Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan resmi yang bertujuan sebagai

sarana pembentukan karakter dan pencapaian tujuan pendidikan nasional (Pratama &

Mulyati, 2020). Sekolah merupakan tempat dimana setiap individu diajarkan tentang

keterampilan, pemahaman suatu ilmu, ataupun sifatnya teknis namun juga tentang

perilaku baik itu tentang norma yang berlaku, nilai dasar yang dianut masyarakat atau

adab perilaku yang. Semua ini bertujuan untuk membentuk pribadi yang unggul baik

dalam hal akademik maupun non akademik. Adapun sekolah pada umumnya memiliki

interaksi antara pengajar dengan siswa (komponen sekolah) yang terbatas dengan

bangunan.

Sekolah menengah atas merupakan jenjang Pendidikan terakhir yang

diwajibkan oleh pemeritah, yaitu program wajib belajar 12 tahun atau biasa lebih

dikenal Pendidikan Menengah Universal (PMU) yang dicanangkan oleh pemerintah

melalui peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan No. 80 tahun 2013. Adanya

peraturan tersebut masyarakat diharuskan menuntaskan program 12 tahun belajar.

Namun dengan datangnya pandemi Coronavirus Disease atau lebih dikenal dengan

Covid-19 yang melanda dunia, terutama negara Indonesia.

1
Mencegah penyebaran Covid-19, WHO menghimbau agar larangan

berkumpul masa maupun acara bisa ditiadakan. Untuk menegakan Larangan tersebut

akhirnya pemerintah mengeluarkan kebijakan pembelajaran secara daring atau online.

Larangan tersebut tercantum dalam surat edaran MENDIKBUD No. 4 Tahun 2020,

yang mengharuskan siswa belajar daring atau luring.

Salah satu sekolah yang melaksanakn pembelajaran luring adalah SMA 10

Samarinda. SMA 10 Samarinda merupakan SMA yang terakreditasi A oleh BAN.

SMA 10 Samarinda juga banyak menorehkan prestasi akademik. Hal ini merupakanvisi

dari sekolah tersebut yang berusaha membentuk manusia yang unggul dan bersaing di

era 4.0. sekolah tersebut berusaha untuk selalu bersaing secara akademik ataubiasa

disebut dengan lomba, baik nasional maupun internasional.

Menurut Sulistyorini M. F. (2012) bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang

ditunjukkan siswa setelah melakukan proses adanya belajar mengajar. Proses

mengajar yang dilakukan dibantu dengan pembelajaran daring dan luring akibat

COVID-19. Pembelajaran luring merupakan akronim dari “luar jaringan” atau

jaringan terputus. Pembelajaran luring dikerjakan melalui media buku, modul, dan

bahan ajar di lingkungan sekitar sekolah baik dengan media audio maupun audio

visual (Solong, 2021).

Pembelajaran luring dapat diterapkan melalui pembelajaran door-to-door,

siswa hadir langsung ke sekolah untuk mengambil tugas dan siswa dapat masuk

2
sekolah dengan jadwal bergantian saat pandemi (Putri et al., 2021). Dari pendapat

diatas maka siswa diharuskan lebih banyak interaksi,mulai dari interaksi siswa dengan

guru maupun interaksi siswa dengan siswa meskipun tatap muka terbatas.

Pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai macam fasilitas dan sarana

yang tersedia di internet, seperti video teleconference (Zoom, Google Meet), aplikasi

e-Learning (Google Classroom, Edmodo, Schoology), hingga aplikasi group chat

seperti Whatsapp dan Telegram. Online learning juga dapat dengan mudah diakses

dari mana saja, melalui laptop, personal computer (PC), ponsel pintar, dan gadget

lainnya (Abdusshomad, 2020).

Sehingga siswa harus lebih aktif atau lebih banyak bertanggung atas

pembelajarannya itu sendiri. Pembelajaran luring dalam penelitian Kuo et al (2014),

menyatakan pembelajaran luring lebih mengarah pada Student Centered sehingga

mampu memunculkan tanggung jawab dan otonomi mahasiswa dalam belajar.

Adanyatanggung jawab yang baik maka siswa akan mengeluarkan kemampuan

terbaiknya dalam melaksanakan tugas yang diberikan.

Menurut Knowles (dalam Nurhayati,2011) kemandirian belajar adalah invidu

memiliki tanggung jawab dan inisiatif dalam mengelola kebutuhan belajar,

merancang tujuan belajar, dan mengidentifikasi belajar, serta mengevaluasi belajar.

dengan adanya strategi belajar maka siswa maka memiliki tujuan dan lebih mudah

3
menyelesaikan tugas yang diberikan sehingga waktu untuk menyelesaikan tugas lebih

efisien.

Hal ini senada dengan wawancara yang dilakukan pada tanggal 7 maret 2022.

Subyek merupakan salah satu siswa SMA 10 dikota Samarinda. Subjek mengatakan “

dengan adanya proses belajar secara daring maka tugas yang diberikan juga lebih

banyak dan juga menuntut agar tugas diselesaikan tepat waktu”. Dengan adanya

tugasyang diberikan oleh guru maka siswa diharapkan bisa mengerjakan dan

bertanggung jawab dengan tugas yang berikan.

Hal ini menjadi tugas orang tua dalam mendampingi anak dalam menjalankan

tugasnya yaitu belajar. Proses belajar siswa perlu ditumbuhkan agar siswa memiliki

tanggung jawab jawab. Hal ini berguna untuk menumbuhkan kemandirian dalam

proses berfikir, memecahkan masalah dengan kreatifitas yang bervariatif, dan juga

mengasah dalam proses pengambilan keputusan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Haris Mujiman (2011) bahwa dengan

memilikikemandirian dalam belajar, siswa akan tertarik untuk mendalami lebih lanjut

yang diajarkan guru, lalu ia melangkah mencari sumber-sumber yang tersedia. siswa

yang cenderung mencari informasi secara mandiri tanpa bergantung dengan guru,

memicu motivasi dari dalam diri menyelesaikan tugas maupun pencarian informasi.

Menurut Pintrich, Schunk & Zimmerman dalam Santrock (2011)

perkembangan kemandirian dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya pemodelan

4
dan efikasi diri. Kemandirian berdasarkan pemodelan merupakan cara individu dalam

mengimitasi model untuk keterampilan dirinya. Sementara kemandirian dalam

efikasidiri merupakan menyelesaikan tugas yang diberikan, usaha yang dikeluarkan,

dan ketekunan dalam mengerjakan sesuatu. Namun pada situasi yang COVID-19

siswa tidak banyak interaksi dengan teman sehingga imitasi model yang seharusnya

menjadi aspek pendukung dalam pengembangan kemandirian belajar jadi terganggu

atau tidak ada sama sekali.

Menurut Jess. F dan Gregory J. F. (2013) bahwa efikasi diri atau kepercayaan

seseorang bahwa ia dapat melakukan suatu yang akan menghasilkan perilaku yang

diinginkan dalam situasi yang khusus sehingga ferforma seseorang secara umum akan

meningkat saat ia memiliki efikasi diri yang tinggi. Artinya semakin rendah efikasi

diriseseorang maka akan semakin rendah pula kemandirian belajar seseorang atau

semakintinggi efikasi diri seseorang maka akan semakin tinggi pula kemandirian

belajar seseorang.

5
Tabel 1. Screening Kemandirian Belajar

No. Ciri-ciri Ya Presentase Tidak Presentase


Hanya belajar ketika
1. mendapatkan tugas buat 13 86% 2 14%
dirumah (PR) dari guru
mengikuti les bimbel atau
2. sejenisnya setelah pulang 11 73% 4 27%
dari sekolah
terbiasa mengerjakan
tugas dengan waktu yang
3. mendekati deadline 13 86% 2 14%
sehingga merasa hasilnya
tidak maksimal
mempunyai jadwal yang
4.
mengatur keseharian agar
12 80% 3 20%
tugas lebih tertata dengan
rapi
saat pembagian rapot
cenderung tidak mau tau
5. dengan hasil nilai ulangan 14 93% 1 7%
karena beranggapan akan
tetap naik kelas
Total 79 83.6% 21 16.4%
Sumber: Data Primer Diolah (2023)

Dari data diatas maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki motivasi

rendah dengan nilai 93% dari 15 orang cenderung memiliki pengalaman belajar yang

rendah dengan nilai 86% dari 15 siswa. Hal ini memperkuat yang disampaikan

peneliti sebelumnya yakni Jess. F dan Gregory J. F. (2013) adanya efikasi diri yang

tinggi mempengaruhi kemandirian belajar yang baik begitupun sebaliknya yaitu

efikasi diri yang rendah mempengaruhi kemandirian belajar yang rendah pula. Hal ini

perlu digali agar siswa bisa meningkatkan motivasi diri diikuti dengan kemandirian

belajar siswa yang semakin baik.

6
Dengan adanya perubahan dari pembelajaran daring ke pembelajaran

luring yang pastinya mempengaruhi belajar siswa disekolah maka diharapkan siswa

dapat memiliki efikasi diri yang tinggi yang akan mempengaruhi kemandirian belajar

siswa itu juga.Hal ini lebih mempermudah siswa dalam mengembangkan kemampuan

diri dan juga kemampuan social dalam mempersiapkan menuju jenjang karir, jenjang

hubungan dengan masyarakat maupun jenjang Pendidikan yang lebih baik. Dengan

pemaran diatas peneliti tertarik dengan penelitian “Pengaruh Efikasi Diri terhadap

Kemandirian Belajar melalui Sistem Pembelajaran Daring pada Siswa SMA 10

Kota Samarinda.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah terdapat pengaruh efikasi diri terhadap kemandirian belajar pada

siswa SMA 10 Samarinda melalui pembalajaran Luring ?

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh efikasi /diri

terhadap kemandirian belajar melalui pembelajaran luring siswa SMA10 Samarinda.

C. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

7
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sedikit informasi mengenai

pengembangan ilmu pengetahuan dibidang ilmu psikologi dan bidang

Pendidikanlainnya, khususnya pengaruh antara efikasi diri terhadap

kemandirian belajar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi mahasiswa penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam

meningkatkan pengetahuan terkait efikasi diri.

b. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan bisa membuat hal baru untuk

penelitian-penelitian selanjutnya terkait dengan efikasi diri terhadap

kemandirian belajar.

Anda mungkin juga menyukai