Anda di halaman 1dari 13

BUPATI KEEROM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM


NOMOR 13 TAHUN 2013

TENTANG
SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEEROM,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan pengendalian,


pembinaan dan pengawasan serta perlindungan
konsumen, maka perlu adanya pengaturan dibidang
usaha perdagangan melalui pemberian perizinan usaha
perdagangan sesuai dengan kewenangan daerah;
b. bahwa peraturan daerah Kabupaten Keerom Nomor 5
tahun 2007 tentang Surat Izin Usaha Perdagangan
sudah tidak sesuai dengan perkembangan masyarakat
dan dunia usaha;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Daerah tentang Surat Izin Usaha
Perdagangan;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 Tentang
pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat dan
Kabupaten-Kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2097);
3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib
Daftar Perusahaan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3214);
4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Penganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2008 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 21
Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi
Papua Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884);
5. Undang-Undang ...
-2-

5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2002 Tentang


Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom,
Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat,
Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo,
Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten
Kaimana, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi,
Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk Bintuni, dan
Kabupaten Teluk Wondama di Provinsi Papua
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor: 129, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4245);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat clan
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KEEROM

dan

BUPATI KEEROM

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG SURAT IZIN USAHA


PERDAGANGAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang di maksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Keerom .


2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
3. Bupati adalah Bupati Keerom.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Keerom.
Perdagangan ...
-3-

5. Perdagangan adalah kegiatan usaha transaksi barang atau jasa seperti


jual beli, sewa beli, atau sewa menyewa yang dilakukan secara
berkelanjutan dengan tujuan pengalihan hak atas barang atau jasa
dengan disertai imbalan atau kompensasi.
6. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan jenis usaha
yang bersifat terus-menerus, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah
Republik Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau
laba.
7. Surat Permohonan Surat Izin Usaha Perdagangan yang selanjutnya
disingkat SP-SIUP adalah formulir permohonan izin yang diisi oleh
perusahaan yang memuat data perusahaa untuk memperoleh surat izin
usaha perdagangan kecil/menengah/besar.
8. Surat Izin Usaha Perdagangan yang selanjutnya disingkat SIUP adalah
Surat Izin yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada badan usaha
atau perorangan untuk melakukan kegiatan usaha perdagangan.
9. Pejabat Penerbit SIUP adalah Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah
yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan perizinan.

BAB II
SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

Pasal 2

(1) Setiap perusahaan perdagangan wajib memiliki SIUP.


(2) SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. SIUP Kecil;
b. SIUP Menengah; dan
c. SIUP Besar.
(3) Selain SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diberikan SIUP
Mikro kepada perusahaan perdagangan Mikro.

Pasal 3

(1) Perusahaan perdagangan yang memiliki kekayaan bersih seluruhnya


Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta) sampai dengan Rp. 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha, wajib memiliki SIUP Kecil.
(2) Perusahaan perdagangan yang memiliki kekayaan bersih seluruhnya
Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, wajib memiliki SIUP Menengah.
(3) Perusahaan perdagangan yang memiliki kekayaan bersih seluruhnya
lebih dari Rp. 10.000. 000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib memiliki SIUP
Besar.

Pasal 4

(1) Kewajiban memiliki SIUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
dikecualikan terhadap :
a. perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di luar bidang
perdagangan;
b. kantor cabang atau kantor perwakilan;
c. perusahaan ...
-4-

c. perusahaan perdagangan mikro dengan kriteria sebagai berikut:


1) usaha perseorangan atau persekutuan;
2) kegiatan usaha diurus, dijalankan, atau dikelola oleh pemiliknya
atau anggota keluarga/kerabat terdekat; dan
3) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha.

(2) Perusahaan perdagangan mikro sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf c dapat diberikan SIUP mikro, apabila dikehendaki yang
bersangkutan.

Pasal 5

SIUP dilarang digunakan untuk melakukan kegiatan :


a. usaha perdagangan yang tidak sesuai dengan kelembagaan dan/atau
kegiatan usaha, sebagaimana yang tercantum di dalam SIUP;
b. usaha yang mengaku kegiatan perdagangan, untuk menghimpun dana
dari masyarakat dengan menawarkan janji keuntungan yang tidak wajar;
atau
c. usaha perdagangan lainnya yang telah diatur melalui ketentuan
peraturan perundang-undangan tersendiri.

Pasal 6

(1) SIUP diterbitkan berdasarkan tempat kedudukan perusahaan


perdagangan dan berlaku di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.
(2) SIUP diberikan kepada pemilik, pengurus atau penanggungjawab
perusahaan perdagangan atas nama perusahaan.

Pasal 7

(1) SIUP berlaku selama perusahaan perdagangan menjalankan kegiatan


usaha.
(2) Perusahaan Perdagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
melakukan pendaftaran ulang setiap 5 (lima) tahun sekali ditempat
penerbitan SIUP.
(3) Permohonan pendaftaran ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan paling lama 1 (satu) bulan sebelum jatuh tempo daftar ulang.

Pasal 8

Perusahaan perdagangan yang tidak melakukan pendaftaran ulang


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dikenakan sanksi
administratif berupa:
a. teguran lisan;
b. peringatan tertulis; dan/atau
c. denda administratif.

BAB III ...


-5-

BAB III
KEWENANGAN DAN PEMBINAAN

Pasal 9

(1) Bupati berwenang menerbitkan SIUP.


(2) Bupati dapat melimpahkan kewenangan penerbitan SIUP kepada Pejabat
Penerbit SIUP.
(3) Dalam menerbitkan SIUP Pejabat Penerbit SIUP sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) harus berdasarkan rekomendasi dari SKPD yang
bertanggungjawab di bidang perdagangan.
(4) SKPD dibidang perdagangan melakukan pembinaan, pengawasan dan
evaluasi terhadap penyelenggaraan SIUP.

BAB IV
PERSYARATAN PENERBITAN SIUP

Pasal 10

(1) SP-SIUP diajukan kepada Pejabat Penerbit SIUP dengan mengisi formulir
serta melampirkan persyaratan sebagaimana tercantum dalam lampiran
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan daerah
ini.
(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. data identitas pemohon;
b. data identitas perusahaan;
c. legalitas perusahaan;
d. kekayaan bersih dan saham; dan
e. kegiatan usaha.
(3) SP-SIUP baru atau perubahan ditandatangani oleh pemilik atau
penanggungjawab perusahaan perdagangan diatas materai.

BAB V
TATA CARA PENERBITAN SIUP

Pasal 11

(1) Pejabat penerbit SIUP menerbitkan SIUP paling lama 3 (tiga) hari kerja
terhitung sejak diterimanya SP-SIUP dan dokumen persyaratan
dinyatakan lengkap dan benar dengan menggunakan formulir
sebagaimana tercantum dalam Lampiran peraturan daerah ini, dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. warna hijau untuk SIUP Mikro;
b. warna putih untuk SIUP Kecil;
c. warna biru untuk SIUP Menengah; dan
d. warna kuning untuk SIUP Besar.
(2) Dalam hal SP-SIUP dan dokumen persyaratan dinilai belum lengkap dan
benar, pejabat penerbit SIUP membuat surat penolakan penerbitan
kepada Pemohon paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal
penerimaan.

c. Pemohon ...
-6-

(3) Pemohon SIUP yang ditolak permohonannya dapat mengajukan kembali


dengan melampirkan persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam
Peraturan daerah ini.

Pasal 12

Setiap terjadi perubahan modal dan kekayaan bersih baik karena


peningkatan maupun penurunan yang dibuktikan dengan akta perubahan
dan/atau neraca perusahaan, pemilik atau penanggungjawab wajib
mengajukan SP-SIUP baru sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 13

(1) Pemilik SIUP yang akan membuka kantor cabang atau perwakilan
perusahaan, wajib melapor secara tertulis kepada Pejabat Penerbit SIUP
setempat dengan melampirkan persyaratan.
(2) Paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak pengajuan permohonan,
Pejabat Penerbit Izin mencatat dalam buku register pembukaan kantor
cabang atau perwakilan perusahaan dan membubuhkan tandatangan
dan cap stempel pada halaman depan fotocopy SIUP Perusahaan.
(3) Pemilik SIUP yang membuka kantor cabang atau perwakilan yang tidak
melapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi
administratif berupa teguran tertulis.

Pasal 14

(1) Setiap terjadi perubahan data perusahaan, pemilik atau


penanggungjawab perusahaan perdagangan wajib mengajukan SP-SIUP
perubahan dengan dokumen pendukung.
(2) Paling lama 3 (tiga) hari terhitung pengajuan perubahan Pejabat Penerbit
SIUP menerbitkan SIUP Perubahan.
(3) Dalam hal terjadi perubahan data, pemilik atau penanggungjawab
perusahaan tidak mengajukan SP-SIUP perubahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi administratif berupa:
a. teguran lisan:
b. peringatan tertulis; dan/atau
c. pemberhentian sementara SIUP.

Pasal 15

(1) Dalam hal SIUP hilang atau rusak pemilik atau penanggungjawab
perusahaan perdagangan wajib mengajukan permohonan penggantian di
tempat kedudukan perusahaan.
(2) Paling lama 3 (tiga) hari terhitung pengajuan penggantian Pejabat
Penerbit SIUP menerbitkan SIUP Pengganti.
(3) pemilik atau penanggungjawab perusahaan yang tidak mengajukan
permohonan penggantian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenakan sanksi administratif berupa:
a. teguran lisan;
b. peringatan tertulis: dan/atau
c. penutupan sementara tempat Usaha.

Pasal 16 ...
-7-

Pasal 16

(1) Pejabat penerbit izin dapat membatalkan SIUP.


(2) Pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila data, informasi
dan/atau keterangan tidak benar.

BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN PEMILIK SIUP

Pasal 17

Pemilik SIUP mempunyai hak:


a. melakukan kegiatan usaha perdagangan sesuai SIUP yang dimiliki; dan
b. mendapat jaminan penyelenggaraan dalam rangka melakukan kegiatan
usaha perdagangan sesuai SIUP yang dimiliki.

Pasal 18

(1) Pemilik SIUP wajib melaksanakan kegiatan usaha perdagangan sesuai


peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan melaporkan
kegiatan usahanya kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
(2) Perusahaan yang sudah memperoleh SIUP apabila akan menutup
perusahaannya, wajib melaporkan secara tertulis kepada Bupati atau
pejabat yang menerbitkan SIUP.

BAB VII
PELAPORAN

Pasal 19

(1) Pemilik SIUP yang tidak melakukan kegiatan usaha selama 6 (enam)
bulan berturut-turut, atau menutup perusahaannya wajib
menyampaikan laporan secara tertulis kepada Pejabat Penerbit Izin
disertai alasan penutupan dan mengembalian SIUP asli.
(2) Terhadap laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Penerbit
Izin mengeluarkan Keputusan Penutupan Perusahaan.

BAB VIII
PENYIDIKAN

Pasal 20

(1) Selain penyidik Polri, PPNS Daerah diberi kewenangan untuk melakukan
penyidikan terhadap pelanggaran peraturan daerah ini.
(2) Kewenangan penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai adanya
tindak pidana atas pelanggaran Peraturan Daerah;
b. melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan ditempat kejadian;
c. menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
d. melakukan penyitaan benda atau surat;
e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

f. memanggil ...
-8-

f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka


atau saksi ;
g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara;
h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari
penyidik bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut
bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik
memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka
atau keluarganya; dan
i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan


dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada
Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat POLRI sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana.

BAB IX
KETENTUAN PIDANA

Pasal 21

(1) Setiap perusahaan perdagangan yang menggunakan SIUP tidak sesuai


dengan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 butir a
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan/atau
pidana denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(2) Setiap perusahaan perdagangan yang menggunakan SIUP untuk
menghimpun dana dari masyarakat dengan menawarkan keuntungan
yan tidak wajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 butir b dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan denda paling
banyak sebesar Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

BAB X
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 22

SIUP yang diperoleh perusahaan sebelum Peraturan Daerah ini berlaku


dinyatakan tetap berlaku sampai habis masa berlaku SIUP.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 23

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten
Keerom Nomor 05 Tahun 2007 tentang Surat Izin Usaha Perdagangan
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 24 ...
-9-

Pasal 24

Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Keerom.

Ditetapkan di Arso
pada tanggal 4 November 2013
BUPATI KEEROM,
CAP/TTD
YUSUF WALLY

Diundangkan di Arso
pada tanggal 11 November 2013
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KEEROM,
CAP/TTD
PETRUS SOLOSSA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEEROM TAHUN 2013 NOMOR 27


- 10 -

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM
NOMOR 13 TAHUN 2013

TENTANG
SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

I. UMUM
Untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif guna mendorong
peningkatan investasi, perlu didukung dengan penyelenggaraan
pelayanan penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan yang prima kepada
dunia usaha. Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan sebagai legalitas
usaha di bidang perdagangan, perlu diberikan kemudahan, keseragaman
dan ketertiban sehingga dapat meningkatkan kelancaran pelayanan
publik.
Penerbitan SIUP sebagai dasar hukum dari suatu usaha di bidang
perdagangan, perlu diberikan kemudahan, keseragaman, dan ketertiban
sehingga dapat meningkatkan kegairahan di bidang usaha perdagangan.
Peran Pemerintah daerah untuk melakukan pembaharuan hukum
dengan merubah ketentuan yang terdapat dalam peraturan daerah
tentang Surat Izin Usaha Perdagangan yang disesuaikan dengan
perkembangan dunia usaha merupakan kunci dari pertumbuhan
ekonomi di daerah Kabupaten Keerom.

II. PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 4
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
- 11 -

Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 11
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
- 12 -

Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasla 13
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
- 13 -

Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
Huruf i
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEEROM NOMOR 26

Anda mungkin juga menyukai