelah mendapatkan pertimbangan
dari Dewan Pengawas.

Pasal 55

SPI mempunyai tugas:


a. membantu direktur utama dalam melaksanakan
pemeriksaan operasional dan keuangan Pasar Niaga
Kerta Raharja, menilai pengendalian, pengelolaan, dan
pelaksanaannya pada Pasar Niaga Kerta Raharja dan
memberikan saran perbaikan;
b.memberikan…
-24-

b. memberikan keterangan tentang hasil pemeriksaan atau


hasil pelaksanaan tugas SPI sebagaimana dimaksud
pada huruf a kepada direktur utama; dan
c. melakukan pantauan terhadap tindak lanjut atas hasil
pemeriksaan yang telah dilaporkan.

Pasal 56

(1) SPI memberikan laporan atas hasil pelaksanaan tugas


kepada direktur utama dengan tembusan kepada Dewan
Pengawas.

(2) SPI dapat memberikan keterangan secara langsung


kepada Dewan Pengawas atas laporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).

Pasal 57

(1) Direktur utama menyampaikan hasil pemeriksaan SPI


kepada seluruh anggota direksi, untuk selanjutnya
ditindaklanjuti dalam rapat direksi.

(2) Direksi wajib memperhatikan dan segera mengambil


langkah yang diperlukan atas segala sesuatu yang
dikemukakan dalam setiap laporan hasil pemeriksaan
yang dibuat oleh SPI.

Pasal 58

(1) Dalam melaksanakan tugasnya, SPI wajib menjaga


kelancaran tugas satuan organisasi lainnya dalam Pasar
Niaga Kerta Raharja sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya masing-masing.

(2) Bentuk SPI sesuai dengan ketentuan Peraturan


Perundangan-undangan yang mengatur sektor usaha
yang bersangkutan.

BAB X
KOMITE AUDIT DAN KOMITE LAINNYA

Pasal 59

(1) Dewan Pengawas membentuk komite audit dan komite


lainnya yang bekerja secara kolektif dan berfungsi
membantu Dewan Pengawas dalam melaksanakan
tugas pengawasan.

(2) Komite audit dan komite lainnya sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) beranggotakan unsur
independen dipimpin oleh seorang anggota Dewan
Pengawas.

(3) Komite audit dan komite lainnya sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dalam pelaksanaan tugasnya
dapat berkoordinasi dengan SPI.
Pasal 60…
-25-

Pasal 60

Komite audit mempunyai tugas:


a. membantu Dewan Pengawas dalam memastikan
efektivitas sistem pengendalian intern dan efektivitas
pelaksanaan tugas eksternal auditor;
b. menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang
dilaksanakan oleh SPI maupun auditor eksternal;
c. memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan
sistem pengenalian manajemen serta pelaksanaannya;
d. memastikan telah terdapat prosedur reviu yang
memuaskan terhadap segala informasi yang dikeluarkan
Pasar Niaga Kerta Raharja;
e. melakukan identifikasi terhadap hal yang memerlukan
perhatian Dewan Pengawas; dan
f. melaksanakan tugas lain yang terkait dengan
pengawasan yang diberikan oleh Dewan Pengawas.

Pasal 61

(1) Dalam hal keuangan Pasar Niaga Kerta Raharja tidak


mampu membiayai pelaksanaan tugas komite audit dan
komite lainnya, Pasar Niaga Kerta Raharja tersebut
dapat tidak membentuk komite audit dan komite
lannya.

(2) Dalam hal tidak dibentuk komite audit dan komite


lainnya dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), fungsi komite audit dan komite lainnya
dilaksanakan oleh SPI.

BAB XI
PERENCANAAN, OPERASIONAL DAN PELAPORAN

Bagian Kesatu
Perencanaan

Paragraf 1
Rencana Bisnis

Pasal 62

(1) Direksi wajib menyiapkan Rencana Bisnis yang hendak


dicapai dalam jangka waktu 5 (lima) tahun.

(2) Rencana Bisnis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


paling sedikit memuat:
a. evaluasi hasil rencana bisnis sebelumnya;
b. kondisi Pasar Niaga Kerta Raharja saat ini;
c. asumsi yang dipakai dalam penyusunan rencana
bisnis; dan
d. penetapan visi, misi, sasaran, strategi, kebijakan, dan
program kerja.

(3) Direksi menyampaikan rancangan Rencana Bisnis


kepada Dewan Pengawas untuk ditandatangani
bersama.
(4)Rencana…
-26-

(4) Rencana Bisnis yang telah ditandatangani bersama


Dewan Pengawas disampaikan kepada KPM untuk
mendapatkan pengesahan.

(5) Rencana Bisnis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


merupakan dasar perjanjian Kontrak Kinerja.

(6) Rencana Bisnis sebagaimana dimaksud pada ayat (4)


disampaikan kepada Menteri.

Paragraf 2
RKA

Pasal 63

(1) Direksi wajib menyusun RKA yang merupakan


penjabaran tahunan dari Rencana Bisnis.

(2) RKA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit


memuat rencana rinci program kerja dan anggaran
tahunan.

(3) Direksi menyampaikan rencana kerja dan anggaran


kepada Dewan Pengawas atau Komisaris paling lambat
pada akhir bulan November untuk ditandatangani
bersama.

(4) RKA yang telah ditandatangani bersama Dewan


Pengawas disampaikan kepada KPM untuk
mendapatkan pengesahan.

Pasal 64

Ketentuan lebih lanjut mengenai Rencana Bisnis dan RKA


diatur berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-
Undangan.

Bagian Kedua
Operasional

Paragraf 1
Standar Operasional Prosedur

Pasal 65

(1) Operasional Pasar Niaga Kerta Raharja dilaksanakan


berdasarkan Standar Operasional Prosedur.

(2) Standar Operasional Prosedur disusun oleh Direksi dan


disetujui oleh Dewan Pengawas.

(3) Standar Operasional Prosedur harus memenuhi unsur


perbaikan secara berkesinambungan.

(4) Standar Operasional Prosedur sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) paling sedikit memuat aspek:
a. organ;
b.organisasi…
-27-

b. organisasi dan kepegawaian;


c. keuangan;
d. pelayanan Pelanggan;
e. risiko bisnis;
f. Pengadaan Barang/Jasa;
g. pengelolaan barang;
h. pemasaran; dan
i. pengawasan.

(5) Standar Operasional Prosedur sebagaimana dimaksud


pada ayat (4) harus sudah dipenuhi paling lambat
1 (satu) tahun sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.

(6) Standar Operasional Prosedur sebagaimana dimaksud


pada ayat (4) disampaikan kepada Sekretaris Daerah.

Paragraf 2
Tata Kelola Perusahaan Yang Baik

Pasal 66

(1) Pengurusan Pasar Niaga Kerta Raharja dilaksanakan


sesuai dengan tata kelola perusahaan yang baik.

(2) Tata kelola perusahaan yang baik sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) terdiri atas prinsip:
a. transparansi;
b. akuntabilitas;
c. pertanggungjawaban;
d. kemandirian; dan
e. kewajaran.

(3) Penerapan tata kelola perusahaan yang baik


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditujukan untuk:
a. mencapai tujuan Pasar Niaga Kerta Raharja;
b. mengoptimalkan nilai Pasar Niaga Kerta Raharjaagar
perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik
secara nasional maupun internasional;
c. mendorong pengelolaan Pasar Niaga Kerta
Raharjasecara profesional, efisien, dan efektif, serta
memberdayakan fungsi dan meningkatkan
kemandirian organ Pasar Niaga Kerta Raharja;
d. mendorong agar organ Pasar Niaga Kerta Raharja
dalam membuat keputusan dan menjalankan
tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan
kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan,
serta kesadaran tanggung jawab sosial Pasar Niaga
Kerta Raharja terhadap pemangku kepentingan
maupun kelestarian lingkungan di sekitar Pasar Niaga
Kerta Raharja;
e. meningkatkan kontribusi Pasar Niaga Kerta
Raharjadalam perekonomian nasional; dan
f. meningkatkan iklim usaha yang kondusif bagi
perkembangan investasi di Daerah.

(4)Tata…
-28-

(4) Tata kelola perusahaan yang baik sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan oleh
Direksi.

(5) Penerapan tata kelola perusahaan yang baik dilakukan


paling lambat 2 (dua) tahun setelah Peraturan Daerah ini
diundangkan.

Paragraf 3
Pengadaan Barang/Jasa

Pasal 67

(1) Pengadaan Barang/Jasa yang dilakukan Pasar Niaga


Kerta Raharja dilaksanakan dengan memperhatikan
prinsip efektif, transparan, transparan, terbuka,
bersaing,adildanakuntabel.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengadaan


Barang/Jasa Pasar Niaga Kerta Raharjasebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Bupati.

Paragraf 4
Kerjasama

Pasal 68

(1) Pasar Niaga Kerta Raharja dapat melakukan kerjasama


dengan pihak lain.

(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus


saling menguntungkan dan melindungi kepentingan
Pemerintah Daerah, Pasar Niaga Kerta Raharja,
masyarakat luas dan pihak yang berkerjasama.

(3) Pelaksanaan kerjasama Pasar Niaga Kerta Raharja


dengan pihak lain merupakan kewenangan Direksi
sesuai dengan mekanisme internal perusahaan.

(4) Dalam hal kerjasama berupa pendayagunaan aset tetap


yang dimiliki Pasar Niaga Kerta Raharja, kerjasama
dimaksud dilakukan melalui kerjasama operasi.

(5) Dalam hal kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat


(4) berupa tanah dan/atau bangunan yang berasal dari
penyertaan modal Daerah pada Pasar Niaga Kerta
Raharja dan dikerjasamakan dalam jangka waktu lebih
dari 10 (sepuluh) tahun harus disetujui oleh KPM luar
biasa.

(6) Kerjasama dengan pihak lain berupa pendayagunaan


ekuitas berlaku ketentuan:
a. disetujui oleh KPM luar biasa;
b. laporan keuangan Pasar Niaga Kerta Raharja 3 (tiga)
tahun terakhir dalam keadaan sehat;
c.tidak boleh...
-29-

c. tidak boleh melakukan peyertaan modal berupa tanah


dari Pasar Niaga Kerta Raharja yang berasal dari
penyertaan modal Daerah; dan
d. memiliki bidang usaha yang menunjang bisnis utama.

(7) Pasar Niaga Kerta Raharja memprioritaskan kerjasama


dengan BUMD milik Pemerintah Daerah lain dalam
rangka mendukung kerjasama Daerah.

(8) Pemerintah Daerah dapat memberikan penugasan


kepada Pasar Niaga Kerta Raharja untuk melaksanakan
kerjasama.

(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kerjasama Pasar Niaga


Kerta Raharja diatur berdasarkan Peraturan
Perundang-undangan.

Paragraf 5
Pinjaman

Pasal 69

(1) Pasar Niaga Kerta Raharja dapat melakukan pinjaman


dari lembaga keuangan, Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan sumber dana lainnya dari dalam negeri
untuk pengembangan usaha dan investasi.

(2) Dalam hal pinjaman sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) mempersyaratkan jaminan, aset Pasar Niaga
Kerta Raharja yang berasal dari hasil usaha Pasar Niaga
Kerta Raharja dapat dijadikan jaminan untuk
mendapatkan pinjaman.

(3) Dalam hal Pasar Niaga Kerta Raharja melakukan


pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada
Pemerintah Daerah, tidak dipersyaratkan jaminan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pinjaman Pasar Niaga


Kerta Raharja diatur berdasarkan ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan.

Bagian Ketiga
Tahun Buku dan Pelaporan

Paragraf 1
Pelaporan Dewan Pengawas

Pasal 70

(1) Laporan Dewan Pengawas terdiri dari laporan triwulan


dan laporan tahunan.

(2) Laporan triwulan dan laporan tahunan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri dari
laporan pengawasan yang disampaikan kepada KPM.

(3)Laporan…
-30-

(3) Laporan triwulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


disampaikan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja
setelah akhir triwulan berkenaan.

(4) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


disampaikan paling tambat 90 (sembilan puluh) hari
kerja setelah Tahun Buku Pasar Niaga Kerta
Raharjaditutup.

(5) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)


disahkan oleh KPM.

(6) Dalam hal terdapat Dewan Pengawas tidak


menandatangani laporan tahunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) harus disebutkan alasannya
secara tertulis.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyampaian


dan penyebarluasan laporan tahunan Dewan Pengawas
diatur berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.

Paragraf 2
Pelaporan Direksi

Pasal 71

(1) Laporan direksi Pasar Niaga Kerta Raharja terdiri dari


laporan bulanan, laporan triwulan dan laporan
tahunan.

(2) Laporan bulanan dan laporan triwulan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) terdiri atas laporan kegiatan
operasional dan laporan keuangan yang disampaikan
kepada Dewan Pengawas.

(3) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


terdiri atas laporan keuangan yang telah diaudit dan
laporan manajemen yang ditandatangani bersama
Direksi dan Dewan Pengawas.

(4) Laporan triwulanan dan laporan tahunan sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) disampaikan
kepada KPM.

(5) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)


disahkan oleh KPM paling lambat dalam waktu 30 (tiga
puluh) hari kerja setelah diterima.

(6) Direksi mempublikasikan laporan tahunan kepada


masyarakat paling lambat 15 (lima belas) hari kerja
setelah laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) disahkan oleh KPM.

(7)Dalam…
-31-

(7) Dalam hal terdapat anggota Direksi tidak


menandatangani laporan tahunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) harus disebutkan alasannya
secara tertulis.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyampaian


dan publikasi laporan tahunan Direksi diatur
berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-
Undangan.

Paragraf 3
Laporan TahunanPasar Niaga Kerta Raharja

Pasal 72

(1) Laporan tahunan bagi Pasar Niaga Kerta Raharja paling


sedikit memuat:
a. laporan keuangan;
b. laporan mengenai kegiatan Pasar Niaga Kerta
Raharja;
c. laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan
lingkungan;
d. rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang
mempengaruhi kegiatan usaha Pasar Niaga Kerta
Raharja;
e. laporan mengenai tugas pengawasan yang telah
dilaksanakan oleh Dewan Pengawas selama tahun
buku yang baru lampau;
f. nama anggota Direksi dan anggota Dewan Pengawas;
dan
g. penghasilan anggota Direksi dan anggota Dewan
Pengawas untuk tahun yang baru lampau.

(2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf a paling sedikit memuat:
a. neraca akhir tahun buku yang baru lampau dalam
perbandingan dengan tahun buku sebelumnya;
b. laporan laba rugi dari tahun buku yang
bersangkutan;
c. laporan arus kas;
d. laporan perubahan ekuitas; dan
f. catatan atas laporan keuangan.

BAB XII
PENGGUNAAN LABA

Pasal 73

(1) Penggunaan laba Pasar Niaga Kerta Raharja diatur


dalam anggaran dasar.

(2) Penggunaan laba Pasar Niaga Kerta Raharja


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk:
a. pemenuhan dana cadangan;
b. peningkatan kuantitas, kualitas, dan kontinuitas
pelayanan umum, pelayanan dasar, dan usaha
perintisan Pasar Niaga Kerta Raharja;
c.dividen…
-32-

c. dividen yang menjadi hak Daerah;


d. tantiem untuk anggota Direksi dan Dewan Pengawas;
e. bonus untuk Pegawai; dan/atau
f. penggunaan laba lainnya sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.

(3) KPM memprioritaskan penggunaan laba Pasar Niaga


Kerta Raharja untuk peningkatan kuantitas, kualitas,
dan kontinuitas pelayanan umum, pelayanan dasar, dan
usaha perintisan Pasar Niaga Kerta Raharja yang
bersangkutan setelah dana cadangan dipenuhi.

(4) Besaran penggunaan laba Pasar Niaga Kerta Raharja


ditetapkan setiap tahun oleh KPM.

Pasal 74

(1) Pasar Niaga Kerta Raharja wajib menyisihkan jumlah


tertentu dari laba bersih setiap Tahun Buku untuk
dana cadangan.

(2) Penyisihan laba bersih sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) wajib dilakukan sampai dengan dana cadangan
mencapai paling sedikit 20% (dua puluh perseratus)
dari modal Pasar Niaga Kerta Raharja.

(3) Kewajiban penyisihan dana cadangan sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) berlaku apabila perusahaan
umum Daerah mempunyai saldo laba yang positif.

(4) Dana cadangan sampai dengan jumlah 20% (dua puluh


perseratus) dari modal perusahaan umum Daerah
hanya dapat digunakan untuk menutup kerugian Pasar
Niaga Kerta Raharja.

(5) Apabila dana cadangan telah melebihi jumlah 20% (dua


puluh perseratus), KPM dapat memutuskan agar
kelebihan dari dana cadangan tersebut digunakan
untuk keperluan Pasar Niaga Kerta Raharja.

(6) Direksi harus mengelola dana cadangan agar dana


cadangan tersebut memperoleh laba dengan cara yang
baik dengan memperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(7) Laba yang diperoleh dari pengelolaan dana cadangan


dimasukkan dalam perhitungan laba rugi.

(8) Dalam hal terjadi perhitungan laba rugi pada suatu


Tahun Buku menunjukkan adanya kerugian yang tidak
dapat ditutup dengan dana cadangan, kerugian tersebut
tetap dicatat dalam pembukuan Pasar Niaga Kerta
Raharja dan dianggap tidak mendapat laba selama
kerugian yang tercatat tersebut belum seluruhnya
tertutup sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
Pasal 75…
-33-

Pasal 75

Dividen perusahaan umum Daerah yang menjadi hak


Daerah merupakan penerimaan Daerah setelah disahkan
oleh KPM.

Pasal 76

(1) Tantiem untuk Dewan Komisaris serta bonus untuk


Direksi dan Pegawai Pasar Niaga Kerta Raharja
ditetapkan paling tinggi 5% (lima perseratus) dari laba
bersih setelah dikurangi untuk dana cadangan.

(2) Pemberian tantiem dan bonus yang dikaitkan dengan


kinerja Pasar Niaga Kerta Raharja dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya.

Pasal 77

(1) Pasar Niaga Kerta Raharja melaksanakan tanggung


jawab sosial dan lingkungan dengan cara menyisihkan
sebagian laba bersih.

(2) Penggunaan laba untuk tanggung jawab sosial dan


lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diprioritaskan untuk keperluan pembinaan usaha mikro,
usaha kecil, dan koperasi.

BAB XIII
ANAK PERUSAHAAN

Pasal 78

(1) Pasar Niaga Kerta Raharja dapat membentuk anak


perusahaan.

(2) Dalam membentuk anak perusahaan, Pasar Niaga Kerta


Raharja dapat bermitra dengan:
a. badan usaha milik negara atau BUMD lain; dan/atau
b. badan usaha swasta yang berbadan hukum
Indonesia.

(3) Mitra sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling


sedikit memenuhi syarat:
a. laporan keuangan 3 (tiga) tahun terakhir yang diaudit
kantor akuntan publik dengan hasil opini paling
rendah setara wajar dengan pengecualian;
b. perusahaan dalam kondisi sehat yang dinyatakan
oleh kantor akuntan publik dalam 1 (satu) tahun
terakhir; dan
c. memiliki kompetensi di bidangnya.
d. perusahaan mitra harus menyetor dalam bentuk uang
secara tunai paling sedikit sebesar 25% (dua puluh
lima perseratus) yang dihitung secara proposional
sesuai kesepakatan dari Modal Dasar.

(4)Pembentukan…
-34-

(4) Pembentukan anak perusahaan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan:
a. disetujui oleh KPM;
b. minimal kepemilikan saham 70% (tujuh puluh
perseratus) dan sebagai pemegang saham
pengendali;
c. laporan keuangan Pasar Niaga Kerta Raharja 3 (tiga)
tahun terakhir dalam keadaan sehat;
d. memiliki bidang usaha yang menunjang bisnis
utama; dan
e. tidak boleh melakukan penyertaan modal berupa
tanah yang berasal dari Penyertaan Modal Daerah.

(5) Setiap penambahan modal disetor yang mengakibatkan


perubahan kepemilikan saham Pasar Niaga Kerta
Raharja di anak perusahaan dilakukan dengan
persetujuan oleh KPM.

BAB XIV
PENUGASAN PEMERINTAH
KEPADA PASAR NIAGA KERTA RAHARJA

Pasal 79

(1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan


Pemerintah Daerah dapat memberikan penugasan
kepada Pasar Niaga Kerta Raharja untuk mendukung
perekonomian Daerah dan menyelenggarakan fungsi
kemanfaatan umum tertentu dengan tetap
memperhatikan maksud dan tujuan Pasar Niaga Kerta
Raharja.

(2) Setiap penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dikaji bersama oleh pemberi penugasan dan Pasar Niaga
Kerta Raharja sebelum mendapatkan persetujuan dari
KPM.

(3) Setiap penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dapat didukung dengan pendanaan.

(4) Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat


berupa:
a. Penyertaan Modal Daerah;
b. subsidi;
c. pemberian pinjaman; dan/atau
d. hibah.

(5) Pasar Niaga Kerta Raharja yang melaksanakan


penugasan harus secara tegas melakukan pemisahan
pembukuan mengenai penugasan tersebut dengan
pembukuan dalam rangka pencapaian sasaran usaha
perusahaan.

(6) Setelah pelaksanaan penugasan, Direksi wajib


memberikan laporan kepada KPM.

(7)Penugasan...
-35-

(7) Penugasan dari Pemerintah Pusat sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah berkoordinasi
dengan Menteri.

(8) Setiap penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB XV
EVALUASI, RESTRUKTURISASI,
DAN PERUBAHAN BENTUK HUKUM

Bagian Kesatu
Evaluasi

Pasal 80

(1) Evaluasi Pasar Niaga Kerta Raharja dilakukan dengan


cara membandingkan antara target dan realisasi.

(2) Evaluasi Pasar Niaga Kerta Raharja sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilakukan sekurang-kurangnya
1 (satu) tahun sekali.

(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan


oleh:
a. Pasar Niaga Kerta Raharja;
b. Pemerintah Daerah; dan/atau
c. kementerian/lembaga pemerintah non kementerian.

(4) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-


kurangnya meliputi:
a. penilaian kinerja;
b. penilaian tingkat kesehatan; dan
b. penilaian pelayanan.

Pasal 81

(1) Penilaian tingkat kesehatan merupakan tolok ukur


kinerja Pasar Niaga Kerta Raharja.

(2) Penilaian tingkat kesehatan dilakukan setiap tahun oleh


Pasar Niaga Kerta Raharja dan disampaikan kepada
KPM.

(3) Penilaian tingkat kesehatan Pasar Niaga Kerta Raharja


menjadi dasar evaluasi Pasar Niaga Kerta Raharja.

(4) Bupati menyampaikan hasil penilaian tingkat kesehatan


kepada Menteri.

Bagian ...
-36-

Bagian Kedua
Restrukturisasi

Paragraf 1
Maksud dan Tujuan Restrukturisasi

Pasal 82

(1) Restrukturisasi dilakukan dengan maksud untuk


menyehatkan Pasar Niaga Kerta Raharja agar dapat
beroperasi secara efisien, akuntabel, transparan, dan
profesional.

(2) Restrukturisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


bertujuan untuk:
a. meningkatkan kinerja dan nilai Pasar Niaga Kerta
Raharja;
b. memberikan manfaat berupa dividen dan pajak
kepada negara dan Daerah; dan/atau
c. menghasilkan produk dan layanan dengan harga yang
kompetitif kepada konsumen.

(3) Restrukturisasi dilakukan terhadap Pasar Niaga Kerta


Raharja yang terus menerus mengalami kerugian dan
kerugian tersebut mengancam kelangsungan usaha
Pasar Niaga Kerta Raharja.

(4) Restrukturisasi dilaksanakan dengan memperhatikan


efisiensi biaya, manfaat, dan resiko

Paragraf 2
Cakupan Restrukturisasi

Pasal 83

(1) Restrukturisasi meliputi restrukturisasi regulasi


dan/atau restrukturisasi perusahaan.

(2) Restrukturisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilaksanakan melalui:
a. restrukturisasi internal yang mencakup keuangan,
manajemen, operasional, sistem, dan prosedur;
b. penataan hubungan fungsional antara Pemerintah
Daerah dan Pasar Niaga Kerta Raharja untuk
menetapkan arah dalam rangka pelaksanaan
kewajiban pelayanan publik.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai restrukturisasi diatur


berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.

Bagian...
-37-

Bagian Ketiga
Perubahan Bentuk Hukum

Pasal 84

(1) Pasar Niaga Kerta Raharja dapat melakukan perubahan


bentuk hukum.

(2) Perubahan bentuk hukum sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dalam rangka mencapai tujuan Pasar Niaga
Kerta Raharja dan restrukturisasi.

(3) Perubahan bentuk hukum Pasar Niaga Kerta Raharja


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah perubahan
bentuk hukum perusahaan umum Daerah menjadi
perusahaan perseroan Daerah.

(4) Perubahan bentuk hukum Pasar Niaga Kerta Raharja


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai perubahan bentuk


hukum Pasar Niaga Kerta Raharja diatur dalam
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

BAB XVI
PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGAMBILALIHAN
DAN PEMBUBARAN

Pasal 85

(1) Pasar Niaga Kerta Raharja dapat melakukan


penggabungan dan peleburan terhadap 1 (satu) BUMD
lain atau lebih.

(2) Pasar Niaga Kerta Raharja dapat mengambil alih BUMD


dan/atau badan usaha lainnya.

Pasal 86

(1) Pembubaran Pasar Niaga Kerta Raharja ditetapkan


dengan Peraturan Daerah.

(2) Fungsi Pasar Niaga Kerta Raharja yang dibubarkan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah.

(3) Kekayaan Daerah hasil pembubaran Pasar Niaga Kerta


Raharja dikembalikan kepada Daerah.

Pasal 87

Penggabungan, peleburan, pengambilalihan, dan


pembubaran Pasar Niaga Kerta Raharja dilakukan
berdasarkan hasil analisis investasi, penilaian tingkat
kesehatan, dan hasil evaluasi Pasar Niaga Kerta Raharja.

Pasal 88...
-38-

Pasal 88

Ketentuan lebih lanjut mengenai penggabungan, peleburan,


pengambilalihan, dan pembubaranPasar Niaga Kerta
Raharja diatur dalam Peraturan Bupati.

BAB XVII
KEPAILITAN BUMD

Pasal 89

(1) Pasar Niaga Kerta Raharjadapat dinyatakan pailit sesuai


dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

(2) Direksi Pasar Niaga Kerta Raharja hanya dapat


mengajukan permohonan kepada pengadilan agar Pasar
Niaga Kerta Raharjadinyatakan pailit setelah
memperoleh persetujuan dari Bupati dan DPRD.

(3) Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau


kelalaian Direksi dan kekayaan Pasar Niaga Kerta
Raharja tidak cukup untuk menutup kerugian akibat
kepailitan tersebut, setiap anggota Direksi bertanggung
jawab secara tanggung renteng atas kerugian dimaksud.

(4) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


berlaku juga bagi anggota Direksi yang salah atau lalai
yang sudah tidak menjabat 5 (lima) tahun sebelum
Pasar Niaga Kerta Raharja dinyatakan pailit.

(5) Anggota Direksi yang dapat membuktikan bahwa


kepailitan bukan karena kesalahan atau kelalaiannya
tidak bertanggung jawab secara tanggung renteng atas
kerugian dimaksud.

Pasal 90

(1) Dalam hal aset Pasar Niaga Kerta Raharja yang


dinyatakan pailit dipergunakan untuk melayani
kebutuhan dasar masyarakat, Pemerintah Daerah
mengambil alih aset tersebut untuk melayani
kebutuhan dasar masyarakat tanpa mengubah tujuan
dan fungsi aset yang bersangkutan.

(2) Dalam hal Pemerintah Daerah tidak dapat mengambil


alih yang dipergunakan untuk melayani kebutuhan
dasar masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pemerintah Daerah wajib menyediakan kebutuhan
dasar masyarakat dimaksud.

BAB...
-39-

BAB XVIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Bagian Kesatu
Pembinaan BUMD oleh Pemerintah Daerah

Pasal 91

(1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan terhadap


pengurusan Pasar Niaga Kerta Raharja.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilaksanakan oleh:
a. sekretaris Daerah;
b. pejabat pada Pemerintah Daerah yang melakukan
fungsi pembinaan teknis Pasar Niaga Kerta Raharja;
dan
c. pejabat pada Pemerintah Daerah yang melaksanakan
fungsi pengawasan atas permintaan sekretaris
Daerah.

Pasal 92

Sekretaris Daerah melaksanakan pembinaan terhadap


pengurusan Pasar Niaga Kerta Raharja pada kebijakan yang
bersifat strategis.

Pasal 93

(1) Pejabat pada Pemerintah Daerah yang melakukan fungsi


pembinaan teknis Pasar Niaga Kerta Raharja mempunyai
tugas melakukan:
a. pembinaan organisasi, manajemen, dan keuangan;
b. pembinaan kepengurusan;
c. pembinaan pendayagunaan aset;
d. pembinaan pengembangan bisnis;
e. pemantauan dan evaluasi;
f. administrasi pembinaan; dan
g. fungsi lain yang diberikan oleh Sekretaris Daerah.

(2) Penetapan pejabat pada Pemerintah Daerah yang


melakukan fungsi pembinaan teknis Pasar Niaga Kerta
Raharja disesuaikan dengan perangkat Daerah atau
unit kerja pada perangkat Daerah yang menangani
Pasar Niaga Kerta Raharja.

(3) Dalam melaksanakan pembinaan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah dapat
berkonsultasi dengan Perangkat Daerah Provinsi yag
melaksanakan pembinaan BUMD.

Bagian Kedua...
-40-

Bagian Kedua
Pengawasan

Pasal 94

(1) Pengawasan terhadap Pasar Niaga Kerta Raharja


dilakukan untuk menegakkan tata kelola perusahaan
yang baik.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan


oleh pengawasan internal dan pengawasan eksternal.

(3) Pengawasan internal sebagaimana dimaksud ayat (2)


dilakukan oleh SPI, komite audit dan/atau komite
lainnya.

(4) Pengawasan eksternal sebagaimana dimaksud ayat (2)


dilakukan oleh:
a. Pemerintah Daerah;
b. Menteri untuk pengawasan umum; dan
c. menteri teknis atau pimpinan lembaga pemerintah
non kementerian untuk pengawasan teknis.

(5) Pengawasan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana


dimaksud pada ayat (4) huruf a dilaksanakan oleh
pejabat pada Pemerintah Daerah yang melaksanakan
fungsi pengawasan.

Pasal 95

Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan


pengawasan Pasar Niaga Kerta Raharja diatur berdasarkan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

BAB XIX
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 96

Pasar Niaga Kerta Raharja dapat bergabung dalam


perhimpunan asosiasi BUMD atau dengan nama lain pada
jenis usaha yang sejenis.

BAB XX
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 97

Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku:


a. masa jabatan Dewan Pengawas dan Direksi Pasar Niaga
Kerta Raharja yang telah ditetapkan sebelum
berlakunya Peraturan Daerah ini tetap berlaku sampai
dengan berakhirnya masa jabatan dimaksud.;

b.Perjanjian...
-41-

b. perjanjian kerjasama yang telah dilakukan sebelum


berlakunya Peraturan Daerah ini tetap berlaku
dan mengikat sampai dengan berakhirnya masa
kerjasama; dan
a. seluruh dokumen, perizinan, aset, dan Pegawai
Perusahaan Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja
Kabupaten Tangerang beralih menjadi dokumen,
perizinan, aset, dan Pasar Niaga Kerta Raharja.

Pasal 98

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan


Pelaksana dari Peraturan Daerah Nomor 25 Tahun 2004
tentang Perusahaan Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja
Kabupaten Tangerang sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 17
Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Perusahaan Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja
Kabupaten Tangerang, dinyatakan masih tetap berlaku
sepanjang belum diganti dan tidak bertentangan dengan
ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

BAB XXI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 99

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku Peraturan


Daerah Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perusahaan Daerah
Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 17 Tahun 2014
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah
Kabupaten Tangerang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Perusahaan Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten
Tangerang, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 100

Aturan pelaksana dari Peraturan Daerah ini ditetapkan


paling lama 1 (satu) tahun sejak diundangkannya Peraturan
Daerah ini.

Pasal 101...
-42-

Pasal 101

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Tangerang.

Ditetapkan di Tigaraksa
pada tanggal 1 Oktober 2019

BUPATITANGERANG,

Ttd

A. ZAKI ISKANDAR

Diundangkan di Tigaraksa
pada tanggal 1 Oktober 2019

SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN TANGERANG,

Ttd

MOCH. MAESYAL RASYID

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2019 NOMOR 07

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN


(8, 63)(2019).
-43-

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG
NOMOR 7 TAHUN 2019

TENTANG

PERUSAHAAN UMUM DAERAH PASAR NIAGA KERTA RAHARJA


KABUPATEN TANGERANG

I. UMUM

Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 409


telah mencabut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang
Perusahaan Daerah sehingga Peraturan Daerah yang terkait dengan
Pendirian Perusahaan Milik Daerah harus dilakukan penyesuian, amanat
penyesuaian Peraturan Daerah tentang BUMD juga tertuang dalam Pasal
Pasal 402 ayat (2) Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah yang mengatur kewajiban BUMD yang telah ada untuk
disesuaikan dengan ketentuan Undang 23 Tahun 2014 dalam jangka
waktu paling lama 3 (tiga) tahun.
Penyesuian Peraturan Daerah tentang Pendirian BUMD sebagaimana
ditetapkan dengan Perda sebagaimana diatur dalam Pasal 331 ayat (2).
Berdasarkan hal-hal sebagaimana telah diuraikan diatas untuk
kepastian Hukum Pengelolaan BUMD Milik Pemerintah Kabupaten
Tangerang maka perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Pendirian
semua BUMD yang ada di Kabupaten Tangerang sebagaimana telah
diamanatkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah dan Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 54
Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah. Selain itu Penetapan
Perda ini diharapkan dapat meningkatkan Peran BUMD dalam Melayani
masyarakat adalah sebagaimana tercantum dalam Pasal 331 ayat (4)
Undang-Undang dengan :
a. memberikan manfaat bagi perkembangan perekonomian Daerah;
b. menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang bermutu bagi pemenuhan hajat hidup
masyarakat sesuai kondisi, karakteristik dan potensi Daerah yang
bersangkutan berdasarkan tata kelola perusahaan yang baik; dan
c. memperoleh laba dan/atau keuntungan.

dan...
-44-

dan hal lainnya tentunya diharapkan BUMD dalam mengembangkan


usahanya yaitu dengan menempatkan kembali tata kelola BUMD
Perusahaan Umum Daerah sebagai lembaga usaha yang harus
memberikan manfaat finance bagi daerah.
Sesuai dengan Ketentuan Pasal 11 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor
54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah Peraturan Daerah
tentang pendirian perusahaan umum Daerah paling sedikit memuat:
a. nama dan tempat kedudukan;
b. maksud dan tujuan;
b. kegiatan usaha;
c. jangka waktu berdiri;
d. besarnya modal dasar dan modal disetor;
e. tugas dan wewenang Dewan Pengawas dan Direksi; dan
f. penggunaan laba.
Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas dipandang perlu
menetapkan kembali Peraturan Daerah tentang Pembentukan Perusahaan
Umum Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.

Pasal 10...
-45-

Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "APBD" meliputi pula proyek Pasar
Niaga Kerta Raharja yang dikelola oleh Pasar Niaga Kerta
Raharja dan/atau piutang Daerah pada Pasar Niaga Kerta
Raharja yang dijadikan sebagai penyertaan modal Daerah.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "konversi dari pinjaman” adalah
pinjaman Daerah yang dikonversi dalam bentuk penyertaan
modal Daerah pada Pasar Niaga Kerta Raharja.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “sumber lainnya” adalah
pinjaman yang berasal dari lembaga keuangan bank atau
nonbank sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Penugasan Pemerintah Daerah kepada Pasar Niaga Kerta
Raharja harus disesuaikan dengan jenis penugasan
pemerintah Daerah dan tujuan Pasar Niaga Kerta Raharja.

Ayat (2)...
-46-

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "rencana bisnis Pasar Niaga Kerta
Raharja" adalah rincian kegiatan dengan jangka waktu paling
singkat 3 (tiga) tahun atau yang disebut bussfness plan.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21

Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan ''unsur independen" adalah anggota
Dewan Pengawas yang tidak ada hubungan keluarga atau
hubungan bisnis dengan Direksi.
Ayat (4)
Pejabat Pemerintah Pusat dan pejabat Pemerintah Daerah
diprioritaskan dalam rangka evaluasi, pembinaan dan
pengawasan Pasar Niaga Kerta Raharja.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “lembaga profesional” adalah Lembaga
pemerintah atau swasta yang berkompeten di bidangnya.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 25…
-47-

Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "keadaan tertentu" adalah keadaan
mendesak yang membutuhkan keputusan secara cepat dan
tidak mungkin diadakan rapat.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.

Pasal 40…
-48-

Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Ketentuan peraturan perundang-undangan seperti Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
yang mengatur bahwa anggota DPRD dilarang merangkap jabatan
sebagai pegawai BUMD atau badan lain yang anggarannya
bersumber dari APBD.
Huruf g
Cukup jelas.
Pasal 48
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c..
-49-

Huruf c
Yang dimaksud dengan "dapat menimbulkan konflik
kepentingan" adalah kondisi anggota Dewan Pengawas atau
anggota Komisaris yang memiliki kepentingan pribadi untuk
menguntungkan diri sendiri dan/atau orang lain dalam
penggunaan wewenang sehingga dapat mempengaruhi
netralitas dan kualitas keputusan dan/atau tindakan yang
dibuat dan/atau dilakukannya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Ayat (l)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan 'keadaan tertentu' adalah keadaan
mendesak yang membutuhkan keputusan secara cepat dan tidak
mungkin diadakan rapat.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "satuan pengawas intern" adalah unit
yang dibentuk oleh direktur utama untuk memberikan jaminan
(assurance) yang independen dan obyektif atas pelaporan
keuangan serta melakukan kegiatan konsultasi bagi manajemen
dengan tujuan untuk meningkatkan nilai (ualue) dan
memperbaiki operasional BUMD melalui evaluasi dan
peningkatan efektivitas manajemen resiko, pengendalian, dan
tata kelola perusahaan. Bentuk satuan pengawas intern
menyesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mengatur sektor usaha yang bersangkutan,
misalnya dalam bidang perbankan, satuan pengawas intern
dipimpin oleh direktur kepatuhan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 55…
-50-

Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan prinsip "transparansi" adalah
keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam
mengungkapkan informasi yang relevan mengenai
perusahaan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan prinsip "akuntabilitas" adalah
kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan
perusahaan terlaksana secara efektif.
Huruf c
Yang dimaksud dengan prinsip "pertanggungjawaban"
adalah kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan
terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip
korporasi yang sehat.

Huruf d…
-51-

Huruf d
Yang dimaksud dengan prinsip "kemandirian" adalah
keadaan dimana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan
pengaruh/tekanan dan pihak manapun yang tidak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan prinsip korporasi yang sehat.
Huruf e
Yang dimaksud dengan prinsip "kewajaran" adalah
keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak
pemangku kepentingan (stakeholders) yang timbul
berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-
undangan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.

Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.

Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.

Pasal 79…
-52-

Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Cukup jelas.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas.
Pasal 84
Cukup jelas.
Pasal 85
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87
Cukup jelas.
Pasal 88
Cukup jelas.
Pasal 89
Cukup jelas.
Pasal 90
Cukup jelas.
Pasal 91
Cukup jelas.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.
Pasal 94
Cukup jelas.
Pasal 95
Cukup jelas.
Pasal 97
Cukup jelas.
Pasal 98
Cukup jelas.

Pasal 99…
-53-

Pasal 99
Cukup jelas.
Pasal 100
Cukup jelas.
Pasal 101
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 0719


-54-

Anda mungkin juga menyukai