Anda di halaman 1dari 144

JALAN

MENUJU
MEDIA
KREATIF

Media Kreatif di Tengah Pandemi

FAKULTAS SENI MEDIA REKAM


23 Oktober - 23 November 2020

1
Jalan Menuju Media Kreatif (JMMK) #12
“Media Kreatif di Tengah Pandemi”

Kurator:
Muhammad Fajar Apriyanto, M.Sn.
Agustinus Dwi Nugroho, S.I.Kom., M.Sn
Dr. Samuel Gandang Gunanto, S.Kom., M.T.

Editor dan Tata Letak: Nuria Indah Kurnia Dewi, S.Sn., M.Sn.

Lembaga Pelaksana:
Fakultas Seni Media Rekam
Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Jalan Parangtritis Km. 6,5 D.I. Yogyakarta, 55188
https://fsmr.isi.ac.id/

Diterbitkan Tahun 2020

Dilarang mengkopi/memperbanyak sebagian


atau seluruh isi buku ini dengan cara apapun tanpa seizin penerbit.

Edisi Pertama: Desember 2020

Diterbitkan Oleh:
Badan Penerbitan
Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Jalan Parangtritis Km. 6,5 D.I. Yogyakarta, 55188

No. ISBN: 978-602-6509-77-2

ii
DAFTAR ISI

Sambutan Rektor Institut Seni Indonesia Yogyakarta 1


Sambutan Dekan Fakultas Seni Media Rekam 5
Kuratorial karya fotografi 8
Karya fotografi 18
Kuratorial karya film, televisi, dan video art 63
Karya film, televisi, dan video art 68
Kuratorial karya animasi dan game 103
Karya animasi dan game 108

iii
iv
SAMBUTAN REKTOR
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Salam Sejahtera, Om Swastiastu.

PUJI SYUKUR kita panjatkan pada Tuhan Yang Maha


Esa, karena atas rahmatNya kita dapat menyaksikan
kembali karya-karya mutakhir Fakultas Seni Media
Rekam (FSMR), dalam rangka pameran dan penayangan
karya tahunan dalam kegiatan “Jalan Menuju Media
Kreatif (JMMK) #12”. Penyelenggaraan JMMK #12” juga
sekaligius sebagai peringatan 26 tahun kelahiran FSMR
ISI Yogyakarta. Kegiatan pameran dan penayangan
karya tahunan FSMR yang bertema “Media Kreatif
di Masa Pandemi Corona” ini dilaksanakan di web
Galeri Pandeng (www.galeripandeng.isi.ac.id), FSMR ISI
Yogyakarta. Bentuk pameran virtual merupakan media
yang paling efektif pada masa pandemi sekarang,
sekaligus sebagai momentum dan tradisi baru di ISI
Yogyakarta dalam akselerasi penggunaan teknologi
informasi dan digitalisasi secara kreatif dan produktif.

Dengan semangat tema “Media Kreatif di Masa


Pandemi Corona” yang diangkat, maka karya-karya
fotografi, program televise, video art/film, dan animasi
diharapkan dapat menterjemahkan dan merespon atas
kondisi pandemi covid-19 yang melanda Indonesia
maupun dunia. Keragaman karya yang ditampilkan
tentu dapat merepresentasikan secara kreatif berbagai
masalah pandemi dalam multi dimensinya. Demikian

1
juga diharapkan pameran dan penayangan ini dapat
membuka proses dialektika pemikiran maupun diskusi
pada potensi2 media, terlebih dalam ranah industri
kreatif di Indonesia maupun dunia, walaupun masih
terhalang berbagai kendala dalam masa pandemi.

Pameran yang dilaksanakan sebagai agenda tahunan


ini memang bertujuan sebagai pertanggungjawaban
pada publik atas proses pendidikan yang dilakukan
pada setiap tahunnya. Dalam kegiatan “JMMK #12”
diharapkan para dosen, mahasiswa, dan alumni
FSMR, dari Program Studi Fotografi, Televisi dan Film,
serta Animasi juga dapat melakukan interaksi yang
produktif dengan para seniman dan akademisi dari
luar. Dengan demikian akan terbangun perbandingan
yang konstruktif dari pencapaian para dosen dan
mahasiswa dengan berbagai institusi patner. Dalam
tradisi kegiatan tahunan ini, para patner tersebut
adalah BKS PTS Indonesia, UiTM Selangor Malaysia,
VCA University Melbourne Australia, Esterhazy Karoly
University Hungaria, Asosiasi Program Studi Fotografi
Indonesia, dan juga Asosiasi Program Studi Film dan
Televisi Indonesia. Dengan tradisi dan pencapaian-
pencapaian tersebut maka pameran dan penayangan
“JMMK #12” merupakan agenda unggulan dan sangat
bermakna bagi FSMR ISI Yogyakarta.

2
Demikianlah, pameran dan penayangan karya tahunan
FSMR “JMMK #12”, dalam rangka peringatan 26 tahun
kelahiran Fakultas Seni Media Rekam ini diharapkan
dapat merepresentasikan nilai-nilai multidimensi
kehidupan pada masa pandemi corona, dan sekaligus
mengimplementasikan semangat kemajuan dan
akselerasi penggunaan teknologi informasi dan
digitalisasi secara kreatif dan produktif. Terima
kasih disampaikan kepada para pimpinan FSMR
ISI Yogyakarta yang telah memfasilitasi pameran.
Demikian juga kepada para peserta pameran, panitia,
maupun segenap sivitas akademika ISI Yogyakarta
yang telah memberi bentuk akhir dalam mewujudkan
karya bersama.

Terima kasih dan salam budaya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Salam sejahtera, Om Santi, Santi, Santi, Om.

Rektor ISI Yogyakarta


Prof. Dr. M. Agus Burhan, M.Hum.

3
4
SAMBUTAN DEKAN
Fakultas Seni Media Rekam
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Salam sejahtera, Om Swastiastu, Salam Budaya.

PUJI SYUKUR marilah senantiasa kita panjatkan


ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga Pameran dan Penayangan Seni
Media Rekam “Jalan Menuju Media Kreatif #12” yang
dilaksanakan secara virtual di laman Galeri Pandeng
FSMR ISI Yogyakarta pada tanggal 23 Oktober – 23
November 2020 ini dapat terselenggara dengan baik.

Pada tahun ini kegiatan JMMK #12 bertepatan


dengan 26 tahun kelahiran FSMR ISI Yogyakarta,
diselenggarakan di masa pandemi Covid-19. Maka,
banyak hal ‘baru’ yang dilakukan dalam upaya tetap
produktif dan kreatif di tengah berbagai pembatasan.
Melakukan terobosan untuk mengantisipasi kondisi
melalui ‘kenormalan baru’. Salah satu yang dilakukan
ialah mengupayakan dengan sungguh-sungguh untuk
melaksanakan berbagai program untuk memenuhi
indikator kinerja sebuah lembaga pendidikan, salah
satunya melalui penyelenggaraan JMMK dalam format
yang berbeda dengan memanfaatkan teknologi
internet. Pelaksanaan JMMK kali ini mengusung tema
‘Media Kreatif di Tengah Pandemi’. Pemilihan tema
itu dimaksudkan untuk pencatatan sejarah, bahwa

5
kita sebagai umat manusia pernah mengalami sebuah
pandemi yang sedemikian dahsyat, juga dimaksudkan
untuk menjaga optimisme, produktivitas, dan prestasi
dalam kondisi apapun.

Kegiatan pameran dan penayangan akademik ini


sebagai bentuk pertanggungjawaban implementasi
tridarma pendidikan tinggi khususnya bagi civitas
academica FSMR ISI Yogyakarta kepada masyarakat
dan penguatan pengembanganan keilmuan bidang
seni media rekam khususnya fotografi, film, dan televisi,
animasi dan game serta sebagai indikator kualitas
proses belajar-mengajar di Fakultas Seni Media Rekam
ISI Yogyakarta. Mulai tahun ini, FSMR ISI Yogyakarta
menetapkan target bahwa JMMK harus menghasilkan
luaran utama berupa dokumen KI (Kekayaan
Intelektual) dari karya-karya pilihan dan Buku ber-ISBN.
Langkah itu dilakukan guna meningkatkan indikator
kinerja lembaga FSMR ISI Yogyakarta yang berada di
bawah ISI Yogyakarta dan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.

Pameran dan penayangan Seni Media Rekam JMMK


merupakan program tahunan yang diselenggarakan
FSMR ISI Yogyakarta sejak tahun 2009 diikuti oleh
Program Studi Fotografi, Film dan Televisi, serta sejak
tahun 2014 juga diikuti oleh Program Studi Animasi.
Pameran dan penayangan akan menampilkan karya
fotografi, program televisi, video-art, film dokumenter,
film cerita, film film animasi, game, karya IP (Intelectual
Property),komik strip, storyboard, ilustrasi, dan desain
elementer dari dosen dan mahasiswa di lingkungan
FSMR ISI Yogyakarta maupun karya-karya tamu yang
setiap tahun selalu diundang berpartisipasi dari
berbagai perguruan tinggi seni dengan program
studi media rekam yang tergabung dalam BKS- PTSI
(Badan Kordinasi Seni Perguruan Tinggi Seni Indonesia)
Asosiasi Program Studi Fotografi Indonesia, Asosiasi
Program Studi Film dan Televisi Indonesia, para
kolega profesional Fakultas Seni Media Rekam, dan

6
para tamu dari perguruan tinggi sejenis di luar negeri
yang menjalin kerjasama dengan FSMR ISI Yogyakarta,
seperti Universiti Teknologi Mara (UiTM) Malaysia,
Canberra Institute of Technology, Royal Melbourne
Institute of Technolog Australia, University of Tasmania
Australia.

Diharapkan pameran dan penayangan ini dapat


menjadi penguatan lembaga pendidikan media rekam
dalam mengaktualisasikan dan mengimplementasikan
tujuan dan manfaat Merdeka Belajar: Kampus Merdeka
yang menjadi kebijakan pemerintah pusat. Selain itu
juga dapat bermanfaat untuk mempererat konektivitas
kolektif keluarga besar FSMR ISI Yogyakarta sebagai
abdi negara, serta sebagai bentuk tanggungjawab
FSMR ISI Yogyakarta terhadap pengembangan karya
dan pengembangan ilmu media rekam.

Sebagai penutup tidak lupa diucapkan rasa terima


kasih kepada Rektor ISI Yogyakarta yang telah
memberi sambutan pameran ini, para peserta pameran
dan penayangan yang telah mempersiapkan dan
mengirimkan karyanya untuk mengikuti pameran ini,
serta para panitia yang telah bekerja keras, penuh
kreativitas dan inovasi dalam menyelengarakan
pameran ini. Akhirnya, semoga pameran dan
penayangan ini berdampak positif terhadap kemajuan
pendidikan seni di era revolusi industri 4.0. Tetap kreatif
di tengah pandemi! Aamiin...

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Om Santi, Santi Santi Om Salam Budaya

Dekan FSMR, ISI Yogyakarta

Dr. Irwandi, M.Sn.

7
KURATORIAL

Kreativitas Fotografi
di Tengah Pandemi
Muhammad Fajar Apriyanto, M.Sn.

PAMERAN merupakan bentuk ekspresi dan eksistensi


seorang seniman dalam mencurahkan ide dan
gagasannya. Diri setiap seniman mempuyai nilai-
nilai estetis dan pengalaman yang terjadi dalam
kehidupannya. Pengalaman dan pengetahuan tersebut
terus berkembang seiring berjalannya waktu. Sebuah
inspirasi kemudian menjelma menjadi tradisi di Fakultas
Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Dalam rangka entitas eksistensi, komitmen, dan
tanggung jawab komunikasi kepada masyarakat umum
diselenggarakanlah kegiatan tahunan berupa Pameran
dan Penayangan Karya Seni Jalan Menuju Media Kreatif
#12 (JMMK#12). Pameran ini sudah diselenggarakan
ke-12 kalinya, dimulai pada tahun 2008 hingga saat ini
tahun 2020.

Sejarah JMMK kali pertama muncul dipicu akan


semangat para akademisi di lingkungan FSMR sebagai
entitas eksistensi, komitmen dan tanggung jawab
komunikasi dengan masyarakat lewat karya-karya seni
media rekam, baik dari fotografi maupun film dan
televisi. Dalam setiap pameran dan penayangan karya
seni, tema atau judul kegiatan selalu silih berganti
disesuaikan dengan jiwa zaman situasi dan kondisi
saat itu. Tema atau judul tersebut menjadi kunci utama
dalam menerjemahkan setiap kegiatan JMMK, sehingga
dapat diapresiasi dalam setiap pameran mengandung

8
karya-karya yang berbeda sebagai penanda isu-isu
tahunan yang sedang terjadi.

Tempat diselenggarakan kegiatan ini berpindah tempat


di berbagai kota antara lain di Jakarta bertempat di
Taman Ismail Marjuki (TIM) Institut Kesenian Jakarta,
kemudian Universitas Jember Jawa Timur, Solo Jawa
Tengah, Denpasar Bali, dan Bandung Jawa Barat. Dapat
dilihat perkembangan dinamika kegiatan pameran
dan penayangan ini terus tumbuh dan berkembang
sebagai entitas ekspresi, komitmen, dan komunikasi
serta pertanggungjawaban dari lembaga/institusi
kepada masyarakat. Salah satu bukti berkembangnya
adalah kehadiran media animasi dan game yang
merepresentasikan Program Studi D-3 Animasi yang
lahir dan dibuka pada tahun 2012. Sesuai pernyataan
Soedjono (2019:254), masing-masing disiplin tersebut
terikat dengan perkembangan teknologi dengan
segala aspek perangkat hardware dan software yang
dipunyai untuk selalu bergerak dan tersistematisasi
dengan nilai-nilai teknologi digital kekinian.

Kegiatan ini merupakan ajang yang ditunggu-tunggu


oleh civitas academica FSMR dan para kolega yang
ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Keterlibatan para
kolega dan alumni memberikan semangat dan harapan
mengenai perkembangan dunia seni media rekam di
luar kampus. Tema pada tahun ini adalah “Media Kreatif
di Tengah Pandemi”. Produktivitas dan efektivitas dalam
berkarya seni dipandang begitu penting saat peristiwa
situasi dan kondisi saat ini. Pandemi merupakan
sesuatu wabah yang berjangkit serempak di mana-
mana, meliputi daerah geografi yang luas (https://kbbi.
web.id/pandemi), dengan adanya pandemi mempunyai
banyak waktu untuk menuangkan ide-ide dan gagasan
ke dalam media yang akan digunakan.

Peristiwa seni menjadi satu hal yang paling terkena


dampak pandemi dan pembatasan sosial. Peristiwa
seni membutuhkan ruang (galeri, museum, gedung

9
pertunjukan, atau auditorium), waktu yang spesifik dan
kehadiran fisik (pelaku seni, penonton, pengunjung,
partisipan) (Wardani, 2020:14). Pameran dan
penayangan film yang biasanya diselenggarakan
dengan tradisi pembukaan dan kemeriahan serta
terjalinnya silaturahmi antar pencipta, pemerhati,
kurator dan penikmat seni saat ini hanya dilakukan
dengan metode virtual. Dewasa ini sudah dimulai
pameran dengan luring tetapi dengan protokol
kesehatan Covid-19 dengan pembatasan pengunjung
yang sangat ketat antara lain Art Jog 8 Agustus – 10
Oktober 2020 di Jogja National Museum (JNM),
Peringatan Sewindu Undang-Undang Keistimewaan
(UUK) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan pameran
seni yang diselenggarakan di Grahatama Pustaka,
Dinas Perpustakaan dan Arsip DIY, 31 Agustus - 30
September 2020.

Secara garis besar dapat dicitrakan dengan branding


“Pameran dan Tayang Virtual Seni Media Rekam”,
Fotografi, Film, Televisi, Video Art, Animasi dan Game.
Diselenggarakan pada 23 Oktober – 23 November 2020
di Galeri “Pandeng” di laman https://galeripandeng.isi.
ac.id/ Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia
Yogyakarta. Peserta pameran berjumlah 41 fotografer
dengan berbagai latar belakang baik mahasiswa,
dosen, alumni dan pencinta foto. Pameran JMMK #12
ini merupakan pameran Internasional karena diikuti
oleh berbagai Negara antara lain Universiti Teknologi
MARA (UITM) Malaysia dan Royal Melbourne Institute
of Technology (RMIT) Australia, University of Tasmania,
dan Canberra Institute of Technology, Sedangkan
dari dalam negeri diikuti oleh Institut Seni Indonesia
Denpasar dan dari komunitas pecinta foto Masyarakat
Fotografi Indonesia. Pameran dan tayang virtual
saat ini sudah menjadi lazim dan media yang efektif
dan efisien dalam menyelenggarakan perhelatan
sebuah pameran dan penayangan meskipun sekarang
penyelenggaraannya ada yang secara luring (tatap

10
muka) dengan catatan secara terbatas dan menjaga
protokol kesehatan Covid -19.

JMMK #12 pada tahun ini begitu istimewa karena di


tengah pandemi yang terjadi tidak hanya di negara
Indonesia, tetapi di seluruh dunia dari desa sampai
ke kota. Covid-19 tidak pandang bulu baik dari rakyat
jelata, pengusaha sampai penguasa semua berpotensi
terkena virus tersebut. Proses belajar mengajar begitu
terasa dan berdampak, penggunaan aplikasi seperti
Zoom, Google Class Room dan kegiatan webinar sudah
menjadikaan hal yang lumrah dan biasa. Kelas dapat
dilakukan secara luring ataupun daring, dapat juga
dilakukan secara bergantian. Manusia harus beradaptasi
dengan lingkungan dan teknologi agar dapat terus
bergerak berinovasi serta berevolusi. Pameran dan
penayangan yang biasanya diselenggarakan secara
luring (bertatap muka) sekarang menggunakan daring
atau lebih populer dengan sebutan virtual. Pandemi
ini kali pertama muncul pada akhir 2019 dan pada
Februari-Maret 2020 mengharuskan dan menerapkan
disiplin protokol kesehatan Covid-19 secara ketat.

New normal merupakan slogan yang saat ini sedang


dipopulerkan berupa bentuk dan sikap kita beradaptasi
dengan kebiasaan baru menerapkan disiplin kesehatan
yang disebut 3M, yaitu memakai masker, menjaga
jarak, dan mencuci tangan. Kebiasaan baru menjadi
habitus baru yang akan beradaptasi dengan kegiatan-
kegitan di semua aspek kehidupan baik ekonomi,
sosial, maupun budaya. Pemerintah terus berusaha dan
berupaya mencari dan menjaga titik keseimbangan
yang ideal antara kesehatan dan ekonomi masyarakat.
Karena saat ini tidak ada satu pun negara yang dapat
mengatasi dan mengantisipasi wabah pandemi
Covid-19.

Begitu pula dengan pameran dan tayang Virtual JMMK


#12 diselenggarakan secara daring berbasis kecerdasan
buatan atau artificial intelligence (AI). Secara tidak kita

11
sadari dan pahami AI merupakan tema yang diangkat
pada saat JMMK #11 pada tahun 2019 yang pada
saat itu mengambil tema “Seni Media Rekam dalam
Revolusi Industri 4.0”. Tema tersebut mengandung
esensi mengenai AI sehingga pada saat pandemi ini
suka tidak suka diterapkan dan dilaksanakan secara
menyeluruh di semua aspek kehidupan.

Pemanfaatan internet dan media sosial seperti


Facebook dan Instagram menjadikan penyebaran
publikasi dan informasi dapat dilakukan secara
terstruktur, sistematis, dan massif. Perhelatan Seni
dalam melakukan branding di media sosial merupakan
hal yang patut diperhitungkan dan wajib dilakukan saat
ini. Sebagai contoh di Instagram, tampilan feed-nya
akan diatur agar alur dan unggahan agar dapat terlihat
estetis dan artisik. Hal ini akan berpengaruh terhadap
citra yang akan dibangun dan dibentuk.

Fotografi selalu berdekatan dengan teknologi sejak


kemunculannya baik secara mekanikal maupun proses
pencetakannya hingga penyajiannya di ruang pameran.
Dari proses produksi hingga reproduksi menjadi
ciri khas yang melekat pada karakteristik fotografi
yang tidak dapat dijumpai di media lainnya. Menurut
Kang (2014:106), “Fourthly, the Hungarian painter
and photographer László Moholy-Nagy (1895–1946)
underscores the technological potential of photography
for cognitive and perceptualchange in terms of production
and reproduction”.

Dalam berkarya seni, seorang fotografer akan


melihat situasi dan kondisi lingkungan sekitarnya dan
pengalaman estetisnya hal ini diperkuat pendapat
Hauser (1995:211), “The work of art is not only a
source of complex personal experience, but also has
another kind of complexity, being a nodal point of
several different causal lines. It is the outcome of at
lest three different types of conditions: psychological,
sosiological and stylistic”. Sehingga berkarya seni tidak

12
hanya pengalaman personal semata, berkarya seni
merupakan hasil kondisi dari psikologis, sosiologis dan
gaya. Psikologis mengarah pada kondisi metal dan
perilaku, sosiologis mengarah pada kondisi perilaku
sosial antara satu dengan yang lain (individu dan
kelompok) dan gaya merupakan pewujudan dari ciri
khas identitas karya seni.

Salah satu contoh karya peserta pameran Andrialis


Abdul Rahman yang berasal dari University Teknologi
MARA (UITM) Malaysia yang berjudul “Mask” dengan
pendekatan fotografi komersial berupa pemotretan
studio mengungkapkan dan mengekspresikan ide dan
gagasannya lewat sebuah pesan berupa seseorang
yang memakai masker, tetapi dibalik penggunaannya.

Mask
Andrialis Abdul Rahman,
(UITM) Malaysia

Bagaimana peran dan seniman foto untuk berpartisipasi


dalam situasi dan kondisi saat ini. Makna yang
terkandung yang ingin disampaikan adalah dalam
menggunakan masker saat ini adalah wajib dilakukan di
mana pun dan untuk saling menjaga dan menghormati

13
satu dengan yang lain. Genre foto ekspresi ini merujuk
pada ide dan gagasan senimanya dalam mengolah
rasa.

Menjaga protokol kesehatan salah satunya adalah


penggunaan masker di mana pun berada di luar rumah.
Penggunaaan masker dibelakang kepala bermain
metafora mengenai nilai-nilai penyaringan pikiran dan
otak manusia. Tidak hanya mulut, tetapi pikiran dan otak
manusia juga disaring karena banyak berita bohong
(hoax) yang berada di sekitar kita. Secara komposisi
yang ditawarkan mengarah pada semisimetris dengan
menempatkan badan sebelah kiri berada di atas dan
kepala berada di bawah. Sebaliknya foto sebelah kanan
badan dan kepala tampak wajar dan biasa. Garis tengah
yang cukup tebal berwarna merah marun terkesan
memisahkan objek keduanya meskipun objeknya sama.
Dua hal yang sama dan beriringan ibarat kesehatan dan
ekonomi. Seluruh dunia merasakan tidak ada satu pun
negara yang dapat mengatasi pandemi secara ideal
semua mencari titik keseimbangan antara kesehatan
dan ekonomi agar berjalan beriringan dan sejalan.

Foto selanjutnya adalah karya Ahmad Muhlasin


dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang
berjudul “Everyone Sadness”. Foto ekspresi dengan
pendekatan komersial juga dilakukan Ahmad Muhlasin
yang mengungkapkan kegelisahannya tentang
perkembangan pandemi di tengah masyarakat.
Dengan subject matter foto wajah seseorang sebagai
profil picture di handphone dibalut dengan masker
medis sebuah upaya menggambarkan kondisi pandemi
saat ini. Hal ini menggambarkan sang fotografer ingin
mengungkapkan dengan bahasa simbol pemotretan
dilakukan sendiri karena secara tidak langsung
tidak menggunakan model dalam pemotretannya.
Hal tersebut menguatkan bagaimana semua aspek
kehidupan yang terjadi selama pandemi ini harus selalu
menjaga protokol kesehatan. Dengan background
selembar dan sehalaman koran dengan ilustrasi foto

14
dan tulisan sangat kaya akan teks narasi yang ingin
diceritakan.

Everyone Sadness
Ahmad Muhlasin
ISI Yogyakarta

Semangat gotong royong yang merupakan ciri


khas masyarakat terlihat jelas dengan ilustrasi foto
background dengan menawarkan makanan dan
jajan pasar secara gratis bagi yang membutuhkan.
Berbagi dalam situasi pandemi terjadi di Desa Trasan,
Kecamatan Blandongan, Kabupaten Magelang dengan
“posko sedekah”. Tidak kalah penting mengenai tulisan
di background, dengan adanya intervensi tulisan
tersebut menjadi bahasa narasi yang cukup tegas
dan lugas. Penambahan pasien Covid-19 baik bayi
maupun informasi penambahan di Klaten menambah
kewaspadaan terhadap situasi dan kondisi pandemi.

15
Foto ketiga adalah karya Anne McCallum “Liminal” dari
Royal Melbourne Institute of Technology atau biasa
disingkat RMIT University Australia. Foto ini sangat
sederhana dan mempunyai rasa ketenangan yang
begitu kuat yang bersifat abstrak. Dengan permainan
warna dipadukan dengan komposisi ½ bidang
membuat satu kesatuan yang begitu utuh. Permainan
teknik out focus atau blur menjadikan sebuah misteri
karena tidak adanya ketegasan pada garis-garis bidang.
Warna biru yang terlihat hanya 25 % pada bidang foto
menjadi point of interest didukung dengan pola pasir
yang tidak beraturan.

Liminal
Anne McCallum
RMIT University Australia

Teknik yang digunakan tidak lazim karena out focus


atau motion blur, dengan kekuatan tersebut dengan
objek yang minimalis dengan permainan warna
dingin menjadikan foto tampak artistik. Fotografer jeli
dan peka mengabadikan objek yang menarik untuk
dijadikan visual yang “aneh” di lihat dari sudut pandang
teknik fotografi. Di dalam seni lukis genre ini termasuk
ekspresionis yaitu mengungkapkan ekspresi secara
emosional, secara distorsi.

16
Sejarah akan mencatat lewat pameran dan tayang
virtual JMMK #12 bagaimana seni tumbuh dan
berkembang pada saat pandemi sedang melanda
negeri dan seluruh dunia. Foto-foto yang dihadirkan
didominasi oleh rintisan pesan-pesan kemanusiaan
mengenai kondisi global yang melanda dunia saat
ini. Dengan rintisan tersebut semoga dapat menebar
dan menyebar ke berbagai tempat, sehingga selalu
mengingat hidup berdampingan bersama dan saling
menjaga disiplin kesehatan protokol covid -19. Nyata
sudah kreativitas fotografer di saat pendemi berpikir
kreatif berpartisipasi dalam mengkampanyekan dan
menyebarkan aura positif bagi masyarakat luas.
Mengingat seorang seniman foto selalu gelisah dan
bergerak menyuarakan isi hati untuk diungkapkan
dengan media yang digelutinya yaitu lewat media
visual fotografi. Berpikir kreatif dan kritis terhadap
situasi pandemi yang melanda dunia.

16Oktober 2020
Jl.Kaliurang KM 10,9

Daftar Pustaka
Hauser, Arnold. (1995). Art History and Its Methods a Critical Antrology, Selection 3and
Commentary by Eric Fernie. Phaidon Press, London

Kang, Jaeho. (2014). Walter Benjamin and the Media. Polity Press, USA.

Wardani, Farah Pranita. (2020). “Pergeseran Paradigma Seni di Tengah Pandemi dan
Masyarakat Agorafobia”, Kreativitas dan Kebangsaan Seni Menuju Parah Abad XXI
17. Dalam Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.

Soedjono, Soeprapto. (2019). “Penguatan Konten dan Evektivitas Media: Fotografi dan
Audio visual di era Revolusi Industri 4.0”, Seni dan Revolusi Industri 4.0 ISI Yogyakarta
dalam Pusaran Virtual. BP ISI Yogyakarta.

Pustaka Laman
https://hot.detik.com/art/d-5091057/artjog-2020-gelar-edisi-khusus-saat-pandemi-
covid-19
https://www.balairungpress.com/2020/09/relief-sejarah-karya-puluhan-seniman-
ramaikan-sewindu-uuk-diy/
https://kbbi.web.id/pandemi

17
K A R YA F OT O G R A F I

18
Queeing for Food
Soeprapto Soedjono, (Melbourne, 2017)

19
Tim Seleksi Sampah Piyungan
Risman Marah (2020)

20
Irwandi
Merbabu dari Wonopendut (2017)

21
Meracik Ramuan Jadi
Edial Rusli (2019)

22
To Stay Alive
Pamungkas Wahyu Setyanto (2020)

23
Belajar Bersama Nenek
Oscar Samaratungga (2018)

24
The Mysterious
Arti Wulandari (2019)

25
Zona Gembira
Pitri Ermawati (2020)

26
Framed Reality
Aji Susanto Anom Purnomo (2019)

27
Idul Fitri Kala Pandemi
Novan Jemmi Andrea (2020)

28
Penyemprotan Objek Vital Alun-Alun Utara Yogyakarta
Nico Kurnia Jati (2020)

29
Sad[h]ow
Susanto Umboro (2020)

30
Sadhu
Stephanus Setiawan (2019)

31
Alone
Johnny Hendarta (2017)

32
Barang Pecah Belah
Exelsius Adam

33
Wish to e Free of The Corona Virus
Anis Raharjo (2020)

34
Fear Does Not Stop Death, it Stops Life
M Agung Budiyono

35
Tua Yang Ditinggalkan
Muhammad Fadhil Zaky

36
Tetap Berkreasi Meski Dibayang-Bayangi Pandemi
Bayu Yulian Maulana (2020)

37
Pandemi Tak Ada Skaten
Riki Maulana (2020)

38
Sabung Ayam
Agus Triyana (2019)

39
Everyone Sadness
Rahmat Mukhlasin (2020)_

40
Rindu Kalimat ”lurus dan rapatkan shaf”
Murdiana (2020)

41
Can I Be Alone
Lulut Hutomo Putro (2019)

Dersik
Azis Nurohmad

42
Caring
Muhammad Fikri Haikal (2020)

43
Gold Water
Ibnu Rifai (2020)

44
Rice Terrace Symphony
Agatha Anne Bunanta (2008)

45
Alone
Muhammad Elvisto 2018

46
GWS Very Soon My Earth
Kamal Bahadir FF (2020)

47
K A R YA U N D A N G A N

48
Couch life
Phil Edwards (2020)

49
Liminal
Anne McCallum (2020)

50
Red Line
Phil Edwards (2020)

51
Freedom is Freedom from Fear
Nik Ridzuan NY (2020)

52
Symbol of Prevent Covid-19
Norish Hanani Nor Amidi

53
Mask
Andrialis Abdul Rahman

54
Missing You
Chudan Peng

55
In The Box of Hope
Siti Norfatul Hana Ishak (2020)

56
Affected Area
Fadhlin Zuki (2020)

57
Desolation
Jordan Cowen

58
Ocean..Ach, Tasmania
Julian Stevenson (2020)

59
Film Noir Potrait
Yena Lee (2020)

Aerial Landscape
Eunie Kim (2020)

60
Tamara
Brian Miller (2020)

61
62
KURATORIAL

Jalan Menuju Media Kreatif


JMMK #12: Pameran Film
dengan Media Virtual

Agustinus Dwi Nugroho, S.I.Kom., M.Sn

JALAN MENUJU MEDIA KREATIF merupakan sebuah


program pameran rutin Fakultas Seni Media Rekam,
Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang memamerkan
karya-karya film, animasi, dan foto dari tiga program
studi yakni Prodi Film dan TV, Prodi Animasi, dan Prodi
Fotografi. Seakan JMMK kali ini telah menemukan
jalannya sendiri untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif
dengan digelar secara virtual, dikarenakan masa
pandemi yang belum berakhir. Pameran yang secara
fisik tidak mungkin dilangsungkan, harus berganti
menjadi pameran yang bersifat online.

Tak hanya pameran semata, ruang pemutaran


konvensional seperti bioskop dan ruang-ruang
screening lainnya sekarang berpindah menjadi ruang
pemutaran virtual menggunakan media dan teknologi
virtual seperti youtube dan platform digital lainnya.
Tak heran jika akhir-akhir ini banyak bermunculan
film-film pendek di media youtube. Banyak film-film
pendek yang akhirnya booming ditonton banyak orang,
bahkan mencapai jutaan viewer, seperti pada film
berjudul Tilik produksi Ravacana Film. Fenomena ini
sekaligus menjadi tonggak awal bagi film-film pendek
di youtube, walaupun sebelumnya juga telah banyak
film-film bermunculan di media tersebut. Fenomena
ini muncul karena dimungkinkan banyak orang yang

63
mencari ruang pemutaran alternatif sebagai media
hiburan.

Film pendek biasanya terdengar gaungnya di ranah


festival film dan hanya bisa dinikmati secara terbatas.
Kali ini film pendek tidak hanya akan dinikmati di ranah
festival saja namun juga akan diakses oleh masyarakat
luas. Platform youtube menjadi sebuah sarana
pemutaran yang efektif. Film pendek yang belum
memiliki tempat di ruang pemutaran reguler, saat ini
seakan menemukan tempatnya dan dapat dinikmati
masyarakat berbagai kalangan. Ini menjadi momentum
untuk mengangkat film-film pendek karya anak bangsa
untuk bisa dipamerkan kepada masyarakat luas.
Inilah salah satu tujuan dari pameran itu sendiri, yakni
memamerkan film-film pendek, karya film Mahasiswa
Prodi Film dan TV kepada masyarakat umum, untuk
diapresiasi.

Beberapa karya yang telah masuk terdiri dari film fiksi


pendek, film dokumenter pendek, film ekperimental,
video art, iklan, serta karya skenario. Karya-karya
tersebut berasal dari mahasiswa, dosen, masyarakat
umum, serta karya tamu undangan dari beberapa
lembaga di luar negeri, rekanan Fakultas Seni Media
Rekam seperti Universiti Teknologi MARA (UITM)
Malaysia dan Royal Melbourne Institute of Technology
(RMIT) Australia. Karya-karya tersebut telah dikurasi
dan memenuhi syarat untuk dipamerkan. Dari beberapa
karya yang masuk memiliki tema sesuai dengan tema
JMMK kali ini, yakni Media Kreatif di Masa Pandemi,
namun ada pula karya film dengan tema umum.
Setelah melalui proses kurasi ada setidaknya 37 karya
yang akan dipamerkan terdiri dari 5 film fiksi, 12 film
dokumenter, 15 video art, 1 iklan, dan 4 karya skenario.
Sebagian karya film/video yang masuk memiliki tema
terkait dengan topik-topik di masa pandemi. Karya
terbanyak yang masuk adalah karya film dokumenter
dan karya video art. Wajar saja jika karya ini yang paling
banyak mendominasi, dibandingkan karya seperti film

64
fiksi. Hampir sepanjang tahun ini banyak filmmaker yang
bisa jadi tak memproduksi film fiksi karena terkendala
banyak hal terkait dengan pembatasan-pembatasan,
untuk tidak berkerumun dan sebagainya. Kita tahu jika
produksi film fiksi biasanya membutuhkan kru yang
banyak, menggunakan lokasi secara shot on location
sehingga hampir tak mungkin membuat karya fiksi di
bulan-bulan sewaktu pandemi, kecuali ada konsepnya
sederhana dan ada pembatasan-pembatasan tertentu.
Karya yang paling banyak diproduksi adalah karya film
dokumenter dan video art, karena jenis film ini tidak
memerlukan kru yang besar serta peralatan yang
banyak. Dengan hanya diproduksi secara mandiri saja
(1 orang) film dokumenter dan video art bisa dihasilkan,
asal memiliki konsep yang jelas dan peralatan yang
mencukupi, walau hanya seadanya. Film dokumenter
mencoba untuk menangkap kenyataan yang bersifat
aktual dan faktual sedangkan video art biasanya
menekankan visualitas dan menabrak batas-batas
naratif, serta karyanya yang bersifat sangat personal
dan sulit ditangkap alur, maksud dan tujuan.

Kegiatan yang terpusat di rumah menjadikan tema-


tema yang muncul adalah tema yang terkait dengan
situasi di rumah, baik itu tema personal, relasi dengan
keluarga, serta rutinitas-rutinitas sehari-hari ketika
seluruh kegiatan harus dilakukan dari rumah seperti
belajar, sekolah, kuliah, dan bekerja dari rumah. Dampak
sosial dan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi
pun juga muncul sebagai tema yang diangkat.

Beberapa film dokumenter pendek yang muncul


antara lain berjudul Life in Pandemic (2020), Sepotong
Kisah Bukit Zaitun (2020), A Lone (2020), Ramadhan
Corona (2020), dan Tentang Menua di Isolasi (2020).
Life in Pandemic bercerita tentang seorang mahasiswa
yang mencoba menarasikan dirinya dan lingkungan
sekitarnya yang berubah ketika pandemi dengan
teknik narator monolog interior. Visual dan narasinya
menampilkan aktivitas terkait di rumah dan keluarganya,

65
mulai dari kuliah online, belanja online, ibadah online,
dan lain sebagainya.

Ada lagi film dokumenter berjudul A Lone mencoba


bercerita tentang dirinya sebagai mahasiswa dari
perantauan yang tak pulang di kala pandemi untuk
menjaga keamanan dirinya serta keluarganya. Dalam
suasana ramadhan, Ia harus tinggal sendiri di kontrakan
dan akhirnya memiliki ide untuk mendokumentasikan
dirinya dan mencoba bercerita tentang hubungan
dengan keluarganya.

Salah satu aspek kehidupan yang terdampak salah


satunya adalah ibadah. Film dokumenter Sepotong
Kisah Bukit Zaitun mencoba memotret kisah dari
sudut pandang seorang pendeta yang tetap melayani
jemaatnya dari rumah ke rumah, karena jemaatnya
tak memungkinkan mengakses ibadah secara live
streaming atau online. Tak Hanya itu, sektor pendidikan
tergambar dalam dokumenter pendek Ramadhan
Corona yang mencoba berkisah tentang aktivitas
pembelajaran daring bagi siswa sekolah dasar di masa
pandemi dan bulan Ramadhan, dengan durasi waktu
cerita dari pagi hari (sahur) hingga waktu berbuka
puasa.

Beberapa film dokumenter tersebut dibuat secara


sederhana dengan peralatan yang sederhana dan
tentu saja tak banyak melibatkan banyak orang. Para
mahasiswa tersebut mencoba merespon persoalan di
sekitarnya untuk divisualkan dalam medium film. Selain
film dokumenter, ada pula peserta yang merespon
dengan membuat video art, seperti yang muncul
dengan judul Tentang Menua di Isolasi (2020) dan How
To Kill Viruses (2020). Video Tentang Menua di Isolasi
(2020) dikemas dengan visual yang unik dan narasi
yang puitik untuk mengambarkan proses isolasi di
rumah. Sedangkan film How to Kill Viruses mencoba
merespon mengatasi kondisi pandemi ini dengan
protokol kesehatan yang digambarkan secara tidak

66
biasa. Ada pula karya video performance art yang juga
merespon pandemi ini dengan senantiasa berserah
kepada sang maha kuasa dengan wujud karya berjudul
Sujud. Karya video art yang masuk juga didominasi
dari lembaga luar negeri, yang beberapa video juga
mengangkat topik terkait dengan pandemi, seperti
pada judul Intense 2020.

Karya-karya tersebut yang merespon situasi terkini


mampu menghasilkan berbagai macam karya yang
beragam. Walaupun film dokumenter dan video art
mendominasi produksi-produksi film di masa pandemi,
namun tidak menutup kemungkinan karya-karya fiksi
bertema pandemi akan muncul di masa mendatang.
Gaya berproduksi film fiksi beberapa waktu ke depan
pun bisa jadi sangat terbatas dengan setting terbatas,
pemain terbatas, peralatan terbatas, kru terbatas dan
pembatasan lainnya. Mungkin saja dengan adanya
situasi ini menghasilkan sebuah bentuk baru sebuah
film, baik dari sisi cerita maupun dari sisi bentuk
tekniknya.

Pameran JMMK#12 ini sebagai bentuk media bagi


masyarakat umum untuk mengakses karya-karya film
dan produk audio visual lainnya. yang dipamerkan di
Prodi Film dan TV, ISI Yogyakarta. Semoga pameran
ini bisa dinikmati oleh masyarakat umum. Karya-karya
terkait pandemi juga bisa digunakan sebagai sebuah
refleksi dan perenungan bagi kita semua untuk melihat
berbagai fenomena pandemi dengan perspektif estetik.
Selamat Menikmati Pameran JMMK#12.

21 Oktober 2020
Sewon, Yogyakarta

67
K A R YA F I L M , T E L E V I S I ,
& VIDEO ART

68
Sujud (Video Performance Art)
Alex Luthfi R (2020)

69
Skenario Webisode “Ki Lurah Kalas”
Endang Mulyaningsih (2020)

70
Cerita di Sebelah Sisi (Skenario Cerita Fiksi)
Dyah Arum Retnowati (2020)

71
Pesona Indonesia Kabupaten Malinau (TVC)
Andri Nur Patrio (2019)

72
Salam Balungan Kere (Film Dokumenter)
Antonius Janu Haryono (2019)

73
Kangen Kuliah (Video)
Arif Sulistiyono (2020)

74
Tiban: The Expression of Sacrifice (Film Eksperimental)
Ghalif Putra Sadewa (2019)

75
Kabar dari Barat (Film Fiksi)
Anggit Nugroho (2020)

76
How To Kill Viruses (Video Art)
Nisa Rizkya Andika (2020)

77
Try Again (Film Fiksi)
Ainul Fikri & Umar Syarig Yahman (2020)

78
Kunduran (Film Fiksi)
Mega Factory Production, M. Ammar Roofiif (2020)

79
Buddyguard (Film Dokumenter)
Robby Andre R, Adinda Yayank Dwirana,
Fuad Ahmad (2019)

80
Huma Amas (Film Fiksi)
M. Al Fayed, Ghina Rahimah, Dipa Kurnia Abhinawa (2020)

81
I Am What I Eat (Film Dokumenter)
Alya Cholid (2020)

82
Booking Out (Film Fiksi)
Fuad Hilmi Hirnanda (2020)

83
Masih Kecil (Film Fiksi)
Masih Kecil (2020)

84
Celah (Film Dokumenter)
Endri Fajar Setiawan (2020)

Eko Julianto (Film Dokumenter)


Disunat (2020)

85
Sepotong Kisah Bukit Zaitun (Film dokumenter)
Gregorius Seno Aji A. (2020)

86
Ramadhan Corona (Film Dokumenter)
Melsa Herista K (2020)

Dalam Dekapan Buddha (Film Dokumenter)


Wangi Soka Amuluh (2020)

87
Life In Pandemic (Film Dokumenter)
Risang Panji Kumoro (2020)

Tentang Menua di Isolasi (Video Art)


Yusi Yuansa (2020)

88
A Lone (Film Dokumenter)
Muhamad Rafi (2020)

89
K A R YA U N D A N G A N

90
Will and Testament (Video Art)
Sarah Walker (2019)

91
React Video (Video Art)
Sarah Byrne (2020)

92
Valerie/One is the Loneliest
Number
(Video Art)
Bixiao Zhang (2020)

93
Nice to Meet You (Video Art)
Bixiao Zhang (2020)

94
Gestures in Isolation (Video Art)
Hannah Foley (2020)

95
It’s Like I Sensed I Would be Obliterated (Video Animation)
Gabrielle Bohl (2019)

96
Time Spent (The Deafening Details) (Video Art)
Hannah Foley (2020)

97
Art Must Go Viral Artist Must Be Sanitised
(Video Art/ Experimental)
Justas Pipinis (2020)

Clear Day (Video Art)


Ian Haig (2020)

98
Maunder: A Meditation in Nature Through
Hand Weavings and Film (Video Art)
Anne McCallum (2020)

99
Hextet (Video Art)
Justas Pipinis (2020)

100
Intense 2020 (Video Art)
Nur Aniza binti Mohd Lazim (2020)

101
102
KURATORIAL

Wujud Kreatifitas Digital


dalam Menangkap Eksistensi
Momen Estetis
Dr. Samuel Gandang Gunanto, S.Kom., M.T.

KEBUDAYAAN terwujud dari adanya interaksi antara


ide, aktivitas dan artifak dari karya yang dihasilkan
oleh manusia. Dharsono Sony Kartika dalam bukunya
yang berjudul Pengantar Estetika juga menegaskan
bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
kehidupan masyarakat. Begitu juga proses pewujudan
sebuah karya seni secara logika mengikuti kaidah
keindahan yang oleh Albert Camus dijabarkan dalam
sebuah aktivitas menciptakan karya seni dengan cara
membekukan momen-momen estetis yang terjadi di
dalam diri seniman. Bahkan menurut estetika Hegel
sebuah keindahan di dalam realitas mampu membawa
manusia menyadari bahwa keindahan adalah
manifestasi yang sempurna dari ide.

Tangkapan eksistensi momen estetis yang dijumpai


selama masa pandemi covid-19 baik dalam proses
belajar mengajar maupun dalam kegiatan ekspresi
seni di program studi Animasi, Fakultas Seni Media
Rekam, ISI Yogyakarta terwujud melalui karya-karya
ini. “Imagining The Unseen” adalah karya animasi stop
motion(Embroidery on Anthotype Print on paper) hasil
kolaborasi Nissa Fijriani dan Adnan Roesdi. Karya ini
mencoba menghadirkan sebuah eksperimen seni

103
dalam bentuk media baru dengan mengalihwahanakan
sulaman dan media foto tercetak menjadi karya animasi
menggunakan teknik stop motion.

Peristiwa pandemi covid-19 sudah menjadi fenomena


global yang merubah semua kebiasaan manusia dalam
bermasyarakat. Karya seni yang tercipta selama masa
ini akan memiliki ciri khas yang mampu menangkap
momen estetis dengan cara yang unik. Orisinalitas juga
merupakan bobot estetis yang menjadi bagian yang
tak terpisahkan dalam mewujudkan nilai-nilai estetik.
Hal tersebut menurut Agus Sachari dalam bukunya
yang berjudul Estetika: Makna, Simbol, dan Daya hadir
sebagai ukuran tingkat pendalaman proses penciptaan
yang dilakukan oleh seorang pencipta/seniman. Unsur
kebaruan yang menyertai orisinalitas suatu karya sangat
penting untuk membangun citra dan eksistensi sebuah
nilai yang hadir dalam kebudayaan.

Karya “The Value of Men” mencoba membekukan isu


maskulinitas di dunia remaja melalui sudut pandang
transformasi sang karakter utama. Unsur maskulin
dihadirkan dalam wujud sikap yang mendominasi dan
arogan di dalam film ini. Rekaman praktik perudungan
bagi yang lemah di kehidupan siswa juga ditampilkan
sebagai akibat pemahaman maskulinitas yang salah.
Melalui film ini si pencipta, Andhika Abhiramadhan,
memperlihatkan cuplikan-cuplikan peristiwa kehidupan
siswa yang sangat kompleks yang dibungkus dalam ide
besar maskulinitas.

Karya lain yang terinspirasi oleh peristiwa kehidupan


tampak juga pada “Pool”, karya animasi dua dimensi
Meidiana Safitri yang bercerita tentang kisah traumatik
seorang anak dengan kolam renang. Kisah ini juga
mengingatkan kita selaku penonton akan keberadaan
malaikat penolong yang selalu ada disaat suka dan
duka terlebih di masa kanak-kanak, yaitu orang tua kita.
Sedangkan Tanto Harthoko melalui karya ilustrasi yang
berjudul “Super Four” mencoba menangkap teladan

104
kepahlawanan dengan memvisualkan seorang anak
yang berpakaian layaknya pahlawan super dengan
simbol SF di dadanya sebagai sebuah identitas.

“Lunch” adalah karya animasi dua dimensi Yusuf E.


Iskandar yang bercerita tentang usaha si Jago, sang
karakter utama, saat dia akan menyantap cacing-
cacing yang disediakan untuk makan siangnya. Alih-
alih makan dengan nyaman, si Jago berusaha keras
agar makanannya utuh dengan mengejar cacing yang
berusaha melarikan diri. Model personifikasi ini sangat
menarik sebagai unsur hiburan bagi masyarakat kita
saat menghadapi pandemi ini. Karya menghibur dengan
model komedi juga ditunjukkan oleh “Positive activity”
karya Nuria Indah Kurnia Dewi yang menghadirkan
komik singkat yang mampu menghadirkan fragmen
peristiwa secara lucu dan sering kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari.

Fantasi juga masih menjiwai karya perancangan di


program studi Animasi. Karya ilustrasi “Great Journey”
buatan Muhammad Revanda Riyana merupakan
perwujudan karya fantasi yang mengangkat tema ksatria
dan penyihir dalam elemen cerita petualangan. Karya ini
dikembangkan dalam perancangan cerita berseri yang
akan diwujudkan dalam media komik dan film animasi
singkat. “Bapil dan Ksatria Bhinnekaz” adalah karya
studio partner industri program studi Animasi yang
bernama Mythologic Studio pimpinan Rangga Yudo
Yuwono. Karya ini merupakan pengembangan visual
dan produksi animasi tiga dimensi yang mengambil
penokohan ksatria yang berasal dari nusantara yang
dilambangkan dari hewan-hewan khas Indonesia. Ini
adalah produk IP yang dikembangkan oleh Studio
Mythologic untuk Bapil Nusantara, Dreamers & Nation
Pictures.

105
Karya-karya lain yang merupakan produk inovasi
animasi yang berbasis pada budaya Indonesia atau
kearifan lokal juga dijumpai pada karya permodelan
tiga dimensi yang berjudul “Tongkonan House”
buatan Nerius Dondi Adna Adonis. Karya ini mencoba
menghadirkan rumah tradisional Toraja, Tongkonan
ke dalam bentuk model low poly yang sederhana.
Aset visual ini berpotensi menjadi elemen sebuah
cerita film animasi maupun gim tiga dimensi. Moi “Ata
Ngada” adalah karya desain karakter yang dibuat oleh
Ika Yulianti dengan mengambil tokoh seorang anak
perempuan bernama Moi dan hidup di daerah Jerebu’u
yang selalu ceria dan berjiwa petualang. Gambaran
detail karakter dan lingkungan diambil dari cerita
legenda Bata ne Suka di daerah Kabupaten Ngada,
Nusa Tenggara Timur. Dan yang terakhir “The Art &
Making of Ki Lurah Kalas” karya Mahendradewa Suminto
merupakan perancangan pengembangan IP karakter
dua dimensi dengan mengambil nama tokoh Ki Lurah
yang memiliki latar cerita di era kolonial Belanda di
daerah yang bernama Kalas. Tokoh ini dikembangkan
sebagai sosok pahlawan dengan sebutan manusia
Bunian yang memiliki kemampuan spiritual dan hidup
di dalam perut bumi bersama dengan bala tentaranya.
Pemanfaatan animasi sebagai elemen pemasaran
sebuah bisnis juga dihadirkan melalui karya “Naga
Cyber Defense Commercial” yang dihadirkan dengan
teknik motion graphic oleh Tegar Andito dan Kathryn

106
Widhiyanti. Karya ini dibuat untuk kepentingan
promosi di media sosial dengan menonjolkan setiap
fitur perlindungan kebutuhan piranti bergerak dengan
tetap memperhatikan elemen warna perusahaan
sebagai identitas karya visualnya. Karya permodelan
visual tiga dimensi yang berjudul “Livingroom Artwork”
juga dihadirkan oleh Mohammad Arifian Rohman dan
Arif Sulistiyono sebagai sebuah imajinasi dunia ruang
keluarga yang juga berfungsi sebagai ruang kerja di
masa pandemi ini. Karya lainnya oleh Mohammad
Arifian Rohman juga diwujudkan dalam bentuk olahan
visual tiga dimensi dengan bermain pada aspek
pencahayaan di sebuah lingkungan tepi pantai yang
berjudul “To The Beach”.

Yogyakarta, 16 Oktober 2020

107
K A R YA A N I M A S I D A N G A M E

108
Poster Animasi Ki Lurah Kalas
Mahendradewa Suminto (2020)

109
Imagining The Unseen (Stop Motion)
Nissa Fijriani & Adnan Roesdi (2020)

110
Animasi Peraga Persamaan Tiga Dimensi untuk Program
Penyetaraan D3 Guru Matematika SMP di Univ PGRI Yogyakarta
Tegar Andito (2011)

111
Lunch (Film Animasi)
Yusuf Efyan Iskandar (2020)

112
The Value of Men (Film Animasi)
Andhika Abhiramadhan (2020)

113
Pool (Film Animasi)
Meidiana Safitri (2020)

114
Serenade Asmaradana (Film Animasi)
Wahyu Aji Sadewa (2020)

115
Kita Pancasila (Film Animasi)
Wahyu Nurul Iman, Samantha Sabila, Ade Krisdiantoro

116
When Pongo Has A Plan (Game)
Fauzan Akmal (2020)

117
Concept Art Game Rush And Ditch
Afifa Alifia & Abiyan Akmal (2020)

118
Tropical Race (Game)
Ari Jallu Maulana & Argi Octanto (2020)

119
Ground Zero (Game)
Noor Prasetyo & Kevin Raka Noverian (2020)

120
Concept Art Game Tropical Race
Ari Jallu Maulana & Argi Octanto (2020)

121
Moi “Ata Ngada” (Character Design)
Ika Yulianti (2020)

122
Wahyu (Character Design)
Angela Griselda Emiliana (2020)

123
Naga Cyber Defense Commercial (Motion Graphic)
Tegar Andito & Kathryn Widhiyanti (2020)

124
Super Four (Ilustrasi)
Tanto Harthoko (2020)

125
The Unforgivable Sinner (Painting)
Agni Saraswati (2020)

126
Positive Activity (Komik)
Nuria Indah Kurnia Dewi
(2020)

127
Great Journey (Ilustrasi)
Muhammad Revanda Riyana (2020)

128
Tongkonan House (3D Modelling)
Nerius Dondi Adna Adonis (2020)

129
Living Room Artwork (Environtment 3D Modelling)
Mohammad Arifian Rohman & Arif Sulistiyono (2020)

To The Beach (Environtment 3D Modelling)


Mohammad Arifian Rohman (2020)

130
Work From Home (Digital Imaging)
Agnes Karina Pritha Atmani (2020)

131
132
Zoom Art Collaboration
Nganimasi 17 (2020)

133
Urutan Warna (Desain Elementer)
Ibram Rulianto

Eksplorasi Garis (Desain Elementer)


Tabitha Sekar Melati (2019)

134
Eksplorasi Titik (Desain Elementer)
Carryl Amalia Putri (2019)

135
K A R YA U N D A N G A N

136
Balpil & Ksatria Bhinnekaz - Monas (Animasi 3D)
Rangga Yudo Yuwono (2020)

137
Under The Snow Fall
Muhammad Aqil Habibullah (2019)

138
Cyber Pelosok 2069
Tatang Hermawan (2020)

139
140

Anda mungkin juga menyukai