Anda di halaman 1dari 16

BUPATI TANGERANG

PROVINSI BANTEN

PERATURAN BUPATI TANGERANG


NOMOR 29 TAHUN 2018

TENTANG

PEDOMAN PENYEDIAAN BAHAN BAKAR MINYAK


DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG,

Menimbang : bahwa dalam rangka efisiensi dan tertib administrasi


penggunaan Bahan Bakar Minyak Kendaraan Dinas
dan/atau Alat Berat di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Tangerang, perlu ditetapkan Peraturan Bupati tentang
Pedoman Penyediaan Bahan Bakar Minyak Di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Tangerang;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang


Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan
Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Tahun 1950)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan
Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan
mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950
tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten
Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2851);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 138,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4010);
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

6.Undang-Undang...
-2-

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang


Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
7. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan NegaraLembaranNegara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4400);
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang PengelolaanKeuangan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor4576);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2008
Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara
RepublikIndonesia Nomor 4890);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentangPedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentangPedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 310);
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2017
tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2018;
15.Peraturan...
-3-

15. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 02


Tahun 2009 tentang Pokok–Pokok Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten
Tangerang Tahun 2009 Nomor 02, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 0209);
16. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 11
Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang
(Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2016
Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Tangerang Nomor 1116);
17. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 10
Tahun 2017 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Tahun Anggaran 2018;
18. Peraturan Bupati Tangerang Nomor 66 Tahun 2017
Tentang Standar Biaya Kegiatan Di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Tangerang Tahun Anggaran
2018;
19. Peraturan Bupati Tangerang Nomor 88 Tahun 2017
Tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Tahun Anggaran 2018;
20. Peraturan Bupati Tangerang Nomor 90 Tahun 2017
Tentang Petunjuk Teknis dan Prosedur Pembayaran
Atas Dokumen Pelaksanaan Anggaran;
21. Peraturan Bupati Tangerang Nomor 13 Tahun 2018
Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Tangerang
Nomor 72 Tahun 2017 Tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Transaksi Non Tunai Di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Tangerang;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PEDOMAN PENYEDIAAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM)


DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN
TANGERANG.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Tangerang.
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan
urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan
dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
4.Bupati...
-4-

4. Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten Tangerang.


5. Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah yang
selanjutnya disingkat BPKAD adalah Badan Pengelola
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang.
6. Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya
disingkat OPD adalah Perangkat Daerah selaku
Pengguna Anggaran/Pengguna Barang Daerah.
7. Bahan Bakar Minyak yang selanjutnya disingkat BBM
adalah Bahan Bakar yang diperlukan kendaraan
dinas/alat berat untuk beroperasi dengan jenis bahan
bakar non subsidi.
8. Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu yang selanjutnya
disebut Jenis BBM Tertentu adalah bahan bakar yang
berasal dan/atau diolah dari Minyak Bumi dan/atau
bahan bakar yang berasal dan/ atau diolah dari
Minyak Bumi yang telah dicampurkan dengan Bahan
Bakar Nabati (Biofueij sebagai Bahan Bakar Lain
dengan jenis, standar dan mutu (spesiflkasi), harga,
volume, dan konsumen tertentu.
9. Kendaraan Dinas adalah semua jenis kendaraan
bermotor yang dimiliki atau dikuasai oleh Pemerintah
Kabupaten Tangerang, dan Badan Usaha Milik Daerah.
10. Kendaraan Perorangan Dinas adalah kendaraan dinas
yang diperuntukan bagi Bupati dan Wakil
Bupati,Pimpinan dan Wakil Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD).
11. Kendaraan Dinas Operasional Jabatan adalah
kendaraan dinas yang dipergunakan untuk kegiatan
operasional perkantoran dan diperuntukan bagi
Pejabat Eselon II dan Eselon III.
12. Kendaraan Dinas Operasional Dinas adalah kendaraan
dinas yang dipergunakan untuk kendaraan operasional
lapangan dan pelayanan kepada masyarakat serta
diperuntukan bagi pegawai yang melaksanakan tugas
di lapangan;
13. Kendaraan Operasional Berat/Alat Berat Lainnya
adalah kendaraan dinas yang dirancang secara khusus
dan dipergunakan untuk tugas khusus OPD dan atau
alat berat milik Pemerintah Daerah yang dipergunakan
untuk pelaksanaan tugas kedinasan.
14. Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya
disebut DPA adalah dokumen yang memuat
Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan yang digunakan
sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh Pengguna
Anggaran.
15. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat
SPM adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk
mencairkan dana yang bersumber dari Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) atau dokumen lain yang
dipersamakan.
16.Surat...
-5-

16. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya


disebut SP2D adalah surat perintah yang diterbitkan
oleh Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
selaku Kuasa Bendahara Umum Daerah untuk
pelaksanaan.
17. Kartu RFID adalah alat transaksi pembayaran
menggunakan Kartu Prepaid dengan menggunakan
Teknologi Radio Frequency Identification pada SPBU
Pertamina.
18. Voucher adalah salah satu media yang digunakan
sebagai alat pembayaran dengan denominasi nilai
rupiah pecahan Rp.25.000,-, Rp.50.000,-, dan
Rp.100.000,-.

BAB II
PEMBERIAN BBM

Pasal 2

(1) Pemberian BBM diberikan untuk kendaraan dinas


dan/atau alat berat.

(2) Kendaraan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


terdiri dari :
a. Kendaraan dinas perorangan;
b. Kendaraan dinas operasional jabatan;
c. Kendaraan operasional dinas;dan
d. Kendaraan operasional berat/alat berat lainnya.

(3) Setiap kendaraan dinas dan/atau alat berat diberikan


BBM sesuai pengelompokan jenis kendaraan yang
berpedoman pada Ketentuan Peraturan Perundang-
Undangan.

Pasal 3

Jenis BBM yang diberikan untuk kendaraan dinas


sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (2) berupa :
a. kendaraaan dinas perorangan untuk Bupati, Wakil
Bupati, Ketua DPRD dan Wakil Ketua DPRD diberikan
RON 88 s.d. RON 94 setara dengan Premium, Pertalite,
Pertamax, dan Pertamax Plus atau BBM Solar;
b. Kendaraan dinas operasional Jabatan untuk Eselon
II/a-III/b diberikan RON 88 s.d. RON 92 setara dengan
Premium, Pertalite, dan Pertamax atau BBM Solar;
c. Kendaraan dinas operasional dinas untuk Patwal/PJR,
Bus ¾, Bus Besar, Truk, Mobil Pemadam Kebakaran,
Ekskavator, Trackdozer, Skiedloader, Sweeper/penyapu
jalan, Ambulance, Gerobak Motor, dan Motor diberikan
RON 88 s.d. RON 90 setara dengan Premium dan
Pertalite atau BBM Solar;
d. Kendaraan operasional berat/alat berat lainnya
diberikan RON 88 s.d. RON 92 setara dengan Premium,
Pertalite, dan Pertamax atau BBM Solar.

BAB III...
-6-

BAB III
KONDISI KENDARAAN DINAS

Pasal 4

(1) Pemberian BBM diberikan untuk kendaraan dinas


dan/atau alat berat yang berada dalam kondisi
baik/layak jalan.

(2) Dalam hal kendaraan dinas dalam keadaan rusak berat


atau tidak layak jalan, maka agar segera dilaporkan
kepada BPKAD untuk dilakukan proses penghapusan.

(3) Terhadap kendaraan dinas dalam keadaan rusak berat


atau tidak layak jalan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), tidak diberikan BBM.

Pasal 5

Kendaraan dinas yang diusulkan oleh OPD untuk dihapus


tetapi masih bisa digunakan untuk operasional kantor dan
masih belum dikeluarkan keputusan penghapusan, dapat
diberikan BBM.

BAB IV
PENGANGGARAN

Pasal 6

(1) Kepala OPD setiap tahun menyusun dan mengusulkan


kebutuhan BBM bagi kendaraan dinas dan/atau alat-
alat berat melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA) OPD masing-masing.

(2) Harga BBM sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


sesuai dengan harga resmi yang ditetapkan oleh
Pemerintah.

BAB V
PELAKSANAAN PEMBERIAN BBM

Bagian Kesatu
Pelaksanaan Melalui Bukti Struk Pembelian
dan Perjanjian Kerja Sama

Pasal 7

(1) Pelaksanaan pemberian BBM dilakukan melalui


pembelian langsung pada Stasiun Pengisian Bahan
Bakar Umum secara swakelola.

(2) Pembelian langsung sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), dilaksanakan melalui bukti struk pembelian
dan/atau melalui Perjanjian Kerja Sama antara
masing-masing Kepala OPD dengan pihak SPBU sesuai
Format Perjanjian Kerja Sama sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Peraturan Bupati ini.
(3)bukti...
-7-

(3) bukti struk pembelian sebagaimana dimaksud pada


ayat (2), merupakan bukti pengesahan pertanggung
jawaban penggunaan BBM dan tidak boleh melebihi
ukuran satuan liter/bulan per penerima BBM.

(4) Perjanjian Kerja Sama sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) dapat dilaksanakan dengan lebih dari satu
pihak SPBU dengan melihat pertimbangan lokasi dan
fasilitas layanan serta produk SPBU.

(5) Berdasarkan Perjanjian Kerja Sama sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4), OPD dapat
memberikan Uang Muka kepada SPBU sebesar untuk
kebutuhan penggunaan BBM sebulan.

(6) Perjanjian Kerja Sama sebagaimana dimaksud pada


ayat (2), berlaku untuk 1 (satu) tahun anggaran
berkenaan.

(7) Bagi OPD yang telah melakukan Perjanjian Kerja


Sama dengan SPBU lain tanpa uang muka, agar
membuat Berita Acara Rekonsiliasi sebagai
persyaratan yang harus dilampirkan dalam pengajuan
pembayaran.

Bagian Kedua
Pelaksanaan Pembayaran

Pasal 8

(1) Mekanisme pelaksanaan pembayaran dengan


menggunakan bukti struk pembelian sebagaimana
dimaksud Pada 7 ayat (3), dilakukan melalui Uang
Persediaan yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran.

(2) Mekanisme pelaksanaan pembayaran Uang Muka BBM


sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat (5),
dilaksanakan berdasarkan Perjanjian Kerja Sama
dengan dibuatkan Tagihan/invoice untuk Uang Muka
dari SPBU.

(3) Pembayaran penggunaan BBM dilaksanakan


berdasarkan tagihan yang disampaikan SPBU sesuai
dengan Perjanjian Kerja Sama.

(4) Pembayaran Penggunaan BBM dan Uang Muka


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan dengan menerbitkan SPP, SPM, dan
SP2D LS Pihak Ketiga atau melalui Uang Persediaan
Bendahara dengan transaksi non tunai/transfer oleh
Bendahara Pengeluaran ke rekening bank pihak SPBU
berdasarkan tagihan yang disampaikan SPBU.

(5) Pada akhir bulan Uang Muka sebagaimana dimaksud


pada ayat (4), apabila masih terdapat sisa, maka dapat
diperhitungkan kembali (revolving) untuk kebutuhan
penggunaan BBM bulan-bulan berikutnya.

(6)Pada...
-8-

(6) Pada akhir tahun anggaran Uang Muka sebagaimana


dimaksud pada ayat (4), apabila masih terdapat sisa
maka disetorkan ke rekening kas umum daerah.

BAB VI
PENGENDALIAN

Pasal 9

(1) Kepala OPD membuat Laporan Realisasi Pelaksanaan


pemberian BBM dalam bentuk Surat
Pertanggungjawaban (SPJ) sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan sebagai bentuk
pengendalian.

(2) Kepala OPD bertanggung jawab atas penganggaran,


pelaksanaan, pengendalian dan pertanggungjawaban
penggunaan BBM pada masing-masing OPD.

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 10

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Bupati ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Pemerintah
Kabupaten Tangerang.

Ditetapkan di Tigaraksa
pada tanggal 5 Juni 2018

Pj. BUPATI TANGERANG,

Ttd

KOMARUDIN

Diundangkan di Tigaraksa
pada tanggal 5 Juni 2018

SEKRETARIS DAERAH,

Ttd

MOCH. MAESYAL RASYID

BERITA DAERAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2018 NOMOR 29


-9-

LAMPIRAN
PERATURAN BUPATI TANGERANG
NOMOR 29 TAHUN 2018
TENTANG
PEDOMAN PENYEDIAAN BAHAN BAKAR
MINYAK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH
KABUPATEN TANGERANG

PERJANJIAN KERJA SAMA PENYEDIAAN BAHAN BAKAR MINYAK


UNTUK KENDARAAN DINAS

ANTARA

OPD ……………………………………………….
DENGAN
PT PERTAMINA RETAIL

Nomor ……………………………………….
Nomor ……………………………………….

Pada hari ini tanggal ……………… bulan ………….. tahun ……………………….. yang
bertanda tangan di bawah ini :

………………, (Nama Jelas) : Selaku Kepala OPD dan Pengguna Anggaran,


bertindak untuk mewakili dan atas nama
Pemerintah Kabupaten Tangerang, untuk
selanjutnya disebut PIHAK KESATU.

……………….., (Nama Jelas) : Selaku Direktu Operasi PT Pertamina Retail (Pihak


SPBU) bertindak untuk dan atas nama PT
Pertamina Retail, berkedudukan di Jakarta,
untuk selanjutnya disebtu PIHAK KEDUA.

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama selanjutnya


disebut PARA PIHAK.

PARA PIHAK terlebih dahulu menyatakan dan menerangkan hal-hal sebagai


berikut :
a. bahwa PIHAK KESATU adalah Kepala................... OPD selaku Pengguna
Anggaran.
b. bahwa PIHAK KEDUA adalah Badan Hukum yang bergerak di bidang di bidang
pengelolaan Stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU);
c. bahwa guna memperlancar pengadaan bahan bakar minyak bagi Kendaraan
Dinas PIHAK KESATU setuju untuk menunjuk PIHAK KEDUA sebagai penyedia
bahan bakar minyak bagi Kendaraan Dinas milik PIHAK KESATU.
d. bahwa PIHAK KEDUA menerima penunjukan dari PIHAK KESATU untuk
bertindak sebagai penyedia bahan bakar minyak bagi Kendaraan Dinas milik
PIHAK KESATU, pada SPBU yang dikelola oleh PIHAK KEDUA sesuai dengan
Daftar yang tercantum dalam Lampiran Perjanjian ini berikut perubahan-
perubahannya di kemudian hari selanjutnya disebut “Pekerjaan”.

Berdasarkan...
- 10 -

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk membuat


Perjanjian Kerja Sama mengenai Penyediaan Bahan Bakar Minyak untuk
Kendaraan Dinas, selanjutnya disebut Perjanjian, dengan syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

BAB I
RUANG LINGKUP

Pasal 1

Ruang Lingkup pekerjaan dalam perjanjian ini adalah penyediaan PIHAK KEDUA
sepakat untuk menyediakan Bahan Bakar Minyak bagi Kendaraan Dinas PIHAK
KESATU di SPBU.

BAB II
PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pasal 2

(1) Pelaksanaan pekerjaan oleh PIHAK KEDUA dengan cara memberikan Kartu Tanda
Pengenal pengisian Bahan Bakar Minyak kepada PIHAK KESATU untuk pengisian
Bahan Bakar Minyak.

(2) Kartu Tanda Pengenal pengisian bahan bakar sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), berisi informasi mengenai Kendaraan Dinas dan saldo dalam satuan liter yang
akan diisikan bahan bakar.

Pengisian bahan bakar dengan Kartu Tanda Pengenal pengisian Bahan Bakar
Minyak akan lakukan dengan cara :
a. pemegang Kendaraan Dinas milik PIHAK KESATU akan memperlihatkan
Kartu Tanda Pengenal pengisian Bahan Bakar Minyak kepada Petugas
SPBU PIHAK KEDUA;
b. petugas SPBU akan melakukan pengecekan Kartu Tanda Pengenal pengisian
bahan bakar dan mencocokan data-data tersebut dengan kendaraan dinas
yang akan diisikan bahan bakar;
c. setelah pencocokan data sebagaimana dimaksud pada huruf b sesuai maka
dilakukan pengisian bahan bakar pada kendaraan dinas;dan
d. setelah pengisian selesai petugas SPBU akan menyerahkan bukti pengisian
bahan bakar dari dispenser bahan bakar yang akan ditandatangani oleh
pemegang kendaraan dinas, 1 (satu) lembar akan diserahkan kepada
pemegang kendaraan dinas, dan 1 (satu) lembar akan disimpan oleh
Petugas SPBU.

BAB II
HARGA BAHAN BAKAR DAN CARA PEMBAYARAN

Pasal 3

Para Pihak sepakat bahwa harga bahan bakar yang diberlakukan dalam Perjanjian
ini adalah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah dan/atau
Pertamina dari waktu ke waktu berdasarkan peraturan perundang-undangan.

BAB III...
- 11 -

BAB III
TATA CARA PEMBAYARAN

PASAL 4

Pelaksanaan pembayaran harga pekerjaan oleh PIHAK KESATU kepada PIHAK


PIHAK KEDUA dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. PIH
AK KEDUA akan menyerahkan tagihan (invoice) setiap bulan.
b. PIH
AK KESATU wajib melakukan pembayaran atas periode pemakaian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lambat dalam ……… hari kerja
setelah dokumen pembayaran diterima oleh PIHAK KESATU dengan cara
mentransfer ke rekening PIHAK KEDUA sebagai berikut :
Bank :
No. Rek.Virtual Account :
Atas Nama :
c. Apabila sampai dengan jangka waktu sebagaimana ditetapkan pada huruf b
PIHAK KESATU belum juga melaksanakan pembayaran atas pemakaian bahan
bakar, maka PIHAK KEDUA berhak menutup secara otomatis pemakaian
bahan bakar sampai dengan PIHAK KESATU melakukan pembayaran sesuai
dengan tagihan dari PIHAK KEDUA dan pemakaian bahan bakar dapat
dilakukan secara tunai di SPBU PIHAK KEDUA.
d. Pajak-pajak yang timbul dari Perjanjian ini ditanggung oleh masing-masing
pihak sesuai dengan peraturan perpajakan. PARA PIHAK sepakat bahwa PIHAK
KEDUA tidak dapat menerbitkan Faktur Pajak Standar, karena Pajak atas
bahan bakar telah ditetapkan secara khusus. Namun demikian apabila
dimungkinkan oleh peraturan perpajakan, PIHAK KEDUA akan menerbitkan
Faktur Pajak Standard dan memberikan pada PIHAK KESATU.
e. Invoice sebagaimana dimaksud pada huruf a diterbitkan oleh PIHAK KEDUA
meliputi perincian pemakaian melalui data system, Berita Acara Manual, dan
pemakaian data offline pada SPBU setiap bulannya.

BAB IV
JAMINAN

Pasal 5

PIHAK KESATU memberikan Uang Muka Kerja kepada PIHAK KEDUA dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. PIHAK KESATU menyetorkan Uang Muka Kerja kepada PIHAK KEDUA yang
nilainya diambil dari jumlah kendaraan dinas pada Tahun 2018 dengan jumlah
liter keseluruhan dikalikan perhitungan harga satuan bahan bakar untuk
kebutuhan 1 (satu) bulan yaitu sebesar Rp………………….. (Nominal) sesuai
dengan data yang tercantum dalam Lampiran Perjanjian ini ke rekening milik
PIHAK KEDUA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) Perjanjian ini
setelah ditandatanganinya Perjanjian ini oleh Para Pihak;
b. PIHAK KEDUA berhak untuk tidak melayani pengisian bahan bakar kendaraan
dinas milik PIHAK KESATU apabila PIHAK KESATU belum menyetorkan Uang
Muka Kerja pada PIHAK KEDUA sebagaimana dimaksud pada ayat (1);
c. Uang Muka Kerja akan disimpan oleh PIHAK KEDUA tanpa membayar
kewajiban membayar bunga dan akan dipakai sebagai jaminan bagi hal-hal yang
wajib dipenuhi oleh PIHAK KESATU sebagaimana tercantum dalam perjanjian
ini.

d.Apabila...
- 12 -

d. Apabila PIHAK KESATU tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagaimana


tercantum dalam perjanjian ini, PIHAK KEDUA berhak menggunakan Uang
Muka Kerja untuk membayar segala tunggakan biaya atas pemakaian bahan
bakar oleh PIHAK KESATU yang harus dibayar kepada PIHAK KEDUA serta
kewajiban lain yang timbul kepada PIHAK KEDUA sebagai akibat dari
ketidakmampuan memenuhi kewajibannya;
e. Pada akhir tahun anggaran uang muka sebagaimana dimaksud pada huruf a,
apabila masih terdapat sisa maka PIHAK KEDUA menyetorkan kembali ke
rekening PIHAK KESATU yaitu Rekening Kas Umum Daerah.

BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 6

Hak dan Kewajiban PIHAK KESATU adalah sebagai berikut :


a. PIHAK KESATU berhak atas pengisian bahan bakar untuk kendaraan dinas
sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Perjanjian ini.
b. PIHAK KESATU berhak menerima laporan harian dari PIHAK KEDUA
berdasarkan hasil rekapitulasi laporan system dari PIHAK KEDUA.
c. PIHAK KESATU berhak menempatkan Petugas Pengontrol di Lokasi SPBU
untuk mengontrol dan mengesahkan pengisian bahan bakar yang dilakukan
oleh Petugas SPBU apabila dibutuhkan.
d. PIHAK KESATU wajib melakukan pembayaran atas pemakaian bahan bakar
kendaraan dinas sesuai dengan jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam
Pasal 2 ayat (3).
e. PIHAK KESATU wajib memberikan daftar kendaraan dinas yang akan
melakukan pengisian bahan bakar di SPBU PIHAK KEDUA dengan Informasi
yang benar dan lengkap, termasuk perubahan dan penambahan kendaraan
dinas tersebut.
f. PIHAK KESATU akan melakukan koordinasi kepada PIHAK KEDUA apabila
ditemukan penyalahgunaan dalam penggunaan Kartu Tanda Pengenal
pengisian bahan bakar dalam pelaksanaan Perjanjian ini.
g. Penyalahgunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) untuk seluruhnya
menjadi tanggung jawab PIHAK KESATU dan dibantu PIHAK KEDUA untuk
menemukan cara penyelesaiannya.
h. Akibat dari penyalahgunaan sebagaimana dimaksud pada huruf f dan g,
PIHAK KEDUA terlepas dari segala tuntutan dalam bentuk apapun.

Pasal 7

Hak dan Kewajiban PIHAK KEDUA adalah sebagai berikut :


a. PIHAK KEDUA berhak mendapatkan pembayaran atas pemakaian bahan bakar
oleh kendaraan dinas PIHAK KESATU dengan tepat waktu sebagaimana diatur
dalam Pasal 3 dan Pasal 4.
b. PIHAK KEDUA berhak menolak melakukan pengisian bahan bakar jika
ditemukan Kartu Tanda Pengenal pengisian bahan bakar yang tidak sesuai
dengan spesifikasi kendaraan dinas PIHAK KESATU yang akan diisi;
c. PIHAK KEDUA berhak untuk tidak melayani pengisian bahan bakar pada
kendaraan dinas PIHAK KESATU apabila PIHAK KESATU belum melakukan
pembayaran kepada PIHAK KEDUA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (4);
d. PIHAK KEDUA akan memberikan Kartu Tanda Pengenal pengisian bahan bakar
sebanyak jumlah yang dipesan oleh PIHAK KESATU;
- 13 -

e.PIHAK KEDUA...

e. PIHAK KEDUA wajib melayani seluruh kendaraan dinas PIHAK KESATU yang
melakukan pengisian bahan bakar dengan membawa Kartu Tanda Pengenal
pengisian bahan bakar, di SPBU PIHAK KEDUA sebagaimana terlampir dalam
Lampiran Perjanjian ini sesuai dengan waktu operasional SPBU;
f. PIHAK KEDUA wajib membuatkan laporan mengenai jumlah penggunaan bahan
bakar yang telah diisikan pada kendaraan dinas PIHAK KESATU setiap hari
berdasarkan rekapan laporan system dari PIHAK KEDUA;
g. Apabila terjadi kehilangan Kartu Tanda Pengenal pengisian bahan bakar yang
diakibatkan kelalaian/kesalahan pemegang dan/atau PIHAK KESATU, maka
setelah diberitahukan oleh PIHAK KESATU, PIHAK KEDUA menerbitkan RFID
Card Pengganti;
h. PIHAK KEDUA wajib memberitahukan kepada PIHAK KESATU, apabila
dispenser bahan bakar di SPBU tidak berfungsi dan tidak dapat melayani
kendaraan dinas PIHAK KESATU;
i. PIHAK KEDUA akan melakukan koordinasi kepada PIHAK KESATU apabila
ditemukan kecurangan-kecurangan dalam penggunaan Kartu Tanda Pengenal
pengisian bahan bakar dalam pelaksanaan Perjanjian ini;

BAB V
JANGKA WAKTU

Pasal 8

(1) Jangka waktu kerjasama menurut Perjanjian ini adalah selama 1 (satu)
tahun terhitung sejak tanggal ditandatanganinya Perjanjian ini.

(2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diperpanjang
untuk jangka waktu yang sama berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK
yang kemudian akan dituangkan dalam Perjanjian Baru pada setiap
tahun anggaran berjalan.

Pasal 9

(1) PIHAK KESATU dan/atau PIHAK KEDUA setiap waktu dapat untuk mengakhiri
Perjanjian ini, jika terjadi hal-hal sebagai berikut :
a. Terbukti lalai melaksanakan salah satu dari kewajibannya atau melanggar
salah satu ketentuan yang tersebut dalam Perjanjian ini;
b. Karena sebab apapun juga dinyatakan oleh instansi yang berwenang tidak
lagi berhak dan berwenang untuk mengurus dan menguasai sendiri harta
kekayaannya, baik itu sebagian maupun seluruhnya; dan
c. Berdasarkan kesepakatan Para Pihak untuk mengakhiri Perjanjian.

(2) Dalam hal terjadi keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maupun
jangka waktu yang berakhir sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), maka
Para Pihak wajib menyelesaikan semua kewajibannya yang belum diselesaikan
sampai dengan berakhirnya Perjanjian.

BAB VI...
- 14 -

BAB VI
KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEURE)

Pasal 10

(1) Keadaan Kahar (force majeure) dalam Perjanjian ini adalah peristiwa yang
terjadi di luar kemampuan Para Pihak yang berakibat tidak dapat dipenuhinya
hak dan kewajiban Para Pihak, termasuk pula gangguan komunikasi, sabotase,
dan ketentuan Pemerintah yang berpengaruh terhadap pelaksanaan Perjanjian
ini.

(2) Apabila terjadi keadaan kahar (force majeure) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), maka pihak yang terkena keadaan kahar (force majeure) wajib
memberitahukan secara tertulis kepada pihak lainnya disertai keterangan
resmi dari pejabat yang berwenang.

(3) Para Pihak dibebaskan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban yang diatur


dalam Perjanjian ini, apabila hal tersebut diakibatkan oleh keadaan kahar
(force majeure).

BAB VII
PENUTUP

Pasal 11

(1) Para Pihak setuju untuk menyelesaikan semua masalah atau perbedaan
pendapat yang timbul dari Perjanjian ini secara damai dengan cara
musyawarah sebelum mengajukan permasalahannya kepada badan peradilan
yang berwenang;

(2) Apabila Para Pihak tidak dapat menyelesaikan masalah atau perbedaan
pendapat secara musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini,
maka Para Pihak sepakat untuk menyelesaikannya melalui Pengadilan Negeri;

Pasal 12

(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Perjanjian ini akan diatur dalam suatu
Addendum Perjanjian yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Perjanjian ini.

(2) Perjanjian ini mulai berlaku PADA tanggal ditetapkan dan ditandatanganinya
Perjanjian ini.

(3) Setiap pemberitahuan yang diperlukan atau diberikan oleh satu pihak kepada
pihak lainnya, dialamatkan kepada :

PIHAK KESATU :

PIHAK KEDUA :

Demikian...
- 15 -

Demikian Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani oleh PARA PIHAK pada hari
dan tanggal seperti tersebut pada awal Perjanjian ini, dalam rangkap rangkap
2 (dua) bermeterai cukup dan masing-masing mempunyai kekuatan hukum
yang sama kepada PARA PIHAK.

PIHAK KESATU PIHAK KEDUA

…………………………….. .........................................

Pj. BUPATI TANGERANG,

Ttd

KOMARUDIN
- 16 -

Anda mungkin juga menyukai