Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

MANAJEMEN KEPERAWATAN

“KEPALA RUANGAN, KETUA TIM DAN PERAWAT PELAKSANA”

Oleh :

Rohadatul Nadhifah

2020242030

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

( ) ( )

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

2022/2023
A. DEFINISI MANAJEMEN KEPEARAWATAN
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi sumber-
sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan dan
obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan (Huber, 2000).
Manajemen keperawatan dapat didefenisikan sebagai suatu proses dari perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses
manajemen dibagi menjadi lima tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian,
kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian Kelly dan Heidental (2004)
Manajemen keperawatan memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana
serta mengelola kegiatan keperawatan.Manajemen pelayanan keperawatan adalah
pelayanan di rumah sakit yang dikelola oleh bidang perawatan melalui tiga tingkatan
manajerial yaitu manajemen puncak (kepala bidang keperawatan), manajemen menegah
(kepala unit pelayanan atau supervisor), dan manajemen bawah (kepala ruang perawatan).
Keberhasilan pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh manajer keperawatan
melaksanakan peran dan fungsinya.
Manajemen pelayanan keperawatan adalah pelayanan di rumah sakit yang dikelola
oleh bidang perawatan melalui tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak (kepala
bidang keperawatan), manajemen menegah (kepala unit pelayanan atau supervisor), dan
manajemen bawah (kepala ruang perawatan). Keberhasilan pelayanan keperawatan sangat
dipengaruhi oleh manajer keperawatan melaksanakan peran dan fungsinya, Manajemen
keperawatan adalah proses kerja setiap perawat untuk memberikan pengobatan dan
kenyamanan terhadap pasien. Tugas manager keperawatan adalah merencanakan,
mengatur, mengarahkan dan mengawasi keuangan yang ada, peralatan dan sumber daya
manusia untuk memberikan pengobatan yang efektif dan ekonomis kepada pasien
(Gillies, 1994).

B. PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN KEPERAWATAN


Seorang manajer keperawatan melaksanakan manajemen keperawatan untuk memberikan
perawatan kepada pasien. Swanburg, menyatakan bahwa prinsip-prinsip manajemen
keperawatan sebagai berikut:
1. Manajemen keperawatan adalah perencanaan.
2. Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif.
3. Manajemen keperawatan adalah pembuatan keputusan.
4. Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan manajer perawat.
5. Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan pencapaian tujuan sosial.
6. Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian.
7. Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi, posisi atau tingkat sosial, disiplin,
dan bidang studi.
8. Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan, dari lembaga, dan
lembaga dimana organisasi itu berfungsi.
9. Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai kepercayaan.
10. Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin.
11. Manajemen keperawatan memotivasi.
12. Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif.
13. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian.

Prinsip-prinsip manajemen secara umum menurut Fayol terdiri dari :


1. Division of working (pembagian pekerjaan)
2. Authority and responsibility (kewenangan dan tanggungjawab)
3. Dicipline (disiplin)
4. Unity of command (kesaatuan komando)
5. Unity of direction (Kesatuan arah)
6. Subordination of individual to generate interent (kepentingan individu tunduk pada
kepentingan umum)
7. Renumeration of personal (penghasilan pegawai)
8. Decentralization (desentralisasi)
9. Scala of hierarchy (jenjang hirarki)
10. Order (keterlibatan)
11. Stability of tunnure personal (stabilitas jabatan pegawai)
12. Equity (keadilan)
13. Inisiative (inisiatif)
14. Esprit de corps (Kesetiawakawanan korps).

Seperti juga prinsip-prinsip manajemen secara umum, prinsip-prinsip yang mendasari


manajemen keperawatan adalah :
1. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan, karena melalui fungsi
perencanaan pimpinan pengelola keperawatan dapat menurunkan risikoterhadap
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang tidak efektif dantidak efisien.
2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif.
Manajer pengelola keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan
yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuaidengan waktu dan
perencanaan yang telah ditentukan sebelumnya.
3. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi
maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatankeperawatan
memerlukan pengambilan keputusan yang tepat diberbagai tingkatmanajerial.
4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatianmanajer
pengelola keperawatan dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, pikir, yakini
dan ingini. Kepuasan pasien merupakan point utama dari tujuan keperawatan
5. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan
kebutuhan organisasi pelayanan untuk mencapai tujuan
6. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputiproses
pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana
7. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan
penampilan kinerja yang baik
8. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif. Komunikasi yang
efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah
dan pengertian diantara pegawai
9. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat-
perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi ataupun upaya manajer
keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
10. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian
tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan
prinsip-prinsip melalui penetapan standar. membandingkan penampilan dengan
standar dan memperbaiki kekurangan yang ditemukan.

C. FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN


Manajemen memerlukan peran orang yang terlibat di dalamnya untuk menyikapi
posisi masing-masing sehingga diperlukan fungsi-fungsi yang jelas mengenai. Fungsi
manajemen yaitu perencaanaan, organisasi, perintah, koordinasi, dan pengendalian.
Luther Gulick, memperluas fungsi manajemen fayol menjadi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), personalia (staffing), pengarahan (directing),
pengkoordinasian (coordinating), pelaporan (reporting), dan pembiayaan (budgeting)
yang disingkat menjadi POSDCORB. Akhirnya, fungsi manajemen ini merujuk pada
fungsi sebagai proses manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
ketenagaan, pengarahan, pengawasan (Marquis dan Huston, 2010). Fungsi manajemen
menurut G.R. Terry adalah planning, organizing, actuating, dan controlling.

D. LINGKUP MANAJEMEN KEPERAWATAN


Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan
berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yangpaling
mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan
membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang
memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat
di dalamnya.
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manejer keperawatan yang efektif
seyogianya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana, Kegiatan
perawat pelaksana meliputi :
1. Menetapkan penggunaan proses keperawatan
2. Melaksakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnose
3. Menerima ankotabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksakan oleh perawat
4. Menerima ankotabilitas untuk hasil-hasil keperawatan
5. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan.
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa diinisiasi oleh para manajer
keperawatanmelalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan
perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan
terdiri dari :
1. Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri
dari tiga tingkat manajerial yaitu:
a. Manajemen puncak
b. Manajemen menengah
c. Manajemen bawah
Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam kegiatannya. Ada
beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang-orang tersebut agar pelaksanaannya berhasil,
antara lain :
a. Kema mpuan menerapkan pengetahuan
b. Ketrampilan kepemimpinan
c. Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
d. Kemampuan melaksakan fungsi manajemen

2. Manajemen asuhan keperawatan


Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang
menggunakan konsep-konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi. Proses keperawatan
merupakan proses pemecahan masalah yang menekankan pada pengambilan
keputusan tentang keterlibatan perawat yang dibutuhkan pasien.
Menurut S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2002), manajemen pada proses
keperawatan mencakup manajemen pada berbagai tahap dalam keperawatan, yaitu :
a. Pengkajian
Pengkajian yaitu langkah awal dalam proses keperawatan yang mengharuskan
perawat setepat mungkin mendata pengalaman masa lalu pasien, pengetahuan
yang dimiliki, perasaan, dan harapan kesehatan dimasa datang.
b. Diagnosis
Diagnosis merupakan tahap pengambilan keputusan professional dengan
menganalisis data yang telah dikumpulkan. Keputusan yang diambil dapat berupa
rumusan diagnosis keperawatan, yaitu respon biopsikososio spiritual terhadap
masalah kesehatan actual maupun potensial.
c. Perencanaan
Perencanaan keperawatan dibuat setelah perawat mampu memformulasikan
diagnosis keperawatan. Perawat memilih metode khusus dan memilih sekumpulan
tindakan alternative untuk menolong pasien mempertahankan kesejahteraan yang
optimal.
d. Implementasi
Implementasi merupakan langkah berikutnya dalam proses keperawatan semua
kegiatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
harus direncanakan untuk menunjang Tujuan pengobatan medis, dan memenuhi
Tujuan rencana keperawatan. Implementasi rencana asuhan keperawatan berarti
perawat mengarahkan, menolong, mengobservasi, dan mendidik semua personil
keperawatan yang terlibat dalam asuhan pasien tersebut.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah pertimbangan sistematis dan standar dari Tujuan yang dipilih
sebelumnya, dibandingkan dengan penerapan praktik yang actual dan tingkat
asuhan yang diberikan. Evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan hanya dapat
dibuat jika Tujuan diidentifikasikan sebelumnya cukup realistis, dan dapat dicapai
oleh perawat, pasien, dan keluarga.

Kelima langkah dalam proses keperawatan ini dilakukan terus menerus oleh perawat,
melalui metode penugasan yang ditetapkan oleh para menejer keperawatan
sebelumnya. Para menejer keperawatan (terutama menejer tingkat bawah) terlibat
dalam proses menejerial yang melibatkan berbagai fungsi manajemen, dalam rangka
mempengaruhi dan menggerakkan bawahan. Hal ini dilakukan agar mampu
memberikan asuhan keperawatan yang memadai, dengan kode etik dan standar
praktik keperawatan.

E. PROSES MANAJEMEN KEERAWATAN


Henry Fayol mengungkapkan ada lima fungsi manajemen yang meliputi Planning,
Organization, Command, Coordination, dan Control. Konsep Fayol tersebut dimodifikasi
oleh Luther Gullick (Marquis & Huston, 2000) dalam bentuk tujuh aktivitas manajemen
yang meliputi Planning. Organizing. Staffing, Directing. Coordinating, Reporting, dan
Budgeting.
Marquis dan Huston merangkum konsep yang dikemukakan oleh Fayol dan Gullick
dengan mengungkapkan bahwa proses manajemen keperawatan terdiri dari planning,
organizing, staffing, directing, dan controlling yang membentuk suatu siklus proses
manajemen.
Proses manajemen keperawatan dapat juga dilihat dari pendekatan sistem, yaitu
sebagai sistem terbuka dimana masing-masing komponen saling berhubungan
danberinteraksi serta dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu sistem maka
akan terdiri dari lima elemen utama yaitu input, process, output,control dan mekanisme
umpan balik (feed back).
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi,personil, peralatan
dan fasilitas. Process dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer
daritingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawat pelaksana yang
mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
Output adalah kualitasdari asuhan pelayanan keperawatan. pengembangan staf dan
riset. Control yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget
dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat. prosedur standar
danakreditasi. Mekanisme umpan balik (feed back) berupa laporan finansial,
auditkeperawatan, survey kendali mutu dan penampilan kerja perawat.
1. Planning
Pada proses perencanaan, menentukan misi, visi, tujuan, kebijakan. prosedur, dan
peraturan-peraturan dalam pelayanan keperawatan. kemudian membuat perkiraan
proyeksi jangka pendek dan jangka panjang serta menentukan jumlah biaya dan
mengatur adanya perubahan berencana.
2. Organizing
Meliputi beberapa kegiatan diantaranya adalah menetapkan struktur organisasi,
menentukan model penugasan keperawatan sesuai dengan keadaan klien
danketenagaan, mengelompokkan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan dari
unit,bekerja dalam struktur organisasi yang telah ditetapkan dan memahami
sertamenggunakan kekuasaan dan otoritas yang sesuai.
3. Staffing
Meliputi kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian menjadwalkan
diantaranya adalah rekruitmen, wawancara, mengorientasikan staf, menjadwalkan dan
mengsosialisasikan pegawai baru serta pengembangan staf.
4. Directing
Meliputi pemberian motivasi, supervisi, mengatasi adanya konflik,
pendelegasian,cara berkomunikasi dan fasilitasi untuk kolaborasi.
5. Controlling
Meliputi pelaksanaan penilaian kinerja staf, pertanggungjawaban keuangan,
pengendalian mutu, pengendalian aspek legal dan etik serta pengendalian
profesionalisme asuhan keperawatan.
F. PERAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
Peran dan fungsi manajemen keperawatan terdiri dari:
1. Peran Interpersonal (Interpersonal Role)
Dalam peran interpersonal terdapat tiga peran pemimpin yang muncul secara
langsung dari otoritas formal yang dimiliki pemimpin dan mencakup hubungan
interpersonal dasar, yaitu :
a. Peran sebagai yang dituakan (Figurehead Role)
Karena posisinya sebagai pemimpin suatu unit organisasi, pemimpin harus
melaksanakan tugas-tugas seremonial seperti menyambut tamu penting,
menghadiri pernikahan anak buahnya. atau menjamu makan siang pelanggan atau
kolega. Kegiatan yang terkait dengan peran interpersonal sering bersifat rutin,
tanpa adanya komunikasi ataupun keputusan penting. Meskipun demikian.
kegiatan itu penting untuk memperlancar fungsi organisasi dan tidak dapat
diabaikan oleh seorang pemimpin.
b. Peran sebagai pemimpin (Leader Role)
Seorang pemimpin bertanggungjawab atas hasil kerja orang- orang dalam unit
organisasi yang dipimpinnya. Kegiatan yang terkait dengan itu berhubungan
dengan kepemimpinan secara langsung dan tidak langsung. Yang berkaitan
dengan kepemimpinan secara langsung antara lain menyangkut rekrutmen dan
training bagi stafnya. Sedang yang berkaitan secara tidak langsung antara lain
scorang pemimpin harus memberi motivasi dan mendorong anak buahnya.
Pengaruh seorang pemimpin jelas terlihat pada perannya dalam memimpin.
Otoritas formal memberi seorang pemimpin kekuasaan potensial yang besar,
tetapi kepemimpinanlah yang menentukan seberapa jauh potensi tersebut bisa
direalisasikan.
c. Peran sebagai Penghubung (Liaison Role)
Literatur manajemen selalu mengakui peran sebagai pemimpin, terutama aspek
yang berkaitan dengan motivasi. Hanya baru-baru ini saja pengakuan mengenai
peran sebagi penghubung, di mana pemimpin menjalin kontak di luar rantai
komando vertikal, mulai muncul. Hal itu mengherankan, mengingat
banyaktemuan studi mengenai pekerjaan manajerial menunjukkan bahwa
pemimpin menghabiskan waktunya bersama teman sejawat dan orang lain dari
luar unitnya sama banyak dengan waktu yang dihabiskan dengan anak buahnya:
sementara dengan atasannya justru kecil. Pemimpin menumbuhkan dan
memelihara kontak tersebut biasanya dalam rangka mencari informasi. Akibatnya,
peran sebagai penghubung sering secara khusus diperuntukkan bagi
pengembangan sitem informasi eksternalnya sendiri yang bersifat informal, privat,
verbal, tetapi efektif.

2. Peran Informasional (Informational Role)


Dikarenakan kontak interpersonalnya, baik dengan anak buah maupun dengan
jaringan kontaknya yang lain, seorang pemimpin muncul sebagai pusat syaraf bagi
unit organisasinya. Pemimpin bisa saja tidak tahu segala hal, tetapi setidaknya tahu
lebih banyak dari pada stafnya. Pemrosesan informasi merupakan bagian utama (key
part) dari tugas seorang pemimpin.
Tiga peran pemimpin berikut ini mendiskripsikan aspek informasional tersebut :
a. Peran sebagai monitor (Monitor Role).
Sebagai yang memonitor, seorang pemimpin secara terus menerus memonitor
lingkungannya untuk memperoleh informasi, dia juga seringkali harus
menginterogasi kontak serta anak buahnya, dan kadangkala menerima informasi
gratis, sebagian besar merupakan hasil jaringan kontak personal yang sudah
dikembangkannya. Perlu diingat, bahwa sebagian besar informasi yang diperoleh
pemimpin dalam perannya sebagai monitor datang dalam bentuk verbal, kadang
berupa gosip, sassus. dan spekulasi yang masih membutuhkan konfirmasi dan
verifikasi lebih lanjut.
b. Peran sebagai disseminator (Disseminator role)
Sebagian besar informasi yang diperoleh pemimpin harus dimanfaatkan bersama
(sharing) dan didistribusikan kepada anak buah yang membutuhkan. Di samping
itu ketika anak buahnya tidak bisa saling kontak dengan mudah, pemimpinlah
yang kadang-kadang harus meneruskan informasi dari anak buah yang satu
kepada yang lainnya.
c. Peran sebagai Juru bicara (Spokesman Role)
Sebagai juru bicara seorang pemimpin mempunyai hak untuk menyampaikan
informasi yang dimilikinya ke orang di luar unit organisasinya.

3. Peran Pengambilan Keputusan (Decisional Role)


Informasi yang diperoleh pemimpin bukanlah tujuan akhir. tetapi merupakan
masukan dasar bagi pengambilan keputusan. Sesuai otoritas formalnya, hanya
pemimpinlah yang dapat menetapkan komitmen organisasinya ke arah yang baru; dan
sebagai pusat syaraf organisasi, hanya dia yang memiliki informasi yang benar dan
menyeluruh yang bisa dipakai untuk memutuskan strategi organisasinya. Berkaitan
dengan peran pemimpin sebagai pengambil keputusan terdapat empat peran
pemimpin, yaitu :
a. Peran sebagai wirausaha (Entrepreneur Role)
Sebagai wirausaha, seorang pemimpin harus berupaya untuk selalu memperbaiki
kinerja unitnya dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan di mana organisasi
tersebut eksis. Dalam perannya sebagai wirausaha, seorang pemimpin harus selalu
mencari ide-ide baru dan berupaya menerapkan ide tersebut jika dianggap baik
bagi perkembangan organisasi yang dipimpinnya.
b. Peran sebagai pengendali gangguan (Disturbance handler Role)
Peran sebagai pengendali gangguan memotret keharusan pemimpin untuk
merespon tekanan-tekanan yang dihadapi organisasinya. Di sini perubahan
merupakan sesuatu di luar kendali pemimpin. Dia harus bertindak karena adanya
tekanan situasi yang kuat sehingga tidak bisa diabaikan. Pemimpin seringkali
harus menghabiskan sebagian besar waktunya untuk merespon gangguan yang
menekan tersebut. Tidak ada organisasi yang berfungsi begitu mulus, begitu
terstandardisasi, yaitu telah memperhitungkan sejak awal semua situasi
lingkungan yang penuh ketidakpastian. Gangguan timbul bukan saja karena
pemimpin bodoh mengabaikan situasi hingga situasi tersebut mencapai posisi
kritis, tetapi juga karena pemimpin yang baik tidak mungkin mengantisipasi
semua konsekuensi dari setiap tindakannya.
c. Peran sebagai yang mengalokasikan sumberdaya (Resourcallocator Role)
Pada diri pemimpinlah terletak tanggung jawab memutuskan siapa akan menerima
apa dalam unit organisasinya. Mungkin, sumberdaya terpenting yang dialokasikan
seorang pemimpin adalah waktunya. Perlu diingat bahwa bagi seseorang yang
memiliki akses ke pemimpin berarti dia bersinggungan dengan pusat syaraf unit
organisasi dan pengambil keputusan. Pemimpin juga bertugas untuk mendesain
struktur organisasi, pola hubungan formal, pembagian kerja dan koordinasi dalam
unit yang dipimpinnya.
d. Peran sebagai negosiator (Negotiator Role)
Banyak studi mengenai kerja manajerial mengindikasikan bahwa pemimpin
menghabiskan cukup banyak waktunya dalam negosiasi. Sebagaimana
dikemukakan Leonard Sayles, negosiasi merupakan way of life dari seorang
pemimpin yang canggih. Negosiasi merupakan kewajiban seorang pemimpin,
mungkin rutin, tetapi tidak boleh dihindari. Negosiasi merupakan bagian integral
dari tugas pemimpin, karena hanya dia yang memiliki otoritas untuk bisa
memberikan komitmen sumberdaya organisasi, dan hanya dia yang memiliki
pusat syaraf informasi yang dibutuhkan dalam melakukan negosiasi penting.

G. PERENCANAAN KEGIATAN KEPERAWATAN


Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan adalah
koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan menerapkan proses
manajemen untuk mencapai asuhan keperawatan dan tujuan layanan keperawatan.
Perencanaan adalah usaha sadar dan pengambilan keputusan yang diperhitungkan secara
matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang oleh suatu
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Perencanaan yang adekuat dan
efektif akan mendorong pengelolaan sumber yang ada dimana kepala ruangan harus
mengidentifikasi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek serta melakukan
perubahan (Marquis dan Huston, 2010).
Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh kepala
ruang. Swanburg, menyatakan bahwa dalam keperawatan, perencanaan membantu untuk
menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka inginkan.
Tanpa perencanaan yang adekuat, proses manajemen pelayanan kesehatan akan gagal
(Marquis dan Huston, 2010).
1) Pendekatan Perencanaan
- Perencanaan inside-out dan perencanaan outside-in
- Perencanaan top-down dan perencanaan bottom-up
- Perencanaan contingency
2) Dasar – Dasar Perencanaan yang Baik
- Forecasting
- Penggunaan skenario
- Benchmarking
- Partisipasi dan keterlibatan
- Penggunaan staf perencana
3) Tujuan Perencanaan
- Meningkatkan pencapaian tujuandankesuksesan yang difokuskan pada hasil
bukan pelaksanaan.
- Menuntut kita untuk berpikir kritis dan mengevaluasi alternative-alternatif yang
bisa mengembangkan atau mengubah keputusan.
- Membentuk suatu struktur untuk pengambilan keputusan yang konsisten sesuai
dengan tujuan organisasi .
a. Mengajak atau menggerakan orang-orang untuk bekerja atau bertindak aktif
daripada bersikap reaktif.
b. Mengatur kegiatan hari-perhari atau kegiatan jangka pangjang yang
terfokus.
4) Karakteristik Perencanaan
- Proses Pembuatan Rencana
a. Menetapkan tujuan
b. Observasi dan analisalingkungan
c. Menganalisakemungkinan-kemungkinan
d. Membuat sintesa
- Bentuk-Bentuk Perencanaan
a. Rencana Global (Global Plan)
b. Rencana Strategik (Strategic Plan)
c. Rencana Operasional (Operational Plan)

H. PENGORGANISASIAN KEPERAWATAN
Pengorganisasian dilakukan setelah perencanaan. Pengorganisasian adalah langkah
untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan
tugas pokok dan wewenang serta pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf
dalam rangka mencapai tujuan. (Muninjaya, 2004).
Huber (2000), menyatakan bahwa pengorganisasian adalah memobilisasi sumber
daya manusia dan material dari lembaga untuk mencapai tujuan organisasi, dapat juga
untuk mengidentifikasi antara hubungan yang satu dengan yang lain. Pengorganisasian
dapat dilihat secara statis dan dinamis. Secara statis merupakan wadah kegiatan
sekelompok orang untuk mencapai tujuan, sedangkan secara dinamis merupakan suatu
aktivitas dari tata hubungan kerja yang teratur dan sistematis untuk mencapai tujuan
tertentu (Suarli dan Bahtiar, 2009).
Manfaat pengorganisasian untuk penjabaran secara terinci semua pekerjaan yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan, pembagian beban kerja sesuai dengan
kemampuan perorangan/kelompok, dan mengatur mekanisme kerja antar masing-masing
anggota kelompok untuk hubungan dan koordinasi (Huber, 2000).
Marquis dan Huston (2010) menyatakan bahwa pada pengorganisasian hubungan
ditetapkan, prosedur diuraikan, perlengkapan disiapkan, dan tugas diberikan. Prinsip-
prinsip organisasi saling ketergantungan dan dinamis. Kepala ruangan dapat menciptakan
lingkungan yang meransang dalam praktik keperawatan. Prinsip-prinsip pengorganisasian
menurut Swanburg (2000) adalah:
1. Prinsip Rantai Komando
Prinsip rantai komando menyatakan bahwa untuk memuaskan anggota efektif secara
ekonomi dan berhasil dalam mencapai tujuan. Komunikasi cenderung ke bawah dan
satu arah. Pada organisasi keperawatan, rantai komando ini datar, dengan garis
manajer dan staf teknis serta administrasi yang mendukung perawat pelaksana.
2. Prinsip Kesatuan Komando
Prinsip kesatuan komando menyatakan bahwa seorang perawat pelaksana mepunyai
satu pemimpin dan satu rencana. Keperawatan primer dan manajemen kasus
mendukung prinsip prinsip kesatuan komando ini.
3. Prinsip Rentang Kontrol
Prinsip ini menyatakan bahwa setiap perawat harus dapat mengawasi secara efektif
dalam hal jumlah, fungsi, dan geografi. Pada prinsip ini, makin kurang pengawasan
yang diperlukan untuk perawat. Perawat harus memiliki lebih banyak pengawasan
untuk menghindari terjadinya kesalahan. Kepala ruangan harus lebih banyak
mengkoordinasikan.
4. Prinsip Spesialisasi
Prinsip spesialisasi menyatakan bahwa setiap orang harus menampilkan satu fungsi
kepemimpinan tunggal, sehingga ada devisi kerja atau pembagian tugas yang
membentuk departement.

I. KETENAGAAN KEPERAWATAN
Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam manajemen
keperawatan. Pengaturan staf keperawatan merupakan proses yang teratur, sistematis,
rasional diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personel keperawatan yang
dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan pada standar yang ditetapkan
sebelumnya. Ketenagaan adalah kegiatan manajer keperawatan untuk merekrut,
memimpin, memberikan orientasi, dan meningkatkan perkembangan individu untuk
mencapai tujuan organisasi (Marquis dan Huston, 2010). Ketenagaan juga memastikan
cukup atau tidaknya tenaga keperawatan yang terdiri dari perawat yang profesional,
terampil, dan kompeten. Kebutuhan ketenagaan dimasa yang akan datang harus dapat
diprediksi dan suatu rencana harus disusun secara proaktif untuk memenuhi kebutuhan.
1) Perencanaan Tenaga Keperawatan
 Perencanaan tenaga atau “staffing” merupakan salah satu fungsi utama seorang
pimpinan organisasi termasuk organisasi keperawatan.
 Keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya.
Hal ini terkait erat dengan bagaimana seorang pimpinan merencanakan
ketenagaan di unit kerjanya.
2) Langkah-Langkah Perencanaan Tenaga Keperawatan Meliputi :
 Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan yang akan diberikan.
 Menentukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk melaksanakan
pelayanan keperawatan.
 Menentukan jumlah masing-masing kategori perawat yang dibutuhkan.
 Menerima dan menyaring untuk mengisi posisi yang ada.
 Melakukan seleksi calon-calon yang ada.
 Menentukan tenaga perawat sesuai dengan unit atau “Shiff”.
 Memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan keperawatan.

J. METODE PERAWAT TIM


Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional
memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif dan
kolaboratif.
1) Tujuan Metode Tim :
 Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
 Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
 Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
2.) Konsep Metode Tim :
 Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagaiteknik
kepemimpinan.
 Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatanterjamin.
 Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
 Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baikjika
didukung oleh kepala ruang.

Kelebihan :
 Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
 Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
 Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi dan
memberikan kepuasan kepada anggota tim.

Kelemahan :
 Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensitim,
yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakanpada waktu-
waktu sibuk (memerlukan waktu )
 Perawat yang belum terampil dan kurang berpengalaman cenderung untuk
bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu
 Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur

Gambar 2 : Sistem pemberian asuhan keperawatan “ Team Nursing “

K. KARU
Kepala ruangan adalah perawat profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab
dan mengelola kegiatan pelayanan perawatan di satu ruang perawatan (Nursalam, 2002).
a. Tugas Pokok
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di ruang rawat yang
berada di wilayah tanggung jawabnya.

b. Uraian Tugas
1. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi :
1) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta tenaga lain
sesuai kebutuhan,
2) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan sesuai
kebutuhan.
3) Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan atau asuhan keperawatan yang
akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.

2. Melaksanakan fungsi pelaksanaan, meliputi :


1) Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan ruang rawat
2) Menyusun dan mengatur daftar dinas teraga keperawatan dan tenaga lain
sesuai kebutuhan dan ketentuan atau peraturan yang berlikut
3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga perawatan baru atau teraga
lain yang akan bekerja di ruang rawat.
4) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai ketentuan atau standar
5) Mengkoordinasikan seharuh kegiatan yang ada dengan cara bekerjasama
dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan diruang rawat inap.
6) Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksanaan perawatan dan tenaga
lain yang berada di wilayah tanggung jawabnya.
7) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dibidang perawatan antara lain
melalui pertemuan ilmiah.
8) Mengenal jenis dan kegunaan barang atau peralatan serta mengusahakan
pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar tercapai pelayanan optimal
9) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan bahan lain yang
diperlukan diruang rawat.
10) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu dalam
keadaan siap pakai.
11) Mempertanggung jawabkan pelaksanaan inventarisasi peralatan.
12) Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya. meliputi
penjelasan tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan fasilitas yang ada
cara penggunaannya serta kegiatan rutin sehari-hari diruangan
13) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling (visite) unutk pemeriksaan
pasien dan mencatat program pengobatan, serta menyampaikan kepada staf
untuk melaksanakannya.
14) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya diruang rawat
menurut tingkat kegawatannya, infeksi dan non infeksi, untuk memindahkan
pemberian asuhan keperawatan
15) Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk mengetahui
keadaannya dan menampung kelihan serta memecahkan masalah yang
dihadapinya
16) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung
17) Memberi penyuluhan kesehatan terhadap pasien atau keluarga dalam batas
kewenangannya.
18) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung
19) Memelihara dan mengembangkan sistem peralatan dan pelaporan asuhan
keperawatan dan kegiatan lain yang dilakukan secara tepat dan benar untuk
tindakan keperawatan selanjutnya.
20) Mengadakan kerjasama yang baik dengan kepala ruang yang lain, seluruh
kepala bidang kepala bagian, kepala instalasi, dan kepala unti di RS.
21) Menciptakan dan memelihara susunan kerja yang baik antara petugas pasien
dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan.
22) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan.
23) Memeriksa dan meneliti pengisian daftar permintaan makanan pasien,
kemudian memeriksa dan meneliti saat pengkajian sesuai dengan dirinya.
24) Memelihara buku register dan buku catatan medik.
25) Membuat laporan harian dan bulanan mengenai pelaksanaan kegiatan lain
diruang rawat.
3. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian, meliputi :
1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah
ditentukan
2) Melaksanakan penilaian terhadap Upaya peningkatan pengetahuan dan
keterampilan di bidang perawatan.
3) Mengawasi dan mengendalikan penyalahgunaan peralatan perawatan serta
obat-obatan secara efektif dan efisien
4) Mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan
keperawatan serta mencatat kegiatan lain diruang rawat.

Contoh pelaksanaannya :

a. Perencanaan
1. Mengatur penjadwalan perawat
Jadwal perawat sebenarnya pagi siang dan malam. Untuk pembelajaran
saat ini 8 perawat semua masuk pagi, pada pukul 07.15 sampai 14.00 WIB.
2. Pembagian Tim
Pengelolan pasien kamar 5 sebanyak 4 orang apabila perawat sebanyak 8
orang Dibagi menjadi 2 tim yaitu tim I dan tim II.
3. Memujuk yang menjadi CCM (Clinical Case Manajer)
4. Menunjuk ketua tim dan anggota tim
Disepakati laporan antar shif dilakukan pada siang hari sebelum istirahat
siang
5. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
Memarut Douglas (1992) pada suatu layanan profesional jumlah tenaga
yang dibutuhkan bergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan
pasien terhadap keperawatan yaitu minimal, partial, total care.

Contoh : Di unit un karena anak-anak sehingga kebutuhan pasien


memerlukan bantuan atau total care. Dengan jumlah pasien 4 orang (8 orang
apabila penuh) maka perhitungan tenaga adalah :
Pagi 8 x 0,36 - 2,88
Siang 8 x 0,30 - 2,40
Malam 8 x 0,20 - 1,60
Jumlah 6,88-7 orang
6. Merencanakan strategi pengembangan berkoordinasi dengan CCM (Clinical
Case Manajer).

b. Pengorganisasian
a) Merumuskan metode penugasan
Metode penumsan yang digunakan adalah PN (primery nurse) modifikasi
dengan metode tim
b) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim
7. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan Untuk pagi ini tenaga
keperawatan mencukupi, satu perawat primer (PP) mengelola 2 pasien
8. Mengatur dan mengendalikan logistik nangin Kebutuhan semua pasien
terpenuhi atau tercukupi.
9. Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik
Mahasiswa praktik mengelola pasien sesuai kebutuhan kamar klien
10. Pendelegasian tugas kepada ketua tim
Tugas untuk membagi pasien kelolaan kepada praktikan diserahkan kepada
ketua tim I dan tim. II.
11. Mengidentifikasi masalah-masalah dan cara penungganan
Ditugaskan kepada CCM dan ketus tim untuk mengidentifikasi masalah pasien
dan penanganan masalahnya bila perlu koordinasi dengan kepala ruang
12. Mengatur waktu laporan tenaga shift
Ditugaskan kepada CCM untuk mengidentifikasi masalah untuk diskusikan
pada jam sebelum istirahat siang jam 12.00 WIB.

c. Pengarahan
1. Memberi pengarahan kepada ketua tim tentang toms.
Tugas ketua tim dibacakan supaya diketahui dan ditindak lanjuti
2. Menginformasikan hal-hal yang perlu diperhatikan.
Dimohon untuk memperhatikan hal-hal yang penting untuk mencegah pasien
jatuh, kekeliruan pemberian obat untuk mencatat input dan output terutama untuk
pasien dengan GE dan DHF, Bronkopneumonia.
3. Memberi bimbingan kepada ketua tim dan anggota tim
Bekerja sesuai prosedur, apabila menemui kesulitan agar berkoordinasi dengan
CCM atau kepala ruang
4. Memberi pujian dan motivasi
Memberi pujian dengan memberikan reward positif dan memberikan motivasi
kepada petugas yang belum mencapai tugas yang diberikan
5. Mengadakan laporan tugas shift.

d. Pengawasan
1. Mengadakan ronde keperawatan
Bersama dengan CCM dan ketua tim melakukan ronde keperawatan kepada
semua pasien kelolaan, sekaligus melakukan evaluasi tingkat kepuasan pasien
2. Menilai kinerja anggota
Untuk penilaian kinerja anggota dapat dilakukan pada saat melakukan ronde
keperawatan atau menggunakan angket yang diberikan kepada pasien atau
keluarga pada saat pasien akan pulang
3. Mengevaluasi pelaksanaan dengan rencana keperawatan
Dapat dilakukan dengan berkoordinasi antara CCM dan membandingkan
rencana dengan pelaksanaan
4. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan kolaboratif dan tindak lanjutnya.
Hal-hal yang dalam pelaksanaannya memerlukan tindakan kolaboratif harus
ketua tim tercatat untuk di evaluasi sudah dilakukan atau belum

e. Struktur organisasi

Kepala Ruang

CCM (Clinical Case Manager)

Tim I Tim II

PP PP

Pasien pasien
L. KATIM
Ketua tim (perawat profesional) adalah perawat yang bertanggung jawab dalam
perencanaan kelancaran dan evaluasi dalam asuhan keperawatan untuk semua pasien
yang dilakukan oleh tim dibawah tanggung jawabnya disamping itu ketua tim juga
mempunyai tugas untuk melakukan supervisi kepada semua anggota tim dalam
melakukan implementasi dan tindakan keperawatan (Kuntoro, 2010). Ketua tim adalah
seorang perawat yang bertanggung jawab mengetahui keadaan dan kebutuhan semua
pasien yang termasuk dalam tim dan merencanakan asuhan individual (Marquis, 2010).
Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal, dan
pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu (Nursalam, 2011).
a. Tujuan Pembagian Metode Tim
Adapun pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan memiliki tujuan yang
bervariasi, diantaranya memberikan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan objektif
pasien sehingga dapat meningkatkan tingkat kebutuhan pasien, meningkatkan
kerjasama dan koordinasi antar perawat sehingga transfer ilmu dan pengalaman dapat
terlaksana, dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta motivasi perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan. Berbeda dengan metode fungsional metode
tim lebih banyak memberikan tanggung jawab, otoritas, dan tanggung gugat kepada
anggota tim. tugas perawat menjadi lebih lebih kompleks, anggota tim terlibat dalam
perencanaan dan evaluasi. Jika kerja tim berhasil, maka pelaksana (khususnya
anggota tim) akan menerima pengalaman dan wawasan kerja.

b. Keuntungan dan Kerugian Metode Tim


1. Keuntungan metode tim
a. Memberikan kepuasan kepada pasien dan perawat
b. Perawat dapat mengenal pasien secara individual karena menangani pasien
dalam jumlah yang sedikit, sehingga pelayanan dapat diberikan secara
komperhensif dan melihat pasien secara kolektif.
c. Perawat akan bekerja lebih produktif dalam hal kerjasama dan komunikasi
dalam tim. Ini dapat mempermudah anggota tim dalam mengenal satu sama
lain jika dimanfaatkan secara optimal
2. Kerugian metode tim
a. Pengaturan tidak sesuai dapat mengurangi keefektifan dari metode ini
b. Metode tim menuntut banyak terhadap peran perawat non profesional dalam
melaksanakan asuhan keperawatan
c. Ketua tim perlu diberikan rentang waktu yang lebih panjang dalam
menyelesaikan tugas manegernya seperti mengkaji, mendengarkan, dan
mengontrol kerja kelompok
d. Ketua tim dapat mengalami kebingungan karena tugas yang disampaikan oleh
beberapa anggota apalagi dengan komposisi anggota tim yang sering berubah
(Marquis, 2010)

3. Konsep metode tim


a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuit rencana keperawatan
terjamin.
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik
jika didukung oleh kepala ruang.

c. Tugas Perawat Primer (Ketua Tim)


1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komperhensif
2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas
4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin lain maupun perawat lain.
5) Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi terhadap pelaksanaan asuahan
keperawatan
6) Menerima dan menyesuaikan rencana
7) Menyiapkan penyuluhan untuk kepulangan pasien
8) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, dengan cara kontak dengan lembaga
sosial di masyarakat.
9) Membuat jadwal perjanjian klinik
10) Mengembangkan kemampuan anggota dalam memberikan asuhan keperawatan
11) Mengadakan diskusi dengan pelaksana keperawatan

d. Fungsi Managerial
1. Perencanaan
a. Melaksanakan timbang terima dengan petugas dinas sebelumnya tentang
kondisi. jumlah, serta perawatan lanjutan klien bersama kepala ruangan
b. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien terhadap perawat, pemeriksaan.
diagnosis, dan terapi
c. Memberi masalah keperawatan berdasarkan tanggung jawab masing-masing
d. Memberi penugasan kepada anggota tim/perawat asosiet
e. Menyusun rencana tindakan dan mendiskusikan dengan kepala ruangan
tentang masalah klien berdasarkan hasil observasi dan catatan untuk
pelaksanaan asuhan keperawatan
f. Mengikuti ronde keperawatan yang dilakukan oleh kepala ruangan
g. Menggalang kerjasama antar anggota tim
h. Melakukan penilaian hasil kerja anggota tim sesuai dengan perencanaan yang
telah disusun
i. Mengikuti visite dokter
j. Menciptakan kerjasama yang baik antar anggota tim
k. Melakukan tindak lanjut dan revisi rencana kerja sesuai dengan kondisi klien
l. Melakukan timbang terima dengan petugas Kesehatan

2. Pengorganisasian
a. Tujuan
1) Memberikan gambaran tentang peran dan fungsi perawat
2) Memberikan asuhan keperawatan yang optimal dan berkelanjutan,
berkesinambungan demi menjamin kerjasama yang baik antar anggota tim
b. Metode
Berdasarkan jumlah anggota yang ada dan tingkat ketergantungan klien,
maka ditetapkan untuk menggunakan metode tim karena :
1) Metode tim dapat digunakan pada sekelompok perawat dengan
pengetahuan dan pengalaman yang beragam
2) Memungkinkan pencapaian proses keperawatan yang optimal
3) Memberikan kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
4) Memberikan tanggung jawab dan motivasi yang tinggi, sehingga kualitas
asuhan keperawatan dapat ditingkatkan

Tugas perawat primer :

1) Bersama kepala ruangan melakukan serah terima pergantian dinas/tugas


2) Melakukan pembagian tugas pada Perawat Asosiet (PA)
3) Menyiapkan keperluan untuk askep dan pendokumentasian
4) Mengikuti visit dokter
5) Membuat laporan klien
6) Mengevaluasi asuhan keperawatan dan pendokumentasian

3. Pengarahan
a. Pembagian tanggung jawah Perawat Asosiet (PA) diarahkan sesuai dengan
tingkat ketergantungan klien dan jumlah perawat
b. Pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
oleh institusi
c. Perawat Asosiet diharapkan mengikuti arahan Perawat Primer
d. Anggota tim diharapkan menggalang kerjasama yang baik antar sesama
anggota tim kesehatan lainnya
e. Memberi motivasi pada anggota tim
f. Memberi pengalaman pada perawat asosiet tentang asuhan keperawatan dan
pendokumentasian yang masih memerlukan tambahan
g. Melibatkan anggota tim dari awal sampai akhir

4. Pengawasan
Komponen evaluasi :
a. Pelaksanaan kinerja Perawat Asosiet (PA) sesuai dengan standar operasional
prosedur
b. Pencapaian hasil asuhan keperawatan sesuai dengan kriteria evaluasi
c. Pelaporan hasil evaluasi, rekomendasi untuk perubahan/revisi
d. Melakukan revisi terhadap perencanaan bila diperlukan
Evaluasi dilakukan setiap saat selama jam dinas :
1) Komunikasi langsung
Dengan menggunakan pertanyaan tentang anggota tim dan mengawasi
secara langsung proses pemberian asuhan keperawatan

2) Revisi supervise
Pengawasan terhadap asuhan keperawatan yang dilaksanakan oleh Perawat
Asosiet dan pendokumentasian asuhan keperawatan

5. Pendelegasian
a. Primary Nurse (PN)/perawat primer
1. Jika PN berhalangan hadir, maka pendelegasian diberikan kepada salah
satu anggota tim
2. Selama jadwal istirahat maka wewenang PN didelegasikan kepada salah
satu anggota tim

6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai kembali hasil kegiatan yang telah dilakukan.
Strategi evaluasi yaitu:
a. Komunikasi langsung dengan mengajukan pertanyaan kepada anggota tim
b. Supervisi dan pengawasan asuhan keperawatan yang telah dilakukan

M. PERAWAT PELAKSANA (PP)


Keperawatan primer (primary nursing) adalah sistem pemberian asuhan keperawatan di
tingkat rawat inap yang dapat mempermudah realisasi praktek keperawatan profesional.
Sistem ini menyediakan asuhan yang berfokus pada pasien yang secara individual dan
komprehensif, berkesinambungan sejak pasien dirawat di rumah sakit sampai keluar
pindah ke institusi lain (Modul pelatihan manajemen bangsal keperawatan, 2009).
a. Metode Perawat Primer
Metode primer ini ditandai dengan keterkaitan kuat dan terus-menerus antara
pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan
mengkoordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Metode dengan menggunakan perawat primer/ pelaksana dapat meningkatkan
mutu asuhan keperawatan karena :
1. Hanya ada 1 perawat yang bertanggung jawab dalam perencanaan dan koordinasi
asuhan keperawatan.
2. Jangkauan observasi setiap perawat hanya 4-6 klien.
3. Perawat primer/pelaksana (PP) bertanggung jawab 24 jam.
4. Rencana pulang klien dapat diberikan lebih awal.
5. Rencana ahuan keperawatan dan rencana medik dapat berjalan paralel,
Perawat primer pemula adalah perawat lulusan DIII keperawatan dengan
pengalaman minimal 4 tahun dan pada MPKP tingkat I adalah perawat Skep/Ners
dengan pengalaman minimal 1 tahun.
Perawat dapat bertugas pagi, sore atau malam hari, namun sebaiknya perawat
primer (PP) hanya bertugas pagi atau sore saja karena bila bertugas pada malam hari,
perawat primer (PP) akan libur beberapa hari sehingga sulit menilai perkembangan
klien (Sitorus,2006, him. 26).

b. Kelebihan dalam Perawat Primer


Kelebihan dalam keperawatan primer adalah:
1. Bersifat kontinu dan komprehensif
2. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
kemungkinan pengembangan diri.
3. Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat dan rumah sakit (Billies, 1998).

Kelebihan yang dirasakan klien adalah merasa dihargai karena terpenuhinya


kebutuhan secara individu, selain itu asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan akan
tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi dan
informasi serta advokasi.

c. Kelemahan dalam Perawat Primer


Kelemahan dari metode ini :
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, memiliki
kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik,
akuntabel serta berkolaborasi dengan berbagai disiplin (Suarli, 2009, hlm. 49-50).

d. Konsep Dasar Perawat Primer


Konsep dasar keperawatan primer adalah:
1. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
2. Ada otonomi
3. Ada keterlibatan pasien dan keluarga.

e. Tugas Pokok
1) Memberikan perawatan secara langsung berdasarkan proses keperawatan dengan
sentuhan kasih sayang
a. Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah disusun.
b. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan
c. Mencatat dan melaporkan semua tindakan keperawatan dan respon klien dan
catatan keperawatan.
2) Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab
a. Memberi obat
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Persiapan klien yang akan di operasi.
3) Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, dan spiritual dari klien
a. Memelihara kebersihan klien dan lingkungan
b. Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa aman, nyaman dan
ketenangan.
4) Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan
perawatan dan pengobatan secara diagnostic
5) Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai kemampuan.
6) Memberi pertolongan segera pada klien gawat atau sakaratul maut.
7) Membantu kepala ruang dalam pelaksanaan ruangan secara administrative
a. Menyiapkan data klien baru, pulang atau meninggal dunia.
b. Sensus harian dan formular
c. Rujukan atau penyuluhan PKMRS
8) Mengantar dan menyiapkan alat-alat yang ada diruangan.
9) Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan keindahan
ruangan.
10) Melaksanakan tugas dinas pagi, siang atau malam secara bergantian.
11) Memberi penyuluhan kesehatan kepada klien sehubungan dengan penyakitnya
12) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik lisan maupun tertulis.
13) Membuat laporan harian

f. Aplikasi Peran sebagai Perawat Primer


1. Membaca rencana keperawatan yang telah ditetapkan oleh ketua tim.
2. Membina hubungan terapeutik dengan klien atau keluarga sebagai lanjutan
kontrak yang telah dilakukan perawal primer (PP).
3. Menerima klien baru bila ada dan melaksanakan orientasi.
4. Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan
5. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikan.
6. Mengikuti visite dokter.
7. Memeriksa kerapihan dan kelengkapan status keperawatan.
8. Membuat laporan pergantian dinas.
9. Mengkomunikasikan dengan PP atau PJ-shift atau ketua tim, bila menemukan
masalah yang pasien yang perlu diselesaikan.
10. Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik, laborat pengobatan.
11. Berperan serta dalam memberikan pendidikan kesehatan.
12. Membantu tim lainnya yang membutuhkan.

g. Rencana kegiatan

Waktu Rencana kegiatan

08:00 Berdoa Bersama


08:15 Mengikuti pre conference berdama kepala ruang, ketua tim, dan
perawat primer lain.
Melaksanakan tugas asuhan keperawatan terhadap pasien yang
menjadi kelolaan
08:30 Ronde keperawatan ke pasien sesuai yang ditugaskan oleh katim
Melaksanakan pemberian terapi kelolaan sesuai dengan peranan medis
Istirahat pagi
10:00 Melanjutkan asuhan keperawatan pasien kelolaan
Istirahat siang
12:00 Melaporkan hasil evaluasi asuhan keperawatan kepada ketua tim
Mengikuti klinik siang
14:00 Mengikuti post conference

N. PENERAPAN METODE TIM


1. Kepala ruangan membagi jumlah tim keperawatan berdasarkan klasifikasi pasien
2. Menilai tingkat ketergantungan pasien, melalui :
 Setiap pagi, karu bersama katim menilai langsung pada masing-masing timyang
menjadi tanggung jawabnya, atau
 Setiap tim keperawatan (yang dinas malam) membuat klasifikasi pasien kemudian
diserahkan kepada karu/katim. Cara ini dapat lebih menghemat waktu
3. Katim menghitung jumlah kebutuhan tenaga
4. Karu dan katim membagi pasien kepada perawat yang bertugas sesuai kemampuan
perawat (pengetahuan dan keterampilan) Serah terima antar shift oleh karu, katim dan
semua perawat pelaksana yang dapat dilakukan melalui konfrens, atau keliling
langsung ke pasien (sebelum dan selesai dinas). Materi yang diserah terimakan yaitu
laporan hasil pengkajian, permasalahan, implementasi dan evaluasi. Selain itu
perencanaan yang harus dilanjutkan oleh tim yang akan bertugas.
5. Selesai konfrens, seluruh anggota tim mulai melakukan asuhan keperawatan langsung
maupun tidak langsung.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2002. Manajemen keperawatan, aplikasi dalam praktik keperawatan profesional.


Penerbit : Salemba Medika

Ratna Sitono, Yulia. 2006. Metode praktik keperawatan profesional di Rumah Sakit. Jakarta :
EGC

Russel C, Swanburg. 2000. Pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan unutk


perawatan klinis. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai