LP Mankep - Karu, Katim, PP
LP Mankep - Karu, Katim, PP
MANAJEMEN KEPERAWATAN
Oleh :
Rohadatul Nadhifah
2020242030
( ) ( )
2022/2023
A. DEFINISI MANAJEMEN KEPEARAWATAN
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi sumber-
sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan dan
obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan (Huber, 2000).
Manajemen keperawatan dapat didefenisikan sebagai suatu proses dari perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses
manajemen dibagi menjadi lima tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian,
kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian Kelly dan Heidental (2004)
Manajemen keperawatan memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana
serta mengelola kegiatan keperawatan.Manajemen pelayanan keperawatan adalah
pelayanan di rumah sakit yang dikelola oleh bidang perawatan melalui tiga tingkatan
manajerial yaitu manajemen puncak (kepala bidang keperawatan), manajemen menegah
(kepala unit pelayanan atau supervisor), dan manajemen bawah (kepala ruang perawatan).
Keberhasilan pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh manajer keperawatan
melaksanakan peran dan fungsinya.
Manajemen pelayanan keperawatan adalah pelayanan di rumah sakit yang dikelola
oleh bidang perawatan melalui tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak (kepala
bidang keperawatan), manajemen menegah (kepala unit pelayanan atau supervisor), dan
manajemen bawah (kepala ruang perawatan). Keberhasilan pelayanan keperawatan sangat
dipengaruhi oleh manajer keperawatan melaksanakan peran dan fungsinya, Manajemen
keperawatan adalah proses kerja setiap perawat untuk memberikan pengobatan dan
kenyamanan terhadap pasien. Tugas manager keperawatan adalah merencanakan,
mengatur, mengarahkan dan mengawasi keuangan yang ada, peralatan dan sumber daya
manusia untuk memberikan pengobatan yang efektif dan ekonomis kepada pasien
(Gillies, 1994).
Kelima langkah dalam proses keperawatan ini dilakukan terus menerus oleh perawat,
melalui metode penugasan yang ditetapkan oleh para menejer keperawatan
sebelumnya. Para menejer keperawatan (terutama menejer tingkat bawah) terlibat
dalam proses menejerial yang melibatkan berbagai fungsi manajemen, dalam rangka
mempengaruhi dan menggerakkan bawahan. Hal ini dilakukan agar mampu
memberikan asuhan keperawatan yang memadai, dengan kode etik dan standar
praktik keperawatan.
H. PENGORGANISASIAN KEPERAWATAN
Pengorganisasian dilakukan setelah perencanaan. Pengorganisasian adalah langkah
untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan
tugas pokok dan wewenang serta pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf
dalam rangka mencapai tujuan. (Muninjaya, 2004).
Huber (2000), menyatakan bahwa pengorganisasian adalah memobilisasi sumber
daya manusia dan material dari lembaga untuk mencapai tujuan organisasi, dapat juga
untuk mengidentifikasi antara hubungan yang satu dengan yang lain. Pengorganisasian
dapat dilihat secara statis dan dinamis. Secara statis merupakan wadah kegiatan
sekelompok orang untuk mencapai tujuan, sedangkan secara dinamis merupakan suatu
aktivitas dari tata hubungan kerja yang teratur dan sistematis untuk mencapai tujuan
tertentu (Suarli dan Bahtiar, 2009).
Manfaat pengorganisasian untuk penjabaran secara terinci semua pekerjaan yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan, pembagian beban kerja sesuai dengan
kemampuan perorangan/kelompok, dan mengatur mekanisme kerja antar masing-masing
anggota kelompok untuk hubungan dan koordinasi (Huber, 2000).
Marquis dan Huston (2010) menyatakan bahwa pada pengorganisasian hubungan
ditetapkan, prosedur diuraikan, perlengkapan disiapkan, dan tugas diberikan. Prinsip-
prinsip organisasi saling ketergantungan dan dinamis. Kepala ruangan dapat menciptakan
lingkungan yang meransang dalam praktik keperawatan. Prinsip-prinsip pengorganisasian
menurut Swanburg (2000) adalah:
1. Prinsip Rantai Komando
Prinsip rantai komando menyatakan bahwa untuk memuaskan anggota efektif secara
ekonomi dan berhasil dalam mencapai tujuan. Komunikasi cenderung ke bawah dan
satu arah. Pada organisasi keperawatan, rantai komando ini datar, dengan garis
manajer dan staf teknis serta administrasi yang mendukung perawat pelaksana.
2. Prinsip Kesatuan Komando
Prinsip kesatuan komando menyatakan bahwa seorang perawat pelaksana mepunyai
satu pemimpin dan satu rencana. Keperawatan primer dan manajemen kasus
mendukung prinsip prinsip kesatuan komando ini.
3. Prinsip Rentang Kontrol
Prinsip ini menyatakan bahwa setiap perawat harus dapat mengawasi secara efektif
dalam hal jumlah, fungsi, dan geografi. Pada prinsip ini, makin kurang pengawasan
yang diperlukan untuk perawat. Perawat harus memiliki lebih banyak pengawasan
untuk menghindari terjadinya kesalahan. Kepala ruangan harus lebih banyak
mengkoordinasikan.
4. Prinsip Spesialisasi
Prinsip spesialisasi menyatakan bahwa setiap orang harus menampilkan satu fungsi
kepemimpinan tunggal, sehingga ada devisi kerja atau pembagian tugas yang
membentuk departement.
I. KETENAGAAN KEPERAWATAN
Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam manajemen
keperawatan. Pengaturan staf keperawatan merupakan proses yang teratur, sistematis,
rasional diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personel keperawatan yang
dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan pada standar yang ditetapkan
sebelumnya. Ketenagaan adalah kegiatan manajer keperawatan untuk merekrut,
memimpin, memberikan orientasi, dan meningkatkan perkembangan individu untuk
mencapai tujuan organisasi (Marquis dan Huston, 2010). Ketenagaan juga memastikan
cukup atau tidaknya tenaga keperawatan yang terdiri dari perawat yang profesional,
terampil, dan kompeten. Kebutuhan ketenagaan dimasa yang akan datang harus dapat
diprediksi dan suatu rencana harus disusun secara proaktif untuk memenuhi kebutuhan.
1) Perencanaan Tenaga Keperawatan
Perencanaan tenaga atau “staffing” merupakan salah satu fungsi utama seorang
pimpinan organisasi termasuk organisasi keperawatan.
Keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya.
Hal ini terkait erat dengan bagaimana seorang pimpinan merencanakan
ketenagaan di unit kerjanya.
2) Langkah-Langkah Perencanaan Tenaga Keperawatan Meliputi :
Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan yang akan diberikan.
Menentukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk melaksanakan
pelayanan keperawatan.
Menentukan jumlah masing-masing kategori perawat yang dibutuhkan.
Menerima dan menyaring untuk mengisi posisi yang ada.
Melakukan seleksi calon-calon yang ada.
Menentukan tenaga perawat sesuai dengan unit atau “Shiff”.
Memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan keperawatan.
Kelebihan :
Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi dan
memberikan kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan :
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensitim,
yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakanpada waktu-
waktu sibuk (memerlukan waktu )
Perawat yang belum terampil dan kurang berpengalaman cenderung untuk
bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu
Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur
K. KARU
Kepala ruangan adalah perawat profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab
dan mengelola kegiatan pelayanan perawatan di satu ruang perawatan (Nursalam, 2002).
a. Tugas Pokok
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di ruang rawat yang
berada di wilayah tanggung jawabnya.
b. Uraian Tugas
1. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi :
1) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta tenaga lain
sesuai kebutuhan,
2) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan sesuai
kebutuhan.
3) Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan atau asuhan keperawatan yang
akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
Contoh pelaksanaannya :
a. Perencanaan
1. Mengatur penjadwalan perawat
Jadwal perawat sebenarnya pagi siang dan malam. Untuk pembelajaran
saat ini 8 perawat semua masuk pagi, pada pukul 07.15 sampai 14.00 WIB.
2. Pembagian Tim
Pengelolan pasien kamar 5 sebanyak 4 orang apabila perawat sebanyak 8
orang Dibagi menjadi 2 tim yaitu tim I dan tim II.
3. Memujuk yang menjadi CCM (Clinical Case Manajer)
4. Menunjuk ketua tim dan anggota tim
Disepakati laporan antar shif dilakukan pada siang hari sebelum istirahat
siang
5. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
Memarut Douglas (1992) pada suatu layanan profesional jumlah tenaga
yang dibutuhkan bergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan
pasien terhadap keperawatan yaitu minimal, partial, total care.
b. Pengorganisasian
a) Merumuskan metode penugasan
Metode penumsan yang digunakan adalah PN (primery nurse) modifikasi
dengan metode tim
b) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim
7. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan Untuk pagi ini tenaga
keperawatan mencukupi, satu perawat primer (PP) mengelola 2 pasien
8. Mengatur dan mengendalikan logistik nangin Kebutuhan semua pasien
terpenuhi atau tercukupi.
9. Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik
Mahasiswa praktik mengelola pasien sesuai kebutuhan kamar klien
10. Pendelegasian tugas kepada ketua tim
Tugas untuk membagi pasien kelolaan kepada praktikan diserahkan kepada
ketua tim I dan tim. II.
11. Mengidentifikasi masalah-masalah dan cara penungganan
Ditugaskan kepada CCM dan ketus tim untuk mengidentifikasi masalah pasien
dan penanganan masalahnya bila perlu koordinasi dengan kepala ruang
12. Mengatur waktu laporan tenaga shift
Ditugaskan kepada CCM untuk mengidentifikasi masalah untuk diskusikan
pada jam sebelum istirahat siang jam 12.00 WIB.
c. Pengarahan
1. Memberi pengarahan kepada ketua tim tentang toms.
Tugas ketua tim dibacakan supaya diketahui dan ditindak lanjuti
2. Menginformasikan hal-hal yang perlu diperhatikan.
Dimohon untuk memperhatikan hal-hal yang penting untuk mencegah pasien
jatuh, kekeliruan pemberian obat untuk mencatat input dan output terutama untuk
pasien dengan GE dan DHF, Bronkopneumonia.
3. Memberi bimbingan kepada ketua tim dan anggota tim
Bekerja sesuai prosedur, apabila menemui kesulitan agar berkoordinasi dengan
CCM atau kepala ruang
4. Memberi pujian dan motivasi
Memberi pujian dengan memberikan reward positif dan memberikan motivasi
kepada petugas yang belum mencapai tugas yang diberikan
5. Mengadakan laporan tugas shift.
d. Pengawasan
1. Mengadakan ronde keperawatan
Bersama dengan CCM dan ketua tim melakukan ronde keperawatan kepada
semua pasien kelolaan, sekaligus melakukan evaluasi tingkat kepuasan pasien
2. Menilai kinerja anggota
Untuk penilaian kinerja anggota dapat dilakukan pada saat melakukan ronde
keperawatan atau menggunakan angket yang diberikan kepada pasien atau
keluarga pada saat pasien akan pulang
3. Mengevaluasi pelaksanaan dengan rencana keperawatan
Dapat dilakukan dengan berkoordinasi antara CCM dan membandingkan
rencana dengan pelaksanaan
4. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan kolaboratif dan tindak lanjutnya.
Hal-hal yang dalam pelaksanaannya memerlukan tindakan kolaboratif harus
ketua tim tercatat untuk di evaluasi sudah dilakukan atau belum
e. Struktur organisasi
Kepala Ruang
Tim I Tim II
PP PP
Pasien pasien
L. KATIM
Ketua tim (perawat profesional) adalah perawat yang bertanggung jawab dalam
perencanaan kelancaran dan evaluasi dalam asuhan keperawatan untuk semua pasien
yang dilakukan oleh tim dibawah tanggung jawabnya disamping itu ketua tim juga
mempunyai tugas untuk melakukan supervisi kepada semua anggota tim dalam
melakukan implementasi dan tindakan keperawatan (Kuntoro, 2010). Ketua tim adalah
seorang perawat yang bertanggung jawab mengetahui keadaan dan kebutuhan semua
pasien yang termasuk dalam tim dan merencanakan asuhan individual (Marquis, 2010).
Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal, dan
pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu (Nursalam, 2011).
a. Tujuan Pembagian Metode Tim
Adapun pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan memiliki tujuan yang
bervariasi, diantaranya memberikan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan objektif
pasien sehingga dapat meningkatkan tingkat kebutuhan pasien, meningkatkan
kerjasama dan koordinasi antar perawat sehingga transfer ilmu dan pengalaman dapat
terlaksana, dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta motivasi perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan. Berbeda dengan metode fungsional metode
tim lebih banyak memberikan tanggung jawab, otoritas, dan tanggung gugat kepada
anggota tim. tugas perawat menjadi lebih lebih kompleks, anggota tim terlibat dalam
perencanaan dan evaluasi. Jika kerja tim berhasil, maka pelaksana (khususnya
anggota tim) akan menerima pengalaman dan wawasan kerja.
d. Fungsi Managerial
1. Perencanaan
a. Melaksanakan timbang terima dengan petugas dinas sebelumnya tentang
kondisi. jumlah, serta perawatan lanjutan klien bersama kepala ruangan
b. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien terhadap perawat, pemeriksaan.
diagnosis, dan terapi
c. Memberi masalah keperawatan berdasarkan tanggung jawab masing-masing
d. Memberi penugasan kepada anggota tim/perawat asosiet
e. Menyusun rencana tindakan dan mendiskusikan dengan kepala ruangan
tentang masalah klien berdasarkan hasil observasi dan catatan untuk
pelaksanaan asuhan keperawatan
f. Mengikuti ronde keperawatan yang dilakukan oleh kepala ruangan
g. Menggalang kerjasama antar anggota tim
h. Melakukan penilaian hasil kerja anggota tim sesuai dengan perencanaan yang
telah disusun
i. Mengikuti visite dokter
j. Menciptakan kerjasama yang baik antar anggota tim
k. Melakukan tindak lanjut dan revisi rencana kerja sesuai dengan kondisi klien
l. Melakukan timbang terima dengan petugas Kesehatan
2. Pengorganisasian
a. Tujuan
1) Memberikan gambaran tentang peran dan fungsi perawat
2) Memberikan asuhan keperawatan yang optimal dan berkelanjutan,
berkesinambungan demi menjamin kerjasama yang baik antar anggota tim
b. Metode
Berdasarkan jumlah anggota yang ada dan tingkat ketergantungan klien,
maka ditetapkan untuk menggunakan metode tim karena :
1) Metode tim dapat digunakan pada sekelompok perawat dengan
pengetahuan dan pengalaman yang beragam
2) Memungkinkan pencapaian proses keperawatan yang optimal
3) Memberikan kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
4) Memberikan tanggung jawab dan motivasi yang tinggi, sehingga kualitas
asuhan keperawatan dapat ditingkatkan
3. Pengarahan
a. Pembagian tanggung jawah Perawat Asosiet (PA) diarahkan sesuai dengan
tingkat ketergantungan klien dan jumlah perawat
b. Pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
oleh institusi
c. Perawat Asosiet diharapkan mengikuti arahan Perawat Primer
d. Anggota tim diharapkan menggalang kerjasama yang baik antar sesama
anggota tim kesehatan lainnya
e. Memberi motivasi pada anggota tim
f. Memberi pengalaman pada perawat asosiet tentang asuhan keperawatan dan
pendokumentasian yang masih memerlukan tambahan
g. Melibatkan anggota tim dari awal sampai akhir
4. Pengawasan
Komponen evaluasi :
a. Pelaksanaan kinerja Perawat Asosiet (PA) sesuai dengan standar operasional
prosedur
b. Pencapaian hasil asuhan keperawatan sesuai dengan kriteria evaluasi
c. Pelaporan hasil evaluasi, rekomendasi untuk perubahan/revisi
d. Melakukan revisi terhadap perencanaan bila diperlukan
Evaluasi dilakukan setiap saat selama jam dinas :
1) Komunikasi langsung
Dengan menggunakan pertanyaan tentang anggota tim dan mengawasi
secara langsung proses pemberian asuhan keperawatan
2) Revisi supervise
Pengawasan terhadap asuhan keperawatan yang dilaksanakan oleh Perawat
Asosiet dan pendokumentasian asuhan keperawatan
5. Pendelegasian
a. Primary Nurse (PN)/perawat primer
1. Jika PN berhalangan hadir, maka pendelegasian diberikan kepada salah
satu anggota tim
2. Selama jadwal istirahat maka wewenang PN didelegasikan kepada salah
satu anggota tim
6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai kembali hasil kegiatan yang telah dilakukan.
Strategi evaluasi yaitu:
a. Komunikasi langsung dengan mengajukan pertanyaan kepada anggota tim
b. Supervisi dan pengawasan asuhan keperawatan yang telah dilakukan
e. Tugas Pokok
1) Memberikan perawatan secara langsung berdasarkan proses keperawatan dengan
sentuhan kasih sayang
a. Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah disusun.
b. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan
c. Mencatat dan melaporkan semua tindakan keperawatan dan respon klien dan
catatan keperawatan.
2) Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab
a. Memberi obat
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Persiapan klien yang akan di operasi.
3) Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, dan spiritual dari klien
a. Memelihara kebersihan klien dan lingkungan
b. Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa aman, nyaman dan
ketenangan.
4) Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan
perawatan dan pengobatan secara diagnostic
5) Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai kemampuan.
6) Memberi pertolongan segera pada klien gawat atau sakaratul maut.
7) Membantu kepala ruang dalam pelaksanaan ruangan secara administrative
a. Menyiapkan data klien baru, pulang atau meninggal dunia.
b. Sensus harian dan formular
c. Rujukan atau penyuluhan PKMRS
8) Mengantar dan menyiapkan alat-alat yang ada diruangan.
9) Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan keindahan
ruangan.
10) Melaksanakan tugas dinas pagi, siang atau malam secara bergantian.
11) Memberi penyuluhan kesehatan kepada klien sehubungan dengan penyakitnya
12) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik lisan maupun tertulis.
13) Membuat laporan harian
g. Rencana kegiatan
Ratna Sitono, Yulia. 2006. Metode praktik keperawatan profesional di Rumah Sakit. Jakarta :
EGC